MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
TESIS
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Program Magister Ilmu Hukum
OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
PEMBIMBING
PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, SH. MHum.
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
(2)
MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
DISUSUN OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI
PADA TANGGAL 8 MEI 2010
TESIS INI TELAH DITERIMA
SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
MAGISTER ILMU HUKUM
PEMBIMBING
MAGISTER ILMU HUKUM
PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, SH. MHum.
NIP. 19621110 198703 1 004
(3)
MEMANTAPKAN PROFESIONALISME POLRI
DIBIDANG PENEGAKAN HUKUM
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM
DISUSUN OLEH :
Drs. AGUNG HENDARYANA
B4A 005 256
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI
PADA TANGGAL 8 MEI 2010
TESIS INI TELAH DITERIMA
SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR
MAGISTER ILMU HUKUM
PEMBIMBING MENGETAHUI MAGISTER ILMU HUKUM KETUA PROGRAM
PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, SH. MHum. PROF. DR. PAULUS HADISUPRAPTO, SH. MH. NIP. 19621110 198703 1 004 NIP. 19490721 197603 1 001
(4)
KATA PEN GAN TAR
Assalam ualaikum Wr. Wb.
Dengan m engucapkan segala puj i dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan YME yang m enguasai seluruh alam sem est a dan m em berikan perlindungan kepada seluruh um at - Nya, m aka akhirnya penulis dapat m enyelesaikan Tesis
ini. Sebagai Judul Dalam Tesis ini penulis m em ilih “M EM AN TAPKAN
PROFESI ON ALI SM E POLRI D I BI D AN G PEN EGAKAN H U KUM D ALAM
RAN GKA M EW UJUD KAN SU PREM ASI H UKU M ”, nam un penulis sadari
w alaupun t elah banyak m asukan, arahan, bim bingan yang diberikan t erut am a oleh Dosen Pem bim bing dalam upaya m enyem purnakan Tesis ini, nam un Tesis ini m asih j auh dari kesem purnaan dan m asih banyak kekurangan. Hal ini m erupakan ket erbat asan penget ahuan dan pengalam an penulis, dan bukan m erupakan suat u kesengaj aan.
Berangkat dari pendapat , bahw a banyak pendapat orang akan lebih m enyem purnakan pendapat kit a dalam m encapai t uj uan, m aka dengan segala kerendahan hat i penulis m engharapkan m asukan, krit ik sert a saran yang bersifat m em bangun segaligus m em perbaiki guna sem purnanya Tesis ini.
Pada kesem pat an yang baik ini dengan segala kerendahan hat i dan rasa horm at yang sangat dalam m aka penulis m enghat urkan t erim a kasih yang set inggi – t ingginya, kepada :
1. Prof. Dr. Yos Johan Ut am a, S.H. MHum . selaku Pem bant u Dekan I Fakult as Hukum Universit as Diponegoro dan Dosen Pem bim bing dalam Penulisan Tesis ini
(5)
2. Prof. Dr. Paulus Hadisuprapt o, S.H. MH. selaku Ket ua Program Pascasarj ana Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro dan selaku Dosen Met odologi dalam Penulisan Tesis ini.
3. Prof. Dr. Barda Naw aw i Arief, S.H. selaku Dosen Senior pada Program Magist er I lm u Hukum dan Mant an Ket ua Program Pascasarj ana Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro pada saat Kelas Khusus Polda Masuk Sebagai Mahasisw a.
4. Prof. Dr . Arief Hidayat , S.H. MS. selaku Dekan Fakult as Hukum Universit as Diponegoro dan Dosen Penguj i
5. Prof. Dr . Moem poeni Mart oj o, S.H. selaku Dosen Senior pada Program Magist er I lm u Hukum yang banyak m em berikan m asukan dalam Penulisan Tesis ini.
6. I bu Ani Purw ant i, S.H. MHum , I bu Am alia, S.H. MHum . dan Bapak Eko Sabar Prihat in, S.H. MH. dim ana Beliau – Beliau ini t elah banyak m em bant u penulis unt uk m enyelesaikan st udi pada Program Pascasarj ana Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro
7. Bapak dan I bu Dosen sert a Para Guru Besar pada Program Magist er I lm u Huk um Universit as Diponegor o Sem arang yang t elah m em berikan bim bingan dan m em bant u dalam kelancaran penyelesaian Tesis ini.
Karena at as Bim bingan dan Arahan sert a Pengaj aran Beliau – Beliau t ersebut m aka penulis m em peroleh penget ahuan yang sangat berharga. Sem oga Tuhan YME Mem berkahi dan Melindungi Bapak dan I bu Sekalian.
8. Seluruh Civit as Akadem ika Program Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro, yang t elah m em berikan sem angat kepada penulis dalam penulisan Tesis ini.
(6)
9. Kedua Orang Tua Penulis yang sangat kam i cint ai Bapak R. Koesm an Wiradikoesoem a dan I bu Kam ilah Nyom an Ar m ini yang selalu t ak ada hent i - hent inya m endoakan Penulis.
10. Bapak I rj en Pol ( Purn) H. Drs. Chaerul Rasj id, S.H. MH. Mant an Kapolda Jat eng yang t elah Mengaj ak dan Mendorong penulis bergabung di Kelas Khusus Polda unt uk Menunt ut I lm u di Program Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro, unt uk it u penulis ucapkan t erim a kasih yang sebesar - besarnya at as sem ua bant uan dan bim bingan Beliau.
11. Bapak - Bapak di Kelas Khusus Polda yait u “ Kelom pok 16“ yang selalu bersam a – sam a dalam Menunt ut I lm u di Progr am Magist er I lm u Hukum Universit as Diponegoro, penulis ucapkan t erim a kasih at as Kebersam aan, Kerukunan dan Kekom pakan yang t erj alin dengan baik , sem oga ini dapat dij adikan Cont oh dan Panut an bagi yang lain.
12. Sem ua pihak yang t idak dapat penulis sebut kan sat u persat u yang t elah m em bant u pada saat Mununt ut I lm u m aupun m em bant u dalam kelancaran penulisan Tesis ini, dan t ak lupa penulis ucapkan t erim a kasih kepada AKBP. Suhart i, S.H. MH. dan Suam i, Bapak Didi Pram udj i Hart ant o, S.H. MH. yang t elah bersusah payah dan m em bant u dalam penyusunanan Tesis ini hingga selesai.
Akhirnya besar harapan penulis agar Tesis ini dapat bernilai st rat egis dan berm anfaat bagi siapapun yang m em baca dan m enggunakannya unt uk kepent ingan dan kem aj uan kehidupan berm asyarakat , berbangsa dan bernegar a.
Bilahi t aufiq w al hidayah, Wasalam ualaikum . Wr. Wb.
Sem arang, M e i 2010.
(7)
ABSTRAK
Tunt ut an reform asi t ot al di I ndonesia, yang m enghendaki perubahan diberbagai aspek kehidupan dibidang Polit ik, Ekonom i, Sosial Budaya, Keam anan dan Hukum . Tunt ut an reform asi dibidang hukum m enghendaki t er wuj udnya suprem asi hukum yang dit opang dengan kokohnya pilar hukum yang m eliput i subst ansi hukum , kualit as aparat penegak hukum , sarana prasarana hukum yang m em adai dan t ingginya budaya hukum m asyarakat . Kehendak unt uk m ewuj udkan suprem asi huk um m erupakan t ant angan bagi Polri dalam upaya m eningkat kan profesionalism e dan kinerj a dibidang penegakan huk um .
Pendek at an y ang ak an digunak an adalah pendek at an y ang ber sifat Yur idis Em pir is. Penelit ian y ang ber basis pada inv ent ar isasi huk um posit if, penem uan azas- azas h uk um dan penem uan huk um in concr et t o, y ang dilengk api pengam at an oper asionalisasi huk u m secar a em pir is di m asy ar ak at .
Upaya m ew uj udkan Polr i yang m andiri, profesional dan dapat m em enuhi harapan m asyarakat , m enghendaki Polri unt uk m enuj u paradigm a baru sebagai Polisi Sipil yang m enj unj ung t inggi hak azasi m asnusia, dem okrasi, dan berorient asi pada kepent ingan m asyarakat . Pergeseran paradigm a Polri m em bawa im plikasi pem baharuan pada aspek st rukt ural, inst rum ent al dan k ult ural, yang m enunt ut berbagai peningkat an baik dibidang pem bangunan kekuat an, pem binaan kekuat an m aupun operasional dalam rangka m em ant apkan profesionalism e Polri.
St rat egi dan k ebij akan dalam m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum , diim plem ent asikan dalam bent uk program yang secara sim ult an dilak sanakan m elalui proses pem bangunan kek uat an dengan lebih m engedepankan sat uan kewilayahan, pem binaan sum berdaya pendukung yang m encak up sum berdaya personil, m at eriil dan anggaran, sert a m eningkat kan pem binaan operasional Polri dalam rangka m endukung pelaksanaan t ugas Polri dibidang penegakan hukum .
Secara spesifik pada aspek pem binaan sum berdaya m anusia diperlukan t erobosan dalam pola dan pr oses rekrut m en, pendidikan, pem binaan karier, peningkat an kesej aht er aan, fungsi pengawasan dan penerapan reward and punishm ent syst em , sert a diim bangi proses pengem bangan diri oleh set iap individu ( individual developm ent ) . Hal ini dilakukan dengan m aksud unt uk lebih m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum t erut am a yang bcrk ait an dengan int egrit as m oral, sikap perilaku dan et ika pr ofesi sert a disiplin dan t anggung j awab yang t inggi pada set iap personil Polri.
(8)
ABSTRACT
The dem and of t ot al reform at ion in I ndonesian dem ands changes in v arious Polit ical, Econom ic, Socio- Cult ural, Securit y and Legal aspect s of life. The dem and of reform at ion in legal area dem ands t he realizat ion of legal seprem acy support ed by t he solid legal pillars including legal subst ances, qualit y of law enforcer apparat us, adequat e legal facilit ies- infrast ruct ures, and high level of public legal cult ure. The init iat ive t o realize legal suprem acy is a challenge for I ndonesian Police in order t o im prove it s professionalism and perform ance in t he area of law enforcem ent .
The approach t hat w ill be used in t his research is t he j uridical- em pirical approach. This r esear ch is based on t he posit ive law invent ory, legal principle findings and inconcret t o law findings, com plet ed whit an observat ion of em pirical legal operat ion in t he societ y.
The effort s of realizing I ndonesian Police t hat is independent , professional, and ablel t o fulfill public dem ands requires I ndonesian Police t o shift t o a new paradigm as t he Civil Police, highly - respect ing hum an right s and dem ocracy, and it orient at es t o public im port ance. The paradigm shift ing in I ndonesian Police brings t he im plicat ion of reform in st ruct ural, inst rum ent al, and cult ural aspect s, dem anding various im provem ent s in st rengt h building and st rengt h and operat ional const ruct ions in order t o est ablish t he I ndonesian Police professionalism .
St rat egy and policy used in t he est ablishm ent of I ndonesian Police professionalism in t he area of law enforcem ent are im plem ent ed in t he form of program s sim ult aneously execut ed t hrough t he processes of st rengt h building t hat em phasizes on t he t errit orial unit , support ing resources conct ruct ion including personal, m at erial, and budget resources, and im provem ent of I ndonesian Police operat ional const ruct ion in order t o support t he execut ion t he t asks of I ndonesian Police in t he area of law enforcem ent .
Specifially, in t he hum an resource const ruct ion aspect , it requires breakt hrough in t he pat t erns and processes of recruit m ent , aducat ion, career building, w elfar e im provem ent , m onit or ing funct ion and t he applicat ion of reward and punishm ent syst em , and it is count erbalanced by t he process of self-developm ent of every individual ( indiv idual self-developm ent ) . This is perform ed wit h t he purpose of est ablishing I ndonesian Police professionalism in t he area of law enforcem ent firm ly, especially t he m at t ers relat ed t o m oral int egrit y, behavioral at t it ude an professional et hics, and high discipline and responsibilit y in every I ndonesian Police personnel.
(9)
D AFTAR I SI
H ALAM AN JU D UL ... i
H ALAM AN PEN GESAH AN ... ii
KATA PEN GAN TAR ... iv
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
D AFTAR I SI ... x i BAB I PEN D AH U LUAN ... 1
A. Lat ar Belakang ... 1
B. Per um usan Masalah ... 8
C. Tuj uan Penelit ian ... 9
D. Kerangka Pem ikiran ... 9
E. Met ode Penelit ian ... 26
F. Sist em at ika Penulisan... 30
BAB I I TI N JAUAN PUSTAKA ... 3 1 A. Paradigm a Bar u Polri ... 31
B. Profesionalism e Polri ... 40
BAB I I I H ASI L PEN ELI TI AN D AN PEM BAH ASAN ... 4 6 A. Kinerj a Penegakan Hukum Polri Dalam Perspekt if Profesionalism e Polri... 46
(10)
B. Fakt or - Fakt or Yang Mem pengaruhi Kinerj a Penegakan Hukum Polri Dalam Perspekt if Profesionalism e Polri ... 65
C. Mem ant apkan Kinerj a Penegakan Hukum Polr i
Dalam Perspekt if Profesionalism e Polri Di Masa Mendat ang 71
BAB I V PEN UTUP ... 9 1
A. Kesim pulan ... 91 B. Saran ... 92
(11)
BAB I PEN D AH U LUAN
A. La t a r Be r la k a n g
Derasnya arus globalisasi m elalui pem anfaat an perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi t elah m eram bah keseluruh negara di
dunia, dan m enj adikan dunia seakan t anpa bat as (borderless world) .
Seiring dengan perkem bangan global t ersebut , t elah berkem bang pula isu global yang m encakup dem okrat isasi, HAM, lingkungan hidup dan ket erbukaan, yang disam ping m em baw a dam pak posit if dalam sem angat kebersam aan ant ar bangsa di dunia, j uga sering dim anfaat kan oleh negara adidaya unt uk m elakukan int ervensi t erhadap negara- negara berkem bang yang m enurut nya m engabaikan nilai- nilai dem okrat isasi, HAM, lingkungan hidup dan nilai- nilai global lainnya.
Menyikapi berbagai perm asalahan bangsa dan krisis m ult i dim ensi yang m elanda I ndonesia t erm asuk krisis di bidang hukum yang sarat dengan penyim pangan dan kepent ingan polit ik. Bahkan t erkesan bahwa penyim pangan- penyim pangan t ersebut seolah dilindungi oleh
“ pem biasan hukum ” yang berlaku saat it u. Karena berbagai undang-undang, perat uran didesign unt uk m elindungi perbuat an- per buat an penyim pangan yang pada akhirnya dij adikan “ pem benaran” dan sangat m erugikan m asyar akat sebagai “ pencari keadilan” . Pada sisi lain t elah berkem bang fenom ena- fenom ena yang m erupakan kelem ahan pr oses penegakan hukum , dan sering kali t idak m encer m inkan rasa keadilan
(12)
dan kepast ian hukum , sehingga dapat m engakibat kan kekecewaan dan lunt urnya kepercayaan m asyarakat t erhadap hukum di I ndonesia.
Rakyat dengan berbagai kom ponen bangsa sej ak t ahun 1999 m enggulir kan t unt ut an refor m asi t ot al di sem ua aspek kehidupan
m enuj u t at a I ndonesia Baru. Berbagai langkah reform asi t elah dilakukan ant ara lain di bidang polit ik m elalui am andem en UUD 1945, dibidang ekonom i dengan m enerapkan sist em yang bercirikan ekonom i
kerakyat an, dibidang sosial budaya unt uk m ew uj udkan m asyarakat m adani, dan dibidang hukum lebih m engarahkan kepada t erwuj udnya suprem asi hukum , yang dit opang kokohnya pilar- pilar hukum yang m encakup subst ansi hukum , kualit as aparat penegak hukum , sarana prasarana penegakan hukum yang m em adai, dan budaya hukum m asyarakat nya.
Kom it m en rakyat dan seluruh kom ponen bangsa I ndonesia dalam proses reform asi t ot al, t elah m am pu m endorong reform asi Polri unt uk kem bali kepada j at idirinya sebagai salah sat u aparat ur pem erint ah, yang sekaligus pengem ban fungsi pem erint ahan negar a di bidang penegakan hukum yang “ m andiri, pr ofesional dan m em enuhi harapan m asyarakat ” , Hal ini secara t egas t ert uang dalam Undang Undang No 2 t ahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik I ndonesia. Selanj ut nya unt uk dapat m elaksanakan t ugas pokoknya di bidang pem eliharaan keam anan dan ket ert iban m asyar akat , penegakan hukum sert a m em berikan
perlindungan pengayom an dan pelayanan kepada m asyarakat , Polri harus segera m eningkat kan sifat - sifat m ilit erist ik m enuj u paradigm a
(13)
Polri selaku apar at penegak hukum dit unt ut unt uk m am pu
berperan dalam m enunj ang t erw uj udnya suprem asi hukum . Kehendak unt uk m ewuj udkan suprem asi hukum m erupakan t ant angan bagi Polri, karena Polri diharapkan unt uk m am pu m eningkat kan profesionalism e dan kinerj anya m elalui penerapan paradigm a baru dalam proses
penegakan hukum . Unt uk dapat m elaksanakan t ugas pokok, fungsi dan perannya, m aka kepada Polri t elah diberikan st at us kem andiriannya berdasar kaaan TAP MPR No VI / MPR/ t ahun 2000 t ent ang Pem isahan TNI dan Polri dan TAP MPR No VI I / MPR/ t ahun 2000 t ent ang Peran TNI dan Peran Polri sert a Undang Undang No. 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik I ndonesia. Dengan m em perhat ikan uraian diat as, m em berikan gam baran sekaligus harapan unt uk m endeskripsikan pandangan penulis dalam t esis ini bahw a : “ t erw uj udnya suprem asi hukum , berkait an erat dengan profesionalism e aparat penegak hukum t erm asuk Polri di dalam nya” . Perm asalahan- perm asalahan yang dihadapi Polri:
A. Paradigm a
1. St rukt ur pada saat posisi Polri m asih berint egrasi dengan ABRI ( m asa lalu) m aka Polri pada saat ini m em iliki ciri- ciri:
a) Secara st rukt ural at asan yang lebih t inggi adalah Mabes ABRI . b) Dalam m enangani m asalah- m asalah keam anan, khususnya
yang berkait an dengan aspek penegakan hukum ( represif)
(14)
c) Peran ABRI bergerak pada dom ain pert ahanan ( defence) dan
keam anan ( securit y) ( baik pert ahanan w ilayah / t erit orial at au
keam anan ket ert iban um um ) . 2. Perilaku yang dibent uk :
a) Kurikulum pendidikan dengan filosofi " Dw i Warna Purw a
Cendikia Wusana" dan belum dapat m ew uj udkan perilaku Polri yang " Mahir , Terpuj i dan Pat uh Hukum " sebagai filosofi
pendidikan Polri saat ini.
b) Penegakan hukum dengan pola represif m asih lebih
dikedepankan daripada m engedepankan pola perlindungan, pengayom an m aupun pelayanan m asyarakat .
c) Part isipasi m asyarakat m asih kurang m endapat kan respon
secara baik (Com m unit y Policing) dan m asih m engedepankan
hukum dengan pendekat an respresif.
B. Sum ber Daya Manusia
1. Kebij akan yang berkait an dengan pengat uran usia pensiun m enj adi 48 t ahun unt uk Bint ara dan 55 t ahun Perw ira.
2. Rum usan Jakst ra PoI ri 2004 di bidang pendidikan t ersirat bahwa " sekolah unt uk m em int arkan personel" bukan unt uk m endapat kan j abat an.
3. Orient asi perbandingan Polisi dengan penduduk sam pai dengan akhir t ahun 2004 t ercapainya angka rat io 1 : 750.
(15)
4. Rekr ut m en Polri m asih m encari bent uk yang pas, baik pada penerim aan Akpol. PPSS at aupun Bint ara guna m enyaring calon anggot a Polri yang m em iliki kepribadian sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan m asyarakat .
5. Pem benahan bidang st rukt ural, inst rum ent al dan kult ural m asih dihadapakan pada perm asalahan geografi, dem ografi, kualit as sum ber daya m anusia dan m asalah kebangsaan.
C. Dukungan m at eril dan anggaran berupa ( t r ansport asi, m obilit as, kom unikasi pada fungsi operasional m aupun pem binaan Kepolisian) belum m em adai.
D. Secara ekst ernal belum t um buhnya rasa kepercayaan m asyarakat (t rust) kepada Polri dalam m enj alankan t ugasnya sebagai pelindung,
pengayom dan pelayan sert a penegak hukum .
Gam baran st rat egi sert a kenyat aan pelaksanaan kegiat an
pem binaan personil Polri, dalam m enuj u polisi sipil yang profesional dan dem okrat is sej alan dengan kebij akan Kapolri di bidang sum ber daya m anusia ant ara lain :
Pert am a : Proses seleksi yang diadakan unt uk m erekruit SDM Polri dilaksanakan seobyekt if m ungkin, bila perlu m enggunakan j asa lem baga yang independen unt uk m enent ukan seleksi dari calon polisi, dengan m enggunakan st andar yang t inggi dan ket at dan pelaksanaan proses seleksi yang j uj ur.
(16)
Kedua : Dalam hal pendidikan yang sangat m endasar adalah m elakukan perubahan filosofi pendidikan dari Dw i Warna Purna Cendikia Wusana yang m elahirkan pr aj urit pej uang dan pej uang praj urit m enj adi Mahir , Terpuj i dan Pat uh Hukum , yang berorient asi kepada Paradigm a pendidikan yait u pendidikan Sist em at ik- Organik m enunt ut pendidikan
bersifat double t racks. Art inya pendidikan sebagai suat u proses t idak
bisa dilepaskan dari perkem bangan dan dinam ika m asyarakat nya. Ket iga : Selain it u j uga bekerj asam a dengan Negara donor unt uk m em berikan peralat an dan pelat ihan- pelat ihan yang diarahkan pada
pekerj aan polisi sipil. Sepert i kerj asam a dengan I OM ( I nt ernat ional
Organizat ion for Migrat ion) program difokuskan pada perbaikan
kurikulum . dan bahan aj aran di SPN- SPN sert a m elat ih inst rukt ur HAM. Keem pat : Polri yang berorient asi pasar, di era globalisai sekarang ini dalam . m em berikan j asa at au pelayanan kepada m asyarakat . Polri m elihat at au berorient asi pada pasar ( apa yang m enj adi harapan at au t unt ut an m asyarakat / apa yang sedang m enj adi t rend di m asyarakat t erut am a yang berkait an dengan m asalah- m asalah Kam t ibm as) .
Kelim a : Polri yang Desent ralisasi : Dalam m enuj u Polri yang
m andiri salah sat u sasarannya adalah Polri yang ut uh dari Mabes sam pai t ingkat pos polisi dan Polri t et ap dalam bent uk polisi nasional m engingat negara RI adalah negara kepulauan yang t erpisah- pisah dan dengan
adanya polisi nasional akan m em perm udah dalam m em berikan back up
at aupun pergeseran pasukan.
Apakah ini dapat m enj aw ab harapan m asyarakat t erhadap proses penegakan hukum yang m encerm inkan rasa keadilan, kepast ian hukum dan t erw uj udnya suprem asi hukum ? Pada kenyat aan m asih dij um pai
(17)
adanya ket im pangan dan fenom ena- fenom ena negat if, dan inilah yang m enj adi proses pem bahasan unt uk m enget engahkan perm asalahan : “ Bagaim ana m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum dalam rangka m ew uj udkan supr em asi hukum ” .
B. Pe r u m u sa n M a sa la h
Mencerm at i lat ar belakang t ersebut diat as m aka dirum uskan perm asalahan sebagai berikut :
1. Bagaim ana kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if profesionalism e Polri ?
2. Fakt or - fakt or apa yang m em pengaruhi kinerj a penegakan hukum Polr i dalam perspekt if profesionalism e Polri ?
3. Bagaim ana upaya m em ant apkan kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if profesionalism e Polri di m asa dat ang ?
C. Tu j u a n Pe n e lit ia n
Penelit ian t esis ini bert uj uan unt uk :
Tuj uan penelit ian t esis ini, kiranya dapat dit erim a sebagai bahan t indak lanj ut bagi Pim pinan Polri baik dalam rangka pengam bilan keput usan m aupun penent uan kebij akan, guna pem ant apan profesionalism e Polri dibidang penegakan hukum dalam rangka m ew uj udkan suprem asi hukum .
D . Ke r a ngk a Pe m ik ir a n
(18)
Reform asi t ot al t elah m endorong t erlaksananya reform asi Polri sesuai t unt ut an perkem bangan m asyarakat dalam rangka m ew uj udkan Polri yang m andiri, profesional dan m em enuhi harapan m asyarakat . Seluruh rakyat dan bangsa I ndonesia m enghendaki agar Polri m erubah paradigm a m enuj u
Polisi Sipil (Civilian Police) yang ant ara lain bercirikan dem okrat is
m enj unj ung t inggi kebenaran, keadilan, dan hak asasi m anusia sert a m ewuj udkan suprem asi hukum . Proses reform asi t ersebut t erus berj alan dengan langkah dan program yang lebih j elas unt uk m enat a kem am puan dan kesiapan Polri secara m enyeluruh baik aspek st rukt ural, inst rum ent al m aupun aspek kult ural. Yang kem udian dirum uskan kem bali visi dan m isi Polri, t erm asuk t idak kalah pent ingnya adalah rum usan j at i diri, kinerj a dan t ant angan t ugas Polri ke depan sert a perw uj udan budaya Polri yang
paradigm at is, yait u bersifat prot agonis, berorient asi kepada pelayanan m asyarakat , lebih baik m encegah dari pada m enindak dan lain- lain.
Dit engah arus reform asi m enyongsong perw uj udan m asyarakat
m adani (social societ y) dengan kecender ungan ber bagai per ubahan, akan
berpengaruh dan berim plikasi luas baik t erhadap pelaksanaan t ugas m aupun pergeseran yang konsept ual kearah “ Paradigm a Baru Polri” . Perum usan paradigm a baru Polri harus berangkat dari j at i diri Polri yang diungkapkan berdasarkan t ugas pokok Polri yang m encerm inkan nilai- nilai sej arah, hukum , budaya, sosiologis dan falsafah hidup yang m elekat pada Polri it u sendiri. Reform asi Polri m em ang m er upakan m asalah k om pleks dan m em but uhkan w akt u panj ang, sert a harus dilaksanakan secara konsist en dan konsekuen. Dalam proses perubahan paradigm a baru Polri m enuj u Polisi Sipil, m aka set iap langkah operasional Polri dalam lingkup peran dan
(19)
t ugas pokoknya selaku pem elihara kam t ibm as, dan sebagai penegak hukum , senant iasa dij iw ai kinerj a sebagai sosok pelindung, pengayom dan pelayan m asyarakat .
Dalam perkem bangan dan sej arah Polri selam a ini sebagai pej uang dan t erint egrasi dengan ABRI , t elah m engukir dan m engendap dalam diri sert a m em bent uk wat ak anggot a m aupun organisasi Polri yang m enj iw ai kiprah dan budayanya sehingga t am pak “ m enyim pang” dari hakiki j at i dirinya, t erut am a sebagai akibat dan pengaruh dari budaya m ilit erism e. Paradigm a yang dem ikian t elah m engham bat pem bangunan st andar profesionalism e Polri yang m enj unj ung t inggi HAM dan kaidah- kaidah
hukum sert a sosial yang berlaku di m asyarakat .1
Keadaan t ersebut dikait kan dengan perkem bangan global sert a t unt ut an reform asi dew asa ini, m aka j elas bahw a kedepan Polri
m em erlukan adanya pergeseran cara ber pikir dan bert indak yang
berorient asi kepada suprem asi hukum , int egrit as m oral, et ika profesi dan kepent ingan sosial sert a perlindungan, pengayom an dan pelayanan
m asyarakat , yang m enj unj ung t inggi hak asasi m anusia, dem okrat isasi dan keadilan sesuai j at i diri Polri it u sendiri.
Apabila pem aknaan j at i diri Polri t ersebut dapat hidup dan
berkem bang dalam diri set iap anggot a Polri, t erut am a dalam gerak dinam is kinerj a baik dibidang pelayanan m aupun dibidang operasional yang
dilandasi dengan profesionalism e dan int egrit as m oral, akan m enj adi ciri dan w at ak baru Polri sesuai t unt ut an t ugas pokoknya. Maka hal dem ikian m erupakan cerm in diri yang sesungguhnya dari paradigm a bar u Polri.
1
(20)
Kearah paradigm a baru inilah Polri harus dibawa dan diposisikan guna dapat m engem ban t ugas pokoknya secara lebih baik sebab hanya dengan dem ikian Polri akan m em peroleh kredibilit as, legalit as, akunt anbilit as dan w ibawanya sehingga senant iasa, akan dekat dan dapat dipercaya oleh rakyat nya.
2. Profesionalism e Polri
Tunt ut an t erhadap profesionalism e Polri dewasa ini didorong oleh perkem bangan lingkungan st rat egik, sosial kem asyarakat an sert a t unt ut an reform asi publik. Profesionalism e m uncul sebagai suat u kebut uhan
t erhadap t ant angan t ugas yang dihadapi, sebab t anpa pr ofesionalism e t idaklah m ungkin t ercapai t ingkat efekt ifit as dan produkt ivit as yang t inggi. Beberapa pengert ian berkait an dengan profesionalism e polri dapat
dikem ukakan sebagai berikut : a. Profesional
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia Balai Pust aka 1999, m enyebut kan bahw a “ Profesional adalah hal- hal yang m enyangkut dengan profesi m em erlukan kepandaian khusus unt uk m enj alankannya m engharuskan adanya pem bayaran unt uk m elakukan” .
2) Dalam bukunya ant ara Kekuasaan dan Pr ofesionalism e m enuj u kem andirian Polri, cet akan pert am a t ahun 2001, Kunart o m enyebut kan bahw a “ Profesional Polri adalah yang m enget ahui, m engert i dan m em aham i apa t ugas, w ew enang dan t anggungj aw abnya sebagai seorang Polisi yang dit unj ukkan dengan
(21)
sikap yang selalu berpegang pada at uran yang berlaku” .
b. Profesionalism e
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia cet akan Balai Pust aka t ahun 1999 disebut kan bahw a “ Profesionalism e adalah m ut u, kualit as dan t indak t anduk yang m erupakan ciri suat u profesi at au orang yang profesioanlism e” .
2) Menurut Kunart o pada t ahun 1999 m enyebut kan bahwa “ Profesionalism e” adalah sebagai berikut :
a) Ket ram pilan yang didasarkan at as penget ahuan t eorit is.
b) Mem per oleh pendidikan t inggi dan lat ihan kem am puan diakui olah rekan sej awat nya.
c) Ada “ Organisasi Profesi” yang m enj am in berlangsungnya budaya profesi m elalui persyarat an yang m em asuki or ganisasi yait u “ ket aat an pada Kode- Et ik Profesi” .
d) Ada nilai khusus, harus diabdikan kepada m asyarakat .
3) Profesionalism e Polri
Profesionalism e Polri dalam naskah m at a kuliah Manaj em en St rat egi Polri dir um uskan sebagai berikut “ Kem ahiran dan ket ram pilan set iap anggot a dan sat uan Polri dalam m elaksanakan t ugas, fungsi dan perannya didukung penget ahuan, w aw asan, m oral et ika sert a et os kerj a yang t inggi, dengan m em anfaat kan ilm u penget ahuan dan t eknologi m aupun t akt ik dan t eknik Kepolisian secara benar dan t epat ber dasar kan hukum dan per undang- undangan m aupun norm a- norm a um um lainnya yang berlaku” .
(22)
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a t unt ut an profesionalism e Polri m erupakan kebut uhan t ugas yang disikapi sebagai bagian dari proses adapt asi t erhadap pem aknaan j at i diri Polri sert a reakt ualisasi at as kedudukan, fungsi dan perannya. Hal ini sej alan dengan
perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi dalam rangka
opt im alisasi pelaksanaan t ugas dalam m ew uj udkan Polri sebagai Polisi Sipil yang profesional, berwibawa dan dapat dipercaya oleh rakyat nya. Pem bangunan m anaj em en Polri j uga harus sesuai dengan prinsip- prinsip yang m enganut asas ket erbukaan, efekt if dan efisien, proakt if dan
kooperat if yang didukung kem am puan m anagerial yang handal.
3. Pengert ian Penegakan Hukum
Sebagaim ana dit egaskan dalam UUD 1945 hasil perubahan dit egaskan bahw a I ndonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (recht st aat) , bukan berdasarkan kekuasaan (m achst aat) , apalagi
bercirikan negara penj aga m alam (nacht w acht erst aat) . Sej ak aw al
kem erdekaan, para bapak bangsa sudah m enginginkan negara I ndonesia harus dikelola berdasarkan hukum .
Penegakan hukum sebagai bagian dari legal sist em , t idak dapat
dipisahkan dengan subst ansi hukum (legal subst ance) dan budaya
hukum (legal cult ur e) . Roger Cot t errell dari Universit y of London t elah
m engkaj i t erhadap hubungan hukum dalam inst rum en perubahan sosial. Hal ini adalah sej alan dengan pendapat William Evan yang t elah
m engem ukakan t eorinya t ent ang st rukt ur hukum dalam hubungan int eraksi ant ara lem baga- lem baga hukum dan lem baga- lem baga non-hukum yang saling m em pengaruhi. Sebelum abad ke- 20 t erdapat suat u pandangan aliran hukum alam dim ana hukum dilihat didalam aspek
(23)
wuj ud m asyarakat at au disebut sebagai paradigm a posit ivism e. Orang penganut posit ivism e m elihat hukum dari akar m oralnya, m aka disini kelihat an hukum t idak m em punyai independensi at au ot onom i.
Perm asalahan m endasar dalam pardigm a posit ivm e ini ialah unt uk
m enj aw ab suat u pert anyaan dengan cara dan bagaim ana hukum it u bisa
dibebaskan dari akar sosial dan k ult uralnya2.
Selanj ut nya dikat akan bahw a sej ak abad ke- 20 t erdapat perubahan hukum berdasarkan aspek m asyarakat sehingga sangat
kent al hubungan hukum dengan negara (law t he st at e) , m isalnya dalam
usaha perekonom ian seolah- olah t erj adi revolusi dunia dalam hubungan sosial, ant ara lain dalam bent uk upaya program m onopoli. Bent uk sikap dan key akinan dengan cara yang t idak pernah t erpikirkan oleh para ahli hukum sebelum nya bahwa hukum sebenarnya j uga unt uk m em enuhi kepent ingan ekonom i. Hal ini sesuai dengan pandangan Cot t erell bahw a hukum dapat direncanakan secara luas yang m eliput i bidang ekonom i dan sosial j ika suat u negara m enghendaki dalam keadaan kuat dan m em punyai fasilit as t eknologi yang m em adai dan m engaw asi
pengendalian j aringan kom unikasi yang besar yang dikendalikan oleh m edia m assa.
Dikem ukakan lebih lanj ut bahwa hukum sebagai agen kekuasaan m aka hukum sebagai inst rum en negara, hukum dapat dipisahkan dari m asyarakat nya. Dengan dem ikian, hukum sebagai alat m engubah sosial (law act ion upon societ y) m aka hukum berpengaruh t erhadap sist em
sosial. Kelem ahan dari konsep ini, ukurannya bukan didasarkan pada kesesuaian at as adat ist iadat m asyarakat nam un lebih dikonsent rasikan pada kekuasaan polit ik dan sebagai t olok ukurnya ialah efekt ivit as
2
(24)
hukum yang didasarkan pada hukum yang berkem bang di m asyarakat . Kondisi ini m em unculkan m asalah yang t idak past i bagi m asyarakat dim ana hukum seolah- olah t ercabut dari akar m asalahnya dim ana at uran- at uran it u hanya bersifat t eknis belaka t anpa dilandasi unsur
m oralnya (a purely t echnical regulat ion) m aka t erj adilah fenom ena
hukum sebagai suat u w ilayah penget ahuan est oric yang asing dan
t ert inggal dari prakt isi hukum (law becom es an alliance realism of ect oric
knowledge left only t o law yers) .
Dengan dem ikian, ot onom i hukum dapat dibedakan kedalam 2 ( dua) hal, yakni pert am a adalah hukum ke luar w ilayah kekuasaan
negara dan kedua, hukum harus dapas dipisahkan dengan polit ik. Dalam hal ini kit a sebaiknya berpandangan bahw a hukum harus kem bali pada akar m asalahnya, yakni hukum har us kem bali ke m asyarakat guna m encari keadilan. Berkait an dengan hal ini, Max Weber m engat akan bahwa hukum m em egang m onopoli kekuasaan negara yang sah didalam
m asyarakat sebagai suat u ciri dari negara m odern.3
Dalam suat u penegakan hukum , sesuai kerangka Friedm ann,
hukum harus diart ikan sebagai suat u isi hukum (cont ent of law) , t at a
laksana hukum (st ruct ur e of law) dan budaya hukum (cult ure of law) .
Sehingga penegakan hukum t idak saj a dilakukan m elalui perundang-undangan, nam un j uga bagaim ana m em berdayakan aparat dan fsilit as hukum . Juga yang t idak kalah pent ingnya adalah bagaim ana
3
(25)
m encipt akan budaya hukum m asyarakat yang kondusif unt uk penegakan
hukum .4
Keberhasilan penegakan hukum pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa fakt or, dim ana fakt or- fakt or ini m em punyai hubungan yang erat dan saling m em pengaruhi ant ara sat u dengan lainnya. Menurut
Soerj ono Soekant o, fakt or- fakt or t er sebut adalah : 5
1. Fakt or hukum nya sendiri;
2. Fakt or penegak hukum , yang m eliput i aparat at aupun lem baga yang m em bent uk dan m enerapkan huk um ;
3. Fakt or sarana pendukung penegakan hukum ; 4. Fakt or Masyarakat ;
5. Fakt or kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipt a dan rasa yang didasarkan pada m anusia dan pergaulan hidup.
Kerangka bagi pengam bilan keput usan polit ik dan penyelesaian sengket a yang m ungkin dilakukan m elalui suat u hukum acara yang baik, sehingga dapat dilet akkan suat u dasar hukum bagi penggunaan
kekuasaan. Hukum dapat pula berfungsi sebagai alat at au sarana penj aga keseim bangan ant ara kepent ingan um um dengan kepent ingan individu, sedangkan fungsi hukum sebagai kat alisat or adalah sebagai pem bant u unt uk m em udahkan t erj adinya proses perubahan m elalui pem bangunan hukum dengan bant uan t enaga hukum yang
berkom pet en. Dengan dem ikian, hukum berfungsi sebagai sarana pengaw al dan pengam an pelaksanaan pem bangunan.
Dengan dem ikian, penegakan hukum dipengaruhi oleh fakt or-fakt or ut am a, yait u : perundang- undangan, m asyarakat , sarana dan prasarana, aparat penegak hukum , sert a kebudayaan. Kelim a fakt or
4
HM Hidayat Nur Wahid, 24/03/2006, Penegakan Hukum yang Menciptakan Keadilan, Seputar Indonesia,
Jakarta, hal. 1
5
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada,
(26)
t ersebut har us dibenahi dan diberdayakan secara kom prehensif, sim ult an, konsist en dan berkelanj ut an.
Hukum pidana m er upakan hukum yang paling keras, karena sanksi pidana t idak hanya dirasakan berat oleh t erpidana pada saat dij at uhi pidana dan kem udian m enj alani pidana, t et api j uga t et ap dirasakan sebagai penderit aan pada saat set elah m enj alani pidana. Hal ini dim ungkinkan karena kondisi m asyarakat m asih m em berikan st igm a sosial ( cap j ahat ) yang pernah dilakukan t erpidana, dengan segala dam paknya .
Dikem ukakan oleh Muladi bahwa m asalah hukum pidana, m aka subst ansi perm asalahan selalu berkisar pada t iga perm asalahan dasar,
yait u : 6
a) Perum usan perbuat an yang dipert im bangkan sebagai t indak pidana ( aspek sifat m elaw an hukum nya perbuat an) .
b) Masalah pert anggungj awaban pidana ( aspek kesalahan) .
c) Jenis sanksi yang dapat dij at uhkan t erhadap pelaku t indak pidana.
Hal ini dapat ber upa pidana (st raaf) at au t indakan t at a t ert ib
(m aat regel) .
Didalam im plem ent asi hukum pidana m aka dilakukan dengan
berbagai asas pem bat as (lim it ing principles) yang harus digunakan
apabila hendak m engoperasionalkan hukum pidana. Asas pem bat as dim aksud sepert i asas legalit as, pem bedaan delik biasa dan delik aduan, syarat –syarat krim inalit as, asas proporsionalit as, pedom an m enj at uhkan
pidana, asas culpabilit as, asas subsidarit as (ult im um rem idium) dan
sebagainya, yang sem uanya m engacu agar hukum pidana t idak dit erapkan secara represif. Dikem ukakan lebih lanj ut oleh Muladi bahw a
6
(27)
asas pem bat as dalam krim inalisasi yang ut am a adalah7 :
a) Perbuat an t ersebut benar- benar vikt im ogen ( m endat angkan korban at au kerugian) , baik pot ensial m aupun riil.
b) Per buat an t ersebut , baik oleh m asyarakat m aupun penegak hukum / pem erint ah, dianggap t ercela, at au dengan perkat aan lain krim inalisasi t ersebut harus m endapat kan dukungan publik.
c) Penggunaan hukum pidana bersifat subsidiair, dalam art i sudah t idak ada sarana lain yang dapat digunakan unt uk m enghent ikan perbuat an t ersebut , kecuali dengan hukum pidana.
d) Penggunaan hukum pidana t idak akan m enim bulkan efek sam pingan yang lebih m erugikan .
e) Pengat uran dengan hukum pidana t ersebut harus dapat dit erapkan (enforcable) .
Persyarat an- persyarat an t ersebut sangat pent ing unt uk m enj am in
agar t idak t erj adi krim inalisasi yang berkelebihan (overcrim inalizat ion) .
Sedangkan m enurut Sudart o8 m em berikan pengert ian polit ik
krim inal yait u sebagai usaha rasional dari m asyarakat dalam m enanggulangi kej ahat an. Definisi t ersebut diam bil dari definisi Marc
Ancel yang m erum uskan sebagai “t he rat ional organizat ion of t he cont rol
of crim e by societ y“ , yang dim uat dalam bukunya “Social Defence“ .
Selanj ut nya dikat akan oleh Sudart o9 bahw a pengert ian polit ik
krim inal t erdapat dalam art i sem pit dan art i luas. Dalam art i sem pit polit ik krim inal it u digam barkan sebagai keseluruhan asas dan m et ode, yang m enj adi dasar dari reaksi t erhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam art i yang luas dikem ukakan bahw a m erupakan keseluruhan fungsi dari aparat ur penegak hukum , t erm asuk didalam nya cara kerj a dari pengadilan dan polisi. Sedang dalam art i yang paling luas adalah m erupakan keseluruhan kebij akan, yang dilakukan m elalui perundang- undangan badan- badan resm i yang bert uj uan unt uk
7
Ibid
8
Sudarto,1977, Hukum dan Hukum Pidana, Semarang, hal.38
9
(28)
m enegakan norm a- norm a sent ral dari m asyarakat .
Lebih lanj ut Muladi10 m engem ukakan bahwa sebagai salah sat u
bagian dari keselur uhan kebij akan penanggulangan kej ahat an, m em ang penegakan hukum pidana bukan m erupakan sat u- sat unya t um puan harapan unt uk dapat m enyelesaikan at au m enanggulangi kej ahat an secara t unt as. Hal ini w aj ar karena pada hakekat nya kej ahat an it u m erupakan “ m asalah kem anusiaan dan m asalah sosial“ . Walaupun dem ikian, nam un keberhasilan penegakan hukum pidana dalam rangka penanggulangan kej ahat an sangat diharapkan karena pada bidang penegakan hukum inilah dipert aruhkan m akna dari “ negara ber dasarkan at as hukum “ .
Dikem ukakan lebih lanj ut oleh Muladi11 bahw a salah sat u
karakt erist ik yang m enonj ol dalam adm inist rasi peradilan pidana adalah badan- badan yang t erlibat cukup banyak yakni Kepolisian, Kej aksaan, Pengadilan dan Lem baga Kem asyarakat an, oleh karena it u benar- benar m em but uhkan pengelolaan yang seksam a. Berkait an dengan adm inist rasi peradilan pidana m eliput i pula lem baga penasehat hukum . m engingat peranan penasehat hukum relat if sem akin krusial, penasehat hukum dapat dim asukan sebagai quasi sub- syst em .
Penegakan hukum pidana pada sist em hukum m odern dikelola oleh negara m elalui alat - alat perlengkapannya dengan st rukt ur yang birokrat is, yang kem udian dikenal dengan ist ilah adm inist rasi peradilan
pidana (adm inist rat ion of crim inal j ust ice) .
10
Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Undip, Semarang, hal. 7
11
(29)
Dikem ukakan oleh Sat j ipt o Rahardj o12 bahw a dengan sem akin kuat nya kedudukan dan kekuasaan negara sert a pem erint ah, penerapan keadilan it upun berpindah ke t angan negara dan dengan dem ikian lalu dilem bagakan, khusus dalam hal ini dinegarakan. Dari penerapan
keadilan kini ist ilah yang lebih khusus, yait u : “law enforcem ent“
( pelaksanaan at au penerapan hukum ) dari “adm inist rat ion of j ust ice“
( adm inist rasi keadilan pidana) .
4. Suprem asi Hukum
Suprem asi hukum dalam bahasa I nggris “ Suprem acy” art inya keunggulan, at au “ Suprem e” art inya t ert inggi at au ut am a. Dengan
m em pelaj ari Black’s Law Dict ionary yang digunakan secara universal
oleh pakar dan ahli hukum m em beri pengert ian bahw a suprem asi hukum pada hakekat nya adalah kedaulat an hukum sebagai sesuat u yang
ut am a, ar t inya sem ua kehidupan berm asyarakat , bernegara dan ber bangsa di regar a hukum dalam hal ini I ndonesia, m aka sem ua
m asyarakat , aparat penyelenggara negara t anpa t erkecuali harus t unduk t erhadap hukum , m enghorm at i dan m engut am akan hukum bukan
m engedepankan kekuasaan dan at au bert indak sew enang- w enang (Arbit rary) .
Unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , dilakukan m elalui
pem bangunan dibidang hukum yang m eliput i penat aan sist em hukum nasional yang m enyeluruh dan t erpadu dengan m engakom odir sub- sub sist em hukum yang m encakup hukum agam a, hukum adat , hukum posit if dan segenap hukum acaranya sert a niial- nilai at au norm a yang
12
(30)
berkem bang dit engah- t engah m asyarakat . Didalam penat aan sist em hukum nasional j uga t erm asuk upaya penat aan rat ifikasi konvensi int ernasional, t erut am a yang berkait an dengan hak- hak asasi m anusia ( HAM) sesuai dengan kebut uhan dan kepent ingan bangsa dalam bent uk undang- undang.
Perw uj udan suprem asi hukum j uga t idak t erlepas dari
penyelenggaraan penegakan hukum secara konsist en dalam rangka m enj am in kepast ian hukum , keadilan dan kebenaran sert a m enghargai hak- hak asasi m anusia. Unt uk it u kiranya perlu didukung pula dengan penyelenggaraan proses per adilan secara cepat , m udah, m udah dan t erbuka sert a bebas dari korupsi, kolosi dan nepot ism e ( KKN) dengan senant iasa m enj unj ung t inggi asas kebenaran dan keadilan. Hal ini dapat dicapai apabila disert ai dengan upaya m eningkat kan int egrit as m oral dan profesionalism e aparat penegak hukum t erm asuk Polri, sehingga dapat m enum buhkan kepercayaan m asyarakat t erhadap penegakan hukum di I ndonesia.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a dalam rangka
perw uj udan Suprem asi Hukum bukan hanya m erupakan t anggung j aw ab Polri saj a t et api j uga m erupakan t anggung j aw ab bersam a baik
pem erint ah m elalui aparat penegak hukum , lem baga legislat if, m aupun m asyarakat secara luas. Dalam kait an ini dipedukan pula peningkat an et ika dan kom it m en para penyelenggar a negara unt uk bersam a- sam a
(31)
m em at uhi dan t unduk pada at uran hukum yang beriaku sej alan dengan
prinsip “equalit y before t he law” .
Dari uraian t ersebut diat as, penulis berpendapat bahw a unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , harus dapat m em enuhi indikat or-indikat or sebagai berikut :
1) Menunj ung t inggi keadilan dan kebenaran.
2) Menj unj ung t inggi hak asasi m anusia.
3) Bebas dari KKN.
4) Bersifat t erbuka / t ransparansi.
5) Akunt abilit as publik.
6) Bebas dari int ervensi.
E. M e t ode Pe n e lit ia n
a. Met ode pendekat an
Pendekat an yang digunakan dalam penelit ian ini adalah pendekat an yuridis norm at if. Met ode pendekat an yuridis norm at if digunakan unt uk m engkaj i / m enganalisis dat a skunder yang berupa bahan- bahan
hukum , t erut am a bahan- bahan hukum prim er dan bahan- bahan hukum
sekunder13. Unt uk lebih m em pert aj am , penelit ian t idak hanya berhent i
pada hukum posit if, t et api diperkaya dengan m et ode yuridis kom parat if.
13
Lihat klasifikasi bahan hukum primer dan skunder pada : Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian
(32)
b. Spesifikasi Penelit ian
Bert it ik t olak dari j udul dan perm asalahan yang m endasar i penelit ian ini, m aka penelit ian ini t erm asuk j enis penelit ian deskript if analit is. Menurut Burhan Bungin, penelit ian sosial yang m enggunakan for m at deskript if bert uj uan unt uk m enggam barkan, m eringkaskan ber bagai kondisi, berbagai sit uasi at au berbagai variabel yang t im bul di m asyarakat yang m enj adi obyek penelit ian it u. Kem udian m enarik ke perm ukaan sebagai suat u ciri at au gam baran t ent ang kondisi, sit uasi at aupun variabel
t ert ent u14. Di sam ping it u, penelit ian ini j uga m erupakan penelit ian
preskript if yait u suat u penelit ian yang dit uj ukan unt uk m endapat kan saran- sar an m engenai apa yang harus dilakukan unt uk m engat asi m asalah- m asalah t ert ent u.
c. Teknik Pengum pulan Dat a
Berdasarkan pendekat an yang dipergunakan dalam penelit ian ini ( deskript if) , m aka dat a yang dikum pulkan berupa kat a- kat a, gam bar,
dan bukan angka- angka15. Oleh karena it u t eknik pengum pulan dat a
yang dipergunakan adalah :
1. St udi Kepust akaan dan Dokum en
14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kantitatif dan Kualitatif, Airlangga University press, 2001, hal. 48.
15
(33)
Dat a yang dikum pulkan adalah dat a skunder. Dat a sekunder di bidang hukum ( dipandang dari sudut kekuat an m engikat nya) dapat
dibedakan m enj adi16:
1) Bahan Hukum Prim er a) Norm a dasar Pancasila;
b) Perat uran dasar : bat ang t ubuh UUD 1945, Tap MPR; c) Perat uran perundang- undangan;
d) Bahan hukum yang t idak dikodifikasikan; e) Yurisprudensi;
f) Trakt at .
2) Bahan Hukum Skunder
a) Rancangan perat uran perundang- undangan; b) Hasil karya ilm iah para sarj ana;
c) Hasil- hasil penelit ian. 3) Bahan Hukum Tert ier
a) Bibliografi;
b) I ndeks kum ulat if.
Dari sekian banyak dat a skunder di bidang hukum yang dipakai dalam penelit ian ini adalah norm a dasar Pancasila, Perat uran Dasar,
Perat uran Perundang- undangan yang t erkait , Trakt at , Rancangan Perat uran Per undang- undangan, Hasil Karya I lm iah para sarj ana, dan hasil- hasil penelit ian.
16
Ronny Hanitijo Soemitro, Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
(34)
Di sam ping it u j uga dipergunakan dokum en- dokum en dan art ikel m edia m assa.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan unt uk m elengkapi kaj ian yuridis- norm at if, baik t erhadap para pakar hukum ( pidana) , m aupun perorangan / lem baga pem erhat i / pakar / t erlibat guna m enget ahui, m enggali dan m encari upaya- upaya yang t elah, sedang dan akan dilak ukan dalam
penegakan hukum yang dilakukan Polri di I ndonesia.
d. Met ode Analisis Dat a
Analisis dat a dilakukan secara kualit at if. Analisis kualit at if yait u m et ode analisis yang pada dasarnya m em pergunakan pem ikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, analogi / int erpret asi, kom parasi dan sej enis it u. Met ode berfikir yang dipergunakan adalah m et ode indukt if, yait u dari dat a / fakt a m enuj u ke t ingkat abst raksi yang lebih t inggi, t erm asuk j uga m elakukan sint esis dan m engem bangkan t eori ( bila
diperlukan dan dat anya m enunj ang)17. Dari analisis t ersebut kem udian
akan dit arik kesim pulan sebagai j aw aban at as perm asalahan yang ada.
F. Sist e m a t ik a Pe nu lisa n
Penulisan ini diaw ali dengan Bab I yang m enget engahkan lat ar belakang, per um usan m asalah, kerangka t eori dan m et ode penelit ian.
Bab I I berisi Tinj auan Pust aka. Bab ini diaw ali dengan pem bahasan m engenai, Paradigm a Baru Polri, Profesionalism e Polri.
17
(35)
Bab I I I berisi uraian Hasil Penelit ian dan Pem bahasan sebagai berikut Gam baran Um um Tent ang Kinerj a Penegakan Hukum Dalam Perspekt if Pr ofesionalism e Polri, Fakt or - fakt or yang m em pengaruhi kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if profesionalism e Polri dan Mem ant apkan kinerj a penegakan hukum Polri dalam perspekt if profesionalism e Polri di m asa m endat ang.
Bab I V berisi Penut up berupa Kesim pulan dan Saran berdasarkan uraian dalam hasil dan pem bahasan penelit ian yang ada.
BAB I I
TI N JAUAN PUSTAKA
A. Pa r a digm a Ba r u Polr i
Berdasarkan Undang- Undang Republik I ndonesia Nom or 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik I ndonesia dalam pasal 1 disebut kan bahwa yang dim aksud dengan keam anan dalam negeri adalah suat u keadaan yang dit andai dengan t erj am innya keam anan dan ket ert iban m asyar akat , t ert ib dan t egaknya hukum sert a
t erselenggaranya perlindungan, pengayom an dan pelayanan m asyarakat .
Secara kronologis pem babakan Polri dapat diuraikan sebagai berikut :
Di I ndonesia pengert ian polisi dikenal dalam bent uk pengaw al pribadi dari raj a- r aj a Maj apahit , yang bernam a Bhayangkara, yang dipim pin oleh Gadj ah Mada. Kem udian pada w akt u VOC ( 1602- 1799) , Gubernur Jenderal Jan Piet erszoon Coen m engadakan pem bent ukan
(36)
kepolisian di Bat avia dan sekit arnya.
Pada m asa Pem erint ahan Hindia Belanda ( 1800- 1942) , keadaan keam anan dikat akan sangat buruk karena gangguan pasukan- pasukan Mat aram yang dibant u dari orang- or ang yang berasal dari luar Jawa sepert i Bugis, Bali, dan sebagainya. Ket ika perang ant ara Belanda dan I nggris dihent ikan karena t ert angkapnya Napoleon Bonapart e, m aka Belanda m engam bil alih pem erint ahan di I ndonesia dari t angan Pem erint ah Pendudukan I nggris t erm asuk m em buat rancangan
perat uran t ent ang Kepolisian dan peradilan at au disebut Polit ie &
Just it iew ezen.
Pada m asa Penj aj ahan Jepang ( 1942–1945) . Bangsa I ndonesia dipercaya oleh pem erint ah Jepang m enggant ikan kedudukan dan kepangkat an Kepolisian yang sebelum nya dij abat oleh orang Belanda.
Pada m asa I ndonesia paska m erdeka. Pada saat penj aj ah Jepang m em bubarkan Pet a dan Gyu Gun Kepolisian t et ap bert ugas dan pada saat Pr oklam asi 19- 08- 1945 secara resm i Kepolisian m enj adi Kepolisian I ndonesia yang m erdeka. Pada t anggal 29 Sept em ber 1945 Presiden RI m elant ik Kepala Kepolisian RI pert am a yait u Jenderal Polisi RS. Soekant o. Pada t anggal 01 Juli 1946 dibent uk j aw at an Kepolisian negara. Lem baga Kepolisian pada saat it u bert anggung j awab kepada Perdana Ment eri, periode ini m elahirkan Kepolisian Nasional I ndonesia.
Pada periode Republik I ndonesia Serikat ( RI S) . Bapak RS Soekant o diangkat m enj adi Kepala Jaw at an Kepolisian negara RI S, sedangkan Bapak R. Soem ant o sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Jogj akart a. Pada t anggal 17 Agust us 1950 Kabinet
(37)
yang dianut adalah sist em perlem ent er. Kepala Kepolisian Negara t et ap dij abat Bapak RS Soekant o. Lem baga Kepolisian bert anggung j awab kepada Perdana Ment eri / Presiden.
Pada m asa periode Dem okrasi Terpim pin. Melalui Dekrit Presiden t anggal 5 Juli 1959 I ndonesia kem bali ke UUD 1945, lem baga Polri berada pada Ment eri Pert am a ( Perdana Ment eri) . Ket et apan MPRS No. I dan I I t ahun 1960 dibent uk Angkat an Bersenj at a Republik I ndonesia ( ABRI ) , yang kom ponennya t erdiri dari angkat an perang dan Kepolisian. Pada periode ini lahirlah UU Pokok Kepolisian RI no. 13 t ahun 1961 t epat nya pada t anggal 19 Juni 1961 yang disyahkan oleh DPR- GR. Kedudukan Polri dalam UU ini disebut kan sebagai salah sat u unsur ABRI .
Pada m asa periode Orde Baru. Guna m em perkuat int egrasi ABRI Presiden Soehart o m engeluarkan Surat Keput usan No. 132 t ahun 1967 t anggal 24 Agust us 1967 yang m enet apkan pokok- pokok organisasi dan prosedur bidang pert ahanan dan keam anan yang m enyat akan bahw a ABRI m erupakan bagian dari or ganisasi Depart em en Hankam m eliput i AD, AL, AU dan AK yang m asing- m asing diikut i oleh Panglim a Angkat an dan bert anggung j awab kepada Menhankam Pangab ( Presiden Soehart o sebagai Menhankam Pangab Pert am a) . Sebut an Panglim a Angkat an Kepolisian digant i m enj adi Kepala Kepolisian Republik I ndonesia ( Kapolri) yang diat ur dalam Kepres No. 52 t ahun 1969 yang diresm ikan pada t anggal 1 Juli 1969.
Pada m asa periode Reform asi. Sam pai dengan 21 Mei 1998 st at us Kepolisian m asih sebagai bagian I nt egral ABRI . Set elah diundangkannya Undang- Undang No. 28 t ahun 1997 t ent ang Kepolisian Negara Republik
(38)
I ndonesia yang m enggant ikan No. 13 t ahun 1961, Polri m asih m erupakan bagian yang t idak t er pisahkan dengan ABRI . Sej alan dengan per gant ian pim pinan Nasional, reform asi t erus bergulir yait u dihapuskannya Dwi Fungsi ABRI dan t erpisahnya Polri dengan TNI . Hal ini dit andai dengan adanya pidat o k enegaraan Presiden RI t anggal 15 Agust us 1998 dan I nst ruksi Presiden RI No. 2 t ahun 1999 t anggal 1 April 1999 dilakukan pem isahan Polri dari ABRI sert a dit egaskan kem bali dalam pidat o Presiden RI t anggal 16 Agust us 1999, nam un penyelenggaraan pem binaan Polri ada pada Depart em en Hankam .
Berdasarkan I nst ruksi Presiden RI No. 2 t ahun 1999 yang dit egaskan kem bali dengan Kepres RI No. 89 t ahun 2000 t ent ang kedudukan Polri, pasal 2 bahw a Polri berkedudukan langsung dibaw ah Presiden dan pasal 2 ayat 2 Polri dipim pin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan t ugasnya bert anggung j aw ab langsung kepada Presiden. Tap MPR No. VI / MPR / 1999 t ent ang GBHN 1999- 2004 dalam but ir 5 m enegaskan t ent ang pem isahan Polri dan TNI . St at us dan kedudukan Kepolisian RI dit egaskan kem andirian dan profesionalism enya dalam Tap MPR No. VI I / MPR/ 2000 dalam pasal 6 ayat ( 1) dan ( 2) yang m enegaskan Peran Polri dan Pasal 7 ayat ( 1) , ( 2) , ( 3) dan ( 4) yang m em uat pokok- pokok pikir an.
Menurut UU RI Nom or 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara RI pasal 1 ayat 1 m enyebut kan bahw a kepolisian adalah segala hal- ihwal yang berkait an dengan fungsi dan lem baga polisi sesuai dengan perat uran per undang- undangan. Dalam pasal 2 disebut kan bahw a fungsi kepolisian adalah salah sat u fungsi pem erint ahan negara di bidang
(39)
pem eliharaan keam anan dan ket ert iban m asyarakat , penegakan hukum , perlindungan, pengayom an, dan pelayanan kepada m asyarakat .
Dari pengert ian fungsi diat as, m aka dapat lah dij abar kan t ugas-t ugas pokok kepolisian negara RI ( pasal 13 UU RI Nom or 2 Tahun 2002) adalah :
a. Mem elihara keam anan dan ket ert iban m asyarakat ; b. Menegakkan hukum ;
c. Mem berikan perlindungan, pengayom an, dan pelayanan kepada m asyarakat
Dari uraian diat as t erlihat nya dengan j elas bahwa st at us dan kedudukan Polri m engalam i perubahan. Tunt ut an m asyarakat , perj alanan panj ang m enent ukan st at us dan kedudukan Polri sehingga m em punyai peran yang j elas set elah r eform asi m erupakan andil r akyat . Kini saat nya rakyat m enunt ut Polri unt uk ber buat sebagai Polri yang profesional
Selanj ut nya, dinyat akan dalam Undang- Undang Nom or 2 Tahun 2002 m engenai bat asan dan kewaj iban bagi Polri dalam m elaksanalan t ugasnya sebagai berikut :
1) Pelak san aan k et ent u an sebagaim an a dim ak sud dalam Pasal 1 8 ay at ( 1 ) h an y a dapat dilak u k an dalam k eadaan y an g san gat per lu den gan m em per h at ik an per at u r an per u n dan g- u n dan gan, ser t a Kode Et ik Pr ofesi Kepolisian n egar a Repu blik I n don esia.
2) Pasal 1 9 ay at ( 1 ) dalam m elak san ak an t u gas dan w ew en an gn y a, pej abat Kepolisian Negar a Repu blik I n don esia ber t in dak ber dasar k an n or m a h u k u m dan m en gindahk an nor m a agam a, k esopan an, k esusilaan, ser t a m en j unj u ng t inggi h ak asasi m an usia.
(40)
3) Dalam m elak san ak an t u gas dan w ew en an g sebagaim an a dim ak su d dalam ay at ( 1) . Kepolisian Negar a Repu blik I n don esia m en gu t am ak an t indak an pen cegah an.
Reform asi t ot al t elah m endorong t erlaksananya reform asi Polri sesuai t unt ut an perkem bangan m asyarakat dalam rangka m ew uj udkan Polri yang m andiri, profesional dan m em enuhi harapan m asyarakat . Dim ana seluruh rakyat dan bangsa I ndonesia j uga m enghendaki agar Polri m erubah
paradigm a m enuj u Polisi Sipil ( Civilian Police) yang ant ara lain bercirikan
dem okrat is m enj unj ung t inggi kebenaran, keadilan, dan hak asasi m anusia sert a m ewuj udkan suprem asi hukum . Pr oses reform asi t ersebut t er us berj alan dengan langkah dan program yang lebih j elas unt uk m enat a kem am puan dan kesiapan Polri secara m enyelur uh baik aspek St rukt ural, I nst rum ent al m aupun aspek Kult ural. Yang kem udian dirum uskan kem bali VI SI , MI SI Polri, t erm asuk t idak kalah pent ingnya adalah rum usan j at idiri, kinerj a dan t ant angan t ugas Polri kedepan sert a perw uj udan budaya Polri yang paradigm at is, yait u bersifat prot agonis, berorient asi kepada pelayanan m asyarakat , lebih baik m encegah dari pada m enindak dan lain- lain.
Dit engah arus reform asi m enyongsong perw uj udan m asyarakat
m adani ( social societ y) dengan kecender ungan ber bagai per ubahan, akan
berpengaruh dan berim plikasi luas baik t erhadap pelaksanaan t ugas
m aupun pergeseran yang konsept ual kearah “ Paradigm a Baru Polri”.
Per um usan paradigm a bar u Polri har us berangkai dari j at idiri Polri yang diungkapkan berdasarkan t ugas pokok Polri yang m encerm inkan nilai- nilai sej arah, hukum , budaya, sosialogis dan falsafah hidup yang m elekat pada
(41)
Polri it u sendiri. Reform asi Polri m em ang m er upakan m asalah kom pleks dan m em but uhkan w akt u panj ang, sert a harus dilaksanakan secara konsist en dan konsekuen. Dalam proses perubahan paradigm a baru Polri m enuj u Polisi Sipil, m aka set iap langkah operasional Polri dalam lingkup peran dan t ugas pokoknya selaku pem elihara kam t ibm as, dan sebagai penegak hukum , senant iasa dij iw ai kinerj a sebagai sosok pelindung, pengayom dan pelayan m asyarakat .
Dalam perkem bangan dan sej arah Polri selam a ini sebagai pej uang dan t erint egrasi dengan ABRI , t elah m engukir dan m engendap dalam diri sert a m em bert uk w at ak anggot a m aupun or ganisasi Polri yang m enj iw ai
kiprah dan budayanya sehingga t am pak “ m enyim pang” dari hakiki j at i
dirinya, t erut am a sebagai akibat dan pengaruh dari budaya m ilit erism e. Paradigm a yang dem ikian t elah m engham bat pem bangunan st andar profesionalism e Polri yang m enj unj ung t inggi HAM dan kaidah- kaidah
hukum sert a sosial yang berlaku di m asyarakat .18 Keadaan t ersebut
dikait kan dengan perkem bangan global sert a t unt ut an reform asi dewasa ini, m aka j elas bahwa kedepan Polri m em erlukan adanya pergeseran cara
berpikir dan bert indak yang berorient asi kepada suprem asi hukum ,
int egrit as m oral, et ika profesi dan kepent ingan sosial sert a perlindungan, pengayom an dan pelayanan m asyarakat , yang m enj unj ung t inggi hak asasi m anusia, dem okrat isasi dan keadilan sesuai j at i diri Polri it u sendiri. Apabila pem aknaan j at i diri Polri t ersebut dapat hidup dan berkem bang dalam diri set iap anggot a Polri, t erut am a dalam gerak dinam is kinerj a baik dibidang pelayanan m aupun dibidang operasional yang dilandasi dengan
18
(42)
profesionalism e dan int egrit as m oral, akan m enj adi ciri dan w at ak baru Polri sesuai t unt ut an t ugas pokoknya. Maka hal dem ikian m er upakan cerm in diri yang sesungguhnya dari paradigm a bar u Polri. Kearah par adigm a baru inilah Polri harus dibaw a dan diposisikan guna dapat m engem ban t ugas pokoknya secara lebih baik sebab hanya dengan dem ikian Polri akan
m em peroleh kredibilit as, legalit as, akunt anbilit as dan w ibaw anya sehingga senant iasa, akan dekat dan dapat dipercaya oleh rakyat nya.
B. Pr ofe sion a lism e Polr i
Tunt ut an t erhadap profesionalism e Polri dewasa ini didorong oleh perkem bangan lingkungan st rat egik, sosial kem asyarakat an sert a t unt ut an reform asi publik. Profesionalism e m uncul sebagai suat u kebut uhan
t erhadap t ant angan t ugas yang dihadapi, sebab t anpa pr ofesionalism e t idaklah m ungkin t ercapai t ingkat efekt ifit as dan produkt ivit as yang t inggi. Beberapa pengert ian berkait an dengan profesionalism e polri dapat
dikem ukakan sebagai berikut :
a . Pr ofe sion a l
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia Balai Pust aka 1999, m enyebut kan
bahwa “ Profesional adalah hal- hal yang m enyangkut dengan pr ofesi
m em erlukan kepandaian khusus unt uk m enj alankannya
m engharuskan adanya pem bayaran unt uk m elakukan”.
2) Dalam bukunya ant ara Kekuasaan dan Pr ofesionalism e m enuj u kem andirian Polri, cet akan pert am a t ahun 2001, Kunart o
m enyebut kan bahw a “ Profesional Polri adalah yang m enget ahui,
(43)
t anggungj aw abnya sebagai seorang Polisi yang dit unj ukkan dengan sikap yang selalu berpegang pada at uran yang berlaku”.
b. Pr ofe sion a lism e
1) Kam us Besar Bahasa I ndonesia cet akan Balai Pust aka t ahun 1999
disebut kan bahw a “ Profesionalism e adalah m ut u, kualit as dan t indak
t anduk yang m erupakan ciri suat u profesi at au orang yang profesioanlism e”.
2) Menurut Kunart o pada t ahun 1999 m enyebut kan bahwa
“ Profesionalism e” adalah sebagai berikut :
a) Ket ram pilan yang didasarkan at as penget ahuan t eorit is.
b) Mem per oleh pendidikan t inggi dan lat ihan kem am puan diakui olah rekan sej awat nya.
c) Ada “ Organisasi Profesi” yang m enj am in berlangsungnya budaya profesi m elalui persyarat an yang m em asuki or ganisasi yait u “ ket aat an pada Kode- Et ik Profesi” .
d) Ada nilai khusus, harus diabdikan kepada m asyarakat .
c. Pr ofe sion a lism e Polr i
Profesionalism e Polri dalam naskah m at a kuliah Manaj em en
St rat egi Polri dirum uskan sebagai berikut “ Kem ahiran dan ket ram pilan
set iap anggot a dan sat uan Polri dalam m elaksanakan t ugas, fungsi dan
perannya didukung penget ahuan, w aw asan, m oral et ika sert a et os kerj a
yang t inggi, dengan m em anfaat kan ilm u penget ahuan dan t eknologi
(44)
hukum dan perundang- undangan m aupun norm a- norm a um um lainnya
yang berlaku”.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a t unt ut an profesionalism e Polri m erupakan kebut uhan t ugas yang disikapi sebagai bagian dari proses adapt asi t erhadap pem aknaan j at i diri Polri sert a reakt ualisasi at as kedudukan, fungsi dan perannya. Hal ini sej alan dengan
perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi dalam rangka
opt im alisasi pelaksanaan t ugas dalam m ew uj udkan Polri sebagai Polisi Sipil yang profesional, berwibawa dan dapat dipercaya oleh rakyat nya. Pem bangunan m anaj em en Polri j uga harus sesuai dengan prinsip- prinsip yang m enganut asas ket erbukaan, efekt if dan efisien, proakt if dan
kooperat if yang didukung kem am puan m anagerial yang handal.
d. Su pr e m a si H u k u m
Suprem asi hukum dalam bahasa I nggris “ Suprem acy” art inya
keunggulan, at au “ Suprem e” art inya t ert inggi at au ut am a. Dengan
m em pelaj ari Black’s Law Dict ionary yang digunakan secara universal
oleh pakar dan ahli hukum m em beri pengert ian bahw a suprem asi hukum pada hakekat nya adalah kedaulat an hukum sebagai sesuat u yang
ut am a, ar t inya sem ua kehidupan berm asyarakat , bernegara dan ber bangsa di regar a hukum dalam hal ini I ndonesia, m aka sem ua
m asyarakat , aparat penyelenggara negara t anpa t erkecuali harus t unduk t erhadap hukum , m enghorm at i dan m engut am akan hukum bukan
m engedepankan kekuasaan dan at au bert indak sew enang- w enang
(45)
Unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , dilakukan m elalui
pem bangunan dibidang hukum yang m eliput i penat aan sist em hukum nasional yang m enyeluruh dan t erpadu dengan m engakom odir sub- sub sist em hukum yang m encakup hukum agam a, hukum adat , hukum posit if dan segenap hukum acaranya sert a niial- nilai at au norm a yang berkem bang dit engah- t engah m asyar akat . Didalam penat aan sist em hukum nasional j uga t erm asuk upaya penat aan rat ifikasi konvensi int ernasional, t erut am a yang berkait an dengan hak- hak asasi m anusia ( HAM) sesuai dengan kebut uhan dan kepent ingan bangsa dalam bent uk undang- undang.
Perw uj udan suprem asi hukum j uga t idak t erlepas dari
penyelenggaraan penegakan hukum secara konsist en dalam rangka m enj am in kepast ian hukum , keadilan dan kebenaran sert a m enghargai hak- hak asasi m anusia. Unt uk it u kiranya perlu didukung pula dengan penyelenggaraan proses peradilan secara cepat , m udah, m udah dan t erbuka sert a bebas dari korupsi, kolosi dan nepot ism e ( KKN) dengan senant iasa m enj unj ung t inggi asas kebenaran dan keadilan. Hal ini dapat dicapai apabila disert ai dengan upaya m eningkat kan int egrit as m oral dan profesionalism e aparat penegak hukum t erm asuk Polri, sehingga dapat m enum buhkan kepercayaan m asyarakat t erhadap penegakan hukum di I ndonesia.
Dengan dem ikian dapat dipaham i bahw a dalam rangka
perw uj udan Suprem asi Hukum bukan hanya m erupakan t anggung j aw ab Polri saj a t et api j uga m erupakan t anggung j aw ab bersam a baik
(46)
m asyarakat secara luas. Dalam kait an ini dipedukan pula peningkat an et ika dan kom it m en para penyelenggar a negara unt uk bersam a- sam a m em at uhi dan t unduk pada at uran hukum yang beriaku sej alan dengan
prinsip “ equal before t he law ”.
Dari uraian t ersebut diat as, penulis berpendapat bahw a unt uk m ew uj udkan suprem asi hukum , harus dapat m em enuhi indikat or-indikat or sebagai berikut :
1. Menunj ung t inggi keadilan dan kebenaran. 2. Menj unj ung t inggi hak asasi m anusia. 3. Bebas dar i KKN.
4. Bersifat t erbuka / t ransparansi. 5. Akunt abilit as publik.
(47)
BAB I I I
H ASI L PEN ELI TI AN D AN PEM BAH ASAN
A. Kin e r j a Pe ne ga k a n H u k u m Polr i D a la m Pe r spe k t if Pr ofe sion a lism e Polr i
Jika kit a berani j uj ur t ent ang gam baran penegakan hukum sekarang ini banyak diw ar nai dengan k et im pangan yang m em buat cacat pada w aj ah penegakan hukum di I ndonesia. Hai ini dapat dilihat dari fenom
ena-fenom ena sebagai berikut :
a . Te r j a di dist or si
Suat u pam eo klasik m em berikan alt ernat if dilem at is, ant ara m at eri hukum yang bagus dij alankan oleh aparat penegak hukum yang j elek, at au m at eri hukum yang cacad dij alankan oleh aparat penegak hukum yang bagus. Maka akan dipilih alt ernat if kedua, karena out put nya akan lebih baik daripada m em ilih alt ernat if pert am a. Kondisi idealnya adalah baik m at eri hukum m aupun aparat penegak hukum nya bagus. Hal ini
m enunj ukan pent ingnya “ kualit as m oral dan et ika aparat penegak
(48)
m engam bil t indakan lain yang berm anfaat . Kualit as m oral dan et ika penegak hukum yang t inggi akan berdam pak pada kinerj anya yang profesional. Kenyat aan dalam proses penyelenggaraan penegakan hukum , bahw a m asing- m asing aparat penegak hukum m enunj ukan belum bekerj a secara profesional dan int egrit as m oralnya m asih sangat j elek. Hal ini dit andai ant ara lain dengan adanya :
a) Kasus- kasus penyuapan Polisi, Jaksa dan Hakim pada t ahapan penyidikan, penunt ut an dan peradilan.
b) Pengacar a yang m em bela kepent ingan klien m at i- m at ian karena uang dan t anpa m em perhat ikan keadilan.
c) Polisi m elakukan penyiksaan dan pelanggaran hak asasi m anusia. d) Jaksa m elakukan negoisasi dengan t erdakw a dan pengacara dalam
m enyusun t unt ut an.
e) Put usan hakim dapat dipengaruhi oleh kekuasaan at au keuangan. f) Kasus j ual beli put usan pengadilan bukan lagi m erupakan hal yang
rahasia, pengadilan yang diharapkan sebagai garda t erakhir keadilan dapat berubah fungsi sebagai bursa dagang sapi oleh aparat - aparat penegak hukum sendiri.
Kondisi t ersebut di at as, t idak t erlepas dari proses panj ang yang dapat m em bent uk profesionalism e dan int egrit as m oral aparat penegak hukum t erm asuk Polri, ant ara lain diaw ali dari proses rekrut m en aparat penegak hukum yang diw ar nai dengan kolusi, korupsi dan nepot ism e ( KKN) . Hal ini m em erlukan perhat ian kit a bersam a, diharapkan pada m asa- m asa m endat ang m asalah ini segera dapat diat asi dengan m enghilangkan fakt or- fakt or negat if yang m em pengaruhinya.
(49)
b. Te r j a di disk r im in a si
Tidak dipungkiri berkem bangnya ungkapan bahw a “ hukum hanya
m enindas si m iskin, karena yang kaya dapat m engat ur hukum ”. Pada
kenyat aannya ungkapan t ersebut t elah t erj aw ab dengan m araknya kolusi t erm asuk persengkongkolan curang at au ket idak j uj uran unt uk m em benarkan kebohongan guna m elaw an dan m engalahkan kej uj uran dan kebenaran. Ket idak j uj uran t ersebut lebih disebabkan oleh dorongan im balan j asa yang t idak sem est inya, bahkan t idak j arang diw arnai
nuansa pem erasan yang dilakukan baik oleh penyidik, penunt ut , hakim m aupun oleh penasehat hukum nya it u sendiri. Sering pula
diperm asalahkan t ent ang penyalahgunaan ket ent uan hukum acara
pidana sepert i upaya paksa yang dilakukan dengan t idak m em perhat ikan bahkan t idak m em pedulikan hak- hak asasi m anusia. I ronisnya para pihak yang diperkarakan t urut andil unt uk m enggunakan upaya hukum yang irasional, dengan m aksud m engulur wakt u penyelesaian
perkaranya yang dilandasi m ot ivasi, kecender ungan dan m aksud t idak baik unt uk t uj uan m em enangkan perkara dengan kekalahan dipihak law an
c. Ra sa k e t ida k a dila n da n k e pa st ia n h u k u m
Sorot an dan krit ik t aj am dan m asyarakat dan pengam at
penegakan hukum t erhadap perangkat penegak hukum sem akin lam a bukannya sem akin surut . Merosot nya profesionalism e dikalangan
perangkat penegakan hukum berkait an dengan keahlian, rasa t anggung j aw ab sert a kinerj a t erpadu, bahkan t erkesan m eninggalkan et ika dalam
(50)
art i kode et iknya. lika pengem ban profesi t ersebut t idak m em iliki
keahlian at au t idak m am pu m enj alin kerj asam a dengan para pihak unt uk kelancaran profesinya, m aka sesungguhnya profesionalism e t ersebut sudah m at i, apalagi m enyangkut et ika m oral yang sudah m ulai t eracuni oleh hal- hal yang ir asional.
Sebagai perangkat penegakan hukum dit unt ut unt uk m am pu m erekonst ruksi pikirannya t erhadap perkara yang dit anganinya sert a ber upaya unt uk m enyelesaikan dengan sem pur na. Sikap ilm iah
m elakukan pekerj aan dit andai dengan kesungguhannya m enggunakan m et odologi m odern, sehinga diharapkan dapat m engurangi kesan subyekt if t erhadap pekerj aan penegak hukum yang dilakukannya. Nam un dengan alasan serba ket erbat asan dan problem a yang dihadapi,
m aka “ keberpihakannya kepada para pencari keadilan sem akin j auh”.
Hal yang sangat m em prihat inkan adalah “ rasa keadilan dan kepast ian
hukum ” yang t idak dapat dij angkau oleh perangkat hukum yang ada, akhirnya sem ua berm uara kepada aparat penegak hukum sendiri t erm asuk Polri unt uk m au w aw as diri dan m em perbaikinya.
d. I n t e r ve n si
Hukum bukan m er upakan hal yang m ekanist is dan dapat berj alan sendiri, nam un sangat t ergant ung pada m anusia yang m engaw akinya dengan segenap kem am puan yang diikut i dengan sikap dan prilaku sert a konsist en dalam m encapai t uj uannya. Para pihak m engum pam akan bahw a hukum bagaikan kendaraan yang dapat dim uat i dengan segala j enis barang dan dapat disopiri oleh sem ua orang. Perum pam aan sepert i it u dapat dikat akan bahw a hukum t elah dipengaruhi oleh berbagai
(51)
kepent ingan dan sang sopirnya dapat dikendalikan oleh pihak m ana saj a. Dengan dem ikian hukum yang kelihat annya t idak punya salah it u
dalam pelaksanaannya “ t elah dim uat i dengan berbagai kepent ingan”.
Maka hukum hanya bersifat hiasan at au pigura yang dalam
penegakannya sarat dengan m uat an kepent ingan dan m eninggalkan et ika profesi sert a t idak dapat m em baw a keharkat dan m art abat nya.
Unt uk m enguj i kebenaran “ t elah t erj adi int ervensi” yang dapat
m engakibat kan penurunan dan bahkan hilangnya profesioalism e t erm asuk et ika profesi dibidang hukum , m aka diperlukan suat u penelusuran yang sangat lam a.
Nam un hal it u dapat dirasakan sepanj ang sej arah penegakkan huk um pada m asa lalu m enj adi residu yang m engent al dan m engering, yang sepert inya sulit unt uk dihapus dari perj alanan profesi penegakan hukum di I ndonesia.
e . Ke k e ce w a a n m a sya r a k a t
I ndonesia adalah sebuah m asyarakat m aj em uk (plural societ y) .
Masyakat m aj em uk adalah sebuah sebuah m asyarakat - negara yang t erw uj ud dari dipersat ukannya m asyarakat - m asyarakat sukubangsa oleh sist em nasional m enj adi sebuah bangsa dalam w adah negara.
Masyarakat m aj em uk I ndonesia adalah produk sej arah.
Masalah yang paling krit ikal dalam m asyarakat m aj em uk adalah hubungan ant ara sist em nasional at au pem erint ahan nasional dengan m asyarakat - m asyarakat sukubangsa yang dipersat ukan dan diat ur kehidupannya.
(52)
Masalah krit ik yang kedua yang ada dalam corak m asyarakat m aj em uk adalah, ada dan m ant apnya j enj ang sosial budaya dan kelas sosial berdasarkan pada ciri- ciri golongan sosial askript if ( sukubangsa, ras, gender) dan at ribut - at ribut nya yait u kebudayaan dan keyakinan keagam aan. Jenj ang sosial dan kelas sosial yang dibangun dalam m asyarakat m aj em uk ini m enghasilkan berbagai st ereot ip dan prasangka yang dipunyai oleh golongan yang di at as at au dom inan t erhadap m ereka berada, dalam posisi di baw ah at au m inorit as.
Produk dari dibangunnya st ereot ip dan prasangka dalam
m asyarakat m aj em uk yang m enj adi landasan dari segm ent asi dalam m asyarakat ber dasarkan at as, kesukubangsaan dan keyakinan
keagam aan j uga berkem bang dan m ant ap dalam m asyarakat I ndonesia. Bahkan pem erint ahan presiden Suhart o t elah m em bangun
kekuasaannya berdasarkan at as prinsip kesakubangsaan Jaw a dan Feodalism e.
I deologi m ult ikult uralism e diadopsi unt uk m em bangun m asyarakat I ndonesia m enj adi m asyarakat m ult ikult ural. Mult ikult uralism e adalah sebuah ideologi yang m enekankan kesederaj at an dalam per bedaan-perbedaan kebudayaan. Mult ikult uralism e berm ula dari konsep- konsep yang digunakan sebagai acuan unt uk m em aham i dan m em ecahkan dan m enangani berbagai perm asalahan yang m uncul di negera- negara Barat set elah selesainya Perang Dunia ke- 2.
Mult ikult uralism e m enawarkan adanya saling pem aham an dan penghargaan diant ara kelom pok- kelom pok sukubangsa, ras, dan gender. Melalui saling pem aham an m engenai kebudayaan- kebudayaan m ereka
(53)
yang hidup bersam a dalam sebuah m asyarakat . Melalui saling
pem aham an ini diharapkan t idak akan ada lagi berbagai st eoret ip yang m em bedakan secara t aj am ant ara " kam i" dari " m ereka" , dim ana " kam i" adalah yang unggul at au supenior dan " m ereka" adalah yang asor. Menghilangnya st ereot ip akan m enghilangkan prasangka yang biasanya m enj adi acuan dari diskrim inasi, dan konflik dengan kekerasan yang
dihasilkan oleh kebencian ( hat e crim e) .
Di dalam m asyarakat yang het erogen at au sukubangsa yang m ult ikult ural m em buat kebij akan polit ik dibidang keam anan dan ket ert iban bukan hal yang m udah sebab akan selalu ada bent uran kepent ingan m enyangkut dom ain- dom ain t anggungj aw ab dan
wewenang. Kebij akan polit ik disusun at au dibuat , pada dasarnya adalah dem i kepent ingan m asyarakat , yang dalam bahasa dem okrasi berart i dem i kepent ingan rakyat sert a unt uk bangsa dan negara.
Bahasa sederhana m asyarakat dalam m ent erj em ahkan keam anan dan ket ert iban adalah bagaim ana berlangsungnya sebuah iklim kondusif dalam kehidupan berm asyarakat , berbangsa, dan bernegara, yait u perasaan nyam an di rum ah dan lingkungannya, bekerj a dan m encari nafkah dengan leluasa t anpa diganggu dan m engganggu, t erj agany a keselam at an diri dan keluarga dalam m enj alani kehidupan sehari- hari, t ersedianya pelayanan dan perlindungan sebagai w arga negara,
t erj aganya hak asasi dan m art abat sebagai sebuah bangsa.
Keam anan negara berada dalam dom ain yang berbeda dengan keam anan um um . Keam anan negara m enyangkut kepent ingan eksist ensi, keut uhan dan kedaulat an negara, sedangkan keam anan um um m enyangkut kepent ingan eksist ensi / kelom pok or ang yang ( pada
(1)
BAB I V PEN UTUP
A. Ke sim pu la n
St rat egi dan kebij akan dalam m em ant apkan profesionalism e Polri
dibidang penegakan hukum , diim plem ent asikan dalam bent uk program
yang secara sim ult an dilaksanakan m elalui proses pem bangunan kekuat an
dengan lebih m engedepankan sat uan kewilayahan, pem binaan sum berdaya
pendukung yang m encakup sum berdaya personil, m at eriil dan anggaran,
sert a m eningkat kan pem binaan operasional Polri dalam rangka m endukung
pelaksanaan t ugas Polri dibidang penegakan hukum .
Secara spesifik pada aspek pem binaan sum berdaya m anusia
diperlukan t erobosan dalam pola dan proses rekruit m en, pendidikan,
pem binaan karier, peningkat an kesej aht eraan, fungsi pengawasan dan
penerapan rew ar d and punishm ent syst em, sert a diim bangi proses
pengem bangan diri oleh set iap individu ( individual developm ent ). Hal ini
dilakukan dengan m aksud unt uk lebih m em ant apkan profesionalism e Polri
dibidang penegakan hukum t erut am a yang berkait an dengan int egrit as
m oral, sikap perilaku dan et ika pr ofesi sert a disiplin dan t anggung j aw ab
yang t inggi pada set iap personil Polri.
B. Sa r a n
Dalam rangka m em ant apkan profesionalism e Polri dibidang
penegakan hukum :
(2)
rekruit m en, syst em pendidikan dengan basis kom pet ensi, efekt ifit as
penerapan rew ard and punishm ent syst em dan t ingkat kesej aht eraan
personil Polri.
2. Mendorong pem erint ah unt uk m eningkat kan dan m em perluas hubungan
bilat eral baik dalam lingkup negara- negara regional m aupun
int er nasional dalam r angka unt uk m endukung kelancaran proses
penegakan hukum .
D AFTAR PUSTAKA
Bu k u :
Bungin, Bur han, 2001, M e t odologi Pe n e lit ia n Sosia l : For m a t - For m a t Ku a n t it a t if da n Kua lit a t if, Airlangga Universit y Press.
Faisal, Sanapiah, 1990, Pe n e lit ia n Kua lit a t if : D a sa r - D a sa r da n Aplik a si, YA3, Malang.
Garner, Bryan A., ( Edit or I n Chief) , 1999, Bla ck ’s La w D ict iona r y, D e lu x e , Se ve n t h e dit ion, West Group, St . Paul, Minn.
Hoefnagels, G. Pet er , 1969, Th e Ot h e r Side Of Cr im inology, Kluw er-Devent er Holland.
(3)
Joko Widodo, Good$ Gove r m a nce, I nsan Cendikia Sidoarj o, 2001.
Ke bij a k a n da n St r a t e gi Ka polr i Ta h u n 2 0 0 2 - 2 0 0 4.
MB Ali dan T Deli, 2000, Ka m u s Le n gk a p Ba ha sa I n don e sia, Penabur I lm u, Bandung
Moelj at no, 1987, Aza s- Aza s H u k um Pida n a, Bina Aksara, Jakart a.
Moleong, Lexy J., 1988, M e t odologi Pe n e lit ia n Ku a lit a t if, Rem aj a Rosdakar ya, Bandung.
Muham m ad, Far ouk ( 2003) , M e n u j u Re for m a si Polr i. Jakart a: PTI K Press & Rest u Agung.
- - - , Ke a m a na n D om e st ik , Makalah disam paikan pada : Sem inar Pem bangunan Nasional VI I I , Tem a Penegakan Hukum Dalam Era Pem bangunan Berkelanj ut an
Diselenggarakan oleh: Badan Pem binaan Hukum Nasional Depart em en Kehakim an dan Hak Asasi Manusia Denpasar 14 – 18 Juli 2003.
Muladi, 1995, Ka pit a Se le k t a Sist e m Pe r a dila n Pida n a, Badan Penerbit Undip, Sem arang
- - - , 2002, D e m ok r a t isa si, H a k Asa si M a n u sia da n Re for m a si H u k u m di I n don e sia, The Habibie Cent er, Jakart a
Muladi dan Barda Naw aw i Arief, 1992, Bu n ga Ra m pa i H u k u m Pida n a, Alum ni, Bandung.
Naw aw i Arief, Barda, 1998, Pe r ba n din ga n H u k u m Pida n a, Raj a Grafindo Persada, Jakart a.
(4)
- - - , Be be r a pa Aspe k Ke bij a k a n Pe n e ga k a n da n Pe n ge m ba n ga n H u k u m Pida n a, Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung.
- - - , 2002, Bun ga Ra m pa i Ke bij a k a n H u k u m Pida n a, Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung.
- - - , 2002, D e m ok r a t isa si, H AM da n Re for m a si H u k u m di I n don e sia, The Habibie Cent er, Jakart a.
- - - , 1977, H u k u m da n H u k um Pida n a, Alum ni, Bandung.
- - - , 1983, H u k u m Pida n a da n Pe r k e m ba n ga n M a sya r a k a t : Ka j ia n Te r h a da p Pe m ba ha r u a n H u k u m Pida na, Sianar Baru, Bandung.
- - - , 1986, I lm u H u k u m, Alum ni, Bandung.
- - - , 2003, Ka pit a Se le k t a H uk u m Pida na, Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung.
- - - , ( t anpa t ahun) , M a sa la h Pe n e ga k a n H u k u m : Sua t u Tinj a u a n Sosiologis, Ba da n Pe m bin a a n H u k u m
N a sion a l, Jakart a.
Osborne, David dan Ted Gaebler, M e w ir a u sa ha k a n Bir ok r a si ( Re in ve nt in g Gove r m e n m e n t ), PT. Pust aka Binam an Pressindo, 2000.
(5)
Pr asoj o, Ek o, D e m ok r a si D i N e g e r i M im p i, Cat at an Kr it is Ter h adap Pem ilu 2 0 0 4
dan Good Gov er n an ce, Depar t em en I lm u Adm inist r asi Fak u lt as
I lm u Sosial dan I lm u Polit ik Univ er sit as I n don esia, Janu ar i 2 0 0 5.
Soedar son o, Tegu h , 2 0 0 4, W a ca n a Pe m a h a m a n Te n t a n g Re f o r m a si Polr i,
Rat n asar i, Den pasar , Bali.
Soekant o, Soeryono, 1983, Fa k t or - Fa k t or Ya n g M e m pe n ga r u h i Pe n e ga k a n H u k u m, PT. Raj aw ali, Jakart a.
- - - , dan Must afa Abdullah, 1987, Sosiologi H u k u m da la m M a sya r a k a t, CV. Raj aw ali Jakart a.
- - - , Pe n ga nt a r Pe n e lit ia n H u k u m, UI - Press, Jakart a.
- - - , Pok ok - pok ok Sosiologi H uk u m, PT. Raj a Grafindo Persada, 1988
Soem it ro, Ronny Hanit ij o, 1988, M e t odologi Pe n e lit ia n H u k u m da n Ju r im e t r i, Ghalia I ndonesia.
Soenaryo, 1985, M e t ode Rise t I, Universit as Sebelas Maret , Surakart a.
Sudart o, 1986, Ka pit a Se le k t a H u k u m Pida n a, Sem arang
- - - , 1990, H u k u m Pida n a I , Yayasan Sudart o, Sem arang.
- - - , 1977, H u k u m da n H uk u m Pida n a , Sem arang
Sunar so, Sisw ant o, 2005, W a w a sa n Pe ne ga k a n H u k u m D i I n done sia, PT. Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung
(6)
Supardi, 1993, M e t ode Pe n e lit ia n Bisn is, BPFE, Yogyakart a
Sut art o, Suryono, 2004, H u k u m Aca r a Pida n a Jilid I I, Badan Penerbit Universit as Diponegoro, Sem arang.
Pe r u n da n g- U n da n ga n :
Ket et apan MPR RI No. I V / MPR / 1999 t ent ang Ga r is- ga r is Be sa r H a lu a n N e ga r a ( GBH N ) 1 9 9 9 - 2 0 0 4 .
Ket et apan MPR RI No. VI I / MPR / 2001 t ent ang Visi I n don e sia M a sa D e pa n
Undang- Undang No 2 t ahun 2002 t ent ang Ke polisia n Re pu blik I n don e sia .
Propenas, Undang- Undang No 25. Tahun 2000 ; Pr ogr a m Pe m ba ngu n a n N a siona l Ta hu n 2 0 0 0 - 2 0 0 4 , Sinar Grafika 2001