Peran Kebijakan Ekonomi dalam menciptaka

KATA PENGANTAR
   
Alhamdulillahirobbil’alamin, Pujian yang hakiki mutlaq selalu milik Allah Azza wa Jalla
yang telah mengkaruniakan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya. Atas rahmat-Nya kita di berikan
ketenangan hati, ketentraman jiwa, kedamaian hidup, kesempurnaan akal. Atas Hidayah-Nya kita
di karuniakan petunjuk untuk tetap istiqomah dalam mempelajari dan mengamalkan perintah dan
larangan yang terdapat pada dinnul haq, yakni Al-Islam yang merupakan satu-satunya agama
yang diridhoi-Nya. Atas taufiq-Nya kita diberikan kemampuan dan kemudahan dalam
melaksanakan hal-hal yang ma’ruf dan bernilai maslahah dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sholawat

dan

Sallam

semoga

selalu

tercurahkan


kepada

Nabi

Muhammad

Shalallahu’alaihiwasallam atas kesungguhan dan pengorbanan beliau dalam mendakwahkan
risalah yang tidak ada kesalahan dan keraguan didalamnya sebagai petunjuk untuk umat yang
mulia serta mertarbiyah umatnya untuk mencapai Fallah (kebahagiaan di dunia dan di akhirat).
Makalah yang kami susun ini merupakan makalah yang membahas tentang Kebijakan
ekonomi dalam menciptakan keadilan social, sedangkan pokok pembahasan dari makalah yang
kami (penulis) susun ini lebih menitik beratkan pada solusi Ajaran islam dalam menciptakan
kemaslahatan dan keadilan didalam suatu masyarakat di bidang perekonomian dalam skala
makro. Pada dasarnya rumusan masalah makalah ini ingin merupakan pengembagan dari hasil
pemikiran para intelektual islam dalam upaya menciptakan keadilan distribusi dibidang
perekonomian. Alasan kuat kenapa kami lebih menjadikan hasil ijtihad para ‘alim ulama islam
sebagai arah kami dalam membahas kebijakan ekonomi adalah karena Perintah Allah Azza wa
Jalla dan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, dengan berdasar pada hadits Rasulullah
Shallahu’alaihiwasallam, yakni :
Rasulullah Shallahu’alaihiwasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para

nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka
wariskan adalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil
bagian yang banyak.” – (Diriwayatkan oleh tirmidzi dalam jami’-nya 5/48, abu dawud dalam
sunan-nya 3/317, dan ibnu majah dalam sunan-nya 1-81)
Maka dari itu kami berharap kepada Robb Ta’ala bahwa kesungguhan kami (penulis)
dalam menyusun makalah ini dapat bernilai sebagai ibadah dan kami juga berharap makalah ini
dapat bermanfaat kepada setiap yang membaca, terkhusus kepada para penuntut ilmu syar’i.

3

Adapun jika terdapat kesalahan dalam hal penyajian bahasan maupun kesalahan dalam hal
pengetikan dan penyusunan, kami utarakan mohon ma’af, Karena salah satu fitrah kami sebagai
manusia ialah memiliki kecenderungan dalam berbuat kesalahan. Saran dan kritikan yang
membangun, sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pemahaman kami di bidang mata
kuliah ekonomi regional ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut andil dalam suksesnya
penyelesaian makalah yang kami buat ini. Semoga makalah yang kami buat ini memiliki nilai
manfaat bagi masyarkat Indonesia, Khususnya kepada Para Penuntut Ilmu dan Para National
Builder. Aamiinn…


Bandar lampung, Pebruari 2015

Penulis

3

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................

1

Daftar Isi................................................................................................................................

2

BAB I (PENDAHULUAN)
A.Latar belakang....................................................................................................................

4


B.Rumusan Masalah..............................................................................................................

6

BAB II (PEMBAHASAN)
A.Masalah Utama Dalam Perekonomian...............................................................................

7

B.Prinsip Intervensi Negara...................................................................................................

8

C.Kebijakan Ekonomi............................................................................................................

10

D.Pembagian Kebijakan Ekonomi.........................................................................................

12


E.Bentuk-Bentuk Kebijakan Makro Ekonomi.......................................................................

12

BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan............................................................................................................................

24

Daftar Pustaka........................................................................................................................

25

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada
tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu
diturunkan melalui Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam karena rujukan utama
pemikiran ekonomi ini munculnya bersamaan dengan diturunkannya Al-Qur’an dan masa
kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, pada abad akhir 6 M. hingga awal abad 7
M. Kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada zaman beliau
adalah teladan yang paling baik dalam implementasi Islam. Sehingga Allah Ta’ala memuji
Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan Para Shahabat Rhadiallahu’anhum pada zaman
beliau sebagaimana yang tertulis dalam Alquran, yakni:

        
           
    
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.”1

Oleh karena itu, kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada
zaman beliau adalah teladan yang paling baik yang harus di kaji dalam segala aspek

kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Tentu saja sistem perekonomian Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam yang dimaksud disini adalah system perekonomian masa Madinah,
karena pada fase Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun sistem
perekonomian karena pada masa itu fokus masyarakat Muslim adalah mempertahankan diri
dari intimidasi orang-orang Quraisy.2
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
1

2

Al-Qur’an, Surah. Al-Imran (3), Ayat Ke-110.
Yudi Suryadi, kebijakan ekonomi: fiskal & moneter masa rasul (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013) hlm. 2.

3

yang terbatas di dalam kerangka Syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim
dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung
kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak universal. Karena
dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori

(apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima. Definisi yang lebih lengkap harus
mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat
utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam
adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral
merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta
dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.
1. Menurut Muhammad Abdul Manan
Islamic economics is a social science which studies the economics problems of a people
imbued with the values of Islam.3 Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam.
2. M. Umer Chapra
Islamic economics was defined as that branch of knowledge which helps realize human
well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is in confinnity with
Islamic teaching without unduly curbing Individual freedom or creating continued
macroeconomic and ecological imbalances. Jadi, Menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

3. Syed Nawab Haider Naqvi
Ilmu ekonomi Islam, singkatnya, merupakan kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam
representative dalam masyarakat muslim modern. Dari beberapa definisi ekonomi Islam di
atas yang relatif dapat secara lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang
komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu "Suatu pengetahuan dan
aplikasi dari perintah dan peraturan dalam syariah yaitu untuk menghindari ketidakadilan
dalam perolehan dan pembagian sumberdaya material agar memberikan kepuasan manusia,
sehingga memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan
masyarakat (Islamic economics is the knowledge and application of injunctions and rules of
the shari'ah that prevent injustice in the acquition and disposal of material resources in order

3

to provide satisfaction to human beings and enable them to perform their obligations to Allah
and the society).
Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan "pembagian" di mana
aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan menghindari ketidakadilan dalam perolehan
dan pembagian sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk
menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya terkandung perintah
(injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan. Pengertian

"memberikan kepuasan terhadap manusia" merupakan suatu sasaran ekonomi yang ingin
dicapai. Sedangkan pengertian "memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya
terhadap Tuhan dan masyarakat" diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada
aspek social ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan
mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Apa saja Permasalahan Perekonomian yang berkaitan dengan kebijakan
ekonomi ?
2. Bagaimana Intervensi Pemerintah terhadap proses perekonomian didalam suatu negara
dalam pandangan islam ?
3. Jelaskan kebijakan ekonomi yang dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat dalam suatu negara ?

BAB II
PEMBAHASAN

3

Nairozi, Tinjauan Umum Tentang Sistem Ekonomi Islam, 2013. Hlm. 1-3


3

A. MASALAH UTAMA DALAM PEREKONOMIAN
Sebelum kami (penulis) menerangkan pokok bahasan makalah kami, yakni kebijakan
ekonomi yang menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat dalam suatu Negara,
ada baiknya kami menerangkan beberapa hal-hal yang menjadi masalah utama didalam
perekonomian, karena musabab dari ditetapkannya kebijakan ekonomi ialah karena adanya
permasalahan dalam perekonomian. Adapun
1. Masalah Inflasi (Inflation)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi :
a. Kenaikan harga;
b. Bersifat umum;
c. Berlangsung terus-menerus.4
Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan
kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebab itu masalah tersebut perlu dihindari.
Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cenderung menurunkan taraf kemakmuran
segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari
pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah
para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan
keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami
kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk
sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat
apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.5
2. Keterbatasan sumber-sumber
Sedikit sekali barang-barang yang memiliki sifat sebagai barang bebas . selain udara,
sudah sangat sulit untuk menemukan barang lain yang bersifat free goods seperti itu. Inilah
yang memaksa orang untuk tunduk kepada the law of scarcity (hukum kelangkaan) yang
berbunyi: untuk mendapatlan barang yang langka, orang harus mengorbankan sesuatu
terlebih dahulu.
Kelangkaan barang-barang pemuas kebutuhan manusia itu selanjutnya menyatakan
bahwa penyediaan sumber-sumber itu adalah terbatas. Tidak dapat dengan seenaknya saja
diambil dan kemudian digunakan , tetapi harus diperoleh dulu melalui pengorbanan, lalu
4
5

Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm. 359.
Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 15.

3

diteliti penggunaannya melalui kombinasinya dengan sumber-sumber lain, kemudian dipilih
kombinasi manakah yang paling menguntungkan, dan baru kemudian dapat di ambil
keputusan yang sebaik-baiknya . semua itu sekali lagi, mengundang manusia untuk
menghadapi masalah pemilihan (the problem of choice).
Terkait dengan hal itu, scarcity (kelangkaan) dan choice (pemilihan) itu pada
akhirnya telah memaksa manusia untuk menyadari bahwa, apabila suatu keputusan tentang
penggunaan suatu sumber telah dipilih atau di ambil, maka itu akan berarti hilangnya semua
alternatif penggunaan yang lainnya. Juga, manusia harus menyadari bahwa untuk
memperoleh suatu barang (atau penggunaan barang itu), haruslah dikorbankan barang yang
lainnya. Prinsip ini dikenal sebagai the principle of opportunity cost.6
3. Masalah pengangguran (unemployment)
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai
penganggur.7 Seseorang baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha
mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.8
Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah
tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan
masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi
dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi konsumsinya. Disamping itu ia dapat mengganggu taraf
kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang
buruk keatas diri penganggur dan keluarganya.
Apabila keadaan pengangguran disesuatu Negara adalah sangat buruk, kekacauan
politik dan social selalu berlaku dan memberikan efek yang buruk kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka yang panjang.
Nyatalah bahwa masalah pengangguran adalah masalah yang buruk efeknya kepada
perekonomian dan masyarakat, dan oleh sebab itu secara terus-menerus usaha-usaha harus
dilakukan untuk mengatasinya.9
6

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi : Mikro & Makro (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005) hlm. 71-72.
Ibid., hlm. 13.
8
Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm. 376.
9
Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 14.
7

3

B. PRINSIP INTERVENSI NEGARA
Seluruh Kekuasaan dan wewenang yang komprehensif dan umum yang diberikan
kepada Negara untuk mengintervensi kehidupan ekonomi masyarakat, dipandang sebagai
salah satu prinsip fundamental yang penting dalam sistem ekonomi islam.
Intervensi Negara tidak terbatas pada sekadar mengadaptasi aturan hukum islam
yang permanen, namun juga mengisi kekosongan yang ada dalam hukum islam. Pada satu
sisi, Negara mendesak masyarakat agar mengadaptasi elemen-elemen dinamis (mengisi
kokosongan yang ada dalam) hukum islam, sesuai dengan kondisi yang ada.
Pada tataran praktis, Negara mengintervensi kehidupan ekonomi guna menjamin
adaptasi hukum islam yang terkait dengan kehidupan ekonomi para individu. Misalnya,
Negara melarang transaksi bisnis dengan bunga, atau penguasaan atas sebidang tanah tanpa
mereklamasinya. Demikian pula, Negara menjalankan sendiri aturan hukum yang terkait
langsung dengannya. Misalnya, Negara mengimplementasikan prinsip jaminan social dan
keseimbangan social sesuai dengan arahan Islam.
Pada tataran legislatif, intervensi Negara ditujukan untuk mengisi kekosongan dalam
hukum islam. Negara mengisi kekosongan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dinamis, sedemikian hingga ia bis menjamin tercapainya tujuan-tujuan umum sistem
ekonomi islam serta merealisasikan keadilan social menurut hukum Islam dan membuatnya
bisa selaras pada tataran praktis dan teoritis (dengan situasi dan kondisi) di berbagai zaman.
1. Mengapa Ada Ruang Kosong?
Gagasan ruang kosong ini berdiri di atas basis bahwa islam tidak menawarkan
prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu resep yang tetap atau
sebuah sistem yang statis yang diwariskan sejarah dari masa ke masa. Sebaliknya, islam
menawarkan prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu bentuk yang
selaras dengan segala zaman. Karena itu, penting untuk menyempurnakan bentuk ini dengan
elemen-elemen dinamis yang mencerminkan perubahan-perubahan zaman, sehingga ia
memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Dalam kehidupan ekonomi terdapat hubungan manusia dengan kekayaan alam,
yakni cara manusia berproduksi dan kendalinya atas alam, kemudian hubungan antarsesama
manusia yang tercermin dalam hak yang diperoleh si A atau si B.
perbedaan antara kedua hubungan ini adalah sebagai berikut. Terwujudnya hubungan
pertama tidak terkait dengan apakah seseorang hidup dalam masyarakat atau tidak. Seorang
individu terkait dengan alam dalam suatu hubungan tertentu yang dibatasi oleh pengalaman

3

dan pengetahuannya. Ia menangkap burung, menggarap tanah, menambang batu bara, dan
memintal wol dengan cara-cara yang ia kuasai. Terwujudnya hubungan antara manusia dan
alam ini tidak tergantung pada keberadaan manusia dalam masyarakat, namun memang
masyarakat

memengaruhi hubungan ini. Keberadaan masyarakat memungkinkan

terakumulasinya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, meningkatkan level
pemahaman manusia terhadap alam, serta mengembangkan kebutuhan dan keinginan
manusia. Sementara terwujudnya hubungan antarsesama manusia yang menyangkut hak
dan kewajiban mereka tergantung pada keberadaan manusia dalam masyarakat.
Islam sebagaimana kita lihat, membedakan kedua jenis hubungan ini. Hubungan
antara manusia dengan alam berubah seiring dengan berjalannya waktu, dipengaruhi oleh
beragam

masalah

yang

secara

sinambung

dihadapi

manusia

dalam

usahanya

mengeksploitasi alam, juga dipengaruhi oleh berbagai solusi yang ia tempuh guna mengatasi
beragam masalah tersebut. Makin sering terjadi perubahan pada hubungan manusia dengan
alam, makin sering pula terjadi peningkatan kendali manusia atas alam serta
kemampuannya, yakni sarana dan cara yang ia kuasai.
Sedangkan hubungan antarsesama manusia bersifat tetap tak berubah, karena
menyangkut masalah-masalah esensial dan permanen. Masyarakat yang dalam hubungannya
dengan alam beroleh kendali atas kekayaan, akan dihadapkan pada masalah keadilan
distribusinya serta penentuan hak-hak para individu dan masyarakat, baik ketika aktifitas
produksi berada pada level mesin uap dan listrik, maupun pada level gilingan tangan.
Atas dasar ini, Islam memandang bahwa hukum-hukum yang mengatur hubungan ini
agar tercipta keadilan social dari sisi teoritis bersifat tetap dan permanen karena menyangkut
masalah-masalah permanen. Karena itu, wajarlah jika islam mengetengahkan prinsip teori
dan hukum yang mampu mengatur hubungan antarsesama manusia sepanjang zaman.
Namun, tidak berarti Islam mengabaikan hubungan manusia dengan alam yang bersifat
dinamis, karena semakn berkembang kuasa manusia atas alam dimana kendalinya atas
kekayaan alam semakin besar, semakin kompleks, dan semakin sistematis, maka semakin
meningkat pula potensinya untuk membahayakan masyarakat, di mana ia dapat
memanfaatkan kuasa dan kendalinya itu untuk berekspansi dan mengancam keadilan sosial.
Atas dasar inilah Islam menyediakan ruang kosong dalam hukum ekonominya, agar
hukum tersebut dapat selalu selaras dan mencerminkan elemen dinamisnya, yakni hubungan
antara manusia dan alam.
2. Ruang Kosong Bukanlah Cacat

3

Ruang kosong bukanlah cermin dari kekurangan atau cacatnya hukum islam, juga
bukan bentuk pengabaian terhadap sejumlah hal dan kejadian yang ada. Sebaliknya, ruang
kosong mencerminkan kekomprehensifan bentuk hukum Islam dan kemampuannya dalam
mengikuti perkembangan zaman. Syariah tidak meninggalkan ruang kosong yang
mencerminkan pengabaian ataupun kekurangan. Syariah menciptakan ruang kosong dengan
memberikan arahan hikum primer bagi setiap kejadian, di sisi lain ia memberikan
wewenang kepada kepala Negara untuk memberi arahan hukum sekunder sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Contohnya, aktifitas menggarap tanah yang dilakukan oleh
seorang individu pada dasarnya merupakan aktifitas legal. Namun, kepala Negara berhak
untuk melarang aktifitas tersebut dengan tuntutan zaman dan keadaan.10
C. KEBIJAKAN EKONOMI
Didalam suatu Negara terdapat peran pemerintah yang bertanggung jawab dalam
mensejahterakan dan menciptakan keadilan dalam suatu masyarakat. Berdasar pada Hadits
Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, yakni :
kc

‫ع عن اَلنبي صنلىَّ اَلل نه ع عل عيه وسل نم أ عنه عقاَ ع ع‬
‫سئئوُ ل‬
‫ن‬
‫م ن‬
‫م ع‬
‫م عراَعع وعك ئل لك ئ ن‬
‫ل أعل ك ئل لك ئ ن‬
‫ن ه ع ع ع ن ئ‬
‫ئ‬
‫ن نه ي ع‬
‫ل عع ن‬
‫ع‬
‫ج ئ‬
‫سئئوُ ل‬
‫ل عراَعع‬
‫ن عر ه‬
‫عر ه‬
‫ميئر اَل ن ه‬
‫عي نت ههه عفاَنل ع ه‬
‫عي نت ههه عواَلنر ئ‬
‫م ن‬
‫س عراَعع وعهئوُع ع‬
‫ل عع ن‬
‫ذيِ ع علىَّ اَلنناَ ه‬
‫ع‬
‫سئئوُ ل‬
‫عي ع ل‬
‫منرأ عة ئ عراَ ه‬
‫ت ب ععنل هعهاَ وعوعل عد ههه‬
‫ة ع ععلىَّ ب عي ن ه‬
‫م ن‬
‫م عواَل ن ع‬
‫ل ع عن نهئ ن‬
‫ل ب عي نت ههه وعهئوُع ع‬
‫ع ععلىَّ أهن ه‬
‫سئئوُ ل‬
‫ه أ ععل‬
‫سئئوُل ع ل‬
‫م ن‬
‫ل ع‬
‫م ن‬
‫ل ع عن ن ئ‬
‫سي يد ههه وعهئوُع ع‬
‫م عواَل نععب ند ئ عراَعع ع ععلىَّ ع‬
‫ة ع عن نهئ ن‬
‫ي ع‬
‫ماَ ه‬
‫وعه ه ع‬
‫سئئوُ ل‬
‫ن عر ه‬
‫عي نت ههه‬
‫م ن‬
‫م ع‬
‫م عراَعع وعك ئل لك ئ ن‬
‫فعك ئل لك ئ ن‬
‫ل عع ن‬
Artinya : “Dari Nabi Shalallahu’alaihiwasallam bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing
kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa
yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota
keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin
bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin
dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.11

10
11

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna ( Jakarta : Zahra, 2008) hlm. 485-490
Imam Muslim, Shahih Muslim, No.3408, Kitab Pemerintahan, Bab. 4 (Hadits Marfu’)

3

Maka dari itu, Pemerintah harus merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan yang
dapat membawa kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya. Sehingga dibutuhkan pengkajian
yang mendalam terhadap fenomena dan kondisi yang real pada system social dan ideology yang
dimiliki oleh masyarakat. Untuk menciptakan kemaslahatan dalam suatu Negara, Kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah harus mengikuti prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam, diantaranya sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Allah Ta’ala adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta.
Manusia hanyalah khalifah Allah Ta’ala di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya.
Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah Ta’ala.
Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.
Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.
Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.
Pada pembahasan di makalah ini, kami (penulis) akan sedikit membahas tentang

kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam perwujudan kemaslahatan bagi
masyarakat dalam suatu Negara.
Pada pembasahan pertama, kami (penulis) akan memaparkan tentang apakah yang
dimaksud dengan kebijakan ekonomi ?. untuk itu kami mencantumkan pengertian dari
kebijakan ekonomi dari berbagai sumber, yakni diantaranya :
1. Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan dibidang ekonomi
yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.12
2. Kebijakan ekonomi adalah sesuatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan caraaa-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu.13
3. Kebijakan ekonomi adalah tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil
kebijakan atau keputusan dibidang ekonomi, kebijakan ini tercakup didalamnya system
untuk menetapkan system perpajakan, suku Bungan, anggaran-anggaran, pasar tenaga
kerja, kepemilikan nasional dan otonomi daerah dari ikut andilnya pemerintah kedalam
perekonomian.14
4. Kebijakan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan atau metode untuk mencapai tujuan
(instrument kebijakan) yang dikeluarkan oleh pemerintah, badan usaha, dan lain-lain.15

12

http://herildagultom.blogspot.com/2011/05/kebijakan-kebijakan-ekonomi-pemerintah.html Diakses pada 4 Maret
2015
13
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam ( Yogyakarta : Pustaka belajar, 2013) hlm. 53
14
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_ekonomi Diakses pada 4 Maret 2015
15
http://lismasetyowati.blogspot.com/2011/12/pengertian-kebijakan-ekonomi.html Diakses pada 4 Maret 2015

3

Dari berbagai pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa yang dinamakan
dengan kebijakan ekonomi ialah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dibidang
perekonomian untuk diterapkan disuatu wilayah/Negara atau sector sebagai wujud usaha
penciptaan kemaslahatan dalam suatu masyarakat.
D. PEMBAGIAN KEBIJAKAN EKONOMI
Kebijakan ekonomi menurut tingkat agregasinya (ruang lingkup atau bentuk serta luas
sasarannya) di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Kebijakan ekonomi mikro, adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.
b. Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada wilayah
tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.
c. Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek ekonomi
pada tingkat nasional (agregat). Kebijakan makro ekonomi juga mengandung pengertian
yakni, langkah-langkah pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi keseluruhan
perekonomian dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan ekonomi, menghindari
inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan mengukuhkan sector luar
negeri.16 Oleh sebab itu, kebijakan ini bisa mempengaruhi atau bahkan membuat kebijakan
meso dan kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Maka dari itu Kami akan
membahas lebih dalam mengenai kebijakan ekonomi makro.
E. BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI
Pada pembahasan kali ini, kami (penulis) berusaha untuk menjelaskan berbagai bentuk
kebijakan dibidang ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih mengarahkan ke
ajaran dinul haq (Islam), yakni iqtishad (Ekonomi islam), akan tetapi penjelasan yang kami
paparkan dimakalah ini dengan menggunakan metode pendekatan komparatif, yakni antara
ekonomi islam dan ekonomi konvensional. Adapun beberapa bentuk kebijakan ekonomi dapat
dijalankan pemerintah untuk menciptakan maslahah dan keadilan didalam suatu Negara, ialah
antara lain :
1. Kebijakan fiskal
Ditinjau secara etimologi, kebijakan fiskal berasal dari dua kata, yaitu kebijakan dan
fiskal. Kebijakan (policy) diberi arti yang bermacam-macam, Harold D. Laswell dan
Abraham Kaplan memberi arti kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilainilai dan praktik-praktik yang terarah. Seorang ahli, James E. Anderson merumuskan
16

Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 27-28.

3

kebijakan adalah sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.17
Secara terminologi, menurut Mustafa Edwin Nasution, et al., dalam ekonomi
konvensional kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai langkah pemerintah untuk membuat
perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaan (dalam konsep makro
disebut dengan government expenditure). Menurut Eko Suprayitno, kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya dalam
merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi.18
Jadi, Kebijakan fiscal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengelola/mengarahkan perekonomian kekondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan
cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiscal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam
bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian. Menurut pandangan Keynes kebijakan fiscal
sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang realtif serius. Melalui kebijakan fiscal
pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional
dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Dibidang perpajakan langkah yang perlu dilaksanakan
adalah mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan
masyarakat untuk membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat.
Seterusnya pengeluaran agregat dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara pengeluaran
pemerintah-untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya maupun untuk menambah
investasi pemerintah.
Dalam masa inflasi atau pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dan kenaikkan harga sudah semakin pesat, langkah
sebaliknya harus dijalankan, yaitu pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah dikurangi.
Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat dan tekanan inflasi dapat dikurangi.
Kebijakan fiscal memegang

peranan yang cukup penting dalam menstabilkan

tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi kearah tingkat yang
dikehendaki. Pandangan ini dikembangkan dalam buku Keynes yang sekarang menjadi
landasan dalam perkembangan teori makro ekonomi. Pandangan atau keyakinan ini sangat
berbeda sekali dengan yang dianut oleh ahli-ahli ekonomi dan pihak pemrintah didalam
zamannya ahli-ahli ekonomi klasik. Ahli ekonomi klasik menekankan tentang perlunya
17

Abdul Jalil, Pemikiran M. Abdul mannan tentang kebijakan fiskal dalam ekonomi islam (Semarang : UIN Wali Songo
Semarang, 2014) hlm. 19.
18
Ibid., hlm. 20.

3

menjalankan system pasar bebas dan mengurangi campur tangan pemerintah, termasuk
kebijakan fiscal yang aktif dalam kegiatan perekonomian.19
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah
dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu Islam menetapkan pada
tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan, hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
Yakni :
           
         
           
      
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan
Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.20

Secara umum fungsi kebijakan fiskal adalah fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi
perekonomian. Dalam hal alokasi, maka digunakan untuk apa sajakah sumber-sumber
keuangan negara, sedangkan distribusi menyangkut bagaimana kebijakan negara mengelola
pengeluarannya untuk menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di masyarakat,
dan stabilisasi adalah bagaimana negara menciptakan perekonomian yang stabil. 21 Hal ini
sesuai dengan pernyataan Adam Smith, konseptor sistem kapitalis murni, mengemukakan
ideologinya karena dia menganggap bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap individu
yang paling tahu apa yang paling baik bagi dirinya, sehingga dia akan melaksanakan apa
yang dianggap terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip kebebasan ekonomi dalam prakek
menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan
harmonis dalam kepentingan masing-masing individu.Dalam hal ini pemerintah mempunyai
peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Dalam
perekonomain moden, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar,
yaitu:
a. Peranan alokasi
19

Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 186.

20

Al-Qur’an, Surah. Al-Hasyr (59), Ayat ke – 7.
Hidayatullah muttaqin, Kebijakan Fiskal Islam, 2004. hlm. 3.

21

3

b. Peranan distribusi, dan
c. Peranan stabilisasi.22
Kebijakan fiskal dalam Sistem Ekonomi Kapitalis “hanyalah merupakan suatu
kebutuhan” untuk pemulihan ekonomi (economy recovery) akibat krisis dan untuk
menggenjot perekonomian agar dapat mencapai pertumbuhan yang positif sehingga
tumpuan utama kebijakan fiskal Negara Kapitalis adalah pertumbuhan ekonomi (economic
growth). Dalam Sistem Ekonomi Islam, kebijakan fiskal merupakan suatu kewajiban negara
dan menjadi hak rakyat sebagai wujudri’ayatusy syu’un sehingga kebijakan fiskal bukanlah
semata-mata sebagai suatu kebutuhan untuk perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat. Juga kebijakan fiskal dalam Sistem Ekonomi Islam tidak bertumpu
pada pertumbuhan ekonomi seperti dalam Sistem Ekonomi Kapitalis tetapi mengacu pada
penciptaan mekanisme distribusi ekonomi yang adil, karena hakikat permasalahan ekonomi
yang melanda umat manusia adalah berasal dari bagaimana distribusi harta di tengah-tengah
masy arakat terjadi.23
Aspek politik dari kebijakan fiskal yang dilakukan oleh khalifah adalah dalam rangka
mengurusi dan melayani umat. Kemudian dilihat dari bagaimana Islam memecahkan
problematika ekonomi, maka berdasarkan kajian fakta permasalahan ekonomi secara
mendalam terungkap bahwa hakikat permasalahan ekonomi terletak pada bagaimana
distribusi harta dan jasa di tengah-tengah masyarakat sehingga titik berat pemecahan
permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi ekonomi
yang adil.24 Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang betapa sangat urgennya masalah
distribusi harta ini dalam firman-Nya:
          
 
Artinya : “dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih”.25
Karena itu, kebijakan fiskal di dalam Islam didasari oleh suatu politik ekonomi
(as-siyasatu al-iqtishadi) yang bertujuan mencapai distribusi ekonomi yang adil,
sebagaimana yang dikemukakan Abdurrahman Al Maliki, yaitu menjamin pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan primer (al-hajat al-asasiyah/ basic needs) perindividu secara
menyeluruh, dan membantu tiap-tiap individu di antara mereka dalam memenuhi
22
23
24
25

Ferry Prasetyia, Modul Ekonomi Publik : Peran Pemerintah (Malang : Universitas Brawijaya, 2012) hlm. 12.
Hidayatullah muttaqin, Kebijakan Fiskal Islam, 2004. hlm. 4.
Ibid., Hlm. 13-14.
Al-Qur’an, Surah At-Taubah (9), Ayat ke – 34.

3

kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya (al-hajat al-kamaliyah) sesuai kadar
kemampuannya. Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer ini meliputi;
a. Pertama, jaminan kebutuhan-kebutuhan primer bagi tiap-tiap individu
b. Kedua, jaminan kebutuhan-kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan.
Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer katagori pertama adalah jaminan
akan sandang, pangan dan papan dan merupakan jaminan secara langsung terhadap setiap
individu yang mempunyai penghasilan tetapi tidak mencukupi untuk memberikan nafkah
kebutuhan-kebutuhan pokok terhadap diri dan keluarganya, atau terhadap setiap individu
yang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah kebutuhan pokok terhadap
diri dan keluarganya. Kebijakan ini termasuk kebijakan transfer payment karena negara
memberikan

secara

cuma-cuma

harta

berupa

uang

atau

barang

kepada

seseorang. Sedangkan pembiayaan pemenuhan kebutuhan primer katagori pertama ini oleh
negara dianggarkan pada Seksi Santunan26.
Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer katagori kedua meliputi
keamanan, pendidikan dan kesehatan. Tiga perkara ini, merupakan unsur penting bagi
perekonomian. Keamanan berfungsi melindungi dan mengayomi aktivitas perekonomian
masyarakat sehingga kegiatan ekonomi menjadi lancar. Pendidikan merupakan pilar yang
melahirkan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pembangunan
fasilitas-fasilitas negara dan fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan rakyat termasuk
yang dibutuhkan bagi aktifitas perekonomian, untuk membangun sistem pertanian,
industri (termasuk industri senjata), perdagangan dan jasa yang tangguh, berkualitas dan
efisien. Kesehatan merupakan unsur yang sangat mempengaruhi kinerja seseorang bagi
ekonomi dirinya dan keluarganya, bagi syirkah tempat dia bekerja, bagi perekonomian
masyarakat dan negara.27
2. Kebijakan Distribusi (Zakat, Infaq, Wakaf dan Shodaqoh)
Pada pembahasan kebijakan distribusi ini, kami (penulis) merasa sedikit
kebingungan dalam menempatkan posisi kebijakan distribusi ini, apakah sepantasnya
dimasukkan pada subbag pada kebijakan fiscal atau kebijakan ditribusi ini diletakkan
sebagai pembahasan subbag yang baru, sebab jika ditinjau dari penerimaan kas negara
islam (Daulah Islamiyah) Harta zakat, infaq, wakaf dan shodaqoh) dikategorikan kedalam
kebijakan fiscal dari sisi penerimaan negara. Disisi lain makalah yang kami susun ini lebih
26

Seksi Santunan; seksi ini bertugas memberikan santunan kepada yang berhak menerimanya, seperti orang-orang
fakir, miskin, yang dalam keadaan membutuhkan, yang berhutang, yang sedang dalam perjalanan, para petani,
para pemilik industri, dan lain-lain yang menurut Khalifah mendatangkan kemaslahatan bagi kaum Muslimin serta
layak diberi subsidi.
27
Hidayatullah muttaqin, Kebijakan Fiskal, hlm. 14-15.

3

menfokuskan pada fenomena yang real terjadi di negara Indonesia, guna dapat
menemukan titik temu penyesuaian antara makalah yang kami susun ini dengan system
ekonomi yang telah berkembang di Indonesia. maka dari untuk dapat lebih mudah di cerna
oleh kalangan pelajar/mahasiswa, kami menempatkannya pada pembahasan subbag yang
baru.
Sistem ekonomi islam merupakan system ekonomi yang terlahir dari system social
islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang
ada, dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kemaslahatan dan menciptakan
keadilan dalam ekonomi umat. Begitu pula kebijakan distribusi dalam system ekonomi
islam menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga pada konsep distribusi landasan yang
penting yang dijadikan pegangan, yakni :
           
         
            
     
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan
Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.28

Berdasar dari ayat diatas, ekonomi islam tidak membenarkan penumpukan
kekayaan hanya kepada orang-orang tertentu. Bahkan menggariskan prinsip keadilan dan
persaudaraan (kasih sayang) pada konsep distribusinya. Tidak membenarkan pengelolaan
kekayaan hanya pada golongan atau kelompok orang tertentu namun tersebar keseluruh
masyarakat. Sebaiknya islampun tidak memaksa semua individu diletakkan pada tingkat
ekonomi yang sama.
Kebijakan distribusi yang diajarkan islam sangat berkaitan dengan harga agar tidak
menumpukpada golongan tertentu di masyarakat. Serta mendorong terciptanya keadilan
distribusi, sehingga pemerintah di tuntut untuk tidakberpihak pada satu kelompok atau
golongan tertentu, agar proses distribusi dapat berjalan dengan adil. Hal ini dapat

28

Al-Qur’an, Surah. Al-Hasyr (59), Ayat ke – 7.

3

dipaksakan dengan adanya kepastian system (ekonomi, hukum, dan social) yang
menjamin agar harta dapat tersebar luas di masyarakat.
Menciptakan keadilan dapat dilakukan dengan memberikan peluang yang sama
bagi setiap orang untuk mendapatkan harta kekayaan, mewajibkan bagi yang mendapatkan
harta berlebih utuk mengeluarkan zakat sebagai kompensasi bagi penyucian dan
pembersihan harta atas hak orang lain. Islam juga menganjurkan bagi setiap orang yang
memiliki harta kekayaan untuk mewakafkan hartanya, berinfak dan bersedekah sebagai
amal social (sunnah) bagi kepentingan masyarakat luas.
Menciptakan distribusi yang adil merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan
keadilan. Islam menghendaki kesamaan pada setiap orang dalam memperoleh peluang
mendapatkan harta kekayaan tanpa memandang perbedaan kasta, maupun warna kulit.
Semua orang dapat memperoleh harta dengan bebas berdasarkan kemampuan usaha
mereka, sehingga setiap orang dapat memperoleh harta meskipun dalam jumlah yang
berbeda-beda. Dari perolehan harta yang berbeda-beda tersebut, bagi mereka yang lebih
beruntung dikenakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta mereka bagi saudarasaudaranya yang kurang beruntung, sehingga redistribusi kekayaan dapat berjalan, serta
akan menciptakan pemerataan pendapatan dimasyarakat.
Agar kesejahteraan dapat terwujud, pemerintah berperan dalam mencukupi
kebutuhan masyarakat, baik dasar atau primer (daruri), sekunder(the need/haji), maupun
tersier(the commendable/tahsini) dan pelengkap(the luxury/kamili). Disebabkan hal
tersebut, pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan pelayanan
primer masyarakat saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh kebutuhan
komplemen lainnya, selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga tercipta
kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan karena pasar tidak mampu
menciptakan distribusi secara adil. Serta adanya factor penghambat untuk terciptanya
mekanisme pasar yang efisien, dan hanya pemerintahlah yang dapat menghilangkan
hambatan tersebut dengan kekuasaan dan wewenang yang dimilliki baik karena ketidak
mampuan atau kurang sadarnya masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah dituntut untuk
melakukan interfensi guna menjamin terciptanya kondisi yang mendukung mekanisme
pasar berjalan secara adil. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang
mengikat dan tegas serta menegakkan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap individu
dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan berdasarkan peraturan yang
dibuat sehingga tugas pemerintah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma

3

menjadi undang-undang dan memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-hari.
Disamping itu, pemerintah berkewajiban mendorong lahirnya sikap dan moral yang
dihiasi oleh sikap kejujuran keterbukaan dan keadilan untuk menghasilkan persaingan
dalam kebaikan sehingga pada akhirnya melahirkan mekanisme distribusi yang adil bagi
masyarakat luas.
Disamping itu, pemerintah juga berperan sebagai penjamin terciptanya distribusi
yang adil serta menjadi fasilitator pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Dan disisi lain pemerintah harus menjamin tidak terciptanya system yang
dapat menzalimi pengusaha.
Hal ini berbeda dengan apa yang diterapkan oleh welfare state system yang
menempatkan peran Negara dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat sehingga
memunculkan konsep Negara kesejahteraan (welfare state), yang sering dianggap sebagai
penengah antara kapitalis dan sosialis. Pembicaraan tentang Negara kesejahteraan menjadi
satu trend dalam kajian system ekonomi, karena seolah olah telah menawarkan suatu
konsep yang menjanjikan.
Negara kesejahteraan pertama-tama dipraktikan di Eropa dan AS yang di
tunjukan untuk mengubah kapitalisme menjadi lebih manusiawi. Dalam system ini,
Negara berperan untuk lebih melindungi golongan lemah dalam masyarakat dari
kapitalisme yang sangat kuat.
Menurut Edi Suharto, paling tidak ada empat model welfare state yang sampai saat
ini masih dipraktikan yakni:


Pertama, model Universal,pelayanan social diberikan oleh Negara secara merata
pada seluruh penduduknya baik kaya maupun miskin. Model ini diwakili oleh



Negara Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia.
Kedua, model Korporasi, sama seperti model pertama dan jaminan social
dilaksanakan secara melembaga dan luas, namun kontribusi skema jaminan social
berasal dari tiga pihak yakni pemerintah, dunia usaha dan pekerja. Model ini



diwakili oleh Jerman dan Australia.
Ketiga, model Residual, pelayanan social, khususnya kebutuhan dasar diberikan
pada kelompok-kelomok

yang kurang beruntung seperti

orang miskin,

pengangguran, penyandang cacat dan lanjut usia yang tidak kaya. Model ini
diwakili oleh Negara-negara Anglo saxon: amerika, Inggris, Australia, dan selandia
baru.

3

Keempat, model minimal, model ini ditandai oleh pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan social sangat kec