Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara Chapter III VI

70

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan
menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh
kategorisasi tertentu (Bungin, 2008: 302). Bogdan dan Taylor, mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif merupakan: prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan (Iskandar, 2009: 11).
Penelitian ini bersifat deskriptif yakni:
1) ... berusaha untuk menggambarkan mengenai objek penelitian secara
lengkap, agar jelas keadaan atau kondisi objek tersebut (Muhammad,
2008 : 8).
2) Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah “pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat”.

3) ... mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat dalam situasi-situasi tertentu,
termasuk
tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam jenis penelitian
deskriptif, penelitian ini dilakukan pada jenis penelitian analisis
pekerjaan dan aktivitas (Moh Nazir, 2013:43).
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, bagian dari penelitian kualitatif.
Penerapan penelitian deskriptif penulis gunakan untuk menggambarkan promosi
pariwisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara. Strategi komunikasi melalui

70
Universitas Sumatera Utara

71

promosi pariwisata arung jeram yang dikembangkan berdasarkan fakta dukungan
kebudayaan lokal dan pelayanan yang menunjukkan keunikan daerah, yang

dikembangkan menjadi fokus perhatian pemerintah melalui Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara. Hingga menjadi model pemasaran baru
yang berdasarkan kepercayaan, dan kenyamanan yang dirasakan para wisatawan
saat berkunjung di destinasi wisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara.
Dalam konteks konstruktivisme sebagai paradigma berpikir, mengutip
pendapat Crotty dalam Creswell (2013: 12), peneliti menegakkan sejumlah
asumsi:
1) Makna-makna dikonstruksi oleh manusia agar mereka bisa terlibat
dengan dunia yang tengah mereka tafsirkan. Para peneliti kualitatif
cenderung menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar
partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.
2) Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka dan berusaha
memahaminya berdasarkan perspektif historis dan sosial mereka
sendiri, kita semua dilahirkan di dunia makna (world of meaning)
yang dianugerahkan oleh kebudayaan di sekeliling kita. Untuk itulah
para peneliti kualitatif harus memahami konteks latar belakang
partisipan mereka dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan
mengumpulkan sendiri informasi yang dibutuhkan. Mereka juga harus
menafsirkan apa yang mereka cari: sebuah penafsiran yang dibentuk
oleh pengalaman dan latar belakang mereka sendiri.

3) Yang menciptakan makna pada dasarnya adalah lingkungan sosial,
yang muncul di dalam dan di luar interaksi dengan komunitas
manusia. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif di mana di
dalamnya peneliti menciptakan makna dari data-data lapangan yang
dikumpulkan.
Penerapan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan paradigma
konstruktivisme pada penelitian dapat dipahami sebagai proses penelitian
kualitatif yang bersifat induktif, atau bersifat khusus di mana peneliti menciptakan
makna dari data-data lapangan berupa hasil wawancara penelitian dalam bentuk
deskriptif gambaran situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses promosi

Universitas Sumatera Utara

72

pariwisata. Latar belakang dan pengalaman peneliti sejauh mungkin akan
divalidasi dengan menggunakan penafsiran ilmiah dari temuan penelitian.

3.2. Aspek Kajian
Aspek kajian dalam penelitian ini adalah menempatkan promosi sebagai

salah satu elemen atau bagian dari bauran pemasaran (promotion mix) yang
memiliki keterikatan dengan perencanaan komunikasi. Kekuatan communication
mix (bauran komunikasi pemasaran) terletak pada pengetahuan konsumen pada
produk dan keseluruhan proses produksi. Karena sebuah produk yang
direncanakan untuk dipasarkan secara luas kepada masyarakat memerlukan
promosi. Di dalam promosi memerlukan strategi, kiat atau teknik-teknik yang
harus disusun dalam sebuah perencanaan komunikasi dan berlanjut menjadi
pengorganisiran SDM, pelaksanaan kegiatan pariwisata, dan evaluasi kegiatan
pariwisata.
Aspek kajian penelitian fokus pada strategi kompetitif sebagai strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Aceh Tenggara. Promosi pemasaran yang dilakukan selama ini oleh
pemerintah sebagai tujuan perencanaan dan penggunaan strategi komunikasi
berimbas positif terhadap kunjungan wisatawan arung jeram di Kabupaten Aceh
Tenggara. Tujuan praksis pada pendekatan penelitian ini berupaya membuat
strategi komunikasi pemasaran (marketing mix) yang lebih sempurna, melalui
promosi sebagai salah satu bagian dari bauran pemasaran, dengan menggunakan
promosi sebagai alat promosi dengan pendekatan iklan, penjualan produk secara

Universitas Sumatera Utara


73

langsung kepada konsumen, serta melakukan pameran-pameran pengembangan
kepariwisataan sebagai produk daerah.

3.3. Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan membuat generalisasi dari hasil
penelitian, oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi
dan sampel (Suyanto dan Sutinah, 2006: 171). Subjek penelitian yang telah
tercermin dalam tujuan penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini
menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan
selama proses penelitian.
Subjek penelitian atau informan, individu-individu tertentu yang dipilih
secara sengaja yang diwawancarai untuk kepentingan informasi, yang akan
memberikan jawaban atas permasalahan penelitian. Dalam Moleong (2006: 132)
disebutkan: informan merupakan orang yang bermanfaat untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi dari latar penelitian.
Informan ini secara sukarela menjadi bagian dari penelitian walaupun
sifatnya hanya informal. Informan memberikan pandangannya tentang nilai-nilai,

sikap, interaksi sosial, yang berlangsung dalam penelitian ini yaitu tentang subjek
yakni strategi komunikasi pemasaran arung jeram yang menjadi tugas, dan
tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara.
Informan dapat dibedakan menjadi: 1) informan kunci (key informant)
merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang
diperlukan dalam penelitian; 2) informan utama, mereka yang terlibat langsung
dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) informan tambahan, merupakan mereka

Universitas Sumatera Utara

74

yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
interaksi sosial yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2006: 172).
Berdasarkan kriteria informan di atas, informan kunci (key informant)
dalam penelitian ini adalah Ibu Bahagiawati, S.Pd., M.A.P., Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara. Untuk mencapai validitas
dan reliabilitas data wawancara, hasil wawancara penelitian ini akan dibandingkan
dengan hasil wawancara dari informan utama dan informan tambahan, adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.1
Informan Utama dan Informan Tambahan Penelitian
No
1

2

3

4
5

6
7

Informan Utama
Informan Tambahan
Samanuddin, S.E., M.M., Sekretaris Indra Wahyudi, Kabid
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dokumentasi dan Publikasi
Kabupaten Aceh Tenggara

Pengurus Cabang Federasi Arung
Jeram Indonesia (FAJI) Kabupaten
Aceh Tenggara
Muhammad Hatta, S.E., Kabid. Hasimi, Sekretaris DPC Himpunan
Pengembangan
Destinasi
dan Pramuwisata
Indonesia
(HPI)
Promosi Dinas Kebudayaan dan Kabupaten Aceh Tenggara
Pariwisata
Kabupaten
Aceh
Tenggara
T. Yatnana John Syahbudin, Pegiat
Wisata/Pemilik Pondok Wisata
Cinta Alam Guest House
Syeh Ahmad, Pemilik Pondok
Wisata Wisma Guest House
Lantera, Pengunjung Domestik

Asal Kota Cimahi Bandung, Jawa
Barat
Jufri, Pengunjung Domestik Asal
Kotacane, Aceh Tenggara
Kevin Snavley, Pegunjung Manca
Negara, California, USA

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Tahun 2016.

Penetapan informan penelitian berdasarkan pada alasan suatu keadaan
ketika informasi yang diberikan masing-masing informan sudah berulang-ulang
diungkapkan (informasi yang disebut sudah informasi itu-itu saja). Dengan

Universitas Sumatera Utara

75

demikian proses wawancara tersebut dianggap telah memperoleh data jenuh dan
dianggap mewakili keseluruhan proses penelitian.


3.4. Deskripsi Lokasi Penelitian
3.4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tenggara
Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh
Tengah. Setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 4 tahun 1974 maka
terbentuklah Kabupaten Aceh Tenggara. Tahun 2002 berdasarkan UU No. 4 tahun
2002 Aceh Tenggara mengalami pemekaran dari Kabupaten Gayo Lues.
Kabupaten Aceh Tenggara secara geografis terletak antara 96039‟ – 98002‟
BT dan 02049‟ – 04021‟ LU dengan topografi yang bervariasi. Daerah Kabupaten
Aceh Tenggara merupakan suatu dataran yang dikelilingi oleh perbukitan dan
pegunungan yang merupakan gugusan Bukit Barisan. Sebagian kawasannya
merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser. Dengan kondisi
kelerengan kawasan dari datar hingga terjal. Kabupaten Aceh Tenggara memiliki
wilayah seluas 4.242,04 km2dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara

: Berbatas dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara;

Sebelah Selatan


: Berbatas dengan Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh
Selatan dan Kabupaten Tanah Karo Provinsi Sumatera
Utara;

Sebelah Timur

: Berbatas dengan Kabupaten Langkat dan Tanah Karo
Provinsi Sumatera Utara; dan

Sebelah Barat

: Berbatas dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Kota
Subulussalam.

Universitas Sumatera Utara

76

Ibukota Kabupaten Aceh Tenggara terletak di Kota Kutacane yang
berjarak sekitar 900 km dari kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh.
Kabupaten Aceh Tenggara secara administratif terdiri dari 16 kecamatan, 385
desa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah seluas 4.242,04 km2. Luas wilayah 16
Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara sebagai bagian dari tata ruang wilayah
daerah berdasarkan perencanaan tata ruang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Luas Wilayah Administrasi Setiap Kecamatan di
Kabupaten Aceh Tenggara
Tahun 2015

No

Kecamatan

Kute/Desa

Luas Berdasarkan GIS
(Km2)

1.

Lawe Alas

28

1.027,10

2.

Babul Rahmah

27

850,28

3.

Tanoh Alas

14

38,69

4.

Lawe Sigala-Gala

35

72,38

5.

Babul Makmur

21

83,49

6.

Semadam

19

42,98

7.

Leuser

23

212,93

8.

Bambel

33

23,30

9.

Bukit Tusam

23

40,32

10.

Lawe Sumur

18

36,88

11.

Babussalam

27

9,48

12.

Lawe Bulan

24

37,14

13.

Badar

18

93,18

14.

Darul Hasanah

28

1.346,72

15.

Ketambe

25

255,07

16.

Deleng Pokhkisen

22

72,08

Jumlah/Total

385

4.242,04

Sumber: RT/RW Kabupaten Aceh Tenggara, 2015 danHasilPerhitungan GIS, 2015.

Universitas Sumatera Utara

77

3.4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara
Kabupaten Aceh Tenggara memiliki dua buah sungai besar dan beberapa
sungai kecil. Sungai besar yang dimaksud yaitu Sungai Lawe Alas dan Sungai
Lawe Bulan.

Aliran sungai Lawe Alas melalui

Kecamatan Darul Hasanah,

Badar, Babussalam, Bambel, Lawe Alas, Tanoh Alas, Babul Rahmah dan Babul
Makmur dan bagian hilir sungai ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Aceh
Singkil. Sedangkan Sungai Lawe Bulan melintasi wilayah Kecamatan Badar,
Deleng Pokhisen, Lawe Bulan, Babussalam dan Bambel serta bermuara di sungai
Lawe Alas.
Selain kedua sungai tersebut wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dilintasi
oleh banyak sungai-sungai kecil. Sungai-sungai ini berperan dalam kebutuhan air
masyarakat baik sebagai sumber air bersih, pengairan persawahan dan lahan
pertanian lainnya serta untuk budidaya ikan dan pariwisata. Keadaan sungai di
Kabupaten Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Keadaan Sungai di Kawasan Kabupaten Aceh Tenggara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nama Sungai
Lawe Alas
Lawe Mamas
Lawe Puggah
Lawe Gerger
Lawe Natam
Lawe Sikap
Lawe Buuk
Lawe Bulan
Lawe Kinga
Lawe Kisam
Lawe Pangkat
Lawe Rutung
Lawe Sempilang

Hulu
Gn Leuser
Gn. Leuser
Gn. Leuser
Gn. Porkhisen
Gn. Porkhisen
Gn. Porkhisen
Bukit Barisan
Gn. Porkhisen
Gn. Porkhisen
Gn. Porkhisen

Muara
Singkil
Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Mamas
Terutung Payung Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Alas
Lawe Bulan
Lawe Bulan

Sumber: Ekpose Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

78

Potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari:
Tabel 3.3
Potensi Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara

No
1

2

3

Destinasi

Potensi Unggulan

Wisata Alam
Penginapanbagi para wisatawan setelah
berbagai aktivitas wisata seperti arung jeram
(rafting)
maupun
pendakian
gunung
(hinking). Guest House merupakan wisma
milik penduduk setempat yang menyediakan
jasa pemandu, skiper arung jeramdan
makanan serta minuman (western food).
Taman
Nasional - Merupakan kawasan perlindungan flora dan
Gunung Lauser
fauna terbesar di Asia Tenggara. Di daerah
ini merupakan pusat penelitian konservasi.
Diperkirakan terdapat sekitar 3.500 jenis
flora di taman nasional ini. Tumbuhan
langka yang terdapat di dalam taman
nasional ini antara lain dari jenis rafflesia
yaitu Rafflesia Zippelni. Kawasan taman
nasional ini meliputi hutan rawa dipantai
Barat Aceh hingga kawasan hutan lebat
tropis yang berada di dataran rendah bagian
tengah. Fungsinya sebagai paru-paru dunia.
- Untuk menjaga kelestarian flora dan fauna
kawasan nasional ini, masyarakat Uni
Eropa ikut mendukung pelestariannya.
Didalam kawasan taman nasional, hidup
empat jenis hewan yang paling langka
didunia yaitu harimau, badak, gajah dan
orang utan. Diperkirakan terdapat sekitar
500 harimau, 100 badak dan 300 gajah
berada di dalam kawasan taman nasional,
disamping lebih dari 300 spesies burung.
Hewan yang paling mudah ditemui adalah
monyet. Dengan ketinggian lebih dari 1.500
meter diatas permukaan laut menyebabkan
hutan di kawasan nasional ini kaya dengan
tanaman anggrek.
Air Terjun Lawe Dua Berada di Desa Empat Lima, Kecamatan
Bukit Tusam. Tinggi Air tenjun ini mencapai
7 meter. Objek wisata ini dikenal bahkan oleh
wisatawan asing karena airnya yang begitu
bening dan dingin, ditambah lagi dengan
suasana alamnya yang masih sangat asri dan
nyaman.
Guest House

Universitas Sumatera Utara

79

4

Sungai Alas

5

Taman
Nasional
Hutan Ketambe

6

Panorama
Gunung
Pokhisen
di Desa
Deleng Pokhisen

7

Pemandian Alam dan
Taman
Rekreasi
Keluarga Pantai Barat
di Kecamatan Badar

8

Pemandian Alam dan
Taman
Rekreasi
Keluarga
Pantai
Timur di Kecamatan
Lawe Bulan
Air Terjun lawe Dua
Kecamatan
Bukit
Tusam

9

Sungai Alas merupakan satu dari 7 (tujuh)
sungai terbaik untuk olahraga arung jeram di
Indonesia. Mata air sungai Alas berasal dari
Gunung Leuser dan bermuara ke Samudra
Hindia. Arus Sungainya yang menantang
adrenalin para pecinta rafting. Sungai Alas
dikelilingi panorama hutan asri Taman
Nasional Gunung Leuser. Masyarakat Aceh
Tenggara menyebut sungai Alas dengan
Lawe Alas. Lawe dalam bahasa Indonesia
artinya air sedangkan Alas adalah nama suku
asli Aceh Tenggara. Sungai Alas menjadi
surga pecinta olahraga rafting.
Wisata olahraga outbond, pilihan tempat
liburan bersama keluarga dan teman-teman
karena di sini tersedia wisata rafting, hiking
dan outbond training. Taman Nasional Hutan
Ketambe juga memiliki pusat penelitian
orang
hutan.
Bisa
jugaditemukan
keanekaragaman tumbuh-tumbuhan langka
dan ribuan jenis species hewan di dalam
hutan ini. Bagi wisatawan yang ingin
berkunjung, jarak tempuh dari pusat
Kutacane sampai Ketambe sekitar 25 km
dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Puncak gunung Deleng Pokhisen merupakan
tantangan khusus bagi para pecinta alam dan
pendaki gunung untuk menaklukkannya. Dari
atas puncak gunung terdapat berbagai
panorama dan pemandangan yang sangat
indah, kemudian juga terdapat dataran yang
berfungsi sebagai camping ground.
Pemandian Alam Pantai Barat merupakan
sarana keluarga yang terdapat di Sungai Kali
Bulan Kecamatan Badar. Pemandian ini
sudah dikelola secara profesional dan setiap
minggunya memberikan hiburan kepada para
pengunjung. Biasanya setiap hari libur
banyak wisatawan memadati lokasi ini untuk
wisata keluarga.
Objek wisata ini menawarkan air sungai yang
jernih dan memiliki pemandangan alam yang
indah. Objek wisata ini merupakan
objekwisata yang sangat murah dan diminati
oleh wisatawan lokal.
Air Terjun Lawe Dua terdapat di Kecamatan
Bukit Tusam. Air terjun ini masih sangat asli
dan alami, belum dikelola dan disentuh

Universitas Sumatera Utara

80

10

Kotacane
sebagai
Pusat kota Wisata

11

Gua Lawe Sikap di
Kecamatan Lawe Alas

12

Rumah Adat Alas di
Kecamatan Lawe Alas

13

Pemandian Air Panas
Uning Segugur di
Kecamatan
Baburahman

14

Pemandian
Pantai
Dona di Kecamatan
Semadam

secara terorganisir sehingga memberikan
sebuah daya tarik tersendiri untuk menikmati
pemandian alam yang bersumber murni dari
air terjun.
Sebagai ibu kota kabupaten Aceh Tenggra,
Kotacane menawarkan tatanan kota yang
mendukung untuk dijadikan daerah objek
wisata. Salah satu keunikan yang
ditampilkan oleh wajah Ibukota Kotacane
adalah bangunan Mesjid Agung At Taqwa
yang berada di inti kota. Mesjid ini dibangun
dengan biaya mencapai 7 milyar lebih.
Sehingga mesjid tersebut merupakan mesjid
terbesar ke 2 di Provinsi Aceh dan menjadi
pusat kebanggaan warga kabupaten Aceh
Tenggara. Selain itu daerah ini memiliki
keramah-tamahan warganya yang terdiri dari
multikultural dan multi etnik. Sehingga jika
ada orang asing datang maka akan merasa
seperti di daerah sendiri.
Gua kelelawar Lawe Sikap yang terdapat di
Kecamatan Lawe Alas. Gua ini memiliki
daya tarik tersendiri karena terdapat
gantungan bebatuan, tumpukan guano dan
adanya sumber mata air minum yang bersih.
Jarak tempuh dari Kota Kutacane sekitar 5
Km dengan waktu tempuh sekitar 25 menit.
Kabupaten Aceh Tenggara dengan suku
terbesar Suku Alas memiliki rumah Adat
yang
terletak
di
Desa
kampung
Baru/Kumbang Kecamatan Badar dan Desa
Mbarung Kecamatan Babusalam. Rumah
adat ini merupakan aset yang dikelola oleh
pemerintah daerah.
Pemandian alam air panas Uning Sigugur
memberikan suatu daya tarik tersendiri sebab
mata air disekitar objek wisata mengeluarkan
air panas yang juga memberikan manfaat
kesehatan bagi para pengunjung. Mata air ini
terdapat di Kecamatan Baburahmah. Tingkat
suhu air panas mencapai + 80 derajat celcius.
Objek wisata ini menawarkan pemandian
dengan arus sungai yang deras, pepohonan
yang rindang di kiri kanan sungai
memberikan kenyamanan tersendiri bagi
wisatawan. Untuk masuk ke kawasan objek
wisata, wisatawan hanya dikenakan tarif
parkir kenderaan saja.

Universitas Sumatera Utara

81

Wisata Budaya
15
Balai Adat Sepakat Merupakan balai adat yang menunjukkan
Segenap
budaya yang menjunjung musyawarah
mufakat.
16
Makam Datuk raja Makam salah seorang tokoh masyarakat
Dewa
Aceh Tenggara.
17
Rumah Adat Suku Rumah peninggalan berbagai kebudayaan
Alas
masyarakat Alas sebagai suku terbesar di
Kabupaten Aceh Tenggara.
Sumber: Ekpose Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

3.4.3. Potensi Wisata Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara
Potensi wisata arung jeram termasuk dalam kategori objek wisata minat
khusus yang menjadi destinasi wisata yang sedang dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara melalui Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Aceh Tenggara. Keunikan yang ditawarkan berupa arus jeram yang
menantang dan keindahan alam dengan kekayaan flora dan fauna di Taman
Nasional Gunung Lauser.
Arung Jeram Kabupaten Aceh Tenggara sudah dikenal lama sejak era
tuhun 1970-an. Kegiatan ini dilakukan di Sungai Alas yang melintas di kawasan
desa Ketambe kawasan Taman Nasional Gunung Lauser. Bagi penduduk Alas
sungai ini merupakan anugrah untuk matapencaharian mencari ikan dan sumber
air untuk mengairi lahan areal pertanian yang terbentang di desa-desa sekitar
sungai Alas mengalir.
Penggunaan peralatan jeram moderen dimulai dengan kedatangan tim
Sobek ke Kabupaten Aceh Tenggara yang dipimpin oleh seorang pengacara
berkebangsaan Amerika pada tahun 1975. Tim ini melakukan misi menyusuri
sungai alas dengan menggunakan peralatan moderen berupa perahu karet.
Ekspedisi dimulai dari sungai Alas di Ketambe hingga Kabupaten Aceh Singkil.

Universitas Sumatera Utara

82

Paska Ekspedisinya ke Kabupten Aceh Tenggara, keberadaan sungai Alas pun
diperkenalkan tidak hanya ke pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Bahkan
permainan arung jeram di sungai alas

tersiar hingga kemancanegara. Pada

perkembangan selanjutnya karena banyaknya turis yang datang

pemerintah

daerah akhirnya menetapkan arung jeram sebagai objek wisata andalan kabupaten
Aceh Tenggara.
Era tahun 1990, popularitas arung jeram kabupaten Aceh Tenggara
mencapai puncaknya dengan banyaknya turis asing datang berkunjung kewilayah
ini. Keunikan yang ditawarkan oleh wisata arung jeram di Kabupaten Aceh
Tenggara. Kelebihan terletak pada jeramnya yang mencapai grade 4 dimusim
kemarau dan bisa mencapai grade 5 pada musim hujan. Grade ini sudah masuk
kedalam kategori internasional dalam hal tantangan arus sungainya. Selain arus
sungai yang ekstreem sungai Alas yang melintas di wilayah Tamanan Nasional
Gunung Lauser (TNGL) menawarkan pemandangan alam yang asri. Wisatawan
yang bermain arung jeram akan disuguhkan oleh pemandangan kiri dan kanan
hutan yang masih original. Beberapa satwa liar juga bisa ditemukan di sisi kiri
dan sisi kanan sungai.
Popularitas arung jeram di daerah dengan penduduk asli suku Alas ini
pernah mengalami kesuraman akibat konflik Aceh dan terakhir Tsunami di Aceh
tahun 2004. Peristiwa konflik menyebabkan banyak usaha wisata yang gulung
tikar akibat wisatawan yang berkunjung sepi. Kemudian tsunami di Aceh
memperparah

kunjungan

wisatawan

kedaerah

ini

sehingga

wisatawan

mancanegara di tahun 2004 nyaris tidak ada. Berbagai upaya pemerintahpun

Universitas Sumatera Utara

83

dilakukan untuk mengembalikan kejayaan arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara
seperti era tahun 1980 hingga 1990.
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Daerah ini maka
pemerintah daerah Aceh Tenggara melalui tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh Tenggara melakukan beragam promosi termasuk dengan
menyelenggarakan event rafting tingkat internasional.Pada tahun 2011 dengan
mengundang 20 negara untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan rafting lauser
international championship di

Desa Ketambe Sungai Alas. Namun di hari

terakhir perlombaan terjadi sebuah tindakan ketidak nyamanan bagi wisatawan
sehingga, kegiatan event arung jeram dibekukan hingga tahun 2015 lalu. Hal itu
dilakukan mengingat peristiwa itu jika dilaksanakan bisa terulang kembali.
Perubahan masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya pariwisata
sebagai alternatif untuk mendorong pembangunan serta didukung oleh pemerintah
daerah untuk mewujudkan pariwisata sebagai sumber penghasilan pendapatan
daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara kembali
melakukan promosi pariwisata secara gencar sejak tahun 2014. Upaya-upaya
promosi yang dilakukan terdiri dari mencetak brosur, leflet, banner dan mengikuti
promosi pariwisata diluar daerah.
Pemasaran objek wisata juga dilakukan menggunakan situs internet dan
media sosial. Atas dasar pertimbangan untuk mengembalikan kejayaan Arung
Jeram kabupaten Aceh Tenggara, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) menyelenggarakan Kejuaraan Aceh Leuser Internasional Rafting
Championship 2015. Kegiatan ini diselenggarakan dalam upaya mempromosikan

Universitas Sumatera Utara

84

objek wisata Ketambe dan wisata arung jeram ke daerah luar, tujuannya
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini.

3.5. Jenis Data
Jenis data penelitian inibersifat deskriptif, dapat berupa gejala-gejala,
kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa yang kemudian dianalisis dalam bentuk
kategori-kategori (Iskandar, 2009: 118). Jika dilihat jenisnya, maka data penelitian
ini dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Data Primer: berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara
dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Dalam
catatan penelitian atau transkip hasil wawancara penelitian yang dilakukan
kepada informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
2) Data Skunder: merupakan data-data yang sudah tersedia dan diperoleh dengan
membaca, melihat, atau mendengarkan. Termasuk dalam kategori data skunder
ialah:
a. Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk promosi
wisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara.
b. Data bentuk gambar: foto, animasi, billboard promosi wisata arung jeram di
Kabupaten Aceh Tenggara.
c. Data statistik laporan promosi wisata arung jeram di Kabupaten Aceh
Tenggara.
d. Kombinasi teks, gambar dan suara: radio dan televisi tentang promosi
wisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara.

Universitas Sumatera Utara

85

3.6. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dengan data deskriptif, teknik
pengumpulan data penelitian adalah dengan menggunakan:
3.6.1. Wawancara
Wawancara (interview) (Sobur, 2014: 854), adalah “rangkaian susunan
pertanyaan yang dibuat untuk menggali dan memancing keterangan pendapat atau
penilaian seseorang mengenai suatu hal”.
Wawancara merupakan teknik penelitian yang penting dalam sosiologi
empiris. Wawancara dapat dilakukan secara formal menggunakan daftar
wawancara terstruktur; juga informal, yaitu pewawancara mengikuti pokok
pembicaraan yang dibuat oleh narasumber. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara formal menggunakan daftar wawancara terstruktur sebagai pedoman
pembicaraan tentang SKPP melalui bauran marketing dengan menggunakan
promosi dikembangkan menggunakan teknik-teknik komunikasi

meliputi

penggunaan periklanan (advertising), penjualan antarpribadi (personal selling),
humas (public relation), dan pameran (exhibition) pariwisata arung jeram.
Creswell (2013: 271), memasukkan protokol wawancara formal, secara
tertulis atau menggunakan data rekaman selama wawancara kualitatif:
Protokol wawancara kualitatif mencakup komponen-komponen
berikut: (1) Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang
diwawancara/partisipan; (2) Instruksi-instruksi yang harus diikuti
partisipan agar prosedur-prosedur wawancara dapat berjalan lancar;
(3) Pertanyaan ice breaker diawal wawancara, kemudian dilanjutkan
dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi subpertanyaan-subpertanyaan
dari rumusan masalah; lalu diikuti pertanyaan penutup, seperti: siapa
yang harus saya kunjungi untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
topik ini?; (4) Meminta penjelasan detai dari informan; (5) Waktu
tunda wawancara; dan (6) Ucapan terima kasih kepada informan yang
bersedia diwawancarai.

Universitas Sumatera Utara

86

Dengan

demikian,

teknik

pengambilan

data

penelitian

dengan

menggunakan wawancara mendalam merupakan upaya pengumpulan data dan
informasi penelitian tentang strategi komunikasi pemasaran pariwisata arung
jeram di Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan pada permasalahan penelitian.
Hingga didapatkan keterangan atau pendirian secara lisan sebagai hasil
wawancara dari informan yang sudah ditentukan dalam penelitian dan dilakukan
percakapan dengan tatap muka.
Bentuk-bentuk pertanyaan dalam teknik wawancara diadaptasi dari
kerangka pemikiran penelitian dalam bentuk:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan visi dan misi pemasaran pariwisata arung
jeram Kabupaten Aceh Tenggara.
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan perencanaan promosi pariwisata arung
jeram Kabupaten Aceh Tenggara.
3) Pertanyaan berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran berkenaan dengan
strategi kompetitif dalam promosi pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh
Tenggara.
4) Pertanyaan

berkaitan

dengan

pelaksanaan

kegiatan

promosi

dengan

menggunakan teknik komunikasi iklan pariwisata, penjualan pariwisata secara
personal, kegiatan PR pariwisata, promosi penjualan, dan penjualan destinasi
wisata secara langsung tentang pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh
Tenggara.
5) Pertanyaan yang berkaitan dengan target sasaran, yakni angkat kunjungan
wisatawan pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara.

Universitas Sumatera Utara

87

3.6.2. Analisa/Telaah Dokumen.
Telaah dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan atau fakta yang
hendak diteliti, yang berkenaan dengan promosi pariwisata arung jeram
Kabupaten Aceh Tenggara. Telaah dokumen peneliti lakukan berkaitan dengan
promosi arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara yang sudah dilakukan sejak tahun
2011 akan tetapi sempat dihentikan karena alasan keamanan, baru pada tahun
2015 dilakukan kembali dan menjadi event tahunan sebagai tugas dan fungsi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara. Dukungan
pengetahuan teoritik peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap pengembangan destinasi wisata arung jeram
Kabupaten Aceh Tenggara. Telaah dokumen hanya sebagai pendukung atau
penunjang dalam penelitian ini. Karena fokus penelitian untuk melihat strategi
komunikasi pemasaran pariwisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara
dititik beratkan pada hasil wawancara dari informan penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang mudah dibaca. Analisis data penelitian dengan menggunakan teknik
deskriptif, bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena, yakni hasil
wawancara penelitian berkenaan dengan strategi komunikasi pemasaran
pariwisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara. Analisa data merupakan
kegiatan mengurai data kemudian mengelompok-ngelompokan, menghubungkan
data satu dengan data yang lain sehingga menjadi sistematis dan dapat

Universitas Sumatera Utara

88

memberikan arti tertentu dan memberikan arti bagi sebuah penulisan. Arti ini akan
menjawab permasalahan dari suatu penulisan, oleh karena itu analisa data
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam sebuah kegiatan penelitian.
Analisa dalam penulisan kualitatif akan : “Tergantung pada kemampuan
sipenulis. Analisis kualitatif tidak mengandalkan rumus baku, tetapi lebih
mengandalkan pada kemampuan penulis” (Farouk & Djaali, 2005:.93). Oleh
karena itu dalam penulisan ini peneliti merasa akan secara maksimal mampu
menganalisa segala bentuk data yang menyangkut strategi komunikasi pemasaran
pariwisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara.
Analisis kualititaf merupakan : “usaha memaknai data yang berupa teks
atau gambar” (Creswell, 2013:274). Sasaran kajian dalam analis kualitatif
bukanlah gejala-gejala (variable) melainkan prinsip-prinsip dasar yang menjadi
landasan dari perwujudan satuan-satuan gejala, yang dianalisis dalam keterjalinan
dengan prinsip-prinsip umum dari suatu gejala lainnya. Bahkan, peneliti
memperdalam pemahaman akan data tersebut, menyajikan dan membuat
interpretasi makna yang lebih luas akan data yang ditemukan.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2006: 248), analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Dengan demikian dalam analisis kualitatif, peneliti mengandaikan diri
berada dalam posisi integral. Ia dituntut untuk melihat dan melihat kembali

Universitas Sumatera Utara

89

langkah-langkah yang ditempuhnya secara dialektis (teoritis-empiris) untuk
mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai prinsip-prinsip mendasar dari
satuan gejala yang dikaji melalui proses analisa data (organisasi, kategori, tema
dan pola, validasi data, laporan penelitian). Narasi data penelitian dilakukan
berdasarkan pada analisis deskriptif dan analisis triangulasi data. Uraian tentang
narasi data penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.7.1. Analisis Deskriptif
Telaah dokumen adalah: “Teknik pengumpulan data

yang dilakukan

dengan menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan atau fakta
yang hendak diteliti” (Farouk & Djaali, 2005:93). Telaah dokumen sering sekali
digunakan pada penulisan terhadap suatu sejarah. Oleh karena itu telaah dokumen
ini dapat sebagai teknik utama dalam memperoleh sebuah data atau dapat juga
sebagai teknik pendukung dalam memperoleh sebuah data.
Telaah dokumen ini dilakukan pada dokumen-dokumen undang-undang,
pedoman dan petunjuk, laporan satuan atau laporan unit dari suatu proses
pelaksanaan promosi pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara, baik
dalam bentuk laporan tingkat kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Segala bentuk kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh data yang dapat menjelaskan keadaan nyata yang adadan sebenarbenarnya. Semuanya dicari dan dikumpulkan selanjutnya dianalisa dan
dinarasikan.
Pengaruh yang terjadi pada tingkat pengetahuan (kognitif), terjadi dalam
bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Misalnya, ketika pariwisata

Universitas Sumatera Utara

90

dimaknai sebagai produk purna jual dengan dukungan marketing mix, ketika
hanya menggunakan promosi sebagai bauran komunikasi (communication mix),
maka akan terlihat pengukuran keberhasilan dan kegagalan marketing karena
promosi yang tidak menggunakan komunikasi secara lengkap hingga pengetahuan
wisatawan masih dirasa belum cukup. Ketidak cukupan informasi menjadi
penunda para wisatawan berkunjung pada satu destinasi wisata.

3.7.2. Validitas Penelitian
Validitas berarti upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian
dengan penerapan prosedur-prosedur tertentu. Validitas didasarkan pada kepastian
apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau
pembaca secara umum (Creswell & Miller, 2000). Literatur-literatur kualitatif
menggunakan bahasa trustworthiness, authenticity, dan credibility.
Berikut ini adalah enam strategi validitas penelitian yang dilakukan untuk
menilai akurasi penelitian, serta meyakinkan pembaca dalam kajian akademis
akan akurasi tersebut: (1) matriangulasi (triangulate); (2) member checking; (3)
rich and thick deskription; (4) klarifikasi bias, (5) prolonged time, (6) apeer
debriefer (Creswell, 2013: 286-288). Mentriangulasi (triangulate) (Creswell,
2013: 286), sebagai teknik analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan
perbandingan antara data-data yang telah diperoleh melalui field research. Selain
itu, data yang telah diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan data library
research untuk melihat kesesuaiannya dengan teori yang sudah diuraikan. Dengan
data yang ada dapat mendukung, menolak atau bahkan mungkin membangun
sebuah teori yang baru.

Universitas Sumatera Utara

91

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan model analisis Miles dan
Huberman, digambarkan sebagai berikut di bawah ini:

PENYEDIAAN DATA

DISPLAY DATA

REDUKSI DATA

DATA COLLECTION

Gambar 3.1: Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif
Sumber: Iskandar, 2009: 139

Penyediaan data peneliti lakukan dengan cara melakukan klasifikasi data
temuan penelitian, dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada
informan kunci, informan utama, dan informan tambahan, selanjutnya, data di
reduksi melalui proses pengumpulan data penelitian sebanyak mungkin dari
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan analisa
dokumen yang dimiliki, yang berhubungan dengan subjek penelitian. Maknanya,
pada tahap ini peneliti melakukan perekaman data lapangan dalam bentuk catatancatatan lapangan (field not), yang akan ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing
data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.
Display data, penulis lakukan ke dalam matriks atau daftar kategori setiap
data yang didapat, penyajian data dipaparkan dalam bentuk teks naratif. Tidak
semua data dipaparkan, untuk itu dalam penyajian data penelitian melakukan
analisis secara sistematis, sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau
menjawab masalah yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

92

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data
penelitian, di mana display data merupakan kesimpulan data penelitian, akan
tetapi peneliti masih membuka peluang untuk menerima masukan. Penarikan
kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan,
dengan cara merefleksi kembali, peneliti bertukar pikiran dengan teman sejawat,
triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
Member checking dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau
deskripsi-deskripsi penelitian kepada informan untuk mencocokkan apakah
mereka merasa bahwa laporan, deskripsi, atau tema yang dikembangkan dalam
wawancara penelitian tersebut sudah akurat. Peneliti membawa bagian-bagian dari
hasil wawancara yang sudah dikategorisasi berdasarkan tema penelitian.
Rich and thick description, berupa pembuatan deskripsi penelitian yang
kaya dan padat tentang hasil penelitian. Penggambaran setting penelitian dan
memuat tentang pengalaman-pengalaman partisipan. Realisasi setting dan
pengayaan merupakan deskripsi detail sebagai upaya menambah validitas
penelitian.
Klarifikasi bias, sebagai refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya
bias dalam penelitian, melalui narasi terbuka dan jujur yang akan dirasakan oleh
pembaca. Refleksitivitas dinilai sebagai salah satu karakteristik kunci dalam
penelitian kualitatif, seperti yang peneliti lakukan. Bahwa hasil penelitian
dibentuk dan dipengaruhi oleh latar belakang peneliti, seperti gender, kebudayaan,
sejarah, dan status sosial ekonomi.
Prolonged time, yakni waktu penelitian selama proses pengumpulan data,
melalui dokumentasi dan wawancara di lokasi penelitian. Pengalaman langsung

Universitas Sumatera Utara

93

dan lama yang peneliti rasakan bersama partisipan dalam setting penelitian
menambah akurasi data dan validitas hasil penelitian.
Peer de briefing, merupakan teknik reliabilitas dan validasi dengan
mengakomodir pendapat atau interpretasi dari dua pembimbing guna menambah
validitas atas hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

94

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

4.1. Proses Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tentang strategi komunikasi pemasaran
pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara. Paradigma konstruktivisme
yang peneliti gunakan mencoba untuk melihat penggunaan strategi komunikasi
pemasaran yang diadaptasi dari pemikiran bahwa strategi komunikasi yang oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara sebagai sumber
informasi dalam kebijakan pariwisata daerah, adalah pesan yang disampaikan
kepada publik, dengan menggunakan media dan penerima (khalayak) akan
menentukan posisinya atas informasi yang diperoleh.

Pengaruh informasi

pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara dilihat sebagai proses
pemaknaan pengalaman-pengalaman penyelenggara pariwisata daerah dengan
memperhatikan masukan dari para wisatawan.
Penekanan paradigma konstruktivisme pada penelitian ini bersifat
membangun realitas yang sudah disaring berdasarkan kategorisasi konseptual
yang dimililiki setiap individu. Persamaan dan perbedaan yang menjadi sistem
konseptual pemikiran individu tidak terjadi secara alamiah, ditentukan oleh
pertentangan pengetahuan (kognitif) yang awalnya didapatkan dari kelompokkelompok budaya setiap individu, termasuk keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak sebagai anggota keluarga. Konsep pengetahuan yang diperoleh
seseorang dalam kelompok, dan menjadi skema interpretif individual, akan
semakin berkembang sesuai dengan perkembangan diri, termasuk pergaulan
dengan orang lain dikelompok berbeda. Inilah yang disebut perkembangan diri.

94
Universitas Sumatera Utara

95

Sebelum penelitian dilakukan berdasarkan rencana aktivitas penelitian
yang sudah disusun sejak awal, dimulai dengan pra penelitiandimulai dari tanggal
01 Februari sampai dengan bulan 01 Maret 2016. Penelitian dilanjutkan dengan
melakukan wawancara mendalam terhadap para informan sesuai permasalahan
penelitian.
Proses penelitian saya lakukan secara bertahap terdiri dari kegiatan di
bulan Februari dan Maret meliputi observasi penulis lakukan dalam penyusunan
proposal, disertai dengan seminar proposal. Proses mencapai upaya seminar
proposal baru bisa dicapai dibulan Mei tahun 2016, selama bulan Februari sampai
Mei 2016, proses bimbingan tesis saya lalui dengan berbagai kendala yang
dihadapi, terutama penempatan konsep penelitian yang mendudukkan paradigma
berpikir guna menempatkan dan menelaah permasalahan sesuai dengan teori-teori
yang dinilai tepat penggunaannya dalam penelitian.
Hasil seminar proposal penelitian menghasilkan masukan-masukan dari
komisi pembimbing, dan komisi pembanding yang awalnya penelitian
menggunakan paradigma positivisme berubah menjadi paradigma konstruktivisme.
Tidak mudah bagi peneliti merubah keyakinan dari semula penyusunan tesis
dengan pendekatanpositivisme, yang melihat kebenaran sebagai sesuatu yang
objektiv

menjadi keyakinan konstruktivisme yang mana persepsi sipeneliti

melekat pada interpretasi data untuk melihat

strategi komunikasi pemasaran

pariwisata arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara.
Perubahan judul dan permasalahan penelitian terus saya lakukan sesuai
dengan bimbingan yang secara profesional dilakukan oleh pembimbing, hingga
mencapai kesepakatan judul strategi komunikasi pemasaran pariwisata arung

Universitas Sumatera Utara

96

jeram Kabupaten Aceh Tenggara.Kesulitan lainnya adalah penyesuaian jadwal
dengan para narasumber yang dibutuhkan dalam penelitian. Terutama
menyesuaikan waktu bertemu dengan informan penelitian. Beberapa jadwal
wawancara harus kembali disesuaikan dengan beberapa kegiatan yang disepakati
bersama dengan narasumber penelitian(key informan) termasuk harus kembali
lagi meminta jadwal Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh
Tenggara untuk beberapa data yang hendak disesuaikan lagi.
Hasil penelitian, diperoleh dengan teknik observasi terlebih dahulu,
kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam dengan tiga kategori
informan, informan kunci yakni Ibu Bahagiawati, selaku Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara dari unsur pemeritah
daerah (Pemda), informan utama terdiri dari unsur pemerintah daerah, serta
informan tambahan yakni masyarakat pegiat pariwisata daerah, sebagai bentuk
pencarian data dan dokumentasi langsung pada saat proses penelitian yang
kemudian dianalisis dengan triangulasi data.
Fokus dari penelitian ini sendiri adalah pada strategi kompetitif
(competitive strategy) melalui komunikasi pemasaran promosi. Objektivitas
penelitian dan akurasi data penelitian secara ketat peneliti lakukan dengan
menjadikan diri penelitian sebagai objek netral dalam analisis data.
Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh observan
sebagai perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar belakang
individu secara holisitik. Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian

Universitas Sumatera Utara

97

ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari
keutuhan.
Tahap analisis penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu membuat
pertanyaan untuk proses wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang
dilakukan sendiri secara pribadi. Untuk dapat mengetahui informasi yang
diberikan oleh informan penelitian dan akan dibandingkan dengan pendapatpendapat informan lainnya berdasarkan ketentuan informan yang sudah peneliti
tetapkan, menggunakan tahap analisis data:
1. Peneliti berusaha untuk mengumpulkan data penelitian dengan mengamati
segala sesuatu atau kejadian-kejadian yang berkaitan dengan fenomena yang
sedang diteliti.
2. Menyusun wawancara secara mendalam sebagai pedoman yang akan saya
gunakan sebagai rambu-rambu wawancara mendalam (in depth interview
guide) berdasarkan unsur-unsur kredibilitas yang ditanyakan kepada informan.
3. Melakukan dokumentasi penelitian lapangan, berupa foto wawancara dengan
informan guna melengkapi data-data yang berhubungan dengan penelitian
saya.
4. Saya memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua
pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing informan, terdiri dari
informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.
5. Memaparkan data penelitian berdasarkan objektivitas data yang dimiliki
melalui pelampiran data secara menyeluruh dari seluruh informan.

Universitas Sumatera Utara

98

4.2. Temuan Penelitian
4.2.1. Hasil Wawancara Penelitian
a. Informan Kunci dan Informan Utama, Kategorisasi Pemerintahan
1) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara, Ibu
Bahagiawati, S.Pd., M.A.P
Hasil wawancara penelitian dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara, Ibu Bahagiawati, S.Pd., M.A.P.,

pada

tanggal 8 Mei 2016, pukul 11.00 wib, tentang strategi komunikasi pemasaran
arung jeram Kabupaten Aceh Tenggara:.
Mimpi kita sebagai visi pengembangan arung jeram Kabupaten Aceh
Tenggara agar menjadi destinasi wisata internasional dalam rangka
terwujudnya kegiatan arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara
sebagai wahana pengembangan olah raga prestasi, petualangan,
pariwisata dan konservasi dengan semangat persaudaraan.
Tentu saja, menurut perempuan berusia 44 tahun ini, Arung Jeram
Kabupaten Aceh Tenggara dijadikan harapan sebagai wahana pengembangan
olahraga prestasi, petualangan, pariwisata dan konservasi dengan semangat
persaudaraan secara operasional menjadi misi, yakni:
Mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan arung jeram. Membina kegiatan arung jeram sebagai sarana
kegiatan olah raga dan ilmiah di Indonesia dengan memperhatikan
nilai-nilai budaya, kemanusiaan dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Mengumpulkan serta menyebarkan informasi kegiatan arung
jeram yang aman dalam rangka mengembangkan, memanfaatkan dan
meningkatkan prestasi olahraga serta menguasai pengetahuan dan
teknologi yang menunjang kegiatan arung jeram. Memanfaatkan
daerah aliran sungai dan sekitarnya sebagai tempat melakukan
kegiatan arung jeram yang berwawasan lingkungan. Membina
prestasi dalam kegiatan arung jeram di Indonesia. Mendorong usaha
bidang pariwisata arung jeram, termasuk mempersiapkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.Bahkan pada tingkat
internasional,
diupayakan
menjadipemupuk
dan
membina

Universitas Sumatera Utara

99

persahabatan dan persaudaraan antar bangsa melalui olahraga
arung jeram.
Visi pengembangan pariwisata arung jeram di Kabupaten Aceh Tenggara
meliputi keinginan, impian pada masa depan untuk menjadikan event arung jeram
menjadi olah raga dengan capaian prestasi bagi para olahragawan arung jeram
baik ditingkat nasional bahkan hingga tingkat internasional. Bukan hanya itu,
petualangan juga menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Tenggara, hingga menjadi destinasi pariwisata
dan konservasi dengan semangat persaudaraanmulai dari tingkat nasional bahkan
internasional.
Pada pelaksanaannya, visi tersebut dijabarkan melalui misi koordinasi
dengan seluruh pegiat pariwisata arung jeram Aceh Tenggara. Sebagai sarana
kegiatan olah raga dan ilmiah, destinasi arung jeram diupayakan menjadi salah
satu destinasi wisata di Indonesia dengan memperhatikan nilai-nilai budaya,
kemanusiaan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menjawab perencanaan promosi pariwisata arung jeram di Kabupaten
Aceh Tenggara, hasil wawancaranya sebagai berikut:
Yang pertama kita membuat program tentang kegiatan yang ada
ditempat objek wisata khususnya arung jeram di sungai alas dengan
membuat leflet, brosur dan benner yang mana kita sebar di hotel,
travel-travel baik di dalam daerah dan diluar daerah. Untuk
perencanaan umum kita buat event tahunan tahun 2015 adalah
rafting championship internasional, untuk event internasional yang
dilaksanakan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Aceh
Tenggara 2011 dan 2015. Rencana kegiatan di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh Tenggara sudah kita launching ketika
melaksanakan kegiatan Festival Lauser Agara tahun 2015 dimana
bahwa kegiatan arung jeram itu merupakan kegiatan eventt tahunan
pada kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Tenggara.

Universitas Sumatera Utara

100

Leflet, brosur dan benner menjadi media publikasi dan sekaligus
penyebaran informasi tentang kegiatan wisata arung jeram Aceh Tenggara.
Selanjutnya, event arung jeram dijadikan sebagai event tahunan yang dimulai
sejak tahun 2015 sebagai kegiatan rafting championship international.
Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Aceh Tenggara. Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh
pemerintah daerah pelaksanaannya melibatkan pegiat pariwisata arung jeram
daerah.
Ya, kita pemerintah tidak dapat melaksanakan event arung jeram
sendirianlah, yang pertama kita melibatkan pelaku yang terlibat
dalam kegiatan wisata arung jeram. Seperti HPI, Skyper arung jeram
untuk rubber boat dan pengelola-pengelola objek wisata arung jeram
dan organisasi Faji serta Mapala.
Pemerintah daerah melalui tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara, sejak awal perencanaan hingga upayaupaya koordinasi event arung jeram melibatkan masyarakat pegiat wisatawan
arung jeram. Melalui bidang promosi dan pemasaran pariwisata, melibatkan travel
selanjutnya pengelola objek wisata dan pegiat wisata seperti Faji dan HPI
kabupaten Aceh Tenggara. Sumber daya manusia melaluipemandu yang akan
membawa orang ataupun turis yang ingin melaksanakan arung jeram di Ketambe.
Mereka