279584981 jtptiain gdl khanafi073 5870 1 073511014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khanafi NIM
: 073511014 Jurusan
: Tadris Prodi
: Tadris Matematika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 2 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Khanafi
NIM: 073511014
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 29 November 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model
Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Khanafi NIM
: 073511014 Jurusan
: Tadris Prodi
: Tadris Matematika Saya memamndang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Saminanto, S.Pd., M.Sc.
NIP. 19720604 200312 1 002
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 29 November 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model
Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang-Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Khanafi NIM
: 073511014 Jurusan
: Tadris Prodi
: Tadris Matematika Saya memamndang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Drs. H. Abdul Wahid, M.
NIP. 19691114 199403 1
ABSTRAK
Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembela - jaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penulis : Khanafi NIM
: 073511014 Penelitian ini berawal dengan adanya permasalahan di kelas VII MTs.
Uswatun Hasanah Mangkang Semarang yaitu rendahnya komunikasi matematika peserta didik pada pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan. Hal ini dikarenakan sulitnya peserta didik dalam melakukan operasi pada bilangan pecahan dan banyaknya peserta didik yang salah dalam menerjemahkan soal cerita pada materi pokok tersebut. Selain itu berdasarkan pengamatan juga diperoleh fakta bahwa nilai peserta didik pada tahun sebelumnya masih tergolong rendah dikarenakan kurangnya komunikasi peserta didik pada saat pembelajaran matematika. Guru mengajar dengan metode yang monoton sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran berjalan searah. Hal ini yang membuat komunikasi matematika peserta didik tidak terbangun. Diharapkan pembelajaran melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami akan meningkatkan komunikasi matematika peserta didik pada materi pecahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah tahun pelajaran 2011/2012.
2) Apakah penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa islami pada materi pokok pecahan dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek penelitian peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 30 peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, masing- masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan teknik pengambilan data ada 4 metode yaitu dokumentasi, wawancara, tes, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan komunikasi matematika peserta didik melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami. Hal ini terbukti adanya peningkatan pada pra siklus sebesar 35% dan siklus I sebesar 48,1% menjadi 70,4% pada siklus II. Selain itu peningkatan komunikasi matematika peserta didik juga mempengaruhi pada peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah dari nilai rata-rata pra siklus 50 dengan ketuntasan klasikal 41,7% menjadi 61 dengan Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan komunikasi matematika peserta didik melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami. Hal ini terbukti adanya peningkatan pada pra siklus sebesar 35% dan siklus I sebesar 48,1% menjadi 70,4% pada siklus II. Selain itu peningkatan komunikasi matematika peserta didik juga mempengaruhi pada peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah dari nilai rata-rata pra siklus 50 dengan ketuntasan klasikal 41,7% menjadi 61 dengan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang khususnya pada materi pecahan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, inayah dan bimbingan serta kekuatan lahir batin kepada diri peneliti, sehingga dalam penyusunan tugas akhir perkuliahan berupa skripsi dapat terselesaikan sebagaimana mestinya melalui proses yang panjang. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang baik bagi seluruh umat.
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 ” pada dasarnya disusun untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Oleh karena itu karya ilmiah ini merupakan kulminasi-formal akademik, selain untuk memenuhi kewajiban akademik juga sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, dan solusi dunia kependidikan.
Penulis mencurahkan segala kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ini, penulis juga memiliki rasa keingintahuan yang besar karena dianugerahi akal oleh sang Maha Pencipta. Penulis sadar sebagai insan biasa tentu memiliki banyak kekurangan, kelemahan dan tentunya juga jauh dari kesempurnaan,
Dalam proses penyusunan penelitian tersebut, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan peneliti untuk mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang mulia yang telah membantu peneliti sehingga karya sederhana ini menjadi kenyataan bukan angan-angan belaka. Peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Saminanto,S.Pd.,M,Sc. selaku Pembimbing I (Bidang Materi) yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Abdul Wahid, M.Ag., selaku Pembimbing II (Bidang Metodologi), yang juga telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen IAIN Walisongo Semarang khususnya para Dosen di Jurusan Tadris Matematika yang telah membimbing, mendidik dan memberikan pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif, transformative-inovatif dalam menggali ayat-ayat qauliyah dan kauniyyah selama menimba ilmu di kampus IAIN Walisongo Semarang.
6. KH. Mustaqim Husnan, KH. Thohir Husnan dan KH. Nur Asyikin Aziz beserta keluarga selaku pengasuh PPS Uswatun Hasanah. Terima kasih atas doa yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Ina Rotul Uliya, S.Pd., selaku Kepala Sekolah MTs. Uswatun Hasanah Mangkang yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini dan Siti Alqomah, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Matematika kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang yang telah memberikan motivasi dan banyak membantu dalam penelitian ini.
8. Teman seperjuangan Tadris Matematika 2007 yang senantiasa menjadi penyemangat penulis dan kawan-kawan di HIMATIKA IAIN Walisongo Semarang yang selalu mendoakan dan memberi semagat kepada penulis.
Semarang, 1 Desember 2011 Penulis
Khanafi
NIM.073511014
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 25 Tabel 2 Komunikasi Matematika Peserta Didik Th.2010/2011 ................ 49 Tabel 3 Hasil Penelitian Pra Siklus .......................................................... 50 Tabel 4 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus dan Siklus I ................ 52 Tabel 5 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II . 55
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu, agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang telah
terbukti keunggulannya secara empirik. 1 Pembelajaran matematika di sekolah dapat efektif dan bermakna
bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa. Konteks nyata dari kehidupan siswa meliputi latar belakang fisik, keluarga, keadaan sosial, politik, agama, budaya dan kenyataan hidup
lainnya. 2 Pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan
seharusnya dilakukan dengan melibatkan peserta didik belajar aktif agar pembelajaran berjalan dua arah. Pembelajaran pada materi pecahan di madrasah sebaiknya juga dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai keislaman agar suasana pembelajaran lebih religius. Selain itu pembelajaran materi pecahan dapat dilakukan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika peserta didik karena operasi bilangan pecahan memiliki ciri yang berbeda dan lebih rumit dari pada bilangan bulat. Hal ini menjadikan peserta didik mampu mengungkapkan
1 Aunurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta: 2009), hlm. 34-35 2 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathoni , Mathematical Intelegent cara cerdas
melatih otak dan menanggulangi kesulitan belajar, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2008), Cet.II, hlm.58 melatih otak dan menanggulangi kesulitan belajar, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2008), Cet.II, hlm.58
Kondisi yang ada, di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang, pembelajaran matematika pada materi pecahan dilakukan dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran berjalan searah. Selain itu pembelajaran yang sudah berjalan di MTs. Uswatun Hasanah belum pernah dilakukan dengan nuansa keislaman, padahal MTs. Uswatun Hasanah merupakan salah satu madrasah yang memiliki basic pondok pesantren karena sistem pendidikan dan sebagian peserta didiknya adalah berasal dari lingkungan pesantren di daerah tersebut.
Menurut pengalaman beberapa guru matematika MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang, komunikasi matematika yakni suatu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan sesuatu berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah yang dimiliki oleh peserta didik yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, yang dimiliki peserta didik kelas VII masih rendah. Banyak peserta didik yang masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan menyampaikan ide-ide yang dimiliki dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok pecahan. Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta didik yang masih salah dalam melakukan operasi bilangan pecahan dan menerjemahkan soal-soal cerita dari materi pokok tersebut, sehingga juga berpengaruh pada minimnya hasil belajar peserta didik.
Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil langkah yaitu dengan memperbaharui model pembelajaran. Model pembelajaran yang akan diuji cobakan adalah model pembelajaran problem posing (pengajuan soal/masalah) bernuansa Islami.
Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Bentuk lain dari problem posing , yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi yaitu Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Bentuk lain dari problem posing , yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi yaitu
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian dengan
judul “Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul diatas, maka penulis menjelaskan istilah-istilah pokok yang terkandung dalam judul skripsi sebagai berikut:
1. Komunikasi Matematika Komunikasi matematika merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang
ada dalam soal. 3 Kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika
peserta didik yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan non tes dengan cara observasi.
Jadi meningkatkan komunikasi matematika peserta didik berarti meningkatnya kemampuan peserta didik dalam menyatakan dan menafsirkan ide/gagasan matematik baik secara lisan maupun tulisan.
3 Dian Ramadina, Pengaruh Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita (Skripsi) (Semarang: UNNES,
2007), hlm.16
2. Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami
Menurut Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. 4 Problem posing merupakan model pembelajaran yang
mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang
mengacu pada penyelesaian soal tersebut. 5 Bernuansa Islami yang dimaksud disini adalah pola pengajaran
yang dilakukan dengan pemberian nilai-nilai keislaman pada setiap pembelajaran baik berupa materi maupun pada contoh soal. Selain itu nuansa Islami akan terlihat pada metode pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Pecahan
Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Apabila membagi suatu bilangan cacah dengan suatu bilangan asli, maka pembagian itu disebut suatu pecahan
Pecahan merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada kelas VII semester 1. Berikut ini adalah ruang lingkup materi pecahan yang terangkum dalam SK, KD dan Indikator berikut: Standar kompetensi : Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan
dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet II, hlm. 22 5 http://www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-problem-possing.html
diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB
Kompetensi dasar : Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah
Indikator :
a. Menyebutkan pengertian bilangan pecahan
b. Mengubah bentuk pecahan ke bentuk pecahan yang lain
c. Mengurutkan pecahan
d. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan biasa dan campuran
e. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan desimal
f. Menyelesaikan soal cerita dengan operasi hitung bilangan pecahan Berdasarkan uraian diatas, maka arti keseluruhan dari meningkatkan komunikasi matematika melalui model pembelajaran problem posing bernuansa Islami adalah suatu penelitian dengan penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada materi pokok pecahan kelas VII di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012?
2. Apakah model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah tahun pelajaran 2011/2012.
2. Penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan dalam meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami.
b. Memberikan inspirasi dan motivasi untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap proses pembelajaran.
2. Bagi Peserta Didik
a. Menumbuhkan kemampuan mengeluarkan ide dan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.
b. Menumbuhkan hubungan antar pribadi di antara peserta didik yang berasal dari latar belakang berbeda.
c. Melatih peserta didik untuk lebih berani mengungkapkan ide dan mengajukan pertanyaan.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan komunikasi matematika dan hasil belajar peserta didik khususnya dalam mata pelajaran matematika.
b. Dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik, dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah.
c. Sekolah menjadi objek dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan memperoleh hasil pengembangan ilmu.
4. Bagi Peneliti
melaksanakan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami untuk mata pelajaran matematika di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang.
a. Mendapat
pengalaman
langsung
b. Sebagai bekal peneliti sebagai guru matematika yang profesional agar selalu siap melaksanakan tugas di lapangan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian pembelajaran Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan
peserta didik. 1 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang
sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Komponen yang harus ada demi terciptanya sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar adalah tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, didik/peserta didik, dan adanya pendidik/guru.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor yang mempengaruhi pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. 2
1) Faktor intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor intern dikelompokkan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1 Hana Mufidah, Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Memanfaatkan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (Skripsi), (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2009). hlm.18
2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 54.
a) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.
2) Faktor ekstern Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keberadaan peserta didik dengan masyarakat.
c. Pembelajaran Matematika Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow ” Learning is
acquisitation of habits, knowledge, and attitude it involves new ways of doing things, and it operates in an individual’s attempts to over come
obstacles or to udjust to new situations 3 ” artinya belajar adalah hasil yang dicapai dari kebiasaan, pengetahuan, sikap. Ini mencakup cara
3 Lester D. Crow and Alice Crow, Education Psycology, ( New York: American Book Company, 1958), hlm. 225.
baru dalam melakukan sesuatu dan mengoperasikannya atau menguasahakannya didalam usaha seseorang untuk mengatasi hambatan atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
berdasarkan pada definisi pembelajaran yang dikemukakan Suyitno adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam
Pembelajaran
matematika
mempelajari matematika. 4 Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum
dalam KTSP adalah sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
4 Ervan Adi Nugroho, Pengaruh Multimedia (CD Pembelajaran dan Lembar Kegiatan Peserta Didik) untuk Meningkatan Hasil Bela jar Matematika Materi Pokok Dimensi Tiga pada
Peserta Didik Kelas X SMA 1 Boja Tahun Pelajaran 2008/2009 (Skripsi), (Semarang: UNNES,2009), hlm. 14
Jadi pembelajaran matematika merupakan proses dan upaya guru dalam mengajarkan matematika terhadap peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan dalam suatu lingkungan pendidikan dengan metode dan model pembelajaran yang bisa memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karenanya proses pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan secara aktif, inovatif, efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan mudah
d. Teori Pembelajaran Matematika Teori yang mendukung tujuan pembelajaran matematika diatas adalah teori Ausubel, teori Jean Piaget dan teori Vygotsky, yang mengkaji tentang karakteristik pelaksanaan pembelajaran matematika, yaitu:
1) Teori Ausubel Inti teori ini adalah mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna. Teori ini mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan pengetahuan baru. 5 Hal ini menunjukkan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang
Mengemukakan belajar bermakna dalam mengajar matematika sangat penting karena dengan kebermaknaan itu pembelajaran akan lebih menarik, lebih bermanfaat dan lebih menantang. Dengan demikian konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.
Relevansinya dalam penelitian ini terdapat pada pemberian materi pecahan yang sangat berkaitan dengan materi sebelumnya.
5 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 51
Sebelum peserta didik diberi materi pecahan terlebih dahulu diberikan apersepsi terhadap materi bilangan bulat. Selanjutnya pada pembelajaran operasi bilangan pecahan juga harus diberikan secara bertahap sehingga komunikasi matematika peserta didik terbangun secara terstruktur.
2) Teori Jean Piaget Teori Jean Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi mereka. 6 Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
sangat penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Dan interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya
memuat pemikiran lebih logis. 7 Relevansinya dalam penelitian ini muncul pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan
dengan adanya komunikasi dan interaksi dalam belajar kelompok. Peserta didik yang pandai bisa mengajari peserta didik yang kurang pandai sehingga kemampuan para peserta didik bisa merata.
3) Teori Vygotsky Model pembelajaran konstuktivistik dikembangkan pada teori Vygotsky yang berorientasi pada pembelajaran mandiri dalam kelompok dengan membangun sendiri pengetahuan, pengalaman dan daya kreatifitas peserta didik untuk memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan memposisikan guru
sebagai fasilitator. Dan teori Vigotsky ini merupakan interaksi antara
aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan
6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet II, hlm 37 7 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
PT. Indeks, 2010) Cet II, hlm. 212
dengan diskusi kelompok. Peserta didik mampu membangun pengetahuannya melalui interaksi dalam belajar kelompok.
2. Model Pembelajaran Problem Posing
a. Tinjauan Umum Model Pembelajaran Problem Posing Model pembelajaran pengajuan soal ( Problem Posing )
dikembangkan oleh Lyn. D. English tahun 1997. 9 Pada prinsipnya model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran
yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Menurut Brown dan Walter dalam Kadir pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics ( NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education
(reformasi 10 pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta
menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika.
Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya
8 Hamzah, Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme, http://mimilers.blogspot.com/2010/03/teori-belajar-konstruktivistik.html, diakses pada 30 Oktober
2011 jam 10.00 WIB 9 Saminanto, Ayo Praktik PTK , (Semarang: Rasail, 2010), hlm. 45
10 Muhfida. Pengertian Pendekatan Problem Posing. http://muhfida.com/ pengertian - pendekatan -problem-posing/ diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB
secara mandiri. 11
Dari beberapa pengertian di atas, model pembelajaran problem posing merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran melalui pembentukan soal atau pengajuan soal melalui kegiatan kognitif untuk melatih peserta didik berfikir matematika dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman peserta didik itu sendiri.
Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut:
1) Pre Solution Posing, yaitu jika peserta didik membuat soal dari situasi yang diadakan, jadi guru memberikan suatu pernyataan dan peserta didik diharapkan mampu membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh gurunya.
2) Within Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu merumuskan ulang pertanyaan soal menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya dan diharapkan peserta didik mampu membuat sub- sub pertanyaan dari pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru.
3) Post Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang telah dijelaskan oleh
guru untuk membuat soal-soal baru yang sejenis. 12
Dalam model pembelajaran problem posing , peserta didik dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep matematika secara mandiri. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan cara berpikir peserta didik SMP/MTs yang bersifat konkrit.
11 http://www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-problem-possing.html diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB
12 Herdian, Model Pembela jaran Problem Posing. http://herdy07.wordpress.com /2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/ diakses pada 5 September 2011 jam 21.30
WIB
c. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal ( Problem Posing ) benuansa Islami
Penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dengan mencantumkan dalil Al-Quran yang berkaitan dengan materi.
2) Guru memberikan latihan soal secukupnya yang mengandung nilai-nilai keislaman.
3) Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang serta memiliki nilai keislaman dan peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
4) Pada kegiatan selanjutnya, secara acak guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik.
5) Guru memberikan tugas rumah secara individu
3. Komunikasi Matematika Komunikasi pada dasarnya suatu konsep yang multimakna. Makna komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan bedasarkan; pertama, sebagai proses sosial, kedua, sebagai peristiwa, ketiga, sebagai ilmu dan ke empat
ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain.
Komunikasi pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi dan interaksi antara si pengirim dan si penerima dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran kode atau simbol
bahasa oleh penerima. 14 Komunikasi matematika merupakan refleksi pemahaman matematik dan merupakan bagian dari daya matematik.
Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan mendengarkan
siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. 15 Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi
gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Setiap kali mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang diajak berkomunikasi dan harus mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang digunakan. Tanpa itu,
13 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 19-20.
14 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathoni ,Matema tical Intelegent cara cerdas melatih otak dan menanggulangi kesulitan belajar, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2008), Cet.II,
hlm.45-46 15 Kartini, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Think,
Talk, Write (TTW). http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuan- komunikasi. html. di akses 5 September 2011. jam 21.30 WIB
Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dilihat dari kemampuan berikut :
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari. Sedangkan indikator komunikasi matematika menurut National
Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 1989 : 214) antara lain:
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. 16 Adapun aspek-aspek komunikasi matematika dalam pembelajaran
harus dapat membantu peserta didik mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing (representasi), listening
16 Kartini, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Think, Talk, Write (TTW).
(mendengar), reading (membaca), discussing (diskusi) dan writing (menulis)
Jadi komunikasi matematika merupakan suatu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan gagasan atau ide terkait matematika dari suatu konsep tertentu menjadi gagasan yang lebih mudah dan sederhana. Hal ini bisa terlihat bagaimana peserta didik menghubungkan benda atau kejadian nyata dalam bahasa matematika. Selain itu juga bisa terlihat dari kemampuan peserta didik dalam menerapkan atau menguraikan rumus tertentu menjadi bagian yang lebih sederhana.
4. Materi Pokok yang Terkait dengan Penelitian (Pecahan)
a. Pengertian pecahan Pecahan merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada kelas VII semester gasal. Materi pecahan yang dibahas disini adalah operasi hitung pada pecahan.
Pecahan adalah pernyataan yang dapat ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan rasional . P disebut pembilang, dan Q disebut penyebut. 17 Operasi pada pecahan yang akan dibahas di sini meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, serta perluasan dari operasi pecahan.
Contoh :
b. Mengubah bentuk pecahan ke bentuk pecahan lain.
1) Mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran’ Contoh :
2) Mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa Contoh :
3) Mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa Contoh :
17 Kasir Iskandar, Matematika Dasar, (Jakarta: Erlangga.1987), hlm. 35
1) Pecahan senilai Diperoleh dengan mengalikan atau membagi pembilang/penyebut dengan bilangan yang sama Contoh
2) Pecahan sederhana Diperoleh dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan FPB dari pembilang dan penyebut tersebut. Contoh :
Sederhanakan Jawab : FPB dari 12 dan 30 adalah 6, maka
3) Membandingkan pecahan Dilakukan dengan menyamakan penyebutnya
Contoh : Bandingkan Jawab :
, karena 14< 20 maka
4) Mengurutkan pecahan Untuk mengurutkan pecahan, samakan dahulu penyebutnya kemudian urutkan pembilangnya.
Contoh : Urutkan pecahan dari yang terkecil ke yang besar (naik).
Jawab : KPK 5, 4 dan 6 adalah 60 Maka
dan urutan pembilang 45, 48 dan
50. Jadi urutan dari terkecil ke besar adalah
d. Operasi bilangan pecahan
1) Penjumlahan dan pengurangan pecahan.
atau
Contoh :
b) Bila penyebut berbeda : Untuk menjumlahkan atau mengurangkan pecahan- pecahan dengan penyebut berbeda, nyatakan dalam pecahan- pecahan yang berpenyebut sama dulu dengan cara mencari KPK-nya (kelipatan persekutuan terkecil)
Contoh
KPK dari 3 dan 5 adalah 15
2) Perkalian pecahan
a) Berpenyebut sama Jika
Pembilang dikalikan pembilang dan penyebut dikalikan penyebut atau dikuadratkan, dengan c ≠ 0
Contoh :
b) Berpenyebut berbeda
Jika dan adalah sembarang pecahan, maka :
(pembilang dikalikan pembilang, penyebut dikalikan penyebut)
Contoh :
3) Pembagian pecahan
a) Berpenyebut sama
Jika dan adalah sembarang pecahan dengan b ≠ 0, maka
Contoh:
b) Berpenyebut berbeda Pembagian pecahan berpenyebut tidak sama dapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu atau
dikalikan dengan invers (kebalikan) perkalian. adalah invers (kebalikan) perkalian dari , karena ×
1 dan sebaliknya.
Contoh :
4) Pemangkatan pecahan Pada pemangkatan pecahan jika a, b, m dan n bilangan bulat positif dan b ≠ 0 berlaku:
a) b)
c)
e. Operasi bilangan pecahan desimal
1) Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal Untuk menjumlahkan atau mengurangkan pecahan desimal disusun sehingga koma terletak pada satu jalur.
Contoh: Hitunglah : 927,7 + 85,64 Jawab :
2) Perkalian dan pembagian pecahan desimal
a) Perkalian /pembagian pecahan desimal 10, 100, 1000,.. dilakukan dengan menggeser koma kekanan atau ke kiri sebanyak nol
b) Banyaknya koma dari perkalian desimal dapat diperoleh dengan menjumlahkan banyak tempat desimal dari pengali-pengalinya.
c) Untuk membagi bilangan dengan desimal usahakan pembaginya menjadi bilangan bulat.
3) Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan bilangan pecahan Untuk menyelesaikan bentuk soal cerita yang berkaitan dengan bilangan pecahan, dilakukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut:
a) Memahami cerita dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
b) Memilih konsep yang tepat dengan bentuk soal cerita yang telah dipahaminya.
c) Melakukan penyelesaian sesuai dengan contoh yang terdapat
pada materi konsep operasi bilangan pecahan.
Contoh : Pak Ahmad memiliki harta kekayaan sebesar Rp. 50.000.000,- dalam setahun, sehingga beliau wajib mengeluarkan zakat sebanyak 2,5 %. Berapakah rupiahkah zakat yang harus dikeluarkan oleh pak Ahmad. Diketahui : Banyaknya harta =Rp. 50.000.000,-
Prosentase zakat = 2,5 %. atau
Ditanya : Besar zakat yang harus dikeluarkan?
Jawab
ZAKAT=
Jadi zakat yang dikeluarkan pak ahmad adalah Rp, 1.250.000,00
5. Aplikasi Materi Bilangan Pecahan dengan Model Pembelajaran Problem Posing bernuansa Islami
Materi pokok bilangan pecahan yang diajarakan di kelas VII semester gasal merupakan kelanjutan dari materi bilangan bulat, yang mana harus diajarkan secara berkesinambungan. Selain itu pembelajaran materi bilangan pecahan harus diiringi dengan kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam mengkaitkan permasalahan sehari-hari yang bisa dituangkan dalam bahasa matematika ataupun sebaliknya, karena banyak sekali bilangan pecahan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya bagian-bagian dalam warisan yang diajarkan dalam agama Islam.
Oleh karenanya aplikasi materi bilangan pecahan dengan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Guru mengawali penjelasan materi bilangan pecahan kepada peserta didik dengan menggunakan dalil Al-Quran yang berkaitan dengan materi tersebut.
2. Guru menjelaskan konsep tentang bilangan pecahan dan operasinya serta memberikan contoh secukupnya.
3. Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal tentang bilangan pecahan yang memiliki nilai keislaman dan peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
4. Guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik.
5. Guru bersama peserta didik membahas soal yang presentasikan.
6. Guru memberikan tugas rumah secara individu.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Widya Nurratri (4401403014), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII. MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within solution Posing Dalam Kelompok Kecil ” . Dalam penelitiannya, penerapan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan nilai rata-rata Siklus I: 6.5 dan Siklus II: 6,9. Selain itu peserta didik akan lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran di kelas dengan prosentasi Siklus I sebesar 80% dan Siklus II sebesar 82,2% dan dalam kelompok sebesar 95%, sedangkan ketuntasan siswa pada Siklus I 80%, pada Siklus II meningkat menjadi 95%. 18
Skripisi Hana Mufida (NIM. 3105186) dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing) dengan Memanfaatkan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII B Semester I MTs NU 08 Gemuh Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2009 / 2010“.Dari hasil penelitian pada tes siklus I dan II, hasil pengamatan terhadap keaktifan peserta didik diperoleh rata –rata keaktifan peserta didik baik (72,10 %) pada siklus I meningkat menjadi sangat baik (82,17 %). Sementara ketuntasan belajar klasikal pada siklus I yaitu 28 peserta didik (70 %) yang tuntas belajar dan 12 peserta didik (30 %) yang belum tuntas belajar meningkat yaitu 38 peserta didik (88,37 %) yang
18 Widya Nurratri, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII. MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Problem Posing Tipe Within solution Posing Dalam Kelompok Kecil , (Skripsi) (Semarang:Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang, 2006)
C. Kerangka Berfikir
Belajar adalah proses bagi peserta didik dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Maka kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan proses belajarnya secara mudah, lancar dan termotivasi. Oleh karena itu, suasana belajar yang diciptakan guru seharusnya melibatkan peserta didik secara aktif, misalnya mengamati, meneliti, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan dan memberi contoh.
Selain itu, pemilihan model dan metode yang tepat serta peran aktif peserta didik dalam pembelajaran akan lebih membantu peserta didik dalam memahami materi. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran sehingga dapat mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efektif.
Pemilihan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami peneliti rasa sangat sesuai jika digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada materi pokok pecahan. Hal ini karena pembelajaran materi bilangan pecahan harus diiringi dengan kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam mengkaitkan permasalahan sehari-hari yang bisa dituangkan dalam bahasa matematika ataupun sebaliknya, karena banyak sekali bilangan pecahan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya bagian-bagian dalam warisan yang diajarkan dalam agama Islam.
19 Hana Mufidah, Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Memanfaatkan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (Skripsi), (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2009).
Selain hal diatas, pemilihan model ini dirasa sangat tepat karena melihat kelebihan-kelebihan model pembelajaran tersebut dan faktor-faktor yang ada dalam sekolah yang akan dilakukan penelitian yakni:
1. Setiap peserta didik menjadi siap semua, karena telah belajar di rumah terlebih dahulu.
2. Peserta didik tidak hanya menerima materi dari guru, tetapi peserta didik berusaha juga menyampaikan ide-idenya sesuai dengan materi yang disampaikan yakni pecahan.
3. Dapat melakukan diskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya secara sungguh-sungguh.
4. Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.