T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi
2.1.1. Pengertian Evaluasi
Umar Husein (2002) dalam buku Evaluasi Kinerja
Perusahaan, menjelaskan evaluasi adalah salah satu
tahap penting dalam manajemen yang berguna untuk
memberikan feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan
yang telah direncanakan agar pelaksanaan tersebut
tetap
berada
Sedangkan
pada
jalur
Sudijono
yang
(2011)
telah
dalam
ditetapkan.
bukunya
yang
berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, menjelaskan
evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu.
Evaluasi
“pengukuran”
kualitatif,
dan
karena
mencakup
dua
“penilaian”.
evalasi
pada
kegiatan
Evaluasi
dasarnya
yaitu
bersifat
adalah
merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering
bersumber pada data kuantitatif. Evaluasi sering dilihat
sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk
menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta
menggunakan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan
kinerja dimasa yang akan datang. Pencegahan dari
kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan
fungsi evaluasi yang valid (Sallis 2012).
Dari pendapat tiga pakar tersebut diatas, dapat
disimpulkan
pengukuran
bahwa
dan
Evalasi
penilaian
merupakan
yang
kegiatan
bertujuan
untuk
menemukan apa yang benar dan apa yang salah
sebagai feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dimasa
yang akan datang.
2.1.2. Tujuan Evaluasi
Menurut Wirawan (2012), tujuan melaksanakan
evaluasi antara lain adalah: (1) Mengukur pengaruh
program terhadap masyarakat; (2) menilai apakah
program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana; (3)
mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan
standar; (4) evaluasi program dapat mengidentifikasi
dan menemukan mana dimensi program yang jalan,
mana yang tidak jalan; (5) pengembangan staf program;
(6) memenuhi ketentuan undang-undang; (7) akreditasi
program ( apakah lembaga-lembaga yang melayani
kebutuhan masyarakat seperti sekolah, hotel, rumah
sakit, telah menyajikan layanan kepada masyarakat
sesuai dengan standar layanan yang ditentukan); (8)
mengukur
anggaran
cost
dengan
effectiveness
akibat
(kesepadanan
atau
manfaat
nilai
yang
ditimbulkan oleh program) dan cost-efficiency (apakah
biaya yang dikeluarkan untuk membiayai program
telah dikeluarkan secara efektif atau tidak) ; (9)
mengambil
keputusan
mengenai
program;
(10)
accountabilitas (pertanggungjawaban); (11) memberikan
balikan kepada pimpinan dan staff program; (12)
memperkuat posisi politik; (13) mengembangkan teori
ilmu evaluasi atau riset evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi
untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi
( apa yang akan dievaluasi ), mengontrol, memperbaiki,
dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.
Informasi tersebut kemudian dibandingkan atau dinilai
dengan indikator objek evaluasi. Hasil perbandingan
dapat memenuhi atau tidak memenuhi tolok ukur
keberhasilan. (Wirawan 2012).
2.1.3. Jenis Evaluasi
Wirawan (2012) memaparkan bahwa evaluasi dapat
dikelompokkan berdasarkan objeknya dan menurut
focus dalam suatu program.
Menurut
objeknya,
evaluasi
dapat
dikelompokkan menjadi : (1) Evaluasi Kebijakan,
adalah menilai kebijakan yang sedang atau telah
dilaksanakan. Setiap kebijakan harus dievaluasi untuk
menentukan
apakah
kebijakan
bermanfaat,
dapat
mencapai tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan
untuk
mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya.;
(2) Evaluasi Program, adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi
untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.
Evaluasi
program
dapat
dikelompokkan
menjadi
evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat
(outcome
evaluation)
dan
evaluasi
akibat
(impact
evolution). Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah
entervensi atau layanan program telah dilaksanakan
seperti yang direncanakan; dan apakah target populasi
yang direncanakan dilayani. Evaluasi ini juga menilai
mengenai
strategi
pelaksanaan
program.
Evaluasi
manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah
program
telah
menghasilkan
perubahan
yang
diharapkan ; (3) Evaluasi proyek, adalah kegiatan atau
aktivitas
yang
dilaksanakan
tertentu
untuk
mendukung
untuk
jangka
pelaksanaan
waktu
program.
Jangka waktu tersebut dapat satu atau dua tahun,
enam bulan, tiga bulan, sebulan, seminggu bahkan
sehari. Setelah jangka waktu tersebut suatu proyek
berakhir. Pelaksanaan proyek perlu dievaluasi untuk
mengukur kinerja dan manfaat proyek; (4) Evaluasi
Material. Untuk melaksanakan kebijakan, program
atau proyek diperlukan sejumlah material atau produkproduk tertentu; (5) Evaluasi Sumber Daya manusia.
Keberhasilan organisasi pendidikan, lembaga bisnis,
dan lembaga pemerintah sangat ditentukan oleh kinerja
para pendidik (guru dan dosen) dan para pegawai
organisasi tersebut, oleh karena itu mereka harus
dievaluasi kinerjanya secara periodik.
Menurut fokusnya, evaluasi dapat digolongkan
menjadi : (1) Asesmen kebutuhan program (program
need
assessment),
mengukur
level
adalah
kebutuhan
mengidentifikasi
yang
dan
diperlukan
dan
diinginkan oleh organisasi atau masyarakat. Asesmen
kebutuhan perlu dilakukan sebelum merencanakan
suatu kebijakan, program atau proyek. Dalam asesmen
kebutuhan , evaluator mengumpulkan semua informasi
yang berkaitan dengan perencanaan program. Hasil
evaluasi kebutuhan dipergunakan untuk menyusun
rencana
program
sebagai
entervensi
sosial
untuk
masyarakat; (2) Evaluasi proses program (process
program evaluation), merupakan evaluasi formatif
yang
berfungsi
mengontrol
pelaksanaan
cakupannya
adalah
penyimpangan
terjadi
mengukur
dalam
mengontrol
apa
dari
yang
harus
ketimpangan
dan
Dalam
apakah
pelaksanaan
yang
program
program.
mengukur
penyimpangan
diputuskan
kinerja
program.
untuk
satu
terjadi
Jika
direncanakan,
dilakukan
untuk
mengembalikan
pelaksanaan program ke treknya dalam pengertian:
kinerja yang diharapkan, penggunaan man, money,
material, machine, dan method yang dipergunakan
untuk
melaksanakan
program.
Evaluasi
proses
program dimulai ketika program mulai dilaksanakan. ;
(3) Evaluasi keluaran program (outcame program
evaluation, merupakan evaluasi sumatif (summative
evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan
akibat atau pengaruh dari program. Data yang dijaring
antara lain mengenal : (a) hasil atau keluaran program
apakah sesuai dengan yang direncanakan; (b) jumlah
dan jenis orang yang dilayani apakah sesuai dengan
yang direncanakan; (c) pengaruh atau akibat dari
program terhadap orang yang mendapatkan layanan;
apakah terjadi perubahan atau perbedaan dari sebelum
dan
sesudah
mendapatkan
layanan
program;
(d)
evaluasi keluaran juga mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan agar pengaruh program dapat berlangsung
terus-menerus. ; dan (4) evaluasi efisiensi (program
efficiency evaluation). Sumber biaya terbatas, maka
anggaran yang baik dan tepat adalah anggaran yang
pas tidak kurang dan tidak lebih daripada yang
dibutuhkan program. Cost yang digunakan untuk
membiayai program perlu dievaluasi.
2.1.4. Evaluasi Kinerja
Menurut
Ivancevich
JM,
Konopaske
R
dan
Matteson MT (2005), ada delapan tujuan spesifik dalam
evaluasi kinerja yaitu : (1) menyediakan dasar untuk
alokasi
penghargaan,
termasuk
kenaikan
,
pemberhentian, dan sebagainya; (2) mengidentifikasi
karyawan
yang
berpotensi
efektivitas
dari
prosedur
mengevaluasi
program
tinggi;
(3)
pemilihan
pelatihan
memvalidasi
karyawan;
(4)
sebelumnya;
(5)
menstimulasi perbaikan kinerja; (6) mengembangkan
cara untuk mengatasi hambatan dan penghambat
kinerja;
(7)
pengembangan
mengidentifikasi
dan
pelatihan;
kesempatan
(8)
membentuk
kesepakatan supervisor-karyawan mengenai ekspektasi
kinerja.
Kedelapan
tujuan
spesifik
tersebut
dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yang lebih luas.
Empat yang pertama memiliki orientasi pertimbangan,
empat yang terakhir memiliki orientasi pengembangan.
Evaluasi dengan orientasi pertimbangan memusatkan
perhatian pada kinerja masa lalu dan menyediakan
dasar
untuk
membuat
pertimbangan
mengenai
karyawan mana yang seharusnya diberi penghargaan
dan seberapa efektif program organisasi yang ada.
Evaluasi
dengan
orientasi
pengembangan
lebih
menaruh perhatian pada memperbaiki kinerja masa
depan dengan memastikan ekspektasi dengan jelas dan
dengan mengidentifikasikan cara untuk memfasilitasi
kinerja karyawan. Kedua kategori ini tentu saja tidak
saling terpisah.
Evaluasi kinerja yang efektif merupakan proses
yang
berkesinambungan
dan
dapat
dikatakan
melibatkan dua pertanyaan : “ Apakah pekerjaan telah
dikerjakan secara efektif ? dan Apakah keterampilan
dan
kemampuan
digunakan?”
karyawan
Pertanyaan
telah
sepenuhnya
pertama
cenderung
berorientasi pertimbangan, sementara yang kedua lebih
berorientasi pengembangan.
Pada
umumnya,
menerjemahkan
evaluasi
tanggungjawab
aktivitas
sehari-hari
pekerjaan
ditentukan
pekerjaan
yang
membantu
seharusnya
dasar
menyeluruh.
karyawan
pekerjaan
karyawan.
atas
berfokus
Tanggungjawab
suatu
Evaluasi
memahami
kedalam
analisis
seharusnya
tanggungjawab
pekerjaan tersebut, tujuan kerja yang dihubungkan
dengan tanggungjawab tersebut, dan tingkat di mana
tujuan telah dicapai. Evaluasi kinerja seharusnya
memusatkan perhatian pada kinerja pekerjaan, bukan
individu.
Jadi suatu evaluasi dikatakan evaluasi kinerja jika kita
menilai seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan
(Ivancevich JM, Konopaske R dan Matteson MT, 2005).
2.1.5.
Evaluasi
atau
Penilaian
Kinerja
Kepala
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
28 tahun 2010 tentang Penugasan guru sebagai kepala
sekolah/madrasah, Pasal 12 antara lain menjelaskan
bahwa:(1) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah
dilakukan
secara
berkala
setiap tahun dan secara
kumulatif setiap empat tahun; (2) Penilaian kinerja
tahunan
madrasah;
dilaksanakan
(3)
Penilaian
oleh
pengawas
kinerja
empat
sekolah/
tahunan
dilaksanakan
oleh
atasan
langsung
dengan
mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai
yang
terdiri
pendidik,
dari
pengawas
sekolah/
madrasah,
tenaga kependidikan, dan komite sekolah/
madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaian
kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik,
baik, cukup, sedang atau kurang.
Dalam Buku Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMPdanK dan
PMPPPTK, 2012) dijelaskan bahwa :
Penilaian
kinerja
kepala
sekolah
meliputi
(1) dimensi tugas utama manajerial; dan (2)
supervisi. Dalam dua dimensi tersebut terkandung
dua belas unsur tugas utama yang secara nyata
harus kepala sekolah penuhi sebagai implementasi
berbagai peraturan mendasari pemenuhan standar
pelaksanaan tugasnya...
Penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan
sebagai
kepala
sekolah/madrasah
yang
selanjutnya disebut penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah
merupakan
proses
pengumpulan,
pengolahan,
analisis,
dan
interpretasi data yang sesungguhnya kepala
sekolah/madrasah kerjakan pada setiap indikator
pemenuhan standar. Efektivitasnya ditentukan
dengan mengukur keberhasilan mencapai target
pada tiap indikator dibandingkan dengan target
yang ditetapkan dalam program.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35
Tahun 2010 menjelaskan bahwa penilaian kinerja guru
yang
memiliki
tugas
tambahan
sebagai
kepala
sekolah/madrasah meliputi enam komponen penilaian,
yaitu
kepribadian
pembelajaran,
dan
sosial,
pengembangan
kepemimpinan
sekolah/madrasah,
manajemen
sumber
daya,
kewirausahaan,
dan
supervisi pembelajaran.
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah khususnya
terkait dengan kompetensi supervisi Pembelajaran,
dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Guru (Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan,2011)
ditentukan
ada
tiga
Kriteria
Penilaian sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria Kompetensi sapervisi Pembelajaran Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah (PKKS),
mengacu Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
(Kem.dik.Nas. Dir.Jen. PMP dan TK,2011)
No.
1.
Kriteria
Menyusun
program
supervisi
akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru.
Indikator
Mampu menyusun program tahunan
supervisi akademik dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru
yang meliputi.
1) Fokus pada perbaikan proses dan
hasil belajar
2) Jadwal pelaksanaan dan instrumen
supervisi akademik
3) Dikomunikasikan pada bulan
pertama di awal tahun
4) Pendelegasian dan pemnbagian
tugas supervisor kepada guru senior
2.
Melaksana kan
supervisi
akademik
terhadap guru
dengan
menggunakan
pendekatan dan
teknik supervisi
yang tepat.
1) Mampu membagi tugas pelaksanaan
supervisi akademik kepada wakil
dan guru senior yang memenuhi
syarat (contohmembuat tim
pelaksana supervisi akademik,
menugaskan wakil dan guru senior
yang sesuai dengan mata pelajaran
dan pangkatnya lebih tinggi)
2) Mampu menerapkan prosedur,
pendekatan, dan teknik supervisi
yang tepat (contoh ada praobservasi,
observasi dan post observasi)
3) Mampu mengembangkan instrumen
supervisi yang relevan dengan
tuntutan perubahan dan sesuai
dengan perkembangan kurikulum
dari pemerintah (contoh ada muatan
nilai-nilai karakter)
4) Mampu mengevaluasi pelaksanaan
supervisi akademik.
3.
Menilai dan
menindak lanjuti
kegiatan
supervisi
akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru.
1) Mampu memanfaatkan hasil
penilaian supervisi akademik dalam
rangka evaluasi program sekolah
dibidang akademik (contoh: evaluasi
pengembangan silabus yang
terintegrasi dengan nilai karakter,
alokasi dana menambahan alat
peraga dan multimedia)
2) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme
guru (contoh: efektivitas metode
pembelajaran, relevansi media
pembelajaran, efektivitas tehnik
penilaian)
3) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dengan
mengefektifkan dan lebih
mengaktifkan MGMP sekolah,
mengirim guru dalam pelatihanpelatihan
4) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dengan
menyelenggarakan workshop dan
mengundang nara sumber yang
kompeten sesuai dengan hasil
evaluasi supervisi akademik.
Sedangkan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja
Kepala Sekolah/Madrasah (Kemendikbud.BPSDMP dan
K dan PMPPPTK, 2012) ditentukan Indikator Penilaian
Kinerja sebagai berikut
Tabel 2. Tugas Utama Supervisi dan Indikator Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah, mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah
No.
1.
2.
Tugas Utama
Supervisi
Merencanakan
program
supervisi
akademik
dalam rangka
peningkatan
profesionalis
me guru.
Melaksanakan
supervisi
akademik
terhadap guru
dengan
menggunakan
pendekatan
dan teknik
supervisi yang
tepat.
No.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
3.
Menindak
lanjuti hasil
evaluasi
program dalam
rangka
peningkatan
pemenuhan
standar
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Kinerja
Kepala sekolah mengidentifikasi
masalah pengelolaan.
Kepala sekolah merumuskan tujuan
yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur.
Kepala sekolah mengembangkan
instrumen supervisi.
Kepala sekolah mengadakan pertemuan
awal untuk menjaring data rencana
pembelajaran dan menetapkan fokus
kegiatan supervisi.
Kepala sekolah melaksanakan kegiatan
pemantauan pembelajaran dan
membuat catatan yang objektif dan
selektif sebagai bahan pemecahan
masalah supervisi.
Kepala sekolah melakukan pertemuan
refleksi, menganalisis catatan hasil
observasi, dan menyimpulkan hasil
observasi
Kepala sekolah memfasilitasi guru
dalam merencanakan tindak lanjut
perbaikan sistem penilaian hasil belajar.
Kepala sekolah bersama guru menyusun
rekomendasi tindaklanjut perbaikan
dalam bentuk kegiatan analisis butir
soal, remedial, dan pengayaan.
Kepala sekolah mengecek ulang
keterlaksanaan rekomendasi oleh guru
Kepala sekolah melaksanakan
pembinaan dan pengembangan guru
sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi.
Kepala sekolah menggunakan data hasil
supervisi sebagai bahan perbaikan
perbaikan kinerja pelaksanaan program.
Selanjutnya, dalam buku pedoman penilaian kinerja
Kepala
Sekolah/
Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMP
dan K dan PMPPPTK, 2012) menjelaskan bahwa setelah
bukti-bukti kinerja diperoleh melalui pengamatan ,
wawancara
dengan
warga
sekolah,
penilai
dapat
menentukan nilai Kinerja Kepala Sekolah dengan
langkah – langkah sebagai berikut:
(1) Penentuan Skor Indikator Kinerja, yang dinyatakan
dengan nilai kualitatif “ya” atau “tidak”... “Ya“
diberikan apabila Kepala Sekolah /Madrasah mampu
menunjukkan bukti-bukti yang lengkap dan sangat
meyakinkan bahwa data otentik yang diperoleh oleh
Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan
mencapai minimal 70 % dari data kinerja yang
diharapkan. “Tidak”, diberikan apabila Kepala Sekolah
/ Madrasah tidak mampu menunjukkan bukti-bukti
yang cukup bahwa data otentik yang diperoleh oleh
Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan tidak
mencapai 70% dari data kinerja yang diharapkan.
(2)Penentuan skor indikator, dengan rumus jumlah
jawaban “ya” dibagi jumlah “ya”maksimal kali 100...
(3) Penentuan Nilai Kinerja Kepala Sekolah,
dinyatakan dalam rentang nilai 1 sampai dengan 100
dan dibedakan menjadi lima ketegori penilaian yaitu :
Amat Baik (91 – 100) , baik (76 – 90) , Cukup (61 –
75), Sedang (51 - 60), Kurang ( kurang dari 51 ).
2.2. Dimensi Kompetensi Supervisi Kepala
Sekolah
2.2.1.
Supervisi sebagai salah satu Kompetensi dan
Tupoksi. Kepala Sekolah
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah (2007), dijelaskan ada lima kompetensi
Kepala Sekolah/ Madrasah , salah satunya adalah
dimensi kompetensi supervisi . Dimensi kompetensi
Supervisi dirinci menjadi tiga kompetensi, yaitu : (1)
merencanakan
rangka
program
peningkatan
melaksanakan
supervisi
akademik
profesionalisme
supervisi
akademik
guru
dalam
;
terhadap
(2)
guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi
yang
tepat
;
(3)
menindaklanjuti
hasil
supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Selain itu ada lima Tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi) Kepala Sekolah/ Madrasah yang dipaparkan
dalam buku kerja Kepala Sekolah yang diterbitkan oleh
Pusat Pengembangan tenaga Kependidikan, Badan
PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional
(2011),
yaitu
:
(1)
Perencanaan
Program;
(2)
Pelaksanaan Rencana Kerja ; (3) Pengawasan dan
Evaluasi ; (4) Kepemimpinan Sekolah; dan (5)Sistem
Informasi Manajemen.
Berdasarkan Permendiknas. RI nomor 13 tahun
2007 serta uraian dalam Buku Kerja kepala Sekolah
diatas,
menunjukkan
bahwa
Supervisi
atau
pengawasan selain menjadi salah satu kompetensi
Kepala Sekolah/ Madrasah, juga merupakan salah satu
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kepala Sekolah/
Madrasah.
Dalam Permen. No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses dijelaskan bahwa kegiatan supervisi
proses
pembelajaran
pelaksanaan,
dan
pada
penilaian
tahap
perencanaan,
hasil
pembelajaran
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas satuan
pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi.
2.2.2. Pengertian dan fungsi Supervisi Kepala
Sekolah
Mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan merupakan salah satu tugas
kepala sekolah. Supervisi merupakan suatu proses
yang dirancang secara khusus untuk membantu para
guru dan supervisor dalam mempelajari tugas seharihari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan
dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,
serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat
belajar yang lebih efektif (Mulyasa 2005).
Supervisi
dapat
berarti
pengawasan
yang
dilakukan oleh seorang yang ahli atau profesional
dalam
bidangnya
sehingga
dapat
memberikan
perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar
pembelajaran
dapat
dilakukan
dengan
baik
dan
berkualitas (Engkoswara, 2010).
Selanjutnya Mulyasa (2005) dalam buku Menjadi
Kepala Sekolah Profesional menjelaskan :
Jika supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, maka
ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan Pengendalian
ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para
tenaga
kependidikan
tidak
melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam
melaksanakan pekerjaannya...
Kepala
sekolah
sebagai
supervisor
harus
diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun
program supervisi pendidikan harus diwujudkan
dalam penyusunan program supervisi kelas,
pengembangan program supervisi untuk kegiatan
ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi
perpustakaan,
laboratorium,
dan
ujian.
Kemampuan melaksanakan program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan
program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra
kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan
hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil
supervisi untuk mengembangkan sekolah.
Berdasarkan uraian Mulyasa (2005) diatas, jelas
bahwa fungsi supervisi Kepala Sekolah sebagai kontrol
supaya kegiatan pendidikan di sekolah terarah ke
tujuan, juga sebagai preventif atau pencegahan agar
para guru tidak melakukan penyimpangan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2.2.3. Tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor
Dalam menjalankan perannya sebagai supervisor,
Kepala
Sekolah/
Madrasah
diharapkan
dapat
menyusun, melaksanakan atau melakukan Supervisi
Akademik kepada para guru di sekolah/ madrasahnya
dengan rutin, serta memanfaatkan hasilnya untuk
meningkatkan kinerja guru. Hal ini sejalan dengan apa
yang dipaparkan oleh Agung dan Yufridawati (2013)
dalam buku Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan
Sinergis antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
bahwa :
Kepala Sekolah senantiasa melakukan pemantauan
(monitoring) dan pengawasan (supervisi) terhadap
pelaksanaan kerja personil atau staf di sekolah
secara rutin maupun berkala. Untuk mengetahui
sejauh
mana
guru
mampu
melaksanakan
pembelajaran...
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran – tingkat penguasaan kompetensi
guru – selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan
dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat
memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan
keunggulannya
dalam
melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya Mulyasa (2005) memaparkan, dalam
melaksanakan
Sekolah
tugas
sebagai
dan
tanggung
supervisor
harus
jawab
Kepala
memperhatikan
prinsip-prinsip : (1) hubungan konsultatif, kolegkial
dan
bukan
hirarkhis,
(2)
dilaksanakan
secara
demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan
(guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga
kependidikan
profesional.
(guru),
(5)
merupakan
bantuan
2.2.4. Teknik dalam supervisi Kepala Sekolah
Mulyasa
melakukan
(2005)
,
tugasnya
Kepala
sebagai
Sekolah
dalam
supervisor
dapat
dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual,
dan simulasi pembelajaran.
Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan bersama para guru untuk memecahkan
berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu
keputusan.
Dalam
hal
supervisi,
biasanya
membicarakan masalah-masalah hasil temuan kepala
sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar
kelas. Diskusi dapat dilakukan di ruang guru atau
ruang
kelas
sekolah,
pada
sehingga
saat
anak-anak
tidak
sudah
mengganggu
pulang
kegiatan
pembelajaran, atau bisa juga dilaksanakan setelah
selesai rapat. Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan
pada jam efektif, seandainya terpaksa dilaksanakan
pada jam efektif, guru harus memberikan tugas kepada
para
peserta
didik.
Tugas
yang
diberikan
harus
menarik agar agar tidak menjadi beban.
Kunjungan kelas, dapat digunakan oleh kepala
sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati
kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan
kelas merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk
mendapatkan
informasi
secara
langsung
tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme
guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar.
Berdasarkan hasil kunjungan kelas, kepala sekolah
bersama
guru
bisa
mendiskusikan
berbagai
permasalahan yang ditemukan, mencari jalan keluar
atas permasalahan yang ditemukan dan menyusun
program- program pemecahan untuk masa yang akan
datang,
baik
profesionalisme
yang
guru
menyangkut
maupun
yang
peningkatan
menyangkut
pembelajaran. Pelaksanaan kunjungan kelas dapat
diberitahukan
terlebih
dahulu,
tetapi
dapat
pula
dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan
dan program kerja kepala sekolah, atau atas undangan
guru.
Pembicaraan individual, dapat digunakan oleh
kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada
guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
maupun masalah yang menyangkut profesionalisme
guru. Pembicaraan individual dapat menjadi strategi
pembinaan tenaga kependidikan yang sangat efektif,
terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang
menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Namun hal
ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagian
guru, yang merasa terusik privasinya.
Simulasi pembelajaran, perupakan suatu teknik
supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat
menganalisa
penampilan
yang
diamatinya
sebagai
introspeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara
mengajar
yang
paling
baik.
Kegiatan
ini
dapat
dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya
sebulan sekali dikelas-kelas tertentu ataupun tidak
terprogram sesuai kebutuhan.
Selanjutnya Mulyasa (2005) menegaskan bahwa
pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru)
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan
tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka
kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau
guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.
Keberhasilan kepada sekolah sebagai supervisor antara
lain
dapat
kesadaran
ditunjukkan
tenaga
meningkatkan
keterampilan
oleh
(1)
kependidikan
kinerjanya,
tenaga
dan
(2)
kependidikan
meningkatnya
(guru)
untuk
meningkatnya
(guru)
dalam
melaksanakan tugasnya.
2.3. penelitian yang relevan
Ada lima hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu :
Pertama,
penelitian
tentang
Pelaksanaan
Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SMP Negeri
269 Jakarta (2013), oleh Larasati A.M (2014). Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran
pelaksaanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah di SMP 269 Jakarta. Penelitian yang
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif ini diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
secara
umum
tugasnya
Kepala
sebagai
Sekolah
supervisor
telah
melakukan
dengan
melakukan
supervisi akademik untuk guru dengan terstruktur dan
terencana.
dilakukan
Pelaksanaan
oleh
Kepala
supervisi/
Sekolah
pengawasan
dengan
metode
kunjungan kelas, selanjutnya Kepala Sekolah menilai
guru dengan memberikan beberapa penilaian kinerja
guru dan menganalisis kekurangan pengajaran dan
sistem pembelajaran. Kepala Sekolah akan memberikan
penghargaan bagi guru yang memiliki nilai supervisi
terbaik, hal tersebut dilakukan sebagai langkah Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar. Tindak lanjut supervisi akademik dilakukan
dengan
mengajak
diskusi
terhadap
guru
dan
memberikan bimbingan terhadap guru agar lebih baik
lagi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya
penyelesaian
Kepala
Sekolah
kurang
pelatihan
kegiatan
supervisi
mengikutsertakan
kompeten
sehingga
dalam
guru-guru
kegiatan
diharapkan
akademik,
seminar
setelah
yang
dan
mengikuti
pelatihan kompetensi guru menjadi lebih baik dan
mampu
mencapai
tujuan
pendidikan
yang
telah
ditetapkan. Berdasarkan analisa mengenai supervisi
yang dilakukan kepala sekolah pada SMP 269 Jakarta,
kegiatan
supervisi
sangat
berperan
dalam
proses
peningkatan kegiatan belajar dan mengajar siswa
dalam mewujudkan siswa berprestasi, maka perlu
adanya perbaikan dalam hal kegiatan supervisi.
Kedua, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik oleh Kepala Sekolah dalam Upaya Pembinaan
Profesionalisme Guru di SMA oleh Lie , Radiana
Usman,Djudin Tomo (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
supervisi akademik oleh Kepala Sekolah dalam upaya
pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus
Pontianak.
Penelitian
bersifat
kualitatif,
dengan
pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian
ditemukan sebagai berikut : 1) Perencanaan, (a) dalam
melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu
menggunakan insrument pengamatan, (b) belum semua
guru mengetahui tentang jadwal dan tujuan supervisi
akademik, (c) penggunaan strategi/ metode sangat
bervariasi
dan
,(d)
sasaran
belum
terarah
;
2)
pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan
teknik yang bersifat individual; 3) tindak lanjut yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah lebih banyak melalui
pembinaan kelompok.
Ketiga, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik oleh Kepala Sekolah di Sekolah Menengah
Atas dan Sekolah menengah Kejuruan se-Kecamatan
Ngaglik Kabupaten Sleman, oleh Wibowo A.S (...).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala sekolah di Sekolah
Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan sekecamatan
supervisi
Ngaglik
Kabupaten
akademik
pada
Sleman,
;
(1)
meliputi
perencanaan
pembelajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3)
evaluasi
pembelajaran.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi 186 guru dari
lima sekolah, yaitu dua SMA dan
tiga SMK di
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Pengumpulan
data menggunakan metode angket dan wawancara. Uji
validitas menggunakan validitas internal dengan uji
validitas
isi
yang
kemudian
diteruskan
dengan
diujicobakan kepada 30 guru, sedangkan uji reliabilitas
menggunakan teknik Alpha Cronbach
dengan hasil
0,978. Analisis data dalam penelitian mengunakan
perhitungan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala SMA berada pada
kategori kurang baik (58,74%), sedangkan pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala SMK berada pada
kategori baik (68,08%). Supervisi akademik oleh kepala
sekolah pada: (1) perencanaan pembelajaran di SMA
berada pada kategori kurang baik (58,71%), sedangkan
di SMK berada pada kategori baik (69,08%), supervisi
akademik pada perencanaan pembelajaran di SMA
dilakukan
dengan
menyelenggarakan workshop,
sedangkan di SMK dilakukan dengan memberikan
arahan pada guru dalam pembuatan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) supervisi
akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA
berada pada kategori kurang baik (59,68%), sedangkan
di SMK berada pada kategori baik (67,69%), supervisi
akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA
dilakukan dengan cara kunjungan kelas, sedangkan di
SMK dilakukan dengan mengajarkan pada guru dalam
memanfaatkan
media
pembelajaran;
(3)
supervisi
akademik pada evaluasi pembelajaran di SMA berada
pada kategori kurang baik (57,37%), sedangkan di SMK
berada pada kategori baik (67,43%), supervisi akademik
pada evaluasi pembelajaran di SMA dilakukan dengan
memeriksa perangkat penilaian yang dipersiapkan oleh
guru, sedangkan di SMK dilakukan dengan pemberian
arahan serta masukan mengenai instrumen penilaian
yang dipersiapkan oleh guru.
Keempat,
penelitian
tentang
Concerns
of
Teachers and Principals on Inctructional Supervision in
Three Asian Countries ( Keprihatinan Guru dan Kepala
Sekolah dalam Supervisi Pembelajaran di tiga Negara
Asia),
oleh
Sailesh
Sharma,
Marohaini
Yusoff,
Sathiamoorthy Kannan, dan Suria Binti Baba (2011).
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang sifat
supervisi pembelajaran yang dilakukan di sekolahsekolah di tiga negara Asia yaitu India, Malaysia dan
Thailand. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan kuesioner dan wawancara. Sekitar 100 orang
guru
dan
25
Kepala
Sekolah
dari
tiga
negara
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Pembahasan difokuskan pada empat tema yang terkait
dengan masalah dalam penelitian yaitu supervision as a
continuous,
developmental
and
corporate
process;
supervision as a specialists’ area, the role of principals
and teachers in instructional supervision and benefits to
the teachers through instructional supervision.(supervisi
sebagai
proses
yang
berkesinambungan,
pengembangan dan korporasi; supervisi sebagai daerah
khusus/spesifik, peran kepala sekolah dan guru dalam
supervisi pembelajaran dan manfaat pembelajaran bagi
guru melalui supervisi pembelajaran).
Hasil penelitian tercatat bahwa supervisi pembelajaran
hanya untuk mencuci mata, penyelesaian tugas dan
proses hukuman dan tidak menguntungkan bagi para
guru. Para partisipan menekankan untuk melibatkan
guru, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan subyek
khusus
untuk
melaksanakan
pembelajaran
yang
menganjurkan
bagi
lebih
praktik
supervisi
bermakna.
Temuan
supervisor
untuk
menjadi
continuous development and corporate process .
Kelima,
penelitian
tentang
Assessment
of
Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian
Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan
mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). oleh
Adeolu Joshua Ayeni (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat
peran pengawasan kepala Sekolah dan efektivitas yang
dirasakan oleh pelaku dalam pengawasan tugas-tugas
pembelajaran guru. Selain itu, meneliti kendala yang
dihadapi kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas
pengawasan dalam proses belajar mengajar. Penelitian
ini
dengan
maksud
untuk
memberikan
informasi
mengenai pemanfaatan peran kepala sekolah dalam
meningkatkan jaminan mutu di sekolah menengah.
Penelitian
menggunakan
model
survei
deskriptif.
Populasi sasaran terdiri dari kepala sekolah dan guru
di sekolah menengah di negara bagian Ondo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
kepala
sekolah
memberikan
perhatian
untuk
memantau kehadiran guru, catatan persiapan mengajar
dan
kelengkapan
buku
harian
pekerjaan
seperti
penyediaan bahan ajar, buku referensi, umpan balik
dan
ulasan
kegiatan
dengan
para
pemangku
kepentingan yang banyak dilakukan kepala sekolah di
sekolah menengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
tantangan yang dihadapi kepala sekolah dalam tugastugas kelembagaan pemerintahan, input sumber daya,
pengiriman
kurikulum
dan
pembelajaran
siswa
membutuhkan kerjasama yang efektif dan berorientasi
pada tujuan keterkaitan sinergis antara sekolah dan
pemangku kepentingan terkait dalam lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian dari lima penelitian
diatas, walaupun metode, pendekatan maupun model
penelitian berbeda-beda, diperoleh hasil yang hampir
sama,
yaitu
tugasnya
Kepala
sebagai
melaksanakan
Sekolah
telah
melaksanakan
supervisor,
tetapi
belum
tugas
supervisi
akademik
dapat
secara
sempurna (sesuai dengan ketentuan yang berlaku).
2.4. Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini menggunakan evaluasi kinerja,
dengan kerangka pikir sebagai berikut :
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
SUPERVISI AKADEMIK
KEPALA SEKOLAH
TINDAK LANJUT
REKOMENDASI /
USULAN SOLUSI
Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian
Evaluasi
kinerja
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah, meliputi tiga tugas utama dalam supervisi
akademik, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan tindak
lanjut. Evaluasi kinerja dilakukan dengan melakukan
penilaian kinerja masing-masing tugas utama tersebut,
kemudian
membandingkannya
dengan
indikator
kinerja Kepala Sekolah mengacu Pedoman Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah/ Madrasah yang berlaku. Gap yang
ada diberikan usulan solusi atau rekomendasi untuk
perbaikan pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi
2.1.1. Pengertian Evaluasi
Umar Husein (2002) dalam buku Evaluasi Kinerja
Perusahaan, menjelaskan evaluasi adalah salah satu
tahap penting dalam manajemen yang berguna untuk
memberikan feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan
yang telah direncanakan agar pelaksanaan tersebut
tetap
berada
Sedangkan
pada
jalur
Sudijono
yang
(2011)
telah
dalam
ditetapkan.
bukunya
yang
berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, menjelaskan
evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu.
Evaluasi
“pengukuran”
kualitatif,
dan
karena
mencakup
dua
“penilaian”.
evalasi
pada
kegiatan
Evaluasi
dasarnya
yaitu
bersifat
adalah
merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering
bersumber pada data kuantitatif. Evaluasi sering dilihat
sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk
menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta
menggunakan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan
kinerja dimasa yang akan datang. Pencegahan dari
kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan
fungsi evaluasi yang valid (Sallis 2012).
Dari pendapat tiga pakar tersebut diatas, dapat
disimpulkan
pengukuran
bahwa
dan
Evalasi
penilaian
merupakan
yang
kegiatan
bertujuan
untuk
menemukan apa yang benar dan apa yang salah
sebagai feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dimasa
yang akan datang.
2.1.2. Tujuan Evaluasi
Menurut Wirawan (2012), tujuan melaksanakan
evaluasi antara lain adalah: (1) Mengukur pengaruh
program terhadap masyarakat; (2) menilai apakah
program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana; (3)
mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan
standar; (4) evaluasi program dapat mengidentifikasi
dan menemukan mana dimensi program yang jalan,
mana yang tidak jalan; (5) pengembangan staf program;
(6) memenuhi ketentuan undang-undang; (7) akreditasi
program ( apakah lembaga-lembaga yang melayani
kebutuhan masyarakat seperti sekolah, hotel, rumah
sakit, telah menyajikan layanan kepada masyarakat
sesuai dengan standar layanan yang ditentukan); (8)
mengukur
anggaran
cost
dengan
effectiveness
akibat
(kesepadanan
atau
manfaat
nilai
yang
ditimbulkan oleh program) dan cost-efficiency (apakah
biaya yang dikeluarkan untuk membiayai program
telah dikeluarkan secara efektif atau tidak) ; (9)
mengambil
keputusan
mengenai
program;
(10)
accountabilitas (pertanggungjawaban); (11) memberikan
balikan kepada pimpinan dan staff program; (12)
memperkuat posisi politik; (13) mengembangkan teori
ilmu evaluasi atau riset evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi
untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi
( apa yang akan dievaluasi ), mengontrol, memperbaiki,
dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.
Informasi tersebut kemudian dibandingkan atau dinilai
dengan indikator objek evaluasi. Hasil perbandingan
dapat memenuhi atau tidak memenuhi tolok ukur
keberhasilan. (Wirawan 2012).
2.1.3. Jenis Evaluasi
Wirawan (2012) memaparkan bahwa evaluasi dapat
dikelompokkan berdasarkan objeknya dan menurut
focus dalam suatu program.
Menurut
objeknya,
evaluasi
dapat
dikelompokkan menjadi : (1) Evaluasi Kebijakan,
adalah menilai kebijakan yang sedang atau telah
dilaksanakan. Setiap kebijakan harus dievaluasi untuk
menentukan
apakah
kebijakan
bermanfaat,
dapat
mencapai tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan
untuk
mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya.;
(2) Evaluasi Program, adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi
untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.
Evaluasi
program
dapat
dikelompokkan
menjadi
evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat
(outcome
evaluation)
dan
evaluasi
akibat
(impact
evolution). Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah
entervensi atau layanan program telah dilaksanakan
seperti yang direncanakan; dan apakah target populasi
yang direncanakan dilayani. Evaluasi ini juga menilai
mengenai
strategi
pelaksanaan
program.
Evaluasi
manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah
program
telah
menghasilkan
perubahan
yang
diharapkan ; (3) Evaluasi proyek, adalah kegiatan atau
aktivitas
yang
dilaksanakan
tertentu
untuk
mendukung
untuk
jangka
pelaksanaan
waktu
program.
Jangka waktu tersebut dapat satu atau dua tahun,
enam bulan, tiga bulan, sebulan, seminggu bahkan
sehari. Setelah jangka waktu tersebut suatu proyek
berakhir. Pelaksanaan proyek perlu dievaluasi untuk
mengukur kinerja dan manfaat proyek; (4) Evaluasi
Material. Untuk melaksanakan kebijakan, program
atau proyek diperlukan sejumlah material atau produkproduk tertentu; (5) Evaluasi Sumber Daya manusia.
Keberhasilan organisasi pendidikan, lembaga bisnis,
dan lembaga pemerintah sangat ditentukan oleh kinerja
para pendidik (guru dan dosen) dan para pegawai
organisasi tersebut, oleh karena itu mereka harus
dievaluasi kinerjanya secara periodik.
Menurut fokusnya, evaluasi dapat digolongkan
menjadi : (1) Asesmen kebutuhan program (program
need
assessment),
mengukur
level
adalah
kebutuhan
mengidentifikasi
yang
dan
diperlukan
dan
diinginkan oleh organisasi atau masyarakat. Asesmen
kebutuhan perlu dilakukan sebelum merencanakan
suatu kebijakan, program atau proyek. Dalam asesmen
kebutuhan , evaluator mengumpulkan semua informasi
yang berkaitan dengan perencanaan program. Hasil
evaluasi kebutuhan dipergunakan untuk menyusun
rencana
program
sebagai
entervensi
sosial
untuk
masyarakat; (2) Evaluasi proses program (process
program evaluation), merupakan evaluasi formatif
yang
berfungsi
mengontrol
pelaksanaan
cakupannya
adalah
penyimpangan
terjadi
mengukur
dalam
mengontrol
apa
dari
yang
harus
ketimpangan
dan
Dalam
apakah
pelaksanaan
yang
program
program.
mengukur
penyimpangan
diputuskan
kinerja
program.
untuk
satu
terjadi
Jika
direncanakan,
dilakukan
untuk
mengembalikan
pelaksanaan program ke treknya dalam pengertian:
kinerja yang diharapkan, penggunaan man, money,
material, machine, dan method yang dipergunakan
untuk
melaksanakan
program.
Evaluasi
proses
program dimulai ketika program mulai dilaksanakan. ;
(3) Evaluasi keluaran program (outcame program
evaluation, merupakan evaluasi sumatif (summative
evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan
akibat atau pengaruh dari program. Data yang dijaring
antara lain mengenal : (a) hasil atau keluaran program
apakah sesuai dengan yang direncanakan; (b) jumlah
dan jenis orang yang dilayani apakah sesuai dengan
yang direncanakan; (c) pengaruh atau akibat dari
program terhadap orang yang mendapatkan layanan;
apakah terjadi perubahan atau perbedaan dari sebelum
dan
sesudah
mendapatkan
layanan
program;
(d)
evaluasi keluaran juga mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan agar pengaruh program dapat berlangsung
terus-menerus. ; dan (4) evaluasi efisiensi (program
efficiency evaluation). Sumber biaya terbatas, maka
anggaran yang baik dan tepat adalah anggaran yang
pas tidak kurang dan tidak lebih daripada yang
dibutuhkan program. Cost yang digunakan untuk
membiayai program perlu dievaluasi.
2.1.4. Evaluasi Kinerja
Menurut
Ivancevich
JM,
Konopaske
R
dan
Matteson MT (2005), ada delapan tujuan spesifik dalam
evaluasi kinerja yaitu : (1) menyediakan dasar untuk
alokasi
penghargaan,
termasuk
kenaikan
,
pemberhentian, dan sebagainya; (2) mengidentifikasi
karyawan
yang
berpotensi
efektivitas
dari
prosedur
mengevaluasi
program
tinggi;
(3)
pemilihan
pelatihan
memvalidasi
karyawan;
(4)
sebelumnya;
(5)
menstimulasi perbaikan kinerja; (6) mengembangkan
cara untuk mengatasi hambatan dan penghambat
kinerja;
(7)
pengembangan
mengidentifikasi
dan
pelatihan;
kesempatan
(8)
membentuk
kesepakatan supervisor-karyawan mengenai ekspektasi
kinerja.
Kedelapan
tujuan
spesifik
tersebut
dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yang lebih luas.
Empat yang pertama memiliki orientasi pertimbangan,
empat yang terakhir memiliki orientasi pengembangan.
Evaluasi dengan orientasi pertimbangan memusatkan
perhatian pada kinerja masa lalu dan menyediakan
dasar
untuk
membuat
pertimbangan
mengenai
karyawan mana yang seharusnya diberi penghargaan
dan seberapa efektif program organisasi yang ada.
Evaluasi
dengan
orientasi
pengembangan
lebih
menaruh perhatian pada memperbaiki kinerja masa
depan dengan memastikan ekspektasi dengan jelas dan
dengan mengidentifikasikan cara untuk memfasilitasi
kinerja karyawan. Kedua kategori ini tentu saja tidak
saling terpisah.
Evaluasi kinerja yang efektif merupakan proses
yang
berkesinambungan
dan
dapat
dikatakan
melibatkan dua pertanyaan : “ Apakah pekerjaan telah
dikerjakan secara efektif ? dan Apakah keterampilan
dan
kemampuan
digunakan?”
karyawan
Pertanyaan
telah
sepenuhnya
pertama
cenderung
berorientasi pertimbangan, sementara yang kedua lebih
berorientasi pengembangan.
Pada
umumnya,
menerjemahkan
evaluasi
tanggungjawab
aktivitas
sehari-hari
pekerjaan
ditentukan
pekerjaan
yang
membantu
seharusnya
dasar
menyeluruh.
karyawan
pekerjaan
karyawan.
atas
berfokus
Tanggungjawab
suatu
Evaluasi
memahami
kedalam
analisis
seharusnya
tanggungjawab
pekerjaan tersebut, tujuan kerja yang dihubungkan
dengan tanggungjawab tersebut, dan tingkat di mana
tujuan telah dicapai. Evaluasi kinerja seharusnya
memusatkan perhatian pada kinerja pekerjaan, bukan
individu.
Jadi suatu evaluasi dikatakan evaluasi kinerja jika kita
menilai seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan
(Ivancevich JM, Konopaske R dan Matteson MT, 2005).
2.1.5.
Evaluasi
atau
Penilaian
Kinerja
Kepala
Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
28 tahun 2010 tentang Penugasan guru sebagai kepala
sekolah/madrasah, Pasal 12 antara lain menjelaskan
bahwa:(1) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah
dilakukan
secara
berkala
setiap tahun dan secara
kumulatif setiap empat tahun; (2) Penilaian kinerja
tahunan
madrasah;
dilaksanakan
(3)
Penilaian
oleh
pengawas
kinerja
empat
sekolah/
tahunan
dilaksanakan
oleh
atasan
langsung
dengan
mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai
yang
terdiri
pendidik,
dari
pengawas
sekolah/
madrasah,
tenaga kependidikan, dan komite sekolah/
madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaian
kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik,
baik, cukup, sedang atau kurang.
Dalam Buku Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMPdanK dan
PMPPPTK, 2012) dijelaskan bahwa :
Penilaian
kinerja
kepala
sekolah
meliputi
(1) dimensi tugas utama manajerial; dan (2)
supervisi. Dalam dua dimensi tersebut terkandung
dua belas unsur tugas utama yang secara nyata
harus kepala sekolah penuhi sebagai implementasi
berbagai peraturan mendasari pemenuhan standar
pelaksanaan tugasnya...
Penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan
sebagai
kepala
sekolah/madrasah
yang
selanjutnya disebut penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah
merupakan
proses
pengumpulan,
pengolahan,
analisis,
dan
interpretasi data yang sesungguhnya kepala
sekolah/madrasah kerjakan pada setiap indikator
pemenuhan standar. Efektivitasnya ditentukan
dengan mengukur keberhasilan mencapai target
pada tiap indikator dibandingkan dengan target
yang ditetapkan dalam program.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35
Tahun 2010 menjelaskan bahwa penilaian kinerja guru
yang
memiliki
tugas
tambahan
sebagai
kepala
sekolah/madrasah meliputi enam komponen penilaian,
yaitu
kepribadian
pembelajaran,
dan
sosial,
pengembangan
kepemimpinan
sekolah/madrasah,
manajemen
sumber
daya,
kewirausahaan,
dan
supervisi pembelajaran.
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah khususnya
terkait dengan kompetensi supervisi Pembelajaran,
dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Guru (Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan,2011)
ditentukan
ada
tiga
Kriteria
Penilaian sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria Kompetensi sapervisi Pembelajaran Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah (PKKS),
mengacu Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
(Kem.dik.Nas. Dir.Jen. PMP dan TK,2011)
No.
1.
Kriteria
Menyusun
program
supervisi
akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru.
Indikator
Mampu menyusun program tahunan
supervisi akademik dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru
yang meliputi.
1) Fokus pada perbaikan proses dan
hasil belajar
2) Jadwal pelaksanaan dan instrumen
supervisi akademik
3) Dikomunikasikan pada bulan
pertama di awal tahun
4) Pendelegasian dan pemnbagian
tugas supervisor kepada guru senior
2.
Melaksana kan
supervisi
akademik
terhadap guru
dengan
menggunakan
pendekatan dan
teknik supervisi
yang tepat.
1) Mampu membagi tugas pelaksanaan
supervisi akademik kepada wakil
dan guru senior yang memenuhi
syarat (contohmembuat tim
pelaksana supervisi akademik,
menugaskan wakil dan guru senior
yang sesuai dengan mata pelajaran
dan pangkatnya lebih tinggi)
2) Mampu menerapkan prosedur,
pendekatan, dan teknik supervisi
yang tepat (contoh ada praobservasi,
observasi dan post observasi)
3) Mampu mengembangkan instrumen
supervisi yang relevan dengan
tuntutan perubahan dan sesuai
dengan perkembangan kurikulum
dari pemerintah (contoh ada muatan
nilai-nilai karakter)
4) Mampu mengevaluasi pelaksanaan
supervisi akademik.
3.
Menilai dan
menindak lanjuti
kegiatan
supervisi
akademik dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme
guru.
1) Mampu memanfaatkan hasil
penilaian supervisi akademik dalam
rangka evaluasi program sekolah
dibidang akademik (contoh: evaluasi
pengembangan silabus yang
terintegrasi dengan nilai karakter,
alokasi dana menambahan alat
peraga dan multimedia)
2) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme
guru (contoh: efektivitas metode
pembelajaran, relevansi media
pembelajaran, efektivitas tehnik
penilaian)
3) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dengan
mengefektifkan dan lebih
mengaktifkan MGMP sekolah,
mengirim guru dalam pelatihanpelatihan
4) Mampu menindaklanjuti hasil
penilaian supervisi akademik dengan
menyelenggarakan workshop dan
mengundang nara sumber yang
kompeten sesuai dengan hasil
evaluasi supervisi akademik.
Sedangkan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja
Kepala Sekolah/Madrasah (Kemendikbud.BPSDMP dan
K dan PMPPPTK, 2012) ditentukan Indikator Penilaian
Kinerja sebagai berikut
Tabel 2. Tugas Utama Supervisi dan Indikator Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah, mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah/Madrasah
No.
1.
2.
Tugas Utama
Supervisi
Merencanakan
program
supervisi
akademik
dalam rangka
peningkatan
profesionalis
me guru.
Melaksanakan
supervisi
akademik
terhadap guru
dengan
menggunakan
pendekatan
dan teknik
supervisi yang
tepat.
No.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
3.
Menindak
lanjuti hasil
evaluasi
program dalam
rangka
peningkatan
pemenuhan
standar
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Kinerja
Kepala sekolah mengidentifikasi
masalah pengelolaan.
Kepala sekolah merumuskan tujuan
yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur.
Kepala sekolah mengembangkan
instrumen supervisi.
Kepala sekolah mengadakan pertemuan
awal untuk menjaring data rencana
pembelajaran dan menetapkan fokus
kegiatan supervisi.
Kepala sekolah melaksanakan kegiatan
pemantauan pembelajaran dan
membuat catatan yang objektif dan
selektif sebagai bahan pemecahan
masalah supervisi.
Kepala sekolah melakukan pertemuan
refleksi, menganalisis catatan hasil
observasi, dan menyimpulkan hasil
observasi
Kepala sekolah memfasilitasi guru
dalam merencanakan tindak lanjut
perbaikan sistem penilaian hasil belajar.
Kepala sekolah bersama guru menyusun
rekomendasi tindaklanjut perbaikan
dalam bentuk kegiatan analisis butir
soal, remedial, dan pengayaan.
Kepala sekolah mengecek ulang
keterlaksanaan rekomendasi oleh guru
Kepala sekolah melaksanakan
pembinaan dan pengembangan guru
sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi.
Kepala sekolah menggunakan data hasil
supervisi sebagai bahan perbaikan
perbaikan kinerja pelaksanaan program.
Selanjutnya, dalam buku pedoman penilaian kinerja
Kepala
Sekolah/
Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMP
dan K dan PMPPPTK, 2012) menjelaskan bahwa setelah
bukti-bukti kinerja diperoleh melalui pengamatan ,
wawancara
dengan
warga
sekolah,
penilai
dapat
menentukan nilai Kinerja Kepala Sekolah dengan
langkah – langkah sebagai berikut:
(1) Penentuan Skor Indikator Kinerja, yang dinyatakan
dengan nilai kualitatif “ya” atau “tidak”... “Ya“
diberikan apabila Kepala Sekolah /Madrasah mampu
menunjukkan bukti-bukti yang lengkap dan sangat
meyakinkan bahwa data otentik yang diperoleh oleh
Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan
mencapai minimal 70 % dari data kinerja yang
diharapkan. “Tidak”, diberikan apabila Kepala Sekolah
/ Madrasah tidak mampu menunjukkan bukti-bukti
yang cukup bahwa data otentik yang diperoleh oleh
Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan tidak
mencapai 70% dari data kinerja yang diharapkan.
(2)Penentuan skor indikator, dengan rumus jumlah
jawaban “ya” dibagi jumlah “ya”maksimal kali 100...
(3) Penentuan Nilai Kinerja Kepala Sekolah,
dinyatakan dalam rentang nilai 1 sampai dengan 100
dan dibedakan menjadi lima ketegori penilaian yaitu :
Amat Baik (91 – 100) , baik (76 – 90) , Cukup (61 –
75), Sedang (51 - 60), Kurang ( kurang dari 51 ).
2.2. Dimensi Kompetensi Supervisi Kepala
Sekolah
2.2.1.
Supervisi sebagai salah satu Kompetensi dan
Tupoksi. Kepala Sekolah
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah (2007), dijelaskan ada lima kompetensi
Kepala Sekolah/ Madrasah , salah satunya adalah
dimensi kompetensi supervisi . Dimensi kompetensi
Supervisi dirinci menjadi tiga kompetensi, yaitu : (1)
merencanakan
rangka
program
peningkatan
melaksanakan
supervisi
akademik
profesionalisme
supervisi
akademik
guru
dalam
;
terhadap
(2)
guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi
yang
tepat
;
(3)
menindaklanjuti
hasil
supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Selain itu ada lima Tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi) Kepala Sekolah/ Madrasah yang dipaparkan
dalam buku kerja Kepala Sekolah yang diterbitkan oleh
Pusat Pengembangan tenaga Kependidikan, Badan
PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional
(2011),
yaitu
:
(1)
Perencanaan
Program;
(2)
Pelaksanaan Rencana Kerja ; (3) Pengawasan dan
Evaluasi ; (4) Kepemimpinan Sekolah; dan (5)Sistem
Informasi Manajemen.
Berdasarkan Permendiknas. RI nomor 13 tahun
2007 serta uraian dalam Buku Kerja kepala Sekolah
diatas,
menunjukkan
bahwa
Supervisi
atau
pengawasan selain menjadi salah satu kompetensi
Kepala Sekolah/ Madrasah, juga merupakan salah satu
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kepala Sekolah/
Madrasah.
Dalam Permen. No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses dijelaskan bahwa kegiatan supervisi
proses
pembelajaran
pelaksanaan,
dan
pada
penilaian
tahap
perencanaan,
hasil
pembelajaran
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas satuan
pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi.
2.2.2. Pengertian dan fungsi Supervisi Kepala
Sekolah
Mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan merupakan salah satu tugas
kepala sekolah. Supervisi merupakan suatu proses
yang dirancang secara khusus untuk membantu para
guru dan supervisor dalam mempelajari tugas seharihari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan
dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,
serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat
belajar yang lebih efektif (Mulyasa 2005).
Supervisi
dapat
berarti
pengawasan
yang
dilakukan oleh seorang yang ahli atau profesional
dalam
bidangnya
sehingga
dapat
memberikan
perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar
pembelajaran
dapat
dilakukan
dengan
baik
dan
berkualitas (Engkoswara, 2010).
Selanjutnya Mulyasa (2005) dalam buku Menjadi
Kepala Sekolah Profesional menjelaskan :
Jika supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, maka
ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan Pengendalian
ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para
tenaga
kependidikan
tidak
melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam
melaksanakan pekerjaannya...
Kepala
sekolah
sebagai
supervisor
harus
diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun
program supervisi pendidikan harus diwujudkan
dalam penyusunan program supervisi kelas,
pengembangan program supervisi untuk kegiatan
ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi
perpustakaan,
laboratorium,
dan
ujian.
Kemampuan melaksanakan program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan
program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra
kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan
hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil
supervisi untuk mengembangkan sekolah.
Berdasarkan uraian Mulyasa (2005) diatas, jelas
bahwa fungsi supervisi Kepala Sekolah sebagai kontrol
supaya kegiatan pendidikan di sekolah terarah ke
tujuan, juga sebagai preventif atau pencegahan agar
para guru tidak melakukan penyimpangan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2.2.3. Tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor
Dalam menjalankan perannya sebagai supervisor,
Kepala
Sekolah/
Madrasah
diharapkan
dapat
menyusun, melaksanakan atau melakukan Supervisi
Akademik kepada para guru di sekolah/ madrasahnya
dengan rutin, serta memanfaatkan hasilnya untuk
meningkatkan kinerja guru. Hal ini sejalan dengan apa
yang dipaparkan oleh Agung dan Yufridawati (2013)
dalam buku Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan
Sinergis antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
bahwa :
Kepala Sekolah senantiasa melakukan pemantauan
(monitoring) dan pengawasan (supervisi) terhadap
pelaksanaan kerja personil atau staf di sekolah
secara rutin maupun berkala. Untuk mengetahui
sejauh
mana
guru
mampu
melaksanakan
pembelajaran...
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran – tingkat penguasaan kompetensi
guru – selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan
dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat
memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan
keunggulannya
dalam
melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya Mulyasa (2005) memaparkan, dalam
melaksanakan
Sekolah
tugas
sebagai
dan
tanggung
supervisor
harus
jawab
Kepala
memperhatikan
prinsip-prinsip : (1) hubungan konsultatif, kolegkial
dan
bukan
hirarkhis,
(2)
dilaksanakan
secara
demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan
(guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga
kependidikan
profesional.
(guru),
(5)
merupakan
bantuan
2.2.4. Teknik dalam supervisi Kepala Sekolah
Mulyasa
melakukan
(2005)
,
tugasnya
Kepala
sebagai
Sekolah
dalam
supervisor
dapat
dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual,
dan simulasi pembelajaran.
Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan bersama para guru untuk memecahkan
berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu
keputusan.
Dalam
hal
supervisi,
biasanya
membicarakan masalah-masalah hasil temuan kepala
sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar
kelas. Diskusi dapat dilakukan di ruang guru atau
ruang
kelas
sekolah,
pada
sehingga
saat
anak-anak
tidak
sudah
mengganggu
pulang
kegiatan
pembelajaran, atau bisa juga dilaksanakan setelah
selesai rapat. Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan
pada jam efektif, seandainya terpaksa dilaksanakan
pada jam efektif, guru harus memberikan tugas kepada
para
peserta
didik.
Tugas
yang
diberikan
harus
menarik agar agar tidak menjadi beban.
Kunjungan kelas, dapat digunakan oleh kepala
sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati
kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan
kelas merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk
mendapatkan
informasi
secara
langsung
tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme
guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar.
Berdasarkan hasil kunjungan kelas, kepala sekolah
bersama
guru
bisa
mendiskusikan
berbagai
permasalahan yang ditemukan, mencari jalan keluar
atas permasalahan yang ditemukan dan menyusun
program- program pemecahan untuk masa yang akan
datang,
baik
profesionalisme
yang
guru
menyangkut
maupun
yang
peningkatan
menyangkut
pembelajaran. Pelaksanaan kunjungan kelas dapat
diberitahukan
terlebih
dahulu,
tetapi
dapat
pula
dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan
dan program kerja kepala sekolah, atau atas undangan
guru.
Pembicaraan individual, dapat digunakan oleh
kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada
guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
maupun masalah yang menyangkut profesionalisme
guru. Pembicaraan individual dapat menjadi strategi
pembinaan tenaga kependidikan yang sangat efektif,
terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang
menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Namun hal
ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagian
guru, yang merasa terusik privasinya.
Simulasi pembelajaran, perupakan suatu teknik
supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat
menganalisa
penampilan
yang
diamatinya
sebagai
introspeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara
mengajar
yang
paling
baik.
Kegiatan
ini
dapat
dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya
sebulan sekali dikelas-kelas tertentu ataupun tidak
terprogram sesuai kebutuhan.
Selanjutnya Mulyasa (2005) menegaskan bahwa
pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru)
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan
tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka
kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau
guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.
Keberhasilan kepada sekolah sebagai supervisor antara
lain
dapat
kesadaran
ditunjukkan
tenaga
meningkatkan
keterampilan
oleh
(1)
kependidikan
kinerjanya,
tenaga
dan
(2)
kependidikan
meningkatnya
(guru)
untuk
meningkatnya
(guru)
dalam
melaksanakan tugasnya.
2.3. penelitian yang relevan
Ada lima hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu :
Pertama,
penelitian
tentang
Pelaksanaan
Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SMP Negeri
269 Jakarta (2013), oleh Larasati A.M (2014). Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran
pelaksaanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah di SMP 269 Jakarta. Penelitian yang
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif ini diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
secara
umum
tugasnya
Kepala
sebagai
Sekolah
supervisor
telah
melakukan
dengan
melakukan
supervisi akademik untuk guru dengan terstruktur dan
terencana.
dilakukan
Pelaksanaan
oleh
Kepala
supervisi/
Sekolah
pengawasan
dengan
metode
kunjungan kelas, selanjutnya Kepala Sekolah menilai
guru dengan memberikan beberapa penilaian kinerja
guru dan menganalisis kekurangan pengajaran dan
sistem pembelajaran. Kepala Sekolah akan memberikan
penghargaan bagi guru yang memiliki nilai supervisi
terbaik, hal tersebut dilakukan sebagai langkah Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar. Tindak lanjut supervisi akademik dilakukan
dengan
mengajak
diskusi
terhadap
guru
dan
memberikan bimbingan terhadap guru agar lebih baik
lagi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya
penyelesaian
Kepala
Sekolah
kurang
pelatihan
kegiatan
supervisi
mengikutsertakan
kompeten
sehingga
dalam
guru-guru
kegiatan
diharapkan
akademik,
seminar
setelah
yang
dan
mengikuti
pelatihan kompetensi guru menjadi lebih baik dan
mampu
mencapai
tujuan
pendidikan
yang
telah
ditetapkan. Berdasarkan analisa mengenai supervisi
yang dilakukan kepala sekolah pada SMP 269 Jakarta,
kegiatan
supervisi
sangat
berperan
dalam
proses
peningkatan kegiatan belajar dan mengajar siswa
dalam mewujudkan siswa berprestasi, maka perlu
adanya perbaikan dalam hal kegiatan supervisi.
Kedua, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik oleh Kepala Sekolah dalam Upaya Pembinaan
Profesionalisme Guru di SMA oleh Lie , Radiana
Usman,Djudin Tomo (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
supervisi akademik oleh Kepala Sekolah dalam upaya
pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus
Pontianak.
Penelitian
bersifat
kualitatif,
dengan
pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian
ditemukan sebagai berikut : 1) Perencanaan, (a) dalam
melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu
menggunakan insrument pengamatan, (b) belum semua
guru mengetahui tentang jadwal dan tujuan supervisi
akademik, (c) penggunaan strategi/ metode sangat
bervariasi
dan
,(d)
sasaran
belum
terarah
;
2)
pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan
teknik yang bersifat individual; 3) tindak lanjut yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah lebih banyak melalui
pembinaan kelompok.
Ketiga, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik oleh Kepala Sekolah di Sekolah Menengah
Atas dan Sekolah menengah Kejuruan se-Kecamatan
Ngaglik Kabupaten Sleman, oleh Wibowo A.S (...).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala sekolah di Sekolah
Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan sekecamatan
supervisi
Ngaglik
Kabupaten
akademik
pada
Sleman,
;
(1)
meliputi
perencanaan
pembelajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3)
evaluasi
pembelajaran.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi 186 guru dari
lima sekolah, yaitu dua SMA dan
tiga SMK di
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Pengumpulan
data menggunakan metode angket dan wawancara. Uji
validitas menggunakan validitas internal dengan uji
validitas
isi
yang
kemudian
diteruskan
dengan
diujicobakan kepada 30 guru, sedangkan uji reliabilitas
menggunakan teknik Alpha Cronbach
dengan hasil
0,978. Analisis data dalam penelitian mengunakan
perhitungan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala SMA berada pada
kategori kurang baik (58,74%), sedangkan pelaksanaan
supervisi akademik oleh kepala SMK berada pada
kategori baik (68,08%). Supervisi akademik oleh kepala
sekolah pada: (1) perencanaan pembelajaran di SMA
berada pada kategori kurang baik (58,71%), sedangkan
di SMK berada pada kategori baik (69,08%), supervisi
akademik pada perencanaan pembelajaran di SMA
dilakukan
dengan
menyelenggarakan workshop,
sedangkan di SMK dilakukan dengan memberikan
arahan pada guru dalam pembuatan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) supervisi
akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA
berada pada kategori kurang baik (59,68%), sedangkan
di SMK berada pada kategori baik (67,69%), supervisi
akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA
dilakukan dengan cara kunjungan kelas, sedangkan di
SMK dilakukan dengan mengajarkan pada guru dalam
memanfaatkan
media
pembelajaran;
(3)
supervisi
akademik pada evaluasi pembelajaran di SMA berada
pada kategori kurang baik (57,37%), sedangkan di SMK
berada pada kategori baik (67,43%), supervisi akademik
pada evaluasi pembelajaran di SMA dilakukan dengan
memeriksa perangkat penilaian yang dipersiapkan oleh
guru, sedangkan di SMK dilakukan dengan pemberian
arahan serta masukan mengenai instrumen penilaian
yang dipersiapkan oleh guru.
Keempat,
penelitian
tentang
Concerns
of
Teachers and Principals on Inctructional Supervision in
Three Asian Countries ( Keprihatinan Guru dan Kepala
Sekolah dalam Supervisi Pembelajaran di tiga Negara
Asia),
oleh
Sailesh
Sharma,
Marohaini
Yusoff,
Sathiamoorthy Kannan, dan Suria Binti Baba (2011).
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang sifat
supervisi pembelajaran yang dilakukan di sekolahsekolah di tiga negara Asia yaitu India, Malaysia dan
Thailand. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan kuesioner dan wawancara. Sekitar 100 orang
guru
dan
25
Kepala
Sekolah
dari
tiga
negara
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Pembahasan difokuskan pada empat tema yang terkait
dengan masalah dalam penelitian yaitu supervision as a
continuous,
developmental
and
corporate
process;
supervision as a specialists’ area, the role of principals
and teachers in instructional supervision and benefits to
the teachers through instructional supervision.(supervisi
sebagai
proses
yang
berkesinambungan,
pengembangan dan korporasi; supervisi sebagai daerah
khusus/spesifik, peran kepala sekolah dan guru dalam
supervisi pembelajaran dan manfaat pembelajaran bagi
guru melalui supervisi pembelajaran).
Hasil penelitian tercatat bahwa supervisi pembelajaran
hanya untuk mencuci mata, penyelesaian tugas dan
proses hukuman dan tidak menguntungkan bagi para
guru. Para partisipan menekankan untuk melibatkan
guru, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan subyek
khusus
untuk
melaksanakan
pembelajaran
yang
menganjurkan
bagi
lebih
praktik
supervisi
bermakna.
Temuan
supervisor
untuk
menjadi
continuous development and corporate process .
Kelima,
penelitian
tentang
Assessment
of
Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian
Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan
mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). oleh
Adeolu Joshua Ayeni (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat
peran pengawasan kepala Sekolah dan efektivitas yang
dirasakan oleh pelaku dalam pengawasan tugas-tugas
pembelajaran guru. Selain itu, meneliti kendala yang
dihadapi kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas
pengawasan dalam proses belajar mengajar. Penelitian
ini
dengan
maksud
untuk
memberikan
informasi
mengenai pemanfaatan peran kepala sekolah dalam
meningkatkan jaminan mutu di sekolah menengah.
Penelitian
menggunakan
model
survei
deskriptif.
Populasi sasaran terdiri dari kepala sekolah dan guru
di sekolah menengah di negara bagian Ondo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
kepala
sekolah
memberikan
perhatian
untuk
memantau kehadiran guru, catatan persiapan mengajar
dan
kelengkapan
buku
harian
pekerjaan
seperti
penyediaan bahan ajar, buku referensi, umpan balik
dan
ulasan
kegiatan
dengan
para
pemangku
kepentingan yang banyak dilakukan kepala sekolah di
sekolah menengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
tantangan yang dihadapi kepala sekolah dalam tugastugas kelembagaan pemerintahan, input sumber daya,
pengiriman
kurikulum
dan
pembelajaran
siswa
membutuhkan kerjasama yang efektif dan berorientasi
pada tujuan keterkaitan sinergis antara sekolah dan
pemangku kepentingan terkait dalam lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian dari lima penelitian
diatas, walaupun metode, pendekatan maupun model
penelitian berbeda-beda, diperoleh hasil yang hampir
sama,
yaitu
tugasnya
Kepala
sebagai
melaksanakan
Sekolah
telah
melaksanakan
supervisor,
tetapi
belum
tugas
supervisi
akademik
dapat
secara
sempurna (sesuai dengan ketentuan yang berlaku).
2.4. Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini menggunakan evaluasi kinerja,
dengan kerangka pikir sebagai berikut :
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
SUPERVISI AKADEMIK
KEPALA SEKOLAH
TINDAK LANJUT
REKOMENDASI /
USULAN SOLUSI
Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian
Evaluasi
kinerja
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah, meliputi tiga tugas utama dalam supervisi
akademik, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan tindak
lanjut. Evaluasi kinerja dilakukan dengan melakukan
penilaian kinerja masing-masing tugas utama tersebut,
kemudian
membandingkannya
dengan
indikator
kinerja Kepala Sekolah mengacu Pedoman Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah/ Madrasah yang berlaku. Gap yang
ada diberikan usulan solusi atau rekomendasi untuk
perbaikan pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah.