Peranan Ilmu Kimia dalam Bidang Pertania

Peranan Ilmu Kimia dalam Bidang Pertanian
Tidak dipungkiri lagi, di era modern ini kita dituntut untuk melakukan
suatu kemajuan dan perkembangan. Tidak terkecuali pertanian, kegiatan
pertanian sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Dengan bertambahnya tahun,
orang-orang mulai berpikir dan mulai menemukan hal-hal yang membantu
mereka dalam kegiatan pertanian.
Kimia adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sifat dan ciri suatu zat.
Kimia dan teori-teorinya sudah lama ditemukan dan dikemukakan oleh para ahli
pada tiap-tiap zaman. Pada zaman sekarang ilmu kimia sudah menyangkup
banyak bidang termasuk bidang pertanian.
Pertanian adalah kegiatan yang menyangkut tentang tanaman. Lalu apa
hubungan tanaman dan kimia? Tanaman dalam proses fotosintesis mengambil
makanan dari tanah, tanaman membutuhkan unsur-unsur atau mineral yang
terkandung dalam tanah. Unsur atau mineral inilah yang diteliti dan
dikembangkan oleh para ahli kimia. Unsur atau mineral yang dibutuhkan
tanaman ini disebut unsur hara.
1. Fungsi dan Pengaruh Unsur Hara
C,H,O,N,P dan K merupakan contoh unsur hara. C,H dan O
didapat oleh sebuah tanaman melalui senyawa CO2 dan H2O. Unsur N
digunakan tanaman dalam bentuk nitrat tetapi unsur N banyak diudara
dalam bentuk N2. Unsur N digunakan tanaman untuk membantu dalam

pertumbuhan, terutama batang dan daun. Unsur P atau fosfor digunakan
tanaman untuk pembentukan akar dan asimilasi tanaman. Unsur K atau
kalium membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat selain itu
juga berfungsi memperkuat bunga dan buah.

Unsur-unsur tersebut diambil oleh tanaman dari tanah. Tanaman
yang tidak difungsikan oleh manusia akan mati dan mengembalikan
unsur-unsur tersebut ke tanah. Tetapi pada lahan tanah yang dipanen atau
difungsukan oleh manusia otomatis tanaman tidak mengembalikan unsur
tersebut ke tanah dengan kata lain unsur hara pada tanah berkurang. Pada
pertanian tradisional masyarakat menanam polong-polongan untuk
mengembalikan kesuburan tanah karena polong-polongan mengikat
langsung nitrogen dari udara dan nantinya diubah menjadi senyawa
amonia bersama bakteri tanah. Pada pertanian moderen hal ini tidak
efektif, para ahli dan pakar kimia mencari pemecahan masalah ini dan
didapati yang namanya pupuk.
Misal pada pemupukan N terhadap produksi tanaman padi toleran
rendaman. Tanaman padi akan tumbuh dan memiliki nilai produksi yang
maksimal apabila di beri pupuk yang mengandung unsur Nitrogen (N) dengan
takaran yang sesuai. Namun berbeda cerita apabila tanaman padi tersebut

terendam banjir. Apabila tanaman padi terendam banjir maka produksinya akan
berkurang di akibatkan oleh kekurangan oksigen karena difusi oksigen
terhambat oleh air. Maka pemupukan yang dilakukan tidak sama seperti kondisi
normal. Oleh karena itu kita harus mengetahui seberapa besar peranan
pemupukan N terhadap padi yang terendam banjir.
Setelah dilakukan beberapa percobaan maka dapat diketahui bahwa padi
yang terendam banjir tumbuh lebih lambat daripada yang tidak terendam banjir.
Sedangkan pertumbuhan tanaman yang terendam banjir akan lebih stabil
apabila di beri pupuk urea briket sebesar 300 kg / hektar. Dimana urea adalah
senyawa organik yang tersusun atas unsur

karbon, hidrogen, oksigen, dan

nitrogen. Dengan kandungan nitrogen yang dominan sekitar 46 persen. Maka

dari itu peranan unsur hara atau unsur kimia sangat penting dalam menunjang
pertumbuhan dan produksi tanaman.
2. Pupuk, Kegunaan dan Alternatif
Pupuk adalah sesuatu yang ditambahkan pada tanaman untuk
memenuhi kebutuhan zat hara sehingga proses pertumbuhan berlangsung

baik. Unsur-unsur yang dibutuhkan bagi tumbuhan seperti C,H,O,N dan P
dimasukan atau dikandung oleh pupuk dalam persentase yang berbedabeda tergantung pemakai ingin menambahkan unsur hara apa
ketanamannya. Seperti pupuk urea, pupuk urea mengandung kurang lebih
45% unsur Nitrogen. Contoh lain seperti pupuk ES (Enkel Superfosfat)
dan pupuk TSP(Tripel Superfosfat) yang masing-masing mengandung
kurang lebih 20% dan 50% unsur fosfor. Dan banyak jenis pupuk lainnya
yang mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman.

Banyak pupuk yg dipilih oleh petani, salah satunya adalah pupuk
kandang. Pupuk Kandang Ayam (PKA) merupakan pupuk organik yang mampu
meningkatkan pH dan kejenuhan basa karena mengandung basa-basa K, Ca, dan
Mg. PKA juga berfungsi sebagai chelating agent terhadap kation logam Al dan
Fe, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, suhu tanah dan kesuburan tanah.
Sedangkan pupuk phonska adalah pupuk anorganik yang berfungsi untuk
menambah kandungan mineral hara makro N, P, K, dan S.
Pupuk ini mampu meperbaiki keadaan tanah podsolik merah kuning yang
memiliki sifat fisik dan kimia buruk bagi pertumbuhan tanaman, permeabilitas
lambat dengan bertambahnya kedalaman tanah dan stabilitas agregatnya kurang
baik. Keadaan ini diperburuk dengan adanya reaksi masam yang dicirika
dengan kandungan Al yang tinggi. Pengaruh buruk terhadap tanaman yaitu

rusaknya pertumbuhan dan perkembangan akar. Pemberian pupuk ponska dan

PKA akan memberikan ketersediaan unsur hara secara simultan. Unsur hara
pupuk anorganik mudah dan cepat tersedia sedangkan pupuk organic tersedia
secara lambat dan bertahap sehingga ketersediaan hara akan terus tercapai.
Pupuk lain yg digunakan oleh petani adalah Pupuk Sugoi. Pupuk Sugoi
adalah pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara makro seperti ( N ,
P , K, Ca , Mg dan S ) serta memiliki unsur hara mikro yaitu ( Fe , Zn , B , dan
Mn ) . Pupuk ini banyak digunakan para petani untuk tanaman sayuran salah
satunya adalah buncis. Namun belum ada informasi secara pasti mengenai dosis
pemberian pupuk sugoi untuk tanaman buncis. Sehingga produksi buncis
menjadi tidak maksimal. Walaupun dalam teorinya anjuran penggunaan produk
adalah 66 lt/ha, namun peneliti mencoba untuk membuktikanya.
Oleh karena itu dilakukan percobaan yang dilakukan di desa cijambe
kecamatan paseh kabupaten sumedang pada ketinggian 483 m di atas
permukaan laut dengan jenis tanah vertisol untuk mengetahui dosis yang tepat
supaya buncis memberikan produksi yang terbaik. Percobaan dilakukan dengan
lima faktor pengujian sebanyak lima kali pengulangan. Dosis Pupuk Sugoi yang
diteliti adalah A. 0 lt/ha , B. 33 lt/ha, C. 66 lt/ha, D. 99 lt/ha, E. 133 lt/ha .
Dari percobaan tersebut diketahui bahwa dosis pupuk sugoi berpengaruh pada

produksi buncis diantaranya jumlah , besar , dan bobot polong dari buncis
tersebut. sedangkan dosis yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan
produksi buncis adalah sebanyak 99 lt/ ha. Dari percobaan tersebut juga dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur kimia seperti N , P , K , Ca , Mg , S dan lainya
mampu meningkatkan produksi buncis. Dan memberikan andil besar dalam
meningkatkan kesejahteraan petani.
Selain itu, pemberian pupuk cair organic sangatlah bagus karena dapat
meningkatan jumlah daun ,cabang, volume akar, jumlah polong pada buncis.

Pembentukan daun pada tanaman buncis meningkat paling tinggi saat diberikan
10 l/ha. Sedangkan untuk menumbuhkan cabang paling baik adalah
memberikan pupuk sebesar 20 l/ha. Untuk , meningkatkan bobot segar polong
terbesar adalah dengan pemberian pupuk sebanyak 10 l/ha. Untuk penggunaan
pupuk secara optimal sehingga mendapatkan buncis terbaik belum ditemukan.
Jika sudah ditemukan pasti akan sangat membantu kebutuhan pangan akan
sayuran.
Pupuk yang dapat kita jumpai lagi adalah pupuk nitrofosfat. Pupuk
nitrofosfat merupakan sebuah jenis pupuk yang berkembang di daratan eropa.
Pupuk ini mengandung unsur utama Asam Nitrat dan memiliki kadar fosfat
yang lebih rendah dari pupuk fosfat lainnya. Jerman meruapakan produsen

pertamanya. Pupuk jenis ini pada zaman dahulu perkembangannya tertinggal
dengan amonium pospat karena masih susahnya mendapatkan asam nitrat.
Pabrik-pabrik pembuat pupuk tertarik membuat pupuk nitrofosfat karena harga
bahan mentahnya lebih rendah dan kurangnya persediaan belerang.
Pupuk nitropospat merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan
petani-petani di Indonesia, sehingga dapat mengurangi permintaan pupuk yang
berlebihan yang mengakibatkan kekurangannya bahan mentah belerang untuk
pembuatan pupuk ammonium pospat. Namun pupuk ini tidak cocok digunakan
di tanah jawa karena keterlarutan fosfat dalam pupuk nitrofosfat berbentuk
dikalium fosfat yang nitrogennya masih dalam bentuk ammonium dan nitrat
sehingga akan berdampak seperti ini:
a. Tanaman tembakau tidak cocok menggunakan pupuk ini, NH4 yang
terkandung cukup besar (10% N – NH4) , jika daunnya mengandung
ammonium terlalu besar akan berdampak pada kualitas tembakau itu.
b. Pupuk ini juga tidak cocok digunakan di sawah , lebih cocok
digunakan untuk perkebunan. Karena akan menyebabkan hilangnya N

yang cukup banyak. Karena akan mengalami proses denitrifikasi
menjadi gas N2 yang melayang ke udara setelah N – NO3 masuk ke
dalam lapisan reduksi lahan sawah.

c. Pupuk ini lebih efektif digunakan dalam tanah gampingan daripada
tanah yang bersifat masam karena kandungan pospatnya.
Walaupun banyak persyaratan dalam penggunaannya, namun pupuk ini bisa
menjadi alternative untuk mengurangi permintaan pupuk ammonium pospat.
Kalau kita sedang membicarakan pupuk maka kita juga akan
membicarakan tanaman. Selain kita menemui tanaman padi dan buncis, kita
juga akan menemui tanaman kacang tanah. Tanaman kacang tanah yang
umumnya ditanam dilahan kering (tanah Alfisol) juga perlu pupuk untuk
meningkatkan kualitas tanah tersebut. Tanah alfisol memiliki sifat fisika yang
cukup baik akan tetapi memiliki kandungan humus dan hara yang sedikit,
namun kaya akan kandungan Ca dan Mg. Setelah meninjau beberapa percobaan
yang pernah dilakukan. Pupuk ZA adalah pupuk yang paling efektif di tanah
alfisol ini mengalahkan urea. Karena dapat meningkatkan penyerapan zat hara
P, K, dan S yang lebih baik daripada Urea.\
Pada tanaman karet pada umumnya di tanam di tanah masam dengan ciri
memiliki kandungan Al dan Fe yang tinggi dan memiliki kemampuan fiksasi P
yang cukup besar, namun kesuburan kimiawi tanahnya masih rendah. Unsur P
yang dibutuhkan tanaman karet sangatlah besar yaitu 1900 kg P 2O3 (Djikman,
1951) . Maka kandungan P yang ada di dalam tanah harus ditingkatkan. Bisa
dilakukan dengan cara pemberian pupuk. Setelah dihapuskannya subsidi pada

TSP dan SP banyak orang yang beralih ke pupuk fosfat alam yang memiliki
harga jauh lebih murah. Ada beberapa varian pupuk alam seperti Ghafsa Rock
Pshospate (29% P2O5 ), Jordan Rock Pshospate (30% P2O5 ), Marocco Rock
Pshospate (30% P2O5 ), dan China Rock Pshospate (30% P2O5 ). Tanaman karet
yang menggunakan pupuk Ghafsa memiliki pertumbuhan 4% lebih tinggi

dibanding TSP. Dan pupuk fosfat alam Ghafsa bekerje lebih baik pada tanaman
lilit karet klon.
Tanaman lain yang juga membutuhkan peranan ilmu kimia adalah jagung.
Jagung merupakan komoditas pertanian yang strategis untuk mendorong
industri di berbagai sektor. Namun masih banyak kendala yang di hadapi oleh
para petani di antaranya adalah kualitas tanah. Seperti yang ada di gorontalo
dimana jenis tanahnya adalah tanah vertisol. Tanah vertisol adalah tanah yang
hitam keabu-abuan dan bertekstur liat, memiliki kadar unsur makro N dan K
yang rendah. Para petani saat ini membudidayakan tanaman yang relatif
membutuhkan unsur hara dalam jumlah banyak.
Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
tanah vertisol. Jagung membutuhkan unsur hara makro seperti Nitrogen (N)
,fosfor ( P), dan kalium (K) . Tanah perlu di beri pemupukan apabila kadar N
dalam tanah kurang dari 0,4 persen dan kadar K kurang dari 0.43 cmol/kg

sedangkan jagung akan memberi respon kepada pupuk apabila kandungan P
kurang dari 87.32 mg/kg . tanah vertisol memiliki kandungan N yang relatif
rendah

, P yang tinggi , dan K yang rendah. Oleh karena itu kita perlu

mengetahui kombinasi yang tepat antara unsur N , P , dan K didalam pupuk
agar tanah vertisol mampu memumbuhkan jagung dengan maksimal.
Maka dari itu kita melakukan percobaan melalui lima perlakuan yang
berbeda dengan tiga kali pengulangan pada tanah vertisol. Dan dari percobaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi pupuk N sangat berpengaruh pada
peningkatan produksi jagung. Dimana umur berbunga bunga betina paling cepat
ketika di beri pupuk NK tanpa P dan paling lambat jika tanpa kandungan N .
demikian juga terhadap presentase ketinggian tongkol terhadap tanaman paling
besar terjadi saat diberi pupuk NK tanpa P. Oleh karena itu tumbuhan jagung

sebaiknya ditanam pada media yang diberi tambahan unsur kimia Nitrogen (N)
dan juga kalium (K) karena unsur kimia tersebut sangat berperan pada
peningkatan produksi jagung.
Jenis tanah juga akan dibahas selain kita membahas tanaman dan pupuk.

Setelah tadi sudah membahas hal yang berkaitan dengan tanah alfisol dan tanah
vertisol disini kita juga akan hal yang berkaitan membahas tanah ultisol yaitu
cara mengolah tanah ultisol. Tanah ultisol baik secara fisik maupun kimia
sangat buruk keadaannya. Pemanfaatan tanah ini memerlukan penanganan yang
akurat seperti pengolahan tanah seminimum mungkin, pemberian bahan
organik, pumupukan, penambahan kapur, pertanaman adaptif. Pengolahan tanah
seminimum mungkin dilakukan karena ultisol mengandung horizon argilik.
Pengolahan yang tidak tepat dapat memicu horizon argilik terangkat.
Teragnkatnya horizon argilik akan menimbulkan masalah baru di lahan ini.
Tanah ini mempunyai kandungan bahan organik yang rendah,
menyebabkan pemadatan tanah sehingga akar akan sulit penetrasi untuk
mendapaatkan hara, air dan udara selama pertumbuhannya. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemberian pupuk kandang karena kandungan pupuk tersebut
mampu memperbaiki struktur tanah ini.
Selain tanah, tanaman, dan pupuk kita pasti juga akan menjumpai pestisida
agar tanaman kita tidak terserang hama jika kita membicarakan tentang peranan
ilmu kimia dalam bidang pertanian.
Dalam pertanian pasti sudah tak asing jika kita menggunakan pestisida
untuk memberantas hama atau bahkan racun tikus, karena sebenarnya pestisida
membuat terhambatnya kinerja enzim pada organism sehingga hama hama

dalam pertanian akan terhambat dalam meranggas tanamap pertanian atau

bahkan mati. Bahkan sebenarnya penggunaan pestisida telang berlangsung sejak
dahaulu yaitu sekitar 2500 SM, di mana para petani di Sumeria mulai
menggunakan asap sulfur untuk memberantas hama tanaman yaitu tanagau. Dan
tiidak hanya itu bahkan sekitar abad 15 telah ada penggunaan bahan kimia
beracun untuk memberantas serangga dalam pertanian seperti serbuk timah,
mercury dan arsenic. Bahkan pada awal abad 17 telah di temukan insektisida
yang terbuat dari pohon tembakau yang di ekstrak menjadi nicotin sulfat.
Akirnya penggunaan pestisida meluas dan berkembang sehingga pada
tahun 1940 dan 1950an dikenal dengan era pestisida di mana semua jasat renik,
bahan kima dan virus yang dapat digunakan untuk membasmi hama pertanian di
kenal dengan pastisida. Tapi sebenarnya mulai di sadari bahwa pestisida bukan
hanya membahayakan para hama tanaman, tetapi setelah di kaji, pestisida juga
berbahaya bagi manusia, karena bahan bahan kima yang di gunakan bersifat
menghamabat kerja enzim , beracun dan mematikan, sehingga endapan endapan
bahan bahan tersebut atau bahkan bahan bahan kimia tersebut yangterserap pada
tanah lahan pertanian dan aneka tanaman pertanian mengandung bahan bahan
berbahaya tersebut, padahal tanaman hasil pertanian tersebut akan di konsumsi
oleh manusia sehingga pasti berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu
setelah perang dunia ke dua telah dicetuskan revolusi hijau oleh Thomas Robert
maltus dimana memang penggunaan kimia tetap di gunakan, tetapi mengurangi
penggunaan bahan kima yang membahayakan kesehatan manusia, kemudian
mulailah dicari bahan bahan kima organic dan mengandung zat zat yang paling
tidak tak terlalu berbahaya yang berbeda dengan bahan bahan sebelum perang
dunia 2.
Akirnya banyak penemuan penemuan dan perkembangan bahan bahan
yang dapat di gunakan untuk pestisida yang lebih aman bagi manusia. Dari yang
sangat sederhana sampai yang sedikit agak rumit cara dan pengolahan pestisida

ditemukan dan digunakan, seperti misalnya penggunaan Lombok / cabai untuk
pestisida pada tanaman jagung, banyak petani petani tradisional menggunakan
ekstrak Lombok / cabai untuk membunuh hama. Dan mulai dikembangkan
penggunaan kencur sebagai bahan pestisida karena terdapat minyak astiri pada
kencur yang mengandung aldehid, cineol dan etyil asam metyil dan ester. Selain
kencur ternyata di Indonesia mulai dikembangkan pestisida dengan bahan
tumbuhan pakem, karena pada seluruh tubuh dari tumbuhan pakem
mengandung asam sianida dengan kadar sangat tinggi yang mampu digunakan
sebagai antimikroba, antioksidan, insektisida dan fungisida.selain penggunaan
pestisida yang semakin berkembang , untuk peningkatan hasil pertanian dengan
pengolahan bahan bahan kimia dilakukan dengan penggunaan pupuk kimia,
seperti urea, tetpi lagi lagi bahan bahan yang digunakan dalam penggunaan
pupuk kimia dikembangkan , mulailah dikembangkan pupuk biokimia, antara
lain dengan kombinasi penggunaan pupuk kimia dengan bio bost, biobost yaitu
pupuk yang terbuat dari bhan bahan organic hayati, selain dengan penggunaan
bahan pupuk biobost kombinasi pupuk kimia dengan pupuk kandang mulai di
kembangkan sehingga terciptalah bio kima, bahkan kotoran kotoran hewan
ternak mulai di teliti untuk penggunaan pupuk (selain kotoran kambing) seperti
kotoran kerbau dan kotoran sapi. Pada masa ini telah banyak pengembangan
pengembangan dalam penggunaan pupuk untuk pertanian dan panggunaan
pestisida untuk menghilangkan hama hama tetapi tentunya yang aman bagi
kesehatan manusia.
Banyak ahli dan mahasiswa yang melakukkan penelitian sehingga tercipta
penemuan baru atau pengetahuan baru. Setelah dibahas hal-hal yang berkaitan
tentang ilmu kimia dalam bidang pertanian beserta dengan penelitian yang
dilakukkan, dibawah akan dibahas lebih banyak lagi beberapa penelitian.

1. PEMBERIAN NITROGEN PADA BERBAGAI MACAM MEDIA
TUMBUH HIDROPONIK
Pada penelitian kali ini, objek yang dipilih dan digunakan adalah media
tumbuh hidroponik berupa buah paprika. Buah paprika disini digunakan sebagai
media untuk mempelajari pengaruh konsentrasi Nitrogen pada macam media
tumbuh hidroponik yang nampaknya berpengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas buah paprika yang di berikan pengaruh konsentrasi nitrogen. Nitrogen
disini menjadi sumber nitrat yang membantu bakteri nitrifiasi, sehingga bakteri
nitrifikasi dapat menyusun senyawa nitrat dari nitrogen di dalam tanah secara
aerob. Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof karena menggunakan
senyawa nitrogen inorganik sebagai dalam siklus hidupnya.
Percobaan ini dilaksanakan di desa Purwodadi, Pakem, Sleman dan
Laboratorium Kimia dan biokimia, FakultasTeknologi Pertanian UGM.
Rancangan acak kelompok lengkap ( RAKL ) digunakan secara factorial pada
percobaan ini. Sehingga terdapat 2 faktor pada percobaan ini yaitu, pertama ada
media tumbuh yang terdiri dari pasir, arang, dan sekam serta campuran dari
ketiga bahan tersebut. Kedua adalah konsentrasi nitrogen yang berbeda-beda
yaitu yakni 100 ppm, 180 ppm, 160 ppm dan 340. ppm.
Dari percobaan ini, memberiikan hasil bahwa pemberian nitrogen
berkonsentrasi 180 ppm pada media tumbuh campuran akan memberikan
kuantitas dan kualitas buah paprika terbaik.
2. SIFAT KIMIA ENTISOL PADA SISTEM
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berasal dari sistem pertanian
berbasis bahan high input energy ( bahan fosil ) pada tanaman dapat merusak
sifat-sifat tanah yang pada kurun waktu berjalan akan menurunkan produktivitas
tanah tersebut.

Meskipun demikian, ada cara lain agar keseburuan tanah dan kelestarian
lingkungan tetap terjaga yaitu dengan dengan sistem pertanian altrnatif yang
menggunakan teknologi masukan rendah ( low input energy ). Teknologi ini
juga mempertahankan atau meningkatkan produktivitas tanah. Dalam teknologi
ini, bahan organik dan pendauran ulang limbang lebih diutamakan untuk
penggunaannya. Pertanian organik ini juga sudah memberikan bukti dengan
adanya beberapa perubaan yang terjadi dari sifat fisik maupun sifat kimia dari
tanah tersebut.
Percobaan dilakukan dengan

memakai metode sampling, sampling

diambil dari lahan pertanian organik dan non organik. Pada pertanian organik,
diambil 2 sample tanah dari lokasi yang berbeda, sedangkan pada pertanian non
organik, diambil 4 sample tanah dari lokasi yang berbeda juga. Pengambilan
contoh tanah dilakukan pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
Dari penilitan yang dilakukan antara tanah dengan sistem pertanian
organik dan non organik, kita mendapatkan perbedaan yang nyata terhadap sifat
kimia tanah (KPK, pH H2O, P tersedia, K tersedia, N total, kandungan karbon,
asam humat dan fulfat) bahwa pertanian organik menunjukan hasil/nilai yang
lebih baik dibandingkan pertanian non organik.
3. PEMUPUKAN N,P,K DAN AMELIORASI LAHAN PASANG SURUT
SULFAT MASAM BERDASARKAN NILAI UJI TANAH UNTUK
TANAMAN JAGUNG
Penilitian dilakukan kepada lahan pasang surut sulfat masam dengan
melakukan pengembangan jagung, lahan yang dimaksud adalah lahan yang
bersifat masam, kadar unsur hara makro rendah, serta bahan organik rendah.
Namum karena rendahnya modal para petani di Indonesia, masalah ini menjadi
sulit diatasi karena dibutuhkan pemupukan dan ameliorasi dengan dosis yang

tinggi. Diharapkan dari percobaan ini, didapatkan informasi mengenai dosis
pupuk NPK dan amelioran sehingga kedua hal ini dapat memberikan hasil yang
maksimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lahan pasang
surut sulfat masam. Percobaan dilaksanakan di lahan petani Barambai
Kalimantan Selatan sejak Oktober 1999 hingga Maret 2000.
Rancangan acak berblok dengan tiga ulangan digunakan sebagai metode
dalam percobaan ini, rancangan tersebut terdiri dari kombinasi antara NPK
dengan amelioran. Lokasi penilitan memiliki kadar hara NPK yang rendah.
Namun, Pemberian pupuk NPK Ca dosis 200 kg/ha Urea + 125 kg/ha SP-36 +
75 kg/ha KCI + 750 kg/ha kapur dapat menghasilkan jagung sebesar 4,40 t/ha.
Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi perbedaan yang jelas dengan lahan
pasang surut yang kadar hara NPK nya rendah. Pengaruh N, K dan kapur dapat
meningkatkan hasil jagung secara linear dan P optimum pada dosis 137,5 kg
SP-36/ha.

4. TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI HITAM
TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN BIOPESTISIDA
GULMA SIAM (CHROMOLAENA ODORATA)
Pada percobaan kali ini digunakan kedelai hitam yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh takaran kompos dan biopestisida gulma siam pada
tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Banguntapan Fakultas
Pertanian UGM pada bulan Mei sampai Agustus 2003. Metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) digunakan dengan rancangan factorial 3 x 3 + 3. Penelitian ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah takar kompos gulma
siam yang terdiri dari beberapa komposisi yaitu 10, 20, dan 30 ton/h, kemudia
faktor kedua adalah kadar biopestisida gulma siam yang terdiri dari komposisi
yang berbeda yaitu: 1, 2, dan 3 %. Selain itu tanaman juga diberikan pupuk
Urea 50 kg/ha, TSP dan KCl masing-masing 100 kg/ha. Selain itu juga terdapat

tanaman kontrol yang terdiri dari 3 jenis yang berbeda, yaitu tanaman yang
tidak diberi pupuk dan tidak disemprot pestisida (kontrol 1), tanaman yang
diberi pupuk kandang dan disemprot pestisida kimiawi (kontrol 2) dan tanaman
yang diberi pupuk kandang dan disemprot biopestisida gulma siam 2 % (kontrol
3).
Dari percobaan ini dengan melihat tanaman kedelai hitam beserta
kontrol-kontrolnya, memberikan hasil bahwa hasil kedelai tertinggi yaitu 1,53
ton/ha adalah dengan pemberian takaran kompos 30 ton/ha. Kemudian,
biopestisida

yang

disemprotkan

pada

tanaman

tidak

mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil kedelai hitam.
5. PENGARUH PEMBERIAN KAPUR DAN UKURAN BULBIL
TERHADAP PERTUMBUHAN ILES-ILES (Amorphophallus muelleri
Blume) PADA TANAH BER-AL TINGGI
Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume sin. A. blumei (Scott.) Engler
sin. A. oncophyllus Prain) termasuk famili Araceae, merupakan tanaman yang
memiliki prospek dan potensi di Indonesia. Tanaman ini menghasilkan
karbohidrat yang tinggi dan sangat mudah didapatkan. Karbohidrat tanaman ini
berupa glukomanan, glukomanan dapat digunakan untuk industry, obat-obatan
dan laboratorium kimia.Dalam pertanian tanah yang memiliki kadar Al tinggi,
secara fisik dan kimia dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tetapi apabila
dilakukan penanganan dengan cara pemupukan dan pengapuran, tanah tersebut
akan menjadi sangat produktif. Berdasarkan habitat aslinya dan pengamatan,
tanaman iles-iles banyak ditemukan di daerah yang berkapur. Iles-iles tumbuh
baik ditempat yang memiliki drainase yang baik, dengan pH tanah 6-7,5.Salah
satu sumber bahan tanaman pada budidaya iles-iles adalah bulbil (umbi daun).
Bulbil (umbi daun) ini memiliki jumlah dan variasi ukuran yang cukup banyak.
Biasanya dalam 1 tanaman iles-iles manghasilkan 1-20 bulbil, bentuk dan
ukuran berbeda-beda tergantung letaknya.Berdasarkan latar belakng diatas akan

dilakukan percobaan tentang pengaruh perberian kapur kaptan (kapur pertanian)
dan berbagi ukuran bulbil pada tanah yang memiliki kadar Al tinggi. Diduga
dengan pemberian kaptan (kapur pertanian) akan memperbaiki kondisi tanah
dan meningkatkan pertumbuhan bulbil.
Percobaan dilaksanakan secara Faktorial menggunakan RAK (Rancangan
Acak Kelompok), dua factor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
dosis kaptan (kapur pertanian). Faktor kedua adalah ukuran bulbil yang tediri
dari besar, sedang, dan kecil.
Kesimpulan dari percobaan adalah sebagai berikut : Tanah ber Al tinggi
perlu diberi kapur sampai pada taraf 20 ton kapur ha. Berbagai macam bulbil
bisa digunakan untuk benih, namun disarankan menggunakan bulbil bergaris
tengah lebih dari 2,5 cm. Kadar Al tertinggi terdapat pada tanah tanpa diberi
kapur. Pemberian pupuk kandang pada tanah ber Al tinggi dapat memperbaiki
unsur hara pada tanah tersebut dan mengurangan dampak merusak dari Al
terhadap tanaman sehingga iles-iles dapat tumbuh dengan baik.
6. PENINGKATAN KUALITAS ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA
DENGAN PEMBERIAN KOLKHISIN
Perbaikan varietas anggrek Dendrobium secara inkonvensional dapat
dilakukan dengan cara penggandaan kromosom menggunakan kolkhisin.
Kolkhisin adalah salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan poliploid.
Sifat umum dari poliploid adalh tanaman menjadi lebih kekar, bagian tanaman
lebih besar (akar, batang, daun, bunga, dan buah) sehingga nantinya sifat-sifat
tanaman menjadi lebih baik.poliploid dapat terjadi secara alamai atau secara
buatan, poliploid secara buatan dapat dihasilkan dengan zat kimia tertentu salah
satunya adalah kolkhisi.

Pada tanaman anggrek, pemberian kolkhisin merupakan teknik membuat
bunga anggrek raksasa atau ukuran yang lebih besar dari normalnya. Menurut
penelitian Soedjono dan Suskandari (1996) tentang pengaruh waktu
perendaman dan konsentrasi kolkhisin menunjukan bahwa waktu perendaman
lebih lama dan konsentrasi kolkhisin yang lebih besar memberikan ketegaran
protokorm yang lebih tinggi.Tanaman poliploid biasanya memiliki ukuran
bagian-bagian tanaman yang lebih besar, sel yang lebih besar dan tampak pada
sel-sel epidermis, inti sel, buluh-buluh pengangkut, dan ukuran stomata yang
lebih besar.
Interaksi perlakuan waktu perendaman dengan konsentrasi kolkhisin
berpengaruh nyata pada parameter batang, ukuran bunga anggrek dan jumlah
kromosom. Kolkhisin dapat merubah jumlah kromosom dalam sel. Hal ini
tampak pada perubahan jumlah kromosom pada tanaman yang mendapat
perlakuan disbanding dengan tanaman kontrol. Bunga anggrek yang dihasilkan
pada tanaman anggrek dihasilkan pada tanaman anggrek dengan perlakuan
kolkhisin menunjukan ukuran dan ketebalan yang berbeda dibandingkan dengan
tanaman anggrek kontrol. Perubahan secara fenotipik bunga anggrek terjadi
pada setiap perlakuan waktu dengan konsentrasi kolkhisin, yaitu perubahan
warna bunga, dan tingkat kehalusan permukaan.
Kesimpulan adalah : Peningkatan kualitas bunga anggrek dapat
ditingkatkan dengan diberi perlakuan kolkhisin dengan lama perendaman 6 jam
dengan

konsentrasi

0.02%.

Pemberian

kolkhisin

dapat

meningkatkan

keanekaragaman fenotipik bunga anggrek yang diujikan.
7. PENGGUNAAN PUPUK FOSFAT, KALIUM DAN MAGNESIUM
PADA TANAMAN BAWANG PUTIH DATARAN TINGGI

Salah satu upaya agar suplai bawang putih di pasar stabil, perlu upaya
mengintensifkan penanaman bawang putih baik di dataran medium maupun
dataran tinggi. Bawang putih merupakan tanaman holtikultura penting sebagai
sumber pendapatan petani Indonesia. Hasil pertanian ini perlu ditingkatkan terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat karena bawang putih banyak
digunkan untuk bahan bumbu masak dan juga obat-obatan. Dalam peningkatan
hasil pertanian biasanya dilakukan pemberian pupuk, entah dengan pupuk
organic maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organic dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, kimia, dan biologi tanah, sebagai penyangga kation,
pengekstraksi

mineral

oleh

asam

humat,

merangsang

pertumbuhan

mikroorganisme tanah serta mennyediakan unsur N, P, K, dan S.
Pemupukan fosfat yang terus menerus, terutama bila takaran tinggi akan terjadi
akumulasi fosfat didalam tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
hasil umbi bawang putih yang tinggi dan berkualitas. Penelitian dilakukan di
lahan dengan ketinggian 1100 m diatas permukaan laut, dengan jenis tanah
andosol. Sebagai pupuk dasar adalah 15 ton/ha pupuk kandang kambing, 150 kg
N/ha, sedangkan P2O5 dari SP-36, K2O dari KCl dan ZK dan Mg dari MgO
dengan takaran seperti pada perlakuan.
Kesimpulan dari penelitian adalah : Dosis P dan Mg sebesar 200 kg dan
60 kg MgO/ha, dan dosis K 150 kg K2O pada 30 hari seelah tanam diperoleh
tanaman lebih kekar, lebih tinggi serta hasilnya tinggi dengan umbi yang lebih
besar.

8. METABOLISME NITROGEN PADA TANAMAN KEDELAI YANG
MENDAPAT GENANGAN DALAM PARIT
Genangan dalam parit oleh peneliti lain disebut sebagai budidaya basah
dapat meningkatkan hasil biji kedelai di lapangan 20% hingga 80% (Troedson

et al., 1985; Manwan et al., 1990; Cooper et al., 1993). Genangan parit adalah
metode pengairan dengan memberikan aliran air perlahan didalam parit secara
terus-menerus. Menurut Ralph (1983) tanaman kedelai yang dibudidayakan
dengan genangan dalam parit mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan
hasil yang lebih bagus karena : pertumbuhan bintil terus berlanjut hingga
pengisian polong, mengalami penundaan penuaan, dan mendapat lengas dalam
jumlah cukup sepanjang hidupnya. Di tanah yang mengandung banyak air,
banyak fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman di dalam tanah
terutama bintil. Ini berakibat aktivitas bintil mulai lebih awal dan dengan laju
lebih cepat. Meskipun demikian penyerapan nitrogen menurun terutama karena
akar bagian bawah yang berada dalam tanah mati, sehingga luas permukaan
akar menurun. Dengan metode genangan dalam parit, tanaman menyerap
nitrogen dari tanah lebih sedikit dibanding pengairan biasa.
Kesimpulan : Genangan dalam parit menyebabkan lengas berada di
sekitar kapasitas lapangan, sedangkan pengairan kontrol seperti yang dilakukan
petani menyebabkan lengas berubah dari jenuh saat diairi sampai hampir
mencapai titik layu saat tidak diairi. Genangan dalam parit meningkatkan
pembentukan bintil akar, namun tidak meningkatkan nitrogen. Peningkatan
jumlah nitrogen daun dan bobot protein biji akibat genangan dalam parit,
disebabkan oleh peningkatan aktivitas nitrat reduktase, bukan karena
peningkatan penyerapan nitrogen udara.

Referensi jurnal :
1. Ikhwani. 2012. Pengaruh Perendaman Pemupukan N Terhadap Pertumbuhan
dan

produksi

Padi

Toleran

Rendaman.

Jurnal

ilmu

Kimia.

(portalgaruda.org/download_article.php?article=31309 )
2. Nurdin. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang dipupuk N, P, K pada
tanah vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurnal ilmu kimia.
(repository.ung.ac.id/.../pertumbuhan-dan-hasil-jagung)
3.Nassarudin. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal ilmu kimia. (www.stppgowa.ac.id/...jurnal...)
4. Evi Saeful R. 2012. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Sughoi Terhadap
Pertumbuhan dan hasil Tanaman Buncis. Jurnal ilmu Kimia.
(e-journal.winayamukti.ac.id/)
Sumber Referensi:
a.
b.
c.
d.
e.

http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?
dataId=11490
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=4108
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5661
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5075
http://id.wikipedia.org/wiki/Bercocok_tanam_padi

Sumber:





http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk
http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia
http://matakedip1315.wordpress.com/tag/pengaruh-msg-terhadapkesuburan-tanaman/
http://hidupsehati.com/peranan-kimia-dalam-pertanian.html



http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:T9UPk3g0yAUJ:www.unhas.ac.id/pertanian/index.php
%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid
%3D570%26Itemid%3D69+&cd=1&hl=en&ct=clnk&client=firefox-beta

Sumber Referensi :








http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian
http://www.paskomnas.com/id/berita/Kondisi-PertanianIndonesia-saat-ini-Berdasarkan-Pandangan-MahasiswaPertanian-Indonesia.php
http://jurnalagriepat.wordpress.com/2013/07/16/pengaruhpemupukan-phonska-dan-pupuk-kandang-shella-a-j-w/
http://akademik.nommensenid.org/portal/public_html/JURNAL/JURNAL_LUMBANRAJA_PDF/2
_BAHAN%20PROSIDING%20utk%20seminar%20di
%20Kalimantan%20Barat.pdf
http://journal.uny.ac.id/index.php/saintek/article/view/184/85

Sumber :
ISSN 1858-2419
Vol. 4 No. 2
Maret 2009

JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Penelitian
Sifat Fisiko Kimia pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi
(Physical and Chemical Properties of Fortificated Cassava Flakes Package and
Preservation) Farid Rakhmat A, Hadi Suprapto, Eka Khaeruni Asih
Daya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Bakteri Patogen (Inhibition of
Coconut Shell Liquid Smoke to Pathogens Bacteria) Ita Zuraida
Analisa Faktor Daya Kembang dan Daya Serap Kerupuk Rumput Laut pada Variasi
Proporsi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) (Analysis of Unfolding Factors and
Adsorption of Seaweed Chips on Various Proportion of Seaweed (Eucheuma cottonii)
Indrati Kusumaningrum
Studi Waktu Dan Metode Blanching Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Tepung Talas
Belitung (Xanthosoma Sagittifolium) (Study of Time and Blanching Method on Physical
and Chemical Characteristics of Belitung Taro (Xanthosoma sagittifolium) Flour)
Netty Maria Naibaho, Hudaida Syahrumsyah, Hadi Suprapto
Kajian Sifat Kimia, Fisik, Dan Organoleptik Pada Kopi Robusta (Coffea Cannephora),
Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii) Dan Campurannya Study of Physical Chemistry
and Sensory Properties of Coffee Robusta (Coffea cannephora), Cinnamon
(Cinnamomun burmanii) and Its Mixture. Miftakhur Rohmah
Isolasi Dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium edule Reinw.) Sebagai

Penghambat Bakteri Patogen Dan Pembusuk Daging. Isolation and Characterization of
Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.) as Inhibitor against Pathogenic and
Spoilage Meat Bacteria Suhardi

JTP
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
PENERBIT
Program Studi Teknologi HasilPertanian
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman
Jl.Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua
Samarinda
PELINDUNG
Juremi Gani
PENANGGUNG JAWAB
Alexander Mirza
KETUA EDITOR
Krishna Purnawan Candra (THP-UNMUL Samarinda)
EDITOR
Dahrulsyah (TPG-IPB Bogor)
Meika Syahbana Roesli (TIN-IPB Bogor)
Muhammad Nurroufiq (BPTP-Samarinda)
Neni Suswatini (THP-UNMUL Samarinda)
Sulistyo Prabowo (THP-UNMUL Samarinda)
Hudaida Syahrumsyah (THP-UNMUL Samarinda
EDITOR PELAKSANA
Hadi Suprapto
Sukmiyati Agustin, Anton Rahmadi
ALAMAT REDAKSI
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman
Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua
Samarinda 75123
Telp 0541-749159
e-mail: JTP_unmul@yahoo.com

JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Volume 4 Nomor 2
Penelitian Halaman
Sifat Fisiko Kimia Pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes
Fortifikasi (Physical and Chemical Properties of Fortificated Cassava Flakes
Package and Preservation) Farid Rakhmat A, Hadi Suprapto, Eka
Khaeruni Asih…………………………………………………………………
Daya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Bakteri Patogen
(Inhibition of Coconut Shell Liquid Smoke to Pathogens Bacteria)
Ita Zuraida……………………………………………………………………..

Analisa Faktor Daya Kembang Dan Daya Serap Kerupuk Rumput Laut Pada
Variasi Proporsi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) (Analysis of Unfolding
Factors and Adsorption of Seaweed Chips on Various Proportion of Seaweed
(Eucheuma cottonii) Indrati Kusumaningrum……………………………….
Studi Waktu Dan Metode Blanching Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Tepung
Talas Belitung (Xanthosoma Sagittifolium) (Study of Time and Blanching
Method on Physical and Chemical Characteristics of Belitung Taro
(Xanthosoma sagittifolium) Flour) Netty Maria Naibaho, Hudaida
Syahrumsyah, Hadi Suprapto………………………………………………..
Kajian Sifat Kimia, Fisik, Dan Organoleptik Pada Kopi Robusta (Coffea
Cannephora), Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii) Dan Campurannya
Study of Physical Chemistry and Sensory Properties of Coffee Robusta
(Coffea cannephora), Cinnamon (Cinnamomun burmanii) and Its Mixture.
Miftakhur Rohmah
Isolasi Dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium edule Reinw.)
Sebagai Penghambat Bakteri Patogen Dan Pembusuk Daging. Isolation and
Characterization of Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.) as
Inhibitor against Pathogenic and Spoilage Meat Bacteria Suhardi

Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem
Sebagai Penghambat Bakteri
84
ISOLASI DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KASAR DAUN PAKEM
(Pangium edule Reinw.) SEBAGAI PENGHAMBAT BAKTERI PATOGEN DAN
PEMBUSUK DAGING
Isolation and Characterization of Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.)
as Inhibitor against Pathogenic and Spoilage Meat Bacteria

Suhardi
Animal Nutrition Laboratory of Animal Husbandry Department, Agricultural Faculty of Mulawaman
University, Jalan Tanah Grogot, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda 75119
Received 1 February 2009 Accepted 20 February 2009

Referensi:

http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5647
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5774
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5805
http://i-lib.ugm.ac.id.ezproxy.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=7448
Sumber :
-

METABOLISME NITROGEN PADA TANAMAN KEDELAI YANG MENDAPAT
GENANGAN DALAM PARIT, Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004: 68-75, Didik
Indradewa, Soemartono Sastrowinoto, S.Notohadisuwarno, Hari Prabowo

-

PENINGKATAN KUALITAS ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA DENGAN
PEMBERIAN KOLKHISIN, Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1, 2004 : 13-21, Rahayu
Sulistianingsih, Suyanto,ZA dan Noer Anggia E

-

PENGARUH PEMBERIAN KAPUR DAN UKURAN BULBIL TERHADAP
PERTUMBUHAN ILES-ILES (Amorphophallus muelleri Blume) PADA TANAH BERAL TINGGI, Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 45-53, Sumarwoto

-

PENGGUNAAN PUPUK FOSFAT, KALIUM DAN MAGNESIUM PADA TANAMAN
BAWANG PUTIH DATARAN TINGGI, Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004: 56-67,

Subhan dan Nunung Nurtika