TEORI PEMBELAJARAN TEORI PEMBELAJARAN KO
eori Pembelajaran Konstruktivisme|
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Oleh:AhmadAbrarRangkuti
A. Pendahuluan
Permasalahanseputarpembelajaranmenjadihalyangmenarikuntukdikaji.
Di antara permasalahan yang terjadi bukan disebabkan karena kurangnya
literatur atau sumber yang mengkaji seputar pembelajaran, melainkan karena
tidak dilandasinya praktik pembelajaran dengan teori pembelajaran. Misalnya,
dalam mengajarkan suatu konsep atau prinsip, sebagian guru menyajikan
dengan serta merta konsep atau prinsip secara utuh peserta didik. Guru tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan
membangun konsep atau prinsip tersebut secara mandiri atau berkelompok
(sosial).
Praktikpembelajaranyangidealadalahpraktikpembelajaranyangdilandasi
oleh teori-teori pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar tercapai keberhasilan dan kebermaknaan dalam
pembelajaran. Untuk itu, pengetahuan dan penguasaan terhadap teori
pembelajaranmenjadihalyangpentingdanmutlakbagiguru.Semakindalam
gurumenguasaiteoripembelajaran,semakinbesariamemperolehkeberhasilan
dan kebermaknaan dalam pembelajaran. Selain itu, penguasaan guru terhadap
teoripembelajaranmemberimaknabagiperkembanganpesertadidik.
Para ilmuwan berpendapat bahwa minimal ada tiga fungsi teori, yaitu: 1)
mendeskripsikan; 2) menjelaskan; dan 3) memprediksi. Suatu teori dapat
teraplikasibiladiformulasikandalamkonseppembelajaran.Berdasarkanteoriteori belajar dapat ditentukan beberapa pendekatan pembelajaran, selanjutnya
berdasarkan beberapa pendekatan dapat ditentukan beberapa model
pembelajaran. Konstruktivisme sebagai suatu teori belajar memiliki implikasi
pada teori pembelajaran. Selain itu, konstruktivisme sebagai suatu teori
memilikipendekatandanmodelpembelajarantertentu.
Makalah ini akan membahas teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
Subbahasan pada makalah ini meliputi latar belakang teori konstruktivisme,
pengertian teori konstruktivisme, pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran, model pembelajaran konstruktivisme, dan implikasi teori
konstruktivismedalampembelajaranPendidikanAgamaIslam.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|2
B. Latar Belakang Teori Konstruktivisme
Sebagai teori, Konstruktivisme tidak diketahui secara pasti kapan
dicetuskan. Tidak satu orang atau gerakan pun yang mengakui secara pasti
tentang perkembangan dan sebagai peletak dasar-dasar teori konstruktivisme
padamasamodern.Benihpendekatankonstruktivismedapatdilacakdarikarya
Vico,Goodman,Rousseau,Kant,Dewey,danVygotsky. JeanPiagetdanLev
VygotskysertaJeromeS.BrunnerdanvonGlasersfeld—duayangterakhirpada
masaberikutnya—membentukpendekatankonstruktivisme.
Konstruktivisme sebagai suatu teori bersifat kompleks. Konstruktivisme
berhubungandenganfilsafat,psikologi,sosiologi,sains,danpendidikan.Dalam
dunia pendidikan, konstruktivisme muncul secara formal sebagai teori
pengetahuan dan teori belajar sejak tahun 1980-an melalui karya Bruner dan
von Glasersfeld. Selanjutnya, pada tahun 1990-an karya Bruner dan von
Glaserfeldmenjadikaryamenarikyangdigunakandikalanganpendidik.
Menurut Coburn dan Derry sebagaimana dikutip oleh Isjoni,
menyatakan bahwa konstruktivisme adalah cabang dari kognitivisme. Bila
ditelusurikebelakang,teori-teorikognitivismedidasarkanatasteoriJeanPiaget
dan Lev Vygotsky. Piaget dikenal sebagai iaget Constructivism Cognitive
(Aliran Konstruktivisme Piaget) dan Vygotsky dikenal sebagai Vygotsky
Constructivism Social(AliranKonstruktivismeVygotsky).
TeoriPiagetberasaskanpadapremis,apabilaindividubekerjasamaatas
presekitarnya, konflik sosio-kognitif akan berlaku dan akan mewujudkan
ketidakseimbangan kognitif dan seterusnya mencetuskan perkembangan
kognitif. Teori Vygotsky berdasarkan pada premis bahwa pengetahuan terbina
melaluiinteraksikumpulandalammenyelesaikanmasalah.Keduateoridiatas
menjadititiktolakdalammemahamiteorikonstruktivismedalampembelajaran.
Sebagaiteoripengetahuan(knowing theory),konstruktivismedibangun
atas ide bahwa pengetahuan tidak berada pada dunia objektif atau dunia luar
individu. Pengetahuan diperoleh ketika individu melakukan proses
pembentukanpengetahuan.Dariperspektifini,objektivismemenjadilawandari
konstruktivisme. Objektivisme berpendapat bahwa pengetahuan merupakan
cerminandaridunialuar.Dalampandangankonstruktivisme,pengetahuandapat
dibentuksecaraindividumaupunsosial.
Konstruktivisme sebagai teori belajar (learning theory) dikembangkan
olehPiaget,VygotskydanBruner.PemikiranPiagetdanVygotskymerupakan
aliran atau mazhab konstruktivisme. Piaget memiliki kecenderungan bahwa
eori Pembelajaran Konstruktivisme|3
individumembentukmakna(meaning)melaluiprosesdidalamdiri.Sementara
itu, Vygotsky memiliki kecenderungan bahwa individu membentuk makna
melaluiprosesinteraksisosial.
. Pengertian Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu epistemologi tentang perolehan
pengetahuan (knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan pada
pembentukan pengetahuan daripada penyampaian dan penyimpanan
pengetahuan.Dalampandangankonstruktivisme,pesertadidikberperansebagai
pembentuk (construct) dan pentransformasi pengetahuan. Adapun yang
dimaksud dengan pembentukan pengetahuan (construct knowledge) dalam
pandangan konstruktivisme meliputi tiga hal, yaitu: (1) exogenous
constructivism, (2) endogenous constructivism, dan (3) dialectical
constructivism.
Exogenous constructivism memiliki ciri yang sama dengan filsafat
realisme, yaitu sesuatu dimulai dengan adanya realitas eksternal yang
direkonstruksimenjadipengetahuan.Olehkarenaitu,strukturmentalseseorang
akan berkembang untuk merefleksikan keadaan dunia luar (realitas). Proses
pembentukan pengetahuan dalam aliran psikologi kognitif menekankan pada
cara pandang pembentukan pengetahuan (constructivism), yang dengannya
skema dan alur (schemata and networks) pengetahuan didasarkan atas realitas
eksternalyangdialami.
Endogenous constructivism disebutjugakonstruktivismekognitifyang
memfokuskan pada proses internal individu dalam membentuk suatu
pengetahuan. Perspektif ini merupakan derivasi dari teori Jean Piaget (18961980) yang menekankan pada kemampuan individu membangun pengetahuan
yang distimulus oleh konflik kognitif internal sebagai cara untuk mengatasi
disekuilibirium mental. Intinya adalah bahwa anak atau orang dewasa harus
mampu bernegosiasi dengan pengalaman dan fenomena yang berbeda dengan
skemapengetahuanyangmerekamiliki.Dalamduniapendidikan,parapeserta
didikharusmampumenciptakanpengetahuanmerekasendiri,mengembangkan
struktur kognitif yang sudah mereka miliki dengan cara merevisi dan
mengkreasi pengetahuan baru selain dari pengetahuan yang sudah ada pada
strukturkognitifmereka.
Dialectical constructivism disebut juga konstruktivisme sosial yang
memilikipandanganbahwasumberkonstruksipengetahuanmerupakanbagian
dari interaksi sosial yang meliputi berbagi informasi (sharing), melakukan
pembandingan (comparing), dan melakukan debat (debating) antara peserta
eori Pembelajaran Konstruktivisme|4
didik dan guru. Melalui proses interaksi yang intensif, lingkungan sosial
pembelajaranakanterbentukdanmemberikankesempatankepadapesertadidik
untuk membentuk pengetahuannya secara mandiri. Perspektif ini merupakan
pemikirandariVygotsky(1978)dalamteoribelajarsosiokultural.Teoribelajar
tersebut menitikberatkan pada adanya bimbingan dari seorang guru yang
dianggap mampu melatih peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan
pemahaman yang kompleks serta kompetensi yang mandiri. Pandangan
konstruktivisme sosial murni berpendapat bahwa pembelajaran dapat
berlangsung melalui interaksi sosial dengan melibatkan unsur budaya dan
bahasa.
Adaempatkarakteristikpembelajarandalamteorikonstruktivisme.
a. Adanyapembelajaranyangdibentukolehparapesertadidiksecara
mandiri.
b. Adanya hubungan antara pemahaman baru yang dimiliki para
pesertadidikdenganpemahamanlamayangmerekamiliki;
c. Adanyaaturanyangjelastentanginteraksisosial;
d. Adanya kebutuhan terhadap pembelajaran otentik untuk
mewujudkanpembelajaranyangbermakna(meaningful learning)
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik membina
sendiri pengetahuan (individual perception) atau konsep secara aktif
berdasarkanpengetahuandanpengalamanyangada(prior experience).Dalam
prosesini,pesertadidikakanmenyesuaikanpengetahuanyangditerimadengan
pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara
konstruktivisme berlaku di mana peserta didik membina pengetahuan dengan
menguji ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
ada, kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual
yangakandiwujudkan.
Dalam dunia pendidikan, konstruktivisme menunjukkan pada teori
perolehan pengetahuan dan belajar. Teori-teori tersebut menyatakan bahwa
pengetahuanitudibentukbukanditerimadaridaridunialuaran sich.Misalnya,
pengetahuan tidak berada di dalam buku akan tetapi lebih pada pengetahuan
yangdiprosesmelaluikegiatanmembaca.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip belajar yang
dijelaskansebagaiberikut.
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh peserta
didikdariapayangmerekalihat,dengar,rasa,danalami.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|5
b. Konstruksimaknaadalahprosesyangterusmenerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi
merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan
tetapiperkembanganitusendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
denganduniafisiklingkungannya.
e. Hasilbelajarseseorangtergantungpadaapayangtelahdiketahui
si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses
interaksidenganbahanyangsedangdipelajari.
2. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy
Killen misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaraninduktif.
Konstruktivisme sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
didefinisikan sebagai sebagai pendekatan di mana peserta didik secara
individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks,
memeriksa dengan aturan yang ada dan merivisinya jika perlu. Paham
konstruktivisme memandang peserta didik datang ke sekolah membawa
persiapanmentaldankognitifnya.Artinya,pesertadidikyangdatangkesekolah
sudah memiliki konsep awal dari materi yang akan dipelajari, karena mereka
mempunyai potensi untuk pembelajaran mandiri terlebih dahulu dari sumber
yangadaataudaripengalamandalamlingkungankehidupannya.Dalamhalini
gurubertindaksebagaifasilitatordannarasumber.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan daripada
eori Pembelajaran Konstruktivisme|6
seberapabanyakpesertadidikmemperolehdanmengingatpengetahuan.Untuk
itu,tugasguruadalahmemfasilitasiprosestersebutdengan:
a. Menjadikanpengetahuanbermaknadanrelevanbagipesertadidik;
b. Memberikesempatanpesertadidikmenemukandanmenerapkanidenya
sendiri;dan
c. Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalambelajar.
Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik merupakan
pembelajar. Peserta didik yang membangun pengetahuannya secara mandiri.
Pendekatan konstruktivisme dimaknai sebagai pendekatan pembelajaran di
mana pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi atau final, tetapi
pelajar membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan dalam proses asimilasi dan akomidasi. Oleh karena itu,
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme bersifat
student centered (terpusatkepadapesertadidik).
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan
dimaknaiberbedaolehmasing-masingindividudandisimpandalamkotakyang
berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur
pengetahuan) dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang ada. Akomodasi maksudnya
struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikandenganhadirnyapengalamanbaru.
Konstruktivisme memaknai pembelajaran sebagai suatu usaha yang
memiliki tujuan, dilakukan secara sengaja dan terencana (intentional), serta
bersifat kolaboratif. Konstruktivisme tidak mempersyaratkan adanya
seperangkat aktivitas pembelajaran dan proses berfikir tertentu bagi peserta
didik untuk memperoleh pemahaman. Suasana pembelajaran konstruktivisme
didesainuntukmengkonstruksiinformasi(knowledge construction).
Pengajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
mengharuskangurumelakukanlangkah-langkahsebagaiberikut.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|7
a. Merumuskan fokus, tantangan, kasus atau masalah dalam
pembelajaran.
b. Mempersiapkantugasyangakandiselesaikanolehpesertadidik.
c. Merancang secara spesifik seperangkat tujuan pembelajaran
(goals and objectives)yangharusdikuasaiolehpesertadidik.
d. Mengidentifikasi secara baik strategi dan sarana pembelajaran
yangsesuaidengantingkatmasalahdalampembelajaran.
e. Mengolaborasikanprosespembelajaranantaragurudenganmurid.
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori belajar bukan teori
mengajar. Pada sisi lain, konstruktivisme dapat mendeskripsikan tentang
pengajaran (teaching). Ada enam hal yang menunjukkan konstruktivisme
sebagaiteoribelajarsekaligusmendeskripsikantentangpengajaran.
a. Peserta didik dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan,
menyusunhipotesis,danmengukurkemampuanmereka.
b. Peserta didik diberikan tantangan melalui ide-ide, dan
pengalaman yang mampu melahirkan konflik kognitif atau
disekuilibirium.
c. Peserta didik diberikan waktu yang cukup untuk melakukan
refleksi,menulis,danberdiskusi.
d. Pesertadidikmelakukandialogdankelasdijadikansebagaisuatu
komunitas untuk melakukan kegiatan dialog, refleksi, dan
percakapan.
e. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan
danmempertahankanidemerekadenganpesertadidiklainnya.
f. Peserta didik harus mampu menemukan idenya sendiri,
menemukan prinsip, dan melakukan generalisasi terhadap hal
yangdialaminya.
Honebein mengembangkan seperangkat tujuan yang dapat membantu
penyusunan desain pembelajaran konstruktivisme. Tujuan-tujuan tersebut
adalah:
a. Merancang pengalaman belajar dengan mengaktifkan proses
pembentukanpengetahuan.
b. Memberikanpenghargaandalampembelajaran.
c. Merancangkontekspembelajaranyangrelevandanrealistis.
d. Menciptakansuasanabelajaryangdinamisdanaktif.
e. Melibatkansuasanapengalamansosialdalampembelajaran.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|8
f.
Menggunakan variasi ilustrasi, simbol, pernyataan, atau
deskripsidalampembelajaran.
g. Mengembangkan kesadaran diri (self-awareness) peserta didik
terhadapprosespembentukanpengetahuan.
Pandangan konstruktivisme tentang pembelajaran adalah peserta didik
diberikan kesempatan dan menggunakan model pembelajaran sendiri. Guru
bertugas membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan dalam pikirannya sendiri.
Secara lebih rinci Driver dan Bell sebagaimana dikutip oleh Isjoni
mengemukakanprinsip-prinsipkonstruktivismedalampembelajaran,yaitu:(a)
hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman pembelajaran di
ruangankelas,tetapitergantungpulapadapengetahuanbelajarsebelumnya,(b)
pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep, (c) mengkonstruksi
konsep adalah proses aktif dalam diri pelajar, (d) konsep-konsep yang telah
dikonstruksi akan dievaluasi yang selanjutnya konsep tersebut diterima atau
ditolak, (e) peserta didik lah yang sesungguhnya paling bertanggung jawab
terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka, dan (f) adanya semacam pola
terhadapkonsep-konsepyangdikonstruksipelajardalamstrukturkognitifnya.
3. Model Pembelajaran dalam Teori Konstruktivisme
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimilikiolehstrategiatauprosedurtertentu.Ciri-ciritersebutadalah(1)rasional
teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan
belajaryangdiperlukanagartujuanpembelajaranitudapattercapai.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan pada teori
Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatran
dan penemuan. Dalam membentuk pemahaman peserta didik, pembelajaran
secara kooperatif dapat digunakan sebagai model pembelajaran. Model ini
merupakanderivasidariteorikonstruktivisme.
Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme
adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Melalui prinsip ini
memungkinkan bahwa peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Berdasarkan teori ini
dikembangkanlahpembelajarankooperatif,yaituparapesertadidiklebihmudah
eori Pembelajaran Konstruktivisme|9
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka
mendiskusikanmasalahtersebutdengantemannya.
Menurut teori konstruktivisme, kelas yang menggunakan model
pembelajarankooperatifharusbersifatdinamis.Artinya,suasanapembelajaran
di dalam kelas tidak selamanya harus bersifat sistematis, tenang, dan kondisi
pesertadidikmudahdiatur.Suasanatersebuttidakselamanyaidealuntukmodel
pembelajaran kooperatif. Satu hal yang dituntut dalam model pembelajaran
kooperatif adalah adanya partisipasi peserta didik secara aktif dalam
membentuk informasi tanpa guru harus kehilangan kontrol terhadap suasana
kelas.
Terdapat berbagai teori tentang pembelajaran kooperatif. Dua di
antaranya adalah teori Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Kedua tokoh ini
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Menurut Piaget, setiap individu
mengalamitingkat-tingkatperkembanganintelektualsebagaiberikut:
a. Senorismotorik(0-2tahun)
b. Praoperasional(2-7tahun)
c. Operasionalkonkrit(7-11tahun)
d. Operasionalformal(11tahunkeatas)
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada
kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik.
Sehinggamenurutteoriinipengetahuantidakhanyasekedardipindahkansecara
verbal tetapi harus dikonstruksi oleh peserta didik. Sebagai realisasi teori ini,
maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan
partisipatif.
Vygotsky mengemukakan pembelajaran sebagai suatu perkembangan
pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan ilmiah.
Spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari.
Ilmiahadalahpengertianyangdidapatdariruangankelas,atauyangdiperoleh
daripelajarandisekolah.
Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat
sosiokulturaldalampembelajaran.
1) Zone of roximal Development
Teori Vygotsky mengatakan bahwa peserta didik belajar
konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah
perkembangan terdekat atau zone of proximal development peserta
didik. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan
eori Pembelajaran Konstruktivisme|0
sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Tingkat
perkembanganseseorangsaatinitidaklainadalahtingkatpengetahuan
awalataupengetahuanprasyaratitutelahdikuasai,makakemungkinan
sekaliakanterjadipembelajaranbermakna.Tetapiapabilapengetahuan
pembelajaran hafalan yang membosankan dan tidak menumbuhkan
motivasi peserta didik, apabila proses belajar mengajar ini terus
menerus berlangsung dari tahun ke tahun, maka kemungkinan besar
banyakpesertadidikyangtidakmenyukaipembelajaran.
Menurutnyapembelajaranterjadisaatanakbekerjadalamzona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona
perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas
tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Zona perkembangan
proksimaljugadimaksudkansebagaijarakantaratingkatperkembangan
sesungguhnyadengantingkatperkembanganpotensial.
KemampuanPotensial
ZonaPerkembangan
Terdekat
KemampuanAktual
2) Scaffolding
IdepentinglainyangditurunkanVygotskyadalahscaffolding,
yaitumemberikansejumlahbantuankepadaanakpadatahap-tahapawal
pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka
mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
eori Pembelajaran Konstruktivisme|
menguraikan masalah, memberi contoh, ataupun hal lain yang
memungkinkanpesertadidiktumbuhmandiri.
DalamteoriVygotskydijelaskanadahubunganlangsungantaradomain
kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir peserta didik dibangun di
dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam
bentuk kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di
bawahbimbinganorangdewasadalamhaliniguru.
Dalamperspektifkonstruktivisme,pembelajarandipersyaratkanadanya
interaksi seorang peserta didik dengan peserta didik yang lain. Proses berfikir
peserta didik tidak boleh dipersempit dengan kebiasaan guru bertanya yang
akhirnya memberi keyakinan kepada peserta didik bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar dari pertanyaan itu. Guru harus menyadari bahwa yang
terpenting dalam model pembelajaran kooperatif adalah memberanikan para
peserta didik untuk mengungkapkan pertanyaan mereka sendiri dan
mengarahkanmerekauntukdapatmenemukanjawabanmerekasendiripula.
Adaduaunsuryangutamadalammodelpembelajarankooperatif,yaitu:
(1) adanya proses penemuan dan pembentukan informasi (inquiry), dan (2)
adanya proses pemecahan masalah (problem solving). Pembelajaran akan
berlangsungbilamanapesertadidikberusahamenemukanhubunganantaraapa
yang telah diketahui dengan apa yang dialami. Guru dapat membentuk
kelompok-kelompokkecildidalamkelas,danmelakukanmodelpembelajaran
kooperatif secara langsung (face to face) dengan peserta didik. Bila suasana
pembelajaran memiliki dua unsur di atas, peserta didik akan memiliki
keberanian mengambil resiko, mengeksplorasi ide-ide baru, dan mengalami
proses inquiry secara mendalam. Konstruktivisme memberi penekanan pada
pengajaranbahwagurujanganhanyamengamatiapayangdapatdiulangioleh
pesertadidik,tetapiguruharusmengamatiapayangdapatdibentuk(generate),
didemonstrasikan(demonstrate),danditampilkan(exhibit)pesertadidik.
Pembelajarankooperatifadalahsuatumodelpembelajaranyangbanyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
peserta didik (student centered), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan peserta didik. Model pembelajaran ini
telahterbutktidapatdipergunakandalamberbagaimatapelajarandanberbagai
usia.
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota
memilikiperan,(b)terjadihubunganinteraksilangsungdiantarapesertadidik,
(c)setiapanggotakelompokbertanggungjawabatasbelajarnyadanjugateman-
eori Pembelajaran Konstruktivisme|2
teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan
kelompoksaatdiperlukan.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapaisetidak-tidaknyatigatujuanpembelajaranpentingyaitu:
a. Hasilbelajarakademik,
b. Penerimaanterhadapperbedaanindividu,dan
c. Pengembanganketerampilansosial.
Padasetiapmodelpembelajarandikenaladanyasintaksataupolaurutan
yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti
oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau peserta
didik, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu
dilakukanolehpesertadidik.
Adapunsintaksumummodelpembelajarankooperatifadalah:
Tabel . Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Tingkah Laku Guru
Fase1
Gurumenyampaikantujuanpembelajaranyangingin
dicapaipadapelajarantersebutdanmemotivasipeserta
didikbelajar
Menyampaikantujuandan
memotivasipesertadidik
Fase2
Gurumenyajikaninformasikepadapesertadidikdegan
jalandemonstrasiataulewatbahanbacaan
Menyajikaninformasi
Fase3
Gurumenjelaskankepadapesertadidikbagaimanacaranya
membentukkelompokbelajardanmembantusetiap
kelompokagarmelakukantransisisecaraefisien
Mengorganisasipesertadidikke
dalamkelompok-kelompok
belajar
Fase4
Gurumembimbingkelompok-kelompokbelajarpadasaat
merekamengerjakantugasmereka
Membimbingkelompokbekerja
danbelajar
Fase5
Gurumengevaluasihasilbelajartentangmateriyangtelah
dipelajariataumasing-masingkelompok
mempresentasikanhasilkerjanya
Evaluasi
eori Pembelajaran Konstruktivisme|3
Fase6
Gurumencaricara-carauntukmenghargaibaikupaya
maupunhasilbelajarindividudankelompok.
Memberikanpenghargaan
4. Implikasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik membina
sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada. Hal ini berimplikasi bahwa guru berperan sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Guru tidak selamanya harus serta merta
menyampaikan suatu konsep atau prinsip secara utuh kepada peserta didik.
Gurudapatmengarahkanpesertadidiksecaramandiriatauberkelompokuntuk
menemukandanmembangunkonsepatauprinsipsecaramandiri.
Bila merujuk pada teori Piaget, maka peserta didik yang berada pada
jenjang SMP/MTs (usia sekitar 12-14/15 tahun), termasuk dalam kategori
tingkatoperasionalformal.Padaperiodeinianakdapatmenggunakanoperasioperasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks.
Kemajuan utama pada peserta didik pada periode ini adalah ia tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret.
Pesertadidiksudahmampuberpikirabstrak,karenaitupembelajarankooperatif
dapatdilaksanakanpadajenjangSMP/MTs.
Dengan menggunakan teori konstruktivisme, guru Pendidikan Agama
Islam pada jenjang SMP/MTs. tidak merasa kesulitan ketika membelajarkan
pesertadidikdenganmenggunakanbahanajaryangbersifatkonsep.Misalnya,
pada pembelajaran dengan judul materi Iman Kepada Hari Akhir, guru
PendidikanAgamaIslamtidakterlalusulituntukmembelajarkanpesertadidik
dengan materi ini. Konsep Iman Kepada Hari Akhir memerlukan kemampuan
pesertadidikdalamberpikirabstrak.Pesertadidikpadajenjangpendidikanini
sudah memiliki keterampilan berpikir abstrak. Oleh karena itu, model
pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari teori konstruktivisme dapat
digunakan untuk mengkonstruksi pengetahuan peserta didik mengenai materi
ajardiatas.
Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk membentuk beberapa
kelompok belajar. Sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif, guru
berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran
sepertiini,pesertadidikdapatberinteraksidenganpesertadidiklainuntukdapat
mengkonstruksipengetahuanmerekatentangmateriyangdisampaikan.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|4
C. Penutup
Menurut teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si
subjek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu, apakah teks, kegiatan
dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses
mengasimilasikandanmenghubungkanpengalamanataubahanyangdipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi
berkembang.
Dalampandangankonstruktivisme,mengajaradalahbentukpartisipasi
dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna,
mencari kejelasan, dan menentukan justifikasi. Guru dalam hal ini berperan
sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
.M., Sardiman. nteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Departemen gama RI. Pedoman Pendidikan Agama slam Untuk Sekolah
Umum. Jakarta: Dirjen Kelembagaan gama Islam, 2004.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi ksara, 2008.
Honebein, P. Seven Goals For The Design of Constructivist Learning
Environment dalam B. Wilson, Constructivist Learning Environments.
New Jersey: Educational Technology Publication, 1996.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|5
Isjoni. Pembelajaran Kooperatif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
James M. ppliefield, et.al. Constructivism in Theory and Practice: Toward a
Better Understanding. The High School Journal, 2001.
Lowenthal, Patrick dan Rodney Muth, Constructivism. dalam E. F. Provenzo, Jr.
(Ed.), Encyclopedia of the Social and Cultural Foundations of
Education. Thousand Oak, C: Sage, 2008.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997.
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Oleh:AhmadAbrarRangkuti
A. Pendahuluan
Permasalahanseputarpembelajaranmenjadihalyangmenarikuntukdikaji.
Di antara permasalahan yang terjadi bukan disebabkan karena kurangnya
literatur atau sumber yang mengkaji seputar pembelajaran, melainkan karena
tidak dilandasinya praktik pembelajaran dengan teori pembelajaran. Misalnya,
dalam mengajarkan suatu konsep atau prinsip, sebagian guru menyajikan
dengan serta merta konsep atau prinsip secara utuh peserta didik. Guru tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan
membangun konsep atau prinsip tersebut secara mandiri atau berkelompok
(sosial).
Praktikpembelajaranyangidealadalahpraktikpembelajaranyangdilandasi
oleh teori-teori pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar tercapai keberhasilan dan kebermaknaan dalam
pembelajaran. Untuk itu, pengetahuan dan penguasaan terhadap teori
pembelajaranmenjadihalyangpentingdanmutlakbagiguru.Semakindalam
gurumenguasaiteoripembelajaran,semakinbesariamemperolehkeberhasilan
dan kebermaknaan dalam pembelajaran. Selain itu, penguasaan guru terhadap
teoripembelajaranmemberimaknabagiperkembanganpesertadidik.
Para ilmuwan berpendapat bahwa minimal ada tiga fungsi teori, yaitu: 1)
mendeskripsikan; 2) menjelaskan; dan 3) memprediksi. Suatu teori dapat
teraplikasibiladiformulasikandalamkonseppembelajaran.Berdasarkanteoriteori belajar dapat ditentukan beberapa pendekatan pembelajaran, selanjutnya
berdasarkan beberapa pendekatan dapat ditentukan beberapa model
pembelajaran. Konstruktivisme sebagai suatu teori belajar memiliki implikasi
pada teori pembelajaran. Selain itu, konstruktivisme sebagai suatu teori
memilikipendekatandanmodelpembelajarantertentu.
Makalah ini akan membahas teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
Subbahasan pada makalah ini meliputi latar belakang teori konstruktivisme,
pengertian teori konstruktivisme, pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran, model pembelajaran konstruktivisme, dan implikasi teori
konstruktivismedalampembelajaranPendidikanAgamaIslam.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|2
B. Latar Belakang Teori Konstruktivisme
Sebagai teori, Konstruktivisme tidak diketahui secara pasti kapan
dicetuskan. Tidak satu orang atau gerakan pun yang mengakui secara pasti
tentang perkembangan dan sebagai peletak dasar-dasar teori konstruktivisme
padamasamodern.Benihpendekatankonstruktivismedapatdilacakdarikarya
Vico,Goodman,Rousseau,Kant,Dewey,danVygotsky. JeanPiagetdanLev
VygotskysertaJeromeS.BrunnerdanvonGlasersfeld—duayangterakhirpada
masaberikutnya—membentukpendekatankonstruktivisme.
Konstruktivisme sebagai suatu teori bersifat kompleks. Konstruktivisme
berhubungandenganfilsafat,psikologi,sosiologi,sains,danpendidikan.Dalam
dunia pendidikan, konstruktivisme muncul secara formal sebagai teori
pengetahuan dan teori belajar sejak tahun 1980-an melalui karya Bruner dan
von Glasersfeld. Selanjutnya, pada tahun 1990-an karya Bruner dan von
Glaserfeldmenjadikaryamenarikyangdigunakandikalanganpendidik.
Menurut Coburn dan Derry sebagaimana dikutip oleh Isjoni,
menyatakan bahwa konstruktivisme adalah cabang dari kognitivisme. Bila
ditelusurikebelakang,teori-teorikognitivismedidasarkanatasteoriJeanPiaget
dan Lev Vygotsky. Piaget dikenal sebagai iaget Constructivism Cognitive
(Aliran Konstruktivisme Piaget) dan Vygotsky dikenal sebagai Vygotsky
Constructivism Social(AliranKonstruktivismeVygotsky).
TeoriPiagetberasaskanpadapremis,apabilaindividubekerjasamaatas
presekitarnya, konflik sosio-kognitif akan berlaku dan akan mewujudkan
ketidakseimbangan kognitif dan seterusnya mencetuskan perkembangan
kognitif. Teori Vygotsky berdasarkan pada premis bahwa pengetahuan terbina
melaluiinteraksikumpulandalammenyelesaikanmasalah.Keduateoridiatas
menjadititiktolakdalammemahamiteorikonstruktivismedalampembelajaran.
Sebagaiteoripengetahuan(knowing theory),konstruktivismedibangun
atas ide bahwa pengetahuan tidak berada pada dunia objektif atau dunia luar
individu. Pengetahuan diperoleh ketika individu melakukan proses
pembentukanpengetahuan.Dariperspektifini,objektivismemenjadilawandari
konstruktivisme. Objektivisme berpendapat bahwa pengetahuan merupakan
cerminandaridunialuar.Dalampandangankonstruktivisme,pengetahuandapat
dibentuksecaraindividumaupunsosial.
Konstruktivisme sebagai teori belajar (learning theory) dikembangkan
olehPiaget,VygotskydanBruner.PemikiranPiagetdanVygotskymerupakan
aliran atau mazhab konstruktivisme. Piaget memiliki kecenderungan bahwa
eori Pembelajaran Konstruktivisme|3
individumembentukmakna(meaning)melaluiprosesdidalamdiri.Sementara
itu, Vygotsky memiliki kecenderungan bahwa individu membentuk makna
melaluiprosesinteraksisosial.
. Pengertian Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu epistemologi tentang perolehan
pengetahuan (knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan pada
pembentukan pengetahuan daripada penyampaian dan penyimpanan
pengetahuan.Dalampandangankonstruktivisme,pesertadidikberperansebagai
pembentuk (construct) dan pentransformasi pengetahuan. Adapun yang
dimaksud dengan pembentukan pengetahuan (construct knowledge) dalam
pandangan konstruktivisme meliputi tiga hal, yaitu: (1) exogenous
constructivism, (2) endogenous constructivism, dan (3) dialectical
constructivism.
Exogenous constructivism memiliki ciri yang sama dengan filsafat
realisme, yaitu sesuatu dimulai dengan adanya realitas eksternal yang
direkonstruksimenjadipengetahuan.Olehkarenaitu,strukturmentalseseorang
akan berkembang untuk merefleksikan keadaan dunia luar (realitas). Proses
pembentukan pengetahuan dalam aliran psikologi kognitif menekankan pada
cara pandang pembentukan pengetahuan (constructivism), yang dengannya
skema dan alur (schemata and networks) pengetahuan didasarkan atas realitas
eksternalyangdialami.
Endogenous constructivism disebutjugakonstruktivismekognitifyang
memfokuskan pada proses internal individu dalam membentuk suatu
pengetahuan. Perspektif ini merupakan derivasi dari teori Jean Piaget (18961980) yang menekankan pada kemampuan individu membangun pengetahuan
yang distimulus oleh konflik kognitif internal sebagai cara untuk mengatasi
disekuilibirium mental. Intinya adalah bahwa anak atau orang dewasa harus
mampu bernegosiasi dengan pengalaman dan fenomena yang berbeda dengan
skemapengetahuanyangmerekamiliki.Dalamduniapendidikan,parapeserta
didikharusmampumenciptakanpengetahuanmerekasendiri,mengembangkan
struktur kognitif yang sudah mereka miliki dengan cara merevisi dan
mengkreasi pengetahuan baru selain dari pengetahuan yang sudah ada pada
strukturkognitifmereka.
Dialectical constructivism disebut juga konstruktivisme sosial yang
memilikipandanganbahwasumberkonstruksipengetahuanmerupakanbagian
dari interaksi sosial yang meliputi berbagi informasi (sharing), melakukan
pembandingan (comparing), dan melakukan debat (debating) antara peserta
eori Pembelajaran Konstruktivisme|4
didik dan guru. Melalui proses interaksi yang intensif, lingkungan sosial
pembelajaranakanterbentukdanmemberikankesempatankepadapesertadidik
untuk membentuk pengetahuannya secara mandiri. Perspektif ini merupakan
pemikirandariVygotsky(1978)dalamteoribelajarsosiokultural.Teoribelajar
tersebut menitikberatkan pada adanya bimbingan dari seorang guru yang
dianggap mampu melatih peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan
pemahaman yang kompleks serta kompetensi yang mandiri. Pandangan
konstruktivisme sosial murni berpendapat bahwa pembelajaran dapat
berlangsung melalui interaksi sosial dengan melibatkan unsur budaya dan
bahasa.
Adaempatkarakteristikpembelajarandalamteorikonstruktivisme.
a. Adanyapembelajaranyangdibentukolehparapesertadidiksecara
mandiri.
b. Adanya hubungan antara pemahaman baru yang dimiliki para
pesertadidikdenganpemahamanlamayangmerekamiliki;
c. Adanyaaturanyangjelastentanginteraksisosial;
d. Adanya kebutuhan terhadap pembelajaran otentik untuk
mewujudkanpembelajaranyangbermakna(meaningful learning)
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik membina
sendiri pengetahuan (individual perception) atau konsep secara aktif
berdasarkanpengetahuandanpengalamanyangada(prior experience).Dalam
prosesini,pesertadidikakanmenyesuaikanpengetahuanyangditerimadengan
pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara
konstruktivisme berlaku di mana peserta didik membina pengetahuan dengan
menguji ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
ada, kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual
yangakandiwujudkan.
Dalam dunia pendidikan, konstruktivisme menunjukkan pada teori
perolehan pengetahuan dan belajar. Teori-teori tersebut menyatakan bahwa
pengetahuanitudibentukbukanditerimadaridaridunialuaran sich.Misalnya,
pengetahuan tidak berada di dalam buku akan tetapi lebih pada pengetahuan
yangdiprosesmelaluikegiatanmembaca.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip belajar yang
dijelaskansebagaiberikut.
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh peserta
didikdariapayangmerekalihat,dengar,rasa,danalami.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|5
b. Konstruksimaknaadalahprosesyangterusmenerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi
merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan
tetapiperkembanganitusendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
denganduniafisiklingkungannya.
e. Hasilbelajarseseorangtergantungpadaapayangtelahdiketahui
si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses
interaksidenganbahanyangsedangdipelajari.
2. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy
Killen misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaraninduktif.
Konstruktivisme sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
didefinisikan sebagai sebagai pendekatan di mana peserta didik secara
individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks,
memeriksa dengan aturan yang ada dan merivisinya jika perlu. Paham
konstruktivisme memandang peserta didik datang ke sekolah membawa
persiapanmentaldankognitifnya.Artinya,pesertadidikyangdatangkesekolah
sudah memiliki konsep awal dari materi yang akan dipelajari, karena mereka
mempunyai potensi untuk pembelajaran mandiri terlebih dahulu dari sumber
yangadaataudaripengalamandalamlingkungankehidupannya.Dalamhalini
gurubertindaksebagaifasilitatordannarasumber.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan daripada
eori Pembelajaran Konstruktivisme|6
seberapabanyakpesertadidikmemperolehdanmengingatpengetahuan.Untuk
itu,tugasguruadalahmemfasilitasiprosestersebutdengan:
a. Menjadikanpengetahuanbermaknadanrelevanbagipesertadidik;
b. Memberikesempatanpesertadidikmenemukandanmenerapkanidenya
sendiri;dan
c. Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalambelajar.
Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik merupakan
pembelajar. Peserta didik yang membangun pengetahuannya secara mandiri.
Pendekatan konstruktivisme dimaknai sebagai pendekatan pembelajaran di
mana pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi atau final, tetapi
pelajar membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan dalam proses asimilasi dan akomidasi. Oleh karena itu,
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme bersifat
student centered (terpusatkepadapesertadidik).
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan
dimaknaiberbedaolehmasing-masingindividudandisimpandalamkotakyang
berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur
pengetahuan) dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang ada. Akomodasi maksudnya
struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikandenganhadirnyapengalamanbaru.
Konstruktivisme memaknai pembelajaran sebagai suatu usaha yang
memiliki tujuan, dilakukan secara sengaja dan terencana (intentional), serta
bersifat kolaboratif. Konstruktivisme tidak mempersyaratkan adanya
seperangkat aktivitas pembelajaran dan proses berfikir tertentu bagi peserta
didik untuk memperoleh pemahaman. Suasana pembelajaran konstruktivisme
didesainuntukmengkonstruksiinformasi(knowledge construction).
Pengajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
mengharuskangurumelakukanlangkah-langkahsebagaiberikut.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|7
a. Merumuskan fokus, tantangan, kasus atau masalah dalam
pembelajaran.
b. Mempersiapkantugasyangakandiselesaikanolehpesertadidik.
c. Merancang secara spesifik seperangkat tujuan pembelajaran
(goals and objectives)yangharusdikuasaiolehpesertadidik.
d. Mengidentifikasi secara baik strategi dan sarana pembelajaran
yangsesuaidengantingkatmasalahdalampembelajaran.
e. Mengolaborasikanprosespembelajaranantaragurudenganmurid.
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori belajar bukan teori
mengajar. Pada sisi lain, konstruktivisme dapat mendeskripsikan tentang
pengajaran (teaching). Ada enam hal yang menunjukkan konstruktivisme
sebagaiteoribelajarsekaligusmendeskripsikantentangpengajaran.
a. Peserta didik dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan,
menyusunhipotesis,danmengukurkemampuanmereka.
b. Peserta didik diberikan tantangan melalui ide-ide, dan
pengalaman yang mampu melahirkan konflik kognitif atau
disekuilibirium.
c. Peserta didik diberikan waktu yang cukup untuk melakukan
refleksi,menulis,danberdiskusi.
d. Pesertadidikmelakukandialogdankelasdijadikansebagaisuatu
komunitas untuk melakukan kegiatan dialog, refleksi, dan
percakapan.
e. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan
danmempertahankanidemerekadenganpesertadidiklainnya.
f. Peserta didik harus mampu menemukan idenya sendiri,
menemukan prinsip, dan melakukan generalisasi terhadap hal
yangdialaminya.
Honebein mengembangkan seperangkat tujuan yang dapat membantu
penyusunan desain pembelajaran konstruktivisme. Tujuan-tujuan tersebut
adalah:
a. Merancang pengalaman belajar dengan mengaktifkan proses
pembentukanpengetahuan.
b. Memberikanpenghargaandalampembelajaran.
c. Merancangkontekspembelajaranyangrelevandanrealistis.
d. Menciptakansuasanabelajaryangdinamisdanaktif.
e. Melibatkansuasanapengalamansosialdalampembelajaran.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|8
f.
Menggunakan variasi ilustrasi, simbol, pernyataan, atau
deskripsidalampembelajaran.
g. Mengembangkan kesadaran diri (self-awareness) peserta didik
terhadapprosespembentukanpengetahuan.
Pandangan konstruktivisme tentang pembelajaran adalah peserta didik
diberikan kesempatan dan menggunakan model pembelajaran sendiri. Guru
bertugas membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan dalam pikirannya sendiri.
Secara lebih rinci Driver dan Bell sebagaimana dikutip oleh Isjoni
mengemukakanprinsip-prinsipkonstruktivismedalampembelajaran,yaitu:(a)
hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman pembelajaran di
ruangankelas,tetapitergantungpulapadapengetahuanbelajarsebelumnya,(b)
pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep, (c) mengkonstruksi
konsep adalah proses aktif dalam diri pelajar, (d) konsep-konsep yang telah
dikonstruksi akan dievaluasi yang selanjutnya konsep tersebut diterima atau
ditolak, (e) peserta didik lah yang sesungguhnya paling bertanggung jawab
terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka, dan (f) adanya semacam pola
terhadapkonsep-konsepyangdikonstruksipelajardalamstrukturkognitifnya.
3. Model Pembelajaran dalam Teori Konstruktivisme
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimilikiolehstrategiatauprosedurtertentu.Ciri-ciritersebutadalah(1)rasional
teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan
belajaryangdiperlukanagartujuanpembelajaranitudapattercapai.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan pada teori
Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatran
dan penemuan. Dalam membentuk pemahaman peserta didik, pembelajaran
secara kooperatif dapat digunakan sebagai model pembelajaran. Model ini
merupakanderivasidariteorikonstruktivisme.
Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme
adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Melalui prinsip ini
memungkinkan bahwa peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Berdasarkan teori ini
dikembangkanlahpembelajarankooperatif,yaituparapesertadidiklebihmudah
eori Pembelajaran Konstruktivisme|9
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka
mendiskusikanmasalahtersebutdengantemannya.
Menurut teori konstruktivisme, kelas yang menggunakan model
pembelajarankooperatifharusbersifatdinamis.Artinya,suasanapembelajaran
di dalam kelas tidak selamanya harus bersifat sistematis, tenang, dan kondisi
pesertadidikmudahdiatur.Suasanatersebuttidakselamanyaidealuntukmodel
pembelajaran kooperatif. Satu hal yang dituntut dalam model pembelajaran
kooperatif adalah adanya partisipasi peserta didik secara aktif dalam
membentuk informasi tanpa guru harus kehilangan kontrol terhadap suasana
kelas.
Terdapat berbagai teori tentang pembelajaran kooperatif. Dua di
antaranya adalah teori Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Kedua tokoh ini
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Menurut Piaget, setiap individu
mengalamitingkat-tingkatperkembanganintelektualsebagaiberikut:
a. Senorismotorik(0-2tahun)
b. Praoperasional(2-7tahun)
c. Operasionalkonkrit(7-11tahun)
d. Operasionalformal(11tahunkeatas)
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada
kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik.
Sehinggamenurutteoriinipengetahuantidakhanyasekedardipindahkansecara
verbal tetapi harus dikonstruksi oleh peserta didik. Sebagai realisasi teori ini,
maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan
partisipatif.
Vygotsky mengemukakan pembelajaran sebagai suatu perkembangan
pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan ilmiah.
Spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari.
Ilmiahadalahpengertianyangdidapatdariruangankelas,atauyangdiperoleh
daripelajarandisekolah.
Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat
sosiokulturaldalampembelajaran.
1) Zone of roximal Development
Teori Vygotsky mengatakan bahwa peserta didik belajar
konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah
perkembangan terdekat atau zone of proximal development peserta
didik. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan
eori Pembelajaran Konstruktivisme|0
sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Tingkat
perkembanganseseorangsaatinitidaklainadalahtingkatpengetahuan
awalataupengetahuanprasyaratitutelahdikuasai,makakemungkinan
sekaliakanterjadipembelajaranbermakna.Tetapiapabilapengetahuan
pembelajaran hafalan yang membosankan dan tidak menumbuhkan
motivasi peserta didik, apabila proses belajar mengajar ini terus
menerus berlangsung dari tahun ke tahun, maka kemungkinan besar
banyakpesertadidikyangtidakmenyukaipembelajaran.
Menurutnyapembelajaranterjadisaatanakbekerjadalamzona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona
perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas
tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Zona perkembangan
proksimaljugadimaksudkansebagaijarakantaratingkatperkembangan
sesungguhnyadengantingkatperkembanganpotensial.
KemampuanPotensial
ZonaPerkembangan
Terdekat
KemampuanAktual
2) Scaffolding
IdepentinglainyangditurunkanVygotskyadalahscaffolding,
yaitumemberikansejumlahbantuankepadaanakpadatahap-tahapawal
pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka
mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
eori Pembelajaran Konstruktivisme|
menguraikan masalah, memberi contoh, ataupun hal lain yang
memungkinkanpesertadidiktumbuhmandiri.
DalamteoriVygotskydijelaskanadahubunganlangsungantaradomain
kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir peserta didik dibangun di
dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam
bentuk kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di
bawahbimbinganorangdewasadalamhaliniguru.
Dalamperspektifkonstruktivisme,pembelajarandipersyaratkanadanya
interaksi seorang peserta didik dengan peserta didik yang lain. Proses berfikir
peserta didik tidak boleh dipersempit dengan kebiasaan guru bertanya yang
akhirnya memberi keyakinan kepada peserta didik bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar dari pertanyaan itu. Guru harus menyadari bahwa yang
terpenting dalam model pembelajaran kooperatif adalah memberanikan para
peserta didik untuk mengungkapkan pertanyaan mereka sendiri dan
mengarahkanmerekauntukdapatmenemukanjawabanmerekasendiripula.
Adaduaunsuryangutamadalammodelpembelajarankooperatif,yaitu:
(1) adanya proses penemuan dan pembentukan informasi (inquiry), dan (2)
adanya proses pemecahan masalah (problem solving). Pembelajaran akan
berlangsungbilamanapesertadidikberusahamenemukanhubunganantaraapa
yang telah diketahui dengan apa yang dialami. Guru dapat membentuk
kelompok-kelompokkecildidalamkelas,danmelakukanmodelpembelajaran
kooperatif secara langsung (face to face) dengan peserta didik. Bila suasana
pembelajaran memiliki dua unsur di atas, peserta didik akan memiliki
keberanian mengambil resiko, mengeksplorasi ide-ide baru, dan mengalami
proses inquiry secara mendalam. Konstruktivisme memberi penekanan pada
pengajaranbahwagurujanganhanyamengamatiapayangdapatdiulangioleh
pesertadidik,tetapiguruharusmengamatiapayangdapatdibentuk(generate),
didemonstrasikan(demonstrate),danditampilkan(exhibit)pesertadidik.
Pembelajarankooperatifadalahsuatumodelpembelajaranyangbanyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
peserta didik (student centered), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan peserta didik. Model pembelajaran ini
telahterbutktidapatdipergunakandalamberbagaimatapelajarandanberbagai
usia.
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota
memilikiperan,(b)terjadihubunganinteraksilangsungdiantarapesertadidik,
(c)setiapanggotakelompokbertanggungjawabatasbelajarnyadanjugateman-
eori Pembelajaran Konstruktivisme|2
teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan
kelompoksaatdiperlukan.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapaisetidak-tidaknyatigatujuanpembelajaranpentingyaitu:
a. Hasilbelajarakademik,
b. Penerimaanterhadapperbedaanindividu,dan
c. Pengembanganketerampilansosial.
Padasetiapmodelpembelajarandikenaladanyasintaksataupolaurutan
yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti
oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau peserta
didik, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu
dilakukanolehpesertadidik.
Adapunsintaksumummodelpembelajarankooperatifadalah:
Tabel . Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Tingkah Laku Guru
Fase1
Gurumenyampaikantujuanpembelajaranyangingin
dicapaipadapelajarantersebutdanmemotivasipeserta
didikbelajar
Menyampaikantujuandan
memotivasipesertadidik
Fase2
Gurumenyajikaninformasikepadapesertadidikdegan
jalandemonstrasiataulewatbahanbacaan
Menyajikaninformasi
Fase3
Gurumenjelaskankepadapesertadidikbagaimanacaranya
membentukkelompokbelajardanmembantusetiap
kelompokagarmelakukantransisisecaraefisien
Mengorganisasipesertadidikke
dalamkelompok-kelompok
belajar
Fase4
Gurumembimbingkelompok-kelompokbelajarpadasaat
merekamengerjakantugasmereka
Membimbingkelompokbekerja
danbelajar
Fase5
Gurumengevaluasihasilbelajartentangmateriyangtelah
dipelajariataumasing-masingkelompok
mempresentasikanhasilkerjanya
Evaluasi
eori Pembelajaran Konstruktivisme|3
Fase6
Gurumencaricara-carauntukmenghargaibaikupaya
maupunhasilbelajarindividudankelompok.
Memberikanpenghargaan
4. Implikasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik membina
sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada. Hal ini berimplikasi bahwa guru berperan sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Guru tidak selamanya harus serta merta
menyampaikan suatu konsep atau prinsip secara utuh kepada peserta didik.
Gurudapatmengarahkanpesertadidiksecaramandiriatauberkelompokuntuk
menemukandanmembangunkonsepatauprinsipsecaramandiri.
Bila merujuk pada teori Piaget, maka peserta didik yang berada pada
jenjang SMP/MTs (usia sekitar 12-14/15 tahun), termasuk dalam kategori
tingkatoperasionalformal.Padaperiodeinianakdapatmenggunakanoperasioperasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks.
Kemajuan utama pada peserta didik pada periode ini adalah ia tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret.
Pesertadidiksudahmampuberpikirabstrak,karenaitupembelajarankooperatif
dapatdilaksanakanpadajenjangSMP/MTs.
Dengan menggunakan teori konstruktivisme, guru Pendidikan Agama
Islam pada jenjang SMP/MTs. tidak merasa kesulitan ketika membelajarkan
pesertadidikdenganmenggunakanbahanajaryangbersifatkonsep.Misalnya,
pada pembelajaran dengan judul materi Iman Kepada Hari Akhir, guru
PendidikanAgamaIslamtidakterlalusulituntukmembelajarkanpesertadidik
dengan materi ini. Konsep Iman Kepada Hari Akhir memerlukan kemampuan
pesertadidikdalamberpikirabstrak.Pesertadidikpadajenjangpendidikanini
sudah memiliki keterampilan berpikir abstrak. Oleh karena itu, model
pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari teori konstruktivisme dapat
digunakan untuk mengkonstruksi pengetahuan peserta didik mengenai materi
ajardiatas.
Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk membentuk beberapa
kelompok belajar. Sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif, guru
berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran
sepertiini,pesertadidikdapatberinteraksidenganpesertadidiklainuntukdapat
mengkonstruksipengetahuanmerekatentangmateriyangdisampaikan.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|4
C. Penutup
Menurut teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si
subjek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu, apakah teks, kegiatan
dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses
mengasimilasikandanmenghubungkanpengalamanataubahanyangdipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi
berkembang.
Dalampandangankonstruktivisme,mengajaradalahbentukpartisipasi
dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna,
mencari kejelasan, dan menentukan justifikasi. Guru dalam hal ini berperan
sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
.M., Sardiman. nteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Departemen gama RI. Pedoman Pendidikan Agama slam Untuk Sekolah
Umum. Jakarta: Dirjen Kelembagaan gama Islam, 2004.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi ksara, 2008.
Honebein, P. Seven Goals For The Design of Constructivist Learning
Environment dalam B. Wilson, Constructivist Learning Environments.
New Jersey: Educational Technology Publication, 1996.
eori Pembelajaran Konstruktivisme|5
Isjoni. Pembelajaran Kooperatif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
James M. ppliefield, et.al. Constructivism in Theory and Practice: Toward a
Better Understanding. The High School Journal, 2001.
Lowenthal, Patrick dan Rodney Muth, Constructivism. dalam E. F. Provenzo, Jr.
(Ed.), Encyclopedia of the Social and Cultural Foundations of
Education. Thousand Oak, C: Sage, 2008.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997.