Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan di ASEAN Dikaitkan dengan Asas Resiprokal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdagangan Internasional merupakan perdagangan yang berkembang
dengan cepat dengan ruang lingkup yang sangat luas. Hubungan-hubungan
dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari
bentuknya yang sederhana, yaitu barter, jual beli barang, hingga hubungan atau
taransaksi dagang yang kompleks. 2
Besar dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas dari keberhasilan
dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam perdagangan internasional. Sebagai
satu contoh, kejayaan Cina masa lalu tidak terlepas dari kebijakan dagang yang
terkenal dengan nama ‘Silk Road’ atau jalan suteranya. Setelah kejayaan Cina,
menyusul negara-negara lain seperti Spanyol dengan Spanish Conquistadors-nya,
Inggris

dengan

The

British


Empire-nya(beserta

peserta

perusahaan

multinasionalnya yang pertama di dunia, yakni ‘The East-India Company’,
Belanda dengan VOC-nya, dan lain-lain. Kejayaan negara ini tidak terlepas dari
kebijakan pemerintahnya untuk melakukan perdagangan internasional. 3

2

Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014) hlm. 1
3
Jonathan Reuvid, (ed), The Strategic Guide to Inernational Trade,(London: Kogan
Page, 1997, hlm .xv.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Individu atau perusahaan adalah salah satu subjek hukum dalam
perdagangan internasional. 4 Individulah yang pada akhirnya akan terikat oleh
aturan–aturan hukum perdagangan internasional. Aturan-aturan hukum yang
dibentuk

oleh

negara

memilikitujuan

untuk

memfasilitasi

perdagangan


internasioanal yang dilakukan individu. Disebutkan diatas bahwa individu adalah
subjek hukum perdata (legals persons a private law nature). Subjek hukum
lainnya yang termasuk kedalam kategori adalah (a) perusahaan multinasional; dan
(b) bank. 5
Lembaga perbankan sebagai salah satu subjek hukum perdagangan
internasional mempunyai nilai strategis dalam perekonomian suatu negara.
Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai
kelebihan dana (Surplus of funds) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana
(lack of funds). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan
perkreditan, dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian. Selain itu bank juga berperan penting dalam pembangunan
nasional suatu negara. 6
Peran perbankan sebagai agen dalam pembangunan nasional diperkuat
dengan dicantumkannya istilah pembangunan nasional di dalam bagian

4

Hercules Booysen , International Trade Law on Goods and Services,, (Pretoria:

Interlegal), 1999, hlm 2
5
Huala Adolf, Op.Cit., hlm. 72.
6
Muhammad Djumhana, Hukum perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1993),hlm.vii.

Universitas Sumatera Utara

3

menimbang Undang-undang tentang perbankan Nomor 10 tahun 1998 yang
bunyinya: 7
“Bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang
berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945,”
Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya
pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.8

Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa
memperhatikan keserasian,keselarasan, dan keseimbangan berbagai unsur
pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan. Perkembangan
ekonomi akhir-akhir ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan
ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus juga dapat
kurang menguntungkan. 9
Salah satu upaya perbankan untuk mendapatkan pembiayaan adalah
dengan menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat
dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam usaha-usaha yang
produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan,

7

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang perbankan bagian menimbang nomor 2.
8
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan mengenai Hukum Perbankan di Indonesia
(Bandung: Mandar Maju,2003), hlm 7
9
Ibid


Universitas Sumatera Utara

4

perindustrian,

pengangkutan,

perdagangan

dan

jasa-jasa

lainnya

akan

meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat. 10

Untuk mencapai kemanfaatan yang maksimal dari kegiatan perbankan
tersebut, telah terbentuk suatu sistem perbankan yang dipakai dan berlaku secara
umum dan menyeluruh, yaitu sifat serta fungsi pokok dari kegiatan bank yang
hampir sama. Di balik itu pula terdapat keterkaitan kehidupan, dan kegiatan bank
secara global yang melewati batas-batas lintas negara, jadi tidak terbatas dalam
suatu wilayah negara tertentu melainkan secara luas meliputi kehidupan
perekonimian dunia. Sebagai contoh, misalnya kebijakan dari Bank Sentral suatu
negara yang kuat perekonomiannya, maka dapat pula memberi dampak kepada
kehidupan dan kegiatan perbankan negara lainnya. 11
Perkembangan perbankan Indonesia telah menapaki beberapa zaman, baik
mulai dari periode pada zaman penjajahan Hindia Belanda maupun Jepang, yang
diteruskan pada awal kemerdekaan, zaman Orde Lama dan Orde Baru, sampai
sekarang pada zaman reformasi. 12 Dalam perjalanan panjang tersebut, beberapa
kali Indonesia menghadapi masa-masa krisis kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga perbankan. Krisis yang terakhir dialami yaitu pada masa awal reformasi
dengan dilikuidasinya enam belas bank, kemudian dikenakannya pembekuan

10

Muhammad Djumhana, Op. Cit., hlm. viii.


11

Ibid
Ibid

12

Universitas Sumatera Utara

5

operasi (bank beku operasi) kepada beberapa bank, dan selanjutnya beberapa bank
diambil alih (bank take over) dan dilakukan rekapitulasi perbankan. 13
Geliat industri keuangan perbankan di Indonesia telah berkembang mulai
era tahun 1980an, yakni semenjak Indonesia meliberalisasi sektor keuangannya.
Salah satu hal yang melatar belakangi Indonesia meliberalisasi sektor keuangan
terkhususnya sektor perbankan yakni karena keterikatan Pemerintah Indonesia
sebagai anggota Organisasi Internasional (GATT-WTO Agreement). 14Diawali
dengan ratifikasi terhadap perjanjian internasional GATT-WTO kedalam UU

No.7 tahun 1994 pada bulan November 1994. Setelah itu diratifikasi GATS 5th
protokol Desember 1997 mengenai Liberalization of Financial Services.
Kemudian yang terakhir GATS 26 Februari 1998 Schedule of Spesific
Commitments (SOC) Financial Services. 15Meluasnya perdagangan dan arus
modal saat itu mengirimkan respon ke berbagai negara di dunia untuk
mengadaptasikan sistem keuangannya agar dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut termasuk di Indonesia. 16
Saat ini, dalam laporan semester III perbankan pada tahun 2015,
perbankan dengan nilai asset terbesar di Indonesia masih dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan BUMN yang bergerak dibidang perbankan. Di peringkat
pertama diisi oleh Bank Mandiri yang memiliki aset sebesar 905,76 triliun rupiah,
13

Muhammad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, (bandung: Citra
Aditya Bakti 2008), hlm 8.
14
Yunus Husein, dkk., Liberalisasi Perbankan, Bahan Ajar: disampaikan pada kuliah
mahasiswa program pascasarjana UI Tahun 2010, tanggal 8 Maret 2010
15
Ibid.

16
Hadad, M.D. Santoso, W. Dwityapoetra, S.B. Rulita, I. Purwanti, W. Satria, R. “fungsi
intermediasi bank asing dalam mendorong pemulihan sektor riil di Indonesia (Jakarta:
Fokusmedia, 2004) hlm. 11

Universitas Sumatera Utara

6

pertumbuhan kredit bank Mandiri tahun 2014 mencapai 530 triliun rupiah atau
naik 12,2 persen. Angka tersebut lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar
472,4 triliun rupiah pada periode yang sama. Adapun rasio non performing loan
(NPL/kredit bermasalah) berada di level 2,15 persendiposisi kedua disusul oleh
Bank BRI yang memiliki aset sebesar 802,2 triliun rupiah. dan diposisi ketiga diisi
oleh bank swasta yang memiliki pertumbuhan yang cukup fenomenal yakni Bank
BCA yang memiliki asset sebesar 537,21 triliun rupiah, sementara secara
berurutan dari posisi ke-4 sampai dengan posisi kesepuluh masing-masing
diitempati oleh BNI dengan aset 388,01 triliun rupiah, CIMB Niaga 224,83 triliun
rupiah, Bank Permata 176,57 triliun rupiah, Bank Panin 156,72 triliun rupiah ,
Bank Danamon 154,72 triliun rupiah, BII 137,79 triliun rupiah dan terakhir BTN

135,62 triliun rupiah. 17
Dari antara bank plat merah tersebut diatas, terdapat beberapa nama
perbankan yang berasal dari luar negeri. Skema kepemilikannya hanya dapat
dilakukan dengan tiga bentuk badan usaha. 18 Pertama, dengan cara pembukaan
kantor cabang, artinya sebuah bank asing memiliki kantor-kantor didalam ruang
lingkup wilayah Indonesia. Kedua, dengan cara subsidiary yang dapat berupa
joint venture,hasil merger,akuisisi atau

yang sering disebut campuran. Yang

terakhir yakni bank yang berbentuk perwakilan.

17

Erlangga Djumena Ini 10 Bank dengan aset terbesar di Indonesia
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/11/04/114000426/Ini.10.Bank.dengan.Aset.Terbesar
.di.Indonesia, diakses pada tanggal 22 februari 2016
18
Yunus Husein, dkk., Op.Cit., hlm.6

Universitas Sumatera Utara

7

Dalam data yang dimuat oleh Otoritas Jasa keuangan, ada sepuluh buah
bank asing yang berbentuk kantor cabang bank asing (KCBA) di Indonesia.19
Adapun bank-bank tersebut adalah Bank Of America,N.A, The Royal Bank of
Scotland N.V, Bangkok Bank Pcl, Citibank N.A, The Hongkong & Shanghai
B.C,Ltd, Bank of China Limited, Deutsche bank Ag, JP Morgan Chase Bank, NA,
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UF J Ltd, Standard Chartered Bank. Selain
berbentuk KCBA, juga hadir perbankan asing yang berbentuk Bank campuran
yang berjumlah lima belas bank,antara lain Bank Agris,Bank ANZ Indonesia,
Bank BNP Paribas, Bank Capital Indonesia Tbk., Bank Chinatrust Indonesia,
Bank Commonwealth, Bank DBS Indonesia, Bank KEB Indonesia, Bank
Maybank Syariah Indonesia, Bank Mizuho Indonesia, Bank Rabobank
International Indonesia, Bank Resona Perdania, Bank Sumitomo TrustBank
Limited, Bank Windu Kentjana International, Tbk., dan yang terakhir Bank Woori
Indonesia. Adapun bentuk yang terakhir yakni berbentuk perwakilan bank asing
yang berjumlah empat bank. 20
Kehadiran bank-bank asing itu disatu-sisi kehadirannya dianggap sebagai
representasi dari kemudahan regulasi di bidang pendirian usaha dan berinvestasi
di Indonesia, dimana bagi negara-negara asal bank tersebut kehadiran perusahaan
multinasional yang merupakan suatu langkah strategis dapat ekspansi bisnisnya di
beberapa negara yang dianggap memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian

19

Kanal OJK “Direktori Perbankan Indonesia”
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Direktori-Perbankan-IndonesiaBaru/Documents/Direktori%20Perbankan%20Indonesia%202015.pdf , diakses pada tanggal 3
Maret 2016
20
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

8

yang cukup stabil. Selain itu, faktor negara berkembang yang masih akan terus
melakukan pembangunan yang memerlukan pembiayaan menjadi salah satu daya
tarik kehadiran bank asing hadir di negara berkembang seperti Indonesia.
Dalam proses berdirinya dan hadirnya bank-bank asing

di Indonesia,

timbul banyak pertentangan-pertentangan terhadap keberadaan bank-bank asing
tersebut. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas langsung terhadap perbankan
menegaskan bahwa semua bank asing seharusnya berbentuk badan hukum
Indonesia. Bank asing perlu berbentuk badan hukum Indonesia agar perbankan
asing tersebut fokus untuk menyalurkan pembiayaan didalam negeri, Hal ini
diperkuat dengan rencana penyelesaian RUU Perbankan yang akan memperjelas
definisi bank asing yang saat ini tidak secara eksplisit diatur regulasinya dalam
peraturan yang setingkat undang-undang hal itu bertujuan untuk memperjelas
fungsi dan tugasnya. 21
Disisi lain pihak perbankan asing yang tergabung dalam Foreign Bank
Association of Indonesia atau Perhimpunan Bank-bank Internasional di Indonesia
(Perbina) meminta agar Rancangan Undang-Undang Perbankan tidak mewajibkan

21

“Ini alasan OJK mewajibkan Badan Hukum Asing Berbadan Hukum
Indonesia”http://finansial.bisnis.com/read/20150408/90/420700/ini-alasan-ojk-mewajibkan-bankasing-berbadan-hukum-indonesiadiakses pada tanggal 18 februari 2016. Otoritas Jasa Keuangan
meminta kantor cabang bank asing untuk segera beralih menjadi badan hukum Indonesia.
Tujuannya, agar bank lebih fokus menyalurkan pembiayaan di Tanah Air. Ketua Dewan
Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan permintaan itu telah disampaikan langsung
oleh otoritas kepada sejumlah bank asing yang membuka kantor cabang di Tanah Air, , Muliaman
menegaskan permintaan ini bukan upaya Indonesia menasionalisasi perusahaan asing. KCBA,
tutur dia, nantinya hanya diharuskan menyetor modal sesuai dengan profil risiko saat beralih
menjadi perseroan terbatas.Modal itu terpisah dari perusahaan induknya di luar negeri. Saat ini,
KCBA hanya membawa modal secara administratif, sedangnya secara riil modal tetap berada di
negeri asal

Universitas Sumatera Utara

9

kantor cabang asing (KCBA) mengubah status hukum menjadi badan hukum
karena perubahan itu dikhawatirkan akan memisahkan entitas KCBA dengan
induk. 22Managing Director & Senior Country Officer JP Morgan Chase Bank
Indonesia, Haryanto T Budiman, dalam pertemuan dengan

Komisi XI DPR

memberikan pendapat terkait RUU Perbankan, Haryanto menjelaskan, sebagian
besar KCBA hanya fokus di segmen korporasi sehingga mendapat kucuran dana
dari kantor pusat ketimbang menghimpun dana dari masyarakat. Di sisi lain,
pinjaman yang disalurkan bank asing kepada korporasi lokal maupun perusahaan
multinasional akan dibukukan di Indonesia.Menurutnya, perubahan status menjadi
badan hukum Indonesia akan membuat kapasitas bank asing menyusut, sehingga
kebutuhan pendanaan bagi korporasi akan berpindah ke cabang di luar negeri. 23
Gencarnya bank asing yang beroperasi di Indonesia tidak diimbangi
dengan pertumbuhan perbankan Indonesia di luar negeri,khususnya kawasan
regional ASEAN. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan
industri perbankan Indonesia belum memperoleh keadilan untuk menggenjot
pasar perbankan di negara-negara ASEAN, sehingga penetrasi industri domestik
di skala kawasan masih kecil. 24 Oleh karena itu, Indonesia direkomendasikan
meratifikasi Kerangka Persetujuan Sektor Jasa ASEAN (AFAS), yang juga
mencakup integrasi dalam Kerangka Integrasi Perbankan ASEAN (ABIF) secara

22

Bank Asing keberatan berbadan hukum Indonesia
www.hukumonline.com/berita/baca/lt557e607ebec2b/bank-asing-keberatan-berbadan-hukumindonesiadiakses pada tanggal 18 februari 2016
23
Ibid
24
Indra Arif Pribadi, Kesempatan Perbankan Indonesia di ASEAN belum adil
http://www.antaranews.com/berita/540679/kesempatan-perbankan-indonesia-ke-asean-belumadildiakses pada tanggal 20 februari 2016

Universitas Sumatera Utara

10

prinsip tujuan dari direkomendasikannya rekomendasi itu adalah untuk
merendahkan kesenjangan atau gap dengan menggunakan asas resiprokal. 25
Perbankan Indonesia yang ada di luar negeri terkhususnya di ASEAN
mayoritas didirikan sesuai dengan bentuk keperluan bisnis masing-masing bank.
Bank BNI yang berada di Singapura contohnya adalah berbentuk cabang yang
memfokuskan jasa di bidang

remittance centre. 26Adapun hambatan ditemui

dalam pendirian perbankan di luar negeri terutama di ASEAN adalah tantangantantangan regulasi dari otoritas perbankan negara setempat. Misalnya, regulasi
soal kecukupan modal dan cakupan kegiatan usaha.Contohnya, dua bank besar
asal Malaysia yaitu CIMB Niaga dan Maybank telah membuka sebanyak 1.456
kantor cabang di berbagai wilayah di Indonesia. Sedangkan, industri perbankan
Indonesia baru memiliki satu kantor cabang, satu layanan "remittance" dan satu
mesin Anjungan Tunai Mandiri di Malaysia. Selain itu investor Singapura seperti
DBS Bank, UOB, OCBC, juga telah memiliki sekitar 2.100 kantor cabang di
Indonesia. Sedangkan perbankan Indonesia hanya memiliki satu cabang. 27
Perbankan didalam menjalankan fungsi utamanya sebagai wadah
menyalurkan uang masyarakat kedalam berbagai instrumen pembangunan tidak
dapat bergerak secara efektif apabila terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi,
ditengah

berkembangnya

perusahaan-perusahaan

Indonesia

yang

tengah

berekspansi ke luar negeri, dapat dijadikan momentum untuk usaha perbankan
25

Ibid
“Bank asal RI tidak berkutik di
Singapura”http://www.kabarbisnis.com/read/2831853/bank-asal-ri-kian-tak-berkutik-disingapuradiakses pada tanggal 3 Maret 2016
27
Ibid
26

Universitas Sumatera Utara

11

Indonesia untuk tidak hanya mampu besar di dalam negeri. Selain itu faktor
banyaknya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri diharapkan menjadi
peluang, dengan melakukan kegiatan remitansi, dimana remitensi mempunyai
dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif. 28
Beberapa kajian mengungkapkan remitansi sebagai bagian dari bentuk
transfer merupakan entry point keuangan inklusif. Dengan kemudahan melakukan
transfer dana, akan membantu mengarahkan unbanked menggunakan produk dan
layanan keuangan formal. Pengiriman uang dapat meningkatkan permintaan untuk
tabungan atau uang elektronik sebagai sarana untuk menyimpan uang lebih aman.
Selanjutnya, dengan tabungan dan uang elektronik tersebut, track record
unbanked dapat dimonitor dan dianalisa untuk selanjutnya menjadi bagian penting
dalam rangka pemberian pembiayaan dapat dimanfaatkan perbankan nasional
apabila dapat membuka kantor cabang di negara negara pengirim remitansi
tersebut. 29
Kepemilikan asing terhadap perbankan Indonesia yang dapat mencapai
99%, 30 yang secara unilateral baik langsung maupun langsung, sangat berbanding
28

Keuangan Inklusif, remitansi, biaya remitansi Indonesia cukup rendah dibanding ratarata dunia dan Asia, namun ditenggarai biaya keseluruhan untuk melakukan cash-out cukup besar,
hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih memilih
menggunakan sarana remitansi informal akibat kurangnya pengetahuan remitansi yang benar,
kurangnya outlet cash-in formal yang berada dalam jangkauan TKI dan masih terbatasnya outlet
cash-out sehingga membutuhkan biaya dan waktu, serta masih rendahnya tingkat literasi keuangan
TKI dan
keluarganyahttp://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/program/remitansi/Contents/Defau
lt.aspx
29
Ibid
30
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum Pasal 5
angka 3 menyebutkan: “Kepemilikan yang berasal dari warga negara asing dan atau badan hukum
asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b setinggitingginya sebesar 99% (sembilan
puluh sembilan perseratus) dari modal disetor Bank.”

Universitas Sumatera Utara

12

terbalik dengan pendirian perbankan Indonesia di ASEAN yang memiliki
berbagai hambatan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat skripsi yang
berjudul “Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan Indonesia di
kawasan ASEAN dikaitkan dengan asas Resiprokal”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,
penulis memilih beberapa hal yang menjadi permaslaahn dalam penulisan skripsi
ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain :
1.

Bagaimanakah kebijakan pendirian lembaga perbankan Indonesia ditinjau dari
Sebelum peraturan perundang-undangan nasional?

2. Bagaimana pelaksanaan asas resiprokal dalam pendirian lembaga perbankan
di negara-negara ASEAN
3. Bagaimanakah

pendirian

lembaga

perbankan

Indonesia

di

ASEAN

berdasarkan Qualified ASEAN Bank (QABs) dibawah pengaturan ABIF?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permumsan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
skripsi ini antara lain:
1. Mengetahui mekanisme dan tata-cara pendirian perbankan Indonesia di dalam
dan luar negeri ditinjau dari peraturan perundang-undangan nasional

Universitas Sumatera Utara

13

2. Mengetahui pelaksanaan asas resiprokal dalam pendirian-pendirian lembaga
perbankan di ASEAN
3. Mengetahui bagaimana proses pendirian perbankan Indonesia sesuai dengan
pengaturan yang telah disepakati dalam ABIF di dalam membuka usaha
perbankan di ASEAN

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini, antara lain:
1. Secara teoritis
Kiranya kehadiran skripsi ini mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam
ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi ini, hingga
pada akhirnya skripsi ini nantinya dapat memberikan sumbangsih yang berarti
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang

hukum perbankan Indonesia,

khusunya dalam pendirian lembaga perbankan di ASEAN. Kiranya skripsi ini
juga mampu memenuhi keingintahuan para pihak yang ingin mengetahui dan
mendalami pengetahuan mengenai ilmu perbankan, terutama pembentukan
perbankan di luar negeri, terkhususnya di ASEAN, baik itu mahasiswa,akademisi,
maupun masyarakat luas.
2. Secara praktis
Manfaat dari skripsi ini adalah agar para pelaku usaha perbankan dapat
mengetahui regulasi-regulasi dan juga ketentuan-ketentuan seperti apa
berlaku dan yang harus diterapkan

yang

didalam pendirian lembaga perbankan di

Universitas Sumatera Utara

14

ASEAN. Selain mengetahui regulasi yang akan dipakai, berbagai ketentuanketentuan antar negara yang tidak tersampaikan secara baik kepada masyarakat
dapat disampaikan dari skripsi ini. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman
yang baik terkait hambatan-hambatan pendirian lembaga perbankan juga da oleh
pelaku usaha perbankan secara komprehensif melalui penulisan skripsi ini.

E. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan
skripsi berjudul “Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan Indonesia di
Kawasan ASEAN dikaitkan dengan Asas Resiprokal”,terlebih dahulu
dilakukan penelusuran terhadap judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
utara melalui surat tertanggal 17 Februari 2016 (terlampir) menyatakan tidak ada
judul yang memiliki kesamaan.
Surat dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ibu Windha,S.H.,M.Hum. (Ketua
Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis,
dan kemudian judul ini diterima.Sejauh ini setelah dilakukan pengecekan judul
skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul yang
telah ada adalah: Analisis Hukum Atas Pembatasan Investasi Asing Pada Sektor
Industri Jasas Perbankan di Indonesia ditulis oleh Hejon.

Universitas Sumatera Utara

15

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media
internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain
yang mengangkat topik tersebut.
Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan penilis dan tentu saja
substansinya pasti berbeda dengan dengan substansi yang ada dalam skripsi ini.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini didasarkan kepada defenisidefenisi,teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media
cetak dan media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi
ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini berisi tentang Analisis Yuridis Pendirian Lembaga
Perbankan Nasional yang dikaitkan dengan Asas Resiprokal. Adapun Tinjauan
Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Perbankan
Secara etimologi,bank berasal dari bahasa Italia banque atau banca yang
berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi
mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan
pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk
sambil bekerja. 31 Dalam Pasal 1 huruf 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998

31

Diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank, diakses pada tanggal 25 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

16

menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya, yang akan dibahas secara komprehensif
pada bab-bab dalam pembahasan ini.
Dalam UU Perbankan defenisi bank sendiri dinyatakan dalam pasal 1
huruf 2 yang isinya sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”
Jeremy M. Rosenberg dalam bukunya Dictionary of Banking and Finance
dikatakan Bank adalah
“ Bank is an organization, normally a corporation, chartered by the state
or federal government, the principal functions of which are: (a) to receive
demand and time deposits, honor instruments drawn against them, and
pay interest on them as permitted by law, (b) to discount notes, make
loans, and invest in government or other securities, (c) to collect checks,
drafts, notes, etc, (d) to issues drafts and cashier’s checks (e) to certify
depositor’s checks, and (f) when authorized by a chartering government,
to act a fiduciary capacity” 32
Definisi kedua ini menunjukkan perbedaan antara bank dengan lembaga
keuangan non bank lainnya, yaitu dengan lebih menonjolkan fungsi dari bank itu
sendiri.

32

Gunarto Suhardi Op.Cit., hlm 17.

Universitas Sumatera Utara

17

Sementara itu, secara umum hukum perbankan adalah hukum yang
mengatur masalah-masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia.
Sedangkan menurut Munir Fuadyhukum perbankan adalah seperangkat kaidah
hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi,doktrin, dan
lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai
lembaga, dan aspek kegiatan sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh
suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung
jawab para pihak yang bersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang
berkenaan dengan dunia perbankan tersebut. 33
H.R Daeng Najamenyebutkan bahwa hukum perbankan adalah aturanaturan baik aturan pokok maupun aturan pelaksanaan, baik menyangkut perdata
maupun pidana, baik mengenai pengurusan maupun pemilikan tentang suatu
badan usaha yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta bidangbidang yang berhubungan dengan kegiatan badan usaha tersebut. 34
a. Bank Asing
Istilah bank asing
literatur

terkait

di Indonesia tidak dijumpai pengertiannya dalam

perbankan

Indonesia,

akan

tetapi

menurut

Mulya

E.

33

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998
(Buku kesatu), (Bandung: Citra Aditya Bakti,1999), hlm. 14.
34
H.R Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Brankers Hand Book..
(Bandung,:Citra Aditya Bakti, 2005), hlm 6.

Universitas Sumatera Utara

18

Siregar, Deputi Pengaturan Perbankan OJK Bank asing adalah hanya melekat
bagi kantor cabang bank asing (KCBA) yang berada di Indonesia. 35
2.

ASEAN
Pada tahun1966, para pemimpin bangsa-bangsa di Asia Tenggara

merasakan perlunya membentuk suatu kerjasama regional, untuk memperkuat
kedudukan dan kestabilan sosial ekonomi dikawasan Asia Tenggara. 36 Untuk itu
pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok dilangsungkan pertemuan menteri luar
negeri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan
Philipina. Delegasi masing-masing negara dipimpin oleh Adam Malik (menteri
Presidium Urusan Politik/Menteri, Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri,
Menteri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia), S.Rajaratnam

35

“Jasa Keuangan (OJK) mengangkat lagi wacana pendefinisian ulang istilah bank asing
di Indonesia. Isu ini sempat berhembus beberapa waktu lalu oleh Bank Indonesia (BI) yang ketika
itu membawahi pengawasan perbankan. Yakni, tentang harmonisasi pengaturan perbankan antara
negara-negara ASEAN menjelang integrasi perbankan ASEAN 2019. Menurut Mulya E.
Siregar, Deputi Pengaturan Perbankan OJK, saat ini status bank asing di industri perbankan
nasional hanya melekat bagi kantor cabang bank asing (KCBA) yang berada di Indonesia. Nah,
OJK tengah mengkaji lagi rencana agar di masa depan status bank asing bukan cuma disematkan
pada bank yang masuk kategori Kantor Cabang Bank Asing semata."Nanti, bank yang 50% lebih
modalnya dimiliki oleh asing, bisa dikatakan dia itu bank asing," terang Mulya, Senin
(16/2).Bukan cuma itu, menurut Mulya pemegang saham asing yang memegang saham di sebuah
bank di Indonesia dengan persentase kepemilikan kurang dari 50% namun dinilai bisa
mengendalikan bank tersebut, maka status bank asing juga bisa dilekatkan.Mulya menambahkan,
pendefinisian ulang istilah bank asing sejalan dengan peran mereka di Indonesia. Saat bank asing
memiliki kantor di Indonesia, Mulya menjelaskan, jangan sampai bisnis mereka hanya untuk
kebutuhan konsumer saja. “OJK akan
memperluas defenisi Bank Asing”,”
http://keuangan.kontan.co.id/news/ojk akan-memperluas-definisi-bank-asing(diakses pada tanggal
4 Maret 2016)
36
“ASEAN selayang pandang,”
http://www.kemlu.go.id/Documents/ASP%202010.pdfhlm. 2(diakses pada tanggal 25 Februari
2016)

Universitas Sumatera Utara

19

(Menteri Luar Negeri Singapura), Narciso Ramos (Menteri Luar Negeri
Philipina), dan Thanath Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand). 37
Sebagai hasil pertemuan pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatangani
suatu Deklarasi yang diberi nama Bangkok Declaration atau Deklarasi Bngkok,
yang merupakan persetujuan kebulatan tekad kelima negara itu untuk membentuk
sebuah organisasi kerjasama regional yang disebut Association of South East
Asian Nations (ASEAN).
Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di
bidang politik dan ekonomi, seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai,
Bebas,

dan

Netral

(Zone

of

Peace,

Freedom,

and

Neutrality

Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971. 38 Kemudian, pada tahun
1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan
Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan bagi
negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai. Hal ini
mendorong negara-negara di Asia Tenggara lainnya bergabung menjadi anggota
ASEAN. 39
Proses penambahan keanggotaan ASEAN sehinggaanggotanya 10 negara
adalah sebagai berikut

37

Ibid
Ibid., hlm. 3
39
Ibid, hlm., 4

38

Universitas Sumatera Utara

20

a. Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7
Januari 1984 dalam Sidang Khusus Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting/AMM) di Jakarta, Indonesia.
b. Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada tanggal 29-30 Juli
1995 dalam Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar
Seri Begawan, Brunei Darussalam.
c. Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN tanggal
23-28 Juli 1997 dalam pada Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN
ke-30 di Subang Jaya, Malaysia.
d. Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam Upacara khusus
Penerimaan pada tanggal 30 April 1999 di Hanoi, Vetnam. 40
Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita
para pendiri ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia
Tenggara (visi ASEAN-10) telah tercapai.

Bergabungnya Indonesia dengan ASEAN tidak berarti bahwa Indonesia
telah menyeleweneng dari kebijaksanaan politik bebas dan aktif karena ASEAN
bukan merupakan suatu pakta militer melainkan ASEAN dibentuk dengan tujuan
mempercepat pembangunan ekonmoi, stabilitas sosial-budaya dan kesatuan
regional melalui usaha dan tanggung jawab bersama dalam persahabatan 41
3. Asas Resiprokal

40

Ibid, hlm., 5
M.Sabir, ASEAN Harapan Dan Perananya Dalam Pertumbuhan Perekonomian
Regional, Jakarta, 1992), hlm. 29.
41

Universitas Sumatera Utara

21

Asas resiprokal merupakan sebuah prinsip yang berlaku secara timbal
balik, dan berlaku dalam konsep sentral dalam banyak hubungan internasional,
khususnya hukum internasional. Gagasan bahwa negara harus menanggapi satu
sama lain dalam jenis ini tertanam dalam cara kita berpikir tentang politik
internasional

42

. Prinsip timbal balik ini telah menjadi elemen penting dalam

praktek berdaulat yang ada unsur hukum internasional. 43

G. Metode Penelitian
Diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikirian secara
sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang
pada akhirnya bertujuan mencapai keilmiahan dari skripsi ini. Dalam penulisan
skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Jenis, Sifat, dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Yuridis
Normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan44

42

James D Morrow “How does reciprocity work? Evidence from the laws of” Jurnal of
Law , hlm 1.
43

Ibid.
Law Education, http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/metode-penelitianhukum, diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

44

Universitas Sumatera Utara

22

yang dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentahng
Perbankan dan berbagai Peraturan Perbankan pelaksana lainnya.
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Deskriptif, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data yang seteliti mungkin tentang
keadaan yang menjadi obyek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan
dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru. 45
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis
normatif, yaitu dengan menganalisiss permasalahan dalam penelitian melalui
pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian Yuridis Normatif menggunakan jenis data primer dan jenis data
sekunder . Data primer adalah data yang didapat melalui studi lapangan yang
bersumber dari narasumber yang memberikan informasi melalui wawancara
mendalam (in deepth interview) serta melalui pedoman wawancara (interview
guide). Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian, Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak
lain dengan berbagai cara dan metode, baik secara komersil dan non komersil. 46
Data sekunder yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut:

45

Ibid.
Diambil darihttp://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 25 februari 2016

46

Universitas Sumatera Utara

23

a. Bahan Hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait,
antara lain:
1) Undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor10 Tahun 1998 tentang
Perbankan;
2) Peraturan-peraturan terkait perbankan
b. Bahan Hukum Sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi,

artikel-artikel,

hasil-hasil

penelitian,

laporan-laporan,

dan

sebagainya yang diperoleh, baik melalui media cetak maupun media
elektronik.
c. Bahan hukum Tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjukpetunjuk terhadap bahn hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus hukum, jurnal hukum, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat
digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan.

3. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi
pustaka (literature research)dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu
internet serta studi lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari hasil
wawancara yang diperoleh dari Zulkarnaen Sitompul selaku Deputi Komisioner
OJK dan juga dari Prof. Hikmahanto Juwana, selaku pakar hukum internasional.
Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memadukan, mengumpulkan,
menafsirkan, dan mebandingkan buku-buku dan arti yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

24

judul skripsi“Analisis Yuridis PendirianLembaga Perbankan di ASEAN dikaitkan
dengan asas Resiprokal”. 47

4. Analisis Data
Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka
biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya. 48 Metode analisis
data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif , yaitu dengan:
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan
dengan permasalahan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian
ini.
b. Melakukan pemelihan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut
diatas agar sesuai dengan permasalahan masing-masing yang dibahas
c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan
dari permaslahan
d. Memaparkan kesimpulan yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

H. Sistematika Penulisan

47

Sumardjono, Maria S.W., Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian: Sebuah Panduan
Dasar, (Jakarta,Penerbit: Gramedia, 2001), hlm.45.
48
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Depok: Universitas Indonesia Press,
1994) hlm.69.

Universitas Sumatera Utara

25

Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar
terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini
dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi
ini sifatnya berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang
lainnya.Sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
Bab I tentang pendahuluan, bab ini mengurai latar belakang, perumusan
masalah,

tujuan

dan

manfaat

penulisan,

keaslian

penulisan,

tinjauan

kepustakaan,metode penulisan dan Sistematika Penulisan, yang semuanya
berkaitan dengan Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan di Kawasan
ASEAN Dikaitkan dengan Asas Resiprokal.
Bab II adalah kebijakan pendirian lembaga perbankan nasional ditinjau
dari perundang-undangan nasional. Pada bab ini menjadi pembahasan adalah
mengenai penyelenggaraan usaha perbankan di Indonesia yang membahas seputar
Pengertian, asas, tujuan dan manfaat perbankan,kemudian Bentuk-bentuk badan
hukum usaha perbankan dan jenis-jenis lembaga perbankan; Pengaturan Pendirian
Perbankan di Indonesia yang terdiri atas Bank umum terdiri dari, bank umum
nasionak persero, Bank umum swasta devisa,bank umum swasta non devisa, bank
campuran, kantor cabang bank asing, dan perwakilan Bank asing, dan kemudian
Pengaturan Pendirian Bank Perkreditan Rakyat.dan pengaturan pendirian
perbankan Indonesia di luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

26

Bab IIItentang pelaksanaan

asas resiprokal dalam lembaga perbankan

diASEAN. Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah Tinjauan Umum Asas
Resiprokal; Pelaksanaan Asas Resiprokal dalam lembaga perbankan;Pengaturan
asas resiprokal dalam protokol kerangka integrasi Perbankan ASEAN (ABIF);
dan Pelaksanaan Asas Resiprokal dalam Lembaga Perbankan Indonesia di
ASEAN.
Bab IVtentang pendirian lembaga perbankan Indonesia di ASEAN
berdasarkan Qualified Asean Banks (QAB) dibawah pengaturan ABIF, pada bab
ini yang menjadi pembahasan adalah pengaturan pendirian perbankan Indonesia
di negara kawasan ASEAN yang mencakup Qualified ASEAN BANK (QAB) dan
Regulasi negara-negara ASEAN; Tantangan-tantangan regulasi pendirian
perbankan Indonesia di ASEAN ; dan Peran serta OJK mengatasi hambatan
pendirian perbankan Indonesia di ASEAN.
BAB V adalah penutup, pada bab terakhir ini akan dikemukakan
kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan
ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis
ciptakan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara