Perbandingan Metode Destruksi Kering Dan Destruksi Basah Terhadap Kadar Ion Kalsium Pada Daun Tanaman Bayam Merah Dan Daun Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus Tricolor) Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

(1)

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI KERING DAN DESTRUKSI BASAHTERHADAP KADAR ION KALSIUMPADA DAUN

TANAMAN BAYAM MERAH DAN DAUN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

NATHALIN OKTAFRIDA SITUMORANG 080822035

PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI KERING DAN DESTRUKSI BASAHTERHADAP KADAR ION KALSIUMPADA DAUN

TANAMAN BAYAM MERAH DAN DAUN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NATHALIN OKTAFRIDA SITUMORANG 080822035

PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI KERING DAN DESTRUKSI BASAH TERHADAP KADAR ION KALSIUM PADA DAUN TANAMAN BAYAM MERAH DAN DAUN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

Kategori : SKRIPSI

Nama : NATHALIN OKTAFRIDA SITUMORANG Nomor Induk Mahasiswa : 080822035

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, April 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof. Dr. Pina Barus, MS Drs. Ahmad Darwin, M.sc NIP. 194506041980031001 NIP. 195211161980031001

Diketahui Oleh,

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI KERING DAN DESTRUKSI BASAHTERHADAP KADAR ION KALSIUMPADA DAUN

TANAMAN BAYAM MERAH DAN DAUN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2012

NATHALIN OKTAFRIDA SITUMORANG 080822035


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. Ahmad Darwin, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Pina Barus, MS selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan bapak Drs. Albert Pasaribu, MSc selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah membantu mensahkan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf dosen FMIPA-USU yang telah banyak memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada penulis. Akhirnya ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda T. Situmorang, BA dan Ibunda tercinta R. Nainggolan, kakanda dan adinda serta seluruh keluarga yang penulis hormati dan sayangi, yang telah memberikan dorongan moril maupun material kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.


(6)

ABSTRAK

Penentuan kadar ion Ca2+ dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijau dengan pengabuan metode destruksi kering dan destruksi basah. Kemudian hasil Destruksi dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak. Pada destruksi kering sampel diabukan dalam tanur listrik pada suhu konstan 500oC selama5 jam. Setelah didinginkan kemudian dilarutkan dengan HNO3(p), sedangkan pada destruksi basah

dilakukan dengan penambahan HNO3(p), H2SO4(p), dan H2O2 30%. Dengan destruksi

kering diperoleh kadar ion kalsium dalam daun tanaman bayam merah pada pekan I = 139,868 ± 1,176 mg/100g; pekan II = 114,95 ± 2,264 mg/100g; pekan III = 132,874 ± 1,156 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 77,344 ±0,984mg/100g; pekan II = 67,232 ± 0,76mg/100g; pekan III = 74,332 ± 2,964mg/100g. Sedangkan dengan destruksi basah pada daun tanaman bayam merah diperoleh kadar ion kalsium pada pekan I = 104,220 ± 0,948 mg/100g; pekan II= 97,554 ± 0,666 mg/100g; pekan III = 93,346 ± 0,2106 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 68,928 ± 2,274mg/100g; pekan II= 64,524 ± 1,256 mg/100g; pekan III= 68,822 ± 1,186 mg/100g. Dari penelitian ini terlihat bahwa kadar ion Ca2+ yang ditentukan dengan metode destruksi kering lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan metode destruksi basah.


(7)

THE COMPARATION DRY AND WET ASHING METHOD ON THE CALCIUM ION CONTENTS OF THE RED SPINACHSLEAVES

AND GREENSPINACHS LEAVESBYATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

The research on analyzing the concentration of Calcium (Ca) from red spinachs and green spinachs have been done with dry and wet ashing technique. The destruction result then analized using Atomic Absorption Spectrophotometer at the wavelength 422,7 nm. The samples have gotten with simple random sampling. In dry ashing technique sample was burnt in the electrict furnace with constanttemperature on 500oC at 5 hours. After being cool, it be solved with HNO3(p). In wet ashing technique

samples besolved with HNO3(p), H2SO4(p) and H2O2 30%. From the dry ashing

techniques calcium ion contens in red spinachs at pekan I is 139,868 ± 1,176mg/100g; pekan II is 114,95 ± 2,264mg/100g; pekan III is 132,874 ± 1,156mg/100g and in green spinachs at pekan I is 77,384 ±1,176mg/100g; pekan II is 63,932±12,228mg/100g ; pekan III is 74,504 ±2,786mg/100g . In wet ashing technique calcium ion contents in red spinachs at pekan I is 104,220 ± 0,948mg/100g; pekan II is 97,554 ±0,666mg/100g; pekan III is 93,346 ± 0,2106mg/100gin green spinachs at pekan I is 68,928 ± 2,274mg/100g; pekan II is 64,524 ±1,256mg/100g; pekan III is 68,822 ± 1,186mg/100g. From thisresearch it can be seen that Calcium ion content which was determined by drying ashing technique, the result higher than if compared with wet ashing technique.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT

viDAFTARISI vii

DAFTARTABEL ix

DAFTARGAMBAR x

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Pembatasan Masalah 3

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5.Manfaat Penelitian 3

1.6.Metodologi Penelitian 4

1.7.Lokasi Penelitian 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Mengenal Bayam 5

2.1.1. Sejarah Tanaman Bayam (Amaranthaceae) 5

2.1.2. Morfologi Tanaman Bayam 5

2.2. Klassifikasi Tanaman Bayam 6

2.3. Manfaat Tanaman Bayam 7

2.4. Mengolah Sayur Bayam Yang Benar 7

2.5. Kandungan Gizi Bayam 8

2.6. Unsur Kalsium 9

2.6.1. Fungsi Kalsium Bagi Tubuh 10

2.6.2. Penyakit Akibat Kekurangan Kalsium 10

2.7. Metode Destruksi 12

2.7.1. Destruksi Basah 12

2.7.2. Destruksi Kering 13

2.8. Spektroskopi Serapan Atom 13

2.8.1. Kegunaan Spektrofotometri Serapan Atom 15

2.8.2. Penyimpangan Hukum Lambert – Beer 16

2.8.3. Gangguan Pada SSA Dan Mengatasinya 16

BAB 3 : BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1. Alat 18

3.2. Bahan 18


(9)

3.3.1. Pembuatan Larutan Blanko 19

3.3.2. Pembuatan Larutan Standar Ion Kalsium 1000 ppm 19

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Ion Kalsium 100 ppm 19

3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Ion Kalsium 2,4,6 dan 8 ppm 19

3.3.5. Pembuatan kurva Standar 20

3.4. Perlakuan Terhadap Sampel 20

3.4.1. Preparasi sampel 20

3.4.2. Analisis sampel dengan Metode Destruksi Kering 20

3.4.3. Penentuan kadar ion Kalsium metode destruksi kering secara SSA

213.4.4. Analisis sampel dengan metode Destruksi Basah 21

3.4.5. Penentuan kadar ion Kalsium metode destruksi Basah secara SSA 21

3.5. Bagan Penelitian 22

3.5.1. Penentuan Blanko 22

3.5.2. Preparasisampel 22

3.5.3. Analisis Sampel dengan metode Destruksi Kering 23

3.5.4. Analisis kadar ion kalsium dengan SSA 23

3.5.5. Analisis Sampel dengan metode Destruksi Basah 24

3.5.6. Analisis kadar ion kalsium dengan SSA 25

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1. Hasil Penelitian 26

4.1.1. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kalsium 26

4.1.2. Pengolahan Data 27

4.1.2.1. Penurunan Garis Regresi 27

4.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi 28

4.2. Penentuan Kadar Ion Kalsium Untuk Sampel Destruksi Kering 28 4.2.1. Perhitungan Kadar Ion Kalsium pada daun bayam merah metode

Destruksi Kering 30

4.2.2. Perhitungan Kadar Ion Kalsium pada daun bayam hijau metode

Destruksi Kering 31

4.3. Penentuan Kadar Ion Kalsium Untuk Sampel Destruksi Basah 31 4.3.1. Perhitungan Kadar Ion Kalsium pada daun bayam merah metode

Destruksi Basah 33

4.3.2. Perhitungan Kadar Ion Kalsium pada daun bayam hijau metode

Destruksi Basah 34

4.3. Pembahasan 35

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN 37

5.1. Kesimpulan 37

5.2. Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi gizi yang terkandung pada tanaman daun bayam 8

Tabel 4.1 Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar ion Kalsium dengan

Spektrofotometer serapan atom pada λ = 422,7 nm 26

Tabel 4.2 Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Ion Kalsium 27 Tabel 4.3Data Hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar Ion Ca2+

dalam tanaman bayammerah metode destruksi keringsecara SSA 30 Tabel 4.4Data Hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar Ion Ca2+

dalam tanaman bayamhijau metode destruksi keringsecara SSA 31 Tabel 4.5Data Hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar Ion Ca2+

dalam tanaman bayammerah metode destruksi basahsecara SSA 33 Tabel 4.6Data Hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar Ion Ca 2+

dalam tanaman bayamhijau metode destruksi basahsecara SSA 34


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Kurva standar konsentrasi vs absorbansi dari Larutan seri standar

larutanion kalsium 26

Gambar 4.2 Kurva perbandingan konsentrasi ion kalsium antara metode destruksi

Kering dengan destruksi basah 41

Gambar 4.3 Bayam Merah 42


(12)

ABSTRAK

Penentuan kadar ion Ca2+ dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijau dengan pengabuan metode destruksi kering dan destruksi basah. Kemudian hasil Destruksi dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak. Pada destruksi kering sampel diabukan dalam tanur listrik pada suhu konstan 500oC selama5 jam. Setelah didinginkan kemudian dilarutkan dengan HNO3(p), sedangkan pada destruksi basah

dilakukan dengan penambahan HNO3(p), H2SO4(p), dan H2O2 30%. Dengan destruksi

kering diperoleh kadar ion kalsium dalam daun tanaman bayam merah pada pekan I = 139,868 ± 1,176 mg/100g; pekan II = 114,95 ± 2,264 mg/100g; pekan III = 132,874 ± 1,156 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 77,344 ±0,984mg/100g; pekan II = 67,232 ± 0,76mg/100g; pekan III = 74,332 ± 2,964mg/100g. Sedangkan dengan destruksi basah pada daun tanaman bayam merah diperoleh kadar ion kalsium pada pekan I = 104,220 ± 0,948 mg/100g; pekan II= 97,554 ± 0,666 mg/100g; pekan III = 93,346 ± 0,2106 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 68,928 ± 2,274mg/100g; pekan II= 64,524 ± 1,256 mg/100g; pekan III= 68,822 ± 1,186 mg/100g. Dari penelitian ini terlihat bahwa kadar ion Ca2+ yang ditentukan dengan metode destruksi kering lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan metode destruksi basah.


(13)

THE COMPARATION DRY AND WET ASHING METHOD ON THE CALCIUM ION CONTENTS OF THE RED SPINACHSLEAVES

AND GREENSPINACHS LEAVESBYATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

The research on analyzing the concentration of Calcium (Ca) from red spinachs and green spinachs have been done with dry and wet ashing technique. The destruction result then analized using Atomic Absorption Spectrophotometer at the wavelength 422,7 nm. The samples have gotten with simple random sampling. In dry ashing technique sample was burnt in the electrict furnace with constanttemperature on 500oC at 5 hours. After being cool, it be solved with HNO3(p). In wet ashing technique

samples besolved with HNO3(p), H2SO4(p) and H2O2 30%. From the dry ashing

techniques calcium ion contens in red spinachs at pekan I is 139,868 ± 1,176mg/100g; pekan II is 114,95 ± 2,264mg/100g; pekan III is 132,874 ± 1,156mg/100g and in green spinachs at pekan I is 77,384 ±1,176mg/100g; pekan II is 63,932±12,228mg/100g ; pekan III is 74,504 ±2,786mg/100g . In wet ashing technique calcium ion contents in red spinachs at pekan I is 104,220 ± 0,948mg/100g; pekan II is 97,554 ±0,666mg/100g; pekan III is 93,346 ± 0,2106mg/100gin green spinachs at pekan I is 68,928 ± 2,274mg/100g; pekan II is 64,524 ±1,256mg/100g; pekan III is 68,822 ± 1,186mg/100g. From thisresearch it can be seen that Calcium ion content which was determined by drying ashing technique, the result higher than if compared with wet ashing technique.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman bayam(Amaranthus spp) merupakan

dikonsumsi dengan kandungan kalsium tinggi. Keterikatan kalsium dalam tanaman bayam terdapat sebagai kalsium oksalat itu dalam daun bayam juga terdapat protein, mineral, zat besi, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Yusni bandini, et.al, 2001).

Cara penentuan kadar ion kalsium sebagai salah satu makromolekul yang penting bagi tubuh manusia telah banyak dilakukan. Salah satu metode penelitian untuk analisa kuantitatif ion kalsiumadalah spektrofotometri serapan atom (SSA).Kalsium adalah logam berwarna putih, yang sedikit lunak dengan titik lebur pada suhu 845o C (G. Svehla, 1985).

Spektrofotometer serapan atom sangat cocok digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah trace dan ultratrace. Dimana cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu cuplikan dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam cuplikan tersebut. Selain itu analisis dengan SSA juga mempunyai kepekaan yang tinggi, disamping pelaksanaannya yang sederhana gangguannya juga sedikit.

Preparasi suatu sampel sangatmenentukan keberhasilan analisis dalam spektrofotometri serapan atom. Preparasi sampel dilakukan melaluipengabuan, yaitu destruksi kering atau destruksi basah. Pengabuan dengan destruksi kering dilakukan pada suhu tinggi. Suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda, bergantung pada komponen yang ada dalam bahan tersebut (Anderson, Richard, 1987). Menurut Abdul Rohman dan Stewart, E Allen penentuan kadar logam kalsium dengan destruksi kering dilakukan pada suhu 500-550oC. Keuntungan preparasi sampel dengan metode destruksi kering adalah teknik pengerjaannya yang sederhana dan persentase kesalahan kontaminasi akibat penambahan reagen lebih sedikit. Sedangkan


(15)

kekurangan dari metode destruksi kering ini adalah dapat mengakibatkan hilangnya unsur-unsur tertentu karena terjadi kontaminasiantara cuplikan dengan dinding wadah yang terkadang bersifat sebagai penyerap.

Preparasi sampel dengan metode destruksi basah dilakukan pada suhu rendah dan dengan penambahan campuran asam kuat untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain dalam sampel. Metode destruksi basah lebih sering dilakukan untuk analisis sampel yang mudah menguap. Keuntungandenganmetode analisisini adalah waktu dan proses pengerjaannya lebih cepat, kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Hanya saja dengan metode destruksi basah ini kemungkinan kesalahan lebih besar akibat penggunaan reagen yang lebih banyak dan dalam pengerjaannya membutuhkan perhatian yang ekstra dari analis karenadalam pelaksanaannya reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar, maka selama pemanasan harus lebih berhati-hati (Abdul Rohman, 2007).

Hasil penelitian Caroline Candra Ayu (2002) bahwa kisaran kadar ion kalsium pada tanaman bayam berada antara 39,64 mg/100g – 108,06 mg/100g.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis ingin mengetahui perbandingan kadar ion kalsium pada daun tanaman bayam merah dan daun tanaman bayam hijaudengan metode destruksi kering dan destruksi basahsecara spektrofotometer serapan atom (SSA).

1.2Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakahkadar ion kalsium pada daun tanaman bayam merah dan tanaman bayam hijau(Amaranthus tricolor) dengan perlakuan destruksi kering dan destruksi basah.


(16)

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini pembatasan masalah adalah :

1. Sampel yang digunakan adalah daun tanaman bayam merah segar dan tanaman bayam hijau segar (Amaranthus tricolor).

2. Pengambilan sampel tanaman bayam merah dan bayam hijau dilakukan secara acak dalam 3 (tiga) kali pengambilan pada saat pekan hari sabtu di pasar pagi Tanjung Rejo, Medan.

3. Metode destruksi yang digunakan adalah destruksi kering dan destruksi basah, sedangkan kadar ion kalsium diukur dengan menggunakan spektrofotometerserapan atom (SSA), dimana :

a) Destruksi kering

Sampel diabukan menggunakan tanur listrik,dengan suhu pemanasan5000C selama 5 jam suhu konstan. Selanjutnya ke dalam sampel abu ditambahkan larutan HNO3(p) dan HCl 10%.

b) Destruksi basah

Sampel dioksidasi dengan menggunakan larutan asam HNO3(p), H2SO4(p) serta

H2O2 30 %.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar ion kalsium dari daun tanaman bayam merah dan daun tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor)dengan perbedaan metodedestruksi kering dan destruksi basah.


(17)

1. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa penentuan kadar ion kalsiumsecara SSA dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijau dengan metodedestruksi kering lebih tinggi hasilnya dibanding dengan destruksi basah.

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang kandungan kadar ion kalsium dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijau (Amaranthus Tricolor).

1.6Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium.

2. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dan dalam 3(tiga) kali

pengambilan pada saat pekan di hari sabtu.

3. Lokasi pengambilan sampel tanaman bayam adalah di pasar pagi Tanjung Rejo Medan, dimana metode pengambilannya secara acak dari satu gulungan besar yaitu dari bagian atas, tengah dan bawah.

4. Sampel diabukan dengan destruksi kering dan destruksi basah.

5. Penentuan kadar ion kalsium dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).

1.7Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara Medan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Tanaman Bayam

2.1.1 Sejarah Tanaman Bayam (Amaranthaceae)

Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah diperoleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan.Harganyapun dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.Tumbuhan bayam ini awalnya berasal dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar keseluruh dunia.Hampir semua orang mengenal dan menyukai kelezatannya.Rasanya enak, lunak dan dapat memberikan rasa dingin dalam perut dan dapat memperlancar pencernaan.Umumnya tanaman bayam dikonsumsi bagian daun dan batangnya.Ada juga yang memanfaatkan biji atau akarnya sebagai tepung, obat, bahan kecantikan, dan lain-lain.Ciri dari jenis bayam yang enak untuk dimakan ialah daunnya besar, bulat, dan empuk.Sedangkan bayam yang berdaun besar, tipis diolah campur tepung untuk rempeyek (Yusni B, Nurudin Azis, 2001).

2.1.2 Morfologi Tanaman Bayam

Klassifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

class : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales


(19)

Upfamily : Amaranthoideae

Genus : Amaranthus L

).

Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri. Daunnya biasa tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut, muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan mengilap. Tanaman bayam sangat toleran terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditaman di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas permukaan laut. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara 1000-2000 mm, dan kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang air/becek (Yusni B, Nurudin Azis, 2001).

2.2 Klassifikasi Tanaman Bayam

Bayam merupakan salah satu sayuran dengankandungan kalsium yang tinggi. Keberadaan kalsium dalam daun tanaman bayam adalah sebagai kalsium oksalat.

).

Di Indonesia hanya dikenal 2 (dua) jenis tanaman bayam budidaya, yaitu

Amaranthus tricolor dan Amaranthus hybridus. Bayam cabut atau bayam sekul/bayam putih (Amaranthus tricolor L.) memiliki batang berwarna kemerahan atau hijau keputihan dan memiliki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya hijaukeputihan disebut bayam hijau. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (Amaranthus hybridus L.) memiliki daun lebar. Varietas bayam diluar dari jenis tersebut merupakan bayam liar.Bayam cabut lebih banyak dikenal oleh masyarakat dibandingkan dengan bayam petik. Bayam petik banyak dijumpai di daerah Jawa tengah dan Jawa timur, seperti Banyumas dan Yogyakarta. Sedangkan bayam cabut banyak dijumpai di


(20)

daerah Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan Jakarta

2.3 Manfaat Tanaman Bayam

Mengkonsumsi bayam dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat yang besar. Ditinjau dari kandungan gizinya, bayam merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama bagi anak-anak dan para ibu yang sedang hamil. Di dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sayur bayam memiliki khasiat untuk mencegah hilangnya penglihatan akibat usia yang menua (macular degeneration), katarak, penyakit kanker, tekanan darah tinggi dan bayi lahir cacat. Juga sebagai sumber folate, dapat membantu mencegah penyakit jantung dan bayi lahir cacat. Tanaman bayam juga merupakan tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional berkhasiat yang dengan dapat diramu sendiri. Dibeberapa negara berkembang tanaman bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizimaupun dalam

pelayanan kesehatan masyarakat

2.4 Mengolah Sayur Bayam Yang Benar

1. Dihindari memanasi sayur bayam, karena bayam mengandung zat besi

Fe2+(ferro). Jika zat besi ini terlalu lama bereaksi dengan udara (O2), akan

teroksidasi menjadi Fe3+(ferri). Karena yang bermanfaat bagi tubuh adalah Fe2+ sedangkan Fe3+ bersifat racun bagi tubuh.

2. Dihindari mengkonsumsi sayur bayam yang telah dimasak lebih dari 5 jam. Karena bayam juga mengandung nirat (NO3), zat ini akan berubah menjadi

nitrit (NO2) yang berifat racun bagi tubuh jika teroksidasi dengan udara.

Semakin lama teroksidasi dengan udara maka akan semakin banyak nitrit yang terbentuk.


(21)

3. Dihindari mengolah sayur bayam menggunakan panci aluminium. Karena unsur bahan aluminium dapat bereaksi dengan zat besi yang ada dalam bayam dan bersifat racun.

4. Dihindari menyimpan bayam terlalu lama di lemari es. Sebaiknya dipilih bayam yang baru dipetik dan langsung dimasak. Karena bayam segar yang baru dicabut telah mengandung nitrit kira-kira 5 mg/kg. Bila bayam disimpan dalam lemari es selama 1 hari saja, diperkirakan senyawa nitrit akan

meningkat 21 mg/kg (7 %)).

2.5 Kandungan Gizi bayam

Didalam daun tanaman bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada tabel 2.1 diuraikan mengenai komposisi gizi yang terkandung tiap 100gpada daun tanaman bayam, yaitu :

No. Zat gizi Bayam hijau Bayam merah

1. Kalori (kal.) 36 51

2. Karbohidrat 6.5 10.0

3. Lemak (g) 0.5 0.5

4. Protein (g) 3.5 4.6

5. Kalsium (mg) 267 368

6. Fosfor (mg) 67 111

7. Besi (mg) 3.9 2.2

8. Vitamin A (SI) 6090 5800

9. Vitamin B1 (mg) 0.08 0.08

10. Vitamin C (mg) 80 80

11. Air (g) 86.9 82


(22)

2.6Unsur Kalsium

Kalsium adalah golongan logam alkali tanah,urutannomor 5 yang paling banyak terdapat dikerak bumi.Kalsium merupakan logam berwarna putih yang bersifat sedikit lunak. Kalsium memiliki titik leburpada suhu 845oC. Kalsium bereaksi dengan oksigen pada kelembaban udara tinggi; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan/atau kalsium hidroksida

Sifat umum logam alkali tanah adalah :

1. berwujud padat Konfigurasi elektronnya menunjukan bahwa logam alkali tanah mempunyai elektron valensi ns2. Selain jari-jari atomnya yang lebih kecil dibandingkan logam alkali, kedua elektron valensinya yang telah berpasangan mengakibatkan energi ionisasi logam alkali tanah lebih tinggi daripada alkali. 2. Meskipun energi ionisasinya tinggi, tetapi karena energi hidrasi dari ion M2+ dari

alkali tanah lebih besar daripada energi hidrasi ion M+ dari alkali, mengakibatkan logam alkali tetap mudah melepaskan kedua elektron valensinya, sehingga lebih stabil sebagai ion M2+.

3. Jari-jari atomnya yang lebih kecil dan muatan intinya yang lebih besar

mengakibatkan logam alkali tanah membentuk kristal dengan susunan yang lebih rapat, sehingga mempunyai sifat yang lebih keras daripada logam alkali dan massa jenisnya lebih tinggi.

4. Berilium mempunyai energi ionisasi yang sangat tinggi dan keelektronegatifan yang cukup besar, kedua hal ini menyebabkan berilium dalam berikatan cenderung membentuk ikatan kovalen.

5. Potensial elektrode standar logam alkali tanah menunjukkan harga yang rendah (negatif). Hal ini menunjukkan bahwa logam alkali tanah merupakan reduktor yang cukup kuat, bahkan kalsium, stronsium, dan barium mempunyai daya reduksi yang lebih kuat daripada natrium.


(23)

6. Titik didih dan titik leleh logam alkali tanah lebih tinggi daripada suhu ruangan. Oleh karena itu, unsur-unsur logam alkali tanah pada suhu ruangan.(G, Svehla, 1985).

Reaksi - reaksi logam alkali tanah secara umum adalah :

2M(s) + O2(g) 2MO(s); reaksi untuk logam Be dan Mg perlupemanasan

M(s) + O2(g) MO2 (s); Ba berlangsung dengan mudah, Sr dengan tekanan

tinggi; untuk Be, Mg, dan Ca, tidak terjadi.

M(s) + X2(g) MX2 (s), dimana X= F, Cl, Br, dan I

M(s) + S(s) MS (s)

M(s) + 2H2O (l) M(OH)2 (aq) + H2 (g);untuk logam Be tidak berlangsung, Mg

perlupemanasan.

3M(s) + N2 (g) M3N2 (s); reaksi berlangsung pada suhu tinggi, Be tidak dapat

berlangsung.

M(s) + 2H+(aq) M2+(aq) + H2 (g); reaksi cepat berlangsung.

M(s) + H2 (g) MH2 (s); reaksi berlangsung dengan pemanasan, Be dan Mg

tidak dapat berlangsung.

Keterangan : M = Logam alkali tanah

).

Kira-kira 99 % kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi. 1 % kalsium terdapat pada darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan sulit membeku, transmisi saraf terganggu dan sebagainya. Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini tubuh mengambilnya dari makanan yang dimakan atau dari tulang.

Apabila makanan yang dimakan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang. Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka


(24)

tulang akan mengalami pengeroposan. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan 200 jenis penyakit. Untuk ukuran Indonesia, terlebih karena harga susu yang mahal kebutuhan akan 1000 milligram kalsium sangat sulit untuk dipenuhi. Maka dari itu tidak aneh apabila sebagian besar masyarakat Indonesia kekurangan kalsium.

Kekurangan kalsium jelas menjadi masalah bagi tubuh terutama tulang. Pertumbuhan tulang menurut beberapa peneliti hanya bisa terjadi sampai diusia 20 tahun. Padahal remaja seumuran itu justru berhenti mengkonsumsi susu. Di Indonesia, kebiasaan minum susu hanya terjadi pada masa bayi dan balita saja. Setelah itu, mayoritas masyarakat Indonesia tidak peduli akan pentingnya konsumsi susu sebagai

sumberkalsium

).

2.6.1 Fungsi Kalsium Bagi Tubuh

Kepadatan tulang dan komposisi ion Ca2+ bervariasi menurut umur; meningkat selama setengah masa hidup pertama dan menurun secara perlahan pada umur selanjutnya dan seterusnya. Sisa ion Ca2+ tubuh ada dalam intra dan ekstrasekuler dimana memegang peranan yang sangat vital dalam mengatur fungsi sel dan impuls saraf. Kalsium juga merupakan komponen integral dalam mekanisme pembekuan darah. Konsentrasi ion Ca2+ dalam plasma, terutama ion Ca2+ bebas dengan sangat hati-hati dijaga/dipertahankan sedemikian rupa, seperti ketersediaan ion Ca2+ yang dibutuhkan dalam transmisi impuls saraf dan kontraksi urat daging; mengatur beberapa fungsi yang diawali oleh beberapa hormon. Aliran ion Ca2+ menyeberangi mitokondria dan membran plasma merupakan pelengkap/integral dari fungsi syaraf dan urat daging dan mekanisme berbeda untuk mengubah kadar ion Ca2+ intrasekuler dalam sel yang berbeda (Maria C. Linder, 1992).


(25)

Beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat kekurangan kalsium diantaranya adalah :

1. Nyeri pada otot tulang

Kekurangan kalsium menyebabkan pergerakan yang tidak normal pada seluruh otot licin dan otot jantung, sehingga tubuh kehilangan kelincahan, pengendalian keseimbangan, gerakan dan kemampuan koordinasi.Gerakan tubuh ditentukan oleh stimulasi otot tulang, sementara ransangan otot tulang timbul karena peran kalsium yang sangat penting. Jika asupan kalsium dalam tubuh tidak memadai, maka akan terjadi nyeri pada otot tulang.

2. Keropos tulang/osteoporosis

Kalsium dalam tubuh berperan sebagai elemen yang memberi kekerasan pada tulang.Oleh karena itu, kalsium mampu membentuk kerangka yang mampu menanggung berat badan. Jika dalam tulang tidak terdapat endapan kalsium yang cukup, maka akan terjadi kekacauan dalam metabolisme sel tulang, hingga volum tulang berkurang.

3. Kekebalan tubuh berkurang

Kekurangan kalsium mampu memicu terjadinya penurunan kekebalan tubuh.Karena dengan kekurangan imunitas tubuh terhadap serangan penyakit, maka dengan sangat mudah terjangkit berbagai penyakit yang seharusnya bisa ditangkal oleh sistem kekebalan tubuh.

4. Daya ingat berkurang

Ion kalsium berperan penting dalam proses pengeluaran dan pengiriman sinyal saraf. Rangsangan pada syaraf otak besar berhubungan erat dengan transmisi ion kalsium di dalam dan di luar neuron.Ketika organisme kekurangan kalsium, dendosignal saraf juga mengalami hambatan mekanisme rangsangan dalam tubuh manusia juga mengalami kerundakan.Gejala pada anak-anak mudah kaget, menangis di malam hari, resah, sulit tidur dan super aktif.

5. Gangguan dalam jantung

Jantung mengemban tugas untuk mempertahankan nyawa.Meski hanya sebesar kepalan tangan, jantung mampu menghantarkan darah setiap saat kesetiap sel dalam tubuh.Kemampuan ini berasal dari kontraksi otot jantung


(26)

secaraterus-penggunaan energinya tidak lepas dari pengaruh kalsium

).

2.7 Metode Destruksi

Dalam suatu analisa kuantitatif terkadang dilakukan destruksi terhadap zat (bahan pemeriksaan) terlebih dahulu. Destruksi merupakan suatu cara untuk merusak atau merombak suatu zat menjadi zat lain yang dapat menunjukkan identifikasi terhadap salah satu unsur yang terdapat dalam zat aslinya dan biasanya menggunakan bahan-bahan zat oksidator (Sari, F. 1992).

2.7.1 Destruksi Basah

Metode destruksi basah dilakukan dengan memanaskan sampel (sampel organik biologis) dengan asam-asam pekat atau bahkan campuran dari asam-asam tersebut.Jika asam yang digunakan cukup untuk mengoksidasi, maka sampel yang dipanaskan dalam suhu yang cukup tinggi, dan jika pemanasan dilanjutkan dalam waktu yang lama, maka sebagian besar dari sample telah teroksidasi dengan sempurna (Almatsier, 1987).

Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan.Pada tahap selanjutnya, proses sering kali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida.Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih dan seng.

Ada tiga macam cara kerja destruksi basah yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Destruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO4

2. Destruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan HClO4

3. Destruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan H2O2


(27)

Keuntungan metode destruksi basah dengan menggunakan pelarut asam nitrat yaitu metodenya sederhana, oksidasinya kontiniu dan cepat, serta unsur-unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapat ditentukan dengan metode analisis tertentu. Kekurangan metode ini adalah reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar, maka dalam pelaksanaan pemanasan harus lebih berhati-hati (Raimon, 1992).

2.7.2 Destruksi Kering

Destruksi kering merupakan penguraian (perombakan) senyawa organik dalam sampel menjadi anorganik dengan cara pengabuan dengan suhu pemanasan tertentu (Raimon, 1992).

Untuk menentukan suhu pengabuan dengan metode destruksi kering, terlebih dahulu ditinjau jenis bahan yang akan dianalisis. Bila logam yang terbentuk bersifat menguap, seperti halnya dalam analisis unsur kadmium dan kromium maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik, disebabkan pada suhu tinggi bahan-bahan organik ini sudah habis menguap.

Semakin rendah suhu pengabuan, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk proses pendestruksian, sedangkan bila suhu pengabuan makin tinggi maka semakin besar pula kemungkinan kehilangan unsur analit karena penguapan disamping karena terbentuknya senyawa hasil destruksi yang sukar larut. Kekurangan destruksi ini yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, penggunaan tanur listrik yang membutuhkan biaya banyak karena harus dinyalakan lama sehingga menyebabkan

tingginya biaya listrik ).

2.8 Spektroskopi Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun


(28)

metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau atomic absorption spectroscopy (AAS).

Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode spektroskopi emisi konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara thermal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai jenis spesies dalam satu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan atom sangatlah spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar.

Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, S.M, 2002).

Spektrofotometer serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu tidak kurang dari 65 unsur diteliti dapat dianalisa dengan cara tersebut. Spektrofotometer serapan atom digunakan untuk analisa kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah mikro (trace) dan sangat mikro (ultra trace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu cuplikan tersebut. Cara ini cocok untuk analisis mikro logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif lebih sederhana dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultra lembayung. Dalam garis besarnya prinsip spektrofotometri serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak atau sinar ultra violet. Perbedaan terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan cuplikan dan peralatannya. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada pada proses penyerapan energi radiasi atom-atom yang berada


(29)

pada tingkat energi dasar. Komponen-komponen utama yang menyusun spektrofotometri serapan atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detektor, dan penampilan data (Anderson, 1987).

2.8.1 Kegunaan Spektrofotometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu diserap dan jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif dengan menggunakan SSA.

Proses terbentuknya uap yang mengandung atom-atom dalam nyala, dapat diringkaskan sebagai berikut : bila suatu larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari yang akan diselidiki itu dilewatkan kedalam nyala, terjadilah peristiwa sebagai berikut :

1. Penghilangan pelarut atau evaporasi yang meninggalkan residu padat

2. Penguapan zat padat dilanjutkan dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusun yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar (Vogel, A.I., 1994).

Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.Sampai saat ini telah digunakan untuk mendeteksi (menganalisis) hampir keseluruhan unsur-unsur logam dalam sistem periodik unsur. Metode SSA digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan-bahan biologi, pertanian makanan dan minuman, air, tanah, pupuk dan juga bahan-bahan pencemar lingkungan

Metode SSA adalah berdasarkan pada penyerapan cahaya oleh atom dengan panjang gelombang setiap unsur adalah spesifik yang sesuai dengan lampu katoda unsur tersebut. Hubungan diantara nilai serapan atom (absorbansi) dengan kepekatan (konsentrasi) dapat dilihat dari persamaan Beer – Lambert, yaitu :

A = a b c A = - log T A = - log I1/I0


(30)

A = log 1/T

A = log I0/I1 = a b c; atau

A = I0/I1 = 10-abc

I1 = I0 . 10abc

I0 = I1 . 10-abc

Dimana :

A = serapan atom I0 = intensitas awal

I1 = intensitas akhir

a = intensitas molar

b = tinggi tunggu pembakar c = konsentrasi atom

Dari hukum Beer – Lambert dapat dibuat grafik kalibrasi antara nilai serapan atom terhadap konsentrasi sampel. Kepekatan sample yang terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan penyimpangan terhadap hukum Beer – Lambert tersebut (Walsh, 1955).

2.8.2Penyimpangan Hukum Lambert- Beer

Menurut hukum Lambert-Beer bahwa suatu grafik dari absorbansi terhadap konsentrasi molar akan merupakan garis lurus dengan kemiringan €b. Akan tetapi seringkali pengukuran pada sistem kimia yang sesungguhnya menghasilkan grafik hukum Beer yang tidak linear pada seluruh jangkau konsentrasi. Harga € diperkirakan tergantung pada sifat macam zat penyerap dalam larutan dan pada panjang gelombang radiasi. Kebanyakan penyimpangan dari hukum Beer yang dijumpai disebabkan oleh kegagalan atau ketidakmampuan untuk melakukan pengawasan terhadap dua segi tersebut (A.L Underwood, 1986).

2.8.3Gangguan Pada SSA Dan Mengatasinya

Gangguan yang nyata pada SSA adalah seringkali didapatkan suatu harga yang tidak sesuai dengan konsentrasi unsur sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini


(31)

adalah faktor matriks dan faktor kimia,yaitu adanya gangguan molekuler yang bersifat menyerap radiasi.

Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan cenderung mengabsorsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya ionisasi atom akan menjadi sumber kesalahan pada SSA oleh karena spectrum radiasi oleh ion jauh berbeda spekrum absorpsi atom netral yang memang akan ditentukan. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA, yaitu dengan cara :

1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu

digunakan gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala

dengan temperatur yang tinggi

2. Menambahkan elemen pengikat gugus atau atom penyangga, sehingga terikat kuat. Akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral, misalnya, penentuan logam yang terikat sebagai garam dengan penambahan logam, yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.

3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara ekstraksi (Mulja Muhammad, 1995).


(32)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat

- Neraca analitis Metter AE 20

- Botol akuades - Indikator Universal

- Oven Fisher

- Tanur listrik Gallenkamp

- Kertas saring Whatman 42

- Crusible

- Spektrofotometer serapan atom Shimadzu AA 6300

- Hot plate Fisons

- Alat-alat gelas Pyrex

- Alu dan Lumpang

3.2 Bahan

- Akuades

- Daun bayam merah

- Daun bayam hijau

- HNO3 (p) p.a (E.Merk)

- HCl 10 %

- CaCO3

- H2SO4 (p) p.a (E.Merk)


(33)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Larutan Blanko

Kedalam beaker glass 250 mL dimasukkan akuades, diatur pada pH larutan = 3 dengan penambahanlarutan HCl 10 % tetes demi tetes,kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 422,7 nm; perlakuan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Kalsium 1000 ppm

Ditimbang 2,497 g CaCO3 dalam beaker glass 250 mL dilarutkan dengan akuades, dan

ditambahkan HNO3(p) tetes demi tetes sampai larut sempurna. Larutan tersebut

dimasukkan dalam labu takar 1000 mL dan kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan standar ion kalsium 1000 ppm.

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Kalsium 100 ppm

Dari larutan standar ion Ca2+ 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian larutan dicukupkan dengan akuades sampai garis batas sehingga diperoleh larutan standar ion Ca2+ 100 ppm.

3.3.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Kalsium 2, 4, 6, dan 8 mg/L

Sebanyak 2; 4; 6;dan 8 mL larutan ion kalsium 100 mg/L dimasukkan dalam 4 buah labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda,dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan seri standar ion kalsium 2, 4, 6, dan 8 mg/L


(34)

Larutan seri standar ion kalsium 2 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan hal yang sama pada larutan seri standar 4, 6, dan 8 mg/L. Digambarkan kurva standar, yakni : absorbansi vs konsentrasi ion kalsium dari larutan seri standar (Gambar 4.1).

3.4Perlakuan terhadapsampel

3.4.1. Preparasi Sampel

- Sampel tanaman bayam segar diambil daunnya, kemudian ditimbang dalam crusible. Dikeringkan dalam oven, diatur suhunya pada 100oC selama 5 jam untuk menghilangkan kadar airnya.

- Setelah 5 jam dalam oven kemudian dimasukkan dalam desikator hingga

dingin, setelah dingin ditimbang dan selanjutnya diblender sehingga menjadi serbuk.

3.4.2. Analisis Sampel dengan metode Destruksi Kering

- Sebanyak 5 g serbuk sampel ditimbang dalam crusible, dimasukkan ke dalam tanur listrik. Kemudian alat tanur listrik dihidupkan dan diatur kenaikan suhunya 1000C setiap 15 menit. Setelah suhu konstan pada 5000C maka dihentikan kenaikan suhunya dan pengabuan dilakukan selama 5 jam.Kemudian setelah 5 jam, alat tanur listrik dimatikan dan dibiarkan selama 24 jam dan setelah itu sampel abu dikeluarkan dari alat tanur listrik. - Selanjutnya sampel abu dalam crusible diletakkan di atas hotplate lalu

ditambah dengan 5 mL HNO3 pekat, hot plate dihidupkan untuk menguapkan

asam nitrat pekat yang masih ada, kemudian didinginkan.

- Setelah sampel dingin, dilarutkan dengan larutan HCl 10 % lalu disaring menggunakan kertas saring whatman 42.


(35)

- Filtratnya ditampung dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis batas, kemudian dihomogenkan.

3.4.3. Penentuan Kadar ion Kalsium Metode Destruksi Kering SecaraSpektrofotometerSerapan Atom

- Larutan sampel hasil destruksi kering tersebut diatur pada pH = 3,dengan penambahan larutan HCl 10% tetes demi tetes.

- Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 422,7 nm,

perlakuan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.

3.4.4. Analisis Sampel Dengan Metode Destruksi Basah

- Ditimbang sebanyak 5 g serbuk sampeldimasukkan dalam erlemeyer 250 mL, kemudian ditambah dengan 5 mL HNO3(p) dan dikocok.

- Kemudian ditambahkan 2 mL H2SO4(p) dan dikocok hingga

bercampur.Campuran tersebut dipanaskan selama 30 menit dan didiamkan hingga dingin.

- Setelah dingin kemudian ditambah dengan 5 mL HNO3(p).

- Kemudian ke dalam campuran ditambahkan 3 mL H2O2 30% dan

dipanaskan di atas hot plate selama 30 menit. Kemudian larutan sampel didinginkan dan disaring dengan kertas saring whatman 42 dan ditampung filtratnya.

3.4.5. Penentuan Kadar ion Kalsium metode destruksi basah secara Spektrofotometer Serapan Atom

- Larutan sampel hasil destruksi basah tersebut diatur pH = 3dengan

penambahan larutan HCl 10% tetes demi tetes.

- Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 422,7 nm;


(36)

3.5 Bagan penelitian

3.5.1 Penentuan Blanko

dimasukkan dalam labu takar 100 mL

diatur pH larutan = 3 dengan penambahan HCl 10% tetes demi tetes

diencerkan hingga garis tanda

dianalisa dengan spektrofotometri Serapan Atom pada λ= 422,7 nm

3.5.2 Preparasi Sampel

ditimbang dalam crusibel

dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 5 jam

didinginkan dalam desikator

ditimbang

diblender Akuades

Hasil

Daun Bayam segar

Daun Bayam kering


(37)

3.5.3 Analisis Sampel Dengan Metode Destruksi Kering

dimasukkan ke dalam crusible

diabukan dalam tanur listrik pada suhu 5000C selama 5 jam suhu konstan

ditambah 5 mL HNO3(p)

dipanaskan hingga kering dilarutkan dengan HCl 10 %

disaring dengan kertas saring whatman 42

dimasukkan dalam labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dihomogenkan

3.5.4 Analisis Kadar Ion Kalsium Hasil Destruksi Kering Dengan SSA

diatur pH larutan = 3; dengan penambahan HCl 10% tetes demi tetes

dianalisa dengan spektrofometer serapan atom pada

λ= 422,7 nm

5 g Serbuk Sampel

Sampel Dalam Bentuk Abu Warna Putih

Filtrat Residu

Hasil Larutan sampel


(38)

3.5.5 Analisis Sampel dengan Destruksi Basah

dimasukkan kedalam erlemeyer ditambahkan 5 mL HNO3(p)

ditambahkan 2 mL H2SO4(p)

dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit didinginkan

ditambahkan 5 mL HNO3(p)

ditambahkan 3 mL H2O2 30 %

dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit didinginkan

disaring dengan kertas saring whatman 42

dimasukkan dalam labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dihomogenkan

5 g Serbuk sampel

Larutan Sampel

Larutan bening

Filtrat Residu

Larutan sampel


(39)

3.5.6Analisis Kadar Ion Kalsium Hasil Destruksi Basah Dengan SSA

diatur pH larutan = 3; dengan penambahan HCl 10% tetes demi tetes

dianalisa dengan spektrofometer serapan atom

padaλ= 422,7 nm

Hasil Larutan sampel


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kalsium

Data hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar ion Kalsium dengan spektrofotometri serapan atom pada λ= 422,7 nm dapat dilihat sebagaimana dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kalsium

No Kadar (ppm) Absorbansi (A)

A1 A2 A3 A(rata-rata)

1 Blanko 0,0002 0,0004 0,0003 0,0003

2 2,0 0,1227 0,1233 0,1233 0,1231

3 4,0 0,2250 0,2253 0,2241 0,2248

4 6,0 0,3384 0,3387 0,3384 0,3285

5 8,0 0,4268 0,4269 0,4267 0,4268

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5

0 1 2 3 4 5 6 7 8

A

bs

o

rba

ns

i

Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.1 Kurva Standar Konsentrasi Vs Absorbansi dari Larutan Seri Standar Ion Kalsium secara spektrofotometri serapan atom

(SSA)

Y= 0,0507 X + 0,2223


(41)

4.1.2 Pengolahan Data

4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi

Hasil pengukuran absorbansi suatu seri larutan standar kalsium diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear(gambar 4.1). Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dan dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Hasil Penurunan Persamaan garis Regresi Untuk Unsur Kalsium

No

X

i

(

ppm

)

Y

i

( )

A

X

iX

Y

i

Y

(

)

2

X

X

i

(

2

Y

Y

i

)

(

X

iX )(

Y

i

Y

)

1 2,0 0,1231 - 3 -0,1527 9 0,0233 0,4581

2 4,0 0,2248 - 1 -0,0510 1 0,0026 0,0510

3 6,0 0,3285 1 0,0527 1 0,0028 0,0527

4 8,0 0,4268 3 0,1510 9 0,0228 0,4530

∑ 20,0 1,1035 0 0 20 0,0515 1,0148

x 5 4 20 = = =

n xi 2758 , 0 4 1032 , 1 = = =

n yi y

Persamaan garis regresi untuk kurva standar dapat diturunkan dari persamaan garis, sebagai berikut :

y = ax + b

2 ) ( ) )( ( x xi y yi x xi a − − − =

b = y – a X

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.2 diatas maka diperoleh sebagai berikut :

0507 , 0 20 1048 , 1 = = a


(42)

y = ax + b

y = 0,0507x + 0,0223

Dengan mensubstitusikan harga-harga x yang ada kedalam persamaan garis regresi diatas, maka diperoleh harga y baru :

Untuk x = 2,0 maka harga y = 0,1237

x = 4,0 maka harga y = 0,2251 x = 6,0 maka harga y = 0,3265 x = 8,0 maka harga y = 0,4279

4.1.2.2 Perhitungan Koefisien Kolerasi

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

2 1 2 ) ( ) ( ) )( ( y yi x xi y yi x xi r − − − − =

0149 , 1 0148 , 1 = r 9999 , 0 = r

4.2 Penentuan Kadar Ion Kalsium Dalam Daun Bayam dengan Destruksi Kering

Kadar ion kalsium dalam daun tanaman bayam dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva standar, dengan mensubstitusikan nilai y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Data pengukuran absorbansi daun tanaman bayam merah pada pekan I dengan destruksi kering, diperoleh absorbansi sebagai berikut :

A1 = 0,3757

A2 = 0,3781


(43)

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) kepersamaan garis regresi y = 0,0507x + 0,0223, maka diperoleh :

X1 = 6,9704 mg/L

X2 = 7,0178 mg/L

X3 = 6,9921 mg/L

Dengan demikian konsentrasi rata-rata ion kalsium pada bayam merahpada pekan I dengan metode destruksi kering adalah :

x n xi

= = 3 9921 , 6 0178 , 7 9704 ,

6 + +

= 6,9934 mg/L

(

)

2

X

Xi− = (6,9704-6,9934)2 = 5,29 x 10-4

(

)

2

X

Xi− = (7,0178-6,9934)2 = 5,95 x 10-4

(

)

2

X

Xi− = (6,9921-6.9934)2 = 0,02 x 10-4

(

)

2

X

Xi− = 11,26 x 10-4

Maka S =

1 ) ( 2 − −

n x xi = 1 3 10 26 , 11 4 − − x = 0,0237

Dari harga deviasi (S) yang diperoleh diatas dapat dihitung kadar ion kalsium dengan batas kepercayaan melalui rumus berikut :

µ =

( )

X ±

n tS

dimana :

µ = populasi rata-rata

x = kadar ion kalsium rata-rata

t = harga t distribusi (lihat tabel 4.7 pada daftar lampiran)

S = deviasi standar

n = jumlah perlakuan

Dari data distribusi t student untuk n = 3, derajat kepercayaan (dk) = n-1 =2 Untuk derajat kepercayaan 95% (P=0,05), nilai t = 4,30


(44)

Sehingga diperoleh :

µ = 6,9934±

3 ) 0237 , 0 ( 30 , 4

= 6,9934±0,0588 mg/L

Hasil perhitungan di atas merupakan kadar Ion Kalsium (Ca) daun tanaman bayam merah pada pekan I dengan metode destruksi kering tiap 5 g sampel. Dengan demikian kadar ion Kalsium dalam tiap 100 g daun bayam merah adalah :

= x

5 100

(6,9934±0,0588) mg

= (139,868±1,176) mg

4.2.1 Perhitungan Kadar Ion Ca2+ pada bayam merah metode destruksi Kering dengan Spektrofotometri Serapan Atom pada λ= 422,7 nm

Tabel 4.3 Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar ion Ca 2+dalam daun tanaman bayammerah dengan metode destruksi kering secara SSA.

Sampel Pekan

Absorbansi

Ā

Kadar Ion Ca2+ per

5 gr sampel (mg/L)

Kadar ion Ca2+(mg/1

00g) A1 A2 A3

Bayam Merah

I 0,3757 0,3781 0,3768 0,3769 6,9934±

0,0588

139,868± 1,176

II 0,3126 0,3149 0,3136 0,3137 5,7475 ±

0,0566

114,95±1,1 32

III 0,3585 0,3584 0,3605 0,3591 6,6437 ±

0,0578

132,874± 1,156

Rata-rata 1,4266 19,384± 0,1732

387,692 ± 3,464


(45)

4.2.2 Perhitungan Kadar Ion Ca2+ pada bayam hijau metode destruksi Kering dengan Spektrofotometri Serapan Atom pada λ= 422,7 nm

Tabel 4.4Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadarion Ca 2+dalam daun tanaman bayamhijaudengan metode destruksi kering secara SSA.

Sampel Pekan

Absorbansi

Ā

Kadar Ion Ca2+

per 5 gr sampel (mg/L)

Kadar ion Ca2+(mg/1

00g) A1 A2 A3

Bayam Hijau

I 0,2193 0,2176 0,2185 0,2185 3,8672 ±

0,0492

77,344 ±0,984

II 0,1959 0,1974 0,1963 0,1965 3,3616 ±

0,038

67,232± 0,76

III 0,2086 0,2142 0,2094 0,2107 3,7252 ±

0,1393

74,332± 2,964

Rata-rata 0,6257 10,954± 0,2265

218,908 ± 4,708

4.3 Penentuan Kadar Ion Kalsium Dalam Daun Bayam dengan Destruksi Basah.

Kadar ion kalsium dalam daun tanaman bayam dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva standar, dengan mensubstitusikan nilai y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Data pengukuran absorbansi daun tanaman bayam merah pada pekan I dengan destruksi basah, diperoleh absorbansi sebagai berikut :

A1 = 0,2854

A2 = 0,2873

A3 = 0,2868

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) kepersamaan garis regresi : y =0,0507x + 0,0223, maka diperoleh :

X1 = 5,1893 mg/L

X2 = 5,2268 mg/L


(46)

Dengan demikian konsentrasi rata-rata ion kalsium pada bayam merahpada pekan Idengan metode destruksi basah adalah :

x n xi

= = 3 2170 , 5 2268 , 5 1893 ,

5 + +

= 5,2110 mg/L

(

)

2

X

Xi− = (5,1893-5,2110)2 = 0,47 x 10-3

(

)

2

X

Xi− = (5,2268-5,2110)2 = 2,50 x 10-3

(

)

2

X

Xi− = (5,4142-5,2110)2 = 0,36 x 10-4

(

)

2

X

Xi− = 7,56 x 10-4

Maka S =

1 ) ( 2 − −

n x xi = 1 3 10 56 , 7 4 − − x = 0,0191

Dari harga deviasi (S) yang diperoleh diatas dapat dihitung kadar ion kalsium dengan batas kepercayaan melalui rumus berikut :

µ =

( )

X ±

n tS

dimana :

µ = populasi rata-rata

x = kadar ion kalsium rata-rata

t = harga t distribusi (lihat tabel 4.8 pada daftar lampiran 1)

S = deviasi standar

n = jumlah perlakuan

Dari data distribusi t student untuk n = 3, derajat kepercayaan (dk) = n-1 =2 Untuk derajat kepercayaan 95% (P=0,05), nilai t = 4,30

Sehingga diperoleh :

µ = 5,2110±

3 ) 019 , 0 ( 30 , 4


(47)

Hasil perhitungan di atas merupakan kadar Ion Kalsium (Ca) pada daun tanaman bayam merah pada pekan Idengan metode destruksi basahtiap 5 g sampel. Dengan demikian kadar ion kalsium dalam tiap 100 g daun bayam merah adalah :

= x

5 100

(5,2110±0,0474)mg

= (104,22 ±0,948) mg

4.3.1Perhitungan Kadar Ion Ca2+ pada bayam merah metode destruksi Basah dengan spektrofotometri serapan atom pada λ= 422,7 nm

Tabel 4.5Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar ion Ca2+dalam dauntanaman bayammerah dengan metode destruksi basah secara SSA.

Sampel Pekan

Absorbansi

Ā

Kadar Ion Ca2+

per 5 gr sampel (mg/L)

Kadar ion Ca2+(mg/1

00g) A1 A2 A3

Bayam Merah

I 0,2854 0,2873 0,2868 0,2865 5,2110 ±

0,0474

104,22± 0,948

II 0,2693 0,2709 0,2689 0,2697 4,8777 ±

0,0333

97,554± 0,666

III 0,2580 0,2614 0,2574 0,2589 4,6673 ±

0,1053

93,346± 0,210

Rata-rata 0,8148 14,756 ± 0,186

295,12 ± 1,824


(48)

4.3.2 Perhitungan Kadar Ion Ca2+ pada bayam hijau metode destruksi Basah dengan spektrofotometri serapan atom pada λ= 422,7 nm

Tabel 4.6Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan kadar ion Ca2+dalamdauntanaman bayamhijau dengan metode destruksi basah secara SSA

Sampel Pekan

Absorbansi

Ā

Kadar Ion Ca2+

per 5 gr sampel (mg/L)

Kadar ion Ca2+(mg/1

00g) A1 A2 A3

Bayam Hijau

I 0,1954 0,1960 0,1997 0,1970 3,4464 ±

0,1137

68,928± 2,274

II 0,1849 0,1873 0,1854 0,1859 3,2262±

0,0628

64,524 ± 1,256

III 0,1978 0,1954 0,1971 0,1968 3,4411 ±

0,0593

68,822 ± 1,186

Rata-rata 0,5797 10,1137± 0,2358

202,274± 4,716


(49)

4.4 Pembahasan

Penentuan kadar ion kalsium (Ca2+) dalam daun tanaman bayam merah dan bayam hijau secara spektrofotometri serapan atom dengan metode destruksi kering lebih tinggi hasilnya dibanding dengan metode destruksi basah. Dengan metode destruksi kering kadar ion Ca2+ pada bayam merah pada pekan I = 139,868 ± 1,176 mg/100g; pekan II = 114,95 ± 2,264 mg/100g; pekan III = 132,874 ± 1,156 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 77,344 ± 0,984mg/100g; pekan II = 67,232 ± 0,76 mg/100g; pekan III = 74,332 ± 2,964mg/100g. Sedangkan dengan destruksi basah pada daun tanaman bayam merah diperoleh kadar ion kalsium pada pekan I = 104,220 ± 0,948 mg/100g;pekan II = 97,554 ± 0,666 mg/100g; pekan III = 93,346 ± 0,2106 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 68,928 ± 2,274 mg/100g; pekan II = 64,524 ± 1,256 mg/100g; pekan III = 68,822 ± 1,186 mg/100g. Data hasil pengukuran pada daftar lampiran (tabel 4.3; 4.4; 4.5; 4.6).

Sebagian besar Kalsium yang diserap tanaman melalui akarnya dari dalam tanah. Kalsium dalam tanah terdapat sekitar 2,1 % (Saeni 1989).

Dari perbedaan perlakuan dan perbedaan hasil penentuan kadar ion kalsium ini dapat diketahui bahwa melalui metode destrusi kering yang dilakukan pada suhu tinggi (5000C) tidaklah mengurangi kadar ion kalsium dalam sampel. Hal ini karena sifat ion kalsium yang tidak mudah menguap. Dan juga perombakan senyawa organik yang ada dalam sampel lebih sempurna serta kesalahan akibat kontaminasi penambahan reagen relatif lebih kecil karena reagen yang digunakan dalam destruksi kering lebih sedikit. Sementara preparasi sampel dengan destruksi basah dilakukan pada suhu rendah sedang untuk mendestruksi senyawa-senyawa organik dalam sampel dilakukan dengan penambahan asam-asam kuat sebagai pengoksidasi (Rohman, Abdul. 2007).

Faktor lain yang juga dapat menyebabkan perbedaan kandungan ion kalsium pada tanaman bayam merah dan tanaman bayam hijau adalah perbedaan kadar mineral dalam tanah tempat tanaman bayam tumbuh, perbedaan sifat genetis dari tanaman bayam dalam mengabsorpsi zat anorganik dalam tanah, iklim dan juga perbedaan cara pemeliharaan setiap petani selama penanaman (Yusni Bandini, at.al, 2001).


(50)

Untuk itu dari hasil penelitian yang dilakukan ini dapat juga disarankan bahwa tanaman bayam merah dan bayam hijau sangat baik dikonsumsi sebagai makanan tambahan sumber kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.


(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwaanalisis kadar ion kalsium pada daun tanaman bayam baik bayam merah atau bayam hijau dengan metode destruksi kering lebih tinggi hasilnya dibanding dengan metode destruksi basah. Dengan metode destruksi kering kadar ion Ca2+bayam merah padapekan I = 139,868 ± 1,176 mg/100g; pekan II = 114,95 ± 2,264 mg/100g; pekan III = 132,874 ± 1,156 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 77,344 ± 0,984mg/100g; pekan II = 67,232 ± 0,76 mg/100g; pekan III = 74,332 ± 2,964mg/100g. Sedangkan dengan destruksi basah pada daun tanaman bayam merah diperoleh kadar ion kalsium pada pekan I = 104,220 ± 0,948 mg/100g;pekan II = 97,554 ± 0,666 mg/100g; pekan III = 93,346 ± 0,2106 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 68,928 ± 2,274 mg/100g; pekan II = 64,524 ± 1,256mg/100g; pekan III = 68,822 ± 1,186 mg/100g.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap perbedaan kadar ion kalsium dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijauserta kadar mineral lainnya pada tanaman bayam setelah prosesperebusan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anomin.

Anonim. diakses tanggal 18 Maret 2010.

Anonim.

Anonim. 2010.

Anonim.

Anomin

Anomin.

Anonim.

diakses tanggal 14 April 2012.

Anderson, R. 1987. Sample Pretreatment & Separation. New York. Jonh Willey & Sons.

Allen. E. Stewart. Chemical Analysis Of Ecological Material. Second Edition.Blackwell scientific publications.

Almatsier, R. 1987. Sampel Pretreatment And Separation.New York. John Wiley and sons.

Apriyanto, A. 1989. Analisis Pangan. Bogor. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan Dan Gizi.

Haswel, S.J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry.New york. Elsevier.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI Press.

Linder. T. Maria, 1992. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta. UI Press.

Miller, J. C. 1991. Statistika Untuk Kimia Analitik. Bandung. Penerbit ITB Bandung.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya. Airlangga Press.

Raimon. 1992. Perbandingan Metode Destruksi Basah Dan Kering Terhadap Penentuan Fe, Cu, dan Zn. Edisi khusus. Palembang. BIPA.


(53)

Rohman, Abdul. 2007. Analisis Makanan.Yogyakarta. Gadjah Mada Universiy Press.

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB

Sari, F. 1993. Toksikologi. Medan. Departemen Kesehatan

Svehla, G, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta. PT Kalman Media Pusaka, Bagian II.

Underwood, A.L. dkk. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga, Cetakan pertama. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC

Vogel, A.I. 1994. Buku Teks Kimia Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke – 5. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Walsh. A. 1955. Aplication Of Atomic Absorbstion Spectrato Chemical Analysis Spectrocemica. Acta. Vol. 7


(54)

Table 4.7 Daftar Harga Distribusi t-Student

Derajat Kebebasan (n-1)

Tingkat Probabilitas

90 % 95 % 98 % 99 %

1 6,31 12,71 1,82 63,66

2 2,92 4,30 6,96 9,92

3 2,35 3,18 4,54 5,84

4 2,13 2,78 3,75 4,60

5 2,02 2,57 3,36 4,03

6 1,94 2,45 3,14 3,71

7 1,89 2,36 3,00 3,50

8 1,86 2,31 2,90 3,36

9 1,83 2,26 2,82 3,25

10 1,81 2,23 2,76 3,17

12 1,78 2,18 2,68 3,05

14 1,76 2,14 2,62 2,98

16 1,75 2,12 2,58 2,92

18 1,73 2,10 2,55 2,88

20 1,72 2,09 2,53 2,85

30 1,70 2,04 2,46 2,75

50 1,68 2,01 2,40 2,68


(55)

(56)

Gambar 4.3


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwaanalisis kadar ion kalsium pada daun tanaman bayam baik bayam merah atau bayam hijau dengan metode destruksi kering lebih tinggi hasilnya dibanding dengan metode destruksi basah. Dengan metode destruksi kering kadar ion Ca2+bayam merah padapekan I = 139,868 ± 1,176 mg/100g; pekan II = 114,95 ± 2,264 mg/100g; pekan III = 132,874 ± 1,156 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 77,344 ± 0,984mg/100g; pekan II = 67,232 ± 0,76 mg/100g; pekan III = 74,332 ± 2,964mg/100g. Sedangkan dengan destruksi basah pada daun tanaman bayam merah diperoleh kadar ion kalsium pada pekan I = 104,220 ± 0,948 mg/100g;pekan II = 97,554 ± 0,666 mg/100g; pekan III = 93,346 ± 0,2106 mg/100g dan pada bayam hijau diperoleh hasil pada pekan I = 68,928 ± 2,274 mg/100g; pekan II = 64,524 ± 1,256mg/100g; pekan III = 68,822 ± 1,186 mg/100g.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap perbedaan kadar ion kalsium dari daun tanaman bayam merah dan bayam hijauserta kadar mineral lainnya pada tanaman bayam setelah prosesperebusan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anomin.

Anonim. diakses tanggal 18 Maret 2010.

Anonim. Anonim. 2010. Anonim. Anomin Anomin. Anonim.

diakses tanggal 14 April 2012.

Anderson, R. 1987. Sample Pretreatment & Separation. New York. Jonh Willey & Sons.

Allen. E. Stewart. Chemical Analysis Of Ecological Material. Second Edition.Blackwell scientific publications.

Almatsier, R. 1987. Sampel Pretreatment And Separation.New York. John Wiley and sons.

Apriyanto, A. 1989. Analisis Pangan. Bogor. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan Dan Gizi.

Haswel, S.J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry.New york. Elsevier. Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI Press.

Linder. T. Maria, 1992. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta. UI Press. Miller, J. C. 1991. Statistika Untuk Kimia Analitik. Bandung. Penerbit ITB Bandung. Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya. Airlangga Press.

Raimon. 1992. Perbandingan Metode Destruksi Basah Dan Kering Terhadap Penentuan Fe, Cu, dan Zn. Edisi khusus. Palembang. BIPA.


(3)

Rohman, Abdul. 2007. Analisis Makanan.Yogyakarta. Gadjah Mada Universiy Press. Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati.

IPB

Sari, F. 1993. Toksikologi. Medan. Departemen Kesehatan

Svehla, G, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta. PT Kalman Media Pusaka, Bagian II.

Underwood, A.L. dkk. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga, Cetakan pertama. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC

Vogel, A.I. 1994. Buku Teks Kimia Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke – 5. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Walsh. A. 1955. Aplication Of Atomic Absorbstion Spectrato Chemical Analysis Spectrocemica. Acta. Vol. 7


(4)

Table 4.7 Daftar Harga Distribusi t-Student

Derajat Kebebasan (n-1)

Tingkat Probabilitas

90 % 95 % 98 % 99 %

1 6,31 12,71 1,82 63,66

2 2,92 4,30 6,96 9,92

3 2,35 3,18 4,54 5,84

4 2,13 2,78 3,75 4,60

5 2,02 2,57 3,36 4,03

6 1,94 2,45 3,14 3,71

7 1,89 2,36 3,00 3,50

8 1,86 2,31 2,90 3,36

9 1,83 2,26 2,82 3,25

10 1,81 2,23 2,76 3,17

12 1,78 2,18 2,68 3,05

14 1,76 2,14 2,62 2,98

16 1,75 2,12 2,58 2,92

18 1,73 2,10 2,55 2,88

20 1,72 2,09 2,53 2,85

30 1,70 2,04 2,46 2,75

50 1,68 2,01 2,40 2,68


(5)

(6)

Gambar 4.3