Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Rokok

2.1.1

Pengertian
Menurut Poerwadarminta (1995) rokok adalah gulungan tembakau yang

berbalut daun nipah atau kertas. Sedangkan pada Permenkes. No 28 tahun 2013
dikatakan bahwa Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,
nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
2.1.2


Kandungan Rokok
Satu batang rokok mengandung beribu-ribu bahan zat kimia. Ada sekitar

4000 bahan kimia dan 43 diantaranya merupakan bahan-bahan penyebab kanker.
Menurut Satiti (2009) bahan kimia dalam rokok dapat dibedakan menjadi:
a.

Berdasarkan hasil penelitian medis, bahan kimia yang paling berbahaya
sekaligus merupakan racun utama pada rokok adalah:
1. Tar
Adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan mengiris paruparu.
2. Nikotin
Adalah zat adiktif yang memengaruhi sistem syaraf dan peredaran darah.

9
Universitas Sumatera Utara

10


3. Karbon monoksida
Adalah gas yang terdapat pada asap rokok yang mengikat haemoglobin
dalam darah.
Menurut Jaya (2012) racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan
karbon monoksida. Jaya (2012) juga menjelaskan bahwa karbon monoksida, tar
dan nikotin berpengaruh terhadap syaraf yang dapat menyebabkan :
-

Gelisah, tangan gemetar (tremor)

-

Cita rasa/selera makan berkurang

-

Ibu-ibu hamil yang suka merokok, kemungkinan dapat mengalami
keguguran kandungan.

b.


Adapun racun-racun atau bahan kimia lainnya terbukti dapat menyerang
selaput halus pada saluran pernafasan. Ada juga yang memasuki aliran darah
dan mengganggu peredaran darah, adalah:
1.

Acatona (Bahan penghapus cat)

2.

Ammonia (Bahan kimia pembersih lantai)

3.

Arsenic (Racun tikus putih)

4.

Butane (Bahan bakar korek api)


5.

Hydrogen Cyanide (Gas tidak berwarna yang dapat menghalangi
pernafasan. Gas ini digunakan untuk hukuman mati)

c.

6.

Methanol (Bahan bakar roket)

7.

Toluene (Bahan pelarut industri)

Bahan kimia yang menyebabkan kanker (karsinogen) yaitu:
1.

Banzopyrane


Universitas Sumatera Utara

11

2.

Cadmium (Bahan aki mobil)

3.

Dibenzacridine

4.

Naphthylamine

5.

Phyrene


6.

Polonium-210 (Bahan radioaktif)

7.

Potassium-40 (Bahan radioaktif)

8.

Radium-226 (Bahan radioaktif dalam asap rokok)

9.

Radium-228 (Bahan radioaktif dalam asap rokok)

10.

Thorium-226 (Bahan radioaktif dalam asap rokok)


11.

Urethane

12.

Vinyl Chloride (Bahan dasar pembuatan plastik PVC)

Menurut Aditama (2011) bahan dalam asap rokok yang berhubungan dengan
terjadinya penyakit kanker yaitu:
1. Bahan yang terbukti berhubungan dengan kanker pada manusia:
-

4-aminobiphenyil

-

Arsenic

-


Benzene

-

Chromium

-

Nickel

-

Vinyl Chloride

2. Bahan yang diduga karsinogen pada manusia
-

Benzo(a)pyrene


-

Cadmium

Universitas Sumatera Utara

12

d.

-

Dibenz(a,h)anthracene

-

Formaldehyde

-


N-Nitrosodiethylamine

-

N-Nitrosodimethylamine

Selain yang diatas, rokok juga mengandung bahan kimia berikut ini:
1.

Formalin (Gas tidak berwarna, bahan pengawet mayat)

2.

Formic Acid (Asam kuat yang bisa membuat kulit melepuh. Merupakan
bahan pengawet dan anti bakteri pada industri makanan)

3.

Hidrogen Sulfide (Gas beracun, penghambat oksidasi enzim)


4.

Nitrous Oxide (Gas tidak berwarna. Bahan obat bius dalam operasi)

5.

Pyridine (Cairan tidak berwarna dan menyengat. Mengubah alkohol
sebagai pelarut dan pembunuh hama).
Asap rokok mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit

bukan hanya bagi perokok aktif namun bagi perokok pasif juga. Menurut Aditama
(2011) asap rokok yang dihisap si perokok disebut dengan “asap utama”
(mainstream smoke) dan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar yang
dihisap oleh orang sekitar perokok disebut “asap sampingan” (slidestream smoke).
2.1.3

Jenis Rokok
Menurut Jaya (2012) jenis rokok di Indonesia dibedakan menjadi beberapa

jenis yaitu :
1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
a.

Klobot

: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung

b.

Kawun

: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren

Universitas Sumatera Utara

13

c.

Sigaret

: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

d.

Cerutu

: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau

2. Rokok berdasarkan bahan baku
a.

Rokok putih

: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
b.

Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.

c.

Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya
a.

Sigaret kretek tangan (SKT) rokok yang proses pembuatannya dengan cara
digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu
sederhana.

b.

Sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin.

4. Rokok berdasarkan penggunaan filter
a.

Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus

b.

Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.

Universitas Sumatera Utara

14

2.1.4

Bahaya rokok pada tubuh
Rokok dapat menyebabkan penyakit yang menyerang anggota tubuh

manusia baik itu perokok aktif maupun perokok pasif. Doll dan Hill dalam
Aditama (2011) membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok
yaitu:
a.

Yang disebabkan oleh merokok yaitu kanker paru, kanker kerongkongan,
kanker saluran napas lainnya, bronkitis kronik, emfisema;

b.

Mungkin seluruhnya atau sebagian disebabkan oleh merokok yaitu penyakit
jantung iskemik, aneurisma/pelebaran aorta, kerusakan miokard jantung,
trombosis pembuluh darah otak, arteriosklerosis, tuberkulosis, pneumonia,
ulkus peptikum, hernia dan kanker kandung kemih.
Dua peneliti eropa lainnya, Hammond dan Horn dalam Aditama (2011)

juga membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok sebagai berikut:
a.

Hubungan erat luar biasa mengakibatkan kanker paru, kanker tenggorok,
kanker kerongkongan, dan ulkus peptikum

b.

Hubungan sangat erat mengakibatkan pneumonia, ulkus duodenum,
aneurisma aorta

c.

Hubungan erat menyebabkan penyakit jantung koroner

d.

Hubungan sedang mengakibatkan penyakit pembuluh darah otak
Bagian tubuh yang dapat diserang oleh penyakit akibat rokok diantaranya

adalah :
a.

Otak
Seseorang yang merokok akan terancam menderita stroke serta perubahan

Universitas Sumatera Utara

15

kimia pada otaknya.
b.

Mata
Seorang perokok memiliki resiko tiga kali lebih besar dibandingkan bukan
perokok untuk terserang penyakit katarak dan menyebabkan kebutaan.

c.

Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus
Pada bagian tubuh ini rokok dapat menyebabkan penyakit kanker, penyakit
gusi, pilek dan kerongkongan kering. Rokok juga meningkatkan resiko
penderita kanker yang merokok mengalami kematian dibandingkan penderita
kanker yang bukan perokok.

d.

Gigi
Seorang perokok memiliki resiko 20 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tidak merokok untuk menderita penyakit Periodontitis yaitu
penyakit yang menyerang gusi seperti gusi terbakar yang akan mengarah ke
tingkat infeksi yang kemudian akan merusak jaringan halus dan tulang.

e.

Paru-paru
Paru-paru merupakan bagian tubuh yang paling erat kaitannya dengan rokok.
Penyakit-penyakit yang dapat menyerang paru-paru ialah kanker paru-paru,
emfisema, pneumonia, bronkhitis, asma, dan batuk kronis. Penelitian di
Amerika menunjukkan seorang perokok memiliki resiko 20 kali lebih besar
mati akibat kanker paru pada penduduk umur setengah baya dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok (TCSC-IAKMI, 2010). Ada juga penelitian
yang menunjukkan bahwa asap rokok merupakan faktor resiko penting untuk
timbulnya kasus baru asma (Aditama, 2011).

Universitas Sumatera Utara

16

f.

Perut
Penyakit kanker perut dan lambung adalah penyakit yang dapat diderita
seorang perokok pada bagian tubuh ini. Penyakit maag dan tukak lambung
(ulkus peptikum) ternyata lebih sering dijumpai pada perokok dan
penyembuhannya menjadi lebih sulit selama mereka tetap merokok (Aditama,
2011).

g.

Ginjal & Pankreas
Pada bagian ini, kanker ginjal dan Kanker Pankreas adalah penyakit yang
dapat diderita seorang perokok.

h.

Leher rahim & Kantung kemih
Penyakit kanker akan menyerang leher rahim seorang perokok. Seorang
perokok memiliki resiko dua kali lebih besar menderita penyakit kanker
kantung kemih.

i.

Kulit
Perokok memiliki kemungkinan 3,3 kali lebih besar dibandingkan mereka
yang tidak merokok untuk mengidap karsinoma sel skuamosa. Resiko ini
akan meningkat empat kali lebih besar bila menghisap rokok lebih dari 20
batang perharinya (Jaya, 2012).

2.2

Merokok
Menurut Armstrong (1990) merokok adalah menghisap asap tembakau

yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Asap
tembakau tidak hanya merugikan perokok namun juga memberi pengaruh kepada
orang yang berada disekitarnya. Hal ini didukung oleh pernyataaan Danusantoso

Universitas Sumatera Utara

17

(1991) yang mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga
dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Levy (1984) juga
memberikan pendapat bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap
yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah kegiatan
membakar dan menghisap rokok yang menghasilkan asap tembakau yang
kemudian asap tersebut masuk terhirup pengguna rokok begitu juga dengan
orang-orang yang berada disekitar perokok tersebut.
Merokok merupakan kebiasaan yang buruk yang dapat mengakibatkan
kematian baik itu pengguna rokok itu sendiri ataupun orang yang berada disekitar
perokok tersebut. Rokok dapat mengakibatkan penyakit-penyakit seperti radang
gusi, kerusakan tulang penyokong gigi, stroke kanker bibir, kanker mulut, kanker
tenggrorokan, kanker laring, serangan jantung, kanker esophagus, kanker paruparu, emfisema, penyakit paru obstruktif kronis, kanker hati kanker lambung
kanker pankreas dan usus besar, kanker ginjal, kanker kandung kemih, gangren
dan tukak lambung.
Selain itu, merokok juga dapat mengakibatkan impoten dan kerusakan
sperma. Sedangkan untuk reproduksi wanita dapat mengakibatkan kemandulan
dan kanker leher rahim. Bagi wanita hamil, merokok dapat mengakibatkan
kecacatan untuk bayi yang dikandungnya hingga meningkatnya resiko keguguran
dan kematian janin.

Universitas Sumatera Utara

18

Merokok juga dapat menurunkan kualitas penampilan perokok, hal ini
dikaitkan dengan adanya kandungan zat kimia berupa tar yang dapat menempel di
gigi perokok. Akibatnya, gigi perokok akan mengalami perubahan warna dari
kuning hingga kecoklatan bahkan sampai berwarna kehitaman.
2.2.1

Jenis Perokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perokok adalah (orang) yang

suka merokok. Perokok dibagi menjadi dua yaitu:
1.

Perokok aktif adalah orang yang merokok secara aktif. Merokok secara aktif
maksudnya ialah orang yang menghisap secara langsung dan ikut menghirup
asap hasil pembakaran rokok yang ia hisap.

2.

Perokok pasif adalah orang yang menerima asap rokok saja, bukan
perokoknya sendiri.

2.2.2

Tahapan Dalam Perilaku Merokok
Levental dan Clearly (Komasari & Helmi, 2000) membagi tahapan dalam

perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok ke dalam 4 tahapan yaitu:
a.

Tahap Perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.
Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b.

Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

c.

Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan
menjadi perokok.

Universitas Sumatera Utara

19

d.

Tahap Maintenance of Smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan
untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.

2.2.3

Tipe Perilaku Merokok
Tipe perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya

adalah:
A.

Menurut Smet (1994) tipe perokok berdasarkan banyaknya rokok yang
dihisap ada tiga tipe perokok yaitu:

1.

Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2.

Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3.

Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

B.

Berdasarkan tempat aktivitas merokok dilakukan, Mu’tadin (2002)
membagi tipe perokok menjadi dua yaitu:

1.

Merokok di tempat umum/ruang publik:

a.

Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara berkelompok mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di area merokok.

b.

Kelompok heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain)

2.

Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi

a.

Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memillih tempat-tempat seperti
ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang
menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

Universitas Sumatera Utara

20

b.

Toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.

C.

Silvan dan Tomkins dalam Mu’tadin (2002) membagi tipe perilaku
merokok berdasarkan management theory of affect yaitu:

1.

Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

a.

Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.

b.

Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedar
menyenangkan perasaan.

c.

Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dari
memegang rokok.

2.

Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif, banyak orang yang
merokok untuk mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya. Misalnya,
merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi dengan tujuan
menghindari perasaan yang tidak enak.

3.

Tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah adiksi akan menambah
dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang
dihisapnya berkurang.

4.

Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka menggunakan rokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi
karena sudah menjadi kebiasaan.

Universitas Sumatera Utara

21

2.3

Kebijakan

2.3.1

Definisi
Kebijaksanaan (Policy) adalah suatu deklarasi mengenai suatu dasar

pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai
aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana (United Nation dalam Wahab
(1997)).
Kebijakan publik adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu Public
Policy. Thomas R Dyne dalam Madani (2011) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “is what ever government choose to do or not to do” yang artinya adalah
“apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu”. James E. Anderson dalam Madani (2011) mengatakan bahwa “Public
Policies are those policies developed by government bodies and officials” yang
diartikan sebagai kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh
badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Menurut Mustopodidjaja dalam
Madani (2011) mendefinisikan kebijakan publik dengan suatu keputusan yang
dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu, yang dilaksanakan oleh instansi yang berkewenangan dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintah negara dan pembangunan.
2.3.2

Upaya Pemerintah dalam Menurunkan Angka Perokok Aktif
Pemerintah telah menyusun berbagai peraturan guna memberikan

perlindungan ke masyarakat akan bahaya merokok yaitu diantaranya:
1.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

22

Undang-undang telah disahkan pada rapat paripurna DPR tepatnya pada
tanggal 14 September 2009 yang menegaskan bahwa tembakau adalah zat adiktif.
Penjelasan tersebut ada pada pasal 113 ayat 2 yang berbunyi:
“ Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat
adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
dan/atau masyarakat sekelilingnya.”
Dalam undang-undang ini juga menegaskan bahwa dalam setiap bungkus
rokok haruslah mencantumkan peringatan kesehatan. Penjelasan tersebut
tercantum pada pasal 114 yang berbunyi:
“Setiap Orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan.”
Pemerintah juga telah memberikan sanksi berupa pidana dan denda yang
tercantum pada pasal 199 ayat (1) yang berbunyi :
“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau memasukkan
rokok ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
tidak mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 dipidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah);”
2.

Rancangan Undang-Undang Pengendalian Dampak Produk Tembakau
Terhadap Kesehatan (RUU-PDPTK)
Rancangan ini secara garis besar terdiri dari 13 bab dan 71 pasal (TCSC-

IAKMI, 2010). Namun RUU tersebut masih dalam proses Harmonisasi Baleg
(Atte Sugandi dalam buku TCSC-IAKMI, 2010)
3.

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah & Retribusi
Daerah

Universitas Sumatera Utara

23

Dalam undang-undang dikatakan bahwa pajak rokok sebagian diwajibkan
untuk membiayai pelayanan kesehatan masayarakat dan penegakan hukum.
Penjelasan tersebut tercantum pada pasal 31 yang berbunyi :
“ Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi maupun bagian
kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50 % (lima puluh persen)
untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang.”
4.

Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
Peraturan pemerintah ini dibuat untuk mendukung dan dalam
melaksanakan ketentuan pasal 116 Undang-Undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan yang berbunyi :
“Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan bahan yang mengandung
zat adiktif ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”
Peraturan ini dibuat untuk mengatur hal-hal yang menyangkut produk

tembakau, baik itu dalam hal tanggung jawab Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, dalam hal penyelenggaraan, peran serta masyarakat dan pembinaan serta
pengawasan produk tembakau (PP No. 109 Pasal 3). Pada peraturan pemerintah
ini juga telah mengatur agar produsen rokok mencantumkan peringatan
bergambar di bungkus rokok. Hal ini dilatarbelakangi oleh studi diberbagai negara
yang membuktikan bahwa peringatan berbentuk gambar yang disertai tulisan
lebih efektif daripada peringatan dengan bentuk tulisan saja (PP No. 109 Tahun
2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan).

Universitas Sumatera Utara

24

5.

Permenkes Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Peta Jalan (Road Map)
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan
Permenkes ini dibuat untuk menjadi suatu acuan dalam penyusunan dan

pengembangan program dan kegiatan yang kaitannya dengan pengendalian
dampak konsumsi rokok.
6.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 41 Tahun 2013 Tentang Pengawasan Produk Tembakau Yang Beredar,
Pencantuman peringatan Kesehatan Dalam Iklan Dan Kemasan Produk
Tembakau, Dan Promosi
Peraturan kepala BPOM ini lebih memuat ke pengawasan produk-produk

tembakau yang beredar di pasaran seperti kandungan kadar nikotin dan tar serta
pengawasan pencantuman peringatan dan informasi kesehatan pada kemasan
produk tembakau (Peraturan Kepala BPOM no. 41 Tahun 2013 Pasal 3).
7.

Permenkes No. 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan
dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 yang mengatur mengenai

pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk
tembakau telah berlaku mulai tanggal 24 Juni 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
ini merupakan peraturan yang dibuat demi mendukung pelaksanaan peraturan
pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dalam peraturan
pemerintah No. 109 Tahun 2012 telah menegaskan bahwa setiap varian produk
tembakau harus mencantumkan gambar dan tulisan peringatan kesehatan kecuali

Universitas Sumatera Utara

25

bagi industri nonPengusaha kena pajak yang total jumlah produksinya tidak lebih
dari 24.000.000 (dua puluh empat juta) batang per tahun (PP No. 109 Tahun 2012
pasal 15 ayat (1) dan (2)).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 telah ditetapkan
jenis gambar dan tulisan apa saja yang diwajibkan untuk dicantumkan dalam
setiap bungkus rokok di Indonesia.

2.4 Peringatan Bergambar
2.4.1

Peringatan
Suatu peringatan akan selalu mengandung pesan didalamnya. Pesan atau

isi pernyataan adalah hasil penggunaan akal budi yang disampaikan manusia
kepada manusia lain (Hoeta Soehoet dalam Ritonga, 2005).
Agar pesan tidak bias, ada tiga hal yang harus dipenuhi yaitu:
1.

Pesan yang disampaikan pada khalayak sasaran tidak mengandung
atau berisi kebohongan.

2.

Pesan

hendaknya berisi

dua kepentingan

sekaligus,

yaitu

penyampai (persuader) dan penerima (khalayak sasaran), yang
dalam

terminologi

komunikasi

disebut

komunikator

atau

komunikan atau dalam dunia perdagangan disebut produsen dan
konsumen.
3.

Dalam kemasan pesan persuasif tidak terdapat unsur memaksa,
baik paksaan psikologis maupun fisik.

Universitas Sumatera Utara

26

2.4.2

Gambar
Menurut Suleiman (1985), alat-alat visual adalah alat-alat yang dapat

memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Yang
terbagi atas:
1.

Alat-alat visual dua dimensi, terbagi atas:
a. Alat alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan.
Contoh : gambar diatas kertas atau karton, gambar yang
diproyeksikan dengan opaque-projektor, lembaran balik, wayang
beber, grafik, diagram, bagan, poster, gambar hasil cetak saring dan
foto.
b. Alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan. Contoh:
slaid, filmstrip, lembaran transparan untuk overhead projektor.

2.

Alat-alat visual tiga dimensi
Contoh: benda asli, model, contoh barang atau spesimen, alat tiruan
sederhana atau mock-up. Termasuk didalamnya diorama, pameran dan
bak pasir.

Menurut sonja dalam Smith (2005) “visual rhetoric is the actual image
rhetors

generate when

they use visual symbol

for

the purpose of

communicating.”. Yang berarti “ visual rhetoric adalah studi gambar rhetoric yang
menggunakan simbol gambar untuk tujuan berkomunikasi”. Menurut Sonja dalam
Smith (2005) ada 3 syarat untuk suatu objek dapat dikatakan sebagai visual
rhetoric:

Universitas Sumatera Utara

27

1.

Symbolic Action, yaitu sebuah kumpulan dari tanda-tanda dimana
tanda-tanda tersebut dapat terhubung dengan objek yang lain.

2.

Human Intervention, artinya adanya perlakuan dari manusia seperti
adanya penetapan untuk menjadikan suatu objek menjadi visual
rhetoric maupun pada proses interpretasi.

3.

Presence of an audience, yaitu ditujukan untuk audien, walaupun
audien tersebut adalah pencipta objek tersebut.

2.5 Sikap
2.5.1

Definisi Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb dalam Mar’at
(1984) sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dana
akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas.
2.5.2

Komponen Sikap
Allport dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
(Komponen Kognisi)
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
(Komponen Afeksi)
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). (Komponen
Konatif)
Sikap menurut Notoatmodo (2003) terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

28

1.

Menerima (Receiving)
Menerima,diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

2.

Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3.

Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.

4.

Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.5.3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Menurut

Azwar

(1998),

ada

enam

faktor

yang

mempengaruhi

pembentukan sikap yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Universitas Sumatera Utara

29

Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang
berarti

khusus

bagi

kita

(significant

others),

akan

banyak

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi
corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuahannya.
4. Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Pengaruh faktor emosional
Sikap dapat didasari oleh faktor emosi yang berfungsi semacam
penyaluran frustasi atau semacam pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap yang demikian dapat merupakan sikap yang

Universitas Sumatera Utara

30

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

2.6 Remaja
2.6.1

Definisi Remaja
Menurut Kusmiran (2012) definisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut

pandang yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kalenjar seksual.
3. Secara

psikologis,

remaja

merupakan

masa

dimana

individu

mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial
dan moral diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
2.6.2

Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Menurut Kusmiran (2012) ciri-ciri kejiwaan dan psikososial remaja terbagi

kedalam dua kelompok usia yaitu:
a. Usia Remaja Muda (12-15 Tahun)
1. Sikap protes pada orangtua
Pada usia ini remaja cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes pada
orangtuanya. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering
kali disertai dengan menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam
upaya pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada

Universitas Sumatera Utara

31

tokoh-tokoh diluar lingkungan keluarganya, yaitu guru, figur ideal
yang terdapat di film, atau tokoh idola.
2. Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus
bagi diri remaja.
3. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Pada remaja pada kelompok usia ini merasakan keterikatan dan
kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari
kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
4. Kemampuan utnuk berpikir secara abstrak
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanisfestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
5. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering kali memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah.
Pada suatu waktu tampak bertanggungjawab, tetapi dalam waktu
lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggungjawab. Remaja
merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian
menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang
memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.
b. Usia Remaja Penuh (16-19 Tahun)
1. Kebebasan dari orangtua

Universitas Sumatera Utara

32

Dorongan untuk mejauhkan diri dari orangtua menjadi realitas.
Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat
dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
Seringkali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu
yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan citacita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau
langsung bekerja untuk mencari nafkah.
3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan
cita-cita.
4. Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
5. Penghargaan kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar
(Arifin dalam Kusmiran, 2012).
Pada ciri-ciri kejiwaan dan psikososial diatas disebutkan bahwa remaja
akan melalui fase mencari identitas diri yang mana sering dibarengi dengan sikap
menjauhi orangtua. Menurut Gunarsa (2003) ada dua faktor-faktor penting dalam
pembentukan identitas remaja yaitu:
a. Identifikasi, hampir dapat disamakan dengan peniruan, akan tetapi
sifatnya

lebih

mendalam

dan

menetap.

Dengan

identifikasi

Universitas Sumatera Utara

33

dimaksudkan bahwa tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-nilai
norma, minat dan aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang akan
diambilnya dan dijadikan bagian daripada kepribadiannya sendiri.
b. Eksperimentasi (mencoba-coba, berpetualangan), para remaja harus
memperoleh kesempatan untuk eksperimentasi atau mencoba beberapa
peranan sosial sebelum ia menentukan peranan sosial yang akan
diambilnya untuk masa dewasa. Hal ini erat kaitannya dengan
kemungkinan remaja dapat terjerumus ke hal-hal negatif. Dengan
sikap rasa ingin tahu yang besar, remaja akan mencoba-coba untuk
melakukan hal-hal yang dianggapnya menarik.
2.7 Analisis
Analisis adalah Pengamatan mengenai suatu kegiatan tersebut dan cara
terbaik untuk memperolehnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia On-line).

Universitas Sumatera Utara

34

2.8

Kerangka Konsep

Pencantuman

Peringatan

Bergambar
- Simbol sebagai penanda
(Symbolic Action)
- Intervensi

Sikap
manusia

(Human Intervention)
- Keberadaan

sasaran

(Presence of an Audience)

Responden
(Studi di SMA
Swasta Mulia
Medan dan
SMA Swasta
Muhammadiyah
2 Medan)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Majalah Gogirl! Dan sikap remaja (Studi Korelasional Pengaruh Rubrik Feature Majalah Gogirl! terhadap Sikap Remaja Putri di SMA Swasta Harapan I Medan)

0 45 119

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

0 11 152

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Sma Swasta Prayatna Medan Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Sma Swasta Prayatna Medan Tahun 2015

3 10 10

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

0 0 16

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

0 0 2

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

0 0 8

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan)

0 1 4

Analisa Pengaruh Pencantuman Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Terhadap Sikap Remaja di Kota Medan Tahun 2016 (Studi di SMA Swasta Mulia Medan dan SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan) Appendix

0 0 37

Gambaran Gejala Sindrom Pramenstruasi pada Remaja di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan

0 0 2