AnalisaKalsium (Ca) Dalam Daun Kelapa Sawitdengan Metode Destruksi Basah(H2SO4 + H2O2) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

colonel belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang
dibawah dari Mauritius dan Amesterdam dan ditanamkan di Kebun Raya Bogor
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakn dan dibudidayakan secara komersial pada
tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien
Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.
Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat di perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai timur
Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.
(Tim penulis PS, 2007)
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada daratan rendah di daerah tropis

yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,50 lintang utara
sampai 23,50 lintang selatan. Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman
kelapa sawit sebagai berikut :
1. Curah hujan≥ 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan
periode bulan kering ( < 100/mmbulan) tidak lebih dari 3 bulan.
2. Temperatur siang hari rata-rata 29 – 330C dan malam hari 22 -240C.

Universitas Sumatera Utara

17

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut 12 tahun

40 – 48 pelepah
(Lumbangaol,P.2010)

2.2.1. Morfologi Daun Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara


18

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut:
1. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan
tulang anak daun (madrib)
2. Rachis yang mempunyai tempat anak daun melekat.
3. Tangakai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang
4. Seludang daun(sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup
dan member kekuatan pada batang
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan
merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang
berkembang, seludung berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara
sempurna. Namun, karena daun berkembang terus – menerus, sedangkan seludung
sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut seludung menjadi robek dan tercerai
membentuk baris duri (spine) sepanjang tepi-tepi petiole yang merupakan
pangkalan dari serabut (Pahan.I.,2006).
2.2.2. Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan
pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan. Pengambilan contoh daun
dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu luasan areal tertentu yang

digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya, dalam luasan satu
blok yang memiliki keseragaman tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi
areal dapat digunakan sebagai 1 unit KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai
tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon contoh tidak boleh
diubah sepanjang masa hingga tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi. Untuk
areal seluas 1 ha, pohon contoh yang diambil sebnyak 4%, untuk areal seluas 5 ha

Universitas Sumatera Utara

19

sebanyak 3%, untuk areal seluas 10 ha sebanyak 2%, dan untuk areal seluas 25 –
100 ha sebanyak 1%.
Untuk areal yang menggunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil
dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke-3 dari pinggir parit baik dari sisi jalan
utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris
tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul
hingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok. Lalu daro pohon
terakhir tersebut dibelokkan ke arah utara dengan interval yang sama. Sementara
itu, untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan

dengan metode tersebar atau acak. Adapun persyaratan pohon contoh adalah
sebagai berikut.
1. Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohon bekas
sisipan. Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh
tidak memenuhi syarat maka pohon contoh dapat digeser ke pohon di
dekatnya yang dianggap sehat. Interval selanjutnya dapat dimulai dari
pohon tersebut.
2. Hindari

pohon yang tumbuh di puncak bukit, sebagai gantinya

gunakanlah pohon lain yang seragam dan dapat mewakili kondisi areal.
Hindari juga memilih tanaman pinggir.
3. Pohon contoh harus berada diantara pohon yang masih hidup.
4. Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal kurang dari 5 ha,
boleh terdapat pebedaan, tetapi hanya 1 – 2 tahun saja.
5. Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/grup relatif sama.

Universitas Sumatera Utara


20

6. Jika pohon contoh sakit atau mati, dapat digantikan sesuai dengan
ketentuan di atas.
7. Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batangnya
secara melingkar. Khusus pohon pertama diberikan tanda bulat berwarna
biru tua dan ditulisi angka (nomor urut KCD dan pohon contoh dalam
KCD tersebut) berwarna putih.
Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu dua bulan setelah
pemupukan terakhir (biasanya bulan oktober). Pengambilan harus saat cuaca
cerah, antara pukul 07.00 – 12.00. Jika saat pengambilan turun hujan maka dapat
ditunda hingga daun kembali kering atau keesokan harinya. (Fauzi,Y.2012)
2.2.3. Cara Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
1. Pemotongan pelepah daun
2. Pengambilan helai daun pada titik ujung permukaan datar dari permukaan atas
pelepah. Helai daun yang diambil adalah 3 (tiga) helai pada bagian sebelah
kiri (helai daun 1 – 6)
3. Pemotongan helai anak daun menjadi tiga bagian dan sebagai contoh daun
yang dikirim ke laboratorium diambil bagian tengah
4. Pembersihan bagian helai daun dari debu, jamur, dan lain-lain dengan

menggunakan kapas yang dibasahi dengan aquades
5. Pemisahan lidi dengan daun, selanjutnya bagian helai daun saja yang
digunakan
6. Helai – helai daun dari satu Kesatuan Contoh Daun (KCD) dijadikan satu
contoh. Kemudian contoh daun tersebut dimasukkan dalam amplop berlubang

Universitas Sumatera Utara

21

7. Pemberian label pada setiap amplop yang berisi contoh daun. Label berisi
informasi yang meliputi: Nama kebun, Afdeling, No. KCD, Tahun Tanam,
No. Blok, Luas KCD, Tanggal Pengambilan, dan Petugas
8. Contoh daun yang telah selesai dipersiapkan (dalam amplop berlubang)
disarankan dikeringkan pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada
suhu 800C selama 12 jam. Hal tersebut untuk menghindari timbulnya jamur
akibat kondisi contoh daun yang lembab
9. Contoh daun yang telah kering dikirim ke laboratorium dan tetap dalam
amplop berlubang.
(Warta PPKS, 2007)

2.2.4. Analisis Daun Kelapa Sawit
Kandungan hara (di dalam jaringan) tanaman memberikan informasi tentang
status hara tanaman yang dapat dipercaya pada saat dilakukan pengambilan
sampel. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk
yang harus ditambahkan di masa yang akan datang (umumnya dalam periode 1
tahun). Umumnya, interpretasi yang dibuat berdasarkan pada kandungan hara di
dalam daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis (nilai
kritis) atau dengan metode yang dosis pupuk hanya berdasarkan pada data analisis
daun saja. Tindakan pemupukan memerlukan strategi yang terpadu antara pihak
rekomendator, pengusaha perkebunan, dan pemerintah (yang menentukan harga
pupuk) sebagaimana dipaparkan pada diagnosis berdasarkan hasil percobaan
pemupukan.

Universitas Sumatera Utara

22

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari jaringan yang
terbaik untuk menilai status hara tanaman. Kebanyakan tanaman, pengambilan
sampel daun biasanya dilakukan pada fase perkembangan daun yang telah

sempurna dan pada kelapa sawit fase ini terjadi pada daun ke-9 ke atas. Dua
kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pengambilan sampel daun
adalah kepekaan dan ketepatan.
Menurut Chapman dan Gray (1949), daun ke-17 merupakan daun yang
paling peka karena menunjukkan perbedaan yang paling besar dalam tingkat hara
N,P, dan K diantara 2 percobaan yang mereka lakukan. Selain itu, status hara pada
daun ke-17 mempunyai kolerasi terhadap produksi tanaman yang lebih baik bila
dibandingkan dengan daun-daun lain yang lebih muda. Daun ke-17 telah
digunakan untuk analisis daun dalam waktu yang cukup lama sehingga cukup
banyak pengalaman dan data yang telah terkumpul. Penggunaan daun ke-17
menjadi baku, terutama karena penggunaan daun lain sebagai sampel analisis
daun hanya menunjukkan sedikit kemajuan. (Fauzi,Y.2012)
2.3.

Unsur Hara Pada Tanaman
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.

Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tikad
terdapat suatu hara tanaman,maka kegiatan metoblisme akan terganggu atau
berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau

ketiadaan suatu hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tetrtentu yang
spesifik yang biasa disebut gejalah kekahatan. Gejalah ini akan hilang apabila
hara tanaman ditambahkan kedalam tanah atau diberikan lewat daun.

Universitas Sumatera Utara

23

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibagi menjadi
dua golongan, yakni : unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro
diperlukan tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan
unsur hara mikro. Kadar N misalnya, dalam jaringan tanaman lebih dari seribu
kali kadar Zn. Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis tanaman
umumnya memiliki urutan berdasarkan kadar-nya, yakni : C, H, O, N, P, S, K, Ca,
Mg, Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B. (Rosmarkam,A.2002)
2.4.

Unsur Hara Kalsium
Kalsium adalah sebuah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomor atom


20. Mempunyai massa atom 40.078 amu. Kalsium merupakan salah satu logam
alkali tanah, dan merupakan elemen yang paling melimpah di kerak bumi.
Kalsium adalah unsur kelima tidak pernah ditemukan bebas di alam karena mudah
membentuk senyawa dengan bereaksi dengan oksigen dan air. Kalsium logam
pertama kali diisolasi oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1808 melalui
elektrolisis dari campuran kapur (CaO) dan oksida merkuri (HgO). Kali ini,
kalsium logam diperoleh dengan menggusur atom kalsium dalam kapur dengan
atom aluminium dalam wadah panas, tekanan rendah. Sekitar 4,2% dari kerak
bumi terdiri dari kalsium. Karena reaktivitas tinggi dengan bahan umum, ada
sedikit permintaan untuk logam kalsium. Hal ini digunakan dalam beberapa
proses kimia untuk memperbaiki thorium, uranium dan zirkonium. Kalsium juga
digunakan untuk menghilangkan oksigen, sulfur dan karbon dari paduan tertentu.
Kalsium dapat paduan dengan aluminium, berilium, tembaga, timah dan
magnesium. Kalsium juga digunakan dalam tabung vakum sebagai pengambil,

Universitas Sumatera Utara

24

bahan yang menggabungkan dengan dan menghapus jejak gas dari tabung vakum.

(https://www.amazine.com/kegunaan-unsur-kalsium-dan-sejarah-kalsium.html)

2.4.1. Peranan Kalsium Pada Tanaman
Unsur Kalsium diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan
Ca2+ terbatas pada ujung akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel
endodermis belum mengalami suberisasi. Kalsium memasuki pembuluh xilem
melalui jalur apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas, diperlukan
pertumbuhan akar terus menerus agar pengambilan Kalsium mencukupi
kebutuhan. Pengangkutan melalui xilem, Kalsium terbawa oleh aliran air
transpirasi. mobilitas lewat floem terbatas. Kation Ca2+ dipasok oleh intersepsi
akar dan aliran masa, Ca2+ di kebanyakan tanah bersifat sangat mobil , kadar
dalam larutan tanah 30-300 ppm, kecukupan untuk tanaman secara umum > 15
ppm, Kalsium akan mengumpul di sekitar akar, pada tanah yang memiliki kadar
Kalsium yang tinggi. Kalsium di transformasikan dalam tanah melalui pertukaran
kation Adsorsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik.
(https://nasih.wordpress.com/2010/11/01/kalsium)
Beberapa bentuk kalsium yang biasa dipakai untuk pertanian adalah kalsium
karbonat (CaCO3), kalsium hidroksida (Ca(OH)2, kalsium oksida (CaO) dolomit
(CaMg(CO3)2, dan kalsium silikat (Ca-SiO3).
Peranan kalsium bagi pertumbuhan tanaman sebagai berikut:
1. Membentuk

dinding

sel

yang

sangat

dibutuhkan

dalam

proses

pembentukan sel baru.
2. Mendorong pembentukan buah dan biji yang sempurna.

Universitas Sumatera Utara

25

3. Dapat menetralkan asam-asam orgnaik yang dihasilkan pada metabolism.
4. Merangsang terbentuknya bulu-bulu akar.
(http://ktsaraswati.blogspot.co.id/2015/11/4-fungsi-kalsium-bagi-pertumbuhantanaman.html)
2.4.2. Gejala Difesiensi Unsur Hara Kalsium Pada Tanaman Kelapa Sawit
Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala
yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat
menurunkan produktivitas tanaman, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala
defisiensi unsur hara Kalsium (Ca) pada tanaman kelapa sawit yaitu :
1. Tepi daun banyak timbul gejala klorosis dan menjalar ke tulang daun
2. Kuncup daun yang masih muda sering mengalami kematian
3. Pada kondisi yang berat, jaringan daun akan kering dan mati
4. Pembentukan perakaran kurang sempurna
(Fauzi,Y.2012)
2.5.

Spektrofotometri Serapan Atom
Peristiwa serapan atom pertama kali di amati oleh Fraunhofer, ketika

menelaah

garis-garis

hitam

pada

spektrum

matahari

sedangkan

yang

memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia
bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelum ahli kimia banyak bergantung pada
cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini
yang sulit dan memakan waktu kemudian segera digantikan dengan spektroskop
serapann atom atau atom absorption spectroscop (AAS). Metode ini sangat tepat

Universitas Sumatera Utara

26

untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Tekhnik ini mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkn metode spektroskopi emisi konvensional. Pada metode
konvensional, emisi tergantung pada temperatur sumber. Selain ini eksitasi termal
tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies dalam
suatu campuran dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan
nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat-tingkat energi eksitasi yang rendah
dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi
terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar, karena metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantungan
pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik. Logam-logam yang
membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu
diperlakukan sumber energi yang besar. (Khopkar,2008)
2.5.1. Prinsip Dasar Analisa Spektrofotometri Serapan Atom
Metode spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absorbsi
cahaya atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebgai contoh, natrium menyerap pada
589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang
gelombang 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup
energi untuk mengubah tingkat eletronik suatu atom yang mana transisi eletronik
suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan
memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan
energinya ke tingkat eksitasi. Misalkan, suatu untur Na mempunyai konfigurasi
elektron 1s2, 2s2,2p6, dan 3s1. Tingkat dasar untuk eletron valensi 3s1 ini dapat
mengalami eksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV atau ke tingkatan 4p

Universitas Sumatera Utara

27

dengan energi 3,6 eV yang masing-masing bersesuaian dengan panjang
gelombang 589,3 nm dan 330,2 nm. Kita dapat memilih diantara panjang
gelombang ini yang dapat menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan
intensitas yang maksimal. Garis inilah yang dikenal dengan garis-garis resonansi.
Garis-garis lain yang bukan garis resonasi dapat berupa spektrum yang berasosiasi
dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar atupun garis tidak
berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
(Khopkar,2008)
2.5.2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom
Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada gambar 2.1.
berikut ini:

Gambar 2.1.
Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom
(Sumber: Watson,1999)

1. Sumber Sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode
lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda

Universitas Sumatera Utara

28

dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam
atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia
(neon atau argon) dengan tekanan rendah (10 – 15 torr). Bila antara anoda dan
katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan
memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana
kecepatan dan energinya sangat tinggi.
2. Tempat Sampel
Alat yang digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu
dengan nyala (flame). Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa
padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk
atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang
digunakan, misalkan untuk asetilen – udara : 22000C, dan gas asetilen – dinitrogen
oksida (N2O) sebesar 30000C. Sumber nyala yang paling banyak digunakan
adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai
pengoksidasi. (Gandjar, 2008)
3. Monokromator
Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan
memencilkan dari garis-garis lain dan kemungkinan dari pancaran pita molekul.
Kisi difraksi pada umumnya lebih sering dilakukan oleh prisma dan akibatnya
instrument kisi dapat memilahara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka
panjang gelombang yang lebih lebar (Vogel,1994)
4. Detektor

Universitas Sumatera Utara

29

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada dua cara yang
dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: yang memberikan respon terhadap
radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, serta yang hanya memberikan respon
terhadap radiasi resonansi.
5. Readout
Readout merupakan sutau alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem
pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah dikalibrasi
untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa
angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi
atau intensitas emisi. (Gandjar, 2008)
2.5.3. Pengukuran Kuantitatif
Pengukuran secara kuantitatif dapat dibuat dengan menggunakan kurva kalibrasi
sebelumnya atau dengan metode dari penambahan standar. Dalam kasus yang
berbeda, kondisi pengoperasian harus dioptimalkan terlebih dahulu dengan
menganggap rentang konsentrasi sampel yang diduga dan kelinieran tanggapan.
Ini termasuk pemilihan garis resonansi yang semestinya (biasanya dibuat tabel
referensi), pengaturan lampu yang sesuai, temperatur nyala dan laju penguapan
sampel, penempatan pembakar dan lebar celah monokromator. Larutan standar
yang terbaik disiapkan dengan pencairan yang semestinya dari 1000 ppm larutan
yang tersedia dan harus disesuaikan sedekat mungkin dengan komposisi kasar
untuk sampel-sampel ini. Presisi yang relatif dari sebuah pengukuran serapan
atom adalah baik, dalam banyak kasus 0,5 – 2 % dapat dicapai tanpa kesulitan

Universitas Sumatera Utara

30

dimana digunakan nyala atomisasi. Presisi untuk metode tanpa nyala walau
bagaimanapun sering jauh lebih buruk sebagai hasil beberapa gangguan yang
akan dibahas dibawah. Kurva kalibrasi selalu menunjukkan lengkungan menuju
sumbu konsentrasi ketika melewati sumbu satu. Ini tidak linier disebabkan tidak
terserapnya radiasi yang mencapai detektor atau ketika setengah lebar daru garis
emisi dari lampu yang semestinya atau melampaui garis absorbansi. Radiasi yang
terserap dapat dijangkau detektor banyaknya sumber, termasuk garis emisi dari
unsur katoda mendekati garis resonansi yang terpilih atau gas pengisi, sebaran
radiasi dalam monokromator dan radiasi yang melewati nyala atau penguapan
sampel. (Fifield, 1987)
2.5.4. Gangguan-Gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Yang dimaksud dengan gangguan-gangguan (interference) pasa SSA adalah
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang di
analisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sample. Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA
adalah sebagai berikut:
1.

Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
banyak sampel yang mencapai nyala. Sifat-sifat tertentu matriks sample dapat
berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/gas pengoksidasi. Sifat-sifat
tersebut adalah : viskositas, tegangan permukaan, berat jenis, dan tekanan
uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis
sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari
konsentrasi yang seharusnya terdapat dalam sampel.

Universitas Sumatera Utara

31

2.

Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang
terjadi di dalam nyala. Terbentuk atom-atom netral yang masih dalam
keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu :
a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna
b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala

3.

Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang
dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di
dalam nyala. Gangguan di dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
a. Penggunaan nyala/suhu atomisasi yang lebih tinggi
b. Penambahan senyawa penyangga
c. Pengekstrasian unsur yang akan analisis
d. Pengekstrasian ion atau gugus pengganggu

4.

Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption). Gangguan
ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal
dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomik dapat
disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikal-partikal padat yang
berasal dari dalam nyala. Cara mengatsinya adalah dengan bekerja pada
panjang gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi.
(Gandjar, 2008)

Universitas Sumatera Utara