jtptiain gdl fuzirahmaw 5827 1 072311034
TINJAUAN NORMATIF TERHADAP “PINJAMAN BERGULIR”
DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
Di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu syari’ah
Oleh :
FUZI RAHMAWATI
072311034
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AH
GO
W A L IS O N
SEM ARAN G
I A IN
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus III) Telp/Fax : 024-7614454 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi
A.n Sdri. Fuzi Rahmawati
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya
kirim naskah Saudara:
Nama
: Fuzi Rahmawati
NIM
: 072311034
Jurusan
: Muamalah
Judul
:TINJAUAN
NORMATIF
TERHADAP
“PINJAMAN
BERGULIR”
DALAM
KERANGKA
PROGAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPMMP) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan)
Dengan ini saya mohon kiranya naskah tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. A. Gunaryo, M. Soc. Sc
NIP. 19620810 199103 1 003
Siti Mujibatun, M. Ag.
NIP. 1959013 198703 2 001
ii
iii
DEKLARASI
Bimillahirroahmanirrohim
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidakberisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yag dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 1 Januari 2012
Deklarator,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
iv
MOTTO
“Lebih baik dari kepala semut daripada menjadi ekor kuda”
خير الناس ينفعه لناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”
Artinya : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
1
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (revisi terbaru), Jakarta: 1971, hlm.
1073
v
ABSTRAK
Pengelolaan bisnis dalam konteks pengelolaan secara etik mesti menggunakan
landasan norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat. Demikian pula
dengan pemerintahan yang mempunyai program penangulangan kemiskinan yang
ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal
ekonomi. Pelaksanaan PNPM MP bertujuan untuk menyediakan akses layanan
keuangan untuk menjadikan masyarakat mandiri dan mensejahterakan masyarakat.
Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan. Terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan akses
layanan keuangan kepada rumah tangga miskin.
Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yaitu bagaimana pelaksanaan
jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan dan juga bagaimana tinjauan normatif terhadap “Pinjaman
Bergulir” dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan.Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif yang menggunakan metode wawancara dan observasi. Sedangkan metode
analisis menggunakan metode analisis deskripsis dan normatif guna menjawab
permasalahan pertama dan permasalahan kedua.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah suatu program
pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam
bidang sosial, ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Dalam
kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman bergulir”, yaitu pemberian
pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa.
Hanya saja kedua cara pinjaman yang berbeda antara desa Galang Pengampon dan desa
Gondang tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri
dalam pelaksanaannya maupun dalam segi kemasyaraktannya. Kedua, Pada “Pinjaman
Bergulir” di Desa Galang Pengampon, penulis berpendapat bahwa kesepakatan tersebut
menyerupai pinjaman yang dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk
memberi kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Hanya saja perbedaannya, pada
perjanjian “Pinjamam Bergulir” di Desa Galang Pengampon akad kelebihannya
diucapkan sendiri oleh masyarakat diawal pinjamannya. Beberapa ulama berpendapat
bahwa yang dinamakan riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi, jika yang
seorang menambah atau mengurangi penerimaannya dengan suka rela, maka tidak
termasuk riba malahan dianjurkan demikian.Sedangkan didaerah Gondang, penulis
melihat bahwa dalam pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk
memperkaya diri atau pribadi. Bunga yang diserahkan kepada pihak pengelola
“Pinjaman Bergulir” digunakan untuk biaya-biaya operasional dan sisa dari
penambahan tersebut dikembalikan kepada masyarakat Namun pengembalian tersebut
tidak digunakan untuk memperkaya pribadi akan tetapi ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat miskin tanpa adanya eksploitasi atau adanya pemerasan seperti yang
dilakukan para rentenir.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Almarhum Bapak Saeri dan almarhumah Ibu Zumroh atas cinta dan kasih sayang serta do’anya
dan atas segala dukungan yang diberikan, baik secara moril maupun materiil dengan tulus
ikhlas selama beliau hidup di dunia demi kesuksesan putri tercinta
Saudara-saudaraku tercinta mas fuad, mbak luk dan adek indah atas segala perhatian dan
dukungan selama ini, tak lupa pula kakak iparku Agus yang selama ini membantu penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
Orang terdekatku saat ini yang terkasih dan tercinta Purwanto atas segala pengorbannya dan
segala perhatiannya sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam hidup dan dalam penulisan
skripsi ini
Keluarga besar kost mbah halim piqoh, desi, offy, mbak butet, lia, siska, nafis, naula, mbak umy,
anis, choris dan widya (walaupun kalian kadang sangat berisik) tetapi kalian sangat memberi
semangat dalam penulisan skripsi ini
Semua orang yang mendukung dan ikhlas membantu penulis...
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini yang
berjudul: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP PERJANJIAN KEUNTUNGAN
ANTARA
DEBITUR
(MASYARAKAT)
DAN
KREDITUR
DALAM
KERANGKA PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan) sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan
tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.
Allah SWT yang Maha Esa
2.
Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3.
Dekan Fakultas Syariah Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, serta pembantu dekan Fakultas
Syariah dan para staf di IAIN Walisongo Semarang
4.
Bapak Prof. Dr. A. H. Gunaryo, M. Soc. Sc dan Dra. Hj. Ibu Siti Mujibatun, M. Ag.
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
5.
Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah
SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada almarhum dan almarhumah kedua
orang tua penulis yang tercinta dan terkasih, serta kakak dan adik penulis yang
dengan segala pengorbanannya tidak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa
mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan
moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7.
Kawan-kawanku Mahasiswa IAIN Walisongo terutama teman-teman kost yang
selalu membantu dan mensuport penulis
8.
Seseorang terdekat dan terkasih Purwanto, yang selalu memberi bantuan dan
dukungan setiap hari kepada penulis sehingga terjadi penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari
rahmat Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian
lanjutan di masa mendatang.
Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Semarang, 1 Januari 2012
Penulis,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan
dan Menteri Kebudayaan RI
No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987
Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
alif
tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ba
b
-
ta
t
-
sa
s
s (dengan titik di atas)
jim
j
-
ha’
h
h (dengan titik di bawah)
kha’
kh
-
dal
d
-
zal
ż
z (dengan titik di atas)
ra
r
-
x
za
ż
-
sin
s
-
syin
sy
-
sad
s
s (dengan titik di bawah)
dad
d
d (dengan titik di bawah)
ta
t
t (dengan titik di bawah)
za
z
z (dengan titik di bawah)
„ain
„
koma terbalik ke atas
gain
g
-
fa
f
-
qaf
q
-
kaf
k
-
lam
l
-
mim
m
-
xi
nun
n
-
wawu
w
-
ha
h
-
hamzah
ya’
apostrof
y
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. contoh :
ditulis Ahmadiyyah
C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi Bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya. Contoh :
ditulis jama’ah
2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh :
ditulis karamatul-auliya’
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a , kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
Panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan
tanda hubung (-) di atasnya.
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya’ mati ditulis ai, contoh :
ditulis bainakum,
xii
2. Fathah + wawu mati ditulis au, contoh :
ditulis qaul
G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof )„(
ditulis a’antum
ditulis mu’annas
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah, contoh :
ditulis al-Qur’an
ditulis al-Qiyas
2. Bila didikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
ditulis as-Sama
ditulis asy-Syams
I. Penulisan huruf kapital
Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
trasliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan itu seperti yang berlaku
pada EYD, diantara huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama
diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri diawali dengan kata sandang maka yang
ditulis menggunakan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf
awal kata sandang.
J. Kata dalam rangkaian Frasa dan Kalimat
1. Ditulis kata per kata, contoh :
ditulis zawi al-furud
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucaspan dalam rangkaian tersebut,
contoh:
ditulis ahl as-Sunnah
شـيخ ااسـام
ditulis Syaikh al-Islam atau Syaikhul-Islam
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI .................................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN..................................................
x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
D. Telaah Pustaka ..............................................................................
4
E. Metode Penelitian .........................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ........................ 11
1. Pengertian Pinjaman Dan Riba .................................................. 11
a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau pinjaman ................ 11
b. Pengertian Riba ..................................................................... 12
2. Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ............................................. 13
a. Dasar Hukum Pinjaman ........................................................ 13
b. Dasar Hukum Riba ................................................................ 15
xiv
B. Jenis-jenis Pinjaman dan Riba ........................................................ 19
1. Jenis-jenis Pinjaman ................................................................... 19
2. Jenis-jenis Riba .........................................................................
20
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba dan Bukan Riba Dalam Islam .....
22
1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba dalam Islam ................
22
2. Pinjaman Yang Termasuk Riba dalam Islam ..... ........... ..........
23
BAB III : “PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI
PERKOTAAN (PNPM-MP) KECAMATAN WONOPRINGGO
KABUPAEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.. 25
B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.................... 32
C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP
Kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan ........................................................................................ 43
1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di desa Galang
Pengampon .................................................................................. 44
2. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang ................... 52
BAB IV : ANALISIS
A. “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP di Desa Galang
Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo.................. 64
B. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP Menurut Islam.... 71
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 87
B. Saran-saran ................................................................................... .
90
C. Penutup .............................................................................................. 91
xv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
LAMPIRAN
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan
yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial
maupun
dalam
hal
ekonomi.
Salah
satunya
adalah
Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak
tahun 1999. Program ini sebagai suatu upaya pemerintah untuk
membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat
strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa
lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan
kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di
masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah
dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat.
Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memperdayakan
masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu infrastruktur, sosial
dan ekonomi yang dikenal dengan tridaya. Dalam kegiatan ekonomi,
diwujudkan dengan kegiatan “ Pinjaman Bergulir”, yaitu pinjaman dalam
skala mikro kepada masyarakat miskin di wiayah kelurahan atau desa
dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah
2
ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk
pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun keputusan untuk
melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat
setempat,
Berbagai kesuksesan serta kegagalan kegiatan “Pinjaman
Bergulir” dimasa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi
kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM
Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan
kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam
hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Meskipun demikian, PNPM MP bukanlah program keuangan
mikro dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Kerena
program PNPM MP bukan untuk kepentingan pengelola semata dan tidak
akan menjadi milik individu, akan teapi program pemerintah yang akan
selalu membangun dan memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Program
keuangan PNPM MP bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi
banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM MP
hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa
pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan.
3
PNPM adalah program yang bertujuan untuk menjadikan
masyarakat mandiri dan mensejahterkan masyarakat miskin. Seperti
halnya yang terjadi di dalam Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan,
terjadi
“Pinjaman
Bergulir”
yang
bertujuan
untuk
menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin
dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi
ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola
pinjaman dan menggunakannya secara benar. Didalam pinjaman tersebut
ada sebuah perjajian yang menyatakan kelebihan dalam pengembaliannya.
Hal inilah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
hukum dan kajian normatif yang terkandung dalam perjanjian keuntungan
antara masyarakat dan PNPM MP. Oleh karena itu penulis juga akan
mengkaji lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Tinjauan
Normatif
Terhadap
Perjanjian
Keuntungan
Antara
Debitur
(Masyarakat) dan Kreditur PNPM MP, yang mengambil contoh di
Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
4
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimanakah tinjauan normatif terhadap “Pinjaman Bergulir” dalam
kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam penulisan sekripsi ini
adalah untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
2. Menganilisis secara normatif perjanjian keuntungan antara debitur
(masyarakat) dan kreditur dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau
pengulangan terhadap penelitian yang sama, serta menghindari anggapan
adanya plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan kajian
terhadap karya-karya yang pernah ada. Penelitian yang dilakukan penulis
adalah tentang perjanjian keuntungan antar debitur (masyarakat) dan
kreditur dalam kerangka PNPM MP.
Penelitian yang penulis ambil, berdasarkan issu dari kalangan
masyarakat. Penulis mengambil contoh penelitian sesudahnya, yang
5
mempunyai sedikit kaitan dengan pembahasan yang penulis ambil
diantaranya:
Pada buku Asuransi dan Riba karangan Murtadha Mutahhari
(1995). Dalam buku ini beliaua menjelaskan bahwa segala macam bunga
dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk formulir ataupun lainnya adalah
harm. Di dalam buku ini beliau menyatakan perumpamaan bahwa barang
siapa menabung di bank atau menyimpan deposito, maka baginya bunga
yang berjumlah tertentu adalah haram.
Dalam buku yang berjudul Fiqh Islam oleh Sulaiman Rasjid
(1950), di dalamnya sedikit membahas tentang jasa pinjaman yang
diberikan kepada orang lain baik pinjaman produktif maupun pinjaman
konsumtif. Di dalamnya membahas tentang pengertian dan dasar hukum
dari pinjaman. Namun belum membahas secara eksplisit seperti yang
sesuai dengan pembahasan yang penulis kaji yaitu pinjaman yang
produktif untuk masyarakat miskin.
Penulis juga menemukan pembahasan pembahasan dalam skripsi
hasil penelitian mahasiswa S1 jurusan muamalah IAIN Walisongo yang
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Simpan Pinjam di
Usaha Simpan Pinjam (USP) Mushola Pondok pesantren Al-Asyiah
Kalibeber Wonosobo” oleh Laila Nofita F, di dalamnya membahas tentang
usaha simpan pinjam antara pengelola pondok sebagai kreditur dan santri
sebagai debitur. Namun tidak membahas yang sesuai dengan pembahasan
yang penulis kaji.
6
7
Tinjauan normatif terhadap perjanjian yang terjadi diantara masyarakat
miskin dalam kerangka PNPM MP. Sehingga penulis mengkaji secara
lebih dalam tentang kesepakatan atau perjanjian keuntungan yang ada
dalam masyarakat miskin dengan PNPM MP.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis
Kecamatan
melakukan
Wonopringgo
pengamatan
secara
langsung
Kabupaten
Pekalongan.
di
Penulis
mengambil dua contoh dari beberapa desa yang terdapat di
kecamatan tersebut. Dua desa tersebut adalah desa Galang
Pengampon dan desa Gondang.
Penentuan lokasi tersebut diambil karena setiap penelitian
kualitatif sifatnya mengharuskan peneliti lebih banyak atau sering
dilapangan,
rencana
dan
waktu
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan penelitian ini, penulis akan melakukan maksimal
selama 5 bulan mulai dari bulan September dan berakhir pada
bulan Januari.
8
Pemilihan penelitian observasi, karena peneliti ingin
mendapatkan data yang akurat dalam kajian yang dialami langsung
oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang terjalin dalam
masyarakat desa Galang Pengampon dan desa Gondang. Peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar apa yang
diucapkan dan berpartisipasi dalam masyarakat yang dapat
dilakukan secara berstruktur sesuai dengan pedoman observasi.
Peneliti juga akan berterus terang kepada nara sumber bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian.
b. Wawancara
Dalam wawancara peneliti mengambil informan yang sudah
terlibat langsung dalam aktifitas tersebut dalam jangka waktu
relative lama. Yang menjadi KSM, petugas UPK ataupun fasilitator
yang mendukung terlaksananya program PNPM MP. Sebagai
informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang
menguasai permasalahan yang diteliti (key informan). Dilakukan
dengan bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Informasi selanjutnya diminta kepada informan awal
untuk menunjukkan orang lain yang dapat memberikan informasi,
dan kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukkan orang
lain yang dapat memberikan informasi begitu seterusnya. Cara ini
biasanya lazim disebut sebagai snow ball yang dilakuakan secara
9
serial atau berurutan. Pada penelitian ini dipandang ini yang
dipandang sebagai informan pertama adalah : Asistan Urban
Planing
PNPM
MP
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan, Asisten Ekonomi PNPM MP, petugas UPK, serta
beberapa tokoh masyarakat yang tergabung dalam BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat) yang telah dipilih sebelumnya oleh
masyarakat sendiri.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
maksimal akan dilakukan selama 5 bulan, bertempat di desa Galang
Pengampon dan desa Gondang yang dijadikan contoh dan sekaligus
membandingkan hasil kesejahteraan yang diperoleh dari dua
contoh desa di Kecamatan Wonopringgo tersebut.
2. Metode Analisis
Ada dua model analisis yang penulis ambil dalam kajian ini
yaitu deskripsi dan normatif. Analisis diskriptif digunakan untuk
masalah yang pertama. Karena penulis akan menggambarkan keadaan
“Pinjaman Bergulir”
di
Kecamatan Wonopringgo.
Bagaimana
pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan
akses layanan kepada masyarakat miskin. Didalam pinjaman bergulir
tersebut ada sebuah perjanjian yang menyatakan kelebihan dalam
pengembaliannya. Permasalahannya terdapat bunga atau kelebihan
yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bunga yang berasal dari
masyarakat tersebut kemudian digunakan sebagai dana operasional dan
10
sisanya
dikembalikan
lagi
kepada
masyarakat
dalam
bentuk
pembangunan.
Analisis normatif digunakan untuk menjawab masalah kedua.
Karena penulis ingin memberikan informasi bersrta dengan tinjauan
normatif yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bagaimana
pelaksanaan dan bagaimana tinjauan normatifnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang saling berkaitan
yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
BAB I
: Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Dalam bab ini penulis membahas mengenai Tinjauan
Umum tentang Pinjaman dan Riba, tentang Pengertian,
Dasar hukumnya, dan Pinjaman yang termasuk Riba dan
Bukan Riba dalam Islam.
BAB III
: Dalam bab ini penulis mendeskripsikan secara singkat
tentang tinjauan umum “Pinjman Bergulir” dan prinsipprinsip “Pinjaman Bergulir”
BAB IV
: bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan
“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo pada
dua desa yang menjadi contoh dan analisis “Pinjaman
11
Bergulir” PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan
BAB V
: Bab ini merupakan akhir dari penulisan yang berisikan
tentang Kesimpulan, Saran dan Penutup.
11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian dan Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
1.
Pengertian Pinjaman dan Riba
a.
Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau Pinjaman
Secara etimologis, qardh berarti pemotongan. Sedangkan
Utang )qardh( menurut syara’ adalah harta yang diberikan oleh
kreditur (pemberi utang) kepada debitur (pemilik utang), agar debitur
mengembalikan yang serupa dengannya kepada kreditur ketika telah
mampu2. Qardh juga diartikan utang-piutang atau menghutangkan
barang dan dibayar dengan barang pula, dan disukai agama.3
Utang-piutang (qardh) dapat diartikan memberikan sesuatu
kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama
dengan yang dipinjamnya. Qardh juga diartikan perjanjian sesuatu
kepada orang lain dalam bentuk pinjaman yang akan dibayar dengan
nilai yang sama, misalnya pinjaman Rp. 1000,00 harus dibayar
dengan Rp.1000,00 atau Misalnya mengutangkan beras 10 liter atau
uang Rp.10,00 dan sebagainya yang mana tentunya beras atau uang
tersebut menjadi milik orang yang berutang dimana sekehendaknya
dia
2
boleh
memanfaatkannya,
akan
tetapi
kelak
dia
wajib
Sayyid Sabiq, 2009, Fiqh Sunnah 4, Jakarta: Cempaka Putih Tengah, 2009, hlm. 115
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2001, hlm. 363
3
12
menggantinya dengan barang serupa dengan pinjamnnya atau
seharganya.4
Terdapat pengertian lain tentang pinjaman, yaitu pengalihan
pemilikan dengan jaminan yaitu saya mengeluarkan uang dari
pemilikan saya dan pihak lain menyatakan akan menjamin keutuhan
bendanya jika berupa barang dan menjaga nilainya jika berupa nilai.
Hal-hal yang sejenis yakni yang satu dengan yang lainnya
sama,seperti uang, dan sebagainya.5
b.
Pengertian Riba
Riba berasal dari bahasa arab “ar-riba” ) ) الِّ بَاyang artinya
tambahan. Yang dimaksud disisni adalah tambahan pokok harta.
6
Yang tersebut juga dalam al-qur’an “rabba” ) )ال َّبَاyang artinya
bertambah, berkembang, naik atau meninggi.7 Sedangkan menurut
syara’ artinya akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang
tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’
atau terlambat menerimanya.8
Para ulama telah sepakat menyatakan bahwa riba terdapat pada
dua perkara, yakni pada jual beli dan pada penjualan ataun pinjaman
4
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 152
Murtadha Mutahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba , Bandung: Pustaka Hidayah,
1995, hlm. 68
6
Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 103
7
Abul A’la al- Maududi, Riba , Jakarta: Gema Insani, 1970, hlm. 89
8
Mustofa Diibulbigha, Fiqh Syafi’I terjemahan Attahdzib, Surabaya: Bintang Pelajar,1984, hlm.
292
5
13
atau sebagainya yang berada dalam tanggungan. Riba dalam
tanggungan terdiri dari dua jenis, yang salah satunya telah disepakati
sebagai riba jahiliyyah yang dilarang.9
Pengarang Misbah al Munir sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
berkata, riba adalah kelebihan dan tambahan menurut pendapat yang
mashur. Sesuatu menjadi riba jika bertambah. Imam Nawawi dalam
Tahdzhib al-Asma’ wa al-Lughat sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
menjelaskan, riba mengandung arti tambahan, sesuatu menjadi riba
jika bertambah. Riba dalam pengertian ahli fiqih berbeda-beda tetapi
satu sama lain saling mendekati. Diantara mereka ada yang
mengatakan, riba adalah suatu akad untuk mengganti barang yang
sudah ditentukan tanpa diketahui suatu yang menyamainya dalam
pandangan syara’, baik saat melakukan akad maupun dengan
diakhirkan keduanya atau salah satunya. Pendapat yang lain
mengatakan, riba adalah penambahan terhadap sesuatu yang sudah
ditentukan.10
2.
Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
a.
Dasar Hukum Pinjaman
Memberikan pinjaman kepada orang yang butuh termasuk
akhlak yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
9
Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid , Semarang: S-Syifa’, 1990, hlm. 9
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, Fiqh Jual-Beli, Jakarta: Senayan Publisshing, 2008, hlm. 151
10
14
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong-menolong
dalam kebaikan, yang dalilnya tercermin dalam berbagai ayat alqur’an dan hadits-hadits nabawi. Rasulallah SAW bersabda:
1)
. س
ْ
اه ع ي
قا رس اه ص: قا.ر
ً ا د ْيا فس اه ع ْ ك ْب
ْك
ً ك ْب
) (ر ا س...
ي
ع اب
ْ ْ ْ فس ع
ا ْي ْ ا ْقيا
ك
Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang
mu’min dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah
akan melepaskan kesusahannya di hari kiamat..(H.R.
Muslim.11
2)
س
ْاه ع ي
قدم ا ي ص: ع ْ ابْ ع اس رضي اه ع ْ قا
سفف ث
ْ " ْ ا: ا س تيْ فقا
ْع ْم " تفق ع ي
س ف ْ ف ا ّ ارا س
ْ ْي
ْع ْم إا أج
ْ
ْع ْم
ْا ْ دي
ف ف ك ْي
ْ س
ْ ف ْي
“Nabi saw datang di Madinah dan penduduknya sudah
biasa memberi pinjaman berupa buah-buahan dalam
jagka waktu setahun atau dua tahun. Kemudian beliau
bersabda, barangsiapa yang memberi pinjaman berupa
buah-buahan hendaknya ia memberi dalam takaran,
timbangan, dan waku ter tentu.” 12
11
12
381
Taufik Rahman, Hadits-hadits Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 131
Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta: Akbar, 2009, hlm. 380-
15
3)
ْ
ا: س قا
ً (ر ا
ا
اه ع ي
تيْ ا ا كا ك دقت ا
ا ا ي ص,سع د
ع اب
س ًا ق ْضًا
ْ س ي ْق ض
ْ
) اج
اب
Tiada seorang muslim pun yang memberikan pinjaman
satu kali kepada muslim (lainnya), melainkan
(nilainya) seperti dua kali shadaqah. (H.R. Ibnu
Hibban dalam shahihnya).13
Berdasarkan dalil-dalil tersebut dapat di fahami bahwa
memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang memerlukannya
adalah dibolehkan atau dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang
kepada sesamanya.
b.
Dasar Hukum Riba
Salah satu topik yang terus menjadi bahan diskusi fuqaha dari
dahulu hingga masa kini ialah masalah riba. Al qur’an memandang
bahwa riba merupakan kezaliman. Kezaliman adalah mengambil
sesuatu tanpa hak, yakni tanpa kebenaran yang semestinya atau tidak
ilegal. Keadilan adalah memeberikan kepada setiap yang berhak apa
13
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Koleksi Hadits-hadits Hukum 7, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001, hlm. 122
16
yang menjadi haknya dan kezaliman adalah perampasan hak-hak
orang lain. Maka Riba dalam al-qur’an diharamkan.14
Larangan keras memakan riba, tegas dan jelas dikemukakan
dalam al-qur’an dan hadits Nabi saw, dasar hukumnya yaitu:
1)
Surat Al-Baqarah: 275
275.Artinya:
orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
14
15
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 51
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 69
17
2)
Surat Ali-Imran: 130
130.Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
3)
Surat Al-Baqarah:278-279
278. Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
16
Ibid, hlm. 69-70
18
4)
Surat An-Nisa’:161
Artinya:
161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal
Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
5)
Surat Ar-Rum: 39
39. Artinya:
dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu
tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
17
18
Ibid, hlm. 150
Ibid, hlm. 647
19
6)
Hadits nabi antara lain :
ع اب
ح د حدث ا ج ي يع ي اب حا م ع اي
قا: غسي ا ائ ت قا
ي ْع
ربايأْك ا ج
حدث ا حسي ب
ع ع داه ب ح
ْدر
س
ْع ي
. ْي
ابي ي
رس ْ اه ص
ْْ ست ث اثي
اشد
Rasul Saw bersabda: dirham riba yang dimakan lakilaki dan tahu bahwa itu riba, maka dosanya lebih dari
tiga puluh enam orang berzina.(H.R.Ahmad).19
س
ْع ي
ع رس ْ اه ص: ع ْ جاب بْ ع ْد اه ا ْا ْ ار قا
ْ س اء: قا
ْشا دي
كات
ْك
آك ا با
Dari Jabir bin Abdillah. Dia menceritakan, bahwa
Rasul Saw mengutuk orang yang memakan riba dan
yang menyuruh, memaknnya, penulisnya, dan kedua
saksinya.20
B. Jenis-Jenis Pinjaman dan Riba
1.
Jenis-Jenis Pinjaman
Para ulama mengatakan bahwa pinjaman itu ada dua macam,
pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif. Pinjaman konsumtif adalah
peminjam
mengambilnya
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya,
sedangkan pinjaman produktif adalah pinjaman yang diambil seseorang
tidak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan
19
20
Terjemahan Nailul Authar , Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987, hlm. 1724
Ahmad Ali, Bulughul Maram jus 3 , Bandung: Dahlan, 1980, hlm. 491-492
20
untuk modal usaha, ia menanamkan dan mengembangkannya. Disini
terdapat paksaan agar uang yang digunakan tidak sebagai kebutuhan
hidupnya, melainkan harus digunakan senagai modal dan memperbesar
keuntungan atau karena ia tidak memiliki modal untuk menjalankan
usahanya.21
Penulis akan menitik beratkan pada pinjaman produktif ini, karena
pembahasan yang penulis bahas berupa pinjaman produktif dari pihak
PNPM MP untuk masyarakat sebagai modal usaha dan usaha-usaha yang
menghasilkan lainnya.
2.
Jenis-Jenis Riba
Riba terbagi menjadi dua macam:
a) Riba Nasi’ah
Berasal dari kata ( )النساءdengan dibaca panjang mengandung
arti penangguhan.22 Bentuk riba ini menurut para ahli tafsir meraja lela
di zaman jahiliyah, berupa kelebihan pembayaran yang dimestikan
kepada orang yang berhutang sebagai imbalan daripada tenggang
waktu yang diberikan.23 Riba Nasi’ah adalah adanya kelebihan
pembayaran atas barang yang dibayarkan secara bertempo atau
21
Murtadha Mutahhari, op.cit , hlm. 45
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 161
23
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: C.V. Diponegoro, 1984, hlm. 176
22
21
penambahan barang utang terhadap dua barang yang sama-sama
ditakar atau sama-sama ditimbang apabila keduanya sama jenisnya.24
Riba Nasi’ah juga diartikan tambahan sebagai imbalan
pengunduran batas waktu.25
Yang sudah masyhur adalah riba terbagi menjadi dua.
Sebagian ulama’ menambah lagi dengan riba qardhi yang di dalamnya
disyaratkan adanya kemanfaatan (keuntungan). Riba qardhi pada
hakikatnya sama dengan riba nasyi’ah, karena disyaratkan adanya
keuntungan yang diambil oleh pemberi utang. Seolah-olah dia
mengutangkan suatu barang untuk dikembalikan dengan adanya
tambahan yang dapat menguntungkan dia. Sedangkan ulama yang
berpendapat bahwa riba qardhi adalah bagian yang tersendiri karena
merupakan akad yang mandiri dan mempunyai hukum dan ketetapan
yang sudah tertentu.26
Riba qardhi maksudnya adalah seorang meminjam sejumlah
barang atau uang kepada orang lain, kemudian ia mengembalikannya
dengan tambahan.27
24
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151
Abul A’la al- Maududi, op.cit, hlm. 105
26
Abdurrahman as-Sa’di, dkk , op.cit, hlm. 173
27
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 43
25
22
b) Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah penambahan jumlah suatu barang yang
disyaratkan dalam suatu akad yang sesuai dengan kebutuhan syara’.28
Riba fadhl artinya tambahan atau kelebihan dari tukar menukar
barang sejenis, syari’at telah menjelaskan keharamannya dalam enam
barang, yaitu: emas, perak, gandum putih, gandum merah, kurma dan
garam. Para ulama’ setelah sepakat mengenai keharaman penambahan
barang-barang tersebut jika jenisnya sama.29
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dan Bukan Riba Dalam Islam
1.
Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba Dalam Islam
Dalam kegiatan perdagangan, jual beli dan kegiatan pemenuhan
ekonomi lainnya, adakalanya tidak dilakukan pembayaran secara tunai
ataupun peminjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya. Berhutang
karena darurat untuk menutupi suatu hajat yang mendesak tentulah dapat
dimaklumi, tetapi apabila sifat dan sikap suka berhutang atau meminjam
ini dibiasakan, maka buruklah akibatnya. Demikian juga petunjuk agama
yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk menutup
kebutuhan hidupnya, dan jangan terbiasa menutup kebutuhan dengan
jalan berhutang.30
28
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151
Ibid, hlm. 169
30
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 211-212
29
23
Memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan termasuk
akhlaq yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong menolong dalam
kebaikan.31
Menurut sebagian besar ulama pinjaman yang diperbolehkan
adalah pinjaman yang mengandung unsur kasih sayang sesama manusia.
Disebutkan bahwa sifat dasar pinjaman tidak sama dengan pengambilan
keuntungan, melainkan keduanya saling bertolak belakang walaupun
terdapat keuntungan dalam pinjaman. Akhirnya, seseorang hendaknya
menjaga hartanya, dengan anggapan ketika ia menyadari bahwa dirinya
tidak mampu menjaganya, maka apabila terdapat kerusakan, kerusakan
itu menjadi tanggung jawab peminjam. Karen itu sifat dasar pinjamn
adalah tanpa bunga.32
2.
Pinjaman Yang Termasuk Riba Dalam Islam
Salah satu diantara bentuk pertolongan melepaskan kesusahan dan
kesulitan ialah memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang
terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena suatu keadaan
darurat yang terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena
suatu keadaan darurat yang bersifat insidentil. Pinjaman yang diberikan
tersebut mampu memberi sedikit kemudahan bagi mereka yang sedang
31
32
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 214
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 71
24
kesusahan, terutama bagi warga miskin yang sangat membutuhkan
bantuan dari sesama manusia.
Namun adakalnya pinjaman tersebut dimanfaatkan sebagian
manusia yang hanya mencari untung semata. Pinjaman yang tidak
diperbolehakan dalam islam yaitu apabila tujuan dari pemberian pinjaman
hanya untuk mengambil keuntungan semata tanpa melihat hal yang
dilakukan itu benar atau tidak, atau tanpa melihathal tersebut itu
memberatkan bagi yang berhutang atau tidak. Beberapa ulama
mengatakan bahwa pinjaman yang demikian itu diharamkan dan dilaknat
oleh Allah karena hanya mengandung unsur keuntungan semata tanpa
mengindahkan orang lain. Pinjaman seperti inilah yang dilarang keras
dalam islam.33
33
Munawir Sjadzali, Ijtihad Kemanusiaan , Jakarta: Paramadina, 1997, hlm. 13
25
BAB III
“PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman bergulir” dalam PNPM MP
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kadang dapat
dilakukan sendiri, namun seringkali harus diusahakan bersama sama. Dalam
memenuhi kebutuhan secara bersama sama tersebut akhirnya mendorong
manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat.
Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit
meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat
terutama perekonomiannya. Lembaga-lembaga itu dapat dibedakan ke dalam
lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan
untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.
Sedangkan Lembaga Non Profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba semata di dalam kegiatannya. Namun dalam pelaksanaannya
lembaga non profit sering membentuk organisasi profit di dalamnya yang
merupakan satu bagian dari lembaga Non Profit dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang akan digunakan menunjang pencapaian tujuan umum
organisasi non profit tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan dari berbagai
faktor yang mempengaruhi. Salah satu lembaga non profit yang didalamnya
26
memperoleh laba untuk menunjang pencapaian tujuan yaitu program
Pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan
memberikan
kepercayaan
kepada
Lembaga
Keswadayaan
Masyarakat (LKM) untuk mengelola salah satu program dalam pencapaian
tujuannya. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non
profit, namun LKM memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan
memperoleh laba untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi
kemiskinan dengan cara
memberikan “Pinjaman Bergulir” yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam
pengelolannya pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi
utama LKM
yaitu menanggulangi kemiskinan. Program ini dinamakan
“Pinjaman jasa Bergulir” yaitu salah satu dari program kerja PNPM Mandiri
Perkotaan .
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam
penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi
masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Penganggulangan
kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis
kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan
Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman
27
bergulir”, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat
miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur
ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun
keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga
masyarakat setempat.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian
“Pinjaman Bergulir” di P2KP, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan
“Pinjaman Bergulir” di awal program kinerjanya sangat buruk. Namun
dengan pemberian panduan operasional serta petunjuk pembukuan untuk
UPK, kinerja kegiatan “Pinjaman Bergulir” semakin membaik. Berbagai
kesuksesan P2KP yaitu adanya unsur keswadayaan masyarakat. Sehingga
proyeknya jadi lebi
DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
Di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu syari’ah
Oleh :
FUZI RAHMAWATI
072311034
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AH
GO
W A L IS O N
SEM ARAN G
I A IN
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus III) Telp/Fax : 024-7614454 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi
A.n Sdri. Fuzi Rahmawati
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya
kirim naskah Saudara:
Nama
: Fuzi Rahmawati
NIM
: 072311034
Jurusan
: Muamalah
Judul
:TINJAUAN
NORMATIF
TERHADAP
“PINJAMAN
BERGULIR”
DALAM
KERANGKA
PROGAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPMMP) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan)
Dengan ini saya mohon kiranya naskah tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. A. Gunaryo, M. Soc. Sc
NIP. 19620810 199103 1 003
Siti Mujibatun, M. Ag.
NIP. 1959013 198703 2 001
ii
iii
DEKLARASI
Bimillahirroahmanirrohim
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidakberisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yag dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 1 Januari 2012
Deklarator,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
iv
MOTTO
“Lebih baik dari kepala semut daripada menjadi ekor kuda”
خير الناس ينفعه لناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”
Artinya : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
1
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (revisi terbaru), Jakarta: 1971, hlm.
1073
v
ABSTRAK
Pengelolaan bisnis dalam konteks pengelolaan secara etik mesti menggunakan
landasan norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat. Demikian pula
dengan pemerintahan yang mempunyai program penangulangan kemiskinan yang
ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal
ekonomi. Pelaksanaan PNPM MP bertujuan untuk menyediakan akses layanan
keuangan untuk menjadikan masyarakat mandiri dan mensejahterakan masyarakat.
Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan. Terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan akses
layanan keuangan kepada rumah tangga miskin.
Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yaitu bagaimana pelaksanaan
jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan dan juga bagaimana tinjauan normatif terhadap “Pinjaman
Bergulir” dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan.Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif yang menggunakan metode wawancara dan observasi. Sedangkan metode
analisis menggunakan metode analisis deskripsis dan normatif guna menjawab
permasalahan pertama dan permasalahan kedua.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah suatu program
pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam
bidang sosial, ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Dalam
kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman bergulir”, yaitu pemberian
pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa.
Hanya saja kedua cara pinjaman yang berbeda antara desa Galang Pengampon dan desa
Gondang tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri
dalam pelaksanaannya maupun dalam segi kemasyaraktannya. Kedua, Pada “Pinjaman
Bergulir” di Desa Galang Pengampon, penulis berpendapat bahwa kesepakatan tersebut
menyerupai pinjaman yang dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk
memberi kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Hanya saja perbedaannya, pada
perjanjian “Pinjamam Bergulir” di Desa Galang Pengampon akad kelebihannya
diucapkan sendiri oleh masyarakat diawal pinjamannya. Beberapa ulama berpendapat
bahwa yang dinamakan riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi, jika yang
seorang menambah atau mengurangi penerimaannya dengan suka rela, maka tidak
termasuk riba malahan dianjurkan demikian.Sedangkan didaerah Gondang, penulis
melihat bahwa dalam pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk
memperkaya diri atau pribadi. Bunga yang diserahkan kepada pihak pengelola
“Pinjaman Bergulir” digunakan untuk biaya-biaya operasional dan sisa dari
penambahan tersebut dikembalikan kepada masyarakat Namun pengembalian tersebut
tidak digunakan untuk memperkaya pribadi akan tetapi ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat miskin tanpa adanya eksploitasi atau adanya pemerasan seperti yang
dilakukan para rentenir.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Almarhum Bapak Saeri dan almarhumah Ibu Zumroh atas cinta dan kasih sayang serta do’anya
dan atas segala dukungan yang diberikan, baik secara moril maupun materiil dengan tulus
ikhlas selama beliau hidup di dunia demi kesuksesan putri tercinta
Saudara-saudaraku tercinta mas fuad, mbak luk dan adek indah atas segala perhatian dan
dukungan selama ini, tak lupa pula kakak iparku Agus yang selama ini membantu penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
Orang terdekatku saat ini yang terkasih dan tercinta Purwanto atas segala pengorbannya dan
segala perhatiannya sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam hidup dan dalam penulisan
skripsi ini
Keluarga besar kost mbah halim piqoh, desi, offy, mbak butet, lia, siska, nafis, naula, mbak umy,
anis, choris dan widya (walaupun kalian kadang sangat berisik) tetapi kalian sangat memberi
semangat dalam penulisan skripsi ini
Semua orang yang mendukung dan ikhlas membantu penulis...
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini yang
berjudul: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP PERJANJIAN KEUNTUNGAN
ANTARA
DEBITUR
(MASYARAKAT)
DAN
KREDITUR
DALAM
KERANGKA PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan) sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan
tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.
Allah SWT yang Maha Esa
2.
Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3.
Dekan Fakultas Syariah Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, serta pembantu dekan Fakultas
Syariah dan para staf di IAIN Walisongo Semarang
4.
Bapak Prof. Dr. A. H. Gunaryo, M. Soc. Sc dan Dra. Hj. Ibu Siti Mujibatun, M. Ag.
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
5.
Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah
SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada almarhum dan almarhumah kedua
orang tua penulis yang tercinta dan terkasih, serta kakak dan adik penulis yang
dengan segala pengorbanannya tidak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa
mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan
moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7.
Kawan-kawanku Mahasiswa IAIN Walisongo terutama teman-teman kost yang
selalu membantu dan mensuport penulis
8.
Seseorang terdekat dan terkasih Purwanto, yang selalu memberi bantuan dan
dukungan setiap hari kepada penulis sehingga terjadi penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari
rahmat Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian
lanjutan di masa mendatang.
Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Semarang, 1 Januari 2012
Penulis,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan
dan Menteri Kebudayaan RI
No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987
Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
alif
tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ba
b
-
ta
t
-
sa
s
s (dengan titik di atas)
jim
j
-
ha’
h
h (dengan titik di bawah)
kha’
kh
-
dal
d
-
zal
ż
z (dengan titik di atas)
ra
r
-
x
za
ż
-
sin
s
-
syin
sy
-
sad
s
s (dengan titik di bawah)
dad
d
d (dengan titik di bawah)
ta
t
t (dengan titik di bawah)
za
z
z (dengan titik di bawah)
„ain
„
koma terbalik ke atas
gain
g
-
fa
f
-
qaf
q
-
kaf
k
-
lam
l
-
mim
m
-
xi
nun
n
-
wawu
w
-
ha
h
-
hamzah
ya’
apostrof
y
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. contoh :
ditulis Ahmadiyyah
C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi Bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya. Contoh :
ditulis jama’ah
2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh :
ditulis karamatul-auliya’
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a , kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
Panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan
tanda hubung (-) di atasnya.
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya’ mati ditulis ai, contoh :
ditulis bainakum,
xii
2. Fathah + wawu mati ditulis au, contoh :
ditulis qaul
G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof )„(
ditulis a’antum
ditulis mu’annas
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah, contoh :
ditulis al-Qur’an
ditulis al-Qiyas
2. Bila didikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
ditulis as-Sama
ditulis asy-Syams
I. Penulisan huruf kapital
Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
trasliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan itu seperti yang berlaku
pada EYD, diantara huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama
diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri diawali dengan kata sandang maka yang
ditulis menggunakan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf
awal kata sandang.
J. Kata dalam rangkaian Frasa dan Kalimat
1. Ditulis kata per kata, contoh :
ditulis zawi al-furud
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucaspan dalam rangkaian tersebut,
contoh:
ditulis ahl as-Sunnah
شـيخ ااسـام
ditulis Syaikh al-Islam atau Syaikhul-Islam
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI .................................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN..................................................
x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
D. Telaah Pustaka ..............................................................................
4
E. Metode Penelitian .........................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ........................ 11
1. Pengertian Pinjaman Dan Riba .................................................. 11
a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau pinjaman ................ 11
b. Pengertian Riba ..................................................................... 12
2. Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ............................................. 13
a. Dasar Hukum Pinjaman ........................................................ 13
b. Dasar Hukum Riba ................................................................ 15
xiv
B. Jenis-jenis Pinjaman dan Riba ........................................................ 19
1. Jenis-jenis Pinjaman ................................................................... 19
2. Jenis-jenis Riba .........................................................................
20
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba dan Bukan Riba Dalam Islam .....
22
1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba dalam Islam ................
22
2. Pinjaman Yang Termasuk Riba dalam Islam ..... ........... ..........
23
BAB III : “PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI
PERKOTAAN (PNPM-MP) KECAMATAN WONOPRINGGO
KABUPAEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.. 25
B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.................... 32
C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP
Kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan ........................................................................................ 43
1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di desa Galang
Pengampon .................................................................................. 44
2. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang ................... 52
BAB IV : ANALISIS
A. “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP di Desa Galang
Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo.................. 64
B. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP Menurut Islam.... 71
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 87
B. Saran-saran ................................................................................... .
90
C. Penutup .............................................................................................. 91
xv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
LAMPIRAN
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan
yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial
maupun
dalam
hal
ekonomi.
Salah
satunya
adalah
Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak
tahun 1999. Program ini sebagai suatu upaya pemerintah untuk
membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat
strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa
lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan
kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di
masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah
dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat.
Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memperdayakan
masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu infrastruktur, sosial
dan ekonomi yang dikenal dengan tridaya. Dalam kegiatan ekonomi,
diwujudkan dengan kegiatan “ Pinjaman Bergulir”, yaitu pinjaman dalam
skala mikro kepada masyarakat miskin di wiayah kelurahan atau desa
dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah
2
ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk
pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun keputusan untuk
melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat
setempat,
Berbagai kesuksesan serta kegagalan kegiatan “Pinjaman
Bergulir” dimasa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi
kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM
Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan
kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam
hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Meskipun demikian, PNPM MP bukanlah program keuangan
mikro dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Kerena
program PNPM MP bukan untuk kepentingan pengelola semata dan tidak
akan menjadi milik individu, akan teapi program pemerintah yang akan
selalu membangun dan memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Program
keuangan PNPM MP bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi
banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM MP
hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa
pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan.
3
PNPM adalah program yang bertujuan untuk menjadikan
masyarakat mandiri dan mensejahterkan masyarakat miskin. Seperti
halnya yang terjadi di dalam Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan,
terjadi
“Pinjaman
Bergulir”
yang
bertujuan
untuk
menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin
dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi
ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola
pinjaman dan menggunakannya secara benar. Didalam pinjaman tersebut
ada sebuah perjajian yang menyatakan kelebihan dalam pengembaliannya.
Hal inilah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
hukum dan kajian normatif yang terkandung dalam perjanjian keuntungan
antara masyarakat dan PNPM MP. Oleh karena itu penulis juga akan
mengkaji lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Tinjauan
Normatif
Terhadap
Perjanjian
Keuntungan
Antara
Debitur
(Masyarakat) dan Kreditur PNPM MP, yang mengambil contoh di
Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
4
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimanakah tinjauan normatif terhadap “Pinjaman Bergulir” dalam
kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam penulisan sekripsi ini
adalah untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
2. Menganilisis secara normatif perjanjian keuntungan antara debitur
(masyarakat) dan kreditur dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau
pengulangan terhadap penelitian yang sama, serta menghindari anggapan
adanya plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan kajian
terhadap karya-karya yang pernah ada. Penelitian yang dilakukan penulis
adalah tentang perjanjian keuntungan antar debitur (masyarakat) dan
kreditur dalam kerangka PNPM MP.
Penelitian yang penulis ambil, berdasarkan issu dari kalangan
masyarakat. Penulis mengambil contoh penelitian sesudahnya, yang
5
mempunyai sedikit kaitan dengan pembahasan yang penulis ambil
diantaranya:
Pada buku Asuransi dan Riba karangan Murtadha Mutahhari
(1995). Dalam buku ini beliaua menjelaskan bahwa segala macam bunga
dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk formulir ataupun lainnya adalah
harm. Di dalam buku ini beliau menyatakan perumpamaan bahwa barang
siapa menabung di bank atau menyimpan deposito, maka baginya bunga
yang berjumlah tertentu adalah haram.
Dalam buku yang berjudul Fiqh Islam oleh Sulaiman Rasjid
(1950), di dalamnya sedikit membahas tentang jasa pinjaman yang
diberikan kepada orang lain baik pinjaman produktif maupun pinjaman
konsumtif. Di dalamnya membahas tentang pengertian dan dasar hukum
dari pinjaman. Namun belum membahas secara eksplisit seperti yang
sesuai dengan pembahasan yang penulis kaji yaitu pinjaman yang
produktif untuk masyarakat miskin.
Penulis juga menemukan pembahasan pembahasan dalam skripsi
hasil penelitian mahasiswa S1 jurusan muamalah IAIN Walisongo yang
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Simpan Pinjam di
Usaha Simpan Pinjam (USP) Mushola Pondok pesantren Al-Asyiah
Kalibeber Wonosobo” oleh Laila Nofita F, di dalamnya membahas tentang
usaha simpan pinjam antara pengelola pondok sebagai kreditur dan santri
sebagai debitur. Namun tidak membahas yang sesuai dengan pembahasan
yang penulis kaji.
6
7
Tinjauan normatif terhadap perjanjian yang terjadi diantara masyarakat
miskin dalam kerangka PNPM MP. Sehingga penulis mengkaji secara
lebih dalam tentang kesepakatan atau perjanjian keuntungan yang ada
dalam masyarakat miskin dengan PNPM MP.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis
Kecamatan
melakukan
Wonopringgo
pengamatan
secara
langsung
Kabupaten
Pekalongan.
di
Penulis
mengambil dua contoh dari beberapa desa yang terdapat di
kecamatan tersebut. Dua desa tersebut adalah desa Galang
Pengampon dan desa Gondang.
Penentuan lokasi tersebut diambil karena setiap penelitian
kualitatif sifatnya mengharuskan peneliti lebih banyak atau sering
dilapangan,
rencana
dan
waktu
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan penelitian ini, penulis akan melakukan maksimal
selama 5 bulan mulai dari bulan September dan berakhir pada
bulan Januari.
8
Pemilihan penelitian observasi, karena peneliti ingin
mendapatkan data yang akurat dalam kajian yang dialami langsung
oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang terjalin dalam
masyarakat desa Galang Pengampon dan desa Gondang. Peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar apa yang
diucapkan dan berpartisipasi dalam masyarakat yang dapat
dilakukan secara berstruktur sesuai dengan pedoman observasi.
Peneliti juga akan berterus terang kepada nara sumber bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian.
b. Wawancara
Dalam wawancara peneliti mengambil informan yang sudah
terlibat langsung dalam aktifitas tersebut dalam jangka waktu
relative lama. Yang menjadi KSM, petugas UPK ataupun fasilitator
yang mendukung terlaksananya program PNPM MP. Sebagai
informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang
menguasai permasalahan yang diteliti (key informan). Dilakukan
dengan bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Informasi selanjutnya diminta kepada informan awal
untuk menunjukkan orang lain yang dapat memberikan informasi,
dan kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukkan orang
lain yang dapat memberikan informasi begitu seterusnya. Cara ini
biasanya lazim disebut sebagai snow ball yang dilakuakan secara
9
serial atau berurutan. Pada penelitian ini dipandang ini yang
dipandang sebagai informan pertama adalah : Asistan Urban
Planing
PNPM
MP
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan, Asisten Ekonomi PNPM MP, petugas UPK, serta
beberapa tokoh masyarakat yang tergabung dalam BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat) yang telah dipilih sebelumnya oleh
masyarakat sendiri.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
maksimal akan dilakukan selama 5 bulan, bertempat di desa Galang
Pengampon dan desa Gondang yang dijadikan contoh dan sekaligus
membandingkan hasil kesejahteraan yang diperoleh dari dua
contoh desa di Kecamatan Wonopringgo tersebut.
2. Metode Analisis
Ada dua model analisis yang penulis ambil dalam kajian ini
yaitu deskripsi dan normatif. Analisis diskriptif digunakan untuk
masalah yang pertama. Karena penulis akan menggambarkan keadaan
“Pinjaman Bergulir”
di
Kecamatan Wonopringgo.
Bagaimana
pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan
akses layanan kepada masyarakat miskin. Didalam pinjaman bergulir
tersebut ada sebuah perjanjian yang menyatakan kelebihan dalam
pengembaliannya. Permasalahannya terdapat bunga atau kelebihan
yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bunga yang berasal dari
masyarakat tersebut kemudian digunakan sebagai dana operasional dan
10
sisanya
dikembalikan
lagi
kepada
masyarakat
dalam
bentuk
pembangunan.
Analisis normatif digunakan untuk menjawab masalah kedua.
Karena penulis ingin memberikan informasi bersrta dengan tinjauan
normatif yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bagaimana
pelaksanaan dan bagaimana tinjauan normatifnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang saling berkaitan
yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
BAB I
: Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Dalam bab ini penulis membahas mengenai Tinjauan
Umum tentang Pinjaman dan Riba, tentang Pengertian,
Dasar hukumnya, dan Pinjaman yang termasuk Riba dan
Bukan Riba dalam Islam.
BAB III
: Dalam bab ini penulis mendeskripsikan secara singkat
tentang tinjauan umum “Pinjman Bergulir” dan prinsipprinsip “Pinjaman Bergulir”
BAB IV
: bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan
“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo pada
dua desa yang menjadi contoh dan analisis “Pinjaman
11
Bergulir” PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan
BAB V
: Bab ini merupakan akhir dari penulisan yang berisikan
tentang Kesimpulan, Saran dan Penutup.
11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian dan Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
1.
Pengertian Pinjaman dan Riba
a.
Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau Pinjaman
Secara etimologis, qardh berarti pemotongan. Sedangkan
Utang )qardh( menurut syara’ adalah harta yang diberikan oleh
kreditur (pemberi utang) kepada debitur (pemilik utang), agar debitur
mengembalikan yang serupa dengannya kepada kreditur ketika telah
mampu2. Qardh juga diartikan utang-piutang atau menghutangkan
barang dan dibayar dengan barang pula, dan disukai agama.3
Utang-piutang (qardh) dapat diartikan memberikan sesuatu
kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama
dengan yang dipinjamnya. Qardh juga diartikan perjanjian sesuatu
kepada orang lain dalam bentuk pinjaman yang akan dibayar dengan
nilai yang sama, misalnya pinjaman Rp. 1000,00 harus dibayar
dengan Rp.1000,00 atau Misalnya mengutangkan beras 10 liter atau
uang Rp.10,00 dan sebagainya yang mana tentunya beras atau uang
tersebut menjadi milik orang yang berutang dimana sekehendaknya
dia
2
boleh
memanfaatkannya,
akan
tetapi
kelak
dia
wajib
Sayyid Sabiq, 2009, Fiqh Sunnah 4, Jakarta: Cempaka Putih Tengah, 2009, hlm. 115
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2001, hlm. 363
3
12
menggantinya dengan barang serupa dengan pinjamnnya atau
seharganya.4
Terdapat pengertian lain tentang pinjaman, yaitu pengalihan
pemilikan dengan jaminan yaitu saya mengeluarkan uang dari
pemilikan saya dan pihak lain menyatakan akan menjamin keutuhan
bendanya jika berupa barang dan menjaga nilainya jika berupa nilai.
Hal-hal yang sejenis yakni yang satu dengan yang lainnya
sama,seperti uang, dan sebagainya.5
b.
Pengertian Riba
Riba berasal dari bahasa arab “ar-riba” ) ) الِّ بَاyang artinya
tambahan. Yang dimaksud disisni adalah tambahan pokok harta.
6
Yang tersebut juga dalam al-qur’an “rabba” ) )ال َّبَاyang artinya
bertambah, berkembang, naik atau meninggi.7 Sedangkan menurut
syara’ artinya akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang
tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’
atau terlambat menerimanya.8
Para ulama telah sepakat menyatakan bahwa riba terdapat pada
dua perkara, yakni pada jual beli dan pada penjualan ataun pinjaman
4
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 152
Murtadha Mutahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba , Bandung: Pustaka Hidayah,
1995, hlm. 68
6
Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 103
7
Abul A’la al- Maududi, Riba , Jakarta: Gema Insani, 1970, hlm. 89
8
Mustofa Diibulbigha, Fiqh Syafi’I terjemahan Attahdzib, Surabaya: Bintang Pelajar,1984, hlm.
292
5
13
atau sebagainya yang berada dalam tanggungan. Riba dalam
tanggungan terdiri dari dua jenis, yang salah satunya telah disepakati
sebagai riba jahiliyyah yang dilarang.9
Pengarang Misbah al Munir sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
berkata, riba adalah kelebihan dan tambahan menurut pendapat yang
mashur. Sesuatu menjadi riba jika bertambah. Imam Nawawi dalam
Tahdzhib al-Asma’ wa al-Lughat sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
menjelaskan, riba mengandung arti tambahan, sesuatu menjadi riba
jika bertambah. Riba dalam pengertian ahli fiqih berbeda-beda tetapi
satu sama lain saling mendekati. Diantara mereka ada yang
mengatakan, riba adalah suatu akad untuk mengganti barang yang
sudah ditentukan tanpa diketahui suatu yang menyamainya dalam
pandangan syara’, baik saat melakukan akad maupun dengan
diakhirkan keduanya atau salah satunya. Pendapat yang lain
mengatakan, riba adalah penambahan terhadap sesuatu yang sudah
ditentukan.10
2.
Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
a.
Dasar Hukum Pinjaman
Memberikan pinjaman kepada orang yang butuh termasuk
akhlak yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
9
Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid , Semarang: S-Syifa’, 1990, hlm. 9
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, Fiqh Jual-Beli, Jakarta: Senayan Publisshing, 2008, hlm. 151
10
14
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong-menolong
dalam kebaikan, yang dalilnya tercermin dalam berbagai ayat alqur’an dan hadits-hadits nabawi. Rasulallah SAW bersabda:
1)
. س
ْ
اه ع ي
قا رس اه ص: قا.ر
ً ا د ْيا فس اه ع ْ ك ْب
ْك
ً ك ْب
) (ر ا س...
ي
ع اب
ْ ْ ْ فس ع
ا ْي ْ ا ْقيا
ك
Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang
mu’min dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah
akan melepaskan kesusahannya di hari kiamat..(H.R.
Muslim.11
2)
س
ْاه ع ي
قدم ا ي ص: ع ْ ابْ ع اس رضي اه ع ْ قا
سفف ث
ْ " ْ ا: ا س تيْ فقا
ْع ْم " تفق ع ي
س ف ْ ف ا ّ ارا س
ْ ْي
ْع ْم إا أج
ْ
ْع ْم
ْا ْ دي
ف ف ك ْي
ْ س
ْ ف ْي
“Nabi saw datang di Madinah dan penduduknya sudah
biasa memberi pinjaman berupa buah-buahan dalam
jagka waktu setahun atau dua tahun. Kemudian beliau
bersabda, barangsiapa yang memberi pinjaman berupa
buah-buahan hendaknya ia memberi dalam takaran,
timbangan, dan waku ter tentu.” 12
11
12
381
Taufik Rahman, Hadits-hadits Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 131
Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta: Akbar, 2009, hlm. 380-
15
3)
ْ
ا: س قا
ً (ر ا
ا
اه ع ي
تيْ ا ا كا ك دقت ا
ا ا ي ص,سع د
ع اب
س ًا ق ْضًا
ْ س ي ْق ض
ْ
) اج
اب
Tiada seorang muslim pun yang memberikan pinjaman
satu kali kepada muslim (lainnya), melainkan
(nilainya) seperti dua kali shadaqah. (H.R. Ibnu
Hibban dalam shahihnya).13
Berdasarkan dalil-dalil tersebut dapat di fahami bahwa
memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang memerlukannya
adalah dibolehkan atau dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang
kepada sesamanya.
b.
Dasar Hukum Riba
Salah satu topik yang terus menjadi bahan diskusi fuqaha dari
dahulu hingga masa kini ialah masalah riba. Al qur’an memandang
bahwa riba merupakan kezaliman. Kezaliman adalah mengambil
sesuatu tanpa hak, yakni tanpa kebenaran yang semestinya atau tidak
ilegal. Keadilan adalah memeberikan kepada setiap yang berhak apa
13
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Koleksi Hadits-hadits Hukum 7, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001, hlm. 122
16
yang menjadi haknya dan kezaliman adalah perampasan hak-hak
orang lain. Maka Riba dalam al-qur’an diharamkan.14
Larangan keras memakan riba, tegas dan jelas dikemukakan
dalam al-qur’an dan hadits Nabi saw, dasar hukumnya yaitu:
1)
Surat Al-Baqarah: 275
275.Artinya:
orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
14
15
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 51
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 69
17
2)
Surat Ali-Imran: 130
130.Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
3)
Surat Al-Baqarah:278-279
278. Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
16
Ibid, hlm. 69-70
18
4)
Surat An-Nisa’:161
Artinya:
161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal
Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
5)
Surat Ar-Rum: 39
39. Artinya:
dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu
tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
17
18
Ibid, hlm. 150
Ibid, hlm. 647
19
6)
Hadits nabi antara lain :
ع اب
ح د حدث ا ج ي يع ي اب حا م ع اي
قا: غسي ا ائ ت قا
ي ْع
ربايأْك ا ج
حدث ا حسي ب
ع ع داه ب ح
ْدر
س
ْع ي
. ْي
ابي ي
رس ْ اه ص
ْْ ست ث اثي
اشد
Rasul Saw bersabda: dirham riba yang dimakan lakilaki dan tahu bahwa itu riba, maka dosanya lebih dari
tiga puluh enam orang berzina.(H.R.Ahmad).19
س
ْع ي
ع رس ْ اه ص: ع ْ جاب بْ ع ْد اه ا ْا ْ ار قا
ْ س اء: قا
ْشا دي
كات
ْك
آك ا با
Dari Jabir bin Abdillah. Dia menceritakan, bahwa
Rasul Saw mengutuk orang yang memakan riba dan
yang menyuruh, memaknnya, penulisnya, dan kedua
saksinya.20
B. Jenis-Jenis Pinjaman dan Riba
1.
Jenis-Jenis Pinjaman
Para ulama mengatakan bahwa pinjaman itu ada dua macam,
pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif. Pinjaman konsumtif adalah
peminjam
mengambilnya
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya,
sedangkan pinjaman produktif adalah pinjaman yang diambil seseorang
tidak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan
19
20
Terjemahan Nailul Authar , Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987, hlm. 1724
Ahmad Ali, Bulughul Maram jus 3 , Bandung: Dahlan, 1980, hlm. 491-492
20
untuk modal usaha, ia menanamkan dan mengembangkannya. Disini
terdapat paksaan agar uang yang digunakan tidak sebagai kebutuhan
hidupnya, melainkan harus digunakan senagai modal dan memperbesar
keuntungan atau karena ia tidak memiliki modal untuk menjalankan
usahanya.21
Penulis akan menitik beratkan pada pinjaman produktif ini, karena
pembahasan yang penulis bahas berupa pinjaman produktif dari pihak
PNPM MP untuk masyarakat sebagai modal usaha dan usaha-usaha yang
menghasilkan lainnya.
2.
Jenis-Jenis Riba
Riba terbagi menjadi dua macam:
a) Riba Nasi’ah
Berasal dari kata ( )النساءdengan dibaca panjang mengandung
arti penangguhan.22 Bentuk riba ini menurut para ahli tafsir meraja lela
di zaman jahiliyah, berupa kelebihan pembayaran yang dimestikan
kepada orang yang berhutang sebagai imbalan daripada tenggang
waktu yang diberikan.23 Riba Nasi’ah adalah adanya kelebihan
pembayaran atas barang yang dibayarkan secara bertempo atau
21
Murtadha Mutahhari, op.cit , hlm. 45
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 161
23
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: C.V. Diponegoro, 1984, hlm. 176
22
21
penambahan barang utang terhadap dua barang yang sama-sama
ditakar atau sama-sama ditimbang apabila keduanya sama jenisnya.24
Riba Nasi’ah juga diartikan tambahan sebagai imbalan
pengunduran batas waktu.25
Yang sudah masyhur adalah riba terbagi menjadi dua.
Sebagian ulama’ menambah lagi dengan riba qardhi yang di dalamnya
disyaratkan adanya kemanfaatan (keuntungan). Riba qardhi pada
hakikatnya sama dengan riba nasyi’ah, karena disyaratkan adanya
keuntungan yang diambil oleh pemberi utang. Seolah-olah dia
mengutangkan suatu barang untuk dikembalikan dengan adanya
tambahan yang dapat menguntungkan dia. Sedangkan ulama yang
berpendapat bahwa riba qardhi adalah bagian yang tersendiri karena
merupakan akad yang mandiri dan mempunyai hukum dan ketetapan
yang sudah tertentu.26
Riba qardhi maksudnya adalah seorang meminjam sejumlah
barang atau uang kepada orang lain, kemudian ia mengembalikannya
dengan tambahan.27
24
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151
Abul A’la al- Maududi, op.cit, hlm. 105
26
Abdurrahman as-Sa’di, dkk , op.cit, hlm. 173
27
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 43
25
22
b) Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah penambahan jumlah suatu barang yang
disyaratkan dalam suatu akad yang sesuai dengan kebutuhan syara’.28
Riba fadhl artinya tambahan atau kelebihan dari tukar menukar
barang sejenis, syari’at telah menjelaskan keharamannya dalam enam
barang, yaitu: emas, perak, gandum putih, gandum merah, kurma dan
garam. Para ulama’ setelah sepakat mengenai keharaman penambahan
barang-barang tersebut jika jenisnya sama.29
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dan Bukan Riba Dalam Islam
1.
Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba Dalam Islam
Dalam kegiatan perdagangan, jual beli dan kegiatan pemenuhan
ekonomi lainnya, adakalanya tidak dilakukan pembayaran secara tunai
ataupun peminjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya. Berhutang
karena darurat untuk menutupi suatu hajat yang mendesak tentulah dapat
dimaklumi, tetapi apabila sifat dan sikap suka berhutang atau meminjam
ini dibiasakan, maka buruklah akibatnya. Demikian juga petunjuk agama
yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk menutup
kebutuhan hidupnya, dan jangan terbiasa menutup kebutuhan dengan
jalan berhutang.30
28
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151
Ibid, hlm. 169
30
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 211-212
29
23
Memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan termasuk
akhlaq yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong menolong dalam
kebaikan.31
Menurut sebagian besar ulama pinjaman yang diperbolehkan
adalah pinjaman yang mengandung unsur kasih sayang sesama manusia.
Disebutkan bahwa sifat dasar pinjaman tidak sama dengan pengambilan
keuntungan, melainkan keduanya saling bertolak belakang walaupun
terdapat keuntungan dalam pinjaman. Akhirnya, seseorang hendaknya
menjaga hartanya, dengan anggapan ketika ia menyadari bahwa dirinya
tidak mampu menjaganya, maka apabila terdapat kerusakan, kerusakan
itu menjadi tanggung jawab peminjam. Karen itu sifat dasar pinjamn
adalah tanpa bunga.32
2.
Pinjaman Yang Termasuk Riba Dalam Islam
Salah satu diantara bentuk pertolongan melepaskan kesusahan dan
kesulitan ialah memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang
terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena suatu keadaan
darurat yang terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena
suatu keadaan darurat yang bersifat insidentil. Pinjaman yang diberikan
tersebut mampu memberi sedikit kemudahan bagi mereka yang sedang
31
32
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 214
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 71
24
kesusahan, terutama bagi warga miskin yang sangat membutuhkan
bantuan dari sesama manusia.
Namun adakalnya pinjaman tersebut dimanfaatkan sebagian
manusia yang hanya mencari untung semata. Pinjaman yang tidak
diperbolehakan dalam islam yaitu apabila tujuan dari pemberian pinjaman
hanya untuk mengambil keuntungan semata tanpa melihat hal yang
dilakukan itu benar atau tidak, atau tanpa melihathal tersebut itu
memberatkan bagi yang berhutang atau tidak. Beberapa ulama
mengatakan bahwa pinjaman yang demikian itu diharamkan dan dilaknat
oleh Allah karena hanya mengandung unsur keuntungan semata tanpa
mengindahkan orang lain. Pinjaman seperti inilah yang dilarang keras
dalam islam.33
33
Munawir Sjadzali, Ijtihad Kemanusiaan , Jakarta: Paramadina, 1997, hlm. 13
25
BAB III
“PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman bergulir” dalam PNPM MP
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kadang dapat
dilakukan sendiri, namun seringkali harus diusahakan bersama sama. Dalam
memenuhi kebutuhan secara bersama sama tersebut akhirnya mendorong
manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat.
Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit
meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat
terutama perekonomiannya. Lembaga-lembaga itu dapat dibedakan ke dalam
lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan
untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.
Sedangkan Lembaga Non Profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba semata di dalam kegiatannya. Namun dalam pelaksanaannya
lembaga non profit sering membentuk organisasi profit di dalamnya yang
merupakan satu bagian dari lembaga Non Profit dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang akan digunakan menunjang pencapaian tujuan umum
organisasi non profit tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan dari berbagai
faktor yang mempengaruhi. Salah satu lembaga non profit yang didalamnya
26
memperoleh laba untuk menunjang pencapaian tujuan yaitu program
Pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan
memberikan
kepercayaan
kepada
Lembaga
Keswadayaan
Masyarakat (LKM) untuk mengelola salah satu program dalam pencapaian
tujuannya. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non
profit, namun LKM memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan
memperoleh laba untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi
kemiskinan dengan cara
memberikan “Pinjaman Bergulir” yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam
pengelolannya pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi
utama LKM
yaitu menanggulangi kemiskinan. Program ini dinamakan
“Pinjaman jasa Bergulir” yaitu salah satu dari program kerja PNPM Mandiri
Perkotaan .
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam
penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi
masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Penganggulangan
kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis
kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan
Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman
27
bergulir”, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat
miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur
ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun
keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga
masyarakat setempat.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian
“Pinjaman Bergulir” di P2KP, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan
“Pinjaman Bergulir” di awal program kinerjanya sangat buruk. Namun
dengan pemberian panduan operasional serta petunjuk pembukuan untuk
UPK, kinerja kegiatan “Pinjaman Bergulir” semakin membaik. Berbagai
kesuksesan P2KP yaitu adanya unsur keswadayaan masyarakat. Sehingga
proyeknya jadi lebi