Efektivitas Antioksidan Daun Psidium Guajava Linn Terhadap Antioksidan Saliva dan Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Tipe Minor

18

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang biasa dikenal dengan sariawan
merupakan penyakit rongga mulut yang umum ditemukan pada masyarakat.
Prevalensi SAR sekitar 5-25% populasi di seluruh dunia. SAR tersebut memiliki
gejala penyakit berupa sakit pada 3-5 hari awal penyakitnya (Scully, dkk., 2003).
Suatu studi telah dilakukan untuk menilai tingkat keparahan SAR dan salah satunya
penilaian terhadap rasa sakit. Keberhasilan perawatan diperoleh dengan penurunan
intensitas rasa sakit sebelum dan sesudah perawatan (Tappuni, dkk., 2013). Sakit
yang disebabkan SAR memberikan efek terhadap kualitas hidup individu yang
mengalaminya. Ketidaknyamanan tersebut berupa gangguan tidur, makan dan
berbicara bahkan penderita merubah pola kebiasaan makan dan oral hyigenenya
(Guallar et al., 2014). Penderita umumnya merasa khawatir karena kambuhan yang
berulang setiap tahunnya. Terdapat lebih dari 10.000 orang dewasa muda dari seluruh
dunia, 48,3% pria dan 57,2% wanita setidaknya mengalami dua episode SAR
sebelumnya di tahun yang sama sedangkan 25% dari mereka yang diteliti melaporkan
sebuah episode pada tahun sebelumnya (Chavan, dkk., , 2012 dan L Preeti, dkk.,
2011).

Gambaran klinis umum SAR adalah lesi ulser yang berulang, bentuknya bulat
atau oval dengan dasar jaringan nekrosis yang disertai gejala rasa sakit. Ada 3 subtipe
dari SAR menurut Lehner berdasarkan ukurannya, jumlah dan durasi lesi yaitu SAR
minor, mayor dan herpetiform. SAR minor merupakan tipe SAR yang paling sering,
dijumpai 70-85% dari seluruh kasus. Gambarannya berupa bulat atau oval dengan
diameter kurang dari 1 cm yang ditutupi lapisan pseudomembran kuning keabuan dan
dikelilingi halo eritema. SAR minor sembuh dalam periode waktu 7-14 hari tanpa
meninggalkan jaringan parut (Guallar, dkk., 2014 dan Scully, dkk., 2003). Studi
penilaian klinis terhadap SAR didapati jumlah penderita SAR minor 136 pasien dari
total 223 pasien SAR (Tappuni, dkk., 2013).

Universitas Sumatera Utara

19

Meskipun etiologi SAR belum dipahami dengan baik, faktor-faktor predisposisi
seperti genetik, defisiensi nutrisi (asam folat, vitamin B12, tiamin), alergi terhadap
bahan makanan dan kimia, trauma, perubahan pada sistem endokrin (menstruasi),
stress dan kecemasan, berhenti merokok, dan agen mikrobial telah disebutkan sebagai
kemungkinan penyebab (Chavan, dkk., 2012; L Preeti, dkk., 201; Guallar, dkk., 2014

dan Porter, dkk., 1998). Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat mengganggu
keseimbangan oksidan dan antioksidan individu dan mempercepat pembentukan
radikal bebas (oksidatif stres).
Beberapa penelitian telah menghubungkan mekanisme radikal bebas terhadap
terjadinya SAR. Antioksidan pada saliva berupa Uric Acid (UA), Superoxide
Dismutase (SOD), Glutatione Peroksidase (GSHPx) dan catalase. Uric acid terdapat
70% pada saliva (Saxena, 2011). Cimen, dkk., (2003) melaporkan adanya
peningkatan stress oksidatif dan penurunan antioksidan sebagai agen pertahanan
mukosa pasien SAR. Radikal bebas menyebabkan kerusakan biomembran oleh asam
lemak yang tidak tersaturasi dan stres oksidatif menekan kemampuan sistem imun
untuk melindungi dan menghilangkan sel yang terpengaruh. Maka status antioksidan
pada pasien yang menderita SAR merupakan indikator yang penting kerentanan
terhadap penyakit ini. Superoksida dimutase (SOD) dan Catalase (CAT) pada plasma
diketahui menurun pada pasien SAR (Karincaoglu, dkk., 2004). Saral, dkk., (2005)
melaporkan terdapat peningkatan malondialdehyde (MDA) pada pasien SAR yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menderita SAR.
Sementara itu juga, stres oksidatif meningkat akibat peningkatan senyawa oksigen
reaktif dan atau defisiensi antioksidan.
Defisiensi antioksidan disebabkan karena berkurangnya asupan antioksan
(seperti vitamin C dan E), enzim sintesis antioksidan Superoxide Dismutase (SOD),

Catalase (CAT), Gluthathione proxidase (GSHPx), dan lainnya), atau peningkatan
pemakaian antioksidan (Gurel, dkk., 2007). Oleh karena itu, asupan antioksidan dapat
menjadi pilihan perawatan SAR. Secara kimiawi, senyawa antioksidan adalah
senyawa pemberi elektron (electron donors) (Shetti, dkk., 2009 dan Swapna, dkk.,
2014). Namun dalam arti biologis, pengertian anti-oksidan lebih luas, yaitu

Universitas Sumatera Utara

20

merupakan senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim
dan protein pengikat logam (Bhunaveswari., 2014).
Secara umum perawatan SAR terbagi atas perawatan lokal dan sistemik. SAR
termasuk ke dalam lesi yang ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun,
pasien datang dengan rasa sakit dan khawatir terhadap episodenya yang berulang.
Tujuan perawatan SAR diarahkan terhadap mengurangi rasa sakit, ukuran dan jumlah
ulser serta mempercepat masa penyembuhan dengan efek samping yang sedikit.
Pilihan terhadap perawatan SAR meliputi antiinflamasi, analgesik, antiseptik dan
imunomudulator yang sebagaian besar perawatan paliatif tidak dapat mencegah
kekambuhan lesi (Guallar, dkk., 2014 dan Scully, dkk., 2003). Terdapat beberapa

laporan penelitian tentang obat- obatan herbal yang digunakan pada perawatan SAR
yaitu Zataria multiflora, Punica granatum var, Matricaria chamomila, Madu,
Propolis, Psidium guajava dan sebagainya (Gavanji S, dkk., 2014). Guintu dan Chua
(2013) melakukan pnelitian tentang efektivitas berkumur dengan rebusan daun
Psidium guajava terhadap stomatitis aftosa rekuren tipe minor dan memberikan hasil
bermakna terhadap waktu penyembuhan dan pengurangan rasa sakit dibandingkan
kelompok kontrol.
Psidium guajava atau yang umum

dikenal dengan jambu biji secara

tradisional digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Di Indonesia, daun jambu
biji telah digunakan untuk mengatasi penyakit seperti: diare, gastroenteritis dan
penyakit saluran cerna lainnya serta meningkatkan jumlah platelet pada penderita
demam berdarah. Selain itu, popularitas jambu biji telah dikenal masyarakat luas
karena hampir di setiap pekarangan rumah memiliki tanaman ini.
Ekstrak daun P. guajava juga telah dilaporkan efektif sebagai antimikroba dan
antirotavirus. Secara umum, sifat biologis tanaman P. guajava memiliki kandungan
polifenolnya yang tinggi yaitu : protocatechuic, ferulic, ascorbic, gallic dan caffeic
acid serta quercetin (Noer, dkk., 2015). Bagian tanaman yang sering digunakan

sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin
9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes, 1989). Komponen
polifenol pada ekstrak daun P. guajava berfungsi sebagai antioksidan yang dapat

Universitas Sumatera Utara

21

bertindak sebagai imunomodulator menyebabkan peningkatan sistem imun.
Imunomodulator yang berasal dari substansi alami dapat memengaruhi respon imun
yang spesifik (Noer, dkk.,, 2015) dengan nilai efisiensi antiradikal yang signifikan
dibandingkan dengan asam ascorbat (He, dkk., 2004). Pembuktian secara empiris
melalui

penelitian

yang dilakukan oleh

Manikandan


dan Anand

(2016)

menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Psidium guajava L efektif dalam
meningkatkan SOD pada jaringan hati tikus yang diberi perlakuan streptozotocin
(stres oksidatif). Oleh karena itu peneliti mencoba menghubungkan pengaruh
perawatan antioksidan secara eksogen melalui Psidium guajava L terhadap
antioksidan endogen (SOD) yang memberikan perlawanan langsung terhadap proses
inflamasi pada SAR minor sehingga dapat mempercepat masa penyembuhan.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa SAR merupakan
penyakit rongga mulut yang sering dijumpai pada populasi umum, menimbulkan rasa
sakit dan episodenya yang berulang sehingga memengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Etiologi SAR belum diketahui secara pasti, sehingga menimbulkan
ketertarikan para peneliti untuk menelaah lebih lanjut tentang SAR. Dewasa ini,
terdapat beberapa laporan penelitian yang menghubungkan mekanisme radikal bebas
terhadap SAR. Gangguan keseimbangan oksidan dan antioksidan berperan penting
terhadap kerusakan jaringan dan ulser. Efek sitotoksik radikal bebas merusak sel

melalui kerusakan peroksidasi asam lemak, protein dan DNA serta peningkatan stres
oksidatif. Ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan dapat menyebabkan
kerusakan sel dan menstimulasi inflamasi sehingga teori tentang radikal bebas
menjadi salah satu kemungkinan penyebab SAR. Oleh karena itu sel mencegah
kerusakan oksidatif melalui mekanisme pertahanan berupa antioksidan enzimatik.
Perubahan pada mekanisme pertahanan saliva telah dilaporkan, seperti level enzim
Superoxide Dismutase (SOD) yang juga berperan dalam respon inflamasi pada SAR.
Obat- obatan herbal merupakan pilihan perawatan alternatif dan telah digunakan
beberapa tahun belakangan di seluruh dunia. Komponen bioaktif yang terkandung di

Universitas Sumatera Utara

22

dalamnya telah dibuktikan melalui studi eksperimental baik secara invitro maupun
invivo. Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di
negara sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Indonesia dikenal secara
luas sebagai mega center keaneka ragaman hayati (biodiversity) terbesar ke dua
setelah Brazil di dunia, yang terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah
Indonesia terdapat sekitar 30000 jenis tumbuhan dan 7000 di antaranya ditengarai

memiliki khasiat sebagai obat. Salah satunya adalah P. guajava Linn.
Buah jambu biji ( P. guajava L.) telah digunakan secara tradisional dalam
berbagai penyakit. Daun jambu biji juga dapat mengobati berbagai penyakit rongga
mulut diantaranya sakit gigi, peradangan mukosa daan inflamasi gingiva. Penelitian
yang dilakukan Noer, dkk. melaporkan adanya potensi imunomodulator P. guajava L.
Kandungan antioksidan pada ekstrak dengan pelarut etanol lebih tinggi dibandingkan
dengan pelarut air juga level antioksidan lebih tinggi pada daunnya (1,426 mg.g-1)
dibandingkan pada buahnya (0,722 mg.g-1). Kandungan polifenol dengan aktivitas
antioksidannya lebih tinggi pada baik yang berdaging putih maupun berdaging merah
jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Ekstrak P. guajava L. memiliki
kandungan analagesik, anti-inflamasi, antimikrobial, baik untuk hati dan aktivitas
antioksidan. Penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas ekstrak P. guajava Linn
dalam bentuk obat kumur terhadap SAR dan terbukti efektif dalam mengurangi rasa
sakit serta mempercepat penyembuhan (Guintu dan Chua, 2013). Namun, kekurangan
pada penelitian tersebut adanya ketidaknyamanan subjek penelitian terhadap rasa dan
aroma daun jambu biji. Oleh karena itu, pada penelitian ini bentuk sediaan obat yang
akan diberikan kepada subjek penelitian dalam bentuk gel. Selain itu, gel dapat
melapisi permukaan ulser dari iritasi sehingga akan memberikan kenyamanan pada
subjek penelitian.
Penelitian ini selain melihat efektifitas daun jambu biji (terhadap rasa sakit,

ukuran ulser, ukuran halo eritema juga mengukur status antioksidan enzimatik yaitu
kadar SOD pada saliva penderita SAR minor. Peningkatan kadar SOD saliva menjadi
parameter status antioksidan dalam meredam radikal bebas penyebab SAR. Oleh
karena latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Universitas Sumatera Utara

23

efektifitas antioksidan ekstrak P. guajava L. terhadap antioksidan saliva (SOD) dan
penyembuhan SAR tipe minor.

1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasahan sebagai berikut:
1.

Apakah aktivitas antioksidan ekstrak daun P. guajava L. kuat?

2.


Apakah ekstrak P. guajava L efektif

diameter

terhadap pengurangan ukuran

ulser pada pasien SAR tipe minor kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok plasebo?
3.

Apakah ekstrak P. guajava L efektif terhadap pengurangan rasa nyeri pada

pasien SAR tipe minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo?
4.

Apakah ekstrak P. guajava L efektif terhadap pengurangan eritema halo

pada pasien SAR tipe minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
plasebo?

5.

Apakah terdapat perbedaan rata-rata kadar SOD saliva pada pasien SAR

tipe minor sebelum perawatan antara kelompok perlakuan dengan kelompok plasebo?
6.

Apakah ekstrak P. guajava L sebagai antioksidan memengaruhi

peningkatan kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe minor pada kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok plasebo pada saat kontrol ke-2 (setelah 6 hari
pemberian ekstrak)?
7.

Apakah ekstrak P. guajava L sebagai antioksidan efektif memengaruhi

peningkatan kadar SOD saliva setelah pengobatan (hari ke-6) dibandingkan sebelum
pengobatan (base line) pada kelompok perlakuan?

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak P. guajava L

2.

Memeroleh dan menganalisis efek pemberian ekstrak P. guajava L.

terhadap pengurangan rasa sakit pada pasien SAR tipe minor pada kelompok
perlakuan yang dibandingkan dengan kelompok plasebo

Universitas Sumatera Utara

24

3.

Memeroleh dan menganalisis efek pemberian ekstrak P. guajava L.

terhadap ukuran ulser pada pasien SAR tipe minor pada kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan kelompok plasebo
4.

Memeroleh dan menganalisis efek pemberian ekstrak P. guajava L.

terhadap eritema halo pada pasien SAR tipe minor pada kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan kelompok plasebo
5.

Mengetahui perbedaan rata-rata kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe

minor sebelum diberikan ekstrak antara kelompok perlakuan dan kelompok plasebo
6.

Memeroleh dan menganalisis pengaruh pemberian ekstrak P. guajava L

sebagai antioksidan terhadap peningkatan kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe
minor setelah diberikan ekstrak P. guajava L pada kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan kelompok plasebo
7.

Memeroleh dan menganalisis pengaruh pemberian ekstrak P. guajava L

sebagai antioksidan terhadap peningkatan kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe
minor setelah diberikan ekstrak P. guajava L (hari keenam) dibandingkan sebelum
pengobatan (base line) pada kelompok perlaku.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1.

Bagi Litbang daerah Sumatera Utara mengetahui peran dan efektifitas

antioksidan daun jambu biji terhadap SAR
2.

Bagi dokter gigi dan tenaga medis lainnya mengetahui peran status

antioksidan enzimatik sebagai salah satu pemicu terjadinya SAR
3.

Bagi masyarakat dapat mengetahui peran daun jambu biji dalam

penyembuhan SAR yang dapat diperoleh dengan mudah
4.

Bagi peneliti mengetahui efektivitas antioksidan daun jambu biji terhadap

penyembuhan SAR dan dapat menjadi masukan bagi penelitian-penelitian yang akan
datang untuk menelaah lebih lanjut mekanisme antioksidan terhadap proses inflamasi
pada SAR.

Universitas Sumatera Utara

25

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
Bagi dokter gigi dan tenaga medis lainnya memberikan edukasi tentang efek
radikal bebas terhadap SAR dan daun jambu biji dapat menjadi pilihan perawatan
SAR.

Universitas Sumatera Utara