Pengaruh Kapabilitas Inovasi Terhadap Perbaikan Produk Usaha Kecil Menengah (Ukm) (Studi Pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal Usu)

8

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.1.1. Defenisi dan Karakteristik UKM
Usaha-usaha yang ada di masyarakat dapat dikelompokkan
menurut UU no.20 tahun 2008 ini ke dalam usaha mikro, kecil,
menengah, dan besar, serta kesemuanya disebut sebagai dunia usaha.
Dunia usaha sesuai undang-undang ini diartikan sebagai usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. Usaha mikro, kecil
dan menengah ini mampu mewujudkan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, meningkatkan pendapatan rakyat, membuka peluang lapangan
pekerjan, dan mengupayakan pengentasan kemiskinan.
Defenisi dan karakteristik dari berbagai usaha dilihat dari
kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan sesuai dengan UU No. 20
tahun 2008 (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:21-22) sebagai berikut:
1.


Usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan
dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Hasil
penjualan tahunan usaha mikro paling banyak Rp 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah).

2.

Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, dilakukan orang peorangan dan/ atau badan usaha

8
Universitas Sumatera Utara

9

perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar. Kriteria usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) - Rp 500.000.000 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha
kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah) - Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3.

Usaha menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian langsung, maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau besar. Jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000 (lima ratus juta rupiah) – Rp 10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus ribu rupiah) – Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar
rupiah).

4.


Usaha besar merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih dan hasil penjualan
bersih tahunan lebih besar dari usaha menengah. Usaha besar
meliputi usaha nasional milik negara, swasta, usaha patungan, dan
usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

10

Kekayaan bersih usaha ini melebihi usaha menengah yaitu lebih dari
Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, serta hasil penjualan melebihi Rp
50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

Universitas Sumatera Utara

11


Tabel 2.1
Karakteristik Dunia Usaha Sesuai UU No. 20 tahun
2008

Jenis

Dunia

Usaha

Kekayaan

Hasil Penjualan

Bersih

Usaha Mikro

Tahunan


Rp 50.000.000

Rp 300.000.000

(lima puluh juta

(tiga ratus juta

rupiah)
Usaha Kecil

Rp
(lima

rupiah)
50.000.000
puluh

Rp 300.000.000


juta (tiga ratus juta rupiah)

rupiah) –



Rp 500.000.000
(lima ratus juta rupiah

Rp
2.500.000.000

(dua

milyar lima ratus juta
rupiah)
Usaha
Menengah

Rp 500.000.000

(lima

ratus

Rp

juta 2.500.000.000

rupiah) –

milyar lima ratus juta
rupiah) –

Rp
10.000.000.000
(sepuluh

(dua

Rp

milyar 10.000.000.000

rupiah)

(sepuluh

milyar

rupiah)
Usaha Besar

>

Rp

10.000.000.000

>Rp
50.000.000.000


(sepuluh milyar
rupiah)

(lima

puluh

milyar rupiah)

Sumber: Dhewanto Wawan, dkk., (2015:23)

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi UKM
Menurut Tambunan (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:32) membagi
faktor penentu keberhasilan usaha ke dalam faktor Internal dan faktor
eksternal:
1.


Faktor Internal
Terdiri dari:
a. Kualitas SDM
b. Penguasaan teknologi
c. Struktur organisasi
d. Sistem manajemen
e. Partispasi
f. Kultur budaya bisnis
g. Kekuatan modal
h. Jaringan bisnis dengan pihak luar dan
i. Tingkat kewirausahaan
Faktor internal merupakan faktor yang paling mempengaruhi
keberhasilan usaha. Tujuan perusahaan akan dapat tercapai apabila
perusahaan tersebut dikelola dengan manajemen yang baik.
Manajemen yang baik dalam sebuah perusahaan hanya dapat
terwujud apabila perusahaan tersebut dipimpin oleh seorang
pimpinan yang memiliki kemampuan manajerial.

2. Faktor Eksternal

Dibagi dalam dua kelompok:
a. Faktor pemerintah, yakni:

Universitas Sumatera Utara

13

1) Kebijakan ekonomi
2) Birokrat
3) Politik dan
4) Tingkat demokrasi
b. Faktor non-pemerintah, yakni:
1) Sistem perekonomian
2) Sosiokultur budaya masyarakat
3) Sistem perburuhan dan kondisi perburuhan
4) Kondisi infrastruktur
5) Tingkat pendidikan masyarakat dan
6) Lingkungan global

Universitas Sumatera Utara

14

2.2. Kapabilitas Inovasi
2.2.1. Kapabilitas
Kapabilitas

pada

dasarnya

menggambarkan

kemampuan

perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dayanya, baik tangible
maupun intangible untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa.
Menurut Saparuddin (Adithya, 2013:2) kapabilitas dapat diartikan
sebagai kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang
diintegrasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kapabilitas baru
ada bila sumber-sumber daya itu telah dapat diintegrasikan sesuai
tujuannya, untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, atau sejumlah tugas
yang diharapkan. Sehingga dengan demikian kapabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan memanfaatkan atau mengeksploitasi sumbersumber dayanya (Assauri, 2013:54).
Terdapat empat defenisi kapabilitas yang dikemukakan oleh
Leonard Barton (Kusuma Sari, 2014:46) yaitu:
1.

Dimensi pengetahuan dan keterampilan

2.

Pengetahuan dan keterampilan yang paling melekat dengan sistem
teknis

3.

Proses penciptaan pengetahuan dan control yang dipandu oleh sistem
manajerial

4.

Nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan berbagai jenis
pengetahuan yang terwujud dan melekat dengan proses penciptaan
dan pengendalian pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

15

Kapabilitas harus diarahkan pada pertumbuhan dan pengembangan.
Menurut Assauri (2013:54) terdapat beberapa kapabilitas berdasarkan
fungsinya, yaitu:
1.

Kapabilitas pemasaran,

2.

Kapabilitas manufaktur,

3.

Kapabilitas memanaje sumber daya manusia.
Kapabilitas sangat penting dalam membangun keunggulan

bersaing, sehingga dengan demikian kapabilitas harus didasarkan pada
pengembangan dan dapat melaksanakan kegiatan, serta melakukan
pertukaran informasi dan pengetahuan melalui Sumber Daya Manusia
(SDM) perusahaan. Dasar atau fondasi yang penting dari kapabilitas
adalah terletak pada keunikan dari keterampilan atau skills dan
knowledge dari sumber daya manusia yang ada di perusahaan, serta

keahlian fungsional.
2.2.2. Defenisi Inovasi
Inovasi

biasanya

mengacu

pada

kata

sifat

seperti:

memperbaharui, mengubah, atau membuat proses maupun produk, serta
cara dalam melakukan sesuatu sehingga jadi lebih efektif (Dhewanto
Wawan, dkk., 2015:41). Setiap orang bisa memiliki defenisi inovasi
yang berbeda-beda tergantung pada konteks dan sudut pandangnya.
Defenisi inovasi menurut beberapa ahli:
1.

Makmur dan Rohana Thahier (2015:9) mendefenisikan inovasi
sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk
menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses

Universitas Sumatera Utara

16

dan output, serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan
manusia.
2.

Menurut Oslo (Dhewanto Wawan, dkk,. 2015:42) berpendapat
bahwa inovasi adalah perwujudan atau implementasi dari produk
(barang atau jasa) maupun proses baru atau yang mengalami
peningkatan secara signifikan, metode pemasaran baru, atau metode
praktek bisnis baru bagi suatu organisasi, organisasi di tempat kerja
atau hubungan eksternal.

3.

Menurut Australian Institute for Commercialization (Dhewanto
Wawan, dkk., 2015:42) inovasi merupakan suatu proses yang
dinamis di mana adaptasi diperlukan untuk menghadapi perubahan
dalam sumber daya, teknologi atau ekonomi atau bahkan perubahan
dalam ekspektasi perusahaan untuk inovasi.

4.

Menurut De Meyer dan Grag (Pasaribu, Manerep., 2016:198) yang
dimaksud inovasi adalah introduksi dari sebuah new technologi yang
berhasil secara ekonomi atau kombinasi baru dari teknologi yang ada
untuk menciptakan perubahan drastis dalam hal value atau price
relationship yang ditawarkan kepada customer atau user .

5.

Menurut Alifuddin dan Razak (2015:121) inovasi adalah fungsi
khusus dari kewirausahaan, baik itu dalah bisnis yang telah ada,
institusi pelayanan publik, atau usaha yang baru dimulai individu
seorang diri.

Inovasi juga berarti pengusaha yang menciptkan

kekayaan baru, yaitu menghasilkan sumber daya atau memberikan

Universitas Sumatera Utara

17

sumber daya yang telah ada dengan meningkatkan potensi untuk
menciptakan kekayaan.
2.2.3. Klasifikasi Inovasi pada Usaha (The Type)
Oslo Manual (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:46) memaparkan
beberapa klasifikasi inovasi pada usaha:
1.

Inovasi Produk
Inovasi jenis ini mengarah pada pengenalan barang dan jasa
yang baru atau mengalami peningkatan secara signifikan dalam
penggunaannya termasuk: spesifikasi teknis, komponen dan bahan,
sofware atau karakteristik lain yang tertanam di dalamnya.
Peningkatan yang terjadi juga bisa termasuk pengetahuan atau
teknologi baru, atau bahkan kombinasi dari pengetahuan dan
teknologi yang ada.

2.

Inovasi Proses
Inovasi proses adalah penerapan dari metode produksi atau
pengiriman atau metode dalam aktivitas penunjang lainnya yang
bersifat baru atau yang secara signifikan mengalami peningkatan.
Hal ini termasuk perubahan signifikan seperti memperkenalkan
teknik, peralatan atau perangkat lunak yang digunakan selama fase
inovasi. Biasanya, digunakan dalam rangka mengurangi biaya unit
produksi atau pengiriman, untuk meningkatkan kualitas, atau untuk
menghasilkan produk/jasa yang baru atau jasa yang dimodifikasi.
Elemen yang digunakan untuk memproduksi produk maupun jasa
yang dilakukan perusahaan dapat mengubah cara produksi.

Universitas Sumatera Utara

18

3.

Inovasi Pemasaran
Inovasi

pemasaran

adalah

implementasi

dari

metode

pemasaran baru yang melibatkan perubahan signifikan dalam desain
produk atau kemasan, penempatan produk, promosi produk atau
harga. Inovasi pemasaran ditujukan untuk menangani kebutuhan
pelanggan yang lebih baik, membuka pasar baru, atau baru
memposisikan produk perusahaan di pasar, dengan tujuan untuk
meningkatkan penjualan perusahaan.
4.

Inovasi Organisasi
Inovasi organisasi adalah implementasi dari sebuah metode
organisasi baru dalam praktik bisnis perusahaan, organisasi kerja
atau hubungan eksternal. Inovasi organisasi dapat dimaksudkan
untuk meningkatkan suatu kinerja perusahaan dengan mengurangi
biaya administrasi atau biaya transaksi, meningkatkan kepuasan
kerja (dan dengan demikian produktivitas tenaga kerja meningkat),
mendapatkan akses non-tradable assets (seperti pengetahuan
eksternal yang tidak dapat dikodifikasi) atau mengurangi biaya
persediaan.
2.2.4. Manfaat Inovasi
Inovasi bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi yang ditunjang

oleh sektor usaha kecil dan mikro, seperti berikut dijelaskan Boundless
Com (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:55):
1.

Terjadinya peningkatan investasi (adanya peralatan, mesin, pabrik
dan bentuk investasi lainnya yang lebih banyak).

Universitas Sumatera Utara

19

2.

Terjadinya

peningkatan kualitas tenaga

kerja

(dibandingkan

kuantitasnya).
3.

Mendorong pemerintah dan institusi lainnya dalam menyediakan
infrastruktur yang menunjang usaha.

4.

Penggunaan sumber daya yang tersedia dengan lebih efektif.

5.

Meningkatkan kinerja maupun keuntungan finansial suatu usaha
yang pada akhirnya berimbas kepada kenaikan pendapatan negara.

6.

Mendorong lahirnya inovasi-inovasi lainnya yang skalanya lebih
besar (teknik baru, teknologi baru, pengetahuan baru) sehingga
dampaknya pun akan lebih besar.
2.2.5. Sumber Inovasi
Menurut Peter F. Drucker (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:63-66)

terdapat 7 klasifikasi peluang yang dapat menjadi sumber inovasi, yaitu:
1.

The Unexpected – hal yang tidak terduga, yang bisa berarti

keberhasilan yang tak terduga, kegagalan yang tak terduga, bahkan
kejadian-kejadian diluar yang tak terduga. Lingkungan bisnis atau
usaha yang dinamis mengharuskan anda untuk siap atas apapun yang
akan terjadi kelak.
2.

Incongruities – ketidaksesuaian antara realitas yang sebenarnya

terjadi dengan realitas yang diasumsikan atau “seharusnya terjadi”.
Salah

satu

tempat

terbaik

atau

sumber

untuk

mencari

ketidaksesuaian ialah ada dalam pelanggan/ konsumen anda sendiri.
3.

Process Needs – inovasi juga bisa bersumber dari adanya kebutuhan

akan penyempurnaan proses yang sudah ada, mengganti link yang

Universitas Sumatera Utara

20

kurang/ lemah, atau menyediakan link yang hilang. Kebutuhan
adalah awal mula dari penemuan.
4.

Industry and Market Structure – perubahan yang terjadi pada

struktur

industri

maupun

struktur

pasar

yang

menangkap

ketidaksiapan orang yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung. Struktur industri dan pasar mungkin menawarkan berbagai
kesempatan untuk berbagai jenis layanan baru.
5.

Demographics – perubahan yag terjadi dalam ukuran populasi, usia,

komposisi, tingkat pendidikan, pekerjaan status, atau pendapatan.
Menggabungkan data demografi dengan segmentasi dan targeting
adalah metode yang tepat dalam memenuhi keinginan target pasar.
6.

Changes in Perception – diibaratkan seperti ketika pelanggan

melihat gelas yang berisi air setengahnya, apakah dia melihat gelas
tersebut sebagai setengah kosong atau setengah penuh.
7.

New Knowledge – pengetahuan baru bukan hanya terobosan secara

teknis atau ilmiah saja, tetapi lebih ke penggunan pengetahuan ini
untuk menciptakan sebuah produk atau jasa baru yang inovatif. Last
but not least, pengetahuan baru telah menghasilkan banyak peluang

untuk produk baru.
Menurut Adams, K. (Dhewanto Wawan, dkk., 2015: 66) ada lima
elemen penting yang dapat menjadi sumber kreativitas yang jika
dikembangkan dapat menjadi inovasi, seperti:
1.

Knowledge



pengetahuan:

seberapa

pengetahuan yang dimiliki seseorang.

luas

maupun

dalam

Sedikit berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

21

sumber yang dikemukakan oleh Drucker (1985) tentang pengetahuan
baru. Pengetahuan yang dimaksud disini mencakup yang baru atau
lama alias sudah dimiliki sebelumnya. Pengetahuan yang dimiliki
juga biasanya berhubungan dengan proses pembelajaran yang
dialami seseorang.
2.

Thingking – kemampuan berpikir dalam menggabungkan beberapa

elemen yang berbeda sehingga bisa menghasilkan ide yang baru juga
inovatif.
3.

Personal Motivation – motivasi yang dimiliki seseorang ditunjang

dengan passion di bidang yang diminati ditambah dengan
kepercayaan diri yang dimiliki setiap inovasi yang lahir tentunya
memiliki alasan tersendiri bagi penemunya. Semakin dalam alasan
yang dimiliki maka biasanya semakin gigih dalam menemukan ideide inovatif yang bisa dirubah menjadi inovasi dan tidak akan
berhenti untuk melakukan inovasi berikutnya.
4.

Environment – lingkungan yang mendukung atau kondusif agar ide

bisa dikeluarkan tanpa merasa tertekan, terawasi dan kondisi tidak
menyenangkan lainnya.

Lingkungan juga merupakan sumber

inovasi yang bisa digali lebih dalam karena di dalam lingkungan
terdapat berbagai elemen yang saling berinteraksi.
5.

An Explicit Decision – keputusan untuk menjadi kreatif maupun

inovatif berdasarkan kesadaran yang dimiliki.

Keputusan untuk

berinovasi diperlukan agar dapat merealisasikan inovasi.

Universitas Sumatera Utara

22

Menurut Small Business (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:68).
Terdapat tiga hal yang dapat dijadikan sebagai sumber inovasi dalam
konteks bisnis, yaitu:
1.

Karyawan

2.

Konsumen/ pelanggan

3.

Pesaing
2.2.6. Tahapan Proses Inovasi
Berikut adalah tahapan proses inovasi berdasarkan Baumgartner

(Dhewanto Wawan, dkk., 2015:74):
1.

Mulailah dari suatu permasalahan

2.

Ubahlah masalah menjadi suatu tantangan

3.

Tantanglah rekan untuk memberi solusi yang kreatif

4.

Berkolaborasilah dalam menciptakan/ me-regenerate ide-ide

5.

Kombinasikan dan evaluasilah ide-ide

6.

Kembangkanlah ide-ide

7.

Realisasikan ide-ide
2.2.7. Percepatan Inovasi dalam Usaha
Berikut beberapa strategi yang dapat anda coba dalam rangka

meningkatkan atau mempercepat inovasi pada usaha kecil dan mikro
anda menurut Brooks, S dan Sloanne, P (Dhewanto Wawan, dkk.,
2015:56):
1.

Terhubunglah atau buatlah koneksi dengan cara yang baru

2.

Tonjolkan eksistensi branding/ merek usaha anda

3.

Ikuti serta lacak trend

Universitas Sumatera Utara

23

4.

Libatkan pekerja

5.

Miliki visi untuk perubahan

6.

Lawan ketakutan akan perubahan akan perubahan dan kegagalan

7.

Miliki skema saran dinamis

8.

Kolaborasi
Menurut (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:33) usaha kecil dan

mikro yang inovatif berperan sangat penting terhadap perekonomian
Indonesia karena:
1.

Memperluas lapangan kerja

2.

Memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat

3.

Berperan dalam proses pemerataaan dan peningkatan pendapatan
masyarakat

4.

Mendorong pertumbuhan ekonomi

5.

Mewujudkan stabilitas nasional
2.2.8. Defenisi Kapabilitas Inovasi
Kunci utama dari kesuksesan sebuah produk di pasar adalah

perpetual dan pervasive innovation .

Perpetual berarti inovasi yang

berlangsung secara terus menerus tanpa batas waktu, sedangkan
pervasive innovasion adalah inovasi yang meresap di setiap sisi

perusahaan, dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seolah inovasi
adalah nafasnya perusahaan, oleh karena itu diperlukan kapabilitas yang
akan membantu perusahaan dalam menghasilkan sebuah inovasi
produknya. (Yanuarto, dkk., 2012:volume 12).

Universitas Sumatera Utara

24

Terziovski (Nugroho, Rizki Adithya, dkk., 2013) mengatakan
kapabilitas inovasi menyediakan potensi bagi munculnya suatu inovasi
yang efektif. Pendapat lain Bell (Nugroho, Rizki Adithya, dkk., 2013)
innovation capabilites merupakan kapabilitas yang diperlukan untuk

menciptakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan konfigurasi
teknologi produk dan proses baru dan mengimplementasikan perubahanperubahan dan perbaikan-perbaikan teknologi yang sudah digunakan.
2.2.9. Faktor-Faktor Penentu Kapabilitas Inovasi
(Siyamtinah, dkk,. 2011:252) menyebutkan ada beberapa faktor
pendukung dalam membangun kapabilitas inovasi suatu perusahaan,
yaitu:
1. Kapabilitas sumber daya manusia, yaitu kemampuan sumber daya
manusia dalam mengelola organisasi. Sumber daya manusia yang
relative memadai, memiliki pembagian tugas serta kerja yang tepat.

Dapat didukung dengan pengadaan pelatihan secara bertahap.
2. Penggunaan teknologi, kemampuan pelaku usaha dalam penggunaan
teknologi sebagai sarana pendukunng dalam pengembangan usaha,
bahkan menjadi sumber inspirasi dalam melakukan inovasi produk.
3. Interaksi dengan pihak luar, pelaku usaha harus memiliki interaksi
dengan pihak luar untuk menambah wawasan yang luar dalam
menghadapi kecenderungan pasar yang terus berkembang dan
dinamis.

Universitas Sumatera Utara

25

4. Kapabilitas

pemasaran,

kemampuan

perusahaan

untuk

mengembangkan berbagai aspek yang terkait dengan pemasaran
produk, meliputi: jaringan distribusi dan promosi.
5. Riset dan Pengembangan, diyakini sebagai faktor yang berperan
besar dalam meningkatkan kemampuan inovasi suatu perusahaan.
6. Kapabilitas produksi dan operasi, yaitu kemampuan suatu organisasi
untuk melakukan peningkatan efisiensi dan keefektifan didalam
proses produksi/operasinya, meliputi: efisiensi bahan, kontrol
kualitas, dan perencanaan dan penjadwalan dalam proses produksi.

Universitas Sumatera Utara

26

2.3. Perbaikan Produk
Gustafson dan Johnson (Dhewanto Wawan, dkk,. 2015:131)
mendefenisikan service product sebagai sebuah aktifitas timbal-baik
(interaksi) dari orang-ke-orang (person-to-person) antara konsumen dan
perusahaan.
2.3.1. Defenisi Produk
Terdapat beberapa defenisi produk yang dikemukakan oleh para
pakar, yaitu:
1.

(Assauri, 2016:98)
Produk adalah sesuatu yang memberi manfaat bagi yang
memiliki atau menggunakannya, yang dapat berupa barang atau jasa,
ataupun informasi dan gagasan.

2.

(Abdullah dan Francis, 2016:153)
Mendefenisikan produk dalam 2 (dua) pengertian dasar, yaitu:
a. Pengertian sempit:
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau
dikomsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan.

Produk mencakup lebih dari sekedar barang

berwujud (dapat dideteksi panca indera).
b. Pengertian luas:
Produk meliputi objek secara fisik, pelayanan, orang,
tempat, organisasi, gagasan, atau bauran dari semua wujud diatas.
Jasa adalah produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau

Universitas Sumatera Utara

27

kepuasan yang dijual, seperti gunting rambut, penyiapan pajak,
dan perbaikan rumah.
3.

(Manap, 2016:255)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar,
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, yang terdiri
atas barang jasa, pengalaman, events, orang, tempat, kepemilikan,
organisasi, informasi dan ide.

4.

(Tjiptono, 2016:176)
Produk mencakup segala sesuatu yang memberikan nilai (value)
untuk memuaskan kebutuhan atau kinginan, seperti barang fisik
(seperti tas, kacamata, sepeda motor, kulkas, smartphone), jasa
(pendidikan, kesehatan, transportasi, restoran, asuransi), event
(konser musik, kompetisi sepak bola), pengalaman (Dunia Fantasi,
Sea World, Legoland), orang atau pribadi (calon wakil rakyat, artis,

olahragawan/wati), tempat (negara, kota, obyek wisata), properti
(real estate , saham, obligasi), organisasi (partai politik, ikatan
alumni, asosiasi profesi, pecinta alam, PBB, Green Peace ) informasi
(bursa efek, search engines) dan ide (Keluarga Berencana di
Indonesia, konsep atau model bisnis).

Jadi, produk bisa berupa

manfaat tangible maupun intangible yang brpotensi memuaskan
pelanggan.
2.3.2. Tingkat Perencanaan Produk
Menurut (Abdullah dan Francis, 2016:153-154) perencana
produk harus memiliki tingkatan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

28

a.

Produk inti, yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan: apa yang
sebenarnya dibeli oleh pembeli? Produk inti terdiri dari jasa untuk
memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen ketika
membeli sebuah produk.

b.

Produk aktual, produk aktual mempunyai lima macam karakteristik,
yaitu tingkat mutu, sifat, desain, nama merek dan kemasan.

c.

Produk tambahan, perencanaan produk harus menyusun produk
tambahan di sekitar produk inti dan produk aktual dengan
menawarkan servis dan manfaat bagi konsumen.

d.

Konsumen cenderung melihat produk sebagai kumpulan manfaat
kompleks yang memuaskan kebutuhannya. Dalam pengembangan
maupun perbaikan produk, pemasar harus mengidentifikasi inti
kebutuhan konsumen yang akan dipuaskan oleh produk yang
ditawarkan. Kemudian pemasar harus memikirkan untuk merancang
produk aktual dan menentukan produk tambahan agar pemasar dapat
memberikan tingkat kepuasan yang maksimal bagi konsumen.
2.3.3. Klasifikasi Produk
Menurut

(Abdullah

dan

Francis,

2016:155-159)

dalam

mengembangkan strategi pemasaran untuk produk dan jasa, pemasar
mengembangkan beberapa klasifikasi produk.
1.

Produk Konsumen
Produk konsumen adalah apa yang dibeli oleh konsumen akhir
untuk konsumen pribadi. Pemasar mengklasifikasikan barang-barang
ini berdasarkan cara konsumen membeli.

Berbagai produk ini

Universitas Sumatera Utara

29

mempunyai perbedaan dalam cara konsumen membelinya, oleh
karena itu setiap produk berbeda dalam cara pemasarannya.
a. Produk sehari-hari, adalah produk dan jasa konsumen yang
pembeliannya sering, seketika, hanya sedikit mebandingbandingkan, dan usaha membelinya minimal. Biasanya harga
poduk rendah dan tempat penjualannya tersebar luas. Contoh:
sabun dan permen. Produk sehari-hari dapat dibagi lebih lanjut
menjadi;
1) Produk kebutuhan pokok, dibeli konsumen secara teratur,
seperti sabun dan makanan pokok.
2) Produk impuls, dibeli konsumen dengan sedikit perencanaan
atau usaha untuk mencari. Seperti permen dan majalah yang
ditempatkan di sebelah kasir di toko.
3) Produk keadaan darurat, dibeli ketika konsumen sedang
membutuhkannya. Contohnya, payung disaat hujan lebat.
b. Produk shopping, adalah produk konsumen yang lebih jarang
dibeli, sehingga pelanggan membandingkan dengan cermat
kesesuaian, mutu, harga dan gayanya. Contohnya, pakaian dan
mobil.
c. Produk khusus, yaitu produk konsumen dengan karakteristik unik
atau dengan identifikasi merek yang dicari oleh kelompok besar
pembeli sehingga mereka bersedia melakukan usaha khusus untuk
membeli. Contohnya, peralatan fotografi yang mahal.

Universitas Sumatera Utara

30

d. Produk yang tidak dicari, yaitu produk konsumen yang
keberadaannya tidak diketahui oleh konsumen ataupun kalaupun
diketahui biasanya tidak terpikir untuk membelinya. Contohnya,
asuransi jiwa dan donor darah.
2.

Produk Industri
Produk industri adalah barang yang dibeli untuk diproses lebih
lanjut atau untuk dipergunakan dalam menjalankan bisnis.

Jadi

perbedaan antara produk konsumen dan produk industri didasarkan
pada tujuan produk tersebut dibeli.
3.

Mutu Produk
Mutu adalah salah satu alat yang penting bagi pemasaran untuk
menempatkan posisi. Mutu mempunyai dua dimensi, yaitu tingkat
dan konsistensi.

Untuk mengembangkan produk, pemasar harus

memilih tingkat mutu yang akan mendukung posisi produk di pasar
sasaran. Jadi mutu produk merupakan kemampuan produk untuk
melaksanakan

fungsinya.

Termasuk

didalamnya

keawetan,

keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta
atribut bernilai yang lain.
4.

Sifat-sifat Produk
Suatu produk dapat ditawarkan dengan berbagai sifat. Sebuah
model “polos”, produk tanpa tambahan apapun merupakan titik
awal. Perusahaan dapat menciptakan model dari tingkat lebih tinggi
dengan menambahkan beberapa sifat.

Sifat adalah alat bersaing

untuk membedakan produk perusahaan dari produk pesaing.

Universitas Sumatera Utara

31

5.

Rancangan Produk
Rancangan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan
dengan gaya. Gaya hanya menguraikan tampilan produk. Gaya
mungkin menarik dipandang atau menginspirasi kejemuan. Gaya
yang sensasional mungkin menarik perhatian, tetapi tidak selalu
membuat produk berkinerja lebih baik. Rancangan yang baik
memberikan kontribusi pada kegunaan suatu produk di samping
penampilannya.

Rancagan yang baik harus memperhatikan,

penampilan, produk yang mudah, aman, murah untuk dipergunakan
dan di servis, serta sederhana dan ekonomis untuk dibuat dan
didistribusikan.
2.3.4 Produk Individual
Menurut

(Abdullah

dan

Francis,

2016:160-163)

terdapat

keputusan yang berhubungan dengan pengembangan dan pemasaran
produk individual:
1.

Atribut produk, mengembangkan suatu produk mencakup penetapan
manfaat

yang

akan

disampaikan

produk.

Manfaat

ini

dikomunikasikan dan disampaikan oleh atribut produk seperti mutu,
sifat dan rancangan.

Keputusan mengenai atribut ini amat

mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk.
2.

Merek, adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat,
manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek
terbaik menjadi jaminan mutu. Menurut

seorang eksekutif

Universitas Sumatera Utara

32

pemasaran, merek dapat menyampaikan empat tingkat arti atribut,
manfaat, nilai dan kepribadian.
3.

Pengemasan, termasuk aktivitas merancang dan membuat wadah
atau suatu pembungkus untuk suatu produk.

Kemasan biasa

mencakup wadah utama dari suatu produk, kemasan sekunder yang
akan dibuang ketika produk akan digunakan, dan kemasan
pengiriman yang diperlukan untuk menyimpan, mengenali, dan
mengirimkan produk.
4.

Pembuatan label, label bervariasi dari potongan kertas sederhana
yang diikatkan pada produk sampai gambar grafik rumit yang
merupakan bagian dari kemasan.

Label mempunyai beberapa

fungsi, dan penjual harus memutuskan mana yang akan digunakan.
Sekurang-kurangnya, label mengidentifikasi produk atau merek.
Label dapat menguraikan beberapa hal mengenai produk, siapa yang
membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana
sebaiknya digunakan dan bagaimana menggunakannya dengan
aman.

Akhirnya, label dapat mempromosikan produk dengan

gambar menarik.
2.3.5. Inovasi Produk
Menurut (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:105) inovasi produk
bukan hanya merupakan bentuk dari penciptaan produk baru yang
dihasilkan perusahaan, namun dapat diartikan pula sebagai peningkatan
mutu (baik dari segi bahan baku, bentuk fisik atau pun kemampuan)
barang yang sebelumnya sudah dipasarkan. Inovasi produk bukan hanya

Universitas Sumatera Utara

33

dapat dilakukan pada barang tangible , namun juga dapat dilakukan pada
barang yang intangible (berupa servis atau jasa), atau juga berupa
kombinasi dari keduanya.

Barang yang tangible biasanya sangat

berpengaruh terhadap kehidupan penggunanya.
Kotler dan Amstrong (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:108-109)
menyebutkan terdapat tiga atribut yang menempel pada inovasi produk
yaitu:
1.

Fitur produk
Varian produk dapat dianggap sebagai sebuah sarana atau alat
yang kompetitif dan pembeda antara produk yang diciptakan oleh
sebuah perusahaan dengan perusahaan pesaingnya.

Fitur dari

sebuah produk merupakan sebuah modal produk agar dapat bersaing
untuk memenangkan perhatian konsumen.

Fitur sebuah produk

yang dimaksud adalah sesuatu yang unik, istimewa dan kekhasan
yang dimiliki produk tersebut sebagai nilai jual tambahan.
Karakteristik yang melekat dengan sempurna pada sebuah produk
merupakan hasil dari pengembangan dan penyempurnaan secara
terus-menerus.
2.

Desain dan rancangan produk
Desain adalah suatu konsep yang mampu mewakili dan
menggambarkan sebuah produk. Desain tidak hanya memiliki
kontribusi terhadap penampilan namun juga pada kegunaan produk.
Sebuah produk di desain dengan tujuan, agar dapat menarik
perhatian konsumen, dapat juga sebagai sebuah strategi untuk

Universitas Sumatera Utara

34

memotong biaya

produksi, desain juga

dapat

memberikan

keunggulan bersaing.
3.

Kualitas produk
Kualitas produk merupakan sebuah tingkatan dari produk yang
mampu melakukan fungsi-fungsinya semaksimal mungkin. Fungsi
yang dimaksud diantaranya adalah daya tahan produk, kehandalan
dan ketelitian dari produk yang dihasilkan.

Daya tahan

mencerminkan umur ekonomis produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan. Kehandalan merupakan sebuah konsistensi dari kinerja
yang dihasilkan atas produk tersebut di setiap pembeliannya.
Dengan kata lain sebuah produk yang berkualitas merupakan produk
yang terbebas dari kecatatan, memiliki kesesuaian kinerja dan
konsistensi kemampuan yang sesuai dengan fungsinya.
2.3.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ide dalam Inovasi
Produk
Beberapa aspek yang dapat mempengaruhi ide dalam inovasi
produk ialah (Dhewanto Wawan, dkk., 2015:105):
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok.
2.

Dinamika Lingkungan
Dinamika lingkungan dijabarkan sebagai sebuah perubahan
dan ketidakstabilan lingkungan yang sulit diramalkan.

Universitas Sumatera Utara

35

2.3.7. Kerangka Pengembangan Inovasi Produk dan Strategi
Produk
Dr. Robert G. Cooper dan Scott Edgett (Dhewanto Wawan, dkk.,
2015:120) menyusun sebuah kerangka pengembangan inovasi produk
dan strategi teknologi yang terdiri atas 5 aktivitas utama (Gambar 2.1):

Gambar 2.1
Kerangka Pengembangan Inovasi Produk dan Teknologi
Strategi

1.

4.

2.

3. Menentukan

Menentukan

Memilih

strategi penyerangan

Mengalokasi

optimalisasi

target dan

arena

dan strategi masuk

kan sumber

Portofolio

tujuan

strategis

daya yang

Proyek

Strategi
penyeran
gan

Pemet
strate

Peran
dalam
starteg
bisnis

5.

tetap

Prioritas
proye
Peta
produ
strateg

Kompete
nsi Utama
Bisnis

Pemilih
proye

Targe
dan
tujuan

Strategic
bucket
map

Strategi
masuk

Matr
prod

Sumber: Cooper & Edgett (Dhewanto. et.al., 2015:121)
2.3.8. Siklus Kehidupan Produk
Tabel 2.2
Ciri Tahapan Siklus Kehidupan Usaha Produk

Taha
o

pan

Ju

Jum

Tin

mlah

lah

gkat

Laba

Perusaha

Persaing

Usaha
Perusahaan

Universitas Sumatera Utara

36

an
Peng
enalan

Bel
um ada

an
San

gat kecil

Ha
mpir

Membangun
share pasar

tidak ada
Pertu
mbuhan

Me
ningkat

Pema
tangan/

Ber
tambah

ningkat

banyak

tajam

Me
nurun

Me

Ber
kurang

Kedewasaa

Membina
share pasar

Me
nurun

Mempertaha
nkan share pasar

sedikit

n
Penur
unan

Tid
ak ada

Sed

San

Memaksima

ikit

gat

lisasikan

Sekali

berkuran

flow

cash

g
Sumber: Manajemen Pemasaran. Assauri, 2014:291

2.3.9. Kegagalan dalam Inovasi Produk
Sebuah artikel berjudul “Introduction to Innovation ” dalam
majalah Forbes dan situs Small Business Tool Kit (Dhewanto Wawan,
dkk., 2015:119) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kegagalan dalam inovasi diantaranya adalah:
1.

Menghalangi ide kreatif

2.

Sibuk dengan rutinitas

3.

Biaya yang mahal

4.

Tidak memiliki arah dalam berinovasi

5.

Tidak mampu mengkomersialkan ide dan bentuk produk

Universitas Sumatera Utara

37

6.

Konsumen tidak puas dengan hasil inovasi produk

7.

Konsumen menemukan produk yang lebih baik
2.4. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan pengaruh antara variabel

bebas terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh kapabilitas inovasi
terhadap perbaikan produk.
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir

Variabel Bebas
(X)
Sumber: Data

Variabel
Terikat (Y)

Sumber: diolah penulis, 2016
2.5. Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang melakukan
penelitian berkaitan dengan kapabilitas inovasi dan perbaikan produk,
yaitu:
1.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko Yanuarto Rahab,
Untung Kumorohadi Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman (2012) yang berjudul “Peran Kapabilitas Inovasi
Terhadap Perbaikan Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Dengan
Tekanan Lingkungan dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel
Moderasi (Studi pada UKM di Kabupaten Purbalingga)”.

Hasil

penelitian membuktikan (1) Berdasarkan hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi mempunyai pengaruh yang

Universitas Sumatera Utara

38

positif terhadap perbaikan produk UKM, hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing UKM dalam
menciptakan inovasi

mempengaruhi perbaikan produk yang

dihasilkannya. (2) Hasil negatif yang didapat dari pengujian yang
dilakukan terhadap variabel tekanan lingkungan mengindikasikan
bahwa tekanan lingkungan sebagai variabel moderasi tidak
mempengaruhi hubungan antara kapabilitas inovasi terhadap
perbaikan produk. Hal ini berarti bahwa ketika tekanan lingkungan
meningkat belum tentu mempengaruhi kemampuan berinovasi
perusahaan yang memacu perbaikan produk yang juga meningkat.
(3) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dalam
memoderasi hubungan kapabilitas inovasi terhadap perbaikan
produk. Pengujian menunjukkan hasil yang negatif, artinya ketika
ukuran

perusahaan

meningkat

belum

tentu

mempengaruhi

kemampuan berinovasi perusahaan yang memacu perbaikan produk
juga meningkat. Jadi, besar-kecilnya suatu ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap UKM di Kabupaten Purbalingga dalam
meningkatkan kemampuan berinovasi perusahaan yang akan
mendukung terhadap peningkatan kualitas produknya.
2.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizky Aditya Nugroho,
Edy Wahyudi, dan Sri Wahyuni (2013) yang berjudul “Identifikasi
Kapabilitas Inovasi dan Strategi Bersaing Sentra Usaha Kecil Logam
Winongan di Kabuaten Pasuruan (Identification of Innovation
Capability and Competitive Strategy Metal Small Business Centers

Universitas Sumatera Utara

39

at /winongan, Pasuruan Region)”. Hasil penelitian membuktikan,

berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara makro sentra usaha logam di Kecamatan Winongan ini
mampu bersaing dengan pesaingnya. Masing-masing pelaku usaha
mampu mengidentifikasi kapabilitas dan pasarnya.

Penerapan

konsep-konsep inovasi mampu membuat UKM bertahan dan
berkembang di tengah persaingan. Namun memang benar bahwa
tidak semua konsep inovasi dapat diterapkan di level UKM. Peneliti
menemukan beberapa faktor kendala yang muncul dilapangan dalam
penerapan konsep inovasi tersebut, diantaranya keterbatasan modal
usaha sebagai daya tahan usaha dalam melakukan perputaran
operasionalnya, sehingga proses pengembangan tingkat lanjut terkait
proses inovasi tidak dapat berjalan baik. Keterbatasan sumber daya,
baik kemampuan relasional manusia dalam scope intern UKM
terkait knowledge management maupun ketersediaan referensi dan
teknologi modern sebagai penunjang proses inovasi masih menjadi
permasalahan pokok seperti hanya masalah manajerial dan
pembukuan.

Pengoptimalan

upaya-upaya

diferensiasi

dan

keunggulan biaya menyeluruh masih terbilang kurang. Pelaku UKM
hanya fokus kepada bahan baku dan SDM saja. Pengoptimalan
kedua hal tersebut didorong dengan fokus usaha yang kuat akan
mampu menempatkan UKM pada posisi yang strategis di pasar dan
mampu meningkatkan margin pendapatan.

Universitas Sumatera Utara

40

3.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siyamtinah, Heru Sulistyo,
Eny Rahmani (2011) yang berjudul “Model Peningkatan Kinerja
Melalui Kapabilitas Inovasi pada UKM di Semarang”. Penelitian ini
membuktikan, (1) Semakin baik usaha pengelolaan faktor internal
yang dimiliki UKM, maka kapabilitas inovasi akan semakin
meningkat. (2) Semakin baik usaha pengelolaan faktor eksternal
UKM, maka kapabilitas inovasi akan semakin meningkat.
Meningkatnya

kapabilitas

inovasi

akan

berpengaruh

(3)
pada

meningkatnya kinerja UKM.
4.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Hartini (2012) yang
berjudul

“Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas Produk dan

Kinerja Bisnis”. Penelitian ini membuktikan, inovasi perusahaan
tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara langsung, tetapi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk.

Jadi kualitas

produk berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
5.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Made Virma Permana
(2013) yang berjudul “Peningkatan Kepuasan Pelanggan Melalui
Kualitas Produk dan Kualitas Layanan”. Penelitian ini membuktikan,
(1) Kualitas desain dan inovasi produk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas produk. Ini berarti semakin meningkat
kualitas desain dan inovasi produk, maka semakin meningkat pula
kualitas produk.

Oleh karena itu perbaikan pada desain yang

dilakukan secara bertahap sesuai dengan perubahan keinginan
pelanggan dan disertai dengan peningkatan penggunaan teknologi

Universitas Sumatera Utara

41

yang baru akan meningkatkan kualitas produk.

(2) kompetensi

sosial dan kompetensi teknis berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas layanan, artinya semakin baik kompetensi sosial
dan kompetensi teknis, maka kualitas layanan juga semakin baik.
(3) Kualitas produk dan kualitas layanan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini mempunyai makna
bahwa peningkatan kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui
peningkatan kualitas produk dan kualitas layanan.

Universitas Sumatera Utara