Efektivitas Antioksidan Daun Psidium Guajava Linn Terhadap Antioksidan Saliva dan Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Tipe Minor Chapter III VI
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan rancangan
randomized pretest posttest single blinded control group. Pada penelitian ini terdapat
2 kelompok berbeda yang akan diuji, sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan diberikan sediaan gel ekstrak
etanol P. guajava L. dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang akan
diberikan plasebo yang tidak memiliki kandungan aktif (basis gel). (gambar 3.1)
Penentuan konsentrasi ekstrak mengacu pada penelitian sebelumnya (Octiarni,
2012).
Gambar 3.1. Bagan rancangan penelitian uji klinis
3.2
Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
a. Laboratorium Farmakognonsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pembuatan ekstrak gel daun jambu biji dilakukan di Laboratorium Obat
Tradisional Farmasi Universitas Sumatera Utara. Laboratorium ini menjadi pilihan
untuk penelitian karena merupakan salah satu laboratorium yang sering membuat dan
menjadi rujukan dalam pembuatan ekstrak tanaman obat tradisional.
b. Instalasi Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
31
Lokasi pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG USU) instalasi
Ilmu Penyakit Mulut. Rumah sakit ini menjadi pilihan untuk penelitian karena
merupakan satu-satunya rumah sakit khusus gigi dan mulut yang berpusat di kota
Medan dan intstalasi Ilmu Penyakit Mulut merupakan salah satu tempat rujukan
kasus penyakit jaringan lunak mulut di Kota Medan.
c. Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Analisa pemeriksaan Sodium Oxide Dismutase (SOD) saliva sebagai parameter
status antioksidan subjek penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Laboratorium ini merupakan laboratorium
yang memiliki fasilitas dan sarana pemeriksaan biologi molekular.
3.2.2
Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober 2016.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1
Populasi Penelitian
Pasien SAR yang mencari perawatan di Rumah sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG
USU).
3.3.2
Sampel Penelitian
3.3.2.1
Besar Sampel Penelitian
Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji klinis
perbedaan 2 kelompok independen seperti berikut (Sastroasmoro, 2011):
n1= n2 = 2
(Zα+Zβ).SD
2
(X1-X2)
Universitas Sumatera Utara
32
n
= jumlah sampel setiap kelompok
SD
= prediksi rerata standar deviasi gabungan perbedaan ukuran
ulser berdasarkan penelitian sebelumnya (Guintu, 2013)
= 0,45 mm
Zα
= tingkat kemaknaan hipotesis dua arah, jika α = 0,05 maka
Zα
= 1,96
Zβ
= kekuatan/ power penelitian, jika β = 0,2 maka Zβ = 0,84
X1-X2
= perbedaan rerata minimal ukuran ulser yang diharapkan
berdasarkan penelitian sebelumnya (Guintu, 2013)
(0,75-0,25 mm) = 0,5 mm
2
(1,96+0,84).0,45
n= n1 = 2
(0,5)
= 2 (6,35)
= 13
Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas, maka peneliti mengambil
jumlah sampel 16 orang untuk masing-masing kelompok dan untuk mengatasi subjek
yang droup out. Total sampel yang didapatkan 32 orang subjek penelitian dengan 2
orang subjek drop out dikarenakan tidak dapat hadir kontrol sesuai jadwal penelitian.
3.2.2.2 Sampling Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan cara single blind random sampling dengan
metode randomisasi blok dengan jumlah subjek perblok sebanyak empat orang.
Peneliti menetapkan setiap blok terdiri atas empat subjek dan pengobatan terdiri atas
obat A merupakan ekstrak P. guajava L dan obat B merupakan kelompok kontrol
negatif yang diberikan plasebo yang berisikan basic gel. Maka, jenis blok yang
mungkin ada enam yaitu blok AABB, ABAB, ABBA, BBAA, BABA dan BAAB.
Blok ini kemudian diberi kode 1 untuk AABB, kode 2 untuk ABAB, kode 3 untuk
ABBA, kode 4 untuk BBAA, kode 5 untuk BABA dan kode enam untuk BAAB.
Universitas Sumatera Utara
33
Kemudian dilakukan randomisasi dengan menggunakan komputerisasi. Hasil
randomisasi untuk 30 sampel adalah: 2-2-1-3-6-6-5-6, ABAB-ABAB-AABB-ABBABAAB-BAAB-BABA-BAAB
3.4
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1
Kriteria Inklusi
1.
Pasien yang sedang menderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) minor
dan belum mengonsumsi obat apapun
2.
Ulser yang terjadi tidak lebih dari 3 hari
3.
Tidak menderita kelainan sistemik dan tidak mengonsumsi obat-obatan,
vitamin atau suplemen makanan.
4.
Tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alkohol,
menyirih dan menyuntil.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1.
Pasien dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) < 18,5
2.
Pasien yang memiliki oral hiegene yang buruk
3.
Pasien yang tidak kooperatif (tidak mengikuti intruksi yang diberikan oleh
peneliti)
3.5
Variabel Penelitian
3.5.1
Identifikasi Variabel
1.
Variabel bebas/pengaruh :
gel ekstrak
daun P. guajava Lyang
menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak DJB
2.
Variabel tergantung/terpengaruh
:
a.
Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) minor (rasa sakit, halo
eritema dan ukuran ulser)
b.
level antioksidan (SOD) pada saliva
3.
Variabel non eksperimental
a.
Variabel terkendali :
:
Universitas Sumatera Utara
34
- frekuensi aplikasi gel ekstrak DJB
- nutrisi
- oral hiegene
b.
Variabel tidak terkendali:
- stress
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
36
3.5.2
Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. No
Variabel
3. 1Stomatitis
1aftosa
Definisi
Hasil Ukur 2. Skala
peradangan pada mukosa rongga wawancara
rekuren mulut
1(SAR) minor
Alat Ukur
yang
gambaran
tunggal,
ditandai
klinis
bentuk
berupa
oval
dengan pemeriksaan
dan Rasa Sakit 9.: Rasa
intra
ulser, menggunakan
dengan diagnostik
oral skor
alat sakit.
yaitu
kaca
4.
abu-kuning
dikelilingi oleh halo eritema yang pertama
rekuren
=
10.
tidak
11. Diameter
(lapisan terhadap 3 parameter pada sakit
pseudomembran), berbatas jelas, 3 waktu kunjungan hari 2.
kejadiannya
interval
Dimana:
diameter kurang dari 1 cm, dangkal, mulut, sonde dan pinset 1.
berwarna
rasa sakit:
=
ulser:
sakit rasio
kunjungan, ringan
dengan kontrol-1 (3 hari seetelah 3.
=
sakit
12. Eritema
riwayat kambuhan minimal dua kali perawatan), kontrol-2 (6 sedang
dalam satu tahun terakhir (Woo dan hari
Greenberg, 2008).
a. Rasa sakit adalah perasaan
setelah
yaitu:
b.
menggunakan
= sangat nominal
sakit
a. Rasa sakit: Rasa sakit 5.
nyeri dan panas pada mukosa diukur
rongga mulut lokasi SAR.
perawatan) 4.
halo:
=
sakit
dengan tidak
verbal tertahankan
Diameter ulser: ulser descriptor scale. Skala ini
5.
sebagai proses kejadian penyakit menggunakan angka-angka
6. Diameter
dan melihat respon peyembuhannya 1 sampai 5 yang diketahui ulser (mm): <
Universitas Sumatera Utara
37
dengan pengurangan ukuran ulser.
c. Eritema
pinggiran
halo:
SAR
melalui
wawancara 1 cm
batas (Flaherty SA, 1996)
yang berwarna
b.
7.
Diameter 8. Eritema halo :
merah sebagai tanda peradangan ulser:
Pengukuran ada/ tidak ada
akibat pelebaran pembuluh darah dilakukan dengan jangka
kapiler yang bersifat reversibel
dan penggaris
c.
Eritema
halo: Dapat dilihat dengan
menggunakan kaca mulut
Bahan herbal yang mengandung
13. cara
2Aktivitas
antioksidan
flavonoid
yang
ukur menggunakan Nilai IC50: 14.
< Ordinal
bersifat timbangan
dan 50
sangat
ekstrak daun P. antiinflamasi dan antioksidan.
diformulasikan
guajava
ekstrak etanol daun P. kuat, 101-150
L.
menjadi kuat,
51-100
(Psidium
guajava L dan dicampur sedang
guajava Linn.)
dengan basis gel menjadi 151-200
dan
ekstrak gel ektrak daun P. lemah
guajava
L
Selanjutnya
3%. (Molyneux,
dihitung 2004).
aktivitas antioksidan setiap
ekstrak
dengan
metode
DPPH
Universitas Sumatera Utara
38
15.3Level
16. antioksidan metaloenzimatik yang
17. Pengukuran
dengan
18. satuan U/mL 19. Rasio
antioksidan
bekerja mengkatalisis pemecahan menggunakan
SOD saliva
superoksida
(HO-)
menjadi
bahan
O2 Bioassay System OD assay
(oksigen) dan H2O2 (peroksida) kit (ESOD-100) yang dapat
(Butnariu dan Grozea, 2012).
mendeteksi aktivitas enzim
SOD pada sampel biologi
(saliva)
dengan
alat
spektrometer UV visibel
(OD440nm)
4Frekuensi
aplikasi
ekstrak DJB
20. cara subjek peneliti menggunakan
21. Menggunakan cotton bud
22. Dikendalikan23. nominal
gel bahan
eksperimen
perawatan SAR
sebagai yang
diaplikasikan sebagai dosis
sebanyak 3 kali
sehari terapi
yaitu setelah sarapan pagi,
makan siang dan sebelum
tidur.
24.5Nutrisi
25. menilai angka kecukupan energi Perhitungan
tersebut dikendalikan
melalui perhitungan indeks masa diketahui dengan membagi berat
tubuh (IMT).
ordinal
badan
berat badan (kg) dengan ideal melebihi
hasil kuadrat tinggi badan 18,5.
(m) (Sulistyoningsih, 2011)
26.6Oral hiegene 27. indeks kondisi kebersihan rongga
28. diukur berdasarkan indeks
29. dikendalikan 30. ordinal
Universitas Sumatera Utara
39
mulut
OHIS melalui pemeriksaan skor OHIS 0indeks debris dan indeks 3
pada
kalkulus yang dijumlahkan kategori baik
menjadi OHIS (Carranza dan sedang.
dkk, 2006)
Universitas Sumatera Utara
40
3.6
Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1
Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Perlengkapan laboratorium: timbangan, mixer, toples, erlenmeyer, gelas
ukur, lemari pengering, kertas perkamen, blender, cawan porselin, batang pengaduk,
perkolator, vaccum rotavapor, waterbath, refrigetaor -20oC dan -80oC, aluminium
foil, nierbeken, pipet ukur, tabung reaksi, inkubator, spektrometer, labu ukur,
microplate
b. Perlengkapan pengumpulan data: Formulir pencatat berupa blanko rekam
medik penelitian, alat tulis, tiga serangkai (pinset, sonde, kaca mulut, pot penampung
saliva, ice blue gel, termos es
3.6.2
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Sampel saliva
b. Psidium guajava Linn.
c. EnzyChromTM Superoxide Dismutase Assay Kit (ESOD-100)
Bufer
: 20 mL
- Diluent
: 20 mL
Enzim SOD
: 120 µL
- Enzim XO
: 120 µL
Xanthine
: 600 µL
- WST-1
: 600 µL
d. Bahan lainnya: Etanol 96%, aquades, Caboxyl Methyl Cellulose (CMC), kain
putih penyaring, kertas saring, kapas, masker, sarung tangan dan tissue
3.7
Prosedur Penelitian
3.7.1
Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Daun Psidium
guajava L
Daun dikumpulkan sebanyak 5 kg dan dilakukan pembuatan simplisia (Gambar
3.2A). Daun segar yang berwarna hijau disortasi basah, cuci bersih dan ditiriskan
(Gambar 3.2B). Selanjutnya ditimbang, diangin-anginkan dan keringkan di lemari
Universitas Sumatera Utara
41
pengering dengan suhu -40oC. Sortasi kering ditimbang kemudian dibuat serbuk.
Serbuk ini disebut simplisia daun jambu biji (SDJB). (Gambar 3.2C)
Prosedur pembuatan ekstrak daun jambu biji (EDJB) dengan metode maserasi.
Tehnik ini merupakan tehnik ekstraksi cara dingin yang paling sering digunakan.
Prosedur pembuatan ekstrak daun jambu biji adalah sebagai berikut:
Sebanyak 500 g simplisia dimaserasi dengan etanol 96% yang sudah didestilasi
sebanyak 3,75 L(75 bagian). Kemudian disaring dan ampasnya ditambah etanol 1,25
L(25 bagian) sehingga diperoleh 5 L maserat (Gambar 3.3A). Selanjutnya ekstrak
dipekatkan dengan alat penguap rotari vacuum untuk mendapatkan ekstrak pekat, difreeze dryer untuk menghilangkan sisa pelarut (DepKes, 1979). (Gambar 3.3B)
Gambar 3.2 : A. Pengumpulan daun P guajava L; B. Pencucian daun ;
C. Pengeringan daun di lemari pengering ; d. Simplisia daun P guajava L
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 3.3: A. Proses maserasi; B. Ekstrak kental daun P guajava L
3.7.2
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Daun Psidium guajava L
a.
Penetapan kadar air
Bersihkan tabung penerima, pendingin, dan labu dengan asam pencuci. Bilas dengan
air dan keringkan didalam lemari pengering. Penjenuhan toluena dilakukan dengan
cara destilasi yaitu ukur 200 ml toluena masukkan kedalam labu destilasi tambahkan
2 ml air suling dan destilasi selama 2 jam. Biarkan mendingin selama setengah jam,
baca volume air dengan ketelitian 0,01 ml (V1). Timbang seksama 5 g bahan
masukkan kedalam labu destilasi, panaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena
mulai mendidih destilasi dilakukan dengan kecepatan ± 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian besar air tersuling kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes
per detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluena.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin hingga
suhu kamar. Baca volume air setelah air dan toluena memisah sempurna (V 2). Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam
simplisia yang diperiksa (WHO, 1992).
%�
b.
� =
�2 − �1
�
� 100%
Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam
Universitas Sumatera Utara
43
labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam, kemudian didiamkan selama
18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu
105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar sari larut dalam air =
c.
berat sari (g)
100
x
x 100%
berat sampel (g)
20
Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6
jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk
meng-hindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut
dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar sari larut dalam etanol =
d.
berat sari (g)
100
x
x 100%
berat sampel (g)
20
Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam
krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahanlahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 oC selama 3 jam kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan
% Kadar abu total =
e.
berat abu (g)
x 100%
berat sampel (g)
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Universitas Sumatera Utara
44
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida
encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring
melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot
tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar abu tidak larut dalam asam =
berat abu (g)
x 100%
berat sampel (g)
3.7.3 Prosedur Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Daun Psidium
guajava L
Penentuan golongan senyawa kimia skrining fitokimia dilakukan
pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida antrakuinon
(Depkes RI, 1995), saponin, tanin (Farnsworth, 1966), dan steroid/triterpenoid
(Harborne, 1987).
a.
Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 mL
asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan, dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid.
Diambil 3 ta-bung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 mL filtrat. Pada masingmasing tabung reaksi:
a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer.
b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat.
c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan di
atas (Depkes RI, 1995).
b. Pemeriksaan flavonoid
Sebanyak 2 g serbuk simplisia/ekstrak ditambahkan 10 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
45
0,1 g serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol,
dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau
kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
c. Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 mL campuran
etanol 96% dengan air (7:3) dan 10 mL asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam,
didinginkan dan disaring. Diambil 20 mL filtrat ditambahkan 25 mL air suling dan 25
mL timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari
dengan 20 mL campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang
sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari
50٥C. Sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan sisa digunakan untuk
percobaan berikut: 0,1 mL larutan percobaan dimasukan dalam tabung reaksi dan
diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes pereaksi
Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat
melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan
menunjukkan ikatan gula (Depkes RI, 1995).
d.Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 g, dimasukan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat
selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10
menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, menunjukan
adanya saponin (Depkes RI, 1995).
e.
Pemeriksaan tanin
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam
100 mL air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes
peraksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman,
menunjukan adanya tanin (Farnsworth, 1966).
f. Pemeriksaan steroid/triterpenoid
Sebanyak 1 g serbuk simplisia/ekstrak dimaserasi dengan 20 mL n-heksana selama 2
jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
46
beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau
menunjukan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
3.7.4
Prosedur Pembuatan Gel Ekstrak Daun Psidium guajava L
Setiap 100 gram basic gel terdiri dari formula dasar gel dan gel ekstrak daun Psidium
guajava L. Formulasi dasar gel terdiri dari:
R/
CMC-Na
25 gram
Aquades q.s ad
1000 gram
Cara pembuatannya: taburkan Caboxy Methyl Cellulose (CMC-Na) pada air panas
sebanyak 20 kalinya. Kemudian campuran tersebut didiamkan selama 30 menit.
Selanjutnya massa tersebut dipindahkan ke dalam mortal dan digerus hingga
homogen. Sisa aquades ditambahkan dan digerus kembali hingga homogen.
Formulasi gel ekstrak DJB 3% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
30 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
Cara pembuatannya: masukkan ekstrak DJB sebanyak 30 gram ke dalam mortar dan
diencerkan dengan etanol 96% beberapa tetes. Selanjutnya sedikit demi sedikit basic
gel ditambahkan dan dierus sehingga terbentuk massa yang homogen.
Formulasi gel ekstrak DJB 5% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
50 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
dan,
Formulasi gel ekstrak DJB 7% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
70 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
Cara pembuatan gel ektrak daun Psidium guajava L atau DJB (daun jambu biji) 5%
dan 7% sama seperti pembuatan gel ekstrak DJB 3%. (Gambar 3.4).
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 3.4. A. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan gel ekstrak DJB; B. Proses
pembuatan gel ekstrak dan C. Gel ekstrak diletakkan di dalam pot opat dan diberikan nomor
sesuai randomisasi
3.7.5
Prosedur Pengambilan Data Penelitian
Adapun prosedur pengumpulan data subjek penelitian terdiri dari
pengambilan data orientasi gel ekstrak DJB, data subjek penelitian dan prosedur
laboratorium.
3.7.5.1
Pengumpulan Data Orientasi Gel Ekstrak DJB
Pengumpulan data orientasi dilakuakn untuk menentukan konsentrasi gel
ekstrak sebagai dosis terapi yang akan diberikan kepada subjek penelitian. Subjek
penderita SAR tipe minor yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian
dikumpulkan dan diberikan terapi gel esktrak DJB 3%, 5% dan 7%. Data orientasi
dikumpulkan dan dilakukan analisis data terhadap penyembuhan SAR tipe minor
yaitu: diameter ulser pada 3 waktu kunjungan.
Universitas Sumatera Utara
48
3.7.5.2
a.
Pengumpulan Data Subjek Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di RSGM USU. Subjek diperiksa terlebih
dahulu menderita SAR. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
diberikan lembar penjelasan penelitian dan ditanyakan kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian, apabila subjek bersedia, subjek diminta untuk
menandatangani lembar informed consent. (Gambar 3.5A)
b.
Data mengenai kondisi SAR diperoleh melalui pemeriksaan subjektif
berupa anamnesis dan pemeriksaan klinis. Peneliti melakukan anamnesis untuk
menanyakan ada atau tidak rasa sakit. (Gambar 3.5B)
Gambar 3.5: A. Menanyakan kesediaan subjek penelitian; B. Alat pengumpulan data
subjek penelitian
c.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis melihat lokasi, ukuran dan ada
tidaknya halo eritema dan dicatat pada blanko rekam medik. (Gambar 3.6A dan B)
d.
Metode pengambilan saliva dilakukan dengan metode spitting
yaitu
saliva dibiarkan tergenang kemudian diludahkan setiap 60 detik selama 5 menit.
Saliva ditampung di dalam pot saliva kemudian diberi label.(Gambar 3.6C)
e.
Pot saliva segera dimasukkan dan disusun dalam cooling packs yang
dapat menjaga suhu tetap 2-8oC (Gambar 3.6D, selanjutnya minimal 1 jam berikutnya
sampel segera dibawa ke laboratorium Terpadu FK USU untuk disimpan di kulkas
Universitas Sumatera Utara
49
penyimpanan khusus sampel. Standar operasional penyimpanan saliva adalah apabila
saliva langsung dianalisis (30-90 menit setelah pengambilan sampel), sampel saliva
dapat disimpan pada suhu kamar; apabila saliva dianalisis 3-6 jam setelah
pengambilan sampel, sampel disimpan pada suhu 4 oC; namun jika dianalisis lebih
dari 1 hari sampai 1 bulan dari waktu pengambilan, sampel disimpan pada suhu -20oC
dan akan lebih baik lagi jika disimpan pada suhu -80oC. (Gambar 3.6E)
Gambar 3.6: A. Pemeriksaan terhadap SAR tipe minor; B. Pengukuran diameter ulser; C.
Pengumpulan saliva; D. Penyimpanan saliva yang telah dikumpulkan pada coolbox; E.
Penyimpanan saliva pada refrigeraor -800C.
f.
Selanjutnya subjek penelitian diberikan gel ekstrak P. guajava L. dengan
dosis 3 X sehari selama 3 hari. Subjek diminta untuk berkumur degan aquades
sebelum mengaplikasikan gel ekstrak P. guajava L. .
Universitas Sumatera Utara
50
g.
Subjek diberitahukan cara mengoleskan gel daun jambu biji yaitu selapis
tipis sebesar kepala cotton bud dengan arah horizontal dan diinstruksikan pula waktu
pengolesan gel daun jambu biji yaitu pagi setelah sarapan, setelah makan siang dan
sebelum tidur.
h.
Subjek juga diinstruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30
menit sampai 1 jam setelah pengalikasikan gel ekstrak P. guajava L.
untuk
memaksimalkan kerja daun jambu biji pada SAR.
i.
Pencatatan tanggal pemberian obat kepada subjek dilakukan pada rekam
medis penelitian.
j.
Subjek diminta untuk hadir kembali setiap 3 hari pertama (kontrol 1) dan
3 hari berikutnya (kontrol 2). Dilakukan anamnesis kembali untuk melhat tingkat rasa
sakit, pemeriksaan klinis terhadap ada tidaknya halo eritema dan ukuran ulser.
k.
Pencatatan hasil pengamatan kembali dilakukan pada rekam medis
penelitian.
3.7.5.3
Prosedur Laboratorium
a. Penetapan kandungan flavonoid ekstrak etanol P guajava L. menggunakan
metode kolorimetri aluminium klorida dengan pegukuran absorbansi secara
spektrofotometer (Chang, dkk., 2002) dan sebagai satandar digunakan kuersetin.
Pembuatan larutan induk baku kuersetin: larutan kuersetin dibuat dengan
konsentrasi 100 µg/ml dengan cara sebanyak 1 mg kuersetin dilarutkan dalam 10 ml
metanol pro analysis.
Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin: Larutan kuersetin dengan
konsentrasi 100 µg/ml diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam
labu
tentukur. Diatambahkan 0,1 ml AlCl3 dan 0,1 ml natrium asetat. Kemudian
dtambahkan akuades sebanyak 2,8 ml dan diinkubasi selama 40 menit. Ukur panjang
gelombang maksimum menggunakan spektrometervisibel pada rentang 400-800 nm.
Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin: Larutan kuersetin dibuat dengan
konsentrasi 6,23; 12,5; 25; 50 dan 100 µg/ml. Kemudian diambil masing-masing
larutan sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml. Ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
51
0,1 ml AlCl3 dan o,1 ml natrium asetat. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak
2,8 ml dan diinkubasi selama 40 menit. Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum dan didapat kurva kalibrasi kuersetin serta persamaan garis
linear y=ax+b. Penetapan kandungan flavonoid: Sebanyak 25 mg sampel ekstrak
etanol P. guajava L dilarutkan dalam 25 ml metanol. Diambil larutan sebanyak 3 ml
dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml. Ditambahkan metanol sampai garis
tanda sehingga konsentrasi larutan menjadi 300 µg/ml. Dari larutan dengan
konsentrasi 300 µg/ml diambil 2 ml dan diukur dengan 2 kali pengulangan kemudian
diambil 2 ml lainnya ditambahkan sebanyak 0,1 ml AlCl3, 0,1 ml natrium asetat dan
2,8 ml akuades. Ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer visibel
pada panjang gelombang 400-800 nm sebanyak 5 kali untuk satu kali pengukuran dan
diambil rata-ratanya.
Kadar flavonoid ekstrak daun P guajava L. dihitung dengan menggunakan
subsitusi nilai-nilai absorbansi rata-rata sampel ke dalam persamaan regresi linear
yang didapat dari kurva kalibrasi untuk mengetahui konsentrasinya. Nilai konsentrasi
sampel yang didapat kemudan disubsitusikan ke dalam rumus perhitungan kadar total
flavonoid.
Kadar flavonoid =
x. V .FP
BS
Keterangan:
x
= Konsentrasi (µg/ml)
V
= Volume larutan sampel (ekstrak) (L)
FP = Faktor pengenceran larutan sampel
BS = Berat sampel (g)
Kadar flovonoid didapatkan dalam satuan mg ekuivalen kuersetin/gram sampel
(mg Q/g)
b. Pemeriksaan flavonoid dan pengujian kemampuan antioksidan dengan
spektrofotometer visibel dengan metode penangkapan radikal bebas DPPH.
Pemeriksaan flavonoid dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas
antioksidan. Cara melakukannya dengan 10 g serbuk simplisia ditambah 100 ml air
panas dan dididihkan selama 5 menit untuk selanjutnya disaring dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
52
panas. Kemudian ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk Mg, 1 ml asam
klorida pekat dan 2 ml amil alkohol dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid
positif jika pada lapisan amil alkohol terjadi warna merah kekuningan atau jingga
(Farnsworth, 1966).
Kemampuan antioksidan ekstrak P. guajava L. 3%, 5% dan 7% diuji dalam
meredam proses oksidasi DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hydrazyl) sebagai radikal
bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi peredaman warna ungu DPPH) dengan
nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50%)
digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak P.
guajava L. 3%, 5% dan 7%.
1.
Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 5 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol
sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).
2.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada
panjang gelombang 400-800 nm.
3.
Pembuatan larutan sampel uji
Sebanyak 25 mg sampel uji ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur
25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis
tanda dan diperoleh larutan induk baku sampel (konsentrasi 1000 ppm). Konsentrasi
ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 1,25
ml; 2,5 ml; 3,75 ml dan 5 ml ke dalam masing- masing labu tentukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, kemudian
ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) lalu volumenya
dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan di tempat gelap selama 60
menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada
panjang gelombang 516 nm.
4.
Pembuatan suspensi Kuersetin sebagai larutan pembanding
Universitas Sumatera Utara
53
Ditimbang Kuersetin sebanyak 100 mg, ditambahkan suspeni CMC Na 1%
sedikit demi sedikit sambil digerus homogen, lalu diencerkan dengan suspensi CMC
Na 1% hingga 20 ml.
5.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada
panjang gelombang 400-800 nm dan diperoleh panjang gelombang 516 nm.
6.
Penentuan operating time larutan DPPH
Waktu pengukuran (operating time) diperoleh dari hasil pengukuran larutan uji
sampel P. guajava L. diukur pada panjang gelombang yang diperoleh (516 nm),
diukur setiap 5 menit selama 80 menit. Sebanyak 1,25 ml larutan induk baku ekstrak
etanol P. guajava L. dipipet ke dalam labu tentukur 25 ml, ditambahkan 5 ml larutan
DPPH 0,5 mM lalu dicukupkan dengan metanol hingga garis tanda kemudian
dihomogenkan dan selanjutnya diukur.
7.
Analisis persen pemerangkapan radikal bebas
Menurut Molyneux (2004), penentuan persen pemerangkapan radikal bebas
oleh sampel uji, P. guajava L. dengan Rutin sebagai pembanding, menggunakan
metode pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hydrazyl).
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH
(peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai
absorbansi larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut
dihitung sebagai persen peredaman.
A Kontrol - A Sampel
% Peredaman =
Keterangan :
8.
A Kontrol
A Sampel
X 100%
A Kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel
= Absorbansi mengandung sampel
Penentuan nilai IC50
Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji
(µg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu menghambat/
Universitas Sumatera Utara
54
meredam proses oksidasi sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas
antioksidan, sedangkan 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan
dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak
(µg/ml) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai
ordinatnya (sumbu Y) (Shirwaikar dkk, 2006).
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika
nilai IC50 bernilai 100-150µg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 µg/ml
(Mardawati, 2008). (Gambar 3.7)
Gambar 3.7 Spektofotometer uv-vis
c.
Prosedur perhitungan Kadar Antioksidan (SOD) Saliva
1.
Perlakuan terhadap sampel
Sampel saliva yang beku dipersiapkan untuk dilakukan pengujian (Gambar
3.8A). Saliva yang sudah mencair disentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit pada suhu
4oC, bahagian atas diambil dan disimpan ke tabung kecil dengan suhu -20oC.
Pemeriksaan SOD menggunakan supernatan. (Gambar 3.8B)
2.
Prosedur pemeriksaan SOD (prosedur pada 96- well plate)
a.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, pastikan bahwa semua reagent berada
pada suhu ruangan 25oC. Xanthine dapat menjadi keruh oleh karena itu lakukanlah
vortex yang singkat sebelum dipipet. Pada masing- masing tabung enzim
dicentrifugasi dengan singkat dan tetap berada pada es selama pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
55
b.
Standar. Campurkan 8 µL Enzim SOD dengan 392 µL zat pengencer
untuk mendapatkan 3U/mL standar SOD. Standar Pengenceran seperti tabel di bawah
ini
No
3U/mLSOD+Zat Pencair
Standar (U/mL)
1
100 µL + 0 µ L
3.0
2
80 µL + 20 µ L
2.4
3
60 µL + 40 µ L
1.8
4
40 µL + 60 µ L
1.2
5
18 µL + 82 µ L
0.54
6
8 µL + 92 µ L
0.24
7
8
4 µL + 96 µ L
0 µL + 100 µ L
0.12
0.0
Pindahkan 20 µL larutan SOD standar pada 8 well dari 96 well-plate tersebut,
juga pindahkan 20 µL sampel pada sebagian well lainnya.
c.
Reaksi. Persiapkan larutan kerja (Working reagent) untuk larutan standar
SOD dan sampel. Campurkan 160 µL Assay Buffer, 5 µL Xanthine dan 5 µL WST-1
ke setiap well dan diketuk ringan untuk menghomogenkan bahan-bahan tersebut.
Tambahkan 160 µL working reagent (WR) untuk setiap well.
Encerkan enzim XO dengan perbandingan 1:20 zat pengencer dan dengan cepat
tambahkan 20 µL pengenceran enzim XO unuk setiap well. Gunakan pipet yang
multi-channel dan dihomogenkan dengan ketuk ringan. (Gambar 3.8C)
d.
Pengukuran. Segera baca OD440
nm(
OD 420-460 nm) (OD0) (Gambar
3.8D). Inkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan 25 oC yang gelap. Kemudian baca
OD440 nm kembali (OD60) (Gambar 3.8E dan F).
3.
Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
56
a.
Hitung ∆OD60 untuk setiap well baik sampel maupun standar dengan
perhitungan ∆OD60 = OD60 – OD0
4.
Hitung ∆∆OD dengan perhitungan ∆∆OD = ∆ODstd8 - ∆OD60 untuk setiap
sampel dan standar yang mana ∆ODstd8 adalah ∆OD untuk standar 8 (Standar yang
diketahui tidak ada aktivitas SOD dan kemungkinan absorbansi yang tinggi)
5.
Buatlah ilustrasi kurva standar ∆∆OD sebagai sumbu Y dan SOD (U/mL)
sebagai sumbu X. Gambarkan ∆∆OD sampel untuk menentukan aktivitas SOD
sampel dari kurva standar tersebut.
Gambar 3.8; A. Sampel dipersiapkan untuk dilakukan pengujian; B. Sentrifugasi
sampel saliva;
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 3.8: C. Proses pipeting dengan menggunakan multichannel pipettor; D.
Mesin Spketro Uv-vis; E. Inkubasi selama 60 menit; F. Perubahan warna sampel
saliva well-plate
3.8
Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup hal-hal yaitu:
a. Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.
b.Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
subjek, namun terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan dan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
58
c. Kerahasiaan (Confidentially)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
karena data yang akan ditampilkan dalam bentuk data kelompok dan bukan
merupakan data pribadi masing-masing subjek.
3.9
Analisis Data
Analisis data dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis univariat dan
(bivariat Sastroasmoro dan Ismael, 2011),
a. Analisis Univariat yaitu :
1. Mengetahui kadar antioksidan ekstrak P. guajava L
2. Mengetahui rata-rata kadar SOD saliva penderita SAR minor sebelum
diberikan pengobatan
3. Mengetahui rata-rata kadar SOD saliva penderita SAR minor setelah
diberikan pengobatan ekstrak P. guajava L
4. Rata-rata rasa sakit, ukuran ulser pada saat base line, kontrol 1 dan kontrol2.
b.Analisis Satistik yaitu:
Metode yang digunakan untuk mengetahui distribusi data pada penelitian ini adalah
dengan Saphiro-wilk dengan kriteria sebaran p>0,05 dan jumlah sampel (n) ≤50.
Berdasarkan hasil distribusi data, analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu:
1. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap ukuran ulser pada pasien SAR tipe
minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo menggunakan uji
Annova repeated
2. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap pengurangan rasa sakit pada
pasien SAR tipe minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo
menggunakan uji Friedman
Universitas Sumatera Utara
59
3. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap eritema halo pada pasien SAR tipe
minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo menggunakan uji
Mc Nemar
4. Rata-rata kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe minor sebelum perawatan
pada setiap kelompok
5. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap kadar SOD saliva pada pasien
SAR tipe minor pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo
pada saat kontrol ke-2 (setelah 6 hari pemberian ekstrak) menggunakan uji T
berpasangan
6. Mengetahui dan menganalisis efek pemberian ekstrak terhadap kadar SOD
saliva sebelum dan setelah pengobatan (hari ke-6) pada kelompok perlakuan
menggunakan uji T berpasangan
Universitas Sumatera Utara
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1
Hasil
Identifikasi Tanaman
identifikasi/determinasi
tanaman
yang
dilakukan
di
Herbarium
Medanense, Universitas Sumatera Utara menunjukkan sampel sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama Lokal
: Jambu Biji.
Surat hasil identifikasi/determinasi tanaman terlampir.
4.1.
Orientasi Penelitian Penentuan Persentasi (%) Gel Ekstrak
Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini berfungsi untuk
menentukan % ekstrak yang efektif terhadap terapi SAR tipe minor. Persentasi yang
diuji pada penelitian ini yaitu: kelompok perlakuan 1 menggunakan gel ekstrak daun
P guajava L 3%, kelompok perlakuan II menggunakan gel ekstrak daun P guajava L
5%, kelompok III menggunakan gel ekstrak daun P guajava L 7% dan kelompok IV
menggunakan basic gel. Pengumpulan data pengurangan diameter ulser pada
penelitian pendahuluan ini diukur pada tiga waktu pengamatan base line, kontrol-1 (3
hari perawatan) dan kontrol-2 (6 hari perawatan). Uji analisis data menggunakan one
way Anova dengan Post Hoc Tukey HSD dan diketahui hasil yang signifikan untuk
semua konsentrasi gel ekstrak baik 3%, 5% dan 7% pada waktu pengamatan kontrol2 atau 6 hari setelah pemberian ekstrak dengan nilai p 0,003 (Tabel 4.1).
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.1 Analisis Pengurangan Diameter Ulser Perbandingan Antar Kelompok
Konsentrasi Gel 3%, 5%, 7% dan Plasebo Pada Penelitian Orientasi
Waktu
Kelompok
n
Nilai p
Pengamatan
Base Line
Konsentrasi gel 3%
4
0, 946
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,017
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,946
Plasebo
4
Kontrol-1
Konsentrasi gel 3%
4
0,225
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,873
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,225
Plasebo
4
Kontrol-2
Konsentrasi gel 3%
4
0,003*
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,003*
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,003*
Plasebo
4
*= signifikan
4.3
Karakteristik, Skrining dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun P.
guajava L.
Daun P guajava L atau DJB (daun jambu biji) yang segar pada penelitian ini
dikumpulkan sebanyak 5 kg dari pohon yang sama. Peneliti memeroleh daun dari
jalan Luku kecamatan Pancur batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tanaman
khas daerah Sumatera Utara.
Berdasarkan pemeriksaan karakteristik simplisia dan ekstrak didapati kadar air
simplisia 6,2% dan ekstrak 7,98%. Sedangkan kadar sari larut dalam air pada
simplisia 25,56%, kadar sari larut dalam etanol pada simplisia 20,72%, kadar abu
total pada simplisia 5,84% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam hanya dijumpai
pada simplisia sebesar 0,85 %. Sedangkan kadar abu total pada ekstrak etanol sebesar
Universitas Sumatera Utara
62
0,49 %. Karakteristik ini dibandingkan dengan karakteristik simplisia dan ekstrak
daun jambu biji menurut Farmakope Herbal Indonesia (FHI) (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak
31. No
Karakteristik
32.
33.
1 Kadar air
34.
2 Kadar sari larut
dalam air
35.
3 Kadar sari larut
dalam etanol
36.
4 Kadar abu total
37.
5 Kadar abu yang
tidak larut dalam
asam
FHI
Ekstrak
FHI
Simplisia
6,2 %
15%
-
-
5, 84 %
0, 85 %
< 9%
< 0,8%
0, 49 %
0 %
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan rancangan
randomized pretest posttest single blinded control group. Pada penelitian ini terdapat
2 kelompok berbeda yang akan diuji, sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan diberikan sediaan gel ekstrak
etanol P. guajava L. dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang akan
diberikan plasebo yang tidak memiliki kandungan aktif (basis gel). (gambar 3.1)
Penentuan konsentrasi ekstrak mengacu pada penelitian sebelumnya (Octiarni,
2012).
Gambar 3.1. Bagan rancangan penelitian uji klinis
3.2
Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
a. Laboratorium Farmakognonsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pembuatan ekstrak gel daun jambu biji dilakukan di Laboratorium Obat
Tradisional Farmasi Universitas Sumatera Utara. Laboratorium ini menjadi pilihan
untuk penelitian karena merupakan salah satu laboratorium yang sering membuat dan
menjadi rujukan dalam pembuatan ekstrak tanaman obat tradisional.
b. Instalasi Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
31
Lokasi pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG USU) instalasi
Ilmu Penyakit Mulut. Rumah sakit ini menjadi pilihan untuk penelitian karena
merupakan satu-satunya rumah sakit khusus gigi dan mulut yang berpusat di kota
Medan dan intstalasi Ilmu Penyakit Mulut merupakan salah satu tempat rujukan
kasus penyakit jaringan lunak mulut di Kota Medan.
c. Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Analisa pemeriksaan Sodium Oxide Dismutase (SOD) saliva sebagai parameter
status antioksidan subjek penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Laboratorium ini merupakan laboratorium
yang memiliki fasilitas dan sarana pemeriksaan biologi molekular.
3.2.2
Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober 2016.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1
Populasi Penelitian
Pasien SAR yang mencari perawatan di Rumah sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG
USU).
3.3.2
Sampel Penelitian
3.3.2.1
Besar Sampel Penelitian
Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji klinis
perbedaan 2 kelompok independen seperti berikut (Sastroasmoro, 2011):
n1= n2 = 2
(Zα+Zβ).SD
2
(X1-X2)
Universitas Sumatera Utara
32
n
= jumlah sampel setiap kelompok
SD
= prediksi rerata standar deviasi gabungan perbedaan ukuran
ulser berdasarkan penelitian sebelumnya (Guintu, 2013)
= 0,45 mm
Zα
= tingkat kemaknaan hipotesis dua arah, jika α = 0,05 maka
Zα
= 1,96
Zβ
= kekuatan/ power penelitian, jika β = 0,2 maka Zβ = 0,84
X1-X2
= perbedaan rerata minimal ukuran ulser yang diharapkan
berdasarkan penelitian sebelumnya (Guintu, 2013)
(0,75-0,25 mm) = 0,5 mm
2
(1,96+0,84).0,45
n= n1 = 2
(0,5)
= 2 (6,35)
= 13
Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas, maka peneliti mengambil
jumlah sampel 16 orang untuk masing-masing kelompok dan untuk mengatasi subjek
yang droup out. Total sampel yang didapatkan 32 orang subjek penelitian dengan 2
orang subjek drop out dikarenakan tidak dapat hadir kontrol sesuai jadwal penelitian.
3.2.2.2 Sampling Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan cara single blind random sampling dengan
metode randomisasi blok dengan jumlah subjek perblok sebanyak empat orang.
Peneliti menetapkan setiap blok terdiri atas empat subjek dan pengobatan terdiri atas
obat A merupakan ekstrak P. guajava L dan obat B merupakan kelompok kontrol
negatif yang diberikan plasebo yang berisikan basic gel. Maka, jenis blok yang
mungkin ada enam yaitu blok AABB, ABAB, ABBA, BBAA, BABA dan BAAB.
Blok ini kemudian diberi kode 1 untuk AABB, kode 2 untuk ABAB, kode 3 untuk
ABBA, kode 4 untuk BBAA, kode 5 untuk BABA dan kode enam untuk BAAB.
Universitas Sumatera Utara
33
Kemudian dilakukan randomisasi dengan menggunakan komputerisasi. Hasil
randomisasi untuk 30 sampel adalah: 2-2-1-3-6-6-5-6, ABAB-ABAB-AABB-ABBABAAB-BAAB-BABA-BAAB
3.4
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1
Kriteria Inklusi
1.
Pasien yang sedang menderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) minor
dan belum mengonsumsi obat apapun
2.
Ulser yang terjadi tidak lebih dari 3 hari
3.
Tidak menderita kelainan sistemik dan tidak mengonsumsi obat-obatan,
vitamin atau suplemen makanan.
4.
Tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alkohol,
menyirih dan menyuntil.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1.
Pasien dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) < 18,5
2.
Pasien yang memiliki oral hiegene yang buruk
3.
Pasien yang tidak kooperatif (tidak mengikuti intruksi yang diberikan oleh
peneliti)
3.5
Variabel Penelitian
3.5.1
Identifikasi Variabel
1.
Variabel bebas/pengaruh :
gel ekstrak
daun P. guajava Lyang
menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak DJB
2.
Variabel tergantung/terpengaruh
:
a.
Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) minor (rasa sakit, halo
eritema dan ukuran ulser)
b.
level antioksidan (SOD) pada saliva
3.
Variabel non eksperimental
a.
Variabel terkendali :
:
Universitas Sumatera Utara
34
- frekuensi aplikasi gel ekstrak DJB
- nutrisi
- oral hiegene
b.
Variabel tidak terkendali:
- stress
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
36
3.5.2
Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. No
Variabel
3. 1Stomatitis
1aftosa
Definisi
Hasil Ukur 2. Skala
peradangan pada mukosa rongga wawancara
rekuren mulut
1(SAR) minor
Alat Ukur
yang
gambaran
tunggal,
ditandai
klinis
bentuk
berupa
oval
dengan pemeriksaan
dan Rasa Sakit 9.: Rasa
intra
ulser, menggunakan
dengan diagnostik
oral skor
alat sakit.
yaitu
kaca
4.
abu-kuning
dikelilingi oleh halo eritema yang pertama
rekuren
=
10.
tidak
11. Diameter
(lapisan terhadap 3 parameter pada sakit
pseudomembran), berbatas jelas, 3 waktu kunjungan hari 2.
kejadiannya
interval
Dimana:
diameter kurang dari 1 cm, dangkal, mulut, sonde dan pinset 1.
berwarna
rasa sakit:
=
ulser:
sakit rasio
kunjungan, ringan
dengan kontrol-1 (3 hari seetelah 3.
=
sakit
12. Eritema
riwayat kambuhan minimal dua kali perawatan), kontrol-2 (6 sedang
dalam satu tahun terakhir (Woo dan hari
Greenberg, 2008).
a. Rasa sakit adalah perasaan
setelah
yaitu:
b.
menggunakan
= sangat nominal
sakit
a. Rasa sakit: Rasa sakit 5.
nyeri dan panas pada mukosa diukur
rongga mulut lokasi SAR.
perawatan) 4.
halo:
=
sakit
dengan tidak
verbal tertahankan
Diameter ulser: ulser descriptor scale. Skala ini
5.
sebagai proses kejadian penyakit menggunakan angka-angka
6. Diameter
dan melihat respon peyembuhannya 1 sampai 5 yang diketahui ulser (mm): <
Universitas Sumatera Utara
37
dengan pengurangan ukuran ulser.
c. Eritema
pinggiran
halo:
SAR
melalui
wawancara 1 cm
batas (Flaherty SA, 1996)
yang berwarna
b.
7.
Diameter 8. Eritema halo :
merah sebagai tanda peradangan ulser:
Pengukuran ada/ tidak ada
akibat pelebaran pembuluh darah dilakukan dengan jangka
kapiler yang bersifat reversibel
dan penggaris
c.
Eritema
halo: Dapat dilihat dengan
menggunakan kaca mulut
Bahan herbal yang mengandung
13. cara
2Aktivitas
antioksidan
flavonoid
yang
ukur menggunakan Nilai IC50: 14.
< Ordinal
bersifat timbangan
dan 50
sangat
ekstrak daun P. antiinflamasi dan antioksidan.
diformulasikan
guajava
ekstrak etanol daun P. kuat, 101-150
L.
menjadi kuat,
51-100
(Psidium
guajava L dan dicampur sedang
guajava Linn.)
dengan basis gel menjadi 151-200
dan
ekstrak gel ektrak daun P. lemah
guajava
L
Selanjutnya
3%. (Molyneux,
dihitung 2004).
aktivitas antioksidan setiap
ekstrak
dengan
metode
DPPH
Universitas Sumatera Utara
38
15.3Level
16. antioksidan metaloenzimatik yang
17. Pengukuran
dengan
18. satuan U/mL 19. Rasio
antioksidan
bekerja mengkatalisis pemecahan menggunakan
SOD saliva
superoksida
(HO-)
menjadi
bahan
O2 Bioassay System OD assay
(oksigen) dan H2O2 (peroksida) kit (ESOD-100) yang dapat
(Butnariu dan Grozea, 2012).
mendeteksi aktivitas enzim
SOD pada sampel biologi
(saliva)
dengan
alat
spektrometer UV visibel
(OD440nm)
4Frekuensi
aplikasi
ekstrak DJB
20. cara subjek peneliti menggunakan
21. Menggunakan cotton bud
22. Dikendalikan23. nominal
gel bahan
eksperimen
perawatan SAR
sebagai yang
diaplikasikan sebagai dosis
sebanyak 3 kali
sehari terapi
yaitu setelah sarapan pagi,
makan siang dan sebelum
tidur.
24.5Nutrisi
25. menilai angka kecukupan energi Perhitungan
tersebut dikendalikan
melalui perhitungan indeks masa diketahui dengan membagi berat
tubuh (IMT).
ordinal
badan
berat badan (kg) dengan ideal melebihi
hasil kuadrat tinggi badan 18,5.
(m) (Sulistyoningsih, 2011)
26.6Oral hiegene 27. indeks kondisi kebersihan rongga
28. diukur berdasarkan indeks
29. dikendalikan 30. ordinal
Universitas Sumatera Utara
39
mulut
OHIS melalui pemeriksaan skor OHIS 0indeks debris dan indeks 3
pada
kalkulus yang dijumlahkan kategori baik
menjadi OHIS (Carranza dan sedang.
dkk, 2006)
Universitas Sumatera Utara
40
3.6
Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1
Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Perlengkapan laboratorium: timbangan, mixer, toples, erlenmeyer, gelas
ukur, lemari pengering, kertas perkamen, blender, cawan porselin, batang pengaduk,
perkolator, vaccum rotavapor, waterbath, refrigetaor -20oC dan -80oC, aluminium
foil, nierbeken, pipet ukur, tabung reaksi, inkubator, spektrometer, labu ukur,
microplate
b. Perlengkapan pengumpulan data: Formulir pencatat berupa blanko rekam
medik penelitian, alat tulis, tiga serangkai (pinset, sonde, kaca mulut, pot penampung
saliva, ice blue gel, termos es
3.6.2
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Sampel saliva
b. Psidium guajava Linn.
c. EnzyChromTM Superoxide Dismutase Assay Kit (ESOD-100)
Bufer
: 20 mL
- Diluent
: 20 mL
Enzim SOD
: 120 µL
- Enzim XO
: 120 µL
Xanthine
: 600 µL
- WST-1
: 600 µL
d. Bahan lainnya: Etanol 96%, aquades, Caboxyl Methyl Cellulose (CMC), kain
putih penyaring, kertas saring, kapas, masker, sarung tangan dan tissue
3.7
Prosedur Penelitian
3.7.1
Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Daun Psidium
guajava L
Daun dikumpulkan sebanyak 5 kg dan dilakukan pembuatan simplisia (Gambar
3.2A). Daun segar yang berwarna hijau disortasi basah, cuci bersih dan ditiriskan
(Gambar 3.2B). Selanjutnya ditimbang, diangin-anginkan dan keringkan di lemari
Universitas Sumatera Utara
41
pengering dengan suhu -40oC. Sortasi kering ditimbang kemudian dibuat serbuk.
Serbuk ini disebut simplisia daun jambu biji (SDJB). (Gambar 3.2C)
Prosedur pembuatan ekstrak daun jambu biji (EDJB) dengan metode maserasi.
Tehnik ini merupakan tehnik ekstraksi cara dingin yang paling sering digunakan.
Prosedur pembuatan ekstrak daun jambu biji adalah sebagai berikut:
Sebanyak 500 g simplisia dimaserasi dengan etanol 96% yang sudah didestilasi
sebanyak 3,75 L(75 bagian). Kemudian disaring dan ampasnya ditambah etanol 1,25
L(25 bagian) sehingga diperoleh 5 L maserat (Gambar 3.3A). Selanjutnya ekstrak
dipekatkan dengan alat penguap rotari vacuum untuk mendapatkan ekstrak pekat, difreeze dryer untuk menghilangkan sisa pelarut (DepKes, 1979). (Gambar 3.3B)
Gambar 3.2 : A. Pengumpulan daun P guajava L; B. Pencucian daun ;
C. Pengeringan daun di lemari pengering ; d. Simplisia daun P guajava L
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 3.3: A. Proses maserasi; B. Ekstrak kental daun P guajava L
3.7.2
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Daun Psidium guajava L
a.
Penetapan kadar air
Bersihkan tabung penerima, pendingin, dan labu dengan asam pencuci. Bilas dengan
air dan keringkan didalam lemari pengering. Penjenuhan toluena dilakukan dengan
cara destilasi yaitu ukur 200 ml toluena masukkan kedalam labu destilasi tambahkan
2 ml air suling dan destilasi selama 2 jam. Biarkan mendingin selama setengah jam,
baca volume air dengan ketelitian 0,01 ml (V1). Timbang seksama 5 g bahan
masukkan kedalam labu destilasi, panaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena
mulai mendidih destilasi dilakukan dengan kecepatan ± 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian besar air tersuling kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes
per detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluena.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin hingga
suhu kamar. Baca volume air setelah air dan toluena memisah sempurna (V 2). Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam
simplisia yang diperiksa (WHO, 1992).
%�
b.
� =
�2 − �1
�
� 100%
Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam
Universitas Sumatera Utara
43
labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam, kemudian didiamkan selama
18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu
105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar sari larut dalam air =
c.
berat sari (g)
100
x
x 100%
berat sampel (g)
20
Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6
jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk
meng-hindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut
dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar sari larut dalam etanol =
d.
berat sari (g)
100
x
x 100%
berat sampel (g)
20
Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam
krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahanlahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 oC selama 3 jam kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan
% Kadar abu total =
e.
berat abu (g)
x 100%
berat sampel (g)
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Universitas Sumatera Utara
44
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida
encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring
melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot
tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan (DepKes, 1995).
% Kadar abu tidak larut dalam asam =
berat abu (g)
x 100%
berat sampel (g)
3.7.3 Prosedur Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Daun Psidium
guajava L
Penentuan golongan senyawa kimia skrining fitokimia dilakukan
pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida antrakuinon
(Depkes RI, 1995), saponin, tanin (Farnsworth, 1966), dan steroid/triterpenoid
(Harborne, 1987).
a.
Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 mL
asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan, dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid.
Diambil 3 ta-bung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 mL filtrat. Pada masingmasing tabung reaksi:
a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer.
b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat.
c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan di
atas (Depkes RI, 1995).
b. Pemeriksaan flavonoid
Sebanyak 2 g serbuk simplisia/ekstrak ditambahkan 10 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
45
0,1 g serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol,
dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau
kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
c. Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 mL campuran
etanol 96% dengan air (7:3) dan 10 mL asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam,
didinginkan dan disaring. Diambil 20 mL filtrat ditambahkan 25 mL air suling dan 25
mL timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari
dengan 20 mL campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang
sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari
50٥C. Sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan sisa digunakan untuk
percobaan berikut: 0,1 mL larutan percobaan dimasukan dalam tabung reaksi dan
diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes pereaksi
Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat
melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan
menunjukkan ikatan gula (Depkes RI, 1995).
d.Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 g, dimasukan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat
selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10
menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, menunjukan
adanya saponin (Depkes RI, 1995).
e.
Pemeriksaan tanin
Serbuk simplisia/ekstrak ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam
100 mL air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes
peraksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman,
menunjukan adanya tanin (Farnsworth, 1966).
f. Pemeriksaan steroid/triterpenoid
Sebanyak 1 g serbuk simplisia/ekstrak dimaserasi dengan 20 mL n-heksana selama 2
jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
46
beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau
menunjukan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
3.7.4
Prosedur Pembuatan Gel Ekstrak Daun Psidium guajava L
Setiap 100 gram basic gel terdiri dari formula dasar gel dan gel ekstrak daun Psidium
guajava L. Formulasi dasar gel terdiri dari:
R/
CMC-Na
25 gram
Aquades q.s ad
1000 gram
Cara pembuatannya: taburkan Caboxy Methyl Cellulose (CMC-Na) pada air panas
sebanyak 20 kalinya. Kemudian campuran tersebut didiamkan selama 30 menit.
Selanjutnya massa tersebut dipindahkan ke dalam mortal dan digerus hingga
homogen. Sisa aquades ditambahkan dan digerus kembali hingga homogen.
Formulasi gel ekstrak DJB 3% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
30 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
Cara pembuatannya: masukkan ekstrak DJB sebanyak 30 gram ke dalam mortar dan
diencerkan dengan etanol 96% beberapa tetes. Selanjutnya sedikit demi sedikit basic
gel ditambahkan dan dierus sehingga terbentuk massa yang homogen.
Formulasi gel ekstrak DJB 5% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
50 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
dan,
Formulasi gel ekstrak DJB 7% terdiri dari:
R/
ekstrak P. guajava L.
70 gram
Basic gel q.s ad
1000 gram
Cara pembuatan gel ektrak daun Psidium guajava L atau DJB (daun jambu biji) 5%
dan 7% sama seperti pembuatan gel ekstrak DJB 3%. (Gambar 3.4).
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 3.4. A. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan gel ekstrak DJB; B. Proses
pembuatan gel ekstrak dan C. Gel ekstrak diletakkan di dalam pot opat dan diberikan nomor
sesuai randomisasi
3.7.5
Prosedur Pengambilan Data Penelitian
Adapun prosedur pengumpulan data subjek penelitian terdiri dari
pengambilan data orientasi gel ekstrak DJB, data subjek penelitian dan prosedur
laboratorium.
3.7.5.1
Pengumpulan Data Orientasi Gel Ekstrak DJB
Pengumpulan data orientasi dilakuakn untuk menentukan konsentrasi gel
ekstrak sebagai dosis terapi yang akan diberikan kepada subjek penelitian. Subjek
penderita SAR tipe minor yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian
dikumpulkan dan diberikan terapi gel esktrak DJB 3%, 5% dan 7%. Data orientasi
dikumpulkan dan dilakukan analisis data terhadap penyembuhan SAR tipe minor
yaitu: diameter ulser pada 3 waktu kunjungan.
Universitas Sumatera Utara
48
3.7.5.2
a.
Pengumpulan Data Subjek Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di RSGM USU. Subjek diperiksa terlebih
dahulu menderita SAR. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
diberikan lembar penjelasan penelitian dan ditanyakan kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian, apabila subjek bersedia, subjek diminta untuk
menandatangani lembar informed consent. (Gambar 3.5A)
b.
Data mengenai kondisi SAR diperoleh melalui pemeriksaan subjektif
berupa anamnesis dan pemeriksaan klinis. Peneliti melakukan anamnesis untuk
menanyakan ada atau tidak rasa sakit. (Gambar 3.5B)
Gambar 3.5: A. Menanyakan kesediaan subjek penelitian; B. Alat pengumpulan data
subjek penelitian
c.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis melihat lokasi, ukuran dan ada
tidaknya halo eritema dan dicatat pada blanko rekam medik. (Gambar 3.6A dan B)
d.
Metode pengambilan saliva dilakukan dengan metode spitting
yaitu
saliva dibiarkan tergenang kemudian diludahkan setiap 60 detik selama 5 menit.
Saliva ditampung di dalam pot saliva kemudian diberi label.(Gambar 3.6C)
e.
Pot saliva segera dimasukkan dan disusun dalam cooling packs yang
dapat menjaga suhu tetap 2-8oC (Gambar 3.6D, selanjutnya minimal 1 jam berikutnya
sampel segera dibawa ke laboratorium Terpadu FK USU untuk disimpan di kulkas
Universitas Sumatera Utara
49
penyimpanan khusus sampel. Standar operasional penyimpanan saliva adalah apabila
saliva langsung dianalisis (30-90 menit setelah pengambilan sampel), sampel saliva
dapat disimpan pada suhu kamar; apabila saliva dianalisis 3-6 jam setelah
pengambilan sampel, sampel disimpan pada suhu 4 oC; namun jika dianalisis lebih
dari 1 hari sampai 1 bulan dari waktu pengambilan, sampel disimpan pada suhu -20oC
dan akan lebih baik lagi jika disimpan pada suhu -80oC. (Gambar 3.6E)
Gambar 3.6: A. Pemeriksaan terhadap SAR tipe minor; B. Pengukuran diameter ulser; C.
Pengumpulan saliva; D. Penyimpanan saliva yang telah dikumpulkan pada coolbox; E.
Penyimpanan saliva pada refrigeraor -800C.
f.
Selanjutnya subjek penelitian diberikan gel ekstrak P. guajava L. dengan
dosis 3 X sehari selama 3 hari. Subjek diminta untuk berkumur degan aquades
sebelum mengaplikasikan gel ekstrak P. guajava L. .
Universitas Sumatera Utara
50
g.
Subjek diberitahukan cara mengoleskan gel daun jambu biji yaitu selapis
tipis sebesar kepala cotton bud dengan arah horizontal dan diinstruksikan pula waktu
pengolesan gel daun jambu biji yaitu pagi setelah sarapan, setelah makan siang dan
sebelum tidur.
h.
Subjek juga diinstruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30
menit sampai 1 jam setelah pengalikasikan gel ekstrak P. guajava L.
untuk
memaksimalkan kerja daun jambu biji pada SAR.
i.
Pencatatan tanggal pemberian obat kepada subjek dilakukan pada rekam
medis penelitian.
j.
Subjek diminta untuk hadir kembali setiap 3 hari pertama (kontrol 1) dan
3 hari berikutnya (kontrol 2). Dilakukan anamnesis kembali untuk melhat tingkat rasa
sakit, pemeriksaan klinis terhadap ada tidaknya halo eritema dan ukuran ulser.
k.
Pencatatan hasil pengamatan kembali dilakukan pada rekam medis
penelitian.
3.7.5.3
Prosedur Laboratorium
a. Penetapan kandungan flavonoid ekstrak etanol P guajava L. menggunakan
metode kolorimetri aluminium klorida dengan pegukuran absorbansi secara
spektrofotometer (Chang, dkk., 2002) dan sebagai satandar digunakan kuersetin.
Pembuatan larutan induk baku kuersetin: larutan kuersetin dibuat dengan
konsentrasi 100 µg/ml dengan cara sebanyak 1 mg kuersetin dilarutkan dalam 10 ml
metanol pro analysis.
Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin: Larutan kuersetin dengan
konsentrasi 100 µg/ml diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam
labu
tentukur. Diatambahkan 0,1 ml AlCl3 dan 0,1 ml natrium asetat. Kemudian
dtambahkan akuades sebanyak 2,8 ml dan diinkubasi selama 40 menit. Ukur panjang
gelombang maksimum menggunakan spektrometervisibel pada rentang 400-800 nm.
Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin: Larutan kuersetin dibuat dengan
konsentrasi 6,23; 12,5; 25; 50 dan 100 µg/ml. Kemudian diambil masing-masing
larutan sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml. Ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
51
0,1 ml AlCl3 dan o,1 ml natrium asetat. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak
2,8 ml dan diinkubasi selama 40 menit. Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum dan didapat kurva kalibrasi kuersetin serta persamaan garis
linear y=ax+b. Penetapan kandungan flavonoid: Sebanyak 25 mg sampel ekstrak
etanol P. guajava L dilarutkan dalam 25 ml metanol. Diambil larutan sebanyak 3 ml
dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml. Ditambahkan metanol sampai garis
tanda sehingga konsentrasi larutan menjadi 300 µg/ml. Dari larutan dengan
konsentrasi 300 µg/ml diambil 2 ml dan diukur dengan 2 kali pengulangan kemudian
diambil 2 ml lainnya ditambahkan sebanyak 0,1 ml AlCl3, 0,1 ml natrium asetat dan
2,8 ml akuades. Ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer visibel
pada panjang gelombang 400-800 nm sebanyak 5 kali untuk satu kali pengukuran dan
diambil rata-ratanya.
Kadar flavonoid ekstrak daun P guajava L. dihitung dengan menggunakan
subsitusi nilai-nilai absorbansi rata-rata sampel ke dalam persamaan regresi linear
yang didapat dari kurva kalibrasi untuk mengetahui konsentrasinya. Nilai konsentrasi
sampel yang didapat kemudan disubsitusikan ke dalam rumus perhitungan kadar total
flavonoid.
Kadar flavonoid =
x. V .FP
BS
Keterangan:
x
= Konsentrasi (µg/ml)
V
= Volume larutan sampel (ekstrak) (L)
FP = Faktor pengenceran larutan sampel
BS = Berat sampel (g)
Kadar flovonoid didapatkan dalam satuan mg ekuivalen kuersetin/gram sampel
(mg Q/g)
b. Pemeriksaan flavonoid dan pengujian kemampuan antioksidan dengan
spektrofotometer visibel dengan metode penangkapan radikal bebas DPPH.
Pemeriksaan flavonoid dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas
antioksidan. Cara melakukannya dengan 10 g serbuk simplisia ditambah 100 ml air
panas dan dididihkan selama 5 menit untuk selanjutnya disaring dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
52
panas. Kemudian ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk Mg, 1 ml asam
klorida pekat dan 2 ml amil alkohol dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid
positif jika pada lapisan amil alkohol terjadi warna merah kekuningan atau jingga
(Farnsworth, 1966).
Kemampuan antioksidan ekstrak P. guajava L. 3%, 5% dan 7% diuji dalam
meredam proses oksidasi DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hydrazyl) sebagai radikal
bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi peredaman warna ungu DPPH) dengan
nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50%)
digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak P.
guajava L. 3%, 5% dan 7%.
1.
Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 5 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol
sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).
2.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada
panjang gelombang 400-800 nm.
3.
Pembuatan larutan sampel uji
Sebanyak 25 mg sampel uji ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur
25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis
tanda dan diperoleh larutan induk baku sampel (konsentrasi 1000 ppm). Konsentrasi
ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 1,25
ml; 2,5 ml; 3,75 ml dan 5 ml ke dalam masing- masing labu tentukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, kemudian
ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) lalu volumenya
dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan di tempat gelap selama 60
menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada
panjang gelombang 516 nm.
4.
Pembuatan suspensi Kuersetin sebagai larutan pembanding
Universitas Sumatera Utara
53
Ditimbang Kuersetin sebanyak 100 mg, ditambahkan suspeni CMC Na 1%
sedikit demi sedikit sambil digerus homogen, lalu diencerkan dengan suspensi CMC
Na 1% hingga 20 ml.
5.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada
panjang gelombang 400-800 nm dan diperoleh panjang gelombang 516 nm.
6.
Penentuan operating time larutan DPPH
Waktu pengukuran (operating time) diperoleh dari hasil pengukuran larutan uji
sampel P. guajava L. diukur pada panjang gelombang yang diperoleh (516 nm),
diukur setiap 5 menit selama 80 menit. Sebanyak 1,25 ml larutan induk baku ekstrak
etanol P. guajava L. dipipet ke dalam labu tentukur 25 ml, ditambahkan 5 ml larutan
DPPH 0,5 mM lalu dicukupkan dengan metanol hingga garis tanda kemudian
dihomogenkan dan selanjutnya diukur.
7.
Analisis persen pemerangkapan radikal bebas
Menurut Molyneux (2004), penentuan persen pemerangkapan radikal bebas
oleh sampel uji, P. guajava L. dengan Rutin sebagai pembanding, menggunakan
metode pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hydrazyl).
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH
(peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai
absorbansi larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut
dihitung sebagai persen peredaman.
A Kontrol - A Sampel
% Peredaman =
Keterangan :
8.
A Kontrol
A Sampel
X 100%
A Kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel
= Absorbansi mengandung sampel
Penentuan nilai IC50
Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji
(µg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu menghambat/
Universitas Sumatera Utara
54
meredam proses oksidasi sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas
antioksidan, sedangkan 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan
dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak
(µg/ml) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai
ordinatnya (sumbu Y) (Shirwaikar dkk, 2006).
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika
nilai IC50 bernilai 100-150µg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 µg/ml
(Mardawati, 2008). (Gambar 3.7)
Gambar 3.7 Spektofotometer uv-vis
c.
Prosedur perhitungan Kadar Antioksidan (SOD) Saliva
1.
Perlakuan terhadap sampel
Sampel saliva yang beku dipersiapkan untuk dilakukan pengujian (Gambar
3.8A). Saliva yang sudah mencair disentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit pada suhu
4oC, bahagian atas diambil dan disimpan ke tabung kecil dengan suhu -20oC.
Pemeriksaan SOD menggunakan supernatan. (Gambar 3.8B)
2.
Prosedur pemeriksaan SOD (prosedur pada 96- well plate)
a.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, pastikan bahwa semua reagent berada
pada suhu ruangan 25oC. Xanthine dapat menjadi keruh oleh karena itu lakukanlah
vortex yang singkat sebelum dipipet. Pada masing- masing tabung enzim
dicentrifugasi dengan singkat dan tetap berada pada es selama pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
55
b.
Standar. Campurkan 8 µL Enzim SOD dengan 392 µL zat pengencer
untuk mendapatkan 3U/mL standar SOD. Standar Pengenceran seperti tabel di bawah
ini
No
3U/mLSOD+Zat Pencair
Standar (U/mL)
1
100 µL + 0 µ L
3.0
2
80 µL + 20 µ L
2.4
3
60 µL + 40 µ L
1.8
4
40 µL + 60 µ L
1.2
5
18 µL + 82 µ L
0.54
6
8 µL + 92 µ L
0.24
7
8
4 µL + 96 µ L
0 µL + 100 µ L
0.12
0.0
Pindahkan 20 µL larutan SOD standar pada 8 well dari 96 well-plate tersebut,
juga pindahkan 20 µL sampel pada sebagian well lainnya.
c.
Reaksi. Persiapkan larutan kerja (Working reagent) untuk larutan standar
SOD dan sampel. Campurkan 160 µL Assay Buffer, 5 µL Xanthine dan 5 µL WST-1
ke setiap well dan diketuk ringan untuk menghomogenkan bahan-bahan tersebut.
Tambahkan 160 µL working reagent (WR) untuk setiap well.
Encerkan enzim XO dengan perbandingan 1:20 zat pengencer dan dengan cepat
tambahkan 20 µL pengenceran enzim XO unuk setiap well. Gunakan pipet yang
multi-channel dan dihomogenkan dengan ketuk ringan. (Gambar 3.8C)
d.
Pengukuran. Segera baca OD440
nm(
OD 420-460 nm) (OD0) (Gambar
3.8D). Inkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan 25 oC yang gelap. Kemudian baca
OD440 nm kembali (OD60) (Gambar 3.8E dan F).
3.
Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
56
a.
Hitung ∆OD60 untuk setiap well baik sampel maupun standar dengan
perhitungan ∆OD60 = OD60 – OD0
4.
Hitung ∆∆OD dengan perhitungan ∆∆OD = ∆ODstd8 - ∆OD60 untuk setiap
sampel dan standar yang mana ∆ODstd8 adalah ∆OD untuk standar 8 (Standar yang
diketahui tidak ada aktivitas SOD dan kemungkinan absorbansi yang tinggi)
5.
Buatlah ilustrasi kurva standar ∆∆OD sebagai sumbu Y dan SOD (U/mL)
sebagai sumbu X. Gambarkan ∆∆OD sampel untuk menentukan aktivitas SOD
sampel dari kurva standar tersebut.
Gambar 3.8; A. Sampel dipersiapkan untuk dilakukan pengujian; B. Sentrifugasi
sampel saliva;
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 3.8: C. Proses pipeting dengan menggunakan multichannel pipettor; D.
Mesin Spketro Uv-vis; E. Inkubasi selama 60 menit; F. Perubahan warna sampel
saliva well-plate
3.8
Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup hal-hal yaitu:
a. Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.
b.Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
subjek, namun terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan dan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
58
c. Kerahasiaan (Confidentially)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
karena data yang akan ditampilkan dalam bentuk data kelompok dan bukan
merupakan data pribadi masing-masing subjek.
3.9
Analisis Data
Analisis data dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis univariat dan
(bivariat Sastroasmoro dan Ismael, 2011),
a. Analisis Univariat yaitu :
1. Mengetahui kadar antioksidan ekstrak P. guajava L
2. Mengetahui rata-rata kadar SOD saliva penderita SAR minor sebelum
diberikan pengobatan
3. Mengetahui rata-rata kadar SOD saliva penderita SAR minor setelah
diberikan pengobatan ekstrak P. guajava L
4. Rata-rata rasa sakit, ukuran ulser pada saat base line, kontrol 1 dan kontrol2.
b.Analisis Satistik yaitu:
Metode yang digunakan untuk mengetahui distribusi data pada penelitian ini adalah
dengan Saphiro-wilk dengan kriteria sebaran p>0,05 dan jumlah sampel (n) ≤50.
Berdasarkan hasil distribusi data, analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu:
1. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap ukuran ulser pada pasien SAR tipe
minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo menggunakan uji
Annova repeated
2. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap pengurangan rasa sakit pada
pasien SAR tipe minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo
menggunakan uji Friedman
Universitas Sumatera Utara
59
3. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap eritema halo pada pasien SAR tipe
minor kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo menggunakan uji
Mc Nemar
4. Rata-rata kadar SOD saliva pada pasien SAR tipe minor sebelum perawatan
pada setiap kelompok
5. Analisis efek pemberian ekstrak terhadap kadar SOD saliva pada pasien
SAR tipe minor pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo
pada saat kontrol ke-2 (setelah 6 hari pemberian ekstrak) menggunakan uji T
berpasangan
6. Mengetahui dan menganalisis efek pemberian ekstrak terhadap kadar SOD
saliva sebelum dan setelah pengobatan (hari ke-6) pada kelompok perlakuan
menggunakan uji T berpasangan
Universitas Sumatera Utara
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1
Hasil
Identifikasi Tanaman
identifikasi/determinasi
tanaman
yang
dilakukan
di
Herbarium
Medanense, Universitas Sumatera Utara menunjukkan sampel sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama Lokal
: Jambu Biji.
Surat hasil identifikasi/determinasi tanaman terlampir.
4.1.
Orientasi Penelitian Penentuan Persentasi (%) Gel Ekstrak
Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini berfungsi untuk
menentukan % ekstrak yang efektif terhadap terapi SAR tipe minor. Persentasi yang
diuji pada penelitian ini yaitu: kelompok perlakuan 1 menggunakan gel ekstrak daun
P guajava L 3%, kelompok perlakuan II menggunakan gel ekstrak daun P guajava L
5%, kelompok III menggunakan gel ekstrak daun P guajava L 7% dan kelompok IV
menggunakan basic gel. Pengumpulan data pengurangan diameter ulser pada
penelitian pendahuluan ini diukur pada tiga waktu pengamatan base line, kontrol-1 (3
hari perawatan) dan kontrol-2 (6 hari perawatan). Uji analisis data menggunakan one
way Anova dengan Post Hoc Tukey HSD dan diketahui hasil yang signifikan untuk
semua konsentrasi gel ekstrak baik 3%, 5% dan 7% pada waktu pengamatan kontrol2 atau 6 hari setelah pemberian ekstrak dengan nilai p 0,003 (Tabel 4.1).
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.1 Analisis Pengurangan Diameter Ulser Perbandingan Antar Kelompok
Konsentrasi Gel 3%, 5%, 7% dan Plasebo Pada Penelitian Orientasi
Waktu
Kelompok
n
Nilai p
Pengamatan
Base Line
Konsentrasi gel 3%
4
0, 946
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,017
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,946
Plasebo
4
Kontrol-1
Konsentrasi gel 3%
4
0,225
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,873
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,225
Plasebo
4
Kontrol-2
Konsentrasi gel 3%
4
0,003*
Plasebo
4
Konsentrasi gel 5%
4
0,003*
Plasebo
4
Konsentrasi gel 7%
4
0,003*
Plasebo
4
*= signifikan
4.3
Karakteristik, Skrining dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun P.
guajava L.
Daun P guajava L atau DJB (daun jambu biji) yang segar pada penelitian ini
dikumpulkan sebanyak 5 kg dari pohon yang sama. Peneliti memeroleh daun dari
jalan Luku kecamatan Pancur batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tanaman
khas daerah Sumatera Utara.
Berdasarkan pemeriksaan karakteristik simplisia dan ekstrak didapati kadar air
simplisia 6,2% dan ekstrak 7,98%. Sedangkan kadar sari larut dalam air pada
simplisia 25,56%, kadar sari larut dalam etanol pada simplisia 20,72%, kadar abu
total pada simplisia 5,84% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam hanya dijumpai
pada simplisia sebesar 0,85 %. Sedangkan kadar abu total pada ekstrak etanol sebesar
Universitas Sumatera Utara
62
0,49 %. Karakteristik ini dibandingkan dengan karakteristik simplisia dan ekstrak
daun jambu biji menurut Farmakope Herbal Indonesia (FHI) (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak
31. No
Karakteristik
32.
33.
1 Kadar air
34.
2 Kadar sari larut
dalam air
35.
3 Kadar sari larut
dalam etanol
36.
4 Kadar abu total
37.
5 Kadar abu yang
tidak larut dalam
asam
FHI
Ekstrak
FHI
Simplisia
6,2 %
15%
-
-
5, 84 %
0, 85 %
< 9%
< 0,8%
0, 49 %
0 %