ALQURAN DAN ASSUNNAH TENTANG PENDIDIKAN

1

ALQURAN DAN ASSUNNAH
TENTANG PENDIDIKAN MASYARAKAT
Risman Muchtar
Abstract
Al-Quran is a guide for men to achieve salvation and happiness in this
world and in the hereafter. Assunnah is journey of Prophet Muhammad’s life
that explains and exemplifies the practice of the Holy Quran in private life and
community. Al-Qur'an and Assunnah educate and guide all man and woman in
the world to realize a harmonious society and prosperous under blessing and
maghfirah Allah SWT.
Keyword: Alquran dan Assunnah, Islamic Religius, Education and Society
A. Pendahuluan
Alquran dan Assunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam yang di
dalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam tentang aqidah, ibadah, akhlak
dan mu’amalah. Sebagai sebuah sistem (manhaj), ajaran Islam merupakan
sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Aqidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah saling terkait, yang tersimpul dalam
kata majemuk “iman dan amal shaleh”. Iman adalah sumber enerji yang akan
melahirkan kekuatan dan sugesti untuk melakukan amal shaleh, sedangkan

amal shaleh adalah semua aktifitas yang melahirkan manfaat untuk
kemaslahatan individu dan masyarakat yang dilakukan berdasarkan petunjuk
dan panduan Alquran dan Assunnah. Dengan mengikuti petunjuk Alquran dan
Assunnah, manusia akan meraih kedudukan sebagai makhluk yang mulia,
sebagaimana firman Allah SWT :

‫حتر بوبربزققن بههم تيمبن ٱل يبط تي يبب ت‬
‫ت‬
‫بول ببققد ك ب ي برقمبنا ببتنىى بءابدبم بوبحبمل قن بههقم تفى ٱل قببتير بوٱل قبب ق‬
‫عل ببى ك بتثيرر تيم ي بمقن بخل بققبنا تبقفتضيللا‬
‫بوبف ي بضل قن بههقم ب‬
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra`/17:70).
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang paling mulia di
jagat raya ini, karena Allah SWT telah memberikan berbagai karunia yang
membuat manusia lebih utama dari makhluk yang lain, seperti akal, perasaan
dan sebagainya (Primarni at all,2013, Pendidikan Holisitik, 163).
Manusia sebagai makhluk yang mulia itu ditugaskan oleh Allah untuk

memakmurkan bumi, sebagaimana firman-Nya:

2

‫غي قهرههۥ‬
‫عبههدواا ٱلل ي ببه بما ل ب ه‬
‫كم تيمقن تإل بره ب‬
‫بوتإل ببى ث بهموبد أ ب ب‬
‫حا بقابل ي ببققوتم ٱ ق‬
‫خاههقم بصلت ل‬
‫ههبو بأنبشأ بهكم تيمبن ٱل قأ بقرتض بوٱقستبقعبمبرك هقم تفيبها بفٱقستبقغتفهروهه ث هيمب هتوبهوىاا تإل بي قته تإ ي بن‬
‫ب‬
‫ب يهمتجي ب‬
‫برتيبى بقتري ب‬
Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka
Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekalikali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." (QS Huud/11:61)

Allah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan tugas kekhalifahan itu
kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh;

‫ح ت‬
‫خلتبفن يبههقم تفى ٱل قأ بقرتض‬
‫ت ل بي بقستب ق‬
‫عبد ٱلل ي بهه ٱل ي بتذيبن بءابمهنواا تمنك هقم بو ب‬
‫بو ب‬
‫عتمهلواا ٱليبصلت ب‬
‫خل ببف ٱل ي بتذيبن تمن بقبقلتتهقم بول بي هبم تك ين ب ي بن ل بههقم تدين بهههم ٱل ي بتذى ٱقرتببضبى ل بههقم‬
‫ك ببما ٱقستب ق‬
‫ب‬
‫خقوتفتهقم أقملنا ي بقعبههدون بتنى بلا ي هقشترهكوبن تبى بشي قـلـا بوبمن‬
‫بول بي هببتيدل بن يبههم تيمنن ببقعتد ب‬
‫ك ببفبر ببقعبد بذلتبك بفأ هوا ىل بتئبك هههم ٱل قبفتسهقوبن‬
Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguhsungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam

ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
(QS An-Nur/24:55)
Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Sebagai
utusan Allah Nabi Muhammad SAW bertugas menyampaikan petunjuk Allah
tersebut dengan sejelas-jelasnya, sehingga manusia mampu memahami dan
melaksanakannya dalam hidup dan kehidupan mereka, baik sebagai orang
seorang maupun sebagai anggota masyarakat;

‫بوبما أ بقربسل قبنا تمن ي برهسورل تإ ي بلا تبلتبساتن بققوتمتهۦ لتي هبب تي يبن ل بههقم بفي هتض يهل ٱلل ي بهه بمن‬
‫حتكيهم‬
‫ي ببشاهء بوي بقهتدى بمن ي ببشاهء بوههبو ٱل قبعتزيهز ٱل ق ب‬
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS Ibrahim/14:4)


3

Agar manusia sukses melaksanakan tugas kekhalifahannya di permukaan
bumi sekaligus sebagai ‘abdun (hamba) dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah dalam seluruh aktifitas kehidupannya, sebagaimana firman-Nya;

‫ت ٱل قتج ي بن بوٱل قتإنبس تإ ي بلا لتي بقعبههدوتن‬
‫بوبما ب‬
‫خل بقق ه‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Az-Zariyat/51:56)
maka diperlukan proses pendidikan (tarbiyah) berdasarkan prinsip-prinsip dan
ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Assunnah, sehingga manusia
khususnya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dapat menjalankannya
secara benar dengan sasaran utamanya untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya (Anggaran Dasar Muhammadiyah bab III pasal 6).
B.

Paradigma Islam


Manusia menjadi tema sentral Alquran, sebagaimana disebutkan oleh
Abul A’la al Mawdudi dalam “The Meaning Of the Quran” bahwa pokok
pembicaraan Alquran adalah manusia. Pada QS Al’Alaq/91:1-5 sebagai ayat
yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW, ternyata Allah
disamping memperkenalkan dirnya sebagai Rabb, juga telah menyebut istilah
insan atau manusia sebanyak dua kali. Pertama, manusia disebut dalam konteks
yang berhadapan dengan Allah, sebagai makhluk yang diciptakan, yaitu
diciptakan dari segumpal darah. Kedua, manusia disebut dalam konteks, juga
berhadapan dengan Allah, sebagai makhluk yang menerima pelajaran atau
pengetahuan, dengan perantaraan suatu alat, yaitu pena Alqalam, atau alat
pencatat. Sedang ayat terakhir menyebut suatu proses perpindahan dari keadaan
tidak tahu menjadi tahu. (Rahardjo, 2005).
Berangkat dari paradigma di atas, ada beberapa prinsip yang menjadi dasar
penyelenggaraan dari program pendidikan dalam Islam; Pertama, Dinul Islam
adalah agama yang sempurna dan diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala;

‫ت ل بك ههم ٱل قتإقسل ببم‬
‫عل بيقك هقم تنقعبمتتى بوبرتضي ه‬
‫ت ل بك هقم تدين بك هقم بوأ بتقبمقم ه‬
‫ٱل قي بقوبم أ بك قبمل ق ه‬

‫ت ب‬
‫تديلنا‬
Artinya: “Hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku sempurnakan
nikmatKu atas kamu, dan Aku ridha Islam sebagai agama untukmu”. (AlMaidah/5:3).
Agama Islam yang sempurna itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah sebagai petunjuk kehidupan bagi umat manusia sampai akhir zaman.
Sebagai agama penyempurna, ajaran Islam bersifat universal dan meliputi
segala aspek kehidupan manusia temasuk kehidupan bermasyarakat. Ajaranajaran Islam yang berhubungan dengan masyarakat antara lain berkaitan
dengan persoalan-persoalan muamalah mulai dari skala yang kecil seperti
dalam interaksi bertetangga sampai kepada skala yang lebih luas seperti dalam
pengaturan kehidupan bernegara yang meliputi aspek hukum dan perundangundangan, persoalan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, pertahanan dan

4

keamanan, politik dan kekuasaan, termasuk hubungan yang bersifat
internasional. Ajaran Islam merupakan dusturul hayah untuk mewujudkan
suatu masyarakat yang berkualitas , yang di dalam Alquran dikenal dengan
sebutan khaira ummah;

‫ت تلل يبناتس تبأ قهمهروبن تبٱل قبمقعهرو ت‬

‫عتن ٱل قهمنك بتر‬
‫ف بوتبن قبهقوبن ب‬
‫هكنتهقم بخي قبر أ ه يبمرة أ هقختربج ق‬
‫خي قلرا ل ي بههم تيمن قهههم ٱل قهمقؤتمهنوبن‬
‫بوتهقؤتمهنوبن تبٱلل ي بته بول بقو بءابمبن أ بقههل ٱل قتكتبتب ل ب ب‬
‫كابن ب‬
‫بوأ بك قثبهرهههم ٱل قبفتسهقوبن‬
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran/3:110)
Kedua, untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas tentu saja harus
melalui sebuah proses rekonstruksi sosial yaitu membangun suatu masyarakat
yang hidup dan berkehidupan sesuai dengan tuntunan dan tatanan Islam yang
bersumber kepada Alquran dan Assunnah. Dalam hal itulah Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah Saw, selain memberikan petunjuk (guidance) tentang iman
dan ibadah, dalam pengertian khusus, juga mengajarkan tentang hubungan
manusia dengan sesamanya, baik keluarga, masyarakat, dan negara. Hal
tersebut ditegaskan oleh Allah Swt berfirman bahwa manusia itu akan ditimpa

oleh kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia;

‫حبقرل تيمبن ٱلل ي بته بوبحبقرل تيمبن ٱل يبناتس‬
‫ت ب‬
‫هضتربب ق‬
‫عل بي قتههم ٱلتيذل ي بهة أ بي قبن بما ث هتقهفوىاا تإ ي بلا تب ب‬
‫عل بي قتههم ٱل قبمقسك بن بهة بذلتبك تبأ بن يبههقم بكاهنواا‬
‫ت ب‬
‫بوبباهءو تببغبضرب تيمبن ٱلل ي بته بوهضتربب ق‬
‫ي بك قهفهروبن تبـبـاي ب ت‬
‫عبصواا يبوبكاهنواا‬
‫ت ٱلل ي بته بوي بققتههلوبن ٱل قأ بننتببيابء تببغي قتر بحريق بذلتبك تببما ب‬
‫ي بقعتبهدوبن‬
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka
diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
[220] disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS Ali

Imran/3:112).
Ayat ini memberikan penegasan bahwa kegagalan manusia membangun
komunikasi vertikal dengan Allah dan komunikasi horizontal dengan manusia
dan lingkungan hidupnya menjadi penyebab utama yang menyebabkan mereka
menjadi makhluk terhina dalam pandangan Allah SWT.
Ketiga, manusia adalah makhluk sosial, di mana antara satu individu dengan
individu yang lain saling membutuhkan (simbiosisme mutualisme). Tidak ada

5

seorang manusiapun yang bisa hidup sendiri tanpa keberadaan orang lain. Hal
tersebut diingatkan Allah kepada manusia sejak semula jadi sebagaimana
firmanNya yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan dari diri yang satu
(Adam), dan dari diri yang satu diciptakan pasanganya (Hawa), dan dari
keduanya (Adam dan Hawa) dikembangkan laki-laki dan perempuan yang
sangat banyak. Kemudian Allah memerintahkan kepada manusia yang banyak
itu agar bertaqwa kepada Allah dan sekaligus mengingatkan bahwa manusia itu
saling meminta (membutuhkan) dan Dia memerintahkan agar manusia itu
menjaga hubungan silaturrahim;


‫كم تيمن ن يبقفرس بوتحبدرة بوبخل ببق تمن قبها بزقوبجبها‬
‫خل ببق ه‬
‫ىي بأ بي يهبها ٱل يبناهس ٱتيبهقواا بربيبك ههم ٱل ي بتذى ب‬
‫ث تمن قههبما تربجاللا ك بتثيلرا بوتنبسالء بوٱتيبهقواا ٱلل ي ببه ٱل ي بتذى تببسابءهلوبن تبتهۦ بوٱل قأ بقربحابم‬
‫بوبب يب‬
‫عل بي قك هقم برتقيلبا‬
‫تإ ي بن ٱلل ي ببه بكابن ب‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanyaAllah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS An-Nisa`/4:1)
Oleh karena itu pendidikan juga harus dipandang sebagai sebuah proses
interaksi sosial yang berlangsung dalam bentuk formal dan non formal, di mana
kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kelebihan ilmu dan
ketrampilan melakukan transfer ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya kepada
kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkannya.
C. Pendidikan
Pendidikan berasal kata kerja didik – mendidik yang berarti memelihara
dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI Edisi
ketiga ,2000, halaman 263). Dalam Bahasa Arab ada beberapa istilah yang
biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah dan
ta`dib. Akan tetapi menurut Al-Attas pemakaian ta`dib lebih tepat, karena tidak
terlalu sempit tidak sekedar mengajar saja, tetapi juga tidak luas meliputi
makhluk selain manusia. Ta`dib sudah meliputi ta’lim dan tarbiyah. Selain itu
kata ta`dib juga erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang
termasuk dalam isi pendidikan (Primarni at all, 2013, 111-112).
Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya,
yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk
mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar
sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan

6

secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar
sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya
relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga
dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan
tertulis. Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, maka
sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation", suatu
proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya
tertentu. Konsekuensi dari pemyataan ini, maka praktek pendidikan harus
sesuai dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang
dapat muncul dalam berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan
individu dan masyarakat. Tuntutan keharmonisan antara pendidikan dan
kebudayaan bisa pula dipahami, sebab praktek pendidikan harus mendasarkan
pada teori-teori pendidikan dan giliran berikutnya teori-teori pendidikan harus
bersumber dari suatu pandangan hidup masyarakat yang bersangkutan
(Mappalotteng,2011).Sumber: Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober
2011.
Pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah atau madrasah (schooling).
Pendidikan adalah proses mentransfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari
generasi tua kepada generasi muda untuk hidup sejahtera pada zamannya.
Karena itu, kita harus sanggup mendisain pendidikan untuk masa depan (A.
Qodri Aziziy, 2004) Sumber: Swara Ditpertais: No. 15 Th. II, 31 September
2004.
D. Pendidikan Dalam Alquran
Pendidikan dalam bentuk konsep sekaligus praktek dalam Alquran
ditokohkan
seorang pendidik yang bernama Luqman, yang namanya
dibakukan sebagai salah satu nama surat di dalam Alquran, yaitu surat ke 31
sebanyak 34 ayat diturunkan di Makkah atau disebut juga Surat Makiyah.
Pengertian pendidikan dalam ayat ini diungkapkan dengan kata “ya’izhu” yang
terdapat dalam ayat 13:

‫بوتإقذ بقابل ل هققبمهن تلٱبقتنتهۦ يوههيو ي يععظ هههۥ ي ببهن ب ي بى بلا تهقشترقك تبٱلل ي بته تإ ي بن ٱلتيشقربك ل بهظل قمب‬
‫ب‬
‫عتظيمب‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (QS Luqman/31:13)
Kata ya’izhu berasal dari kata wa’azha (fi’il madhy) – ya’izhu (fi’il mudhari’) –
mau’izhatan (mashdar), yang berarti “mengajar” dan “pelajaran”. Ayat 12
sampai 19 surat Luqman tersebut membicarakan tentang pokok-pokok
pendidikan dalam Islam, meliputi: pendidikan ‘aqidah (menjauhi syirik),
berbakti kepada orangtua, bersyukur kepada Allah dan kepada ibu bapa,
kejujuran, shalat, amar ma’ruf nahi mukar, menjauhi prilaku sombong, dan

7

pendidikan bermasyarakat. Kata “ya’izhu” juga ditemukan antara lain dalam
QS An-Nahlu/16:90:

‫حبشاتء‬
‫عتن ٱل قبف ق‬
‫تإ ي بن ٱلل ي ببه ي بأ قهمهر تبٱل قبعقدتل بوٱل قتإقحبستن بوتإيبتاتئ تذى ٱل قهققربببى بوي بن قبهبى ب‬
‫بوٱل قهمنك بتر بوٱل قببقغتى ي يععظ هك همم ل ببعل ي بك هقم تببذك ي بهروبن‬
yang berisi perintah Allah SWT untuk menegakkan keadilan, kejujuran dan
kepedulian, serta melarang melakukan perbuatan keji, munkar dan kezaliman
(permusuhan). Pada ujung ayat ini Allah menutup dengan kalimat “ya’izhukum
la’allakum tazakkaruun”, Dia (Allah) mengajar kamu, agar kamu mengambil
pelajaran”.
Selain kata ya’izhu, banyak sekali ungkapan Alquran yang sesungguhnya
dapat dimaknai dengan pengertian “pendidikan”, jika dikaitkan dengan tujuan
pendidikan sendiri dalam upaya membangun karakter manusia yang memiliki
pandangan hidup yang jelas, sikap hidup yang benar dan ketrampilan hidup
yang dapat mendukung usaha dan aktifitasnya dalam mencapai tujuan
hidupnya. Di antara yang terpenting adalah kata “da’wah” yang berasal dari
kata kerja “da’aa (fiil madhy)-yad’uw (fiil mudhari’)-da’watan (mashdar),
yang berarti mengajak, menyeru atau seruan. Syekh Ali Mahfuzh dalam Kitab
Hidayat alMursyidin mendefinisikan al-Da’wah Islamiyah adalah upaya
membawa (mendorong) manusia kepada kebajikan, petunjuk dan bimbinganbimbingan (ilahiyah), beramar ma`ruf nahi munkar, untuk menggapai
keberhasilan hidup dunia akhirat (Hidayat, 2012)
Kata da’wah dapat ditemukan di beberapa ayat, antara lain; (1) QS Ali
Imran/3:104, yang berisi; perintah untuk membentuk suatu umat yang dapat
melaksanakan tugas da’wah, yaitu mengajak kepada agama Islam, melakukan
amar ma’ruf nahi munkar. Pada ayat ini substansi dakwah adalah mengajak
manusia untuk melakukan kebaikan (al-khair), dan ada juga yang memahami
kata alkhair adalah Islam, sehingga da’wah di sini bertujuan untuk mengajak
manusia yang belum beragama Islam masuk ke dalam agama Islam, sedangkan
bagi yang telah memeluk agama Islam, agar mengamalkan Islam secara benar;
(2) QS An-Nahlu/16:125; yang berisi perintah untuk mengajak atau menyeru
manusia dengan hikmah, memberikan pelajaran yang baik (ma’izhatul
hasanah) dan dengan cara bermujadalah, berdialog atau dengan berdiskusi
dengan cara yang lebih baik; (3) QS Fush-shilat/41:33, yang berisi penegasan
Allah bahwa perkataan yang terbaik itu adalah menyeru kepada kebenaran
Allah SWT, dan beramal shaleh, dan menunjukkan identitas sebagai muslim.
Dalam ayat ini da’wah ini harus dengan keteladanan, selain dari mengajak
dengan lisan, akan tetapi juga dengan melakukan amal shaleh serta
menunjukkan identitas diri sebagai muslim dalam bersikap dan berprilaku. Jadi
dakwah dilihat dari proses dan tujuannya sama dan sebangun pendidikan.
Dengan kata lain, dakwah adalah sebuah metodologi pendidikan yang lebih
ditujukan kepada masyarakat atau orang-orang dewasa (andragogi). Sebaliknya
juga bisa difahami bahwa pendidikan adalah sebuah metodologi dakwah
dengan sasaran pelajar dan mahasiswa yang dilakukan secara formal
(pedagogik).

8

Kata qaul yang berasal dari kata kerja “qaala-yaquulu-qaulan” juga dapat
dimaknai dengan pengertian pendidikan, seperti yang terdapat dalam QS
Annisa`/4:9, yang secara substansial menjelaskan bahwa solusi yang tepat agar
tidak meninggalkan generasi yang lemah adalah “falyaquulu qaulan sadiidaa”,
yang berarti katakanlah perkataan yang baik, maksudnya adalah agar orang tua
mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang benar. Berkaitan dengan
kata “qaul” di dalam Alquran terdapat tujuh sifat dari qaul itu; (1) qaulan
saddida, artinya perkataan yang benar (QS An-Nisa`/4:9, Al-Ahzab/33:70); (2)
qaulan kariima, artinya perkataan yang mulia (QS Al-Isra`/17:23); (3) qaulan
layyina, artinya perkataan yang lemah lembut (QS Thaha/20:44; (4) qaulan
baliigha, artinya perkataan yang dapat dimengerti oleh yang mendengar (QS
An-Nisa`/4:63); (5) qaulan ma’ruufa, perkataan yang baik yang berisi nasehat
(QS Al-Baqarah/2:235, An-Nisa`/4:5 dan 8, Al-Ahzab/33:32), artinya perkataan
yang baik atau bermaanfaat, (6) qaulan tsaqiila, artinya perkataan yang berat,
yaitu perkataan yang mengandung hal-hal yang prinsip berupa pandangan
hidup dan keyakinan (QS Al-Muzammil/73:5), dan (7) qaulan maysuura, yaitu
perkataan yang baik, lemah lembut dan tidak mengecewakan (QS AlIsra`/17:28).
E.

Masyarakat Dalam Alquran

Secara bahasa “masyarakat” artinya; sejumlah manusia dalam arti yang
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama
(KBBI Edisi ketiga, 2000 halaman 721). Kemungkinan kata masyarakat berasal
kata syarikat (bahasa Arab) yang dalam kosa kata bahasa Indonesia menjadi
serikat, yang kemudian dalam penggunaannya diberi awalan ber menjadi
berserikat artinya berkumpul lebih dari satu orang. Sejumlah orang yang
berkumpul tersebut dengan “masyarakat”.
Ada beberapa kata dalam Alquran yang dapat difahami dan dianggap lebih
mendekati pengertian masyarakat; ummah, qauwm dan qabilah (qabaail); (1)
Kata ummah:

‫خي قتر بوي بأ قهمهروبن تبٱل قبمقعهرو ت‬
‫عتن‬
‫بول قتب ه‬
‫عوبن تإبلى ٱل ق ب‬
‫كن تيمنك هقم أ ه يبمبة ي بقد ه‬
‫ف بوي بن قبهقوبن ب‬
‫حوبن‬
‫ٱل قهمنك بتر بوأ هوا ىل بتئبك هههم ٱل قهمقفلت ه‬
Artinya: Hendaklah di antara kamu membentuk satu umat yang menyeru
kepada kebaikan (Islam) dan menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah
perbuatabn munkar, dan itulah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali
Imran/3:104)
Kata ummatun pada ayat di atas menunjuk kepada pengertian masyarakat,
karena memenuhi kriteria jumlah yang banyak dan terikat dalam suatu budaya
atau pandangan hidup yang sama, yaitu sama-sama mukmin atau beragama
Islam. Selain itu kata ummah juga lebih mempunyai pengertian masyarakat
yang terikat dalam suatu organisasi dengan tiga pilar utama; ada imam
(pemimpin), ada makmum (orang yang dipimpin/anggota) dan ada imamah
(kepemimpinan, memiliki tujuan yang sama, ada nizham atau peraturan yang

9

disepakati bersama seperti adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
serta program yang dikerjakan secara bersama-sama).
(2) Kata qawm, sebagai berikut:

‫كوهنواا بخي قلرا تيمن قههقم‬
‫سى بأن يب ه‬
‫ع ب بى‬
‫ىي بأ بي يهبها ٱل ي بتذيبن بءابمهنواا بلا ي بقس ب‬
‫خقر بققوبم تيمن بققورم ب‬
‫سى بأن يبك ه ي بن بخي قلرا تيمن قهه ي بن بوبلا تبل قتمهزوىاا بأنهفبسك هقم بوبلا‬
‫ع ب بى‬
‫بوبلا تنبساءب تيمن تن يبسارء ب‬
‫ب‬
‫ب بفأ هوا ىل بتئبك‬
‫تببناببهزواا تبٱل قأل قبقتب تبئقبس ٱتلٱقسهم ٱل قهفهسوهق ببقعبد ٱل قتإي بمتن بوبمن ل ي بقم ي بته ق‬
‫هههم ٱليبظلتهموبن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS Alhujurat/49:11)
Kata qawm di atas diterjemahkan dengan sekumpulan orang laki-laki yang
memenuhi kriteria masyarakat yang terikat oleh kesamaan budaya, profesi,
organisasi, termasuk juga kesamaan latar belakang etnis, suku atau bangsa.
Dan (3) kata qabilah atau qabaail ditemukan pada ayat berikut:

‫كم تيمن بذك برر بوهأنثببى بوبجبعل قن بك هقم هشهعولبا بوبقبباتئبل‬
‫ىي بأ بي يهبها ٱل يبناهس تإ يبنا بخل بققن ب ه‬
‫عتليمب بختبير‬
‫لتتببعابرهفوىاا تإ ي بن أ بك قبربمك هقم تعنبد ٱلل ي بته أ بتقبقىبك هقم تإ ي بن ٱلل ي ببه ب‬
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS Alhujurat/49:13)

10

Kata qabaail bentuk jamak dari qabiilah diterjemahkan dengan bersuku-suku,
artinya sekumpulan orang yang terikat dengan kesamaan latar belakang etnis,
suku atau bangsa dalam pengertian yang luas.
Dari beberapa kata yang diungkapkan dalam Alquran yang dipandang lebih
mendekati kepada pengertian masyarakat, dapat ditemukan beberapa indikator;
(1) masyarakat yang terorganisir, terikat oleh kesamaan cita-cita dan pandangan
hidup, memiliki tatanan organisasi yang baik dan program kerja yang
dikerjakan bersama-sama; (2) masyarakat yang terikat oleh kesamaan profesi,
organisasi, termasuk juga kesamaan latar belakang etnis dan budaya; dan (3)
masyarakat yang terikat dengan latar belakang kesamaan etnis, suku atau
bangsa.
F.

Pendidikan Kemasyarakatan

Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Ahmad
bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sedangkan definisi akhlak
adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan apa yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan
untuk apa yang harus diperbuat (Ahmad Amin, 1977). Berbeda dengan Ahmad
amin, Imam Al Gazali mengatakan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu (Tafsir
Alquran Tematik, 2012, seri tiga halaman 301). Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan yang mendeklarasikan dirinya untuk menyempurnakan akhlak manusia
adalah pribadi yang memiliki kepribadian yang agung (khuluqin ‘azhim)
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Qalam/68:4 yang artinya:
“Sesungguhnya engkau (Ya Muhammad) sungguh memiliki akhlak yang
agung”.
Adapun salah satu tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW
membawa agama Islam adalah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (QS
Al-Anbiya`/21:107). Islam sebagai agama rahmat mengajarkan kepada manusia
agar berusaha mewujudkan kehidupan yang harmonis, saling menghargai,
saling menolong dan memiliki sikap toleransi atas dasar prinsip-prinsip
keadilan, kejujuran dan kesalehan sosial serta menjauhi segala bentuk
perbuatan keji, munkar dan kezaliman (QS An-Nahlu/16:90).
Di antara akhlak dalam kehidupan bermasyarakat, Alquran dan As-Sunnah
mendidik manusia agar selalu mengutamakan akhlak yang mulia dalam
melakukan interaksi antara satu pribadi dengan pribadi yang lain baik sebagai
orang seorang maupun sebagai masyarakat, antara lain diwujudkan dalam
bentuk: (1) Hubungan bertetangga; di mana ada penjelasan yang sangat tegas
dari Rasulullah SAW bahwa memuliakan tetangga merupakan bukti dari keberimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana hadist dari Abu

11

Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan rasul-nya, maka hendaklah dia
memuliakan tetangganya”. Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam
hubungan bertetangga dan membangun kehidupan yang harmonis dalam
masyarakat, sangat banyak ditemukan hadist-hadist Rasulullah SAW yang
menjelaskan tentang tatakrama, sopan santun dan menjauhi segala perbuatan
yang dapat merugikan orang lain, antara lain dijelaskan dalam hadist dari Abu
Hurairah diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Orang
yang berbuat tidak senonoh (misdeed) terhadap tetangganya tidak akan masuk
sorga” ; (2) EtikaTentangTamu; Hadist dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh
Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya”.
Banyak sekali tuntunan Islam yang memberikan pendidikan dalam kehidupan
bermasyarakat baik yang bersumber dari Alquran dan as-Sunnah tentang
bagaimana etika bertamu, hak-hak tamu dan tuan rumah; (3) Sillaturrahim;
Hubungan kasih sayang mempunyai kedudukan penting dalam membangun
kehidupan yang harmonis, sehingga Rasulullah SAW memberikan motivasi
yang kuat agar orang-orang Islam berusaha untuk menyambung silaturrahim
dengan cara berjabat tangan dan memberikan bantuan terhadap saudaranya
membutuhkan; (4) Pergaulan, Dalam Islam pergaulan harus diupayakan
mencari teman yang baik, sebagaimana hadist dari Ali diriwayatkan oleh
Dailami, Nabi bersabda: “Ada empat macam di antara kebahagiaan manusia:
1) Isteri yang shalehah, 2) Anak yang baik, 3) Sahabat yang baik, dan 4)
Rezekinya berada dalam negerinya sendiri”. ((Tafsir Alquran Tematik, 2012,
seri tiga halaman 317-318).
Ditinjau dari segi lingkungannya, pendidikan dapat dibagi atas tiga
lingkungan; (a) Lingkungan pendidikan keluarga atau rumah tangga. Dalam
lingkungan pendidikan rumah tangga ini, maka yang bertindak sebagai guru
besarnya adalah ibu dan ayah; (b) Lingkungan pendidikan perguruan formal;
(c) Lingkungan pendidikan luar keluarga dan luar perguruan formal, yaitu
lingkungan pendidikan kemasyarakatan dalam arti yang seluas-luasnya,
termasuk ke dalamnya organisasi (Anshari, 2004, Wawasan Islam halaman
150)
E. Penutup
Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang sempurna dan bersifat
konperhensif yang bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang paling mulia di antara semua makhluk. Alquran dan
Assunnah adalah panduan bagi manusia untuk meraih kebahagian di dunia dan
di akhirat. Sebagai sumber utama ajaran Islam, Alquran dan Assunnah berisi
ajaran-ajaran yang mendidik manusia untuk mewujudkan kehidupan yang
harmonis, saling menghargai dalam konteks Islam sebagai rahmatan lil’alamin.

12

Dari pribadi yang berkualitas dan kehidupan masyarakat yang harmonis
akan terwujud kehidupan bernegara yang aman sentosa, di bawah lindungan
kasih sayang dan maghfirah Allah. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Referensi:
Alquran dan Terjemahannya, Jakarta, SABIQ 2009
Al-Mu’jamul-Fihris Li alfaazhil Qur`anil Karim, Beirut Libanon, Darul Fikri,
1974
Anggaran Dasar Muhammadiyah, Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2011
Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.
Paripurna, Jakarta, Al Mawardi Prima, 2013
Paradigma Alquran, Jakarta, PSAP, 2005
Pendidikan Holisitik , Format Baru Pendidikan Islam Membentuk Karakter,
Jakarta. Gema Insani, 2013
Wawasan Islam, Jakarta, Gema Insani 2004
Tafsir Alquran Tematik, Jakarta, Sinergi Pustaka Indonesia 2012
Tafsir Dakwah Muhammadiyah, Kartasura, Kafilah Publishing, 2012
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Edisi ketiga ,2000

Masukan:
PHIWM agar dimasukkan sebagai referensi