Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara : Suatu Pendekatan Stochastic Frontier Chapter III V
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Talawi dengan
pertimbangan berdasarkan data produktivitas pada Tabel 1 kabupaten ini
merupakan
salah
satu
sentra
pendukung
produksi
padi
akan
tetapi
produktivitasnya masih sebesar 4,66/ha berada dibawah ketetapan yang
dikeluarkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), bahwa usahatani
padi bila dikelola dengan baik dapat menghasilkan GKG sebesar 5-8 ton/ha.
Kecamatan Talawi dipilih karena berdasarkan data pada Tabel 2produktivitasnya
merupakan yang terendah kedua yaitu 50,74 Kw/Ha.Sedangkan Desa Sumber
Tani dipilih karena merupakan desa dengan luas lahan beririgasi yang terluas
yaitu 285 Ha dan juga memiliki populasi petani terbanyak yaitu 375 orang.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience/accidental
sampling karena data populasi petani berdasarkan rencana defenitif kebutuhan
kelompok (RDKK) tidak dapat digunakan, dimana data luas lahan setiap petani
sama. Pada saat prasurvey dan ujicoba kuesioner diketahui bahwa luas lahan
petani beragam, tidak seperti data yang terdapat di RDKK tersebut. Oleh karena
itu pengambilan sampel secara acak tidak mungkin dilakukan karena data
populasi petani dan luas lahannya tidak tersedia. Dalam proses pengambilan
sampel, sampel dicari dengan mengelilingi semua dusun yang terdapat di Desa
Sumber Tani. Jadi meskipun semua petani yang ditemui dapat menjadi sampel
Universitas Sumatera Utara
23
akan tetapi sampel yang diperoleh tersebar dan dianggap telah mewakili populasi
petani di Desa Sumber Tani.Adapun jumlah populasi petani di Desa Sumber Tani
adalah 375 orang.
Dengan menggunakan rumus Slovin (Chalil dan Barus, 2013) diperoleh
jumlah sampel sebanyak 79 orang.Dengan perhitungan sebagai berikut :
�=
Dimana :
�
+�� 2
n
=
Jumlah sampel
N
=
Jumlah populasi
e
=
Batas toleransi kesalahan (α=10%)
=
+
, 2
= 79
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini meliputi data
sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung
dari petani melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan alat bantu
kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti
Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batu Bara, Badan
Pusat Statistik Sumatera Utara dll. Data sekunder hanya digunakan untuk
mendukung penelitian.Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah
data primer yang diambil langsung dari petani.Berikut jenis data yang digunakan
berdasarkan variabel yang akan diteliti, dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 4. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Variabel
Jenis Data
Sumber Data
Produksi
Data primer
Kuesioner
Luas lahan
Data primer
Kuesioner
Bibit
Data primer
Kuesioner
Pupuk
Data primer
Kuesioner
Pestisida
Data primer
Kuesioner
enaga kerja
Data primer
Kuesioner
raktor
Data primer
Kuesioner
ingkat pendidikan
Data primer
Kuesioner
Pengalaman bertani
Data primer
Kuesioner
Data primer
Kuesioner
Ketersediaan modal
Data primer
Kuesioner
Serangan hama
Data Primer
Kuesioner
mlah lahan yang diusahakan
3.4
Metode Analisis Data
Identifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode analisis regresi linear
bergandadenganmodel semilog Y dengan alat bantu SPSS. Model semilog Y
adalah persamaan yang paling tepat digunakan pada penelitian ini setelah
dilakukan
beberapa
pengujian
terhadap
data
yang
diperoleh.
Adapun
persamaannya adalah :
LnY= a0+ b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5
Dimana :
Y
= Produksi padi sawah GBP (kg/ha)
X1 = Bibit (kg/ha)
X2 = Tenaga kerja (jam HOK/ha)
Universitas Sumatera Utara
25
X3 = Traktor (jam/ha)
X4 = Pupuk (kg/ha)
X5 = Pestisida (ml/ha)
Untuk menguji hipotesis 1 dilakukan 2 pengujian yaitu :
1.
Uji parsial (uji-t) dengan kriteria
H0 μ
i=0
H1 μ
; i=1,2,...n
i≠
0 i = 1,2,..n
Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak
H0.
2.
Uji serempak (uji-F) dengan kriteria
H0 μ
1= 2=.. n=0
H1 μ
1≠ 2≠.. n
Bila
≠0
-F-tabel≤F-hitung≤F-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka
tidak tolak H0.
Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan metode analisis regresi linear
berganda pada persamaan biaya dengan alat bantu SPSS. Adapun persamaannya
adalah :
C= a0 + b1Px1+b2Px2+b3Px3+b4Px4+b5Px5+b6Y
Dimana :
C
= Biaya produksi padi sawah (Rp/ha)
X1 = Harga bibit (Rp/kg)
X2 = Upah tenaga kerja (Rp/rante)
X3 = Sewa traktor (Rp/rante)
X4 = Harga pupuk (Rp/kg)
Universitas Sumatera Utara
26
X5 = Harga pestisida (Rp/ml)
Y
= Produksi (Kg/ha)
Untuk menguji hipotesis 2 dilakukan 2 pengujian yaitu :
3.
Uji parsial (uji-t) dengan kriteria
H0 μ
1=
H1 μ
0
1≠
i= 1, 2,...n
0
i= 1,2,...n
Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak
H0.
4.
Uji serempak (uji-F) dengan kriteria
H0 μ
1= 2=.. n
=0
H1 μ
1≠ 2≠.. n
≠0
-F-tabel≤F-hitung≤F-tabel atau nilai signifikansi > α=10%, maka
Bila
tidak tolak H0.
Identifikasi masalah 3 dianalisis menggunakan metode Stochastict Frontier
dengan alat bantu Software Frontier 4.1. Secara umum adapun model dari
fungsi Stochastict Production Frontier adalah :
Yi = f (xi ; ) + εi i= 1,2,..., N
Dimana :
Yi = Output pada usahatani i
xi
= Input
= Parameter yang akan diestimasi
εi
= Errror term
εi = vi -
i
Dimana:
Universitas Sumatera Utara
27
vi
= Gangguan stokastik seperti cuaca, bencana alam, keberuntungan, dan
gangguan statistik lainnya. Dimana berdistribusi normal dengan mean 0
dan varians (σv2) konstan.
�� =
Gangguan efisiensi teknis usahatani i, merupakan non negatif error term
tidak berdistribusi normal dimana
i
≥ 0. (Bacman et all, 2011)
Pemberian sejumlah input (vektor xi) akan menghasilkan ouput maksimum jika
tidak terjadi gangguan efisiensi maka persamaanya adalah :
Y*= exp (xi
+ vi )
Dimana :
Y* =
Output optimum (frontier) petani i
xi
=
Input
=
Parameter yang akan diestimasi
=
Gangguan stokastik
vi
Akan tetapi pada kenyataannya ouput yang diperoleh petani dilapangan tidak
sebesar Y* karena ada gangguan efisiensi yang menyebabkan ouput lebih rendah
dari yang seharusnya diperoleh petani. Maka persamaannya adalah :
Y = exp (xi
+ vi -
i)
Dimana :
Y =
Output yang diperoleh petani i
xi =
Input
=
Parameter yang akan diestimasi
vi
=
Gangguan stokastik
i
=
Gangguan efisiensiteknis
Universitas Sumatera Utara
28
Maka teknikal efisiensi merupakan perbandingan antara ouput yang diperoleh
petani dengan frontiernya.
�
TE =
�∗
Dimana :
=
exp xi β + vi − μi
exp xi β + vi
= exp (- i)
TE = Teknikal efisiensi
Y
= Output observasi
Y* = Ouput frontier
i = Gangguan efisiensi teknis
vi = Gangguan stokhastik
= Parameter yang akan diestimasi
Secara prinsip, Aigner et all (1977) menyarankan menggunakan fungsi likelihood
untuk mengukur parameter dari kedua varians error dengan rumus :
Nilai parameter
� = �� + �� dan =
2
��
�2
harus berada diantara satu dan nol, dimana nilai nol
menunjukkan seluruh deviasi frontier seutuhnya berada pada gangguan statistik
dan nilai satu menunjukkan frontier seutuhnya berada pada kondisi efisien.
Pengujian hipotesisnya adalah :
H0 : TE = 1, efisien.
H1 : TE α= 10% maka tidak tolak H0 dan sebaliknya.
2.
Uji Normalitas Data
Variabel ui (residual) berdistribusi normal, artinya nilai u(untuk setiap
nilai Xi) berdistribusi simetris.Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar
bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :
1. Analisis grafik (normal P-P plot)
2. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov
Hipotesis yang diajukan adalah
H0 :
= 0, distribusi normal
H1 μ ≠ 0, distribusi tidak normal
Dimana jika signifikansi >α= 10% maka tidak tolak H0dan sebaliknya.
3. Uji asumsi klasik terdiri dari multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi
a.
Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Apabila secara
serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih banyak variabel
Universitas Sumatera Utara
33
yang tidak nyata.Multikolinieritas dapat dilihat darinilai koefisien korelasi antara
variabel bebas ≥ 0,8. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai variance
inflation factor (VIF).Karena jika R2 naik maka varians dan standar errornya juga
naik sehingga meningkatkan hubungan antar parameter variabel.
VIF =
H0 μ
−� 2
=
− , 2
= 2,77
= 0 μTidak terjadi multikolinearitas pada model : VIF variabel VIF model
b. Heteroskedastis
Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga seakanakan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbedabeda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan
Ŷi. Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang
sistematis.
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson dimana membandingkan nilai durbin
watson yang diperoleh dengan nilai Durbin-Watson tabel, kriterianya adalah :
Kriteria pengujian;
Bila d < dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1
Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU → terima H0
Universitas Sumatera Utara
34
Artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila d > 4 - dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1(Gujarati,
1988).
3.5.
Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Defenisi
1. Efisiensi
adalahsalah
satu
usaha
intensifikasi
untuk
meningkatkan
produktivitas
2. Efisiensi teknis adalah penggunaan input tertentu untuk menghasilkan output
maximum.
3. Efisiensi biaya adalah penggunaan input minimum untuk menghasilkan output
tertentu.
4. Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dengan efisiensi biaya.
5. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi untuk mengukur bagaimana
fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya.
6. Fungsi biaya frontier adalah fungsi biaya untuk mengukur bagaimana fungsi
biaya frontiernya terhadap fungsi biaya sebenarnya.
7. Bibit adalah benih yang digunakan petani pada usahatani padi sawah baik
benih unggul maupun benih hasil penangkaran sendiri diukur dalam satuan
kilogram (kg).
8. Pupuk yang digunakan petani padi sawah adalah pupuk urea, SP36, dan ZA
phonska, KCL, dan organikdiukur dalam satuan kilogram (kg).
Universitas Sumatera Utara
35
9. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan petani untuk mengendalikan
hama penyakit kepinding, ulat, wereng dalam bentuk cair diukur dalam satuan
mililiter (ml).
10. Tenaga kerja adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga yang terlibat dalam usahatani padi sawah petani di daerah penelitian
diukur dalam satuan waktu (Jam HOK).
11. Traktor adalah mesin pertanian yang disewa petani untuk mengolah lahan padi
sawah yang dimilikinya diukur dalam satuan waktu(Jam).
12. Tingkat Pendidikan petani adalah kegiatan formal yang diperoleh petani
dimana diukur dengan satuan tahun menggunakan skala rasio : untuk tingkat
SD=6, SMP= 9, SMA= 12, S1= 17. Setiap angka menunjukkan perbedaan,
semakin besar angka semakin tinggi pendidikannya (tahun).
13. Pengalaman bertani adalah pengalaman petani dalam melakukan usahatani
padi sawah(tahun).
14. Ketersediaan modal : persentase modal sendiri dengan pinjaman yang
dibutuhkan petani untuk usahatani padi sawah (persen)
15. Jumlah lahan yang diusahakan adalah jumlah lahan yang diusahakan petani
untuk melakukan usahatani padi sawah (petak)
16. Serangan hama yang terjadi adalah serangan hama tikus pada saat musim
tanam berlangsung yang menyebabkan kerusakan pada usahatani padi sawah.
Digunakan variabel dummy D1=1 : terserang, D1= 0 : tidak terserang.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten
Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
36
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2015selama 1 MT yaitu MT sebelumya
Oktober-Desember tahun 2014.
3. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang memiliki usahatani padi
sawah di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara.
Universitas Sumatera Utara
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Sumber Tani merupakan pemekaran dari Desa Sei Muka pada tahun
2011. Desa ini terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun I Pasar Tengah, Dusun II
Pasar Kacang 1, Dusun III Pasar Kacang 2, Dusun IV Pasar Kacang 3, Dusun
V Pardomuan, Dusun VI Titi Putih, Dusun VII Sabarhita, dan Dusun VIII
Rahayu. Seperti yang dijelaskan pada peta berikut ini :
Gambar 4.
Peta Desa Sumber tani
Adapun batas desa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Desa Benteng
Universitas Sumatera Utara
37
Sebelah Selatan
: Desa Binjai Baru
Sebelah Timur
: Desa Mekar Mulio Kec. Sei Balai
Sebalah Barat
: Desa Panjang, Desa Perkebunan Tanah Datar, dan Desa
Perkebunan Petatal
Bertani merupakan mata pencaharian penduduk ketiga setelah pengangguran
dan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14,27%. Adapun jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian dapat dijelaskan secara rinci pada Tabel 5
berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sumber
Tani Tahun 2014
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1 Karyawan PTPN
0
0,00
2 Petani
423
14,27
3 Pegawai Negeri Sipil
38
1,28
4 TNI/POLRI
4
0,13
5 Pedagang
31
1,05
6 Nelayan
15
0,51
7 Karyawan Swasta
31
1,05
8 Supir Mobil
31
1,05
9 Pengrajin
0
0,00
10 Peternak
120
4,05
11 Ibu Rumah Tangga
765
25,81
12 Tukang
32
1,08
13 Pekerja Bebas
197
6,65
14 Pensiunan PNS
21
0,71
15 Purnawirawan
2
0,07
16 Belum/tidak bekerja
1.254
42,31
2.964
100,00
Sumber : Kepala Desa, 2015.
4.1.1 Kondisi Irigasi
Irigasi di Desa Sumber Tani adalah setengah teknis. Saluran irigasi di desa ini
terbagi dua yaitu irigasi sebelah barat dan irigasi sebelah timur. Irigasi
sebelah timur muara airnya adalah Sei Balai sedangkan irigasi sebelah barat
Universitas Sumatera Utara
38
muaranya adalah waduk penampungan air yang terdapat diujung desa.
Keberadaan irigasi memungkinkan petani untuk melakukan pertanaman
sebanyak 2 kali setahun, MT-1 biasanya terjadi bulan Sep-Nov dan MT-2
bulan Maret-Mei.
4.1.2 Kondisi Kelompok Tani
Berdasarkan rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDKK) terdapat 6
kelompok tani di desa ini dengan total luas tanam sebesar 249,25 Ha. Seperti
yang dijelaskan pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Daftar Nama Kelompok Tani dan Luas Tanam di Desa Sumber
Tani
No
Nama Kelompok Tani
Lokasi
Luas Tanam (Ha)
1.
Anggiat Horas
Dusun Pasar Kacang
38
2.
Karya Maju
Dusun 1 Pasar Kacang
24
3.
Pintu Sodap
Dusun 5 Pardomuan
20
4.
Rukun Tani
Dusun 7 dan Dusun 8
72,75
5.
Setiabudi
Dusun 2 dan Dusun 3
27
6.
Suka Maju
Dusun 5 Pardomuan
67,50
Total
249,25
Sumber : Kepala Desa, 2015.
Untuk mendapatkan sarana produksi tidaklah sulit,petani di Desa Sumber
Tani dapat memperolehnya dari 2 kios saprodi yang terdapat di desa ini yaitu
kios pupuk UD. Yusrian dan Kios pupuk Ridho Tani.
4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel
Universitas Sumatera Utara
39
Data yang dikumpulkan dari daerah penelitian sebanyak 79 usahatani. Akan tetapi
terdapat 14 data outlier sehingga jumlah sampel dikurangi menjadi 65 usahatani.
Dari 65sampel usahatani, rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah 44
tahun dengan pengalaman bertani selama 18 tahun. Luas lahan yang dimiliki
petani di daerah ini cukup sempit yaitu rata-rata sebesar 0,45 ha. Sedangkan
ketersediaan modal rata-rata petani sampel berada pada rentang 0%-100% yaitu
77%. Ketersediaan modal merupakan persentase perbandingan jumlah modal
yang dimiliki sendiri dengan jumlah modal yang diperoleh dari pinjaman. Secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel
Variabel Sosial Ekonomi
Min
Umur (tahun)
23
Pengalaman Bertani (tahun)
1
Luas Lahan (ha)
0,12
Ketersediaan Modal (%)
0
Max
73
52
1,4
100
Rata-rata
44
18
0,45
77
Sumber : Lampiran 1, 2015.
Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian yang paling tinggi adalah SMA
sebanyak 35% dan yang paling rendah adalah S1 sebanyak 5%. Seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :
SD
SMP
SMA
S1
5%
28%
35%
32%
Gambar 5.
Persentase Tingkat Pendidikan Petani Sampel
4.3. Karakteristik Usahatani Sampel
4.3.1. Produksi
Universitas Sumatera Utara
40
Petani di daerah penelitian menjual hasil padinya dalam bentuk gabah
basah. Rata-rata produksi padi didaerah penelitian adalah 3998 kg/ha. Produksi
maximum yang dapat dicapai sebesar 9460 kg/ha dan produksi minimum sebesar
260 kg/ha.
4.3.2. Bibit
Bibit yang digunakan petani adalah bibit unggul dan bibit biasa hasil
penangkaran sendiri. Sebanyak 77% petani menggunakan bibit biasa dan hanya
23% petani yang menggunakan bibit unggul. Penjelasan rinci dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Penggunaan Bibit Berdasarkan Jenis Pada Usahatani Padi
Sawah di Daerah Penelitian
enis bibit
Jumlah usahatani
Persentase (%)
Biasa
50
77
Unggul
15
23
Total
65
100
Sumber : Lampiran 1, 2015.
4.3.3 Tenaga Kerja
Adapun tahapan kerja pada usahatani padi sawah adalah menaping
benteng, persemaian, cabut tanam, pemupukan, penyemprotan, membabat benteng
dan panen. Untuk tahapan kerja menaping benteng, persemaian, pemupukan,
penyemprotan dan membabat benteng petani biasanya menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga. Sedangkan untuk tahapan cabut tanam dan panen biasanya
diborongkan kepada tenaga kerja luar keluarga. Adapun tahapan kerja yang
memakan waktu lama dalam pengerjaannya adalah cabut tanam dan panen. Oleh
Universitas Sumatera Utara
41
karena itu untuk mempersingkat waktu kerja ini biasanya digunakan tenaga kerja
yang cukup banyak. Dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penggunaan Rata-Rata Tenaga Kerja pada Tahapan Usahatani Padi
Sawah di Daerah Penelitian.
No
ahapan Kerja
Rata-Rata Waktu
(JamHOK/ha/MT)
enaping Benteng
25
ersemaian
11
Cabut Tanam
157
emupukan
19
enyemprotan
61
embabat Benteng
anen
15
210
Sumber : Lampiran 6, 2015.
4.3.4 Traktor
Untuk pengolahan lahan petani di Desa Sumber Tani sudah menggunakan
teknologi yang lebih moderen yaitu traktor. Akan tetapi tidak semua petani
memiliki traktor, petani biasanya menyewa traktor dari petani lain. Adapun
pengolahan lahan dilakukan 2 sampai 3 kali pengolahan. Tahapan pengolahan
lahan tersebuat adalah mendolak (membalikkan tanah), kemudian meluku lalu
mencacah. Rata-rata jam kerja traktor per ha adalah 29 jam/ha dapat dilihat pada
Lampiran 2.
4.3.5 Pupuk
Universitas Sumatera Utara
42
Jenis pupuk yang banyak digunakan petani di daerah penelitian adalah
urea, ZA, SP-36, dan phonska. Akan tetapi, ada juga sebagian kecil petani yang
menggunakan pupuk KCL, NPK, dan organik. Adapun rata-rata penggunaan
pupuk petani dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penggunaan Rata-Rata Pupuk pada Usahatani Padi Sawah di
Daerah Penelitian
o.
enis Pupuk
Rata-Rata Jumlah (kg/ha/MT)
1.
Urea
213
2.
ZA
150
3.
SP36
89
honska
5.
6.
7.
Kcl
171
6
PK
Organik
26
52
Sumber : Lampiran 5, 2015
4.3.6 Pestisida
Petani di daerah penelitian menggunakan pestisida dari berbagai macam
merek. Setelah dikelompokkan petani hanya menggunakan pestisida jenis
insektisida, herbisida, dan fungisida. Jenis insektisida yang digunakan biasanya
untuk mengendalikan hama kepinding, ulat, dan wereng.
4.3.7 Biaya Produksi
Komponen harga yang membentuk biaya produksi adalah harga bibit,
upah tenaga kerja, sewa traktor, harga pupuk dan harga pestisida. Rata-rata biaya
Universitas Sumatera Utara
43
produksi petani per ha adalah Rp 13. 111.252,- sedangkan rata-rata harga faktor
produksi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Harga Rata-Rata Faktor Produksi di Daerah Penelitian
o.
Jenis harga faktor produksi
Harga rata-rata (Rp)
Satuan
Bibit
6.727
/kg
Tenaga kerja
29.268
/rante
Traktor
44.799
/rante
upuk
2.165
/kg
192
/ml
estisida
Sumber : Lampiran 3, 2015.
4.3.8 PengelolaanUsahatani
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan rata-rata petani sampel
sebanyak 49,23% pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah dan 50,77%
tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah (Lampiran 1, 2015).
Untuk penentuan dosis pupuk sebanyak 53,85% petani menentukannya
berdasarkan kebiasaan, dan hanya 27,54% petani yang menentukannya
berdasarkan anjuran. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12:
Tabel 12. Penentuan Dosis Pupuk oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian
Penentuan Dosis Pupuk
JumlahUsahatani
Persentase (%)
Sesuai kebiasaan
35
53,85
Dari teman
7
10,17
Sesuai anjuran dari dinas pertanian
18
27,69
tergantung modal
5
7,69
Total
65
100,00
Sumber : Lampiran 1, 2015
Universitas Sumatera Utara
44
Dan untuk penentuan dosis pestisida sebanyak 29,23% petani menentukan
dosis berdasarkan kebiasaan. Tidak ada petani yang mengetahui dosis pestisida
dari anjuran petugas penyuluh lapangan (PPL) ataupun dari instansi terkait.
Berikut penjelasannya secara rinci dalam Tabel 13:
Tabel 13. Penentuan Dosis Pestisida oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian
Penentuan Dosis Pestisida
Jumlah Usahatani
Persentase (%)
Tergantung serangan
12
18,46
sesuai kebiasaan
19
29,23
Dosis pada label
9
13,84
Dari teman
3
4,61
Taksiran sendiri
9
13,84
Marketing pestisida
7
10,76
Pengalaman
6
9,23
Total
65
100,00
Sumber : Lampiran 1, 2015.
4.4
Analisis Produksi
Untuk mengetahui persamaan yang akan digunakan apakah linear atau tidak
maka perlu dilakukan uji linearitas. Uji linearitas yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji Ramsey Reset Test dengan alat bantu software
Eviews 6. Untuk persamaan produksi pada data level diperoleh nilai
signifikansi fitted^2 sebesar 0,050,1 maka H0 : Model linear tidak dapat ditolak. Oleh karena itu
fungsi Semilog Y merupakan persamaan yang paling baik digunakan dalam
penelitian ini. Untuk menguji normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov
pada residual data. Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil signifikansi
Universitas Sumatera Utara
45
untuk persamaan produksi (0,673>0,1) maka H0 : Distribusi normal tidak
dapat ditolak (Lampiran 7 dan 10, 2015).
Persamaan produksi, juga telah memenuhi 3 asumsi klasik. Pada persamaan
tidak
terjadi
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
autokorelasi.
Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF setiap variabel, dimana nilainya
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Talawi dengan
pertimbangan berdasarkan data produktivitas pada Tabel 1 kabupaten ini
merupakan
salah
satu
sentra
pendukung
produksi
padi
akan
tetapi
produktivitasnya masih sebesar 4,66/ha berada dibawah ketetapan yang
dikeluarkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), bahwa usahatani
padi bila dikelola dengan baik dapat menghasilkan GKG sebesar 5-8 ton/ha.
Kecamatan Talawi dipilih karena berdasarkan data pada Tabel 2produktivitasnya
merupakan yang terendah kedua yaitu 50,74 Kw/Ha.Sedangkan Desa Sumber
Tani dipilih karena merupakan desa dengan luas lahan beririgasi yang terluas
yaitu 285 Ha dan juga memiliki populasi petani terbanyak yaitu 375 orang.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience/accidental
sampling karena data populasi petani berdasarkan rencana defenitif kebutuhan
kelompok (RDKK) tidak dapat digunakan, dimana data luas lahan setiap petani
sama. Pada saat prasurvey dan ujicoba kuesioner diketahui bahwa luas lahan
petani beragam, tidak seperti data yang terdapat di RDKK tersebut. Oleh karena
itu pengambilan sampel secara acak tidak mungkin dilakukan karena data
populasi petani dan luas lahannya tidak tersedia. Dalam proses pengambilan
sampel, sampel dicari dengan mengelilingi semua dusun yang terdapat di Desa
Sumber Tani. Jadi meskipun semua petani yang ditemui dapat menjadi sampel
Universitas Sumatera Utara
23
akan tetapi sampel yang diperoleh tersebar dan dianggap telah mewakili populasi
petani di Desa Sumber Tani.Adapun jumlah populasi petani di Desa Sumber Tani
adalah 375 orang.
Dengan menggunakan rumus Slovin (Chalil dan Barus, 2013) diperoleh
jumlah sampel sebanyak 79 orang.Dengan perhitungan sebagai berikut :
�=
Dimana :
�
+�� 2
n
=
Jumlah sampel
N
=
Jumlah populasi
e
=
Batas toleransi kesalahan (α=10%)
=
+
, 2
= 79
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini meliputi data
sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung
dari petani melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan alat bantu
kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti
Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batu Bara, Badan
Pusat Statistik Sumatera Utara dll. Data sekunder hanya digunakan untuk
mendukung penelitian.Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah
data primer yang diambil langsung dari petani.Berikut jenis data yang digunakan
berdasarkan variabel yang akan diteliti, dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 4. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Variabel
Jenis Data
Sumber Data
Produksi
Data primer
Kuesioner
Luas lahan
Data primer
Kuesioner
Bibit
Data primer
Kuesioner
Pupuk
Data primer
Kuesioner
Pestisida
Data primer
Kuesioner
enaga kerja
Data primer
Kuesioner
raktor
Data primer
Kuesioner
ingkat pendidikan
Data primer
Kuesioner
Pengalaman bertani
Data primer
Kuesioner
Data primer
Kuesioner
Ketersediaan modal
Data primer
Kuesioner
Serangan hama
Data Primer
Kuesioner
mlah lahan yang diusahakan
3.4
Metode Analisis Data
Identifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode analisis regresi linear
bergandadenganmodel semilog Y dengan alat bantu SPSS. Model semilog Y
adalah persamaan yang paling tepat digunakan pada penelitian ini setelah
dilakukan
beberapa
pengujian
terhadap
data
yang
diperoleh.
Adapun
persamaannya adalah :
LnY= a0+ b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5
Dimana :
Y
= Produksi padi sawah GBP (kg/ha)
X1 = Bibit (kg/ha)
X2 = Tenaga kerja (jam HOK/ha)
Universitas Sumatera Utara
25
X3 = Traktor (jam/ha)
X4 = Pupuk (kg/ha)
X5 = Pestisida (ml/ha)
Untuk menguji hipotesis 1 dilakukan 2 pengujian yaitu :
1.
Uji parsial (uji-t) dengan kriteria
H0 μ
i=0
H1 μ
; i=1,2,...n
i≠
0 i = 1,2,..n
Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak
H0.
2.
Uji serempak (uji-F) dengan kriteria
H0 μ
1= 2=.. n=0
H1 μ
1≠ 2≠.. n
Bila
≠0
-F-tabel≤F-hitung≤F-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka
tidak tolak H0.
Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan metode analisis regresi linear
berganda pada persamaan biaya dengan alat bantu SPSS. Adapun persamaannya
adalah :
C= a0 + b1Px1+b2Px2+b3Px3+b4Px4+b5Px5+b6Y
Dimana :
C
= Biaya produksi padi sawah (Rp/ha)
X1 = Harga bibit (Rp/kg)
X2 = Upah tenaga kerja (Rp/rante)
X3 = Sewa traktor (Rp/rante)
X4 = Harga pupuk (Rp/kg)
Universitas Sumatera Utara
26
X5 = Harga pestisida (Rp/ml)
Y
= Produksi (Kg/ha)
Untuk menguji hipotesis 2 dilakukan 2 pengujian yaitu :
3.
Uji parsial (uji-t) dengan kriteria
H0 μ
1=
H1 μ
0
1≠
i= 1, 2,...n
0
i= 1,2,...n
Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak
H0.
4.
Uji serempak (uji-F) dengan kriteria
H0 μ
1= 2=.. n
=0
H1 μ
1≠ 2≠.. n
≠0
-F-tabel≤F-hitung≤F-tabel atau nilai signifikansi > α=10%, maka
Bila
tidak tolak H0.
Identifikasi masalah 3 dianalisis menggunakan metode Stochastict Frontier
dengan alat bantu Software Frontier 4.1. Secara umum adapun model dari
fungsi Stochastict Production Frontier adalah :
Yi = f (xi ; ) + εi i= 1,2,..., N
Dimana :
Yi = Output pada usahatani i
xi
= Input
= Parameter yang akan diestimasi
εi
= Errror term
εi = vi -
i
Dimana:
Universitas Sumatera Utara
27
vi
= Gangguan stokastik seperti cuaca, bencana alam, keberuntungan, dan
gangguan statistik lainnya. Dimana berdistribusi normal dengan mean 0
dan varians (σv2) konstan.
�� =
Gangguan efisiensi teknis usahatani i, merupakan non negatif error term
tidak berdistribusi normal dimana
i
≥ 0. (Bacman et all, 2011)
Pemberian sejumlah input (vektor xi) akan menghasilkan ouput maksimum jika
tidak terjadi gangguan efisiensi maka persamaanya adalah :
Y*= exp (xi
+ vi )
Dimana :
Y* =
Output optimum (frontier) petani i
xi
=
Input
=
Parameter yang akan diestimasi
=
Gangguan stokastik
vi
Akan tetapi pada kenyataannya ouput yang diperoleh petani dilapangan tidak
sebesar Y* karena ada gangguan efisiensi yang menyebabkan ouput lebih rendah
dari yang seharusnya diperoleh petani. Maka persamaannya adalah :
Y = exp (xi
+ vi -
i)
Dimana :
Y =
Output yang diperoleh petani i
xi =
Input
=
Parameter yang akan diestimasi
vi
=
Gangguan stokastik
i
=
Gangguan efisiensiteknis
Universitas Sumatera Utara
28
Maka teknikal efisiensi merupakan perbandingan antara ouput yang diperoleh
petani dengan frontiernya.
�
TE =
�∗
Dimana :
=
exp xi β + vi − μi
exp xi β + vi
= exp (- i)
TE = Teknikal efisiensi
Y
= Output observasi
Y* = Ouput frontier
i = Gangguan efisiensi teknis
vi = Gangguan stokhastik
= Parameter yang akan diestimasi
Secara prinsip, Aigner et all (1977) menyarankan menggunakan fungsi likelihood
untuk mengukur parameter dari kedua varians error dengan rumus :
Nilai parameter
� = �� + �� dan =
2
��
�2
harus berada diantara satu dan nol, dimana nilai nol
menunjukkan seluruh deviasi frontier seutuhnya berada pada gangguan statistik
dan nilai satu menunjukkan frontier seutuhnya berada pada kondisi efisien.
Pengujian hipotesisnya adalah :
H0 : TE = 1, efisien.
H1 : TE α= 10% maka tidak tolak H0 dan sebaliknya.
2.
Uji Normalitas Data
Variabel ui (residual) berdistribusi normal, artinya nilai u(untuk setiap
nilai Xi) berdistribusi simetris.Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar
bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :
1. Analisis grafik (normal P-P plot)
2. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov
Hipotesis yang diajukan adalah
H0 :
= 0, distribusi normal
H1 μ ≠ 0, distribusi tidak normal
Dimana jika signifikansi >α= 10% maka tidak tolak H0dan sebaliknya.
3. Uji asumsi klasik terdiri dari multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi
a.
Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Apabila secara
serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih banyak variabel
Universitas Sumatera Utara
33
yang tidak nyata.Multikolinieritas dapat dilihat darinilai koefisien korelasi antara
variabel bebas ≥ 0,8. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai variance
inflation factor (VIF).Karena jika R2 naik maka varians dan standar errornya juga
naik sehingga meningkatkan hubungan antar parameter variabel.
VIF =
H0 μ
−� 2
=
− , 2
= 2,77
= 0 μTidak terjadi multikolinearitas pada model : VIF variabel VIF model
b. Heteroskedastis
Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga seakanakan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbedabeda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan
Ŷi. Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang
sistematis.
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson dimana membandingkan nilai durbin
watson yang diperoleh dengan nilai Durbin-Watson tabel, kriterianya adalah :
Kriteria pengujian;
Bila d < dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1
Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU → terima H0
Universitas Sumatera Utara
34
Artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
Bila d > 4 - dL → tolak H0
Berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1(Gujarati,
1988).
3.5.
Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Defenisi
1. Efisiensi
adalahsalah
satu
usaha
intensifikasi
untuk
meningkatkan
produktivitas
2. Efisiensi teknis adalah penggunaan input tertentu untuk menghasilkan output
maximum.
3. Efisiensi biaya adalah penggunaan input minimum untuk menghasilkan output
tertentu.
4. Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dengan efisiensi biaya.
5. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi untuk mengukur bagaimana
fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya.
6. Fungsi biaya frontier adalah fungsi biaya untuk mengukur bagaimana fungsi
biaya frontiernya terhadap fungsi biaya sebenarnya.
7. Bibit adalah benih yang digunakan petani pada usahatani padi sawah baik
benih unggul maupun benih hasil penangkaran sendiri diukur dalam satuan
kilogram (kg).
8. Pupuk yang digunakan petani padi sawah adalah pupuk urea, SP36, dan ZA
phonska, KCL, dan organikdiukur dalam satuan kilogram (kg).
Universitas Sumatera Utara
35
9. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan petani untuk mengendalikan
hama penyakit kepinding, ulat, wereng dalam bentuk cair diukur dalam satuan
mililiter (ml).
10. Tenaga kerja adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga yang terlibat dalam usahatani padi sawah petani di daerah penelitian
diukur dalam satuan waktu (Jam HOK).
11. Traktor adalah mesin pertanian yang disewa petani untuk mengolah lahan padi
sawah yang dimilikinya diukur dalam satuan waktu(Jam).
12. Tingkat Pendidikan petani adalah kegiatan formal yang diperoleh petani
dimana diukur dengan satuan tahun menggunakan skala rasio : untuk tingkat
SD=6, SMP= 9, SMA= 12, S1= 17. Setiap angka menunjukkan perbedaan,
semakin besar angka semakin tinggi pendidikannya (tahun).
13. Pengalaman bertani adalah pengalaman petani dalam melakukan usahatani
padi sawah(tahun).
14. Ketersediaan modal : persentase modal sendiri dengan pinjaman yang
dibutuhkan petani untuk usahatani padi sawah (persen)
15. Jumlah lahan yang diusahakan adalah jumlah lahan yang diusahakan petani
untuk melakukan usahatani padi sawah (petak)
16. Serangan hama yang terjadi adalah serangan hama tikus pada saat musim
tanam berlangsung yang menyebabkan kerusakan pada usahatani padi sawah.
Digunakan variabel dummy D1=1 : terserang, D1= 0 : tidak terserang.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten
Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
36
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2015selama 1 MT yaitu MT sebelumya
Oktober-Desember tahun 2014.
3. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang memiliki usahatani padi
sawah di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara.
Universitas Sumatera Utara
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Sumber Tani merupakan pemekaran dari Desa Sei Muka pada tahun
2011. Desa ini terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun I Pasar Tengah, Dusun II
Pasar Kacang 1, Dusun III Pasar Kacang 2, Dusun IV Pasar Kacang 3, Dusun
V Pardomuan, Dusun VI Titi Putih, Dusun VII Sabarhita, dan Dusun VIII
Rahayu. Seperti yang dijelaskan pada peta berikut ini :
Gambar 4.
Peta Desa Sumber tani
Adapun batas desa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Desa Benteng
Universitas Sumatera Utara
37
Sebelah Selatan
: Desa Binjai Baru
Sebelah Timur
: Desa Mekar Mulio Kec. Sei Balai
Sebalah Barat
: Desa Panjang, Desa Perkebunan Tanah Datar, dan Desa
Perkebunan Petatal
Bertani merupakan mata pencaharian penduduk ketiga setelah pengangguran
dan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14,27%. Adapun jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian dapat dijelaskan secara rinci pada Tabel 5
berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sumber
Tani Tahun 2014
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1 Karyawan PTPN
0
0,00
2 Petani
423
14,27
3 Pegawai Negeri Sipil
38
1,28
4 TNI/POLRI
4
0,13
5 Pedagang
31
1,05
6 Nelayan
15
0,51
7 Karyawan Swasta
31
1,05
8 Supir Mobil
31
1,05
9 Pengrajin
0
0,00
10 Peternak
120
4,05
11 Ibu Rumah Tangga
765
25,81
12 Tukang
32
1,08
13 Pekerja Bebas
197
6,65
14 Pensiunan PNS
21
0,71
15 Purnawirawan
2
0,07
16 Belum/tidak bekerja
1.254
42,31
2.964
100,00
Sumber : Kepala Desa, 2015.
4.1.1 Kondisi Irigasi
Irigasi di Desa Sumber Tani adalah setengah teknis. Saluran irigasi di desa ini
terbagi dua yaitu irigasi sebelah barat dan irigasi sebelah timur. Irigasi
sebelah timur muara airnya adalah Sei Balai sedangkan irigasi sebelah barat
Universitas Sumatera Utara
38
muaranya adalah waduk penampungan air yang terdapat diujung desa.
Keberadaan irigasi memungkinkan petani untuk melakukan pertanaman
sebanyak 2 kali setahun, MT-1 biasanya terjadi bulan Sep-Nov dan MT-2
bulan Maret-Mei.
4.1.2 Kondisi Kelompok Tani
Berdasarkan rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDKK) terdapat 6
kelompok tani di desa ini dengan total luas tanam sebesar 249,25 Ha. Seperti
yang dijelaskan pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Daftar Nama Kelompok Tani dan Luas Tanam di Desa Sumber
Tani
No
Nama Kelompok Tani
Lokasi
Luas Tanam (Ha)
1.
Anggiat Horas
Dusun Pasar Kacang
38
2.
Karya Maju
Dusun 1 Pasar Kacang
24
3.
Pintu Sodap
Dusun 5 Pardomuan
20
4.
Rukun Tani
Dusun 7 dan Dusun 8
72,75
5.
Setiabudi
Dusun 2 dan Dusun 3
27
6.
Suka Maju
Dusun 5 Pardomuan
67,50
Total
249,25
Sumber : Kepala Desa, 2015.
Untuk mendapatkan sarana produksi tidaklah sulit,petani di Desa Sumber
Tani dapat memperolehnya dari 2 kios saprodi yang terdapat di desa ini yaitu
kios pupuk UD. Yusrian dan Kios pupuk Ridho Tani.
4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel
Universitas Sumatera Utara
39
Data yang dikumpulkan dari daerah penelitian sebanyak 79 usahatani. Akan tetapi
terdapat 14 data outlier sehingga jumlah sampel dikurangi menjadi 65 usahatani.
Dari 65sampel usahatani, rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah 44
tahun dengan pengalaman bertani selama 18 tahun. Luas lahan yang dimiliki
petani di daerah ini cukup sempit yaitu rata-rata sebesar 0,45 ha. Sedangkan
ketersediaan modal rata-rata petani sampel berada pada rentang 0%-100% yaitu
77%. Ketersediaan modal merupakan persentase perbandingan jumlah modal
yang dimiliki sendiri dengan jumlah modal yang diperoleh dari pinjaman. Secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel
Variabel Sosial Ekonomi
Min
Umur (tahun)
23
Pengalaman Bertani (tahun)
1
Luas Lahan (ha)
0,12
Ketersediaan Modal (%)
0
Max
73
52
1,4
100
Rata-rata
44
18
0,45
77
Sumber : Lampiran 1, 2015.
Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian yang paling tinggi adalah SMA
sebanyak 35% dan yang paling rendah adalah S1 sebanyak 5%. Seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :
SD
SMP
SMA
S1
5%
28%
35%
32%
Gambar 5.
Persentase Tingkat Pendidikan Petani Sampel
4.3. Karakteristik Usahatani Sampel
4.3.1. Produksi
Universitas Sumatera Utara
40
Petani di daerah penelitian menjual hasil padinya dalam bentuk gabah
basah. Rata-rata produksi padi didaerah penelitian adalah 3998 kg/ha. Produksi
maximum yang dapat dicapai sebesar 9460 kg/ha dan produksi minimum sebesar
260 kg/ha.
4.3.2. Bibit
Bibit yang digunakan petani adalah bibit unggul dan bibit biasa hasil
penangkaran sendiri. Sebanyak 77% petani menggunakan bibit biasa dan hanya
23% petani yang menggunakan bibit unggul. Penjelasan rinci dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Penggunaan Bibit Berdasarkan Jenis Pada Usahatani Padi
Sawah di Daerah Penelitian
enis bibit
Jumlah usahatani
Persentase (%)
Biasa
50
77
Unggul
15
23
Total
65
100
Sumber : Lampiran 1, 2015.
4.3.3 Tenaga Kerja
Adapun tahapan kerja pada usahatani padi sawah adalah menaping
benteng, persemaian, cabut tanam, pemupukan, penyemprotan, membabat benteng
dan panen. Untuk tahapan kerja menaping benteng, persemaian, pemupukan,
penyemprotan dan membabat benteng petani biasanya menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga. Sedangkan untuk tahapan cabut tanam dan panen biasanya
diborongkan kepada tenaga kerja luar keluarga. Adapun tahapan kerja yang
memakan waktu lama dalam pengerjaannya adalah cabut tanam dan panen. Oleh
Universitas Sumatera Utara
41
karena itu untuk mempersingkat waktu kerja ini biasanya digunakan tenaga kerja
yang cukup banyak. Dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penggunaan Rata-Rata Tenaga Kerja pada Tahapan Usahatani Padi
Sawah di Daerah Penelitian.
No
ahapan Kerja
Rata-Rata Waktu
(JamHOK/ha/MT)
enaping Benteng
25
ersemaian
11
Cabut Tanam
157
emupukan
19
enyemprotan
61
embabat Benteng
anen
15
210
Sumber : Lampiran 6, 2015.
4.3.4 Traktor
Untuk pengolahan lahan petani di Desa Sumber Tani sudah menggunakan
teknologi yang lebih moderen yaitu traktor. Akan tetapi tidak semua petani
memiliki traktor, petani biasanya menyewa traktor dari petani lain. Adapun
pengolahan lahan dilakukan 2 sampai 3 kali pengolahan. Tahapan pengolahan
lahan tersebuat adalah mendolak (membalikkan tanah), kemudian meluku lalu
mencacah. Rata-rata jam kerja traktor per ha adalah 29 jam/ha dapat dilihat pada
Lampiran 2.
4.3.5 Pupuk
Universitas Sumatera Utara
42
Jenis pupuk yang banyak digunakan petani di daerah penelitian adalah
urea, ZA, SP-36, dan phonska. Akan tetapi, ada juga sebagian kecil petani yang
menggunakan pupuk KCL, NPK, dan organik. Adapun rata-rata penggunaan
pupuk petani dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penggunaan Rata-Rata Pupuk pada Usahatani Padi Sawah di
Daerah Penelitian
o.
enis Pupuk
Rata-Rata Jumlah (kg/ha/MT)
1.
Urea
213
2.
ZA
150
3.
SP36
89
honska
5.
6.
7.
Kcl
171
6
PK
Organik
26
52
Sumber : Lampiran 5, 2015
4.3.6 Pestisida
Petani di daerah penelitian menggunakan pestisida dari berbagai macam
merek. Setelah dikelompokkan petani hanya menggunakan pestisida jenis
insektisida, herbisida, dan fungisida. Jenis insektisida yang digunakan biasanya
untuk mengendalikan hama kepinding, ulat, dan wereng.
4.3.7 Biaya Produksi
Komponen harga yang membentuk biaya produksi adalah harga bibit,
upah tenaga kerja, sewa traktor, harga pupuk dan harga pestisida. Rata-rata biaya
Universitas Sumatera Utara
43
produksi petani per ha adalah Rp 13. 111.252,- sedangkan rata-rata harga faktor
produksi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Harga Rata-Rata Faktor Produksi di Daerah Penelitian
o.
Jenis harga faktor produksi
Harga rata-rata (Rp)
Satuan
Bibit
6.727
/kg
Tenaga kerja
29.268
/rante
Traktor
44.799
/rante
upuk
2.165
/kg
192
/ml
estisida
Sumber : Lampiran 3, 2015.
4.3.8 PengelolaanUsahatani
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan rata-rata petani sampel
sebanyak 49,23% pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah dan 50,77%
tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah (Lampiran 1, 2015).
Untuk penentuan dosis pupuk sebanyak 53,85% petani menentukannya
berdasarkan kebiasaan, dan hanya 27,54% petani yang menentukannya
berdasarkan anjuran. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12:
Tabel 12. Penentuan Dosis Pupuk oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian
Penentuan Dosis Pupuk
JumlahUsahatani
Persentase (%)
Sesuai kebiasaan
35
53,85
Dari teman
7
10,17
Sesuai anjuran dari dinas pertanian
18
27,69
tergantung modal
5
7,69
Total
65
100,00
Sumber : Lampiran 1, 2015
Universitas Sumatera Utara
44
Dan untuk penentuan dosis pestisida sebanyak 29,23% petani menentukan
dosis berdasarkan kebiasaan. Tidak ada petani yang mengetahui dosis pestisida
dari anjuran petugas penyuluh lapangan (PPL) ataupun dari instansi terkait.
Berikut penjelasannya secara rinci dalam Tabel 13:
Tabel 13. Penentuan Dosis Pestisida oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian
Penentuan Dosis Pestisida
Jumlah Usahatani
Persentase (%)
Tergantung serangan
12
18,46
sesuai kebiasaan
19
29,23
Dosis pada label
9
13,84
Dari teman
3
4,61
Taksiran sendiri
9
13,84
Marketing pestisida
7
10,76
Pengalaman
6
9,23
Total
65
100,00
Sumber : Lampiran 1, 2015.
4.4
Analisis Produksi
Untuk mengetahui persamaan yang akan digunakan apakah linear atau tidak
maka perlu dilakukan uji linearitas. Uji linearitas yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji Ramsey Reset Test dengan alat bantu software
Eviews 6. Untuk persamaan produksi pada data level diperoleh nilai
signifikansi fitted^2 sebesar 0,050,1 maka H0 : Model linear tidak dapat ditolak. Oleh karena itu
fungsi Semilog Y merupakan persamaan yang paling baik digunakan dalam
penelitian ini. Untuk menguji normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov
pada residual data. Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil signifikansi
Universitas Sumatera Utara
45
untuk persamaan produksi (0,673>0,1) maka H0 : Distribusi normal tidak
dapat ditolak (Lampiran 7 dan 10, 2015).
Persamaan produksi, juga telah memenuhi 3 asumsi klasik. Pada persamaan
tidak
terjadi
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
autokorelasi.
Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF setiap variabel, dimana nilainya