jtptiain gdl anikrisala 3911 1 3103247 p
MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN
RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
( Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35 )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Anik Risalati
NIM : 3103247
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
i
ABSTRAK
Anik Risalati (NIM: 3103247). Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya
dengan Tujuan Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35). Skripsi.
Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo.
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna khalifah dalam QS.
al-Baqarah ayat 30-35; 2) relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat 3035 dengan tujuan pendidikan Islam.
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan Metode Riset
Kepustakaan (library research), dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif.
Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
Maudhu’i dan Interpretasi.
Dalam penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna
khalifah tidak hanya dapat dipahami sebagai penggantian atau pewarisan.
Berdasarkan tafsir-tafsir QS. al-Baqarah ayat 30-35, khalifah berarti wakil Allah
dalam melaksanakan ketetapan-ketetapan-Nya di bumi. Hal ini adalah sebuah
penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia karena ia adalah
makhluk yang paling sempurna. Khalifah adalah manusia yang aktif dalam
tatanan alam semesta, seorang khalifah adalah manusia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kesopanan, keimanan dan amal saleh. Khalifah adalah manusia kritis,
kreatif serta dinamis yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapanNya.
Secara operasional tugas kekhalifahan dapat dijabarkan melalui: pertama,
tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri yakni menuntut ilmu dan menghiasi diri
dengan akhlak mulia. Kedua, tugas kekhalifahan terhadap keluarga, menyangkut
tugas membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah
mawaddah warahmah). Ketiga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, meliputi
tugas mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam masyarakat, bertanggung
jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar dan berlaku baik terhadap golongan
masyarakat yang lemah, termasuk fakir miskin serta anak yatim. Keempat, tugas
kekhalifahan terhadap alam, menyangkut tugas mengkulturkan alam,
menaturalkan kultur dan mengislamkan kultur
Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik manusia perlu
diberikan pendidikan. Melalui proses pendidikan, manusia akan dapat
mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya yang selanjutnya akan
menjadi bekal bagi dirinya untuk dapat menjalankan tugasnya. Karena pada
hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai pertumbuhan yang
seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual,
kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Dengan tercapainya kepribadian
manusia yang seimbang, manusia akan dapat melaksanakan fungsi
kekhalifahannya. Namun sebaliknya, tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi
berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal.
ii
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi khazanah
ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi para praktisi
pendidikan pada umumnya dan civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
sebagai bahan rujukan.
Semarang, 15 Januari 2008
Deklarator
Anik Risalati
NIM: 3103247
iv
Musthofa Rahman, M.Ag
Ikrom, M.Ag
Jl. Karonsih Selatan IX/863
Tugurejo RT.02/I No 38
Ngalian Semarang
Tugu Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi
a.n. Sdri. Anik Risalati
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama
ini saya kirim naskah skripsi saudari :
Nama : Anik Risalati
NIM
: 3103247
Judul : Makna Khalifah Dalam Al-Qur’an Relevansinya Dengan
Tujuan Pendidikan Islam ( Analisis QS. Al-Baqarah Ayat 3035)
Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Musthofa Rahman, M. Ag
NIP. 150 276 925
Ikrom, M. Ag
NIP. 150 268 786
v
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp./fax ( 024) 7601295, 7615387
PENGESAHAN
Nama
: Anik Risalati
NIM
: 3103247
Jurusan
: PAI
Judul Skripsi : Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35)
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :
24 Januari 2008
dan dapat diterima sebagi kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan
Studi Program sarjana Strata 1 ( S1) guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu
Tarbiyah.
Semarang, 30 Januari 2008
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd
NIP. 150 170 474
Siti Tarwiyah, S. S. M. Hum
NIP. 150 290 932
Penguji I
Penguji II
Dra. Siti Mariam, M.Pd
NIP. 150 257 372
Dra. Muntholi’ah, M.Pd
NIP. 150 263 166
Pembimbing I
Pembimbing II
Musthofa Rahman, M.Ag
NIP. 150 276 925
Drs. Ikhrom, M.Ag
NIP. 150 268 786
vi
MOTTO
߉šøãƒ ⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ
Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù
∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès?
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka
berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )
vii
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Suamiku tercinta
3. Saudara-saudaraku terkasih
4. Teman-teman seperjuangan
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang
senantiasa setia jadi pengikutnya.
Dengan pertolongan Allah SWT jualah penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Namun penulis yakin bahwa disepanjang pembahasan skripsi ini
terdapat berbagai kelemahan, baik yang menyangkut metodologis maupun
analisisnya. Hal ini dikarenakan akibat dari kemampuan dari penulis yang sangat
terbatas.
Selanjutnya dengan segenap kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis
sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas jasa beliau
semua yang telah memberikan secara ikhlas baik berupa tenaga, pikiran,
bimbingan dan saran-saran sebagai sesuatu yang sangat berguna bagi penulis
dalam mencari kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Dan beliau yang penulis
maksud antara lain :
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Musthofa Rahman, M.Ag selaku pembimbing I dan Drs. Ikhrom, M.Ag selaku
pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu
dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan langsung
kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
ix
3. Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ayah, Bunda serta saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa memberikan
motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis yang semua itu
telah terbukti menunjang keberhasilan studi penulis sejak awal hingga saat
diselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Suamiku tercinta yang telah setia mendampingi dan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat karibku semua yang ikut berperan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Atas jasa-jasa beliau semua ini, penulis tidak mampu untuk membalasnya,
kecuali dengan berdo’a semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.
Penulis berharap kehadiran skripsi ini dihadapan para pembaca budiman
akan memberikan manfaat terutama kepada diri penulis dan para pembaca pada
umumnya. Amin ya Robal ‘alamin.
Semarang, 15 Januari 2008
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
v
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B.
Penegasan Istilah........................................................................
5
C.
Perumusan Masalah ...................................................................
7
D.
Tujuan Penelitian .......................................................................
7
E.
Manfaat Penelitian ....................................................................
7
F.
Kajian Pustaka ...........................................................................
8
G.
KerangkaTeori...........................................................................
9
H.
Metodologi Penelitian ................................................................ 11
BAB II MAKNA KHALIFAH DALAM QS. AL-BAQARAH AYAT 3035
A.
Pengertian Khalifah.................................................................... 13
B.
Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30-35........................................ 18
C.
Khalifah Sebagai Manusia Terdidik.......................... ................ 28
BAB III KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
xi
A.
Tahap-Tahap Tujuan Pendidikan Islam .................................... 33
B.
Ruang Lingkup Tujuan Pendidikan Islam ................................. 35
C.
Tujuan Pendidikan Islam........................................................... 39
BAB IV RELEVANSI MAKNA KHALIFAH DENGAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Hubungan Makna Khalifah dengan Tujuan Pendidikan
Islam........................................................................................... 46
B.
Urgensi Makna Khalifah dalam Tujuan Pendidikan
Islam........................................................................................... 49
C.
Tujuan Pendidikan Islam Berdasarkan Makna Khalifah ........... 53
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................... 57
B.
Saran-Saran .............................................................................. 58
C.
Penutup ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam Islam, manusia dianggap sebagai khalifah di bumi dan seluruh
ciptaan lainnya tunduk kepadanya. Menurut al-Qur’an (2: 30-31), setelah
menciptakan manusia pertama Adam, Allah SWT mengajarkan kepadanya namanama segala benda.13
Dengan kebesaran-Nya, Allah SWT menciptakan segalanya dari tiada
menjadi ada. Kehendaknya adalah sumber ciptaan dan setiap unsur dalam ciptaan
memanifestasikan kekuasaan Allah SWT. Karena itu setiap objek dalam ciptaan
menunjukkan kualitas dan sifat-sifat Tuhan. Dengan memberitahukan kepada
Adam nama-nama benda, berarti membuatnya sadar akan esensi ciptaan. Dengan
kata lain membuat sadar akan sifat-sifat Tuhan dan hubungan antara Tuhan dan
ciptaan-Nya. Ini bukanlah semata-mata kesadaran intelektual yang terpisah dari
kesadaran spiritual. Ini adalah kesadaran spiritual yang mengontrol, membimbing,
dan mempertajam intelek, dengan menanamkan dalam diri nabi Adam perasaan
ta’dhim dan hormat kepada Tuhan dan membuatnya mampu menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya itu untuk kepentingan umat manusia.14
Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam yang memaknai khalifah
sebagai khilafah. Dari hari kehari wacana khilafah Islamiyah makin kencang
dilontarkan oleh sebagian kelompok umat Islam, lebih-lebih setelah jatuhnya
khilafah Islamiyah Utsmaniyah pada tanggal 3 Maret 1924. Khilafah Utsmaniyah
berakhir sejalan dengan kencangnya tuntutan kemerdekaan di berbagai Negara
kolonial yang berpenduduk mayoritas seperti Negara yang ada di kawasan Asia
Tenggara, Afrika Utara, Mesir, negara-negara Teluk, Asia Selatan, dan lain-lain.
Negara-negara kolonial melihat bahwa kekuasaan Turki Usmani yang kuat yang
1
Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: Departemen Agama RI, 1971), hlm.13-14
Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam, pen. Sori Siregar, (Jakarta: Puataka Firdaus, 1996),
hlm.1-2.
2
2
menguasai Timur Tengah dan Negara-negara “Eropa Timur” karena kekuatan
khalifah yang amat tinggi. Khusus kekuatan Sekularisme didukung oleh kekuatan
intern di Turki waktu itu, mengurangi kekuasaan khalifah dari ranah kekuasaan
politik.15
Sejak merosotnya umat Islam menjelang serbuan tantara Tar-tar nampak
sekali bahwa umat Islam telah gagal merespon kehendak Tuhan karena telah lalai
mengkaji isi al-Qur’an maupun hadist Rasul secara total dan komprehensif. Umat
Islam sampai hari ini pun masih terjebak dalam sekat-sekat penjara parsial dan
hanya mengambil sepenggal-sepenggal untuk kepentingan diri sendiri saja
sehingga gambaran besar yang ada dalam al-Qur’an tentang cara-cara hidup di
bumi yang selaras dengan tuntunan Allah diabaikan. Akibatnya pengetahuan
Tuhan pun seolah lenyap dari umat Islam dan muncul kembali di Eropa untuk
membuka zaman baru disana sebagai Era Renaissance yang mengubah banyak
hal. Meskipun era tersebut mengawali lahirnya sekularisme, namun Tuhan Maha
Adil, sehinnga Dia pun menepati janji bahwa siapapun yang selaras dengan
kehendak-Nya, harmonis dengan diri-Nya sebagai Rabbul Alamin akan menerima
manfaat yang diperoleh dari seluruh pengetahuan yang telah disampaikan Nabi
Adam.
Karena kenyataan demikian, kekhalifahan itu harus dikembalikan kepada
makna dasar yang lebih elementer karena menyangkut kemampuan individual
sebagai manusia berpengetahuan atau khalifah yang unggul, yang bisa menjadi
pembimbing bagi manusia lainnya atau bagi kaumnya. Jadi, secara individual
semua umat Islam harus mempunyai akhlak dan pengetahuan yang benar dahulu
dalam koridor Islam sebagai adab hamba di hadapan pencipta-Nya, yang akhirnya
dari keberadabannya itu akan memberikan rahmat sebelum membangun sistem
kekhalifahan sebagai suatu identitas global.16
3
M. Abdurrahman Assegaf, “Konsep Khilafah Islamiyah”, http//www.persis.co.id/15112007/, hlm.1
Suryaningsih,”Umat Islam dan Tantangan Untuk Menciptakan Transformasi Besar”,
http//suryaningsih.wordpress.com/26122007/, hlm.2-3
4
3
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang paling baik diantara
makhluk lain. Ia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih, dan tidak ternoda.
Pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan seseorang
dalam mengemban amanah sebagai khalifah-Nya, sebagaimana Nabi Muhammad
bersabda :
ِﹸ
ِ
17
(
ﻋ ﰊ ﺓ ﻛ ﻘ ﻝ ﻝ ﻝﷲﺻ ﷲﻋ
) ِِ
ّ ﺠ
ِ ِِِﺼ
ّ ِِِ
ّ ﺑ
ﹶ
ﹶ
ﺓ
ِﻄ
ﹾ
ِﻻﱠﹶﻋﻰﹾ
ِ
“Dari Abu Hurairah katanya : Bersabda Rasulullah Saw. Tiap-tiap anak
dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka dua ibu bapaknya yang meYahudikan atau me-Nasranikan atau me-Majusikan”. (HR. Muslim).
Allah memberikan anugrah berupa potensi kepada manusia yang harus
dikembangkan dan harus diaktualisasikan agar dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah ia haruslah memiliki kekuatan untuk
mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya.
Sebagai ‘abd ia harus melaksanakan seluruh usaha dan aktifitasnya dalam rangka
ibadah kepada Allah SWT. Dengan pandangan yang terpadu ini maka sebagai
khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemungkaran atau
bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Berdasarkan pengakuan Islam terhadap fitrah dan potensi manusia maka
dalam pendidikan Islam, manusia perlu dididik sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma ajaran Islam. Menurut Achmadi dalam buku yang berjudul Islam
sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan menyatakan bahwa: “yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang berusaha memelihara dan
megembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.6
5
Imam Abi Husain Muslim Ibn Hajjaj, Shahih Muslim, Juz IV,(Beirut : Darul al-Kutub,
tt).hlm.2047.
6
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,1992),hlm.20.
4
Karena besarnya peranan manusia di muka bumi dengan segala aspek
kehidupannya, pendidikan Islam sangat perlu dan penting sekali.
Dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna maka
diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi. Atas dasar ini Quraish Shihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.7
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk melahirkan masyarakat yang
berkebudayaan serta melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, dan
pendidikan akan mengarahkan kepada sumber daya manusia yang berkualitas.8
Selain itu dalam Islam, pendidikan bertujuan menumbuhkan keseimbangan pada
kepribadian manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan
dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan
jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual,
imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara
kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencari kebaikan dan kesempurnaan.
Pada gilirannya tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak
kepada Allah SWT pada tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada
umumnya.9
Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, manusia
perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, ketrampilan, teknologi dan
sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan konsep khalifah dalam al-Qur’an erat
kaitannya dengan pendidikan.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan,2007),hlm.173.
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Tinjauan Fenomenologis, dalam Rusman
Thoyyib, Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,1999),hlm.16.
9
Ali Asraf, op. cit.,hlm.2.
8
5
B. Penegasan Istilah
Untuk mengurangi kekaburan dan untuk nenghindari kesalahan pengertian
atau penafsiran bagi para pembaca, maka penulis perlu memberikan penegasan
istilah terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
a. Makna Khalifah dalam QS. Al-Baqarah Ayat 30 -35
Makna dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti arti atau maksud
pembicara atau penulis. Jadi makna adalah arti atau maksud dari suatu obyek
yang dikaji.10 Khalifah adalah kata yang berelemen huruf kha’, lam dan fa’
bermakna mengganti, mewakili, generasi dan belakang.11 Sedangkan dalam tafsir
Alqur’anul Majid An Nur disebutkan bahwa pengangkatan manusia sebagai
khalifah meliputi pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain
dengan diberi kekuatan akal.12
Al-Qur’an biasa didefinisikan sebagai “firman-firman Allah yang
disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW dan diterima oleh umat Islam secara mutawattir dan membacanya
merupakan ibadah.”13 Dengan definisi ini, kalamullah yang diturunkan kepada
nabi-nabi selain nabi Muhammad, tidak dinamakan al-Qur’an seperti Taurat yang
diturunkan kepada nabi Musa dan Injil yang diturunkan kepada nabi Isa.
Sedangkan yang diteliti disini adalah al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30-35
b. Relevansi Tujuan Pendidikan Islam.
Relevansi berasal dari bahasa Inggris relevance yang berarti bersangkut
paut atau bisa disebut juga hubungan.14 Dalam kamus popular dijelaskan bahwa
makna relevansi adalah hubungan, keterkaitan atau pertalian.15 Sedangkan dalam
penelitian ini diartikan dengan hubungan yaitu adanya hubungan antara satu hal
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,1995),hlm.619.
11
A.Mustain Syafi’i, Tafsir Al-Qur’an Bahasa Koran,(Surabaya: Harian Bangsa,2004),hlm.163.
12
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur,(Semarang:
PT.Pustaka Rizki Putra,2000),hlm.71.
13
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,(Bandung: Mizan,2005),hlm.43.
14
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1993),hlm.475.
15
M.D.J. Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2000),hlm.261.
6
dengan hal lain yang dapat berguna secara langsung untuk menambah atau
melengkapi satu sama lain.
Tujuan menurut Zakiyah Daradjat adalah sesuatu yang diharapkan
tercapainya setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Selain itu tujuan adalah
sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang
melaksanakan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam yaitu sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan
pendidikan Islam.16
Menurut Achmadi tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi tiga tahapan
17
yaitu:
a. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia dan
peranannya sebagai ciptaan Allah yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa,
mampu menjadi khalifah di bumi dan memperoleh kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat.
b. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat
diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian peserta
didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.
c. Tujuan khusus : tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan
perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama masih
tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi.
Dari penegasan istilah diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud judul
skripsi Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan
Islam (Analisis QS. al-Baqarah Ayat 30-35) adalah hubungan makna khalifah
yang tersurat dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 dengan tujuan pendidikan Islam,
artinya unsur kesamaan yang ada antara keduanya dapat dikaji dalam rangka
merealisasikan pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam yang
disampaikan Rasulullah SAW dalam rangka beribadah kepada Allah.
16
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat pendidikan Islam,(Bandung: CV. Pustaka
Setia,2001),hlm.68.
17
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2005),hlm.28-29.
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di muka, maka ada
beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini, permasalahan tersebut antara
lain:
1. Bagaimana makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35 ?
2. Bagaimana relevansi makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35
dengan tujuan pendidikan Islam ?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi
1. Tujuan penelitian skripsi
Berpijak dari permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.
b. Untuk mengetahui relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat
30-35 dengan tujuan pendidikan Islam.
2. Manfaat penelitian skripsi
a. Dengan meneliti dan mengkaji makna khalifah yang terkandung dalam
QS.al-Baqarah ayat 30-35, maka diharapkan akan dapat meningkatkan
wawasan serta pemahaman yang lebih komprehensif tentang makna
khalifah dari berbagai sudut pandang para mufassir.
b. Dari hasil kajian dan pemahaman ayat di atas, diharapkan dapat membantu
usaha penghayatan sekaligus pengamalan terhadap isi, kandungan dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an baik yang tersirat maupun
tersurat dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.
c. Kajian ini dilakukan sebagai salah satu acuan dalam mengarahkan peserta
didik untuk dapat mengoptimalkan potensi diri agar dapat berperan
sebagai khalifah dalam kehidupan bermasyarakat.
8
d. Dengan melakukan kajian ini diharapkan dapat merumuskan tujuan
pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat
membantu peserta didik menjalankan fungsinya sebagai khalifah.
E. Kajian Pustaka
Kajian tentang manusia dan tujuan pendidikan Islam kaintannya dengan
al-Qur’an telah banyak dilakukan, bahkan terdapat beberapa karya ilmiah dan
buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang dikaji telah memberikan
kontribusi yang lebih signifikan dalam rangka mengkaji dan memahami
permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif. Diantara karya ilmiah yang mendukung kajian ini adalah sebagai
berikut:
Pertama, Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia
Menurut al-Qur’an (kajian filosifis) yang diteliti oleh Nur Imamah.18 Skripsi ini
berisi tentang tujuan pendidikan yang pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup
manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, kemudian dikaitkan dengan
fungsi manusia menurut al-Qur’an yakni sebagai khalifah dan ‘abdullah yang
pada akhirnya menuju terbentuknya insan kamil.
Kedua, Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya
terhadap Pendidikan Islam yang dikaji oleh Syamsu.19 Penelitian ini berisikan
tentang manusia secara eksistensial adalah makhluk Allah yang diberi tugas
sebagai khalifah di muka bumi, makhluk pribadi yang terdiri dari dwi matra yaitu
jiwa dan raga. Pengenalan tentang manusia merupakan langkah pertama yang
harus diperhatikan para pakar atau pelaksana pendidikan, karena manusia dalam
pendidikan dipandang sebagai subyek dan obyek pendidikan.
18
Nur Imamah, 3100224, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi
: “Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia Menurut al-Qur’an (kajian filosifis)”,
( Semarang : 2005), td.
19
Syamsu, 3100056, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi :
“Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam”,( semarang: 2005),
td.
9
Ketiga, Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam yang dikaji oleh Ali Usman.20
Skripsi ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dan makna ibadah
mempunyai hubungan atau keterkaitan dalam ramgka mewujudkan tujuan hidup
manusia yaitu sebgai ‘abd dan khalifatullah yang diwujudkan melalui pendidikan.
Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini
memfokuskan untuk mengetahui makna khalifah yang terkandung dalam surat alBaqarah ayat 30-35 kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan harapan
agar makna khalifah tersebut dapat menjadi dasar untuk merumuskan tujuan
pendidikan Islam.
F. Kerangka teori
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik
dari aspek jasmaniah maupun ruhaniahnya. Karena kesempurnaannya itulah maka
untuk dapat memahami, mengenali secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian
yang spesifik. Dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang
panjang dan hati-hati tentang manusia melalui al-Qur’an dan sudah tentu di
bawah bimbingan dan petunjuk Allah serta berparadigma kepada proses
pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para Nabi,
Rasul dan khususnya nabi Muhammad SAW.
Dalam
sejarah
penciptaan
manusia,
dijelaskan
bahwa
sebelum
diciptakannya manusia, Tuhan telah menyampaikan rencana penciptaan ini
kepada para malaikat, agar makhluk ini (manusia) menjadi khalifah (kuasa atau
wakil) Tuhan di bumi (QS 2: 30). Dari sini jelas pula bahwa hakikat wujud
manusia dalam kehidupan ini adalah melaksanakan tugas kekhalifahan:
membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan kehendak Ilahi. Berangkat
dari misi al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah dan sebagai pedoman hidup
20
Ali Usman, 3100150, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi :
“Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56 Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan
Islam”, (Semarang : 2004), td.
10
seluruh manusia, maka tugas umat adalah mengkaji dan memahaminya. Tidak
sedikit ayat al-Qur’an yang berbicara tentang manusia. Bahkan manusia adalah
makhluk pertama yang telah disebut dua kali dalam rangkaian wahyu Tuhan yang
pertama (QS. 96 : 1- 5 ).21
Allah juga telah menyuruh seluruh manusia untuk menyadari dirinya
sendiri, merenungkan dan memikirkan hakikat hidupnya, dari mana asalnya dan
hendak kemana dia serta bagaimana ia hidup di dunia ini. Sebagaimana firman
Allah dalam surat adz-Dzariyat: 21 “Dan (juga) pada dirimu sendiri, apakah
kamu tidak memperhatikan”.22
Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut dengan baik, manusia perlu
diberikan pendidikan, pengajaran, keterampilan, pengalaman serta sarana
pendukung lainnya. Hal ini menunjukkkan bahwa konsepsi manusia dalam alQur’an erat kaitannya dengan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.karenanya
pembicaraan apapun yang berkenaan dengan pendidikan, pastilah mengupas
tentang manusia terlebih dahulu. Sebab manusia merupakan subyek sekaligus
obyek pendidikan. Dalam artian bahwa aktivitas pendidikan berkaiatan dengan
proses “humanizing of human being“ proses “memanusiakan manusia“ atau
upaya membantu subyek (individual atau satuan sosial) berkembang normatif
lebih baik. Ini tentunya dimulai dengan merumuskan hakekat subyek didik
(manusia). Dari sini disusunlah sistematika tentang bagaimana seharusnya proses
dilaksanakan.23
Persoalan manusia merupakan tema sentral dan titik tolak dalam
memaknai pendidikan Islam, termasuk di dalamnya adalah untuk merumuskan
tujuan pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam pada dasaranya ingin
mengantarkan manusia menuju ke kemanusiaan sejati. Dalam pendidikan Islam,
21
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung : Mizan , 2007), hlm. 233
22
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahnya, ( Bandung : Gema Risalah
Press , 1992 ), hlm. 13-14
23
A. Noerhadi Djamal, Epistemologi Pendidikan Islam : Suatu Telaah Reflektif Qur’any, dalam
Habib Thoha (eds), Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, ( Yogya : Pustaka Pelajar, 1996 ) , hlm. 283
11
pemikiran tentang manusia berdasarkan pada sumber–sumber ajaran Islam
diharapkan dapat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
G. Metodologi penelitian
1. Metode pengumpulan data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan kepustakaan atau literature
baik berupa buku laporan ataupun catatan hasil penelitian terdahulu.24
Secara garis besar, sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Sumber primer
Sumber primer adalah sumber informasi yang lansung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data lansung pada subyek sebagai
informasi yang dicari.25 Dalam skripsi ini, sumber primernya adalah al-Qur’an
serta tafsir-tafsirnya, terutama tafsir al-Misbah, tafsir Ibnu Katsir, tafsir alQur’anul Majid An-Nur dan tafsir al-Maraghi.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber informasi secara tidak langsung mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atau yang berkaitan dengan tema tersebut.26
Dalam hal ini adalah buku-buku yang relevan dengan pembahasan dalam
penelitian ini, diantaranta adalah buku Membumikan al-Qur’an dan bukubuku tentang Filsafat Pendidikan Islam.
2. Metode analisis data
a. Metode Maudhu’i
Metode yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’i. Tafsir maudhu’i
ini mempunyai dua macam bentuk kajian. Pertama, pembahasan mengenai satu
24
M. Iqbal Ihsan, Pokok-pokok Materi MetodologiPenelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hlm. 11
25
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ) hlm, 90
26
Ibid, hlm..90
12
surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat
umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang
dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh
dan cermat. Kedua, menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang samasama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian
rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasan dan selanjutnya ditafsirkan
secara maudhu’i.27 Kedua bentuk metode tafsir maudhu’i tersebut digunakan
dalam penelitian ini adalah agar mendapat penjelasan makna khalifah dalam alQur’an terutama dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 secara komprehensif.
b. Metode Interpretatif
Metode ini berperan untuk mencari makna yang merupakan upaya untuk
menangkap dibalik yang tersurat, selain itu juga mencari makna yang tersirat serta
mengaitkan dengan hal-hal yang terkait yang sifatnya logik teoritis dan
transendental.28 Metode digunakan dalam rangka mencari kandungan surat alBaqarah ayat 30-35 tentang khalifah relevansinya dengan tujuan pendidikan
Islam.
27
Abd. Al-Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 35-36
28
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Surasin, 1996 ), hlm. 65.
13
BAB II
MAKNA KHALIFAH DALAM Q.S AL-BAQARAH AYAT 30-35
A. Pengertian Khalifah
Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-Qur’an
yaitu dalam al-Baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26. Sedangkan dalam bentuk plural
ada dua bentuk yang digunakan yaitu: (a) khalaif yang terulang sebanyak empat
kali terdapat dalam surah al-An’am ayat 165, Yunus ayat 14 dan 73 dan Fathir
ayat 39; (b) khulafa’ terulang sebanyak tiga kali pada surah al-A’raf ayat 69 dan
74 dan al-Naml ayat 62. Keseluruhan kata tersebut pada berakar dari kata khalafa
yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini kata khalifah sering kali
diartikan sebagai “pengganti”.1
Manusia di dunia ini memiliki kedudukan yang istimewa. Manusia adalah
khalifah Allah di muka bumi. Al-Qur’an menyatakan :
(
:ﻘﺓ
)ﺒ...... ﹰ
ﹶ
ِﺽﺧ
ِ ﻷ
ﹲِﹾﺴ
ﻋ
ِ ِِﹶ
ﺋ
ِ
ﹾﻼ
ِ ﻝﺑ
ﹶﹶ
ﹾ
ِ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, bahwa
sesungguh-Nya aku akan menjadikan di bumi seorang Khalifah …. (QS. alBaqarah : 30 ) 2
Menurut Quraish Shihab, kata khalifah pada mulanya berarti yang
menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas
dasar ini kata khalifah ada yang memahami dalam arti yang menggantikan Allah
dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya,
namun hal ini bukan berarti Allah tidak mampu atau menjadikan manusia
1
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat,(Bandung: Mizan, 2007) hlm. 157
2
Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Islam, 1971), hlm.13
14
berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia
dan memberinya penghormatan.3
Dalam Lisanul Arab disebutkan:
ﲨ ﳋ
ﻘ ﻘ
ﺛﲑﳋ
ﻝﺑ ﻻ
Ibnu Atsir berkata Al Khalifah ( ) ا ﻴﻔﺔartinya adalah orang yang
mengambil alih posisi orang lain yang “pergi” dan melanjutkan tugasnya.
Dan jamaknya adalah khulafa’ ﻔﺄ4
Asy-Sya’rawi mengemukakan bahwa yang menggantikan itu boleh jadi
menyangkut waktu ataupun tempat. Ayat ini dapat berarti pergantian antara
sesama makhluk manusia dalam kehidupan dunia ini, tetapi dapat juga berarti
kekhalifahan manusia yang diterimanya dari Allah. Namun asy-Sya’rawi tidak
memahaminya dalam arti bahwa manusia yang menggantikan Allah dalam
menegakkan kehendak-Nya, akan tetapi ia memahami kakhalifahan tersebut
berkaitan dengan reaksi dan ketundukan bumi kepada manusia yang
dianugerahkan Allah kepada manusia.5
Al Maraghi berpendapat bahwa khalifah berarti jenis lain dari makhluk
sebelumnya, disamping itu bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap manusia. Sebagian mufassir
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khalifah
di sini adalah sebagai
pengganti Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia.
Oleh sebab itu istilah yang mengatakan “manusia adalah khalifah Allah di bumi”,
sudah sangat popular.6
3
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan , Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol 1 ( Jakarta :
Lentera Hati, 2002 ) hlm. 142
4
Ibnu Manzur Jamaluddin al-Anshary, Lisanul Arab, (Mesir: Darul Misriyah, tt.,), hlm. 437.
5
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, Vol 4 ( Jakarta
: Lentera Hati, 2001 ) hlm. 363- 364
6
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Beirut: Darul Kutub,
tt.,) hlm. 134.
15
Sebagai dalilnya adalah firman Allah kepada nabi Daud :
(
: ) …ﺽ
ِ ﹶ
ﹰِ ﹾ
ﹶ
ِ ﹾ ﺧِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
bumi… (QS. Shad: 26) 7
Kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud a.s. berkaitan dengan
kekuasaan mengelola wilayah tertentu. Hal ini diperoleh Daud berkat anugerah
ilahi yang mengajarkan kepadanya al-hikmah dan ilmu pengetahuan.8
Pengangkatan khalifah ini menyangkut juga pengertian pengangkatan
sebagian manusia yang di beri wahyu oleh Allah tentang syari’at-syari’at-Nya.
Kemudian juga mencakup seluruh makhluk (manusia) yang berciri memiliki
kemampuan berpikir yang luar biasa.9
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa khalifah dalam surat alBaqarah ayat 30 berarti kaum yang silih berganti menghuni dan meliputi
kekuasaan dan pembangunan nya.10 Sebagaimana firman Allah dalam surah alAn’am ayat 165:
(
: )ﻷ... ﺽ
ِ ﻷ
ﺋ ﹾﺴ
ِ
ﱠِ ﹶﹸ ﺧﻼ
Dialah Allah yang menjadikan kalian silih berganti menghuni dan
menguasai bumi… (QS. al-An’am: 165)11
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy menambahkan bahwa Tuhan
mengangkat manusia sebagai khalifah meliputi:12
a) Pengangkatan sebagian anggota masyarakat manusia dengan mewahyukan
syari’at-Nya kepada mereka untuk menjadi khalifah.
7
Soenarjo, op. cit., hlm. 736
Quraish Shihab, op. cit., hlm. 157
9
Ahmad Musthofa Al Maraghi, op. cit., hlm. 134
10
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Surabaya : PT.
Bina Ilmu, 1987), hlm. 80
11
Sunarjo, op. cit., hlm. 217
12
Tengku Muhammad Hasybi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, ( Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2000 ), hlm 71
8
16
b) Pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain dengan diberi
kekuatan akal.
Sebagian tanda hikmah Allah yang sangat nyata adalah dijadikannya
manusia sebagai khalifah di bumi dengan memiliki kemampuan yang luar biasa
yang menampakkan keajaiban dan rahasia-rahasia yang terpendam dalam ciptaan
Allah.
Makna term khalifah memunculkan banyak pendapat. Perbedaan pendapat
juga muncul dalam pembicaraan mengenai siapa yang mengganti atau mengikuti
siapa, dalam hal ini terdapat tiga pendapat yang berbeda.13 Pendapat pertama
mengatakan bahwa manusia merupakan spesies yang menggantikan spesies lain
yang lebih dahulu hidup di bumi. Menurut pendapat ini, yang mendahului
manusia hidup di bumi adalah jin. Dengan demikian manusia menurut pendapat
ini merupakan khalifah jin di atas bumi.
Pendapat kedua mengatakan bahwa tiada makhluk lain di bumi yang
digantikan manusia. Istilah khalifah bagi kelompok ini menunjuk kepada
sekelompok manusia yang mengganti kelompok lain. Salah satu ayat yang
digunakan sebagai penguat pendapat ini adalah :
... ﺽ
ِ ﹶ
ﹶﺴﹾ
ﹶ
ﺴ ﺠﹸﹸ ﺧ
ِﹶ ﻋ ﹾ
ِﻄ
ﺠ ﹾ ﹶ
ِ ﹶ
( : )
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi… (QS. alNaml: 62)14
Sedangkan pendapat ketiga menjelaskan bahwa khalifah bukanlah sekedar
menunjuk pengertian seorang mengganti atau mengikuti orang lain, namun
13
Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory, A Quranic Outlook, terj. Mutammam, (
Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 68-69
14
Soenarjo, op. cit. hlm. 601
17
khalifah disini adalah khalifah Allah. Mulanya Allah kemudian datang khalifahNya yang berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran-ajaran-Nya. Ar-Razi, atThabari, Thabathaba’i dan Qurthubi condong dengan penafsiran yang ketiga ini.
Dengan mengkaji ketiga penafsiran tersebut menunjukkan bahwa secara
umum
ketiganya
memiliki
titik
singgung,
meskipun
diekspresikan masing-masing tampak sekali. Makna
dalam
ketiga
penafsiran
tersebut.
Dinamakan
perbedaan
yang
term khalifah tercakup
khalifah
adalah
karena
menggantikan yang lain apakah Allah, kelompok manusia lain atau makhluk
selain manusia seperti jin. Dalam hal ini dua penafsiran pertama terasa tidak tepat.
Keduanya tidak mengisyaratkan peran yang dimainkan oleh khalifah. Dengan
menyatakan bahwa pengertian sebenarnya adalah khalifah Allah, penafsiran
ketiga memberikan makna lebih dalam terhadap term khalifah. Penafsiran yang
ketiga ini nampak adanya hubungan antara manusia dengan Allah, bukan hanya
antara manusia dengan manusia atau manusia dengan makhluk lain.
Kata khulafa dalam surat al-A’raf menggambarkan manusia sebagai yang
melakukan interaksi dengan lingkungan fisiknya, mereka membangun gununggunung dan dataran. Sedangkan dalam surat al-An’am menerangkan bahwa
khalaif diberi status demikian adalah untuk menguji mereka, sedangkan dalam
surah Fathir manusia diberi status khalifah agar mereka bertanggung jawab
terhadap perbuatan mereka yang salah. Makna yang sama juga dinyatakan dalam
ayat berikut 15:
( :
) ﹸﹶ
ﻛ
ﺽِﺑِِ ِ ﻈﹸﹶ
ِ ﻷ
ﺋ ِﹾﺴ
ِ
ﻼ
ﻛ ﺧﹶ
ﹾ ﹸﺛ
ﹸ
Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka
bumi sesudah mereka, supaya Kami perhatikan bagaimana kalian berbuat.
(QS. Yunus: 14) 16
Berdasarkan ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa semua manusia
dipilih menjadi khalifah atau khulafa adalah dalam kondisi tertentu. Pemegang
15
16
Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit., hlm. 71
Soenarjo, op. cit., hlm. 307
18
jabatan khalifah ini tidak lepas dari pengawasan Allah dalam melaksanakan
fungsinya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakah khalifah itu atau
apakah terdapat lebih dari satu khalifah di muka bumi? Dalam hal ini terdapat dua
pendapat yang berbeda. Pendapat pertama mengatakan bahwa gelar khalifah
adalah khusus diberikan kepada Adam, tidak kepada yang lain.
Pendapat kedua tidak menolak gelar khalifah bagi Adam tetapi mereka
tidak membatasi gelar khalifah hanya untuk Adam yang diangkat sebagai khalifah
oleh Allah dihadapan para malaikat. Dengan demikian gelar khalifah tidak khusus
milik Adam namun berlaku untuk seluruh manusia. Penafsiran ini menjelaskan
dan membawa kepada pemahaman langsung ayat-ayat yang berbicara mengenai
khulafa atau khalaif atau Daud sebagai khalifah. Penafsiran ini memberikan
prestis tinggi kepada manusia tanpa mengurangi hak Adam.17
Pendapat kedua ini diperkuat oleh Abdullah Assegaf bahwa yang
dimaksud khalifah adalah khalifah Allah SWT yang secara hakiki mewakili dalam
penyampaian, penghantaran, dan perwujudan hukum-hukum Allah yaitu Zat
dimana kekhalifahan itu berasal. Dengan demikian, makna khalifah tidaklah
dinisbatkan kepada Adam saja melainkan seluruh manusia. Adapun ayat yang
menguatkan pernyataan bahwa makna khalifah itu umum, tersurat dalam alA’raf:69, Yunus:14, dan al-Naml:62. ini merupakan penegasan Allah SWT bahwa
khalifah yang diturunkan Allah adalah al-insan.18
B. Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30 -35
ِ ِﹶﹸﹶﺠ ﹸِ ﹾ
ﹰ
ﹶ
ِﺽﺧ
ِ ﹶ
ﹲِ ﹾ
ﻋ
ِ ِِﹶ
ﺋ
ِﹾﹶ
ِ ﻝﺑ
ﹶﹶ
ﹾ
ِ
ﹶ ﹶﹶﹶ
ﻋ
ﹶِﻝ
ﹶ ﹶﹶﻘ
ﺑ ِ ﹶ
ِ ﺒ
ﺴ ِ
(
17
18
Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit. hlm. 72
Abdullah Assegaf , “ Khalifah “, http// www.12-imam.com/05102007/, hlm. 1
: ﻘﺓ
)ﺒ
19
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka
berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )19
Dalam ayat ini Allah menyampaikan keputusan-Nya kepada para malaikat
tentang rencana penciptaan manusia di bumi. Penyampaian kepada mereka
penting, karena malaikat akan di bebani sekian tugas menyangkut manusia. Ada
yang akan bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas
memeliharanya, ada yang membimbingnya dan sebagainya. Penyampaian ini bisa
jadi setelah penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk di huni manusia pertama
(Adam) dengan nyaman.20
Mendengar rencana tersebut para malaikat bertanya tentang makna
penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa khalifah ini akan merusak dan
menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka
sebelum terciptanya manusia, dimana ada makhluk yang berlaku demikian atau
bisa juga berdasarkan asumsi bahwa karena yang ditugaskan menjadi khalifah
bukan malaikat, maka pasti makhluk itu berbeda dengan mereka yang selalu
bertasbih mensucikan Allah SWT. Mendengar pertanyaan mereka, Allah
menjawab singkat tanpa membenarkan atau menyalahkan, karena memang akan
ada diantara yang diciptakannya itu berbuat seperti yang diduga malaikat. Allah
hanya menjawab singkat, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”.21
Menurut Muhammad Abduh ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah
menciptakan bumi, mengelola dan mengaturnya, memberikan kekuatan-kekuatan
19
Soenarjo, op.cit,. hlm. 13
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,( Jakarta : Lentera
Hati, 2007 ), hlm. 141
21
Ibid. hlm. 142
20
20
rohani yang dikehendakinya yang menjadi penegak bumi, serta menjadikan
semacam kekuatan bagi masing-masing yang senantiasa berada padanya, Allah
pun menciptakan manusia dengan dilengkapi kekuatan yang mampu membuat
mereka
dapat
mengelola
dan
menata
segala
bentuk
kekuatan
serta
menundukkanya untuk kemakmuran bumi.22
Dengan kemampuan akal, manusia bisa mengelola alam semesta dengan
penuh kebebasan. Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan, tumbuhtumbuhan, dapat menyelidiki lautan, daratan dan udara serta dapat merubah
wajah bumi yang tandus menjadi subur dan bukit yang terjal bisa menjadi dataran
atau lembah yang subur. Dengan kemampuan akalnya, manusia juga dapat
merubah jenis tanaman baru sebagai hasil cangkok, sehingga tumbuh pohon yang
sebelumnya belum pernah ada. Semuanya ini diciptakan Allah yang maha kuasa
untuk kepentingan umat manusia.23
Hal ini menunjukkan bahwa manusia dianugerahi oleh Allah dengan
bakat-bakat dan keistimewaan dalam dirinya. Sehingga ia akan mampu
melaksanakan funfsinya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan segala
kemampuannya, manusia akan dapat mengungkapkan keajaiban-keajaiban ciptaan
Allah.
ِﹶ ِ ﹶ
ﺑ
ِ ِﺒﹸ
ِﹶ
ﻝ
ﻘﹶ
ﹶ
ﹶ
ِﹶ
ﺋ
ِﻰﹾﹶ
ﹶ
ﻋ ﻋﺛ
ﻛﱠ ﹸ
ﹶ ﺴﹸ
ﺁﹾ
ﻋﱠ ﺴ
ِ ﹶ ﹾِ ﹾﹶ ِﱠ ﻋﱠ
ﻋ
ِ ﹶﹸ ﺒ ﹶ
.ﻛ ﺻِِﲔ
ﹾﹸ
ِ
( – :ﻘﺓ
ﹾ ِ )ﺒ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda )
seluruhnya, kemudian mengemukakannya pada para malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab, “Maha Suci
Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
22
23
Teuku M. Hasbi As-Shidiqie, op. cit; hlm. 73
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op. cit.,hlm. 13
RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
( Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35 )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Anik Risalati
NIM : 3103247
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
i
ABSTRAK
Anik Risalati (NIM: 3103247). Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya
dengan Tujuan Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35). Skripsi.
Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo.
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna khalifah dalam QS.
al-Baqarah ayat 30-35; 2) relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat 3035 dengan tujuan pendidikan Islam.
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan Metode Riset
Kepustakaan (library research), dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif.
Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
Maudhu’i dan Interpretasi.
Dalam penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna
khalifah tidak hanya dapat dipahami sebagai penggantian atau pewarisan.
Berdasarkan tafsir-tafsir QS. al-Baqarah ayat 30-35, khalifah berarti wakil Allah
dalam melaksanakan ketetapan-ketetapan-Nya di bumi. Hal ini adalah sebuah
penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia karena ia adalah
makhluk yang paling sempurna. Khalifah adalah manusia yang aktif dalam
tatanan alam semesta, seorang khalifah adalah manusia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kesopanan, keimanan dan amal saleh. Khalifah adalah manusia kritis,
kreatif serta dinamis yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapanNya.
Secara operasional tugas kekhalifahan dapat dijabarkan melalui: pertama,
tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri yakni menuntut ilmu dan menghiasi diri
dengan akhlak mulia. Kedua, tugas kekhalifahan terhadap keluarga, menyangkut
tugas membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah
mawaddah warahmah). Ketiga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, meliputi
tugas mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam masyarakat, bertanggung
jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar dan berlaku baik terhadap golongan
masyarakat yang lemah, termasuk fakir miskin serta anak yatim. Keempat, tugas
kekhalifahan terhadap alam, menyangkut tugas mengkulturkan alam,
menaturalkan kultur dan mengislamkan kultur
Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik manusia perlu
diberikan pendidikan. Melalui proses pendidikan, manusia akan dapat
mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya yang selanjutnya akan
menjadi bekal bagi dirinya untuk dapat menjalankan tugasnya. Karena pada
hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai pertumbuhan yang
seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual,
kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Dengan tercapainya kepribadian
manusia yang seimbang, manusia akan dapat melaksanakan fungsi
kekhalifahannya. Namun sebaliknya, tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi
berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal.
ii
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi khazanah
ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi para praktisi
pendidikan pada umumnya dan civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
sebagai bahan rujukan.
Semarang, 15 Januari 2008
Deklarator
Anik Risalati
NIM: 3103247
iv
Musthofa Rahman, M.Ag
Ikrom, M.Ag
Jl. Karonsih Selatan IX/863
Tugurejo RT.02/I No 38
Ngalian Semarang
Tugu Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi
a.n. Sdri. Anik Risalati
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama
ini saya kirim naskah skripsi saudari :
Nama : Anik Risalati
NIM
: 3103247
Judul : Makna Khalifah Dalam Al-Qur’an Relevansinya Dengan
Tujuan Pendidikan Islam ( Analisis QS. Al-Baqarah Ayat 3035)
Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Musthofa Rahman, M. Ag
NIP. 150 276 925
Ikrom, M. Ag
NIP. 150 268 786
v
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp./fax ( 024) 7601295, 7615387
PENGESAHAN
Nama
: Anik Risalati
NIM
: 3103247
Jurusan
: PAI
Judul Skripsi : Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35)
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :
24 Januari 2008
dan dapat diterima sebagi kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan
Studi Program sarjana Strata 1 ( S1) guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu
Tarbiyah.
Semarang, 30 Januari 2008
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd
NIP. 150 170 474
Siti Tarwiyah, S. S. M. Hum
NIP. 150 290 932
Penguji I
Penguji II
Dra. Siti Mariam, M.Pd
NIP. 150 257 372
Dra. Muntholi’ah, M.Pd
NIP. 150 263 166
Pembimbing I
Pembimbing II
Musthofa Rahman, M.Ag
NIP. 150 276 925
Drs. Ikhrom, M.Ag
NIP. 150 268 786
vi
MOTTO
߉šøãƒ ⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ
Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù
∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès?
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka
berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )
vii
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Suamiku tercinta
3. Saudara-saudaraku terkasih
4. Teman-teman seperjuangan
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang
senantiasa setia jadi pengikutnya.
Dengan pertolongan Allah SWT jualah penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Namun penulis yakin bahwa disepanjang pembahasan skripsi ini
terdapat berbagai kelemahan, baik yang menyangkut metodologis maupun
analisisnya. Hal ini dikarenakan akibat dari kemampuan dari penulis yang sangat
terbatas.
Selanjutnya dengan segenap kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis
sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas jasa beliau
semua yang telah memberikan secara ikhlas baik berupa tenaga, pikiran,
bimbingan dan saran-saran sebagai sesuatu yang sangat berguna bagi penulis
dalam mencari kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Dan beliau yang penulis
maksud antara lain :
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Musthofa Rahman, M.Ag selaku pembimbing I dan Drs. Ikhrom, M.Ag selaku
pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu
dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan langsung
kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
ix
3. Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ayah, Bunda serta saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa memberikan
motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis yang semua itu
telah terbukti menunjang keberhasilan studi penulis sejak awal hingga saat
diselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Suamiku tercinta yang telah setia mendampingi dan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat karibku semua yang ikut berperan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Atas jasa-jasa beliau semua ini, penulis tidak mampu untuk membalasnya,
kecuali dengan berdo’a semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.
Penulis berharap kehadiran skripsi ini dihadapan para pembaca budiman
akan memberikan manfaat terutama kepada diri penulis dan para pembaca pada
umumnya. Amin ya Robal ‘alamin.
Semarang, 15 Januari 2008
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
v
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B.
Penegasan Istilah........................................................................
5
C.
Perumusan Masalah ...................................................................
7
D.
Tujuan Penelitian .......................................................................
7
E.
Manfaat Penelitian ....................................................................
7
F.
Kajian Pustaka ...........................................................................
8
G.
KerangkaTeori...........................................................................
9
H.
Metodologi Penelitian ................................................................ 11
BAB II MAKNA KHALIFAH DALAM QS. AL-BAQARAH AYAT 3035
A.
Pengertian Khalifah.................................................................... 13
B.
Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30-35........................................ 18
C.
Khalifah Sebagai Manusia Terdidik.......................... ................ 28
BAB III KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
xi
A.
Tahap-Tahap Tujuan Pendidikan Islam .................................... 33
B.
Ruang Lingkup Tujuan Pendidikan Islam ................................. 35
C.
Tujuan Pendidikan Islam........................................................... 39
BAB IV RELEVANSI MAKNA KHALIFAH DENGAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Hubungan Makna Khalifah dengan Tujuan Pendidikan
Islam........................................................................................... 46
B.
Urgensi Makna Khalifah dalam Tujuan Pendidikan
Islam........................................................................................... 49
C.
Tujuan Pendidikan Islam Berdasarkan Makna Khalifah ........... 53
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................... 57
B.
Saran-Saran .............................................................................. 58
C.
Penutup ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam Islam, manusia dianggap sebagai khalifah di bumi dan seluruh
ciptaan lainnya tunduk kepadanya. Menurut al-Qur’an (2: 30-31), setelah
menciptakan manusia pertama Adam, Allah SWT mengajarkan kepadanya namanama segala benda.13
Dengan kebesaran-Nya, Allah SWT menciptakan segalanya dari tiada
menjadi ada. Kehendaknya adalah sumber ciptaan dan setiap unsur dalam ciptaan
memanifestasikan kekuasaan Allah SWT. Karena itu setiap objek dalam ciptaan
menunjukkan kualitas dan sifat-sifat Tuhan. Dengan memberitahukan kepada
Adam nama-nama benda, berarti membuatnya sadar akan esensi ciptaan. Dengan
kata lain membuat sadar akan sifat-sifat Tuhan dan hubungan antara Tuhan dan
ciptaan-Nya. Ini bukanlah semata-mata kesadaran intelektual yang terpisah dari
kesadaran spiritual. Ini adalah kesadaran spiritual yang mengontrol, membimbing,
dan mempertajam intelek, dengan menanamkan dalam diri nabi Adam perasaan
ta’dhim dan hormat kepada Tuhan dan membuatnya mampu menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya itu untuk kepentingan umat manusia.14
Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam yang memaknai khalifah
sebagai khilafah. Dari hari kehari wacana khilafah Islamiyah makin kencang
dilontarkan oleh sebagian kelompok umat Islam, lebih-lebih setelah jatuhnya
khilafah Islamiyah Utsmaniyah pada tanggal 3 Maret 1924. Khilafah Utsmaniyah
berakhir sejalan dengan kencangnya tuntutan kemerdekaan di berbagai Negara
kolonial yang berpenduduk mayoritas seperti Negara yang ada di kawasan Asia
Tenggara, Afrika Utara, Mesir, negara-negara Teluk, Asia Selatan, dan lain-lain.
Negara-negara kolonial melihat bahwa kekuasaan Turki Usmani yang kuat yang
1
Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: Departemen Agama RI, 1971), hlm.13-14
Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam, pen. Sori Siregar, (Jakarta: Puataka Firdaus, 1996),
hlm.1-2.
2
2
menguasai Timur Tengah dan Negara-negara “Eropa Timur” karena kekuatan
khalifah yang amat tinggi. Khusus kekuatan Sekularisme didukung oleh kekuatan
intern di Turki waktu itu, mengurangi kekuasaan khalifah dari ranah kekuasaan
politik.15
Sejak merosotnya umat Islam menjelang serbuan tantara Tar-tar nampak
sekali bahwa umat Islam telah gagal merespon kehendak Tuhan karena telah lalai
mengkaji isi al-Qur’an maupun hadist Rasul secara total dan komprehensif. Umat
Islam sampai hari ini pun masih terjebak dalam sekat-sekat penjara parsial dan
hanya mengambil sepenggal-sepenggal untuk kepentingan diri sendiri saja
sehingga gambaran besar yang ada dalam al-Qur’an tentang cara-cara hidup di
bumi yang selaras dengan tuntunan Allah diabaikan. Akibatnya pengetahuan
Tuhan pun seolah lenyap dari umat Islam dan muncul kembali di Eropa untuk
membuka zaman baru disana sebagai Era Renaissance yang mengubah banyak
hal. Meskipun era tersebut mengawali lahirnya sekularisme, namun Tuhan Maha
Adil, sehinnga Dia pun menepati janji bahwa siapapun yang selaras dengan
kehendak-Nya, harmonis dengan diri-Nya sebagai Rabbul Alamin akan menerima
manfaat yang diperoleh dari seluruh pengetahuan yang telah disampaikan Nabi
Adam.
Karena kenyataan demikian, kekhalifahan itu harus dikembalikan kepada
makna dasar yang lebih elementer karena menyangkut kemampuan individual
sebagai manusia berpengetahuan atau khalifah yang unggul, yang bisa menjadi
pembimbing bagi manusia lainnya atau bagi kaumnya. Jadi, secara individual
semua umat Islam harus mempunyai akhlak dan pengetahuan yang benar dahulu
dalam koridor Islam sebagai adab hamba di hadapan pencipta-Nya, yang akhirnya
dari keberadabannya itu akan memberikan rahmat sebelum membangun sistem
kekhalifahan sebagai suatu identitas global.16
3
M. Abdurrahman Assegaf, “Konsep Khilafah Islamiyah”, http//www.persis.co.id/15112007/, hlm.1
Suryaningsih,”Umat Islam dan Tantangan Untuk Menciptakan Transformasi Besar”,
http//suryaningsih.wordpress.com/26122007/, hlm.2-3
4
3
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang paling baik diantara
makhluk lain. Ia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih, dan tidak ternoda.
Pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan seseorang
dalam mengemban amanah sebagai khalifah-Nya, sebagaimana Nabi Muhammad
bersabda :
ِﹸ
ِ
17
(
ﻋ ﰊ ﺓ ﻛ ﻘ ﻝ ﻝ ﻝﷲﺻ ﷲﻋ
) ِِ
ّ ﺠ
ِ ِِِﺼ
ّ ِِِ
ّ ﺑ
ﹶ
ﹶ
ﺓ
ِﻄ
ﹾ
ِﻻﱠﹶﻋﻰﹾ
ِ
“Dari Abu Hurairah katanya : Bersabda Rasulullah Saw. Tiap-tiap anak
dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka dua ibu bapaknya yang meYahudikan atau me-Nasranikan atau me-Majusikan”. (HR. Muslim).
Allah memberikan anugrah berupa potensi kepada manusia yang harus
dikembangkan dan harus diaktualisasikan agar dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah ia haruslah memiliki kekuatan untuk
mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya.
Sebagai ‘abd ia harus melaksanakan seluruh usaha dan aktifitasnya dalam rangka
ibadah kepada Allah SWT. Dengan pandangan yang terpadu ini maka sebagai
khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemungkaran atau
bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Berdasarkan pengakuan Islam terhadap fitrah dan potensi manusia maka
dalam pendidikan Islam, manusia perlu dididik sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma ajaran Islam. Menurut Achmadi dalam buku yang berjudul Islam
sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan menyatakan bahwa: “yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang berusaha memelihara dan
megembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.6
5
Imam Abi Husain Muslim Ibn Hajjaj, Shahih Muslim, Juz IV,(Beirut : Darul al-Kutub,
tt).hlm.2047.
6
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,1992),hlm.20.
4
Karena besarnya peranan manusia di muka bumi dengan segala aspek
kehidupannya, pendidikan Islam sangat perlu dan penting sekali.
Dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna maka
diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi. Atas dasar ini Quraish Shihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.7
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk melahirkan masyarakat yang
berkebudayaan serta melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, dan
pendidikan akan mengarahkan kepada sumber daya manusia yang berkualitas.8
Selain itu dalam Islam, pendidikan bertujuan menumbuhkan keseimbangan pada
kepribadian manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan
dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan
jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual,
imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara
kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencari kebaikan dan kesempurnaan.
Pada gilirannya tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak
kepada Allah SWT pada tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada
umumnya.9
Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, manusia
perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, ketrampilan, teknologi dan
sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan konsep khalifah dalam al-Qur’an erat
kaitannya dengan pendidikan.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan,2007),hlm.173.
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Tinjauan Fenomenologis, dalam Rusman
Thoyyib, Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,1999),hlm.16.
9
Ali Asraf, op. cit.,hlm.2.
8
5
B. Penegasan Istilah
Untuk mengurangi kekaburan dan untuk nenghindari kesalahan pengertian
atau penafsiran bagi para pembaca, maka penulis perlu memberikan penegasan
istilah terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
a. Makna Khalifah dalam QS. Al-Baqarah Ayat 30 -35
Makna dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti arti atau maksud
pembicara atau penulis. Jadi makna adalah arti atau maksud dari suatu obyek
yang dikaji.10 Khalifah adalah kata yang berelemen huruf kha’, lam dan fa’
bermakna mengganti, mewakili, generasi dan belakang.11 Sedangkan dalam tafsir
Alqur’anul Majid An Nur disebutkan bahwa pengangkatan manusia sebagai
khalifah meliputi pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain
dengan diberi kekuatan akal.12
Al-Qur’an biasa didefinisikan sebagai “firman-firman Allah yang
disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW dan diterima oleh umat Islam secara mutawattir dan membacanya
merupakan ibadah.”13 Dengan definisi ini, kalamullah yang diturunkan kepada
nabi-nabi selain nabi Muhammad, tidak dinamakan al-Qur’an seperti Taurat yang
diturunkan kepada nabi Musa dan Injil yang diturunkan kepada nabi Isa.
Sedangkan yang diteliti disini adalah al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30-35
b. Relevansi Tujuan Pendidikan Islam.
Relevansi berasal dari bahasa Inggris relevance yang berarti bersangkut
paut atau bisa disebut juga hubungan.14 Dalam kamus popular dijelaskan bahwa
makna relevansi adalah hubungan, keterkaitan atau pertalian.15 Sedangkan dalam
penelitian ini diartikan dengan hubungan yaitu adanya hubungan antara satu hal
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,1995),hlm.619.
11
A.Mustain Syafi’i, Tafsir Al-Qur’an Bahasa Koran,(Surabaya: Harian Bangsa,2004),hlm.163.
12
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur,(Semarang:
PT.Pustaka Rizki Putra,2000),hlm.71.
13
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,(Bandung: Mizan,2005),hlm.43.
14
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1993),hlm.475.
15
M.D.J. Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2000),hlm.261.
6
dengan hal lain yang dapat berguna secara langsung untuk menambah atau
melengkapi satu sama lain.
Tujuan menurut Zakiyah Daradjat adalah sesuatu yang diharapkan
tercapainya setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Selain itu tujuan adalah
sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang
melaksanakan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam yaitu sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan
pendidikan Islam.16
Menurut Achmadi tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi tiga tahapan
17
yaitu:
a. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia dan
peranannya sebagai ciptaan Allah yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa,
mampu menjadi khalifah di bumi dan memperoleh kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat.
b. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat
diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian peserta
didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.
c. Tujuan khusus : tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan
perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama masih
tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi.
Dari penegasan istilah diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud judul
skripsi Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan
Islam (Analisis QS. al-Baqarah Ayat 30-35) adalah hubungan makna khalifah
yang tersurat dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 dengan tujuan pendidikan Islam,
artinya unsur kesamaan yang ada antara keduanya dapat dikaji dalam rangka
merealisasikan pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam yang
disampaikan Rasulullah SAW dalam rangka beribadah kepada Allah.
16
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat pendidikan Islam,(Bandung: CV. Pustaka
Setia,2001),hlm.68.
17
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2005),hlm.28-29.
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di muka, maka ada
beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini, permasalahan tersebut antara
lain:
1. Bagaimana makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35 ?
2. Bagaimana relevansi makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35
dengan tujuan pendidikan Islam ?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi
1. Tujuan penelitian skripsi
Berpijak dari permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.
b. Untuk mengetahui relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat
30-35 dengan tujuan pendidikan Islam.
2. Manfaat penelitian skripsi
a. Dengan meneliti dan mengkaji makna khalifah yang terkandung dalam
QS.al-Baqarah ayat 30-35, maka diharapkan akan dapat meningkatkan
wawasan serta pemahaman yang lebih komprehensif tentang makna
khalifah dari berbagai sudut pandang para mufassir.
b. Dari hasil kajian dan pemahaman ayat di atas, diharapkan dapat membantu
usaha penghayatan sekaligus pengamalan terhadap isi, kandungan dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an baik yang tersirat maupun
tersurat dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.
c. Kajian ini dilakukan sebagai salah satu acuan dalam mengarahkan peserta
didik untuk dapat mengoptimalkan potensi diri agar dapat berperan
sebagai khalifah dalam kehidupan bermasyarakat.
8
d. Dengan melakukan kajian ini diharapkan dapat merumuskan tujuan
pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat
membantu peserta didik menjalankan fungsinya sebagai khalifah.
E. Kajian Pustaka
Kajian tentang manusia dan tujuan pendidikan Islam kaintannya dengan
al-Qur’an telah banyak dilakukan, bahkan terdapat beberapa karya ilmiah dan
buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang dikaji telah memberikan
kontribusi yang lebih signifikan dalam rangka mengkaji dan memahami
permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif. Diantara karya ilmiah yang mendukung kajian ini adalah sebagai
berikut:
Pertama, Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia
Menurut al-Qur’an (kajian filosifis) yang diteliti oleh Nur Imamah.18 Skripsi ini
berisi tentang tujuan pendidikan yang pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup
manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, kemudian dikaitkan dengan
fungsi manusia menurut al-Qur’an yakni sebagai khalifah dan ‘abdullah yang
pada akhirnya menuju terbentuknya insan kamil.
Kedua, Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya
terhadap Pendidikan Islam yang dikaji oleh Syamsu.19 Penelitian ini berisikan
tentang manusia secara eksistensial adalah makhluk Allah yang diberi tugas
sebagai khalifah di muka bumi, makhluk pribadi yang terdiri dari dwi matra yaitu
jiwa dan raga. Pengenalan tentang manusia merupakan langkah pertama yang
harus diperhatikan para pakar atau pelaksana pendidikan, karena manusia dalam
pendidikan dipandang sebagai subyek dan obyek pendidikan.
18
Nur Imamah, 3100224, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi
: “Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia Menurut al-Qur’an (kajian filosifis)”,
( Semarang : 2005), td.
19
Syamsu, 3100056, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi :
“Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam”,( semarang: 2005),
td.
9
Ketiga, Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam yang dikaji oleh Ali Usman.20
Skripsi ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dan makna ibadah
mempunyai hubungan atau keterkaitan dalam ramgka mewujudkan tujuan hidup
manusia yaitu sebgai ‘abd dan khalifatullah yang diwujudkan melalui pendidikan.
Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini
memfokuskan untuk mengetahui makna khalifah yang terkandung dalam surat alBaqarah ayat 30-35 kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan harapan
agar makna khalifah tersebut dapat menjadi dasar untuk merumuskan tujuan
pendidikan Islam.
F. Kerangka teori
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik
dari aspek jasmaniah maupun ruhaniahnya. Karena kesempurnaannya itulah maka
untuk dapat memahami, mengenali secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian
yang spesifik. Dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang
panjang dan hati-hati tentang manusia melalui al-Qur’an dan sudah tentu di
bawah bimbingan dan petunjuk Allah serta berparadigma kepada proses
pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para Nabi,
Rasul dan khususnya nabi Muhammad SAW.
Dalam
sejarah
penciptaan
manusia,
dijelaskan
bahwa
sebelum
diciptakannya manusia, Tuhan telah menyampaikan rencana penciptaan ini
kepada para malaikat, agar makhluk ini (manusia) menjadi khalifah (kuasa atau
wakil) Tuhan di bumi (QS 2: 30). Dari sini jelas pula bahwa hakikat wujud
manusia dalam kehidupan ini adalah melaksanakan tugas kekhalifahan:
membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan kehendak Ilahi. Berangkat
dari misi al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah dan sebagai pedoman hidup
20
Ali Usman, 3100150, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi :
“Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56 Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan
Islam”, (Semarang : 2004), td.
10
seluruh manusia, maka tugas umat adalah mengkaji dan memahaminya. Tidak
sedikit ayat al-Qur’an yang berbicara tentang manusia. Bahkan manusia adalah
makhluk pertama yang telah disebut dua kali dalam rangkaian wahyu Tuhan yang
pertama (QS. 96 : 1- 5 ).21
Allah juga telah menyuruh seluruh manusia untuk menyadari dirinya
sendiri, merenungkan dan memikirkan hakikat hidupnya, dari mana asalnya dan
hendak kemana dia serta bagaimana ia hidup di dunia ini. Sebagaimana firman
Allah dalam surat adz-Dzariyat: 21 “Dan (juga) pada dirimu sendiri, apakah
kamu tidak memperhatikan”.22
Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut dengan baik, manusia perlu
diberikan pendidikan, pengajaran, keterampilan, pengalaman serta sarana
pendukung lainnya. Hal ini menunjukkkan bahwa konsepsi manusia dalam alQur’an erat kaitannya dengan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.karenanya
pembicaraan apapun yang berkenaan dengan pendidikan, pastilah mengupas
tentang manusia terlebih dahulu. Sebab manusia merupakan subyek sekaligus
obyek pendidikan. Dalam artian bahwa aktivitas pendidikan berkaiatan dengan
proses “humanizing of human being“ proses “memanusiakan manusia“ atau
upaya membantu subyek (individual atau satuan sosial) berkembang normatif
lebih baik. Ini tentunya dimulai dengan merumuskan hakekat subyek didik
(manusia). Dari sini disusunlah sistematika tentang bagaimana seharusnya proses
dilaksanakan.23
Persoalan manusia merupakan tema sentral dan titik tolak dalam
memaknai pendidikan Islam, termasuk di dalamnya adalah untuk merumuskan
tujuan pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam pada dasaranya ingin
mengantarkan manusia menuju ke kemanusiaan sejati. Dalam pendidikan Islam,
21
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung : Mizan , 2007), hlm. 233
22
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahnya, ( Bandung : Gema Risalah
Press , 1992 ), hlm. 13-14
23
A. Noerhadi Djamal, Epistemologi Pendidikan Islam : Suatu Telaah Reflektif Qur’any, dalam
Habib Thoha (eds), Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, ( Yogya : Pustaka Pelajar, 1996 ) , hlm. 283
11
pemikiran tentang manusia berdasarkan pada sumber–sumber ajaran Islam
diharapkan dapat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
G. Metodologi penelitian
1. Metode pengumpulan data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan kepustakaan atau literature
baik berupa buku laporan ataupun catatan hasil penelitian terdahulu.24
Secara garis besar, sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Sumber primer
Sumber primer adalah sumber informasi yang lansung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data lansung pada subyek sebagai
informasi yang dicari.25 Dalam skripsi ini, sumber primernya adalah al-Qur’an
serta tafsir-tafsirnya, terutama tafsir al-Misbah, tafsir Ibnu Katsir, tafsir alQur’anul Majid An-Nur dan tafsir al-Maraghi.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber informasi secara tidak langsung mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atau yang berkaitan dengan tema tersebut.26
Dalam hal ini adalah buku-buku yang relevan dengan pembahasan dalam
penelitian ini, diantaranta adalah buku Membumikan al-Qur’an dan bukubuku tentang Filsafat Pendidikan Islam.
2. Metode analisis data
a. Metode Maudhu’i
Metode yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’i. Tafsir maudhu’i
ini mempunyai dua macam bentuk kajian. Pertama, pembahasan mengenai satu
24
M. Iqbal Ihsan, Pokok-pokok Materi MetodologiPenelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hlm. 11
25
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ) hlm, 90
26
Ibid, hlm..90
12
surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat
umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang
dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh
dan cermat. Kedua, menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang samasama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian
rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasan dan selanjutnya ditafsirkan
secara maudhu’i.27 Kedua bentuk metode tafsir maudhu’i tersebut digunakan
dalam penelitian ini adalah agar mendapat penjelasan makna khalifah dalam alQur’an terutama dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 secara komprehensif.
b. Metode Interpretatif
Metode ini berperan untuk mencari makna yang merupakan upaya untuk
menangkap dibalik yang tersurat, selain itu juga mencari makna yang tersirat serta
mengaitkan dengan hal-hal yang terkait yang sifatnya logik teoritis dan
transendental.28 Metode digunakan dalam rangka mencari kandungan surat alBaqarah ayat 30-35 tentang khalifah relevansinya dengan tujuan pendidikan
Islam.
27
Abd. Al-Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 35-36
28
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Surasin, 1996 ), hlm. 65.
13
BAB II
MAKNA KHALIFAH DALAM Q.S AL-BAQARAH AYAT 30-35
A. Pengertian Khalifah
Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-Qur’an
yaitu dalam al-Baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26. Sedangkan dalam bentuk plural
ada dua bentuk yang digunakan yaitu: (a) khalaif yang terulang sebanyak empat
kali terdapat dalam surah al-An’am ayat 165, Yunus ayat 14 dan 73 dan Fathir
ayat 39; (b) khulafa’ terulang sebanyak tiga kali pada surah al-A’raf ayat 69 dan
74 dan al-Naml ayat 62. Keseluruhan kata tersebut pada berakar dari kata khalafa
yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini kata khalifah sering kali
diartikan sebagai “pengganti”.1
Manusia di dunia ini memiliki kedudukan yang istimewa. Manusia adalah
khalifah Allah di muka bumi. Al-Qur’an menyatakan :
(
:ﻘﺓ
)ﺒ...... ﹰ
ﹶ
ِﺽﺧ
ِ ﻷ
ﹲِﹾﺴ
ﻋ
ِ ِِﹶ
ﺋ
ِ
ﹾﻼ
ِ ﻝﺑ
ﹶﹶ
ﹾ
ِ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, bahwa
sesungguh-Nya aku akan menjadikan di bumi seorang Khalifah …. (QS. alBaqarah : 30 ) 2
Menurut Quraish Shihab, kata khalifah pada mulanya berarti yang
menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas
dasar ini kata khalifah ada yang memahami dalam arti yang menggantikan Allah
dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya,
namun hal ini bukan berarti Allah tidak mampu atau menjadikan manusia
1
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat,(Bandung: Mizan, 2007) hlm. 157
2
Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Islam, 1971), hlm.13
14
berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia
dan memberinya penghormatan.3
Dalam Lisanul Arab disebutkan:
ﲨ ﳋ
ﻘ ﻘ
ﺛﲑﳋ
ﻝﺑ ﻻ
Ibnu Atsir berkata Al Khalifah ( ) ا ﻴﻔﺔartinya adalah orang yang
mengambil alih posisi orang lain yang “pergi” dan melanjutkan tugasnya.
Dan jamaknya adalah khulafa’ ﻔﺄ4
Asy-Sya’rawi mengemukakan bahwa yang menggantikan itu boleh jadi
menyangkut waktu ataupun tempat. Ayat ini dapat berarti pergantian antara
sesama makhluk manusia dalam kehidupan dunia ini, tetapi dapat juga berarti
kekhalifahan manusia yang diterimanya dari Allah. Namun asy-Sya’rawi tidak
memahaminya dalam arti bahwa manusia yang menggantikan Allah dalam
menegakkan kehendak-Nya, akan tetapi ia memahami kakhalifahan tersebut
berkaitan dengan reaksi dan ketundukan bumi kepada manusia yang
dianugerahkan Allah kepada manusia.5
Al Maraghi berpendapat bahwa khalifah berarti jenis lain dari makhluk
sebelumnya, disamping itu bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap manusia. Sebagian mufassir
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khalifah
di sini adalah sebagai
pengganti Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia.
Oleh sebab itu istilah yang mengatakan “manusia adalah khalifah Allah di bumi”,
sudah sangat popular.6
3
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan , Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol 1 ( Jakarta :
Lentera Hati, 2002 ) hlm. 142
4
Ibnu Manzur Jamaluddin al-Anshary, Lisanul Arab, (Mesir: Darul Misriyah, tt.,), hlm. 437.
5
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, Vol 4 ( Jakarta
: Lentera Hati, 2001 ) hlm. 363- 364
6
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Beirut: Darul Kutub,
tt.,) hlm. 134.
15
Sebagai dalilnya adalah firman Allah kepada nabi Daud :
(
: ) …ﺽ
ِ ﹶ
ﹰِ ﹾ
ﹶ
ِ ﹾ ﺧِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
bumi… (QS. Shad: 26) 7
Kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud a.s. berkaitan dengan
kekuasaan mengelola wilayah tertentu. Hal ini diperoleh Daud berkat anugerah
ilahi yang mengajarkan kepadanya al-hikmah dan ilmu pengetahuan.8
Pengangkatan khalifah ini menyangkut juga pengertian pengangkatan
sebagian manusia yang di beri wahyu oleh Allah tentang syari’at-syari’at-Nya.
Kemudian juga mencakup seluruh makhluk (manusia) yang berciri memiliki
kemampuan berpikir yang luar biasa.9
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa khalifah dalam surat alBaqarah ayat 30 berarti kaum yang silih berganti menghuni dan meliputi
kekuasaan dan pembangunan nya.10 Sebagaimana firman Allah dalam surah alAn’am ayat 165:
(
: )ﻷ... ﺽ
ِ ﻷ
ﺋ ﹾﺴ
ِ
ﱠِ ﹶﹸ ﺧﻼ
Dialah Allah yang menjadikan kalian silih berganti menghuni dan
menguasai bumi… (QS. al-An’am: 165)11
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy menambahkan bahwa Tuhan
mengangkat manusia sebagai khalifah meliputi:12
a) Pengangkatan sebagian anggota masyarakat manusia dengan mewahyukan
syari’at-Nya kepada mereka untuk menjadi khalifah.
7
Soenarjo, op. cit., hlm. 736
Quraish Shihab, op. cit., hlm. 157
9
Ahmad Musthofa Al Maraghi, op. cit., hlm. 134
10
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Surabaya : PT.
Bina Ilmu, 1987), hlm. 80
11
Sunarjo, op. cit., hlm. 217
12
Tengku Muhammad Hasybi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, ( Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2000 ), hlm 71
8
16
b) Pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain dengan diberi
kekuatan akal.
Sebagian tanda hikmah Allah yang sangat nyata adalah dijadikannya
manusia sebagai khalifah di bumi dengan memiliki kemampuan yang luar biasa
yang menampakkan keajaiban dan rahasia-rahasia yang terpendam dalam ciptaan
Allah.
Makna term khalifah memunculkan banyak pendapat. Perbedaan pendapat
juga muncul dalam pembicaraan mengenai siapa yang mengganti atau mengikuti
siapa, dalam hal ini terdapat tiga pendapat yang berbeda.13 Pendapat pertama
mengatakan bahwa manusia merupakan spesies yang menggantikan spesies lain
yang lebih dahulu hidup di bumi. Menurut pendapat ini, yang mendahului
manusia hidup di bumi adalah jin. Dengan demikian manusia menurut pendapat
ini merupakan khalifah jin di atas bumi.
Pendapat kedua mengatakan bahwa tiada makhluk lain di bumi yang
digantikan manusia. Istilah khalifah bagi kelompok ini menunjuk kepada
sekelompok manusia yang mengganti kelompok lain. Salah satu ayat yang
digunakan sebagai penguat pendapat ini adalah :
... ﺽ
ِ ﹶ
ﹶﺴﹾ
ﹶ
ﺴ ﺠﹸﹸ ﺧ
ِﹶ ﻋ ﹾ
ِﻄ
ﺠ ﹾ ﹶ
ِ ﹶ
( : )
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi… (QS. alNaml: 62)14
Sedangkan pendapat ketiga menjelaskan bahwa khalifah bukanlah sekedar
menunjuk pengertian seorang mengganti atau mengikuti orang lain, namun
13
Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory, A Quranic Outlook, terj. Mutammam, (
Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 68-69
14
Soenarjo, op. cit. hlm. 601
17
khalifah disini adalah khalifah Allah. Mulanya Allah kemudian datang khalifahNya yang berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran-ajaran-Nya. Ar-Razi, atThabari, Thabathaba’i dan Qurthubi condong dengan penafsiran yang ketiga ini.
Dengan mengkaji ketiga penafsiran tersebut menunjukkan bahwa secara
umum
ketiganya
memiliki
titik
singgung,
meskipun
diekspresikan masing-masing tampak sekali. Makna
dalam
ketiga
penafsiran
tersebut.
Dinamakan
perbedaan
yang
term khalifah tercakup
khalifah
adalah
karena
menggantikan yang lain apakah Allah, kelompok manusia lain atau makhluk
selain manusia seperti jin. Dalam hal ini dua penafsiran pertama terasa tidak tepat.
Keduanya tidak mengisyaratkan peran yang dimainkan oleh khalifah. Dengan
menyatakan bahwa pengertian sebenarnya adalah khalifah Allah, penafsiran
ketiga memberikan makna lebih dalam terhadap term khalifah. Penafsiran yang
ketiga ini nampak adanya hubungan antara manusia dengan Allah, bukan hanya
antara manusia dengan manusia atau manusia dengan makhluk lain.
Kata khulafa dalam surat al-A’raf menggambarkan manusia sebagai yang
melakukan interaksi dengan lingkungan fisiknya, mereka membangun gununggunung dan dataran. Sedangkan dalam surat al-An’am menerangkan bahwa
khalaif diberi status demikian adalah untuk menguji mereka, sedangkan dalam
surah Fathir manusia diberi status khalifah agar mereka bertanggung jawab
terhadap perbuatan mereka yang salah. Makna yang sama juga dinyatakan dalam
ayat berikut 15:
( :
) ﹸﹶ
ﻛ
ﺽِﺑِِ ِ ﻈﹸﹶ
ِ ﻷ
ﺋ ِﹾﺴ
ِ
ﻼ
ﻛ ﺧﹶ
ﹾ ﹸﺛ
ﹸ
Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka
bumi sesudah mereka, supaya Kami perhatikan bagaimana kalian berbuat.
(QS. Yunus: 14) 16
Berdasarkan ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa semua manusia
dipilih menjadi khalifah atau khulafa adalah dalam kondisi tertentu. Pemegang
15
16
Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit., hlm. 71
Soenarjo, op. cit., hlm. 307
18
jabatan khalifah ini tidak lepas dari pengawasan Allah dalam melaksanakan
fungsinya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakah khalifah itu atau
apakah terdapat lebih dari satu khalifah di muka bumi? Dalam hal ini terdapat dua
pendapat yang berbeda. Pendapat pertama mengatakan bahwa gelar khalifah
adalah khusus diberikan kepada Adam, tidak kepada yang lain.
Pendapat kedua tidak menolak gelar khalifah bagi Adam tetapi mereka
tidak membatasi gelar khalifah hanya untuk Adam yang diangkat sebagai khalifah
oleh Allah dihadapan para malaikat. Dengan demikian gelar khalifah tidak khusus
milik Adam namun berlaku untuk seluruh manusia. Penafsiran ini menjelaskan
dan membawa kepada pemahaman langsung ayat-ayat yang berbicara mengenai
khulafa atau khalaif atau Daud sebagai khalifah. Penafsiran ini memberikan
prestis tinggi kepada manusia tanpa mengurangi hak Adam.17
Pendapat kedua ini diperkuat oleh Abdullah Assegaf bahwa yang
dimaksud khalifah adalah khalifah Allah SWT yang secara hakiki mewakili dalam
penyampaian, penghantaran, dan perwujudan hukum-hukum Allah yaitu Zat
dimana kekhalifahan itu berasal. Dengan demikian, makna khalifah tidaklah
dinisbatkan kepada Adam saja melainkan seluruh manusia. Adapun ayat yang
menguatkan pernyataan bahwa makna khalifah itu umum, tersurat dalam alA’raf:69, Yunus:14, dan al-Naml:62. ini merupakan penegasan Allah SWT bahwa
khalifah yang diturunkan Allah adalah al-insan.18
B. Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30 -35
ِ ِﹶﹸﹶﺠ ﹸِ ﹾ
ﹰ
ﹶ
ِﺽﺧ
ِ ﹶ
ﹲِ ﹾ
ﻋ
ِ ِِﹶ
ﺋ
ِﹾﹶ
ِ ﻝﺑ
ﹶﹶ
ﹾ
ِ
ﹶ ﹶﹶﹶ
ﻋ
ﹶِﻝ
ﹶ ﹶﹶﻘ
ﺑ ِ ﹶ
ِ ﺒ
ﺴ ِ
(
17
18
Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit. hlm. 72
Abdullah Assegaf , “ Khalifah “, http// www.12-imam.com/05102007/, hlm. 1
: ﻘﺓ
)ﺒ
19
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka
berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )19
Dalam ayat ini Allah menyampaikan keputusan-Nya kepada para malaikat
tentang rencana penciptaan manusia di bumi. Penyampaian kepada mereka
penting, karena malaikat akan di bebani sekian tugas menyangkut manusia. Ada
yang akan bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas
memeliharanya, ada yang membimbingnya dan sebagainya. Penyampaian ini bisa
jadi setelah penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk di huni manusia pertama
(Adam) dengan nyaman.20
Mendengar rencana tersebut para malaikat bertanya tentang makna
penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa khalifah ini akan merusak dan
menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka
sebelum terciptanya manusia, dimana ada makhluk yang berlaku demikian atau
bisa juga berdasarkan asumsi bahwa karena yang ditugaskan menjadi khalifah
bukan malaikat, maka pasti makhluk itu berbeda dengan mereka yang selalu
bertasbih mensucikan Allah SWT. Mendengar pertanyaan mereka, Allah
menjawab singkat tanpa membenarkan atau menyalahkan, karena memang akan
ada diantara yang diciptakannya itu berbuat seperti yang diduga malaikat. Allah
hanya menjawab singkat, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”.21
Menurut Muhammad Abduh ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah
menciptakan bumi, mengelola dan mengaturnya, memberikan kekuatan-kekuatan
19
Soenarjo, op.cit,. hlm. 13
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,( Jakarta : Lentera
Hati, 2007 ), hlm. 141
21
Ibid. hlm. 142
20
20
rohani yang dikehendakinya yang menjadi penegak bumi, serta menjadikan
semacam kekuatan bagi masing-masing yang senantiasa berada padanya, Allah
pun menciptakan manusia dengan dilengkapi kekuatan yang mampu membuat
mereka
dapat
mengelola
dan
menata
segala
bentuk
kekuatan
serta
menundukkanya untuk kemakmuran bumi.22
Dengan kemampuan akal, manusia bisa mengelola alam semesta dengan
penuh kebebasan. Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan, tumbuhtumbuhan, dapat menyelidiki lautan, daratan dan udara serta dapat merubah
wajah bumi yang tandus menjadi subur dan bukit yang terjal bisa menjadi dataran
atau lembah yang subur. Dengan kemampuan akalnya, manusia juga dapat
merubah jenis tanaman baru sebagai hasil cangkok, sehingga tumbuh pohon yang
sebelumnya belum pernah ada. Semuanya ini diciptakan Allah yang maha kuasa
untuk kepentingan umat manusia.23
Hal ini menunjukkan bahwa manusia dianugerahi oleh Allah dengan
bakat-bakat dan keistimewaan dalam dirinya. Sehingga ia akan mampu
melaksanakan funfsinya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan segala
kemampuannya, manusia akan dapat mengungkapkan keajaiban-keajaiban ciptaan
Allah.
ِﹶ ِ ﹶ
ﺑ
ِ ِﺒﹸ
ِﹶ
ﻝ
ﻘﹶ
ﹶ
ﹶ
ِﹶ
ﺋ
ِﻰﹾﹶ
ﹶ
ﻋ ﻋﺛ
ﻛﱠ ﹸ
ﹶ ﺴﹸ
ﺁﹾ
ﻋﱠ ﺴ
ِ ﹶ ﹾِ ﹾﹶ ِﱠ ﻋﱠ
ﻋ
ِ ﹶﹸ ﺒ ﹶ
.ﻛ ﺻِِﲔ
ﹾﹸ
ِ
( – :ﻘﺓ
ﹾ ِ )ﺒ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda )
seluruhnya, kemudian mengemukakannya pada para malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab, “Maha Suci
Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
22
23
Teuku M. Hasbi As-Shidiqie, op. cit; hlm. 73
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op. cit.,hlm. 13