PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS, NPK SUBSIDI DAN NON SUBSIDI TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS, NPK SUBSIDI
DAN NON SUBSIDI TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH PADA
LAHAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.)
Irham Habibi1, Yusriani Nasution2, Rizky Amnah2
1

Program Sarjana Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan

ABSTRAK
Irham Habibi, NPM : 2011 11 053 Judul Skripsi “Pengaruh Pemberian Pupuk
Kompos, NPK Subsidi Dan Nonsubsidi Terhadap Sifat Fisika Tanah Pada
Lahan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.)” dibawah bimbingan Yusriani
Nasution, SP., MP. sebagai pembimbing I dan Rizky Amnah, SP., MP. sebagai
pembimbing II.
Penggunaan pupuk NPK subsidi dan nonsubsidi secara terus menerus akan
mempengaruhi sifat fisika tanah, antara lain bobot isi, kadar air dan C-organik
tanah. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisika tanah yaitu dengan
penggunan pupuk kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi terhadap bobot isi, kadar
air dan C-organik tanah pada lahan tanaman padi gogo (Oryza sativa L).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2016 berlokasi di
Desa Siunggam, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) non faktorial dengan perlakuan yaitu ; P 0 (kontrol), P1 (pupuk kompos
1,440 gr/plot), P2 (Pupuk NPK subsidi 64,8 gr/plot) dan P3 (Pupuk NPK
nonsubsidi 64,8 gr/plot) dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap bobot isi tanah (g/cm3), kadar air tanah (%) dan C-organik tanah
(%) pada lahan tanaman padi gogo (Oryza sativa L). Namun memberikan
pengaruh yang nyata pada berat basah akar tanaman padi gogo, dengan perlakuan
terbaik yaitu P2 (NPK subsidi).
Kata Kunci: Padi gogo, Kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi, Fisika tanah.

ABSTRACT
Irham Habibi, NPM: 2011 11 053 Title Thesis "Influence of Compost, NPK
subsidies and non-subsidized Against Soil Physical Properties of Upland Rice
Plants On Land (Oryza sativa L.)" under the guidance of Yusriani Nasution, SP.,
MP. as a supervisor I and Rizky Amnah, SP., MP. as supervisor II.
The use of NPK fertilizer subsidies and non-subsidized continuously
affect soil physical properties, such as bulk density, moisture content and soil

organic C. One way to improve soil physical properties, namely the use of
compost. This study aimed to determine the effect of compost fertilizer, NPK
subsidized and non-subsidized to the bulk density, water content and soil organic
C-cropland upland rice (Oryza sativa L). The research was conducted from May

to August 2016 is located in the village of Siunggam, Alternating Padang District,
North Padang Lawas District. This study was conducted using a randomized block
design (RAK) non factorial treatment that; P0 (control), P1 (compost 1.440 g /
plot), P2 (NPK fertilizer subsidy of 64.8 g / plot) and P3 (NPK nonsubsidi 64.8 g /
plot) with 5 replications. The results showed that the compost fertilizer, NPK
subsidized and non-subsidized no significant effect on the weight of soil content
(g / cm3), the soil water content (%) and C-organic soil (%) on crop lands upland
rice (Oryza sativa L.) , But significant effect on the weight of the wet upland rice
plant roots, the best treatment is P2 (NPK subsidy).
Keywords: Upland rice, Compost, NPK subsidized and non-subsidized, soil
physics

PENDAHULUAN
Padi gogo adalah padi yang ditanam pada lahan kering yang sepanjang
hidupnya tidak digenangi air dan sumber kebutuhan airnya berasal dari

kelembaban tanah yang berasal dari curah hujan.Secara umum, budidaya padi
gogo yang dilakukan petani berada dilahan terbuka (ladang), disekitar bentaran
sungai, disekitar perbukitan daerah aliran sungai (DAS), ditumpangsarikan
dengan tanaman perkebunan yang masih muda (Toha, 2005).
Selain lahan sawah, masih banyak lahan kering yang sangat berpotensi
untuk di tanami padi gogo. Untuk mendukung program peningkatan beras
nasional. Potensi lahan kering di Kabupaten Padang Lawas Utara masih dapat
ditingkatkan, baik dari pemanfaatan lahan maupun produktivitasnya. Pemanfaatan
lahan kering untuk padi gogo sangat prospektif, khusunya di Kecamatan Padang
Bolak. Namun demikian, pengembangan padi gogo masih jauh dari yang
diharapkan karena luas lahan untuk padi gogo di Kecamatan Padang Bolak pada
Tahun 2012 yaitu 782 ha dengan produktivitas yang sangat rendah yaitu 2,17
ton/ha (BPS PALUTA, 2013).
Rendahnya produksi padi gogo salah satunya dipengaruhi oleh kesuburan
tanah yang rendah. Pemupukan yang tepat dan seimbang merupakan salah satu
cara untuk memperbaiki kesuburan tanah. Akan tetapi akhir-akhir ini timbul
permasalahan karena dampak negatif dari pupuk khususnya pupuk anorganik.
Menurut Sahiri (2003), pemakaian pupuk anorganik seperti NPK yang berlebihan
akan menambah tingkat polusi tanah. Pemakaian yang terus menerus juga akan
mempengaruhi sifat kimia, biologi khususnya sifat fisika tanah, yaitu ;C-organik


tanah, bobot isi tanah dan kadar air tanah. Untuk itu perlu dicari alternatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu penggunan pupuk organik.
Penggunaan pupuk kompos dapat memberikan mamfaat baik bagi tanah
maupun tanaman. Kompos dapat menggemburkan tanah, memperbaiki struktur
dan porositas tanah serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya
ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama dan mencegah lapisan
kering pada tanah, sehingga sifat fisik tanah seperti bobot isi, C-organik dan kadar
air tanah lebih baik. Kompos juga meyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa pennyakit akar, dan
dapat menghemat pemakaian puppuk kimia atau pupuk buatan sehingga dapat
meningkatkan efesiensi pemakaian pupuk kimia.
Bobot isi tanah merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf
kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit
perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air
terhambat. Bobot isi tanah adalah perbandingan berat tanah kering dengan satuan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, umumya dinyatakan dalam
gr/cm3 (Hanafiah, 2010).
Kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang

dibutuhkan untuk menahan air tersebut dalam tanah. C-organik yakni merupakan
bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor
biologi, fisika, dan kimia (Supryono, dkk, 2009)
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian untuk melihat
bagaimana pengaruh pemberian pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi
terhadap C-organik, bobot isi dan kadar air tanah pada lahan tanaman padi gogo di
lapangan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai agustus 2016 berlokasi di
Desa Siunggam Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara,
dengan ketinggian tempat ± 65 mdp, curah hujan rata-rata 2000 mm/thn, pH tanah

5 - 7, dan suhu rata-rata 32 0C. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
cangkul, sekop, pisau, meteran, copper ring, timbangan, kantong plastik dan label.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : sampel tanah utuh, benih padi
gogo varietas Towuti, pupuk kompos Green Natural, pupuk NPK Phonska subsidi
dan nonsubsidi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) nonfaktorial dengan perlakuan pemberian pupuk kompos, pupuk NPK
subsidi dan nonsubsidi yang terdiri dari 5 ulangan, yaitu : P 0 (kontrol), P1 (pupuk
kompos (1.440 gr /plot), P2 (pupuk NPK subsidi (64,8 gr/plot) dan P3 (pupuk NPK
nonsubsidi (64,8 gr/plot). Parameter penelitian yaitu bobot isi tanah (g/cm 3), kadar
air (%) dan C-organik tanah (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Isi Tanah (gr/cm3).
Rata-rata bobot isi tanah pada perlakuan pemberian pupuk kompos, NPK
subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata bobot isi tanah (gr/cm3) pada perlakuan pemberian pupuk kompos,
NPK subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo.
Perlakuan
Bobot isi tanah (g/cm3)
P0
1.11
P1
1.07
P2

1.13
P3
1.14

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa bobot isi tanah (gr/cm 3) pada lahan
tanaman padi gogo pada perlakuan P1 (pupuk kompos), P2 (pupuk NPK subsidi)
dan P3 (pupuk NPK nonsubsidi) tidak memberikan pengaruh yang nyata, namun
secara rata-rata bobot isi tanah terendah yaitu P1 (pupuk kompos) yaitu 1.07
g/cm3 dan yang tertinggi yaitu P3 (NPK non subsidi) yaitu 1.14 g/cm 3. Hal ini
menunjukkan bahwa bobot isi tanah pengunaan pupuk kompos dan kontrol lebih
rendah dibandingkan dengan penggunaan pupuk NPK subsidi dan nonsubsidi. Hal
ini diduga karena pupuk kompos dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti
agregasi, porositas tanah dan lainnya sehingga bobot isi tanah rendah. Perlakuan
pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi tidak memberikan pengaruh terhadap
bobot isi diduga karena lambatnya proses perubahan sifat fisika tanah oleh pupuk

kompos yang menyebabkan bobot isi tanah tidak mengalami penurunan secara
drastis.
Hartatik (2011) menyatakan bahwa pupuk kompos mengandung kadar hara
relatif rendah dan sangat bervariasi sehingga manfaatnya bagi tanah dan tanaman

tidak langsung dan pengaruhnya dalam jangka panjang. Pemberian pupuk kompos
ke dalam tanah berperan sebagai perekat (pengikat) pertikel tanah sehingga
agregasi tanah menjadi baik, ruang pori tanah meningkat dan bobot isi rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai bobot isi tanah pada pemberian pupuk kompos pada
lahan tanaman padi gogo lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk
NPK subsidi dan nonsubsidi.
Penggunaan pupuk NPK secara terus menerus mengakibatkan kerusakan
tanah secara fisik diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat
menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat
pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.
Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya
biodiversitas organisme tanah, dan biasanya terjadi bukan karena kerusakan
sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik atau kimia). Sebagai contoh
penggunaan pupuk nitrogen (ammonium sulfat dan sulfur coatedurea) yang terus
menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah dan menurunnya
populasi cacing secara drastis (Djajakirana,2001).
Kadar Air Tanah (%).
Rata-rata kadar air tanah pada perlakuan pemberian pupuk kompos, NPK
subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata kadar air tanah (%) pada perlakuan pemberian pupuk kompos, NPK

subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo.
Perlakuan
Kadar air tanah (%)
P0
6.67
P1
7.18
P2
6.81
P3
6.48

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar air tanah (%) menunjukkan
P1 (pupuk kompos), P2 (pupuk NPK subsidi) dan P3 (pupuk NPK nonsubsidi)
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air tanah, tetapi secara
rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pupuk kompos) yaitu 7.18% dan

yang terendah terdapat pada P3 (NPK nonsubsidi) yaitu 6.48%. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos dapat meningkatkan kadar air
tanah, sehingga menyebabkan kadar air tanah lebih tinggi pada perlakuan

pemberian pupuk kompos dibandingkan dengan pemberian NPK subsidi, NPK
nonsubsidi dan kontrol.
Pemberian pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar air tanah. Meskipun demikian terdapat peningkatan kadar air
tanah setelah perlakuan pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi. Hal ini
diduga pengaruh bahan kompos terhadap peningkatan porositas tanah di samping
berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah.
Pemberian pupuk kompos ke dalam tanah selain memperbaiki proses
agregasi, ternyata mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengisap dan
memegang air karena bersifat hidrofilik, sehingga dapat terjadi peningkatan pori
air tersedia. Mekanisme peningkatan air tersedia sebagai pengaruh adanya bahan
organik dalam tanah melalui peningkatan porositas tanah dengan menurunkan
bobot isi tanah (Irawan, dkk, 2016).
Pemberian pupuk kompos dapat menambah kandungan bahan organik yang
sekaligus pula meningkatkan kadar humus dalam tanah. Humus bersifat hidrofil
sehingga dapat meningkatkan daya serap air dalam tanah dan juga daya simpan air
menjadi tinggi (Intara, dkk, 2011).
Hasil penelitian Mohamad, dkk (2014) menyatakan bahwa kandungan
bahan organik dalam pupuk NPK pelangi dapat memperbaiki sifat fisik tanah,
yakni dapat meningkatkan porositas tanah sehingga menyediakan air dalam tanah.

Pupuk NPK subsidi dan nonsubsidi secara langsung dapat berfungsi sebagai
sumber unsur hara, terutama N, S, K dan sebagian P, serta unsur mikro, yang
artinya secara tidak langsung berperan dalam meningkatkan kesetabilan agregat,
kapasitas menahan air untuk tanaman.
Kapasitas kadar air tanah umumya berada pada keadaan optimum pada saat
pori-pori tanah berukuran besar. Porositas tanah sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan air tanah. Apabila tanah memiliki porositas yang tinggi maka air
akan mudah masuk ke dalam tanah, akibatnya kapasitas pegangan air tanah juga
meningkat (Madjid, 2010).

C-organik Tanah (%).
Rata-rata C-organik tanah pada perlakuan pemberian kompos, NPK subsidi
dan nonsubsidi di lahan tanaman padi gogo dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata C-organik tanah (%) pada perlakuan pemberian pupuk kompos, NPK
subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo.
Perlakuan
C-organik tanah (%)
P0
2.35
P1
2.50
P2
2.03
P3
2.05

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (pupuk kompos),
P2 (pupuk NPK subsidi) dan P3 (pupuk NPK nonsubsidi) pada lahan tanaman
padi gogo tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap C-organik tanah,
namun secara rata-rata C-organik tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (kompos)
yaitu 2.50% dan yang terendah P2 (NPK subsidi) yaitu 2.03 %. Hal ini diduga
karena pupuk kompos merupakan senyawa organik yang mengandung unsur Corganik sebagai indikator kesehatan tanah. Sehingga C-organik tanah lebih tinggi
pada perlakuan pemberian pupuk kompos dibandingkan pemberian pupuk NPK
subsidi dan nonsubsidi, serta kontrol.
Kandungan C-organik tanah pada tanah kering dan tanah yang disawahkan
umumnya mempunyai pola yang sama, yaitu bahan organiknya semakin menurun
seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini disebabkan oleh proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang hanya berlangsung di
lapisan atas (Rahayu, dkk, 2014).
Bahan organik seperti kompos dalam tanah sangat menentukan interaksi
antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk
C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun akibat proses dekomposisi
mineralisasi, maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK
tanah. Pemberian pupuk anorganik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik,

dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan C-organik
tanah menurun.
Berat Basah Akar Tanaman Padi Gogo (gr).
Rata-rata berat basah akar tanaman padi gogo dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata berat basah akar tanaman padi gogo pada perlakuan pemberian pupuk
kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi gogo.
Perlakuan
Bobot akar (g)
P0
12.68 c
P1
15.06 b
P2
21.85 a
P3
19.80 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ (α = 0.05).

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa berat basah akar tanaman padi
gogo pada perlakuan P1 (pupuk kompos), P2 (pupuk NPK subsidi) dan P3 (pupuk
NPK nonsubsidi) menunjukkan perlakuan P2 (pupuk NPK subsidi) tidak berbeda
nyata dengan P3 (pupuk NPK nonsubsidi), tetapi berbeda nyata dengan P1 (pupuk
kompos) dan P0 (kontrol). Perlakuan P1 (pupuk kompos) berbeda nyata dengan
P0 (kontrol). Hal ini diduga pupuk NPK subsidi dan nonsubsidi yang merupakan
pupuk majemuk langsung menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan jumlah
yang relatife tinggi sehingga akar semakin aktif untuk memperoleh unsur hara, hal
ini meyebabkan akar semakin panjang sehingga bobot akar meningkat sesuai
dengan ketersediaan unsur hara. Sedangkan pupuk kompos banyak menyediakan
hara namun hara sedikit dan harus terlebih dahulu mengalami dekomposisi agar
unsur hara tersedia bagi tanaman tanaman padi. Histogram rata-rata berat basah
akar tanaman padi gogo pada perlakuan pemberian kompos, NPK subsidi dan
Berat bash akar (gr)

nonsubsidi dapat dilihat pada gambar 1.
25
20
15
10
5
0

P0

P1

P2

P3

Perlakuan

Gambar 1. Histogram berat basah akar tanaman padi gogo (gr) pada perlakuan
pemberian kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi pada lahan tanaman padi
gogo.

Berat basah akar sangat erat hubungannya dengan unsur hara makro dan
mikro, dimana menurut Sarief (1986) bahwa unsur N yang diserap tanaman
berperan dalam menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar. Unsur P
berperan dalam pembentukan sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada
pada ujung akar merangsang pemanjangan akar.
Lakitan (2010) menyatakan jumlah kebutuhan unsur hara dikaitkan dengan
kebutuhan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Jika unsur hara kurang
tersedia, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Nitrogen merupakan unsur hara
utama yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif seperti akar.
Zahrah (2010) mengemukakan bahwa peningkatan serapan hara tanaman
padi karena kondisi tanah menjadi lebih baik sehingga perakaran tanaman
berkembang lebih baik dan mampu meningkatkan serapan hara N, P dan K. Berat
akar dipengaruhi oleh laju pemanjangan akar, laju pemanjangan akar dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi
adalah pasokan fotosintat (umumnya dalam bentuk sukrosa) dari daun. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi antara lain suhu tanah, dan kandungan air tanah
(Lakitan, 2010).
Akar tanaman dipengaruhi bobot isi tanah, kadar air tanah, dan C-organik
tanah. Daya tembus akar yang tinggi dapat meningkatkan penyerapan air pada
tanah yang lebih keras. Daya tembus akar menunjukkan kemampuan akar untuk
menembus lapisan tanah. Bobot isi tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar
serta penyerapan air dan unsur-unsur hara (Suprihatno dan Suardi 2007).
Kandungan C-organik yang cukup, mempengaruhi kinerja mikrobia tanah
yang ada dilahan tegal sehingga mampu memperbaiki struktur tanah dan akar
tanaman dapat menyediakan air bagi tanaman lebih banyak dari penggunaan lahan
yang lain. Bahan organik merupakan substrat alami untuk mikroorganisme dan
secara tidak langsung memberikan nutrisi bagi tanaman melalui kegiatan
mikroorganisme tanah (Rahayu, dkk,2014). Hal ini berpengaruh terhadap kadar
air tanah dan bobot isi tanah, sehingga akar tanaman lebih mudah memperoleh
unsur hara.

KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot isi (gr/cm3), kadar air (%) dan C-organik
tanah (%) pada lahan tanaman padi gogo. Namun memberikan pengaruh yang
nyata pada berat basah akar tanaman padi gogo, perlakuan terbaik untuk berat
basah akar yaitu P2 (NPK subsidi).
Untuk penelitian lebih lanjut penulis menyarankan untuk melakukan
penelitian tentang pemberian pupuk kompos, NPK subsidi dan nonsubsidi
terhadap sifat fisika tanah dengan meningkatkan dosis pupuk kompos dan
pengaplikasian pada lobang tanam.

DAFTAR PUSTAKA
BPS [Badan Pusat Statistik], 2013. Padang Lawas Utara dalam angka, Provinsi
Sumatera Utara.
Djajakirana, G., 2001. Kerusakan Tanah sebagai Dampak Pembagunan Pertanian.
Makalah disampaikan pada seminar petani “Tanah sehat titik tumbuh
pertanian ekologis” di Sleman. 30 Oktober 2001.
Hanafiah, K.A., 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo Persada: Jakarta.
Hartatik, W. D., Setyorini, 2011. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk
Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman. Peneliti Badan
Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah: Bogor.
Intara, Y.I., S. Asep., Erizal., S.Namaken dan M.H.B. Djoefrie, 2011. Pengaruh
pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap
kemampuan mengikat air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol 16 (2) :
130-135.
Irawan. A., Y. Jupri dan Zuraida, 2016. Pengaruh Pemberian Bahan Organik
Terhadap Perubahan Sifat Kimia Andisol, Pertumbuhan dan Produksi
Gandum. Jurnal Kawista 1 (1) : 1-9.
Lakitan, B., 2010. Dasar Dasar Fisiologi tumbuhan. Rajawali Pers: Jakarta.
Madjid, 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor:
Bogor
Mohamad. K., Nurni dan I. M. Bahua, 2014. Perubahan Sifat Fisik Tanah
Terhadap Produksi Kacang Tanah Melalui Pemberian Pupuk Organik dan
Anorganik (Studi Kasus di Desa Dutohe, Kec.Kabile Bone Balango).
Jurusan Agroteknologi. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri
Gorontalo.
Musthofa, A., 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser. [Skripsi]. Bobor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.

Rahayu. A., S. R. Utami dan L. M. Rayes, 2014. Karakteristik dan Klasifikasi
Tanah Pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan
Perak.Kab.Jombang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol. 1 No. 2 :
77-87.
Sahiri, N., 2003. Pertanian Organik: Prinsip daur Ulang Hara, Konservasi Air dan
Interaksi Antara Tanaman. Makalah Individu Pengantar Falsafah Sain.
Institup Pertanian Bogor.
Sarief, S., 1986. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung
Supryono, dkk., 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan
Tanah Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung
Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57
Toha H. M., 2005. Padi gogo dan pola pengembangannya. Balai Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi. Subang.
Zahrah, S., 2010. Serapan Hara N, P, K dan Hasil Berbagai Varietas Tanaman Padi
Sawah dengan Pemberian Amelioran Ion Cu, Zn, Fe pada Tanah Gambut.
Jurnal natur Indonesia 12(2): 102-108.