HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT PEN

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Sukardi Deppung
STAIN Watampone dpk STAI Al-Gazali Soppeng
Abstract
Philosophy as knowledge mains has growed and formed is assorted
branched science like philosophy (science) hereinafter referred to as Islam
philosophy. Islam Philosophy the same as to public philosophy having
wide object covers the universe, man nature and the matter is returned by
nature. Nature philosophy lets education philosophy of Islam as its the
branch yielding its the object and solution target in the field of education,
so that education philosophy of Islam as a system always interconnected
and in line with its the host system, be Islam philosophy. Understanding
of Islam philosophy that is as ideas of philosophy the moslem’s, good
bearing as thinker, what has equality with idea which is result of itself
moslem philosophy mind. While understanding of education philosophy

of Islam is concept thinks of education is steming or Islam teaching base,
about ability essence of man to be constructed and developed and is
guided to become a moslem which all the person soul by Islam teaching.
So Islam philosophy has rapport with education philosophy of islam
which in realita that is various science types cannot give pattern Islamic
at education philosophy otherwise processed and compiled by thinkers
having soul Islam, so that in studying about education philosophy of
Islam ought to can alli between two facets that is justiciable scientific facet
and accountable religion facet
Keywords:

I. Pendahuluan
empelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena
pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh
(universal) tentang pendidikan yang tidak hanya dilatar belakangi
oleh ilmu pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kepada kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu yang relevan dalam melakukan pemikiran
falsafiyah pada hakikatnya adalah usaha menggerakkan semua potensi
psikologis manusia seperti pikiran, kecerdasan, tentang gejala kehidupan


M
156

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan tuhan. Keseluruhan
proses pemikiran tersebut di dasari dengan teori-teori dan berbagai disiplin
ilmu dan dengan pengalaman-pengalaman yang mendalam serta luas tentang
masalah kehidupan dan kenyataan dalam alam raya dan dalam dirinya
sendiri.
Filsafat pada awal masa perkembangannya dianggap sebagai induk
ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala macam hal yang
berhubungan dengan Tuhan, manusia, alam semesta, serta semua
problematika dalam kehidupan manusia. Pada masa selanjutnya
perkembangan kehidupan manusia diwarnai dengan persoalan yang semakin

kompleks. Sehingga tidak semua persoalan yang lahir dapat dijawab oleh
filsafat sebagai induk semua ilmu pengetahuan. Manusia yang sudah mulai
berpikir tentang dirinya dan alam sekitarnya akan menghadapi persoalanpersoalan pokok yang meliputi tiga hal; pertama: adakah Tuhan, dan siapakah
Tuhan; kedua : apa dan siapa manusia; ketiga : apakah hakikat dan segala
kenyataan itu.
Persoalan pada pertanyaan di atas, pertama kali dikemukakan oleh
Yunani dengan menggunakan akal, maka muncullah filosof seperti Thales
yang bertanya tentang “apa sebenarnya bahan alam semesta itu” ada juga yang
menyelesaikan dengan menggunakan indera atau pengalaman seperti AlKindi dengan ilmu fisika dan matematikanya yang menurutnya ilmu tersebut
adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indera.
Setelah filsafat Yunani mempengaruhi perkembangan yang pesat dan
melahirkan peradaban Yunani sampai pada kerajaan Romawi di daratan
Eropa. Perkembangan filsafat di Romawi pasca Aristoteles sangat
berpengaruhterhadap perkembangan para ahli pikir yang mengintegrasikan
antara filsafat dan agama (singkritisisme). Agama dan fiisafat yang akan
menjawab persoalan-persoalan tersebut. Islam sangat menghargai penggunaan
akal dan menjamin kemerdekaan berpikir, sehingga muncullah sederetan
nama tokoh di kalangan Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Rusyid, dan lain-lain yang mengungkap urgennya filsafat dalam kancah
keilmuan Islam.

Filsafat sebagai induk pengetahuan -the mother of sciences- telah
berkembang dan membentuk berbagai macam cabang ilmu dalam bentuk
filsafat khusus yang mendasari perkembangan dan terbentuknya berbagai
macam cabang ilmu pengetahuan, salah satunya adalah filsafat ilmu (Islam)
(selanjutnya disebut filsafat Islam). Filsafat Islam sama halnya dengan filsafat
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

157

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

umum yang memiliki obyek yang luas meliputi alam semesta, alam manusia,
dan Zat yang ada di batik alam. Fitsafat Islam membiarkan Filsafat Pendidikan
Islam sebagai cabangnya yang mengkhususkan obyek dan sasaran
membahasannya dalam bidang pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan
Islam sebagai suatu system senantiasa berkaitan dan sejalan dengan system
induknya, yaitu filsafat Islam.

Filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang
erat dalam hubungan fungsional. Analisa filsafat dapat digunakan untuk
rnemikirkan dan memecahkan permasalahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Pendekatan filosofis dapat menemukan jawaban atas
permasalahan pendidikan, dan karena itu pula dapat disusun secara sistematis
teori-teori pendidikan. Selama itu pula, aliran-aliran tertentu dalam filsafat
yang telah memberikan ide-ide sebagai jawaban atas problematika pendidikan
yang dapat memperkaya teori-teori pendidikan.
II. Hakikat Filsafat Islam
Apa dan siapakah manusia, alam, dan Tuhan itu? Mungkinkah sesuatu
yang muncul di alam mini berawal dari ketidakadaan? Bila yang ada dan
ketidakadaan atau dan yang ada akan kemana serta kepada siapa akan ia
kembali? Setidaknya pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang akan muncul
dalam mengkaji filsafat termasuk filsafat Islam, Pertanyaan tersebut sulit di
jawab. Bukan berarti sulitnya dalam arti kata Tuhan, alam, manusia dan yang
ada serta yang tidak ada, akan tetapi karena variatifnya jawaban yang
digambarkan filsafat manusia terhadap pertanyaan tersebut untuk mencapai
hakekatnya. Sehingga yang akan memberikan jawaban secara hakiki dan
filsafat, khususnya filsafat Islam.
1. Pengertian Filsafat Islam

Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia
yang kata dasarnya adalah philein berarti mencintai atau philia, cinta dan
Sophia artinya kearifan yang pada selanjutnya muncul dalam bahasa Inggris
dengan kata philosophy yang berarti “cinta kearifan” pengertian filsafat ini
pertama kali digunakan oleh Pytagoras (572-497 SM). Kata tersebut dibagi
dalam dua kata “philos” (cinta), sophie (pengetahuan). Hal ini dapat dipahami
ketika Phytagoras ditanya oleh seseorang yang bernama Leon tentang
pekerjaannya. Maka ia menjawab bahwa pekerjaannya adalah seorang filosof
(pecinta pengetahuan) “a lover of wisdom”.
158

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

Istilah filsafat dapat dilihat pula dipahami dalam pengertian hikmah,
makna ini berasal dari bahasa Arab “al-hikmah”, sedangkan dalam bahasa

Jerman dan Belanda dikenal dengan sebutan “philosophie”. Sehingga seseorang
yang mencintai pengetahuan disebut filosof dalam artian orang yang telah
menjadikan pengetahuan sebagai usaha untuk kepentingan hidupnya atau
dengan kata lain orang yang mengabdikan dirinya kepada segala bentuk
pengetahuan.
Sedangkan secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai suatu
analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu
masalah, dan penyusunan secara sengaja terhadap sesuatu. Atau analisa secara
sistematis yang menjadikan suatu sudut pandang sebagai dasar suatu
tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dan filsafat adalah
proses berpikir secara radikal tentang hakikat kebenaran segala sesuatu.
Adapun Kata Islam dalam “Filsafat Islam” para penulis masih
mengalami kontroversi dalam memberikan sebutan terhadap filsafat Islam,
apakah “filsafat Islam” atau “filsafat Arab”. Pada dasarnya perbedaan istilah
tersebut hanyalah perbedaan nama saja karena berkembang, hidup, dan
lestarinya pemikiran filsafat tidak terlepas dari Islam atau dengan kata lain
filsafat berada di bawah naungan Islam. Realitas lain yang dapat
membuktikan adalah kebanyakan karya dalam filsafat ditulis dalam bahasa
Arab. Jika yang dimaksud dengan “filsafat Arab” ialah bahwa filsafat
merupakan buah pikiran masyarakat Arab semata-mata maka tidak benar,

sebab realitas yang ada. Menggambarkan bahwa Islam telah mempersatukan
berbagai masyarakat, dan telah ikut serta dalam menuangkan ide pikirannya
dalam filsafat tersebut.
Apabila yang dimaksud “filsafat Islam” adalah filsafat tersebut
merupakan hasil pemikiran kaum muslimin semata-mata, hal ini bertentangan
dengan historism, karena pemikiran filsafat dipelajari dari golongan Masehi,
Yahudi dan penganut agama Sabi’ah dan kegiatan berfilsafatnya selalu
berhubungan dengan orang-orang Masehi dan Yahudi yang ada pada
masanya.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin, lebih tepat
disebut ”filsafat Islam” mengingat Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga
kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh
kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut adalah Islam, baik
tentang problemnya, motif pembinaannya maupun tujuannya. Karena Islam
telah menampung dan memadu kebudayaan multikultural serta pemikiran
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

159

Munir


Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

dalam kesatuan yang utuh.
Ditinjau dari sudut pandang tradisi intelektual Barat, filsafat Islam
kelihatan hanya sekedar filsafat Yunani Alexandrian dalam “baju Arab” akan
tetapi jika dilihat dari prospektifnya sendiri dan nilai berdasarkan keutuhan
Islam yang mempunyai sejarah berkesinambungan selama 12 abad dan masih
tetap hidup hingga kini, menjadi sangat jelas bahwa filsafat
hal-hal lainnya yang berlabel “Islam” berakar pada al-Qur’an Filsafat
Islam adalah (bersifat) Islam, bukan hanya karena dipopulerkan oleh kaum
muslim di dalam dunia Islam, melainkan juga karena menjabarkan prinsipprinsip dari sumber-sumber wahyu Islam.
Setiap filosof Islam adalah muwahdid atau pengikut tauhid, dan mereka
melihat flisafat yang autentik dalam kerangka ini. Mereka menyebut Pytagoras
dan Plato yang menegaskan prinsip tertinggi sebagai muwahhid, meskipun
mereka kurang memperlthatkan minat pada hentuk-bentuk filsafat Yunani
dan Romawi belakangan yang lebih skeptis atau agnostik. Sehingga dengan
demikian intisari filsafat Islam berada diseputar wacana bagaimana para
filosof Islam menafsirkan doktrin Tauhid.

Terkadang terjadi pertentangan antara pemikiran Islam dan Yunani
karena keduanya memberikan jawaban yang berbeda terhadap persoalan yang
sama. Bahkan pada titik persamaannya sekalipun, pemikiran Islam dan
Yunani bermuara pada sumber yang berbeda sehingga semua persamaan itu
kerap dianggap sebagai kebetulan belaka. Dan apabila terjadi benturan antara
Islam dan system teoritis yang mana pun juga, kesimpulan ummat terhadap
benturan itu sangatlah jelas menolak system yang lain. Akan tetapi,
bagaimanapun majunya filsafat Islam, filsafat Yunani tidak bias dinafikkan
dan kemajuannya, karena filsafat Islam bermuara dan filsafat Yunani, cuma
dalam prakteknya filosof muslim mencoba menggiring filsafat Yunani dalam
pandangannya tentang ketauhidan.
Pendapat di atas, berangsur-angsur mulai hilang dan timbullah
pengakuan akan adanya filsafat Islam yang mempunyai kepribadian sendiri,
karena selain pikiran-pikiran Aristoteles, di dalamnya juga terdapat unsurunsur Yunani, India, Iran dan lain-lain, yang kesemuanya ini menggambarkan
kepribadian filsafat Islam. Dengan demikian, penulis dapat mendefenisikan
filsafat Islam sebagai pemikiran-pemikiran filsafat kaum muslimin, baik yang
lahir sebagai pemikiran yang memiliki kesamaan dengan pemikiran filosof
dari kalangan non muslim, maupun pemikiran yang merupakan hasil pikiran
filosof muslim itu sendiri.
160


AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

2. Ruang Lingkup dan Kegunaan Filsafat Islam
a. Ontologi Filsafat Islam
Pemikiran filsafat Islam lebih luas dan sekedar terbatasnya pada aliranaliran Aristotelisme Arab saja, karena pemikiran filsafat Islam telah muncul
dan dikenal dalam aliran-aliran teologis. Dalam ilmu kalam terdapat filsafat,
sedangkan filsafat benar-benar menukik dan radikal. Mu’tazilah mempunyai
pendapat dan pembahasan yang memecahkan problematika ketuhanan, alam
dan manusia. Walaupun filsafat Islam tidak mengabaikan problematikaproblematika filsafat Islam. Oleh karena filsafat Islam memaparkan secara luas
teori ada (ontologis), menunjukkan pandangannya tentang waktu, ruang dan
kehidupan.
Selain pertanyaan-pertanyaan seputar manusia, alam, dan Tuhan, ada
pertanyaan lain yang tidak termasuk dalam satu ilmu nyata (biasa), “metodemetode ilmu itupun tidak berguna bagi perkara-perkara yang perkara-perkara
yang ditanyakan itu. Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu “fisika”
model tertentu, dan disini kita meningkat pada ilmu yang lebih umum ialah
ilmu “metafisika”, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang
sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan atau disini bias dijawab
pertanyaan : “Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ía
mempunyai sebab yang nampak?”
Kemudian bisa dibuat objek pembahasan lagi, yaitu pengetahuan
(pengalaman) itu sendiri, cara-caranya, dan syarat-syarat kebenaran atau
salahnya, dan dari sini keluarlah ilmu “logika” (mantiq) yang tidak ada
kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Ilmu ini juga dipopulerkan oleh
filosof muslim, Al-Farabi. Ia dianggap sebagai “hujjal al-mantiq” (ahli logika)
dan guru besar dalam ilmu filsafat dan ilmu metafisika. Kemudian kita
melihat kepada “akhlak” dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan,
keluarga dan masayarakat yang berbeda dengan sosiologi yang lebih
rnenekankan kepada pengertian tentang gejala kemasyarakatan dan
hubungan-hubungan, tanpa meneliti apa yang seharuanya terjadi. Terkait
dengan hal ini, seorang filosof muslim yang karena memiliki pandangan
tentang akhlak, yaitu Ibn Miskawaih.
b. Epistemologi Filsafat Islam
Epistomologi sering digandengkan dengan metode ilmiah, sedangkan
metode ilmiah adalah cara untuk mengetahui sebuah objek : ilmu sebagaimana
adanya. Metode ilmiah ini tentu harus disesuaikan dengan sifat dasar
objeknya. Karena objek-objek ilmu memiliki sifat dasar karakter dan status
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

161

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

ontologis yang berbeda, maka metode ilmiah, setidaknya dalam epistemologi
Islam, juga beragam sesuai dengan objek-objeknya. Tak heran kalau dalam
epistemologi Islam ditemukan berbagai metode
ilmiah, yakni metode
observasi atau eksperimen (tajrib) untuk objek-objek fisik, metode logis
(burhani) untuk objek-objek non-fisik dan metode intuitif (irfani) untuk juga
objek-objek non-fisik dengan cara yang lebih langsung.
Dengan ketiga macam metode ilmiah tersebut, ilmuan-ilmuan muslim
dan para filosofnya dapat mengadakan penelitian, baik dibidang ilmu-ilmu
alam (fisik), matematika, ataupun metafisika, ketiga hal tersebut merupakan
kelompok utama ilmuan dalam system klasifikasi ilmu islam.
Namun, harus dipahami bahwa metode-metode ilmiah tersebut tidak
mesti dipandang terlalu ketat dan eksklusif karena kerap terjadi gabungan
antara ketiga macam metode tersebut. Misalnya, metode demonstratif ternyata
bisa digunakan untuk penelitian empiris, atau dalam pernyataan lbn Rusyd
“metode demonstratif menemukan ekspresinya yang paling utama dalam
metode eksperimen”. Sementara al-Kindi metode matematikanyalah yang
lebih mewakili metode demonstratif sebagai metode Ilmiah utama mereka.
Namun, kadang ditemukan penggabungan antara metode eksperimen dan
matematika atau menggunakan keduanya dalam penelitian.
Namun apapun bentuk kombinasi metodologi ini yang jelas para
ilmuan dan filosof muslim mengakui tidak hanya satu metode ilmiah, seperti
yang diakui dalam sains modern yaitu metode observasi, tetapi seperti dilihat,
mengakui variasi metode yang memungkinkan mereka untuk melakukan
penelitian terhadap bermacam-macam objek ilmu, yaitu : fisika, matematika
dan metafisika.
c. Aksiologi Filsafat Islam
Secara garis besar kegunaan rnempeajari filsafat dapat dipahami dalam
dua bentuk, yaitu pertama, kegunaan teoritis; yaitu dapat membimbing
manusia untuk berpikir secara sistematis serta rasional dapat memperoleh
kesimpulan yang benar. Kedua, kegunaan praktis; bahwa orang berfilsafat
dapat dibuktikan dalam kehidupan kesehariannya seperti dalam penggunaan
pada pengetahuan tentang logika, etika, estetika dan lain-lain. Menurut alKind, filsafat adalah yang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan
manusia, mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu
keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara
memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan.
Jadi tujuan seorang filosof bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan
162

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin
dekat pada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.
Filosof-filosof Islam berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip agama,
dengan tujuan agama, karena kedua-duanya bertujuan untuk mewujudkan
kebahagiaan melalui kepercayaan yang benar dan perbuatan yang baik. Juga
mereka mengatakan bahwa pembahasan pokok agama dan filsafat adalah
satu juga, karena kedua-duanya membicarakan prinsip-prinsip yang paling
jauh bagi semua wujud ini.
Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dan akal, antara
aqidah dan hikmah, antara agama dan filsafat, dan berupaya menjelaskan
manusia bahwa (i) wahyu tidak bertentangan dengan akal; (ii) aqidah jika
diterangi dengan sinar falsafat akan menetap di dalam jiwa dan akan kokoh di
hadapan lawan; (iii) agama jika bersandar dengan filsafat akan menjadi filosof
sebagaimana filsafat menjadi religius.
Selain itu, kegunaan filsafat dapat dilihat sebagai sebuah pandangan
hidup. Maksudnya adalah filsafat sebagai usaha yang kukuh dari orang yang
biasa maupun orang cerdik pandai untuk membuat hidup mungkin dapat
dipahami dan mengandung makna. Hal ini ditegaskan oleh Leighton bahwa :
“Philosophy seeks a totality and harmony of reasoned insight into the
nature meaning all of the principle aspec of reality. A complete
philosophy includes a world view or doctrine of the values, meaning and
purpose of human life.
Artinya, filsafat mencari suatu realitas dan keserasian dari pengertian
yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna dan semua segi pokok dan
kenyataan. Suatu filsafat yang lengkap mencakup suatu pandangan hidup
atau konsepsi dasar mengenal seiuruh kosmos dan suatu pandangaii hidup
atau ajaran-ajaran tentang nilai-nilai, makna-rnakna dan tujuan-tujuan hidup
mnusia.
III. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Uraian diawali dengan memahami pengertian tentang pendidikan
Islam. Dalam perspektif pendidikan Islam, term-term yang digunakan
menunjuk kepada arti pendidikan adalah al-tarbiyah (pendidikan), al-ta’lim
(pengajaran), dan al-ta’dib. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arab
disebut tarbiyah wa ta’lim, pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

163

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

tarbiyah al-Islamiyah. Masing-masing term ini mempunyai makna yang
berbeda sesuai dengan teks dan konteksnya, walaupun dalam hal tertentu,
term-term tersebut memiliki kesamaan makna. Hal ini tercermin dalam ayat
sebagai berikut :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
(QS. Al-Isra; 17:24).
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian rnengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah; 2:31)
Kedua ayat tersebut mencerminkan adanya perbedaan makna tentang
al-tarbiyah dan al-ta’lim. Namun pada prinsipnya sama, yaitu menunjuk pada
pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah
proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai dalam diri setiap
individu melalui penumbuhan dan pengembangan potensi-potensi fitrahnya,
guru mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek.
Mempelajari flisafat pendidikan Islam berarti memasuki arena yang
mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuanIslam, melainkan
menuntut seseorang untuk ikut mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Sebagai hasil pemikiran yang bercorak Islam, filsafat pendidikan Islam pada
hakikatnya merupakan konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber
atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia
untuk dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi seorang muslim
yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Sedangkan filsafat
pendidikan islam ditinjau dari segi fungsinya merupakan pemikiran mendasar
yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan Islam.
Selain itu, filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi
tentang pandangan filosofis dan system dan aliran filsafat dalam Islam
terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya
terhadap Tuhan dan perkembangan muslim atau umat Islam. Filsafat
pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan
metode dan filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat
Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam. Dengan demikian dapat disimpulkan
164

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

bahwa filsafat Islam merupakan pandangan yang mendasar tentang
pendidikan yang bersumber dari ajaran Islam dan berorientasi berdasarkan
sumber ajaran tersebut dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam.
Sebagai usaha membina filsafat pendidikan yang berdasarkan nilai
Islam dibutuhkan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman seluas
pandangan Islam, baik sebagai agama maupun sebagai peradaban manusia.
Selain itu dibutuhkan pula sikap yang tidak memihak dan tidak dipersempit
oleh fanatisme agama yang dianutnya. Melainkan bersikap obyektif dalam
menganalisis dan menilai segala bentuk ilmu pengetahuan yang datang dari
luar ajaran Islam. Hal inii terkait dengan karakteristik falsafah yang harus
universal logis dalam berpikir tentang segala gejala kehidupan di alam raya
ini.
Falsafah Islam yang murni adalah apabila mengandung konsep yang
tidak terlepas dari sumber pandangan Islam secara menyeluruh dan
mendasar. Ruang lingkup falsafah pendidikan Islam bukanlah hal yang
bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan menyangkut segala hal yang
mendasari dan mewarnai segala corak pemikiran yang disebut falsafat itu.
Teknik operasional tersebut hanyalah merupakan bentuk kebijaksanaan atau
strategi, bila pendidikan agama dilaksanakan dalam suatu system pendidikan
nasional di negara tertentu. Kebijaksanaan bukanlah suatu falsafah melainkan
suatu hasil dari sebagian aspek pemikiran filosofis.
Penjelasan sebelumnya bahwa filsafat pendidikan Islam menipakan
mikiran yang mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh,
serta universal yang tertuang dalam suatu bentuk pemikiran suatu system.
Sedangkan system dipahami sebagai suatu kesatuan bulat yang terdiri dari
beberapa subsistem yang saling berkaitan satu sama lain sebagai suatu
kebulatan yang utuh. Sehingga, jika dihubungkan dengan Islam maka yang
dimaksudkan adalah falsafah tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
daya pikir, perasaan, dan kemauan yang bersumber dari ajaran Islam.
Filsafat pendidikan Islam adalah falsafah pendidikan yang tidak
dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan
dan pengalaman keislaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu
pengetahuan yang luas, seluas aspirasi masyarakat muslim. Sehingga
pandangan dasar yang dijadikan sebagai titik tolak studinya adalah ilmu
pengetahuan teoritis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang
berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan yang akan ada dalam
masyarakat yang terus berkembang.
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

165

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Realitas nilai yang terjadi pada masyarakat modern, dinamika
kehidupannya terus melaju sesuai dengan semakin meningkatnya pula
kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan pendidikan. Filsafat pendidikan Islam
bertugas mengikuti dinamika masyarakat yang bertendensi kearah peubahan
sosial yang menyeluruh. Keberadaannya harus mampu menyerap,
mengakomodasi, dan menginterpretasi segala tuntutan zaman dan
kecenderungan masyarakat. Dalam hal ini filsafat pendidikan Islam harus
selektif memilah antara gejala perkembangan yang bertentangan dengan
ajaran Islam dan kemajuan yang sesuai dengan ajaran Islam.
IV. Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Pendidikan Islam
Uraian sebelumnya telah menjelaskan bahwa keragaman problematika
yang muncul dalam kependidikan sangat rnembutuhkan solusi dalam
pemecahannya yang mampu menjawab setiap persoalan tersebut. Proses
pemecahan masalah ini tidak semata-mata hanya membutukkan metode
ilmiah. Akan tetapi terdapat beberapa diantara problematika kependidikan
tersebut yang memerlukan pendekatan filosofis dalam menjawab masalah
tersebut. Sehingga analisa filsafat dalam berbagai pendekatan tersebut akan
dapat melahirkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah
kependidikan dan akan membantu lahirnya teori-teori pendidikan.
Adapun hubungan fungsional antara fllsafat dan teori pendidikan
tersebut adalah sebagai berikut :
 Filsafat dalam arti analisa filsafat merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan masalah dan
menyusun teori-teori pendidikan. Aliran filsafat tertentu akan
mempengaruhi dan memberikan corak tertentu terhadap teori-teori
pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
 Filsafat berfungsi untuk mengarahkan agar teori-teori pendidikan yang
telah dikembangkan oleh para ahli yang berdasarkan aliran filsafat tertentu
memiliki relevansi dengan realitas kehidupan. Maksudnya, mengarahkan
agar teori dan pandangan flisafat pendidikan yang telah dikembangkan
tersebut dapat direalisasikan atau diimplementasikan dalam praktek
kependidikan suatu realitas dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat. Pada realitasnya bahwa setiap masyarakat hidup
dengan pandangan dalam filsafat hidupnya yang individual dan beragam.
Sehingga disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam
memilih dan mengarahkan teori atau bahkan merevisi teori pendidikan
166

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

tersebut, yang sesuai dengan kebutuhan, pandangan, dan tujuan hidup
masyarakat.
Selain hubungan fungsional tersebut, filsafat Islam dan filsafat
pendidikan Islam memiliki hubungan yang sangat erat sehingga membuat
keduanya harus seiring sejalan dalam usaha memajukan kehidupan manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah khalifah Allah di alam semesta
ini, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan
terhadap dirinya sendiri dan manusia memiliki potensi untuk melakukan hal
tersebut. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan kehidupan dan
menjadi tanggung jawab manusia sendiri. Untuk dapat mendidik, terlebih
dahulu manusia harus mengetahui dan memahami diri sendiri.
Manusia harus mengetahui hakikat manusia, hakikat hidup dan tujuan
hidupnya sendiri, mergetahui dan mengenal alarn lingkungannya. Manusia
hidup dalam masyarakat, dimana mereka harus menyesuaikan diri, manusia
hidup dengan hasil cipta rasa dan karsa. Manusia hidup bersama keyakinan
dan kepercayaan, pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dalam
proses hidup.
Hal-hal tersebut merupakan problema hidup dalam kehidupan manusia
yang sekaligus menjadi bagian dalam problema pendidikan. Menurut konsep
pendidikan Islam bahwa pada hakikathya manusia adalah khalifah Allah,
memiliki potensi untuk memahami, menyadari, dan kemudian merencanakan
pemecahan problema hidupnya. Dengan kata lain Islam menghendaki
manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab agar
tetap berada dalam kehidupan yang Islami.
Pertanyaan-pertanyaan tentang problema kehidupan manusia tersebut
menjadi tantangan untuk dijawab. Jawaban-jawaban dan pertanyaan hakiki
tersebut, akan menjadi dasar bagi pelaksanaan dan praktek pendidikan.
Ketepatan jawaban-jawaban tersebut akan mampu menciptakan dan
merumuskan tujuan pendidikan yang tepat pula. Ini merupakan letak
peranan filsafat pendidikan Islam. Fiisafat Islam telah memiliki dan
menghasiikan berbagai macam alternatif jawaban terhadap berbagai macam
pertanyaan-pertanyaan hakiki yang ditemukan manusia dalam kehidupannya.
Realitas lain yang dapat mengungkapkan keterkaitan antara filsafat
Islam dan filsafat pendidikan Islam adalah berbagai jenis keilmuan tidak dapat
memberi corak keislaman pada filsafat pendidikan jika tidak diolah dan
disusuri oleh pemikir-pemikir yang berjiwa Islam. Sehigga dalam melakukan
studi tentang filsafat pendidikan Islam seharusnya dapat memadukan antara
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

167

Munir

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

dua segi, yaitu segi ilmiah dapat dibenarkan dan segi diniyah dapat
dipertanggungjawabkan.
V. Penutup
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut di atas, dapat dipahami beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Filsafat sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani, namun sedikIt demi
sedikit menamba masuk kedunia Arab, pada waktu itu dunia Islam (Arab)
telah berkembang ilmu kalam yang subtansinya sama dengan ilmu filsafat.
Meskipun filsafat Islam berembrio dari filsafat Yunani, tidaklah dapat
dikatakan bahwa corak filsafat Islam sama dengan corak filsafat Yunani,
karena filsafat Islam cenderung menggiring flisafat Yunani kearah
ketauhidan. Corak filsafat Islam yang menggambarkan kepribadiannya
adalah aspek ontologis, epistirnologis, dan aksiologisnya. Secara khusus
tergambar pada tiga hal pertama, system pemikiran mereka yang teratur dan
berpangkal pada pemikiran-pemikiran Aristoteles; kedua, memperbaiki
kekurangan-kekurangan Aristoteles dan mengemukakan pikiran-pikiran
baru; ketiga, mempertemukan agama dan filsafat.
2. Filsafat pendidikan islam menipakan pandangan yang mendasar tentang
pendidikan yang bersumber dan ajaran Islam dan berorientasi berdasarkan
sumber ajaran tersebut dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Lebih
tegasnya, filsafat pendidikan Islam mempakan suatu pemikiran yang
mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, serta
universal yang tertuang dalarn suatu bentuk pemikiran sebagai suatu
system.
3. a. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalah pertama,
filsafat merupakan suatu pendekatan dalam memecahkan masalahmasalah
kependidikan dan menyusun teori baru tentang pendidikan. Kedua, teoriteori pendidikan yang telah dikembankan oleh para ahli yang berdasarkan
aliran filsafat tertentu memiliki relevansi dengan realitas kehidupan.
Sehingga teori tersebut dapat diimplementasikan dalam praktek
kependidikan sesuai realitas dan kebutuhan.
4. Manusia adalah khalifah Allah di alam semesta ini, manusia mendapat
kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya
sendiri dan manusia memiliki potensi untuk melakukan hal tersebut.
Dengan demikian pendidikan merupakan urusan kehidupan dan menjadi
tanggungjawabb manusia sendiri. Untuk dapat mendidik, terlebih dahulu
168

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Pemikiran Hadis-Hadis Radha’ah dalam Kitab Taysir ‘Allam, Subul al-Salam
dan 2002 Mutiara Hadis

Munir

manusia harus mengetahui dan memahami diri sendiri.
5. Berbagai jenis keilmuan tidak dapat memberi corak keislaman pada filsafat
pendidikan jika tidak diolah dan disusun oleh pemikir-pemikir yang
berjiwa Islam. Sehingga dalam melakukan studi tentang Filsafat Pendidikan
Islam seharusnya dapat memadukan antara dua segi, yaitu segi ilmiah
dapat dibenarkan dan segi diniyah dapat dipertanggungjawabkan.

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

169