Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Kewajaran Buku Biology For Junior High School Bilingual: Bahasa Inggris – Indonesia

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini ada empat bagian yang akan dijelaskan. Pertama, konsep
dasar yang meliputi teori penerjemahan dan bilingual.Kedua, landasan teori yang
berhubungan

dengan

teori-teori

yang

digunakan

untuk

menganalisis

permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi teori teknik penerjemahan oleh
Molina dan Albir dan teori kewajaran oleh Larson. Ketiga adalah mengenai

kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan yang keempat adalah
kerangka pikir yang menggambarkan alur pemikiran penulis dalam melakukan
penelitian.
2.1 Konsep Dasar
Konsep-konsep dasar dijadikan sebagai definisi operasional yang
mempresentasikan cakupan pembahasan dan dijadikan penegasan atas beberapa
ide yang berkaitan dalam tesis ini. Konsep-konsep dasar tersebut adalah teori
penerjemahan dan bilingual.
2.1.1 Teori Penerjemahan
2.1.1.1Definisi Penerjemahan dan Terjemahan
Terjemahan merujuk pada produk dari suatu proses penerjemahan, hal ini
sejalan dengan pendapat Moentaha (2006: 9), “terjemahan sebagai hasil dari
proses penerjemahan”. Machali (2009: 26) menyatakan bahwa penerjemahan
adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam

Universitas Sumatera Utara

bahasa sasaran, yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang
dimaksudkan oleh pengarang.
Menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa
sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan
yang berlaku dalam bahasa sasaran. Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan
erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa
sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan aturan
tata krama bahasa tersebut (Simatupang, 2002: 2).
Terjemahan merujuk pada produk suatu proses penerjemahan (Moentaha,
2006:9). Nida dan Taber (1982: 12) menyatakan bahwa translating consists in
reproducing in the receptor language to the closed natural equivalent of the
source language message, first in the term of meaning secondly in the term of
style. Hal ini berarti bahwa penerjemahanadalah proses menghasilkan pesan yang
paling dekat,sepadan dan wajar dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran
(BSa) baik dalam hal makna maupun dalam hal gaya.
Larson (1989: 3) menyatakan penerjemahan sebagai pengalihan makna
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui langkah yaitu; (1) mempelajari
leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari
bahasa sumber, (2) menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan
maknanya, dan (3) mengungkapkan kembali makna yang sama dengan
menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa
sasaran.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah


Universitas Sumatera Utara

pengalihan makna bahasa sumber (BSu) dengan makna yang sepadan di dalam
bahasa sasaran (BSa).
2.2 Bilingual
2.2.1 Pengertian Bilingual

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(2008:

192)


mendefinisikan

bilingualsebagai orang yang mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik;
bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.

Hurlock (1993: 15)

menyatakan bahwa bilingual (dwibahasa) adalah kemampuan menggunakan dua
bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga
kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan dan
tertulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Wei (2000: 6), “The word ‘bilingual’
primaliry describes someone with the possession of two languages.”

Pengajaran bilingualmerupakan model penggunaan dua bahasa untuk
menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa
dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal utama
yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan berbicara dalam
dua bahasa. Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud
sesuai konteks lingkungan. Semakin luas lingkungan sosial, kebutuhan akan
penguasaan bahasa dengan segala kompleksitasnya akan semakin bertambah

pula.Contoh bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Manfaat Bilingual

Baker (2002: 12) mengungkapkan bahwa bilingual memberi dampak pada
kehidupan orang tuanya. Bilingual akan mempengaruhi identitas anak saat dewasa
yaitu sekolah, pekerjaan, pernikahan, area, tempat tinggal, perjalanan dan cara
berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa akan
tetapi mempunyai konsekuensi pendidikan,sosial, ekonomi dan budaya.

Baker (2002: 12) juga mengatakan bahwa terdapat banyak keuntungan dan
sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Menguasai bilingual
membuat anak mampu berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa dan
etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dibanding anak yang
monolingual. Selanjutnya, ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa
dapat mengakses dua literature, memahami tradisi yang berbeda, juga cara
berpikir dan bertindak.


2.2.2.1 Manfaat Potensial dari Bilingual

Menurut Baker (2002:12) ada lima manfaat potensial dari bilingual yaitu:

1. Manfaat Komunikasi (Communication advantages) yaitu komunikasi
yang lebih luas (wider communication) dan memahami dua bahasa
(literacy in two languages). Mengembangkan kemampuan komunikasi
pada anak dan dapat berkomunikasi dengan mengunakan bahasa yang
dipelajari oleh keluarga terhadap anggota keluarga dan orang lain.
2. Manfaaat budaya (Cultural advantages) yaitu penyerapan budaya asing
(broader enculturation) dan memiliki rasa toleransi lebih besar dan kurang

Universitas Sumatera Utara

rasisme (greater tolerance and less racism). Pemanfaatan bilingual dalam
belajar dapat membantu anak mengenal budaya asing karena setiap bahasa
berjalan dengan sistem perilaku dan budaya berbeda. Melalui pengenalan
bahasa, anak mampu memahami budaya dari bahasa tersebut, serta
membentuk sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya

yang berbeda.
3. Manfaat kognitif (Congnitive advantages) yaitu menciptakan kreativitas
dan

sensitivitas

dalam

berkomunikasi

(creativity,

sensitivity

to

communication). Penggunaan bilingual bermanfaat dalam memacu
kemampuan berfikir anak, lebih kreatif serta memiliki dua tau lebih katakata untuk setiap obyek dan ide, serta membuat anak lebih berhati-hati
dalam berkomunikasi terhadap orang- orang yang memiliki bahasa yang
berbeda.

4. Manfaat kepribadian (Character advantages; raised self-esteem) yaitu
meningkatkan rasa percaya diri. Manfaat bilingual dapat menumbuhkan
dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua
bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman
dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami anak.
5. Manfaat pendidikan (Curriculm advantages) yaitu meningkatkan
prestasi pendidikan dan lebih mudah mempelajari bahasa ketiga.
Penggunaan bilingual akan memudahkan anak mempelajari bahasa ketiga,
ketika anak sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu, prestasi anak
akan meningkat karena anak memperoleh kata-kata baru dalam bahasa
Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori Molina dan Albir (2002: 509) dalam
membahas teknik penerjemahan dan teori Larson (1984: 485) dalam membahas
tingkat kewajaran. Alasan menggunakan teori Molina dan Albir adalah karena
teori Molina dan Albir memiliki uraian yang sangat terperinci dan jelas. Hal ini
dapat dilihat dari dua puluh poin yang berbeda dalam menjelaskan uraian teknik

penerjemahan sehingga peneliti mudah mengklasifikasikan data yang diteliti.
Selanjutnya, teori kewajaran terjemahan oleh Larson (1984: 497) juga sangat
sesuai digunakan untuk menganalisis tingkat kewajaran buku bilingual karena
Larson memberikan parameter yang tepat dalam mengukur tingkat kewajaran
suatu terjemahan.

2.3.1 Teknik Penerjemahan
Machali (2009: 77) mendefinisikan teknik sebagai (1) hal yang bersifat
praktis (2) diberlakukan terhadap tugas sebagai penerjemahan yang secara
langsung berkaitan dengan masalah penerjemahaan dan pemecahannya.
Teknik

penerjemahan

adalah

teknik

untuk


menganalisis

dan

mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat
diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir, 2002: 509).
Penelitian ini menggunakan tiga belas teknik penerjemahan Molina dan
Albir (2002:509). Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan oleh Molina
dan Albir.

Universitas Sumatera Utara

1. Amplikasi(amplification)
Teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi
yang implisit dalam bahasa sumber.
Contoh :
No Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran

(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

10

Gejala
perkembanganbersifatkualitatif,
yang ditandai dengan adanya
perubahanfungsi
atau
kemampuan
melakukan
aktivitas fisiologi.

Amplifikasi
Transposisi
Penambahan
Peminjaman
alamiah
Harafiah
Kreasi
diskursif

Itisqualitative,
marked by change in
function
or
the
ability to conduct
physiological
function.

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Penerjemah menggunakan teknik amplifikasi dalam menerjemahkan kata
itmenjadi gejala perkembangan.Teknik amplifikasi yang digunakan penerjemah
bertujuan untuk memperjelas makna yang ingin disampaikan ke dalam bahasa
sasaran.

2. Adaptasi (adaptation)
Teknik ini dikenal dengan adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan
menggantikan unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya yang
mempunyai sifat yang sama dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dapat terjadi
karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur
budaya tersebut lebih akrab bagi pembaca BSa.
Contoh :
BSu

: Call my lawyer, you cocksucker!

BSa

: Hubungi pengacaraku keparat!

Universitas Sumatera Utara

Penerjemah menggunakan teknik adaptasi budaya dalam menerjemahkan
kata cocksucker yang terdapat dalam BSu. Kata cocksucker merupakan bahasa
slang yang memiliki makna sangat tabu. Kata cocksucker adalah a male who
performs

fellatio

(licking

and

sucking

of

the

penis)(http:

en.wikipedia.org/wiki/cocksucker. Diakses tanggal 20 September 2014;17:20)
Jika kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran secara literal akan
sangat

tidak wajar dalam budaya bahasa sasaran sehingga penerjemah

menggunakan teknik adaptasi budaya dengan menerjemahkan cocksucker menjadi
keparat. Kata keparat mewakili kata cocksucker yang biasanya digunakan untuk
mengumpat dan memaki seseorang.

3. Peminjaman (borrowing)
Teknik penerjemahan dengan meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber.
Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang
sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing).Pada teknik penerjemahan yang
sudah dinaturalisasi, penerjemah melakukan penyesuaian ejaan ataupun pelafalan.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)
67

Metamorphosis
metagenesis

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

dan Peminjaman alamiah
Peminjaman murni
Harafiah
(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Penerjemah

menerjemahkan

and Metamofosis
metagenesis

menggunakan

kata

teknik

metamorphosis

metamorphosis diterjemahkan

ke

peminjaman
dalam

bahasa

alamiah
sumber.

dalam
Kata

menjadi metamorfosisis, sedangkan kata

Universitas Sumatera Utara

metagensisis diterjemahkan dengan menggunakan teknik peminjaman murni
menjadi metagenesis.

4. Kreasidiskrusif (discursive creation)
Teknik penerjemahan yang diterapkan untuk memunculkan kesepadanan
sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks.Teknik ini merupakan
padanan sementara yang dilakukan penerjemah untuk menarik perhatian pembaca.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

10

Gejala
perkembanganbersifatkualitatif,
yang ditandai dengan adanya
perubahanfungsi
atau
kemampuan
melakukan
aktivitas fisiologi.

Amplifikasi
Transposisi
Penambahan
Peminjaman
alamiah
Harafiah
Kreasi
diskursif

Itisqualitative,
marked by change in
function
or
the
ability to conduct
physiological
function.

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Teknik kreasi diskursif digunakan dalam menerjemahkan physiological
function menjadi aktivitas fisiologi. Oxford Advanced Learners Dictionary
(2003:547) mendefinisikan kata function sebagai a special activity or purpose of
person

or

thing.Kata

function

yang

diterjemahkan

dengan

aktivitas

mengakibatkan penyimpangan makna karena keduanya memiliki makna yang
berbeda.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006: 31) mendefinisikan kata aktivitas
sebagai 1) keaktifan, kegiataan, 2) kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

5. Kesepadanan lazim (established equivalent)
Teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan
kamus atau penggunaan sehari-hari.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)
25

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

It
meansthatthe
leaf Artinya,masa
tumbuh Kesepadanan
growth span is limited daun terbatas sesuai lazim
among species
dengan jenisnya
Reduksi
Harafiah
Modulasi

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Penerjemah menerjemahkan it means menjadi artinya. Penerjemah
menerjemahkan it means dengan menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah
lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari) ke dalam bahasa sasaran.

6. Kompresi linguistik (linguistic compression)
Merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam
pengalih bahasa simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan cara
mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran.
BSu

: Hey, wait a minute! What you call your self doing?

BSa

: Tunggu! Apa yang kalian lakukan?
Penerjemah

TVmenggunakan teknik

kompresi linguistik

dalam

menerjemahkan Hey, wait a minute!menjadiTunggu!. Pemadatan tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan masalah keterbatasan tempat munculnya
subtitles serta waktu munculnya subtitles pada layar kaca. Dialog yang cepat,

Universitas Sumatera Utara

perubahan dan gerak gambar yang sangat cepat, sering membuat penerjemah
melakukan pemadatan,

7. Harafiah (literal translation)
Teknik harafiah adalah teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan ungkapan secara harafiah. Teknik ini mempersyaratkan
pemadanan leksikal yang masih terkait dengan bahasa sumber tetapi susunan
leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah
sasaran.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

05

Definition of growth and Pengertian
Harafiah
pertumbuhan
dan
development
perkembangan
(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Data sumber nomor05 yang berbunyi Definition of growth and
development diterjemahkan secara harafiah menjadi pengertian pertumbuhan dan
perkembangan.

Tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk

frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tetapi susunannya sudah
disesuaikan dengan susunan kata dalam frasa bahasa Indonesia.
8. Kalke(calque)
Teknik penerjemahan dengan menerjemahkan frasa atau kata bahasa sumber
secara literal. Interferensi sruktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri
khas dari teknik ini. Dalam banyak kasus, teknik kalke mirip dengan teknik
peminjaman murni dan alamiah. Perbedaannya adalah bahwa teknik ini biasanya

Universitas Sumatera Utara

diterapkan pada tataran frasa dengan jalan tidak mengubah susunan kata (wordfor-word translation) atau mengubah susunan kata (literal translation) tetapi
dengan meminjam istilah aslinya.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

79

Moulting is regulated Peristiwa
pergantian
by a hormone ecdysone kulit itu diatur oleh
suatu
hormon
ekdison(ecdyson)
(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Amplifikasi
Peminjaman murni
Harafiah
Kalke

Frasa hormone ecdysone diterjemahkan dengan menggunakan teknik kalke
menjadi hormon ekdison. Penerjemah menerjemahkan frasa tersebut dengan jalan
tidak mengubah susunan kata atau meminjam istilah asingnya,

9.Kompensasi (compensation)
Kompensasi adalah teknik memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh
stilistik (gaya) teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran.
Contoh :
BSu

: Never did she visit her aunt

BSa

: Wanita itu benar-benar tega tidak menemui bibinya

10.Deskripsi (description)
Teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan
deskripsi bentuk dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara

Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

07

Pertumbuhan
adalah
penambahan
ukuran
dan atau jumlahselyang
bersifat tetapatau tidak
dapat balik kembali
(irreversible)

Growth
is
the
permanent
and
irreversible addition of
size and/or number
ofcell

Teknik
Penerjemahan
Harafiah
Peminjaman
alamiah
Transposisi
Deskripsi
Peminjaman murni

Teknik deskripsi digunakan dalam menggantikan sebuah istilah atau
ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Penerjemah mendeskripsikan
kata irreversible yang terdapat dalam bahasa sumber (BSu) sebagai tidak dapat
balik kembali ke dalam bahasa sasaran (BSa).

11. Generalisasi (generalization)
Teknik generalisasi adalah menggunakan istilah yang lebih umum atau lebih
netral.
Contoh :
BSu

: Penthouse

BSa

: Tempat tinggal

12. Transposisi (transposition)
Transposisi adalah teknik penerjemahan dengan mengubah kategori gramatikal.
Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Kata kerja
dalam teks bahasa sumberdiubah menjadi kata benda dalam teks bahasa sasaran.
Mengingat setiap struktur bahasa berbeda satu dengan yang lain maka pergeseran

Universitas Sumatera Utara

struktur lazim diterapkan. Oleh sebab itu, pergeseran struktur bersifat wajib. Sifat
wajib dari pergeseran struktur tersebut berlaku pada penerjemahan dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia untuk menghindari interferensi gramatikal
yang dapat menimbulkan terjemahan tidak wajar dan sulit dipahami.
Pergeseran kategori merujuk pada perubahan kelas kata bahasa sumber
dalam bahasa sasaran, dan dalam banyak kasus, pergeseran kelas kata dapat
bersifat wajib (obligatory) dan bebas (optional). Pergeseran kategori yang bersifat
wajib dilakukan sebagai upaya untuk menghindari distorsi makna, sedangkan
pergeseran kategori yang bersifat bebas pada umumnya diterapkan untuk
memberikan penekanan topik pembicaraan dan untuk menunjukkan preferensi
stilistik penerjemah.
Pergeseran unit merujuk perubahan satuan lingual bahasa sumber dalam
bahasa sasaran. Pergeseran unit yang dimaksudkan dapat berbentuk pergeseran
dari unit yang rendah ke unit yang lebih tinggidan dari unit yang tinggi ke unit
yang lebih rendah. Bahkan pergeseran tersebut dapat pula berupa pergeseran dari
konstruksi yang kompleks ke konstruksi yang sederhana atau sebaliknya,
perubahan kalimat aktif ke dalam kalimat pasif dan sebaliknya.Penerapan dari
teknik pergeseran ini dilandasi oleh suatu konsepsi atau pemahaman berikut ini.
Pertama, penerjemahan selalu ditandai oleh pelibatan dua bahasa, yaitu
bahasa sumber dan bahasa sasaran. Bahasa sumber dan bahasa sasaran tersebut
pada umumnya berbeda satu sama lain baik dalam hal struktur maupun
budayanya. Dalam kaitan itu, perubahan struktur sangat diperlukan. Kedua, dalam
konteks pemadanan, korespondensi satu lawan satu tidak selalu bisa dicapai
sebagai akibat dari adanya perbedaan dalam mengungkapkan makna atau pesan

Universitas Sumatera Utara

antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam kondisi yang demikian
diperlukan pergeseran unit. Ketiga, penerjemahan dipahami sebagai proses
pengambilan keputusan dan suatu keputusan yang diambil oleh penerjemah
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kompetensi yang dimilikinya,
kreativitasnya, preferensi stilistiknya dan pembacanya. Teknik transposisi dalam
bentuk pergeseran struktur merupakan teknik yang paling lazim diterapkan
apabila struktur bahasa sasaran berbeda dari struktur bahasa sumber. Karena
struktur bahasa Inggris dan struktur bahasa Indonesia berbeda, pergeseran struktur
menjadi bersifat wajib (obligatory) agar terjemahan yang

dihasilkan

sesuai

dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

01

One
of Salah satu ciri makhluk Transposisi
organismcharacteristics hidupadalah mengalami Harafiah
is undergoing growth pertumbuhan
dan
and development.
perkembangan.
(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Tekniktransposisi digunakan dalam menerjemahkan frasa organism
characteristics menjadi ciri mahluk hidup. Organism characteristics memiliki
struktur M-D dan diterjemahkan menjadi ciri mahluk hidupyang memiliki struktur
D-M. Pengubahan kelas kata juga dilakukan, organism characteristics memiliki
kelas kata plural (jamak) dan diubah menjadi single ( tunggal). Kata organism
(BSu) yang terdiri dari satu kata diterjemahkan menjadi mahluk hidup yang
terdiri dari dua kata ke dalam bahasa sasaran (BSa).

Universitas Sumatera Utara

13. Partikularisasi (particularization)
Teknik ini menggunakan istilah yang lebih konkrit atau spesifik (superordinat ke
subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.
Contoh :
BSu

: Air transportation

BSa

: Helikopter

14. Modulasi (modulation)
Merupakan teknik penerjemahan yaitu mengubah sudut pandang, fokus atau
kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bahasa Sumber (BSu). Perubahan sudut
pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

02

All living organism, Pertumbuhan
dan Modulasi
including
animals, perkembangan terjadi pada
plants
and
human seluruh makhluk hidup,
beings
grow
and termasuk hewan, tumbuhan
develop
dan manusia
(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)
Data 02 diterjemahkan dengan menggunakan teknik modulasi dengan
mengubah sudut penerjemahan. Pengubahan sudut pandang penerjemahan
tersebut tidak menimbulkan distorsi makna. Kalimat
including animals, plants,

All living organism,

and human beings grow and develop jika

diterjemahkan secara harafiah menjadi Semua makhluk hidup, termasuk hewan,
tumbuhan, dan manusia, namun penerjemah mengubah sudut pandang terjemahan
menjadi Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada seluruh mahluk

hidup,

Universitas Sumatera Utara

termasuk hewan, tumbuhan, dan manusia.

Penerjemah memulai dengan

mengambil kata pertumbuhan dan perkembangan.
15. Reduksi (reduction)
Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan
tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain,
mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik
amplikasi.
Contoh:
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)
37

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

Which
part
of Bagian
manakah
pada
anorganism
affects mahluk
hidupyang
growth
and mengalami pertumbuhan dan
development?
perkembangan?

Transposisi
Penambahan
Reduksi
Harafiah

Penerjemah menggunakan teknik reduksi dalam mereduksi artikelan ke
dalam bahasa sasaran dengan anggapan tidak menimbulkan distorsi makna.

16. Penambahan
Teknik yang lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan berupa penambahan
informasi yang pada dasarnya tidak ada pada kalimat sumber.Kehadiran informasi
tambahan dalam kalimat sasaran dimaksudkan untuk lebih memperjelas konsep
yang hendak disampaikan penulis asli kepada para pembaca sasaran.

Universitas Sumatera Utara

Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)

Teknik
Penerjemahan

09

Perkembangan
merupakan
proses
perubahan fungsimenuju
pendewasaan(progresif)
atau penuaan (regresif)

Harafiah
Penambahan
Reduksi
Peminjaman
alamiah
Transposisi

Development, however, is
the change infunction;it
can
be
maturationor
senescence (progressif) or
(regressive)

Teknik penambahan dilakukan dalam menambahkan kata proses ke dalam
bahasa sasaran dengan tujuan memperjelas makna di dalam bahasa sasaran.

17. Amplifikasi linguistik(linguistic amplification)
Teknik ini menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik
ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih
suara (dubbing).
Contoh :
BSu

: She saw a ghost

BSa

: Tadi malam, dia melihat hantu dan merasa ketakutan

18. Variasi (variation)
Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-unsur linguistik atau
paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual,
gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam
menerjemahkan naskah drama.

Universitas Sumatera Utara

19. Substitusi (substitution)
Teknik ini mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau
isyarat).
Contoh : Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, dengan menaruh tangan di dada
diterjemahkan menjadi Terima kasih.

20. Penghilangan (deletion)
Teknik ini mirip dengan teknik reduksi. Baik teknik reduksi maupun teknik
penghilangan menghendaki penerjemah untuk melakukan penghilangan. Teknik
reduksi

ditandai

oleh

penghilangan

secara

parsial sedangkan teknik

penghilangan ditandai oleh adanya penghilangan informasi secara menyeluruh
yang mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak akurat.
Contoh :
No
Bahasa Sumber
Data ( Bahasa Inggris)
55
The cells produced are
located under the
apical
meristemthey
appear
parenchyma
cells which are small
and dense

Bahasa Sasaran
(Bahasa Indonesia)
Kelompok sel hasil
pembelahan terletak
di
bawahnyaberupasel
parenkim yang rapat
dan kecil

Teknik Penerjemahan
Penambahan
Peminjaman
alamiah/Transposisi
Penghilangan
Kalke/ Transposisi
Harafiah

Penerjemah menghilangkan frasa apicalthe meristem ke dalam bahasa
sasaran yang menyebabkan distorsi makna.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Penilaian Terjemahan
Berkualitas tidaknya suatu terjemahan dapat ditentukan melalui tiga sudut
pandang yaitu keakuratan, kejelasan, dan kewajaran. Keakuratan menitikberatkan pesan
dalam bahasa sumber (BSu) disampaikan dengan benar dalam bahasa penerima (BSa).
Kejelasan menitikberatkan pesan yang dikomunikasikan dalam bahasa sasaran dapat
dipahami dengan mudah pembaca sasaran. Makna yang ditangkap pembaca bahasa
sumber (BSu) sama dengan makna yang ditangkap pembaca bahasa sasaran (BSa).
Kewajaran menitikberatkan pesan yang dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim,
sehingga pembaca teks bahasa sasaran terkesan bahwa naskah yang dibacanya adalah
naskah asli yang ditulis dalam bahasanya sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, ada
beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan, yaitu uji keakuratan, uji keterbacaan,
uji kewajaran, uji keterpahaman, terjemahan balik , dan uji kekonsistenan.

Setiap penerjemah ingin menghasilkan terjemahan berkualitas.

Sejak

sebuah pekerjaan terjemahan dimulai, ada sejumlah pertanyaan dalam benak
penerjemah. Bagaimana memahami pesan pada teks bahasa sumber dengan
akurat? Bagaimana pesan BSu dapat dikomunikasikan dengan benar dalam teks
BSa? Apakah pesan yang dialihkan itu dapat dipahami dengan baik oleh pembaca
BSa? Bagaimana menemukan kata dan kalimat yang akurat, jelas, dan wajar agar
pembaca

BSa

tidak

terkesan

asing

dengan

naskah

terjemahan

(mashadi.staff.gunadarma.ac.id/.../Menilai + terjemahan. Diakses tanggal 20
Agustus 2014; 10: 25)
Menurut Larson (1984:485)ada tiga alasan menilai terjemahan. Pertama,
penerjemah hendak meyakini bahwa terjemahannya akurat. Terjemahannya
mengkomunikasikan makna yang sama dengan makna dalam BSu. Makna yang
ditangkap pembaca BSu sama dengan makna yang ditangkap pembaca BSa. Tidak

Universitas Sumatera Utara

terjadi penyimpangan atau distorsi makna. Penerjemah perlu meyakini bahwa
dalam terjemahannya tidak terjadi penambahan, penghilangan, atau perubahan
informasi. Dalam usahanya menangkap dan mengalihkan makna BSu ke BSa,
penerjemah bukan tidak mungkin secara tidak sadar menambah, mengurangi, atau
menghilangkan informasi penting. Kadang-kadang kekeliruan dilakukan pada saat
menganalisis makna BSu atau dalam proses pengalihan. Karena itu, penilaian
terhadap keakuratan perlu dilakukan.
Kedua, penerjemah hendak mengetahui bahwa terjemahannya jelas.
Artinya, pembaca sasaran dapat memahami terjemahan itu dengan baik. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang elegan, sederhana, dan mudah dipahami.
Untuk meyakini bahwa terjemahannya dapat dipahami dengan baik, penerjemah
perlu

meminta

penutur

bahasa

penerimaBSa

untuk

membaca

naskah

terjemahannya agar dapat memberitahukan isi naskah/informasi yang disampaikan
dalam terjemahan itu. Penerjemah perlu mendapatkan informasi mengenai bagian
naskah yang sulit dipahami. Begitu ada bagian naskah yang sulit dibaca/dipahami,
pengecekan ulang harus dilakukan.
Ketiga,

penerjemah ingin

menguji apakah

terjemahannya wajar.

Terjemahannya mudah dibaca dan menggunakan tata bahasa dan gaya yang wajar
atau lazim digunakan oleh penutur BSa, alami atau tidak kaku. Penerjemah perlu
mengetahui bahwa terjemahannya terasa wajar sehingga pembaca BSa seolahseolah membaca karangan yang ditulis dalam bahasanya sendiri, bukan hasil
terjemahan. Penerjemah mengkomunikasikan pesan secara akurat. Dia memahami
BSu dengan baik, mengalihkan pesan dengan akurat, dapat dipahami oleh
pembaca, tetapi dalam memindahkan pesan ke dalam BSa, menggunakan bahasa

Universitas Sumatera Utara

yang tidak wajar, sehingga terkesan bahwa naskah adalah naskah terjemahan.
Penerjemah tidak terikat pada struktur BSu.
2.3.2.1 Kewajaran Terjemahan
Terjemahan yang baik adalah terjemahan yang (1) memakai bentuk-bentuk
bahasa sasaran yang wajar, (2)menyampaikan makna atau pesan yang sama
kepada penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur bahasa
sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya
menyajikan terjemahan yang sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang
diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur
bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan (Larson, 1989:6).
Larson (1984:10) menjelaskan bahwa tujuan penerjemahan adalah
menghasilkan terjemahan idiomatik, yaitu terjemahan yang maknanya sama
dengan bahasa sumber yang dinyatakan dalam bentuk yang wajar dalam BSa.
Selanjutnya Larson (1984:485) mengatakan bahwa suatu terjemahan
dikatakan wajar jika (1) makna dalam BSu dikomunikasikan dengan akurat, (2)
makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan
kosa kata yang

alami

atau

wajar

(3)terjemahan

itu

mencerminkan

tindakankomunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan
dalam BSa.Kewajaran terjemahan berhubungan dengan ketepatan (accuracy).
Larson (1984:485) menyatakan “ accurate is reproducing as exactly as possible
meaning of the source tex”. Di dalam ketepatan, penerjemah mempertahankan
dinamika BSu berarti terjemahan yang disajikan mengundang respon pembaca
BSa sama dengan respon pembaca BSu (Larson: 1984:6). Penerjemah harus setia
pada BSu. Untuk melakukan hal ini, penerjemah harus mengkomunikasikan

Universitas Sumatera Utara

bukan hanya informasi yang sama, tetapi juga respon emosional yang sama
dengan naskah asli.Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki dinamika yang
sama dengan naskah aslinya, terjemahan itu haruslah wajar dan mudah
dimengerti, sehingga pembaca mudah menangkap pesannya, termasuk informasi
dan pengaruh emosional yang dimaksudkan oleh penulis naskah BSu (Larson,
1984:33).
Kewajaran dapat diraih jika bahasa yang digunakan itu sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dikatakan
wajar jika selaras dengan kaidah yang berlaku dan disepakati oleh penutur bahasa
Indonesia. Bahasa yang digunakan wajar, alamiah, mengalir dengan lancar
sehingga tidak terasa sebagai sebuah terjemahan.Penelitian ini menggunakan
format penilaian yang berkaitan dengan aspek kewajaran (naturalnes)terjemahan
yang merujuk pada teorikewajaran menurut Larson(1984:485).
Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan

Aspek Yang
Dinilai

Penjelasan

Kesimpulan

Skala
Penilaian

Kewajaran
Terjemahan

• Makna dalam bahasa
sumber
dikomunikasikan
dengan
akurat.
• Makna yang dikomunikasikan ke
dalam
BSa
menggunakan
bentuk gramatika dan kosakata
yang alami, wajar, dan tidak
kaku.
• Terjemahan itu mencerminkan
tindakan komunikasi yang
lazim ditemui dalam konteks
dan antar komunikan BSa.
• Tidak terikat pada struktur BSu.
• Makna dalam bahasa
sumber
kurang
dikomunikasikan
dengan akurat.

Wajar

3

Kurang
wajar

2

Universitas Sumatera Utara

• Makna yang dikomunikasikan ke
dalam
BSa
kurang
menggunakan bentuk gramatika
dan kosakata yang alami,
kurang wajar dan terasa kaku.
itu
kurang
• Terjemahan
mencerminkan
tindakan
komunikasi yang lazim ditemui
dalam konteks dan antar
komunikan BSa.
• Terikat pada strukur BSu.
• Makna dalam bahasa
sumber
tidak dikomunikasikan dengan
akurat.
• Makna yang dikomunikasikan ke
dalam BSa tidak menggunakan
bentuk gramatika dan kosakata
yang alami atau tidak wajar.
• Terjemahan
itu
tidak
mencerminkan
tindakan
komunikasi yang lazim ditemui
dalam konteks dan antar
komunikan BSa.
• Terikat pada strukur BSu.

Tidak
wajar

1

2.4PenelitianTerdahuluyang Relevan
Penelitian yang terdahulu dan dijadikan sebagai sumber acuan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Roswita Silalahi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak
teknik, metode ideologi penerjemahan pada kualitas terjemahan teks medicalsurgical nursing dalam bahasa Indonesia”. Penelitian terdahulu
penelitian

yang

peneliti

lakukan

memiliki

persamaan

yaitu

dengan
keduanya

menggunakan teori Molina Albir dalam menganalisis teknik penerjemahan dan
teori Nababan dalam menganalisis tingkat keberterimaan terjemahan. Akan tetapi
penelitian terdahulu

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tetap

Universitas Sumatera Utara

memiliki perbedaan yaitu terletak pada data dan sumber data, data penelitian
terdahulu adalah frasa, klausa, dan kalimat teks medical-surgical nursing dan
terjemahannya. Sumber datanya adalah Bab 1 teks medical-surgical nursing,
sedangkan data penelitian ini adalah kata, frasa, klausa, kalimat dalam bahasa
Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesiadalam Bab 1 buku Biology for
Junior High School Bilingual.
Sahat Marulak (2012) dengan penelitian yang berjudul “Analisis teknik
penerjemahan dan pergeseran (shifts) pada buku ekonomi SMA Bilingual”.
Penelitian tersebut menganalisis buku ekonomi SMA Bilingual sebagai sumber
data. Tujuan penelitian terdahulu adalah mendeskripsikan teknik penerjemahan
dan pergeseran yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA
Bilingual.Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian Marulak adalah
kualitatif deskriptif dari data tersebut. Penelitian terdahulu mengidentifikasi
teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik yang digunakan
disimpulkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 10 teknik
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan yaitu :
teknik adaptasi 2 (1.02%), teknik peminjaman 37 (18,97%), kalke 57 (29,23%),
kompensasi 3 (1,53%), generalisasi 3 (1,53%), harfiah 78 (40%), modulasi 1
(0,51%), reduksi 2 (1,02%), penambahan 7 (38%) dan penghilangan 4 (2,50%).
Penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki persamaan
yaitu keduanya menggunakan teori Molina dan Albir dalam membahas teknik
penerjemahan. Namun, penelitian terdahulu dengan penelitian ini masih memiliki
perbedaan yaitu terletak pada data dan tujuan penelitian. Data penelitianterdahulu
adalah frasa, klausa dan kalimat pada buku ekonomi SMA bilingual yang

Universitas Sumatera Utara

bertujuan untuk meneliti tentang teknik dan pergeseran (shifts), sedangkan data
dalam penelitian ini adalah kata, frasa, klausa, kalimat dalam bahasa Inggris dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesiadalam Bab 1 buku Biology for Junior High
School Bilingualyang bertujuan untuk meneliti tentang teknik penerjemahan dan
tingkat kewajaran terjemahannya.

Rikka Kurki (2012) dalam jurnal yang berjudul “The Finnish Subtitling
of Neologisms in the Science Fiction Television Series Strargate SG-1”. Tujuan
penelitian Kurki adalah untuk meneliti teknik penerjemahan apakah yang
digunakan penerjemah dalam menerjemahkan istilah neologis yang terdapat
dalam film Stargate SG-1. Penelitian terdahulu ini menggunakan 22 episode film
Stargate SG-1 sebagai sumber data. Film ini bergenre science-fiction sehingga
menghasilkan kosa kata yang fiksi dan autentik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 394 data, teknik yang paling banyak digunakan penerjemah adalah
kalke (122) yang diikuti oleh peminjaman murni (78), kreasi diskursif (45),
reduksi (34), Sinonim ( 22), generalisasi (22), transposisi (14), amplifikasi (10),
penghapusan (8) dan kombinasi peminjaman dan kalke (39). Keterkaitan
penelitian Rikka Kurki dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah keduanya
menggunakan teori teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir. Perbedaannya
terletak pada sumber data. Sumber data dalam penelitian terdahulu adalah 22
episode film Stargate SG-1, sedangkan sumber data dalam penelitian yang
peneliti lakukan adalah Bab I buku Biology for Junior High School Bilingual.

Singgih Daru Kuncara, M.R. Nababan dan Sri Samiati (2013) dalam
jurnal yang berjudul “Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif Pada Novel

Universitas Sumatera Utara

The Godfather dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian ini
memberi perhatian khusus terhadap tuturan-tuturan. Hal tersebut disebabkan
karena setiap tuturan mengandung maksud tertentu sesuai dengan konteks situasi
yang menyertainya. Maksud lain penutur inilah yang harus diungkapkan oleh
seorang penerjemah. Konteks situasi yang menaungi suatu tuturan, isi topik
tuturan, kedudukan sosial penutur dan mitra tutur merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam menganalisa suatu ujaran. Penelitan ini bertujuan untuk
mengevaluasi penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif, penggunaan teknik
penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, dan dampaknya terhadap kualitas
hasil penerjemahannya. Tindak tutur yang mengandung ilokusi direktif dalam
novel the Godfather karya Mario Puzo adalah objek kajian dalam penelitin ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 153 data ditemukan sebanyak delapan
fungsi ilokusi direkif. Fungsi tersebut adalah

memerintah, menyarankan,

meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan.
Kemudian ditemukan sebanyak 12 teknik penerjemahan dengan frekuensi total
penggunaan sebanyak dua kali. Teknik tersebut meliputi teknik harafiah,
peminjaman murni, transposisi, reduksi, penambahan, modulasi, partikularisasi,
adaptasi, amplifikasi linguistik, penghilangan, padanan lazim, deskripsi dan
generalisasi. Teknik yang digunakan cenderung menghasilkan terjemahan yang
akurat, berterima dan mudah dipahami.Persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah bahwa keduanya menggunakan teori
Molina dan Albir dalam menganalisis teknik penerjemahan. Perbedaan keduanya
terletak pada kajian yang dikaji. Objek kajian terdahulu adalah tindak tutur yang
mengandung ilokusi direktif dalam novel the Godfather karya Mario Puzo,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan objek kajian dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah teknik
penerjemahan dan tingkat kewajaran terjemahan.

Mashadi Said (2010) dalam jurnal yang berjudul “Menilai Terjemahan”.
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana meneliti kualitas terjemahan dan
menjelaskan bagaimana menilai teknik terjemahan yang terdiri dari uji
keakuratan, uji kewajaran, uji keterbacaan, terjemahan balik, uji keterpahaman,
dan uji kekonsistenan. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian yang peneliti
lakukan adalah penelitian ini memberikan masukan tentang teori

Larson

(1984:485) dalam mengkaji penilaian terjemahan.

Salar Manafi Anari (2009) dalam jurnal yang berjudul “Naturalness and
Accuracy in English Translation of Hafiz”.Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan tingkat kewajaran (naturalness) dan keakuratan terjemahan Hafiz
dalam bahasa Inggris oleh orang Inggris asli (native) dan orang Persia(nonnative).Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Apakah ada perbedaan
kewajaran(naturalness) dan keakuratan antara terjemahan Hafiz ke bahasa
Inggris oleh orang Inggris asli(native) dengan orang Persia(non-native)? (2)
Apakah mungkin suatu terjemahan mencapai kewajaran (naturalness) dan
keakuratan dalam terjemahan puisi?. Untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini, beberapa sampel Hafiz dipilih dan dibandingkan antara kedua
terjemahan yang berbeda. Terjemahan pertama dilakukan oleh Pazargi,
penerjemah

Persia,

dan

kedua

dilakukan

oleh

Clarke,

penerjemah

Inggris.Penelitian ini menggunakan metode comperative descriptive.Setelah
membandingkan antara kedua terjemahan tersebut, peneliti menarik kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

bahwa terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Persia lebih akurat, namun
terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Inggris lebih wajar (natural). Jika
penerjemah native dan non native bekerjasama dalam menerjemahkan suatu
karya sastra, khususnya puisi, akan menghasilkan suatu terjemahan yang lebih
baik dalam segi kewajaran (naturalness) dan keakuratan.Kontribusi penelitian
terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian ini
memberikan masukan tentang tingkat kewajaran oleh Larson (1984:485) dan
bagaimana membedakan antara tingkat keakuratan dan tingkat kewajaran dan
cara menganalisis data tersebut.

Kerangka Pikir
Kerangka pikir berikut ini menjelaskan alur pemikiran peneliti dalam
pelaksanaan penelitian yang berkaitan erat dengan rumusan masalah yaitu (1)
Teknik-teknik penerjemahaan apakah yang diterapkan penerjemah dalam
menerjemahkan Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual? (2)
Bagaimanakah tingkat kewajaran terjemahan Bab 1 buku Biology for Junior High
School Bilingual?
Berdasarkan rumusan tersebut, kerangka teori penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
Kata, frasa, klausa,
kalimat berbahasa
Inggrisdalam Bab 1 buku
Biology for Junior High
School Bilingual

Kata, frasa, klausa,
kalimat berbahasa
Indonesiadalam Bab 1
buku Biology for Junior
High School Bilingual

Universitas Sumatera Utara

Teknik Penerjemahan

Tingkat Kewajaran

Molina dan Albir (2002:509)

Larson(1984:485)

Temuan

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Universitas Sumatera Utara