AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA DIFABEL DALAM RANGKA KESETARAAN HAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN (Studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta) | Pratiwi | 9195 19548 1 SM

AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA DIFABEL DALAM RANGKA
KESETARAAN HAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN
(Studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta)1
Oleh:
Yuliana Dwi Pratiwi2
ABSTRAK
Considering the result of research, it could be concluded that: (1) education accessibility
to disabled students in the attempt of obtaining appropriate solution in Surakarta
Sebelas Maret University had been good although not all are disabled-friendly. So far,
the disabled students existing in Surakarta Sebelas Maret University reported can access
a variety of education supporting facility that had been provide by the campus. But
there were some difficulties they found when they conducted education activity related
to the distances between buildings existing in Surakarta Sebelas Maret University. (2)
Some factors inhibited the education accessibility to the disabled students in the
attempt of obtaining the equality of right to acquire education including (a) Regulation
related to lift provision in lecturing building only for the four-storied or more building.
(b) limited cost leading to many infrastructures or facilities were made friendly to the
disabled. (c) Policy, there was no special rule or policy prepared for the disabled
students including no special quota for disabled students admission, no special data
about number or type of obstacles faced by the disabled students in Surakarta Sebelas
Maret University. (d) political will, there was some obstacles encountered in Surakarta

Sebelas Maret University in providing education accessibility to the disabled students
that are influenced by the political will are still lacking. (3) Solutions to overcome the
obstacles in providing education accessibility to the disabled students in the attempt of
obtaining the equality of right to acquire education included (1) to accelerate the
construction of new disabled-friendly building, (2) to renovate the old building, (3)
solution related to policy. The Surakarta Sebelas Maret University would take into
account the student accessibility policy including special registration for disabled
students in Surakarta Sebelas Maret University. (4). Solution related to political will.
Increase officials political will in Surakarta Sebelas Maret University to overcome the
obstacles in providing education accessibility to the disabled students in the attempt of
obtaining the equality of right to acquire education.
KATA KUNCI: aksesibilitas bagi difabel, hak warga Negara dalam bidang pendidikan

1
2

Artikel Penelitian
Mahasiswa FKIP PPKn UNS

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Desember 2015


PENDAHULUAN
Pelaksanaan
pembangunan
Nasional di Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Dimana kaum difabel
merupakan bagian masyarakat Indonesia
yang
memiliki
kedudukan,
hak,
kewajiban dan peran serta yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan termasuk hak dalam
memperoleh pendidikan yang layak
tanpa adanya diskriminasi. Hak atas
pendidikan bagi seluruh warga Negara

ini ditegaskan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
pasal 28 C (1), 28 E (1), dan pasal 31
(1).
2. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistim Pendidikan Nasional
yaitu pasal 4 (1), pasal 5 (1) dan pasal
5 (2).
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1997
Tentang Penyandang Cacat yaitu
pasal 6 (1) dan pasal 12
4. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia yaitu
pada pasal 42.
Selain
itu
dalam
tataran
Internasional juga terdapat kebijakan

Education for All di Dakar Sinegal, yang
menjadi landasan dalam menjamin
kesetaraan hak memperoleh pendidikan
bagi semua orang. Dengan demikian
sudah menjadi kewajiban Negara untuk
memenuhi (to fulfill), melindungi (to
protect), dan menghormati (to respect)
terkait dengan hak atas pendidikan
tersebut. Namun pada kenyataannya
pemenuhan hak terhadap kaum difabel
dalam bidang pendidikan masih banyak
yang belum terpenuhi khususnya pada
jenjang pendidikan tinggi. Menurut
Lynch dan Lewis hal ini disebabkan
difabel sendiri memiliki empat masalah

147

besar yaitu : 1. Keterbatasan dalam
mobilitas, 2. Banyak waktu yang sia-sia,

karena harus berurusan dengan rumah
sakit akibat masalah kesehatan yang
berkelanjutan, 3. Stereotip atau konsepsi
yang keliru pada masyarakat tentang
difabel dalam kesempatan memperoleh
pendidikan, pekerjaan atau kegiatan
sosial lainnya, dan 4. Persepsi diri yang
keliru pada difabel yang meragukan
kemampuannya
sendiri
yang
mengakibatkan kurangnya motivasi
untuk berhasil, kurangnya kesungguhaan
dalam
menyelesaikan
tugas
dan
kecenderungan menggantungkan diri
terhadap orang lain (Demartoto, 2005 :
4).

Untuk itu seharusnya masyarakat
menghilangkan persepsi ntif tentang
kaum difabel
dan
tidak
hanya
memberikan bantuan sosial tetapi juga
membantu menyediakan aksesibilitas
khususnya dalam pendidikan sehingga
mereka tidak perlu lagi menggantungkan
dirinya terhadap orang lain. Hal ini juga
harus menjadi perhatian bagi perguruan
tinggi agar memberikan aksesibilitas
pendidikan fisik dan non fisik bagi kaum
difabel untuk memperoleh pendidikan
dan ketika mereka menjalani kegiatan
pendidikan selama menjadi mahasiswa.
Adapun rumusan dari penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana aksesibilitas pendidikan

bagi mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan
sulitnya penyediaan aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam rangka kesetaraan hak
memperoleh
pendidikan
di
Universitas Sebelas Maret Surakarta?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi
hambatan-hambatan
dalam
penyediaan aksesibilitas pendidikan

148


Yuliana Dwi Pratiwi: aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel dalam

bagi mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta?
Sejalan
dengan
perumusan
masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis :
Untuk mengetahui aksesibilitas
bagi mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan hak memperoleh pendidikan
di Universitas sebelas Maret Surakarta
dipandang dari akses yang berkeadilan

dalam pemberian layanan pendidikan
formal kepada calon peserta didik dan
peserta didik.
Untuk mengetahui faktor-faktor
apa
yang
menyebabkan
sulitnya
penyediaan aksesibilitas pendidikan
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan hak memperoleh pendidikan
khususnya di Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Untuk mencari solusi yang tepat
untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam kesetaraan hak memperoleh

pendidikan khususnya di Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Sedangkan
manfaat
dari
penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis :
a. Hasil penelitian ini memberikan
masukan bagi bidang studi PPKn
dalam
mengimplementasikan
mata kuliah yang berhubungan
dengan aksesibilitas pendidikan
seperti
mata
kuliah
Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia. Sehingga membentuk
kaum akademis yang memiliki
perasaan sosial untuk turut serta

membantu kaum difabel dalam
mendapatkan
aksesibilitas
pendidikan
sehingga
dapat

tercapai kesetaraan hak untuk
memperoleh
pendidikan
di
Perguruan Tinggi khususnya di
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta.
b. Hasil
penelitian
ini
dapat
digunakan sebagai pembanding
bagi siapa saja yang ingin
mengkaji lebih dalam lagi.
2. Manfaat Praktis :
a. Sebagai
masukan
yang
bermanfaat bagi pihak Universitas
Sebelas Maret Surakarta dalam
memberikan
aksesibilitas
khususnya dalam pendidikan bagi
kaum difabel di Perguruan Tinggi.
b. Sebagai
gambaran
sekaligus
informasi bagi Perguruan Tinggi
mengenai
aksesibilitas
pendidikan bagi kaum difabel
dalam memperoleh pendidikan
formal di Perguruan Tinggi
khususnya di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
c. Dengan adanya informasi tersebut
diharapkan
kendala-kendala
dalam aksesibilitas pendidikan di
Perguruan Tinggi khususnya di
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta dapat terjembatani
dengan baik sehingga calon
peserta didik dan peserta didik
difabel
dapat
mengakses
pendidikan di Perguruan Tinggi.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian adalah tempat
dimana peneliti memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penelitian.
Tempat dilakukan penelitian ini yaitu di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sedangkan
waktu
dilaksanakannya
penelitian ini yaitu antara bulan Agustus
2012 sampai dengan Desember 2012.

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Desember 2015

Bentuk dari penelitian adalah
deskripstif kualitatif. Penulis dalam
penelitian ini berusaha menyajikan data
deskriptif berupa hasil wawancara yang
berhubungan dengan obyek yang diteliti,
yang dalam hal ini ditekankan pada
aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa
difabel dalam rangka kesetaraan hak
memperoleh pendidikan.
Strategi yang digunakan dalam
penelitian adalah tunggal terpancang.
Strategi tunggal terpancang dalam
penelitian ini mengandung pengertian
sebagai berikut: tunggal yang artinya
meneliti pada satu lokasi penelitian,
yaitu
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta,
sedangkan
terpancang
maksudnya bahwa dalam penelitian ini
pembahasan masalah hanya terpancang
(terarah) pada penyediaan aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam
rangka
kesetaraan
hak
memperoleh pendidikan.
Adapun sumber data yang
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah data yang berupa informan,
tempat dan peristiwa, serta dokumen
atau arsip. Informannya yaitu Pembantu
Rektor II Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Kepala Bagian peralatan dan
perlengkapan UNS, mahasiswa difabel di
UNS.
Teknik pengambilan sampel yang
penulis lakukan dalam penelitian adalah
dengan purposive sampling, dengan
kecenderungan peneliti untuk memilih
informan dan masalahnya secara
mendalam serta dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang akurat.
Teknik
pengumpulan
data
merupakan cara operasional yang
ditempuh
oleh
peneliti
untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Berhasil tidaknya suatu penelitian dapat
bergantung pada data yang diperoleh.
Oleh
karena
itu
sangat
perlu
diperhatikan teknik pengumpulan data
yang
dipergunakan
sebagai
alat
pengambil data. Teknik pengumpulan

149

data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan wawancara, observasi dan
dokumen.
Agar data yang diperoleh benarbenar
valid,
maka
pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik
trianggulasi yaitu trianggulasi data.
Penulis dalam menganalisis data
menggunakan empat komponen utama
yaitu: 1. pengumpulan data, 2. reduksi
data, 3. sajian data, 4. penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan
prosedur di dalam penelitian ini meliputi
tahap persiapan, tahap pengumpulan
data, tahap analisis data, tahap
penyusunan laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mendapatkan
pendidikan
merupakan hak bagi seluruh manusia
tanpa terkecuali. Pada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa
setiap
warga
Negara
berhak
mendapatkan pendidikan. Hal ini berarti
setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan tanpa terkecuali kaum
difabel tanpa ada diskriminasi atau
tekanan dari pihak lain khususnya dalam
mendapatkan
hak
memperoleh
pendidikan di Perguruan Tinggi.
Penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis didapat hasil sebagai
berikut:
1. Aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Aksesibilitas
adalah
kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan.
Dalam kegiatan untuk mewujudkan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas

150

Yuliana Dwi Pratiwi: aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel dalam

Maret Surakarta langkah-langkah
yang telah ditempuh yaitu meliputi
antara lain :
a. Menyediakan aksesibilitas non
fisik
yaitu dengan memberikan
kesempatan yang sama bagi kaum
difabel
untuk
mengakses
pendidikan
dan
menjadi
mahasiswa di UNS ini. Selama ini
pihak UNS telah memberikan
kesempatan yang sama bagi kaum
difabel untuk mengakses dan
mendapatkan pendidikan di UNS
tanpa membatasi jumlahnya. Hal
ini dikarenakan memang belum
adanya kuota khusus dalam
penerimaan mahasiswa difabel.
Dengan demikian semua calon
peserta didik yang difabel akan
diterima menjadi mahasiswa di
UNS
jika
telah
memenuhi
persyaratan dan lolos tes uji
masuk untuk menjadi mahasiswa
di UNS. Penyediaan aksesibilitas
pendidikan
non
fisik
bagi
mahasiswa difabel yang telah
dilaksanakan pihak UNS ini
terbukti
dengan
adanya
mahasiswa difabel yang ada di
UNS ini walaupun jumlahnya
tidak sebanyak mahasiswa pada
umumnya dikarenakan hanya
sedikit mahasiswa difabel yang
lolos tes uji masuk di setiap
tahunnya.
Selain
itu
bagi
mahasiswa difabel yang ada di
UNS pihak staff kampus juga
memberikan pelayanan yang baik
tanpa ada diskriminasi.
b. Penyediaan
aksesibilitas
pendidikan fisik
Yaitu berupa penyediaan
sarana prasarana dan fasilitas
yang ramah terhadap mahasiswa
difabel.
Sebagai
suatu
konsekuensi dari penerimaan
mahasiswa difabel di UNS maka
pihak UNS harus menyediakan

sarana prasarana dan fasilitas
yang ramah bagi mahasiswa
difabel. Hal ini ditujukan agar
mahasiswa difabel tersebut tidak
lagi mengalami kesulitan dalam
mengikuti
proses
kegiatan
pendidikan yang ada. Sehingga
mahasiswa difabel tersebut dapat
mandiri
dan
tidak
selalu
bergantung kepada orang lain.
Terkait dengan penyediaan
aksesibilitas fisik pihak UNS telah
menyediakan fasilitas khusus di
berbagai gedung atau bangunan
yang ada di UNS khususnya
digedung/bangunan yang baru
yaitu berupa :
1) Guiding block bagi mahasiswa
difabel yang tuna netra agar
mudah untuk berjalan dan
mengakses gedung yang ada di
UNS.
2) Tangga ramp bagi mahasiswa
yang menggunakan alat bantu
kursi roda, sehingga mereka
lebih
mudah
dalam
bermobilitas dan mengakses
gedung perkuliahaan yang ada
di UNS.
3) Hand rail atau pegangan
tangan
bagi
mahasiswa
difabel.
4) Signage atau tanda-tanda bagi
mahasiswa difabel.
5) Lift
untuk
memberikan
kemudahan bagi mahasiswa
difabel dalam mengakses
lantai empat, lima, dan
seterusnya.
Dalam penyediaan fasilitas
khusus memang belum di
seluruhnya
ada
di
setiap
gedung/bangunan
hal
ini
dikarenakan
pada
gedung
bangunan
lama
kebanyakan
memang dulu belum dirancang

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Desember 2015

ramah
terhadap
mahasiswa
difabel sehingga hanya ada
beberapa saja yang telah ramah
terhadap mahasiswa difabel dan
telah
dilakukan
renovasi.
Sedangkan
untuk
gedung
bangunan baru seluruhnya telah
dirancang ramah terhadap difabel
sehingga
sudah
seluruhnya
gedung bangunan baru dapat
diakses
mahasiswa
difabel
minimal dilantai dasar atau lantai
satu.
2. Faktor-faktor yang menjadi kendala
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam rangka kesetaraan hak
memperoleh
pendidikan
di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kendala atau hambatan tersebut
meliputi kendala aturan, kendala
biaya, kendala kebijakan dan kendala
kemauan politik (Political Will).
3. Solusi untuk mengatasi kendala
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam rangka kesetaraan hak
memperoleh
pendidikan
di
Universitas Sebelas Maret Surakarta
yaitu antara lain dengan melakukan :
a. Penyegeraan pembagunan gedung
baru yang ramah difabel
b. Merenovasi gedung bangunan
lama agar dapat diakses bagi
mahasiswa difabel.
c. Solusi terkait dengan kebijakan
yaitu
dengan
mengadakan
pendataan awal mengenai jumlah
dan karakteristik mahasiswa
difabel yang ada di UNS.
d. Solusi terkait kemauan politik
(Political Will).

151

Pembahasan yang dilakukan dari
hasil yang telah didapat oleh penulis
adalah:
1. Aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Aksesibilitas pendidikan bagi
mahasiswa difabel merupakan hal
yang penting dalam mewujudkan
kesetaraan hak dalam bidang
pendidikan.
Dengan
adanya
aksesibilitas pendidikan hal ini
tentunya dapat mempermudah bagi
mahasiswa difabel dalam mengakses
pendidikan khususnya di UNS ini.
Aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta dapat dikatakan
sudah baik. Walaupun belum semua
gedung/bangunan tersedia fasilitas
khusus bagi mahasiswa difabel.
Untuk sementara gedung/bangunan
yang telah tersedia fasilitas khusus
yaitu pada gedung/bangunan baru
sedangkan pada gedung bangunan
lama masih beberapa yang sudah
tersedia fasilitas khusus tersebut.
Hal ini sesuai dengan UndangUndang No. 4 tahun 1997 pasal 1 ayat
4,
bahwa
aksesibilitas
yaitu
kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan.
Kondisi
aksesibilitas
pendidikan di UNS sudah dikatakan
baik. Hal ini dapat dilihat dari
tersedianya aksesibilitas pendidikan
baik fisik maupun non fisik bagi
mahasiswa difabel yang ada di UNS
sehingga mempermudah mereka
dalam
melakukan
kegiatan
pendidikan. Penyediaan aksesibilitas
pendidikan non fisik yaitu berupa
penyediaan kesempatan yang sama

152

Yuliana Dwi Pratiwi: aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel dalam

bagi kaum difabel untuk memperoleh
pendidikan di UNS. Sedangkan
penyediaan aksesibilitas pendidikan
fisik yaitu berupa penyediaan fasilitas
khusus seperti tangga ramp, hand
rail, guiding block, signage dan lift.
Aksesibilitas
yang
telah
disediakan oleh pihak UNS yaitu
dalam aksesibilitas non fisik dan fisik
ini
sesuai
dengan
pendapat
Demartoto (2005 : 58) yang
menyatakan
bahwa
penyediaan
aksesibilitas bagi difabel dapat
berbentuk fisik dan non fisik.
Aksesibilitas fisik bagi difabel dapat
berupa guiding block bagi difabel
tunanetra, tangga ramp, hand rail
(pegangan tangan), lift, tanda-tanda
atau signage. Sementara aksesibilitas
non fisik (dalam bidang pendidikan
dan ketenagakerjaan) difabel juga
mempunyai kesempatan yang sama.
Hal ini juga sesuai dengan
pasal 9 ayat 1 UU No. 19 tahun 2011
yaitu agar penyandang disabilitas
mampu hidup secara mandiri dan
berpartisipasi secara penuh dalam
semua aspek kehidupan, NegaraNegara Pihak harus mengambil
kebijakan
yang
sesuai
untuk
menjamin akses bagi penyandang
disabilitas, atas dasar kesetaraan
dengan yang lainnya, terhadap
lingkungan
fisik,
transportasi,
informasi, dan komunikasi, termasuk
teknologi dan sistem informasi dan
komunikasi, serta terhadap fasilitas
dan layanan lainnya yang terbuka
atau tersedia untuk publik, baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan.
Kebijakan-kebijakan ini, yang harus
meliputi
identifikasi
dan
penghapusan kendala serta halangan
terhadap
aksesibilitas,
harus
diterapkan pada, antara lain: (a)
Gedung, jalan, sarana transportasi,
dan fasilitas dalam dan luar ruang
lainnya,
termasuk
sekolah,
perumahan, fasilitas medis, dan

tempat
kerja;
(b)
Informasi,
komunikasi, dan layanan lainnya,
termasuk layanan elektronik dan
layanan gawat darurat.
2. Faktor-faktor yang menjadi kendala
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan bagi mahasiswa difabel
dalam rangka kesetaraan hak
memperoleh
pendidikan
di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam proses penyediaan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiwa difabel tentunya tidak
dapat terlepas dari kendala-kendala.
Kendala-kendala yang ditemui dalam
penyediaan aksesibilitas pendidikan
di UNS ini meliputi antara lain :
a. Kendala aturan : yaitu terkait
dengan peraturan yang mengatur
dalam hal penyediaan fasilitas lift
yaitu untuk gedung yang terdiri
lebih dari empat lantai, sehingga
tidak dapat semua gedung
disediakan lift.
b. Kendala biaya : yaitu minimnya
dana yang digunakan untuk
menyediakan fasilitas khusus
dalam
rangka
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa
difabel di UNS sehingga hal ini
mengakibatkan belum semua
sarana prasarana ramah terhadap
difabel.
c. Kendala kebijakan : yaitu belum
adanya kebijakan khusus yang
dibuat UNS terkait dengan
mahasiswa difabel seperti belum
adanya kebijakan yang mengatur
kuota khusus bagi mahasiswa
difabel di UNS, belum adanya
kebijakan mengenai pembuatan
data khusus terkait dengan
jumlah
dan
karakteristik

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Desember 2015

mahasiswa difabel yang ada di
UNS.
d. Kendala political will (kemauan
politik) : yaitu masih ada
beberapa kendala yang ditemui di
UNS
dalam
penyediaan
aksesibilitas pendidikan bagi
mahasiswa difabel tersebut yang
dipengaruhi oleh kemauan politik
yang masih kurang.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Sari (2010 : 13), hambatan dalam
aksesibilitas meliputi beberapa hal
antara lain :
a. Hambatan Lingkungan
Meliputi gedung, sekolah, klinik,
transportasi dan infrastruktur
yang non-aksesibilitas.
b. Hambatan Institusi
Adalah perundang-undangan yang
diskriminatif
terhadap
penyandang
cacat,
atau
kurangnya undang-undang untuk
menyanggupi legislasi untuk
menciptakan satu kerangka kerja.
c. Hambatan Sikap
d. Salah bila kita menyalahartikan
penyandang cacat, stigma sosial
dan diskriminasi secara terangterangan lainnya.
Dimana kendala atau hambatan
yang ditemui dalam penyelenggaraan
aksesibilitas pendidikan di UNS tersebut
terkait dengan hambatan institusi atau
belum adanya kebijakan khusus bagi
difabel dan peraturan yang ada terkait
penyediaan fasilitas khusus masih kaku,
sehingga mengakibatkan adanya kendala
atau hambatan lingkungan yang belum
aksesibilitas
secara
keseluruhan.
Sedangkan hambatan atau kendala sikap
memang sudah tidak ditemui karena
mereka sudah berfikiran terbuka dan

153

tidak memandang negatif
bagi
mahasiswa difabel tersebut.
3. Solusi yang diambil untuk mengatasi
hambatan
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di UNS Surakarta
Untuk mengatasi kendala atau
hambatan diatas maka pihak UNS
sendiri mengambil beberapa langkah
yaitu antara lain dengan :
a. Menyegerakan
pembangunan
gedung baru yang dirancang
ramah
terhadap
mahasiswa
difabel
yaitu
dengan
mengupayakan
pembangunan
yang sekarang dan kedepannya
ramah terhadap difabel dengan
berbagai fasilitas khusus seperti
tangga ramp, hand rail, guiding
block, signage dan lift.
b. Melakukan renovasi pada gedung
atau bangunan lama yang belum
ramah
terhadap
difabel
diutamakan
pada
gedung
bangunan lama yang banyak
diakses oleh seluruh warga
kampus termasuk mahasiswa
difabel
sehingga
gedung
bangunan lama tersebut dapat
ramah terhadap difabel.
c. Mengadakan rapat terkait dengan
pembuatan
kebijakan
untuk
diadakannya pendataan terhadap
jumlah
dan
karakteristik
mahasiswa difabel yang ada di
UNS.
d. Meningkatkan kemauan politik
(Political Will) pejabat di UNS
agar
terwujud
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa
difabel dalam rangka kesetaraan

154

Yuliana Dwi Pratiwi: aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel dalam

hak memperoleh pendidikan di
UNS ini.
Hal ini sesuai dengan Surat
Edaran No. A/A 164/ VIII/2002/MS
dikeluarkan tanggal 13 Agustus 2002
oleh Menteri Sosial Republik Indonesia
yang menyatakan agar ketentuan
tersebut
dapat
dikoordinasikan
pelaksanaannya yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyediaan
fasilitas/aksesibilitas
penyandang cacat pada gedung dan
sarana umum seperti yang telah
dilaksanakan
oleh
sebagian
instansi/lembaga di Indonesia.
b. Pembangunan gedung baru agar
disediakan
aksesibilitas
bagi
penyandang
cacat
dengan
memperhitungkan proses rancang
bangun sesuai Kepmen PU No.
468/KPTS/1998 pada Desember
1998. (Mustofa, 2011 :52)
Dimana UNS sebagai salah satu
instansi/lembaga
pendidikan
di
Indonesia
di
haruskan
untuk
menyediakan fasilitas/aksesibilitas bagi
difabel pada gedung bangunan, sarana
umum kampus, alat transportasi kampus,
dan
sebagainya
dengan
memperhitungkan
rancang
bangun
dengan memperhatikan asas fasilitas dan
aksesibilitas keselamatan, kemudahan,
kegunaan dan kemandirian.
Dimana hal ini sejalan dan sesuai
dengan Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010 : 30) bahwa asas fasilitas dan
aksesibilitas antara lain meliputi :
a. Keselamatan, yaitu setiap bangunan
yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan
terbangun,
harus
memperhatikan keselamatan bagi
semua orang.
b. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat
mencapai semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan.
c. Kegunaan, yaitu setiap orang dapat
menggunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang
harus bisa mencapai, masuk dan
menggunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan dengan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan
data
yang
dikumpulkan peneliti di lapangan dan
analisis yang telah dilakukan oleh
peneliti maka dapat ditarik kesimpulan
untuk menjawab perumusan masalah
yang ada. Adapun kesimpulan penelitian
adalah:
1. Aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta dapat dikatakan
sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tersedianya aksesibilitas pendidikan
baik fisik maupun non fisik.
Penyediaan aksesibilitas pendidikan
fisik yaitu berupa penyediaan fasilitas
khusus seperti tangga ramp, hand
rail, guiding block, signage dan lift.
Sedangkan penyediaan aksesibilitas
pendidikan non fisik yaitu berupa
penyediaan kesempatan yang sama
bagi kaum difabel untuk memperoleh
pendidikan di UNS. Dengan demikian
sudah tercapai sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dari kebijakan
Internasional Education For All dan
peraturan perundang-undangan yang
menjamin
kesetaraan
dalam

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Desember 2015

memperoleh pendidikan bagi semua
orang termasuk kaum difabel.
2. Terdapat
faktor-faktor
yang
menghambat
dalam penyediaan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta diantaranya :
a. Kendala aturan : yaitu terkait
dengan peraturan yang mengatur
dalam hal penyediaan fasilitas lift
yaitu untuk gedung yang terdiri
lebih dari empat lantai, sehingga
tidak dapat semua gedung
disediakan lift.
b. Kendala biaya : yaitu minimnya
dana yang digunakan untuk
menyediakan fasilitas khusus
dalam
rangka
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa
difabel di UNS sehingga hal ini
mengakibatkan belum semua
sarana prasarana ramah terhadap
difabel.
c. Kendala kebijakan : yaitu belum
adanya kebijakan khusus yang
dibuat UNS terkait dengan
mahasiswa difabel seperti belum
adanya kebijakan yang mengatur
kuota khusus bagi mahasiswa
difabel di UNS, belum adanya
kebijakan mengenai pembuatan
data khusus terkait dengan
jumlah
dan
karakteristik
mahasiswa difabel yang ada di
UNS.
d. Kendala political will (kemauan
politik) : yaitu masih ada
beberapa kendala yang ditemui di
UNS
dalam
penyediaan
aksesibilitas pendidikan bagi
mahasiswa difabel tersebut yang

155

dipengaruhi oleh kemauan politik
(Political Will) yang masih kurang.
3. Solusi yang diambil untuk mengatasi
hambatan
dalam
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa difabel dalam rangka
kesetaraan
hak
memperoleh
pendidikan di UNS Surakarta yaitu :
a. Menyegerakan
pembangunan
gedung baru yang dirancang
ramah
terhadap
mahasiswa
difabel
yaitu
dengan
mengupayakan
pembangunan
yang sekarang dan kedepannya
ramah terhadap difabel dengan
berbagai fasilitas khusus seperti
tangga ramp, hand rail, guiding
block, signage dan lift.
b. Melakukan renovasi pada gedung
atau bangunan lama yang belum
ramah
terhadap
difabel
diutamakan
pada
gedung
bangunan lama yang banyak
diakses oleh seluruh warga
kampus termasuk mahasiswa
difabel
sehingga
gedung
bangunan lama tersebut dapat
ramah terhadap difabel.
c. Mengadakan rapat terkait dengan
pembuatan
kebijakan
untuk
diadakannya pendataan terhadap
jumlah
dan
karakteristik
mahasiswa difabel yang ada di
UNS.
d. Meningkatkan kemauan politik
(Political Will) pejabat di UNS
agar
terwujud
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa
difabel dalam rangka kesetaraan
hak memperoleh pendidikan di
UNS ini.

156

Yuliana Dwi Pratiwi: aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel dalam

SARAN
1. Bagi Universitas Sebelas Maret
Surakarta :
a. Hendaknya pihak Universitas
Sebelas Maret Surakarta selain
menyediakan aksesesibilitas non
fisik
juga
menyediakan
aksesibilitas fisik bagi mahasiswa
difabel
tersebut
disemua
bangunan gedung yang ada di
universitas. Dengan demikian
pihak universitas lebih siap untuk
menerima mahasiswa difabel
dengan segala aksesibilitas yang
telah
disediakan
sehingga
mahasiswa difabel dapat mandiri
dalam
mengikuti
kegiatan
pendidikan.
b. Hendaknya pihak Universitas
Sebelas Maret Surakarta membuat
kebijakan terkait data khusus
mengenai
jumlah
dan
karakteristik mahasiswa difabel
yang ada sehingga hal ini dapat
dijadikan dasar/pedoman bagi
pihak
universitas
dalam
penyediaan layanan atau fasilitas
yang dibutuhkan oleh mahasiswa
difabel yang ada untuk menunjang
pendidikan mereka.
2. Bagi Mahasiswa Difabel :
a. Mahasiswa difabel hendaknya
memiliki tujuan dan semangat
yang tinggi dalam memperoleh
pendidikan.
b. Hendaknya mahasiswa difabel
dapat lebih percaya diri atas
kemampuan yang dimiliknya.
3. Bagi masyarakat :
a. Hendaknya
masyarakat
mengubah pandangan negatif
mereka terhadap kaum difabel
agar kaum difabel dapat dengan

mudah mendapatkan kedudukan,
hak, kewajiban dan peran yang
sama dengan masyarakat yang
lain khususnya dalam bidang
pendidikan.
b. Seharusnya masyarakat juga ikut
berpartisipasi dalam terwujudnya
penyediaan
aksesibilitas
pendidikan
bagi
mahasiswa
difabel baik dalam bentuk
sumbangan
materi,
tenaga,
fikiran, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Undang-Undang Dasar
tahun 1945. Bandung : Fokus
Media
Demartoto,
Argyo.2005.
Menyibak
Sensivitas Gender dalam Keluarga
Difabel. Surakarta : Sebelas Maret
University Press.
Mustofa, Amirul. (2011). Reformasi
Birokrasi
Gagal
Mengimplementasikan Kebijakan
Bagi
Penyandang
Cacat
:
Pendekatan dan Solusi Alternatif.
Spirit Publik, 7 (1), 45 66.
Nurhaeni, Ismi Dwi Astuti. 2008.
Reformasi Kebijakan Pendidikan
Menuju Kesetaraan dan Keadilan
Gender. Surakarta : LPP dan UNS
Press.
Undang-Undang No. 4 tahun 1997
tentang Penyandang Cacat.
Undang-Undang No. 19 tahun 2011
tentang Pengesahan Convention
The Right of Persons With
Disabilities (Konvensi Mengenai
Hak-Hak Penyandang Disabilitas).
Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010.
Aksesibilitas dan Kemudahan
Dalam Penggunaan Sarana dan
Prasarana Bagi Lanjut Usia.
Jakarta : Komisi Nasional.