Identifikasi Dan Analisa Risiko Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Hotel Saka Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proyek Konstruksi
Definisi kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah
ditetapkan dengan jelas (Iman Soeharto, 1999). Sementara kinerja proyek dapat
diartikan sebagai suatu usaha atau cara kerja proyek untuk melaksanakan kegiatan
proyeknya secara tepat dengan tolak ukur keberhasilan proyek yang dilihat dari
indikator utamanya yaitu keselamatan kerja, biaya, mutu dan waktu.
Dari pengertian diatas maka ciri pokok proyek adalah sebagai berikut :
a) Bertujuan menghasilkan produk akhir atau hasil kerja akhir.
b) Untuk mencapai tujuan diatas ditentukan jumlah biaya, sasaran jadwal
serta kriteria mutu dalam prosesnya.
c) Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas, dalam arti bersifat
sementara yang umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.
d) Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
2.2. Manajemen Proyek
Manajemen

proyek


adalah

merencanakan,

menyusun

organisasi,

memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan (Kerzner, 2001). Lebih jauh lagi manajemen
proyek merupakan kegiatan merencanakan, mengendalikan dan mengawasi
berbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu organisasi untuk melakukan

53
Universitas Sumatera Utara

kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai sasaran dan tujuan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Menurut Iman Soeharto terdapat tiga hal pokok dalam proses pengerjaan

suatu proyek, yaitu :
a) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses meletakkan dasar tujuan dan sasaran
termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya (Iman,
Soeharto 1999). Tujuan dari adanya perencanaan ini yaitu agar proyek
memenuhi persyaratan ketentuan waktu, biaya, kualitas dan keselamatan
tiap pekerja. Dalam membuat perencanaan proyek perlu dilakukan studi
kelayakan, rekayasa nilai, dan studi perencanaan area manajemen proyek
yang didalamnya memuat perencanaan biaya, waktu, kualitas, keselamatan
kerja, sumber daya dan risiko.
b) Penjadwalan
Penjadwalan adalah proses untuk menentukan aktivitas yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu
tertentu, yang mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai
tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992).
c) Pengendalian Proyek
R.J Mockler, 1972, dalam Iman Soeharto (1999) memberikan pengertian
tentang pengendalian. Menurutnya, pengendalian adalah usaha sistematis
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan

standar, menganalisis kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam

54
Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka
mencapai sasaran dan tujuan proyek.
2.3. Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi risiko adalah
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
tindakan atau kegiatan. Risiko bisa juga didefinisikan dengan berbagai sudut
pandang. Dari sudut pandang hasil atau keluaran, risiko adalah sebuah hasil atau
keluaran-keluaran yang tidak dapat diprediksikan dengan pasti, yang tidak disukai
karena akan menjadi kontra-produktif. Sedangkan dari sudut pandang proses,
risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga
terjadinya konsekuensi yang tidak diinginkan (Alijoyo, 2006).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan risiko adalah suatu kondisi atau
peristiwa tidak pasti yang jika terjadi mempunyai efek negatif terhadap sasaran
dan tujuan proyek. Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi,
akan ada konsekuensi. Jika yang terjadi adalah peristiwa yang tidak pasti, maka

dampaknya adalah pada biaya, waktu dan kualitas proyek.
Risiko mengacu pada kegiatan-kegiatan atau faktor yang apabila terjadi
akan mempengaruhi tujuan dari proyek baik dari segi waktu, biaya, dan performa
(Kerzner, 2001). Menurut Kerzner, 2001, risiko mempunyai dua komponen,
antara lain yaitu :
a) Probabilitas atau kemungkinan dalam suatu periode waktu dari suatu
risiko tersebut akan muncul (likelyhood).

55
Universitas Sumatera Utara

b) Impact (dampak, akibat), yaitu kerugian berdasarkan waktu, biaya, dan
tingkat kesulitan dalam memperbaiki kerusakan akibat dampak yang
terjadi.

Sumber: www.manajemenproyekindonesia.com

Gambar 2.1 Sumber Risiko
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang akan berdampak
negatif terhadap sasaran. Risiko diukur dengan melihat akibat yang mungkin

terjadi dan besarnya probabilitas terjadinya risiko tersebut (Australia/NZS, 43601999).
Secara ilmiah, risiko didefinisikan sebagai kombinasi fungsi dari frekuensi
kejadian, probabilitas, dan konsekuensi dari bahaya risiko yang terjadi. Frekuensi
kejadian dengan tingkat pengulangan yang tinggi akan memperbesar probabilitas
atau kemungkinan kejadiannya. Frekuensi kejadian boleh tidak dipakai seperti
perumusan diatas, karena itu risiko dapat dituliskan sebagai fungsi probabilitas
dan konsekuensi saja, dengan asumsi frekuensi telah termasuk kedalam
probabilitas.
2.4. Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu proses yang logis dan sistematis
dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi,
56
Universitas Sumatera Utara

dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi
atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan
memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi risiko sejak awal dan membantu membuat
keputusan untuk mengatasi risiko tersebut (Australia/NZS, 4360-1999).
Risiko dapat bermunculan dimana-mana, dapat muncul kapan saja, dan

sulit untuk dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu proyek, maka proyek
tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko
tersebut bisa mengakibatkan terbengkalainya proyek tersebut. Karena itu risiko
penting untuk dikelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko
sehingga proyek tersebut dapat bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko
(Hanafi,2006).
Menurut C. Duffield & B. Trigunarsyah, 1999, manajemen risiko adalah
suatu sistem pengelolaan risiko yang digunakan di dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang pada dasarnya merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan
yang dilakukan terus-menerus untuk mengendalikan kemungkinan timbulnya
risiko yang membawa konsekuensi merugikan bagi organisasi atau perusahaan
yang bersangkutan, termasuk di dalam suatu proyek. Manajemen risiko
merupakan suatu proses yang sistematis dan terorganisir mulai dari identifikasi
risiko, analisa risiko, pengurangan atau peniadaan risiko secara efektif untuk
mencapai sasaran/tujuan.
Secara objektif, manajemen risiko proyek adalah bagaimana meningkatkan
kemungkinan dan dampak dari kegiatan positif dan mengurangi kemungkinan dan

57
Universitas Sumatera Utara


dampak dari sesuatu yang merugikan. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan
melalui proses-proses tersebut dibawah ini, yaitu : (PMBOK, 2004)
1. Rencana manajemen risiko (risk management planning)
Merencanakan pengelolaan risiko, yaitu proses pendefinisian bagaimana
manajemen risiko akan diterapkan di proyek.
2. Identifikasi risiko (risk identification)
Mengidentifikasi risiko, yaitu proses penentuan risiko-risiko yang dapat
memengaruhi proyek serta pendokumentasian karakteristiknya.
3. Analisa risiko secara kualitatif (qualitative risk analysis)
Melakukan analisis risiko kualitatif, yaitu proses pembuatan prioritas
risiko untuk kepentingan analisis atau tindakan selanjutnya dengan menilai
dan mengombinasikan kemungkinan dan dampaknya.
4. Analisa risiko secara kuantitatif (quantitative risk analysis)
Melakukan analisis risiko kuantitatif, yaitu proses analisis secara numerik
terkait dampak dari risiko yang teridentifikasi menyangkut tujuan proyek
secara keseluruhan.
5. Rencana respon risiko (risk response planning)
Membuat rencana respons, yaitu proses menghasilkan pilihan tindakan
untuk memperbesar peluang dan mengurangi hambatan terkait pencapaian

tujuan proyek.
6. Pengawasan dan kontrol risiko (risk monitoring and control)
Mengawasi dan mengendalikan risiko, yaitu proses pelaksanaan rencana
respons, pelacakan risiko yang teridentifikasi, pengawasan risiko residual,

58
Universitas Sumatera Utara

pengidentifikasian risiko baru, dan pengevaluasian efektivitas respons
risiko selama berlangsungnya proyek.

Sumber: PMBOK 2004
Gambar 2.2 Proyek Manajemen Risiko
Mirip dengan PMBOK, menurut Grey and Larson (2000), komponen utama dari
proses manajemen risiko adalah:

Sumber: Grey and Larson
Gambar 2.3 Proses Manajemen Risko

59

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan manajemen risiko adalah sebagai berikut (C.
Duffield & B. Trigunarsyah, 1999):
1. Membatasi kemungkinan-kemungkinan dari ketidakpastian.
2. Membuat langkah-langkah yang lebih mengarah pada tindakan proaktif
dibandingkan reaktif dalam memandang kemungkinan ancaman dan
kerugian yang besar.
3. Membatasi kerugian dan ketidakpastian pada stake holder
4. Menjaga kesinambungan program operasi, sehingga tidak terganggu
dengan kejadian-kejadian yang belum terantisipasi sebelumnya.
5. Menjalankan program manajemen risiko secara efektif sehingga
mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan bukan menimbulkan
biaya baru.
Kegunaan manajemen risiko dalam tahap tender antara lain :
1. Mengidentifikasi risiko yang mungkin dapat terjadi dengan mengacu
kepada pengalaman-pengalaman sebelumnya.
2. Membuat rencana penanggulangan apabila risiko yang diidentifikasi
tersebut benar-benar terjadi.
3. Menghitung efek biaya yang perlu dimasukkan dalam harga tender.

4. Memberikan petunjuk (guidance) kepada tim proyek yang akan
melaksanakan

tugasnya

untuk

membuat

perencanaan

terhadap

penanggulangan risiko.
2.5. Identifikasi Risiko (Risk Identification )
Menurut Iman Soeharto, 1999, identifikasi risiko adalah suatu proses
pengkajian risiko dan ketidakpastian yang dilakukan secara sistematis dan terus

60
Universitas Sumatera Utara


menerus. Agar risiko dapat dikelola secara efektif maka langkah pertama adalah
mengidentifikasi jenis risiko, yaitu mana yang bersifat risiko usaha (business risk)
dari mana yang bersifat risiko murni, kemudian diidentifikasikan lagi berdasarkan
potensi sumber risiko atau dapat pula berdasarkan dampak terhadap sasaran
proyek. Sumber risiko dapat diartikan sebagai faktor yang dapat menimbulkan
kejadian yang bersifat positif atau negatif.
Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah mengenali, menemukan dan
mengidentifikasi resiko apa yang mungkin dihadapi. Resiko dapat diidentifikasi
melalui dampak kerugian yang ditimbulkannya. Berdasarkan dampak tersebut
dapat dinilai resiko apa saja yang berpotensi besar dalam menimbulkan kerugian.
Identifikasi resiko dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :


Persepsi terhadap suatu resiko, merupakan kemampuan untuk menyadari
bahwa ada suatu tingkat resiko atau exposure.



Identifikasi dari penyebab atau bahaya-bahaya yang ada dikaitkan dengan
kemungkinan akibatnya.

Secara garis besar tahapan identifikasi risiko adalah merinci risiko-risiko
yang ada sampai level yang detail dan kemudian menentukan signifikansinya
(potensinya) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap
masalah-masalah yang ada. Risiko-risiko yang telah dirinci ini kemudian
digolongkan dalam kategori-kategori. Proses identifikasi risiko melibatkan banyak
disiplin dalam setiap level manajemen proyek (Gray dan Larson, 2000).
Pada dasarnya identifikasi risiko diawali dengan menyusun daftar
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan di proyek yang mungkin menyebabkan

61
Universitas Sumatera Utara

kegagalan dalam mencapai sasaran proyek. Sumbernya adalah sebagai berikut
(Kerzner, 2001):

a. Sumber yang obyektif
Yaitu kejadian pada proyek-proyek sebelumnya yang tercatat dalam
rekord-rekord proyek. Dapat juga dilakukan melalui analisa terhadap
kontrak-kontrak yang telah dibuat (Djojosoedarso, 1999).

b. Sumber yang subyektif
Yaitu pengalaman para pakar terkait yang dapat diperoleh melalui
wawancara. Ketepatan identifikasi didukung oleh keterampilan pihak yang
melakukan

identifikasi

dalam

menentukannya

atau

memberikan

judgement. Cara ini dapat ditempuh melalui Panel Group atau pendataan
pengalaman pribadi.

Gray dan Larson (2000) menambahkan bahwa: "Penyusunan identifikasi
risiko dapat berasal dari "opini para pakar" (expert opinion) atau dari estimasi
berdasarkan "perasaan" (good feeling) para pakar berdasarkan pengalamannya.
Untuk membantu proses ini dan meyakinkan bahwa sudah seluruh aspek tercakup
dalam daftar tersebut maka dapat digunakan daftar isian, daftar pertanyaan /
kuesioner atau cheklist. Cara ini dapat ditempuh melalui (Cooper dan Chapman,
1993):
1. Panel group
Sejumlah praktisi dan spesialis dalam proyek dikumpulkan dalam suatu
diskusi panel untuk mengadakan brainstorming. Setiap panelis mendaftar

62
Universitas Sumatera Utara

seluruh risiko¬risiko yang secara teoritis dapat muncul. Setelah itu seluruh
anggota panel-group memutuskan bersama risiko-risiko yang termasuk
dalam risiko yang diidentifikasi.
2. Pengalaman individual
Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaftar seluruh risiko yang
relevan dalam lingkup keahlian mereka.
3. Inspeksi langsung
Inspeksi

langsung

di

tempat

terjadinya

aktivitas

perusahaan

(Djojosoedarso, 1999).
Untuk

keperluan

identifikasi

dan

mengelola

risiko

yang

dapat

menyebabkan sebuah pengembangan melampaui batas waktu dan biaya yang
sudah dialokasikan maka perlu diidentifikasikan tiga tipe risiko yang ada yaitu:
1. Risiko yang disebabkan karena kesulitan melakukan estimasi.
2. Risiko yang disebabkan karena asumsi yang dibuat selama proses
perencanaan.
3. Risiko yang disebabkan adanya even yang tidak terlihat (atau tidak
direncanakan).
Dan beberapa kategori faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai
berikut:
1. Application Factor
Sesuatu yang alami dari aplikasi baik aplikasi pengolahan data yang
sederhana, sebuah sistem kritis yang aman maupun sistem terdistribusi
yang besar dengan elemen real time terlihat menjadi sebuah faktor kritis.
Ukuran yang diharapkan dari aplikasi juga sesuatu yang penting – sistem

63
Universitas Sumatera Utara

yang lebih besar, lebih besar dari masalah error, komunikasi dan
manajemennya.
2. Staff Factor
Pengalaman dan kemampuan staf yang terlibat merupakan faktor utama –
seorang programer yang berpengalaman, diharapkan akan sedikit
melakukan kesalahan dibandingkan dengan programer yang sedikit
pengalamannya. Akan tetapi kita harus juga mempertimbangkan ketepatan
pengalaman tersebut- pengalaman membuat modul dengan Cobol bisa
mempunyai nilai kecil jika kita akan mengembangkan sistem kendali realtime yang komplek dengan mempergunakan C++.
Beberapa faktor seperti tingkat kepuasan staf dan tingkat pergantian dari
staf juga penting untuk keberhasilan, pengembangan staf yang tidak
termotivasi atau person utama keluar dapat menyebabkan kegagalan
pengembangan.
3. Project Factor
Merupakan hal yang penting bahwa pengembangan dan obyektifnya
terdefinisi dengan baik dan diketahui secara jelas oleh semua anggota tim
dan semua stakeholder utama. Jika hal ini tidak terlaksana dapat muncul
risiko yang berkaitan dengan keberhasilan pengembangan tersebut.
Dengan cara serupa, perencanaan kualitas yang formal dan telah disepakati
harus dipahami oleh semua partisipan. Jika perencanaan kualitas kurang
baik dan tidak tersosialisasi maka dapat mengakibatkan gangguan pada
pengembangan tersebut.

64
Universitas Sumatera Utara

4. Project Methods
Dengan mempergunakan spefikasi dan metode terstruktur yang baik pada
manajemen pengembangan dan pengembangan sistem akan mengurangi
risiko penyerahan sistem yang tidak memuaskan atau terlambat. Akan
tetapi

penggunaan

metode

tersebut

untuk

pertama

kali

dapat

hardware

baru

untuk

mengakibatkan problem dan delay.
5. Hardware/software Factor
Sebuah

pengembangan

yang

memerlukan

pengembangan mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
software yang dapat dibangun pada hardware yang sudah ada (dan
familiar). Sebuah sistem yang dikembangkan untuk satu jenis hardware
atau software platform tertentu jika dipergunakan pada hardware atau
software platform lainnya bisa menimbulkan risiko tambahan (dan tinggi)
pada saat instalasi.
6. Changeover Factor
Kebutuhan perubahan “all-in-one” kedalam suatu sistem baru mempunyai
risiko tertentu. Perubahan secara bertahap atau gradual akan meminimisasi
risiko akan tetapi cara tersebut tidak praktis. Menjalankan secara paralel
dapat memberikan solusi yang aman akan tetapi biasanya tidak mungkin
atau terlalu mahal.
7. Supplier Factor
Suatu pengembangan yang melibatkan organisasi eksternal yang tidak
dapat dikendalikan secara langsung dapat mempengaruhi keberhasilan
pengembangan. Misal tertundanya instalasi jalur telpon atau pengiriman

65
Universitas Sumatera Utara

peralatan yang sulit dihindari- dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan.
8. Environment Factor
Perubahan

pada

lingkungan

dapat

mempengaruhi

keberhasilan

pengembangan. Misal terjadi perubahan regulasi pajak, akan mempunyai
dampak yang cukup serius pada pengembangan aplikasi penggajian.
9. Health and Safety Factor
Ada satu isu utama yaitu faktor kesehatan dan keamanan dari partisipan
yang terlibat dalam pengembangan software walaupun tidak umum
(dibandingkan

dengan

pengembangan

teknik

sipil)

yang

dapat

mempengaruhi aktifitas pengembangan.
2.5.1. Jenis Risiko
Risiko beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran, risiko
kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Salah satu cara
untuk

mengelompokkan risiko

adalah dengan melihat tipe-tipe

risiko.

Berdasarkan pada karakterisitk dasar, risiko dibagi menjadi risiko murni dan
risiko spekulatif. (Alijoyo, 2006).
1. Risiko Murni
Risiko murni mengacu pada risiko yang dapat diamati dan diukur secara
fisik, tidak terbantahkan dan umumnya disebabkan oleh penyebab alami,
seperti gempa bumi, kebakaran, banjir, dan sejenisnya. Asuransi biasanya
lebih banyak berurusan dengan risiko murni.
2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif mengacu pada risiko yang tidak dapat diamati dan diukur

66
Universitas Sumatera Utara

seca fisik. Dimana risiko spekulatif ini kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan
dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh tipe risiko ini adalah usaha
bisnis. Dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, meskipun
ada potensi kerugian. Kerugian akibat risiko spekulatif akan merugikan
individu tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya.

Gambar 2.3 Kategorisasi Risiko (Hanafi, 2006)

Sumber : Hanafi, 2006
Gambar 2.4 Kategorisasi Risiko
Di samping kategorisasi murni dan spekulatif, (Hanafi, 2006) juga
membedakan risiko kedalam kategori dinamis dan statis.
a. Risiko Statis
Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai contoh,
risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi alam yang
tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari waktu ke waktu.
b. Risiko Dinamis
Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh,
perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis-jenis
risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka

67
Universitas Sumatera Utara

risiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih berani
mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan, akan semakin besar.
Lebih jauh lagi (Hanafi, 2006) juga menjelaskan risiko yang bersifat subyektif
dan obyektif, yaitu :
a. Risiko Obyektif
Risiko obyektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter yang
obyektif.
b. Risiko Subyektif
Risiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko. Dengan
kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi
rendahnya risiko tertentu.
2.5.2. Risiko-risiko dalam Project Management Body of Knowledge, PMBOK
(Project Management Institute , PMI)
Berikut ini adalah risiko-risiko yang diidentifikasi menurut PMBOK, yaitu :
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
a. Perubahan peraturan perundang-undangan & Campur tangan pemerintah.
b. Bahaya dari alam (acts of God)
c. Vandalisme (perusakan) dan Sabotase.
d. Efek samping yang tidak diharapkan
e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan
2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti
a. - Risiko pasar
- Perubahan-perubahan besar
b. Operasional

68
Universitas Sumatera Utara

c. Dampak lingkungan
d. Dampak sosial
e. - Perubahan nilai tukar mata uang
- Inflasi
- Perpajakan
f. Perubahan suku bunga pinjaman
g. Ketersediaan material mentah
3. Risiko internal non-teknis
a. Keterlambatan dari jadwal
b. Pemberhentian pekerjaan oleh tenaga kerja
c. Cost overruns
d. Rencana manfaat/benefit proyek
e. Kemacetan cash flow/arus kas
4. Risiko teknis
a. Perubahan teknologi
-Masalah sehubungan dengan kinerja operasional dan pemeliharaan
b. Teknologi proyek yang khusus
c. Perubahan dan penyesuaian
- Perubahan kondisi proyek secara gl.obal/makro
- Masalah sehubungan dengan desain
5. Risiko legal
a. Lisensi
b. Hak paten
c. Kegagalan kontrak

69
Universitas Sumatera Utara

d. Tuntutan hukum
e. Force Majeure
f. Kinerja subkontraktor.
Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar proyek dan sudah ada
sebelum proyek dicanangkan dan mempengaruhi jalannya kegiatan. Risiko
internal adalah risiko yang berada di dalam lingkup proyek dan berasal dari
keputusan yang diambil. Risiko internal merupakan ketidakpastian yang dapat
dikontrol oleh pengelola kegiatan.
2.5.3. Risiko-risiko dalam Proyek Menurut Soemarno
Risiko-risiko dalam pembangunan proyek adalah (Soemarno, 2007) :
1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable)
a. Kerusakan langsung pada peralatan dan pelengkapan
1) Kebakaran
2) Kecelakaan
3) Kerusakan/kehilangan material, peralatan, dan perlengkapan proyek
b. Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak ke tiga)
1) Penggantian peralatan
2) Pembuangan reruntuhan/sampah (debris removal)
c. Tanggung jawab hukum
1) Desain produk yang buruk
2) Kesalahan desain
3) Tanggung jawab terhadap produk kegiatan pengelolaan
4) Kegagalan performance kegiatan.
d. Sumber daya manusia, contohnya antara lain:

70
Universitas Sumatera Utara

1) Cedera badan pada tenaga kerja
2) Tidak berfungsinya tenaga kerja inti
3) Biaya penggantian tenaga kerja inti.
2. Risiko-risiko pada tahap konstruksi
a. Tenaga kerja yang tidak terampil
b. Ketersediaan material
c. Pemogokan
d. Cuaca
e. Perubalian lingkup pekerjaan
f. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan
g. Persyaratan peraturan perundangan
h. Tidak ada sistem kontrol di lokasi kegiatan
i. Kualitas pekerjaan yang buruk
j. Tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja
k. Perubahan konstruksi yang telah jadi
l. Masalah pada arus kas
m. Keterlambatan pengiriman material
Proyek merupakan salah satu bentuk usaha bisnis. Untuk itu di samping
mempelajari risiko-risiko dalam konteks proyek, perlu dikaji pula risiko-risiko
dalam konteks lainnya. Risiko pada berbagai bidang pembangunan dapat
dianalisis dengan pendekatan finansial sebagai berikut (Soemarno, 2007) :
a.

Risiko sumber daya manusia
1) Stress pada tenaga kerja
2) Kesehatan tenaga kerja yang buruk

71
Universitas Sumatera Utara

3) Ketidakpuasan pekerja yang menyebabkan pemogokan
4) Suksesi
5) Kepindahan pekerja inti/senior yang potensial
6) Bocornya rahasia perusahaan
7) Perselisihan pekerja
b.

Risiko kesehatan dan keselamatan kerja
1) Mesin-mesin berbahaya
2) Suara bising
3) Getaran
4) Bahaya akibat listrik
5) Bahan yang membahayakan kesehatan
6) Luka-luka fisik dan stress
7) Terpeleset, terjatuh, tersandung
8) Tertimpa barang akibat pengangkatan dan penangan barang yang buruk
9) Radiasi
10) Terbakar
11) Luka-luka akibat kendaraan
12) Mesin bertekanan tinggi

c.

Risiko kejahatan
1) Pencurian barang-barang
2) Pencurian data dan informasi
3) Intelijen bisnis
4) Perampokan
5) Perusakan dan penghancuran

72
Universitas Sumatera Utara

d.

Risiko kecurangan
1) Pemalsuan data
2) Menjual informasi
3) Pengesahan faktur-faktur palsu

e.

Risiko lingkungan
1) Polusi lingkungan (polusi udara, limbah cair, limbah padat,
bahan beracun, degradasi lahan, pencemaran tanah)
2) Munculnya biaya pencegahan akibat polusi (mis. penghijauan)

f.

Risiko kebakaran

g.

Risiko kerusakan komputer/ komunikasi

h.

Risiko pemasaran

i.

Risiko kualitas dan daya saing produk

2.5.4. Risiko-risiko dalam proyek menurut Iman Soeharto
Pengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risikonya adalah
(Iman Soeharto, 2001) :
a. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
1) Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal,
dan mutu
2) Ketepatan penentuan struktur organisasi
3) Ketelitian pemilihan personil
4) Kekaburan kebijakan dan prosedur
5) Koordinasi pelaksanaan
b. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
1) Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering

73
Universitas Sumatera Utara

2) Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal,
harga, dan kualitas)
3) Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
4) Tersedianya tenaga ahli dan penyelia
5) Tersedianya tenaga kerja lapangan
6) Variasi dalam produktivitas kerja
7) Kondisi lokasi dan site
8) Ditemukannya

teknologi

baru

(peralatan

dan

metode)

dalamproses konstruksi dan produksi.
c. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum
1) Pasal-pasal

yang

kurang

lengkap,

kurang

jelas,

dan

menimbulkan perbedaan interpretasi
2) Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim
3) Masalah jaminan, guarantee, dan warranty
4) Lisensi dan hak paten
5) Force majeure.
d. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik
1) Peraturan perpajakan dan pungutan
2) Perizinan
3) Pelestarian lingkungan
4) Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan)
5) Ketidakstabilan moneter/devaluasi
6) Aliran kas.

74
Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Risiko-risiko dalam Asuransi Contractor's All Risk (CAR)
Asuransi CAR berfungsi untuk memberikan perlindungan komprehensif
atas proyek konstruksi terhadap risiko kerusakan pada fisik dan material yang
diasuransikan serta kerugian yang menimpa pihak ke tiga. Dalam prakteknya
standar Asuransi CAR yang digunakan adalah Standar CAR Munich Re yang
berasal dari Jerman. Obyek dan subyek pertanggungan dalam Asuransi CAR
adalah:
1.

Obyek pertanggungan:
a.

Proyek teknik sipil (bangunan transportasi, bangunan air, bangunan
gedung)

b. Proyek dengan harga kontrak pekerjaan sipil lebih dari 50% dari
harga kontrak total
c.
2.

Peralatan dan mesin yang digunakan untuk pelaksanaan proyek.

Subyek pertanggungan:
a.

Kontraktor utama

b.

Subkontraktor

c.

Pemilik proyek (owner ).

Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan pokok Asuransi CAR
sebagaimana disebutkan dalam underwriting Asuransi CAR Munich Re Standart,
adalah sebagai berikut :
1.

Disambar petir

2.

Tsunami

3.

Angin ribut

4.

Tanah longsor

75
Universitas Sumatera Utara

5.

Keruntuhan struktur (collapse),

6.

Kecelakaan kerja terhadap fisik proyek,

7.

Akibat dari defective material (workmanship),

8.

Kebakaran,

9.

Ledakan,

10. Kejatuhan pesawat terbang,
11. Pencurian dan perampokan.
Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan tambahan adalah:
1.

Gempa bumi

2.

Banjir

3.

Letusan gunung berapi

4.

Erosi dan longsor

5.

Penurunan muka air tanah

6.

Penurunan, penyusutan, pengembangan tanah

7.

Pemogokan dan kerusuhan

8.

Cross liability (kerugian yang menimpa sub-sektor lainnya)

9.

Risiko selama masa pemeliharaan

10. Risiko pada saat pengetesan komponen mekanikal dan elektrikal
11. Risiko bagian kontrak kerja yang telah diserahterimakan
12. Vibrasi, bergerak, atau melemahnya daya dukung tanah
13. Transportasi properti yang dipertanggungkan
14. Risiko terhadap propperti yang menjadi milik tertanggung atau berada
di bawah tanggungannya
15. Kerusakan tanaman, hutan, benda seni, dan budaya

76
Universitas Sumatera Utara

16. Kerugian pihak ketiga (cacat/meininggal dan kerugian materi) akibat
kecelakaan kerja
17. Biaya tambahan untuk kerja lembur dan pengangkutan cepat (express
freight)

18. Kerusakan pada sistem dewatering
19. Serial losses akibat defective material atau workmanship
20. Kegagalan pengecoran pada daerah batuan dan/atau tanah lunak
21. Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah yang sudah ada
22. Kerusakan peralatan/mesin konstruksi dan elektrikal
23. Keretakan dan kebocoran
24. Kerugian terhadap kesalahan desain item pada pekerjaan lain yang
tidak mengalami kesalahan desain
2.6. Analisa Risiko (Risk Analysis)
Setelah melakukan identifikasi maka langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis dan penilaian risiko dengan tujuan mengetahui ukuran atau
bobot dalam hubungannya dengan jenis risiko, dampak yang ditimbulkannya, dan
kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Analisis dan penilaian di atas berguna
bagi hal-hal berikut : (Soeharto, 2001)
a) Mendorong penggalian informasi lebih lanjut.
b) Meningkatkan pengertian terhadap risiko yang timbul.
c) Mengidentifikasi alternatif untuk menghadapinya atau menanggapinya.
2.6.1. Pengukuran Potensi Risiko
Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena
memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatif yang

77
Universitas Sumatera Utara

besar dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu,
estimasi biaya, atau teknologi desain (Soemarno, 2007).
Menurut Williams (1993), ada dua buah kriteria penting untuk mengukur
risiko, yaitu :
1. Kemungkinan (Probability), adalah kemungkinan dari suatu kejadian yang
tidak diinginkan.
2. Dampak (Impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak pada aktivitas
lain, jika peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Untuk mengukur risiko digunakan rumus :
R=PxI
Dimana:
R = Tingkat risiko
P = Kemungkinan (Probability) risiko yang terjadi
I = Tingkat dampak (Impact) risiko yang terjadi
Proses pengukuran risiko dilakukan dengan cara memperkirakan
kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak dari risiko. Skala yang
digunakan dalam mengukur potensi risiko terhadap kemungkinan dan dampak
risiko adalah skala likert dengan menggunakan rentang angka 1 sampai dengan 5.
Pengukuran kemungkinan (probability) risiko :
1 = Sangat jarang
2 = Jarang
3 = Cukup
4 = Sering
5 = Sangat sering

78
Universitas Sumatera Utara

Pengukuran dampak (impact) risiko
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Sedang
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi
Setelah mengetahui skala peniliaian probability dan impact dari suatu
risiko, Probability and Impact Matrix digunakan untuk mengukur tingkat risiko.
Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probability dan skor impact yang
didapat dari responden (PMBOK Guide, 2004) kemudian hasil perkalian tersebut
dapat diplotkan pada Probability and Impact Matrix untuk mengetahui tingkat
risiko dan strategi mengahadapi risiko tersebut.

Sumber : PMBOK 2004
Gambar 2.5 Matriks Probabilitas dan Dampak

79
Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, karena dalam penelitian ini data yang dibutuhkan yaitu nilai
P (Probability) dan I (Impact) dari setiap variabel risiko didapatkan melalui
kuesioner dengan lebih dari satu responden, maka perlu dilakukan penggabungan
terhadap hasil jawaban responden tersebut dengan metode Severity Index.
2.6.2. Metode Severity Index (SI)
Metode Severity Index adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mendapatkan data nilai P (Probability) dan I (Impact) yang mewakili dari seluruh
responden dalam menghitung tingkat risiko. Keunggulan konsep severity index
adalah dapat mempermudah pengklasifikasian (Al-Hammad, 1996). Severity
Index (SI) dihitung dengan rumus berikut :

Dimana,
ai = Konstanta penilaian
xi = Frekuensi responden
i = 0, 1, 2, 3, 4,..., n
Dengan,

x0, x1, x2, x3, x4 adalah respon frekuensi responden
a0 = 0; a1 = 1 ; a2 = 2 ; a3 = 3 ; a4 = 4
Maka,
x0

= Frekuensi responden ‘sangat jarang/sangat kecil’ dari survey, maka a0 = 0

x1

= Frekuensi responden ‘jarang/kecil’ dari survey, maka a1 = 1

x2

= Frekuensi responden ‘cukup/sedang’ dari survey, maka a2 = 2

x3

= Frekuensi responden ‘sering/besar’ dari survey, maka a3 = 3

x4

= Frekuensi responden ‘sangat sering/sangat besar’ dari survey, maka a4 = 4

80
Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya nilai SI ini dikoversikan terhadap skala penilaian Probabilitas
dan Dampak sebagai berikut : (Majid and McCaffer, 1997)
Sangat Jarang/Rendah (SJ/SR) = 0,00 < SI < 12,5
Jarang/Rendah (J/R)

= 12,5 < SI < 37,5

Cukup/Sedang (C/S)

= 37,5 < SI < 62,5

Sering/Tinggi (S/T)

= 62,5 < SI < 87,5

Sangat Sering/Tinggi (SS/ST) = 87,5 < SI < 100

2.7. Respon Risiko (Risk Respons)
Perencanaan respon risiko yaitu proses mengembangkan pilihan dan
menentukan tindakan untuk meningkatkan kesempatan dan mengurangi ancaman
terhadap tujuan proyek.
Tersedia beberapa macam strategi dalam menentukan respon risiko.
Berikut ini adalah beberapa strategi untuk menghadapi risiko-risiko negatif atau
ancaman : (PMBOK,2004)
1. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
Penghindaran risiko melibatkan perubahan rencana manajemen untuk
menghilangkan ancaman oleh risiko merugikan, mengisolasi tujuan
proyek dari dampak risiko, atau mengendurkan tujuan yang dalam bahaya.
2. Memindahkan Risiko (Risk Transfer )
Pemindahan risiko mensyaratkan penggantian penerima dampak negatif
dari pemilik ke pihak ketiga. Strategi ini dilakukan apabila perusahaan
dianggap akan sangat kesulitan dalam mengantisipasi risiko yang mungkin
terjadi baik dampak maupun kemungkinannya. Strategi ini dilakukan
dengan cara kontraktual pada klausa kontraknya dan jaminan atau bank

81
Universitas Sumatera Utara

garansi serta dengan asuransi.
3. Mengurangi Risiko (Risk Reducing)
Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan
risiko masih lebih rendah dari risiko itu sendiri. Tindakan mitigasi lebih
diarahkan untuk mengurangi dampak risiko. Caranya dengan pendekatan
alternatif seperti mengusulkan perubahan lingkup pekerjaan, perubahan
metode, mutu, atau schedulenya. Pada strategi ini, diyakini perusahaan
mampu mengendalikan dengan suatu perencanaan yang matang.
4. Menerima Risiko (Risk Retaining)
Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan
lebih besar dari pada risiko itu sendiri dan perusahaan dianggap mampu
untuk menangani. Penanganan dengan allowance (kebijakan perusahaan /
cabang / divisi / proyek) dengan risk contigency yang layak.
5. Membagi Risiko (Risk Sharing).
Strategi ini dilakukan apabila biaya penanganan risiko dan dampak risiko
hampir sama besarnya. Pembagian risiko yang mendistribusikan risiko
yang ada ke pihak yang dianggap lebih mampu akan membuat biaya
penanganan risiko akan lebih kecil sehingga lebih layak untuk diterima.
6. Mengabaikan Risiko (Risk Ignoring).
Tindakan strategi ini apabila risiko diketahui dimana dampak dan
frekuensi risiko kecil atau sangat kecil dimana organisasi dan prosedur
yang ada diyakini akan dapat mengeliminir risiko ini.

82
Universitas Sumatera Utara