PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PEMAHAMAN TEN doc

BAB I
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1.1 . Latar Belakang Pendidika Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah Unsur Negara Sebagai Syarat Berdirinya
Suatu Negara upaya sadar yang ditempuh secara sistematis untuk mengenalkan,
menanamkan wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola
pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.
1.2. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
1. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai
dengan mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbedabeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap
bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang
dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang
tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik
Indonesia.
2. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika
perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi,
Komunikasi dan Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolaholah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang

demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

1

bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan
masyarakat Indonesia.
3. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan
menghadapi globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan
kesadaran bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya
NKRI.
Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan
negara serta PPBN sebagai bekal, agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.
b. Tujuan



Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas.



Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan,
patriotisme, cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa dan negara.



Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan
pemikiran berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional secara kritis dan betanggung jawab.

Berdasarkan Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup:

2


1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa
mengenai hubungan antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi
warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus


Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagawai WNI terdidik
dan bertanggung jawab.



Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa


dan

bernegara,

serta

dapat

mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang
berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional


Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilainilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

3

BAB II
KEWARGANEGARAAN

2.2.


A. Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah bentuk identias yang memungkinkan individuindividu merasakan

makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam

komunitas politik(negara).
Warga Negara Indonesia Menurut ( Pasal 4 UU No. 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganeggaraan ) yaitu :


Setiap

orang

yang

berdasarkan


peraturan

perundangan

dan/atau

berdasarkan perjanjian pemeirntah RI dengan negara lain sebelum
Undang-undang ini berlaku sudah menjadi WNI.


Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI . Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI dan ibu WNA. Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari ibu WNI dan ayah WNA.



Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi
ayahnya tidak mepunya kewarganegaraan atau hukum asal ayahnya tidak
memberiikan kewarganegaraan pada anak tersebut.




Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu WNI, dan jika
ayahnya WNA maka harusdisertai pengakuan dari ayahnya.



Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI. Anak yang
lahir di wilayah RI yang pada waktu lahir tidak jelass status
kewarganegaraan ayah ibunya.

4

Pengertian Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
2.2.1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis


Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan
hukum antara orang-orang dengan negara atau kewarganegaraan

sebagai status legal. Dengan adanya ikatan hukum itu menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut berada di bawah
kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan
hukum

seperti

akte

kelahiran,

surat

pernyataan,

bukti

kewarganegaraan, dan lain-lain.



Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya
ikatan hukum, tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, dan lain-lain. Dengan kata lain ikatan ini
lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan.

2.2.2. .Kewarganegaran dalam arti formal dan material


Kewarganegaraan
kewarganegaraan

dalam

arti

dalam

formal

menunjuk


sistematika

pada

hukum.

tempat
Masalah

kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga negara berada pada
hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara dan
warga negara semata-mata bersifat publik.


Kewarganegaraan dalam arti material menujuk pada akibat dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi
warga negara. Kedudukan seseorang sebagai warga negara akan
berbeda dengan kedudukan seseorag sebagai orang asing.


5

Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian
hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangutan Orang yang sudah
memiiki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara
lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang
yang bukan warga negaranya.
2.2.3. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA
Hubungan dan kedudukan warga negara ini bersifat khusus sebab hanya
mereka yang menjadi warga negaralah yang memiliki hubungan timbale balik
dengan negaranya. Orang-orang yang tinggal di wiayah negara, tetapi bukan
warga negara dari negara itu tidak memiliki hubungan timbale balik dengan
negara tersebut.
2.2.4. PENENTUAN WARGA NEGARA
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, suatu negara tidak boleh
melanggar prinsip-prinsip internasional dalam hal penentuan kewarganegaraan.
Asas-asas tersebut adalah :


Suatu negara tidak boleh memasukkan orang-orang yang tidak ada
hubungannya sedikitpun dengan negaranya, misalnya Indonesia tidak bias
mengangkat orang-orang yang tinggal di kutub selatan sebagai warga
negaranya.



Suatu negara tidak boleh menentukan kewarganegaraan berdasarkan
unsur-unsur primordial yang dirasakan bertentangan dengan prinsipprinsip hukum umum. Misalnya, Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa
yang dapat menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang yang
beragama islam saja, atau orang dari suku jawa saja.

6

3.

Penentuan kewarganegaraan berdasarkan sisi kelahiran dikenal dengan dua
asas :


Asas Ius Soli, yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang di tentukan dari tmpat di mana orang tersebut dilahirkan.



Asas Ius Sangunis, yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang

ditentukan

berdasar

keturunan

dari

orang

tersebut.

(kewarganegaraan orang tua).
4.

Naturalisasi
Naturalisasi adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan

seseorang memperoleh status kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh
status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan permohonan
kewarganegaraan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
Naturalisasi Biasa Syarat – syarat :



Telah berusia 21.
Tahun Lahir di wilayah RI / bertempat tinggal yang paling akhir min. 5
thn berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.



Apabila ia seorang laki-laki yg sdh kawin, ia perlu mendpt persetujuan
istrinya.



Dapat berbahasa Indonesia Sehat jasmani & rokhani



Bersedia membayar kepada kas negara uang sejumlah Rp.500 sampai
10.000 bergantung kepada penghasilan setiap bulan.



Mempunyai mata pencaharian tetap.



Tidak mempunyai kewarganegaraan lain apabila ia memperoleh
kewarganegaraan atau kehilangan kewarganegaraan RI.

7

Naturalisasi Istimewa Naturalisasi ini dapat diberikan bagi mereka (warga
asing) yang telah berjasa kepada negara RI dengan penyataan sendiri
(permohonan) untuk menjadi WNI, atau dapat diminta oleh negara RI Lihat Alur
Naturalisasi.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada
aspek perkawinan yang mencakup asas kesatuan hokum dan asas persamaan
derajat.


Asas Persamaan Hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah
suatu ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Berdasarkan
asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama
dan Satu.



Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawian tidak
menybabkan perubahan status kewarganegaan suami atau istri. Keduanya
memiliki hak yang sama untuk menentukn sendiri kewarganegaraan, jadi
mereka dapat berbeda kewarganegaraan, seperti hanya ketika belum
berkeluarga.

5.

Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia :


Karena kelahiran



Pengangkatan



Dikabulkannya Permohonan



Pewarganegaraan (Opsi/Repudiasi)



Akibat Perkawinan



Turut Ayah atau Ibu Pernyataan

8

2.2.5. MasalahYang Timbul Dalam Penentuan Kewarganegaraan.
Masalah yang paling sering timbul dalam problem kewarganegaraan ini
adalah:


Apatride, yaitu istilah untuk orang-orang yang yang tidak memiliki
kewarganegaraan.



Bipatride,

yaitu

istilah

untuk

orang-orang

yang

memiliki

dua

kewarganegaraan.


Ada juga itilah ketika yaitu multipatride, yaitu istilah untuk orang-orang
yang memiliki lebih dari dua kewarganegaraan.

3.

Hak-hak Dasar WNI Menurut UUD 1945 Pasal. 26 :


Menyatakan diri sebagai warga negara dan penduduk Indonesia atau ingin
menjadi warga negara suatu negara.



Pasal. 27 (1) : Memiliki persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan.



Pasal. 27 (2) : Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak



Pasal. 28A : Berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya sebagai
hak asasi manusia



Pasal. 29 (2): Memperoleh jaminan untuk memeluk salah satu agama dan
melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.



Pasal. 30 : Berhak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan



Pasal. 31 : Berhak memperoleh



asal. 32 : Berhak mengembangkan kebudayaan nasional



Pasal. 33 : Berhak untuk mengembangkan usaha-usaha bidang ekonomi
Pasal.
9



34 : Berhak memperoleh jaminan pemerliharaan dari pemerintah bagi fakir
miskin dan anak-anak terlantar

-

Kewajiban Dasar WNI menurut UUD 1945 :



Pembukaan UUD Alenia-1 : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan



Pembukaan

UUD

Alenia-2

:

Menghargai

nilai-nilai

persatuan,

kemerdekaan dan kedaulatan bangsa


Pembukaan Alenia-4 : Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi
negara dan dasar negara.



Pasal. 23 (2) : Setia membayar pajak untuk negara



Pasal. 27 (1) : Menjunjung tinggi hukum dan pemrintahan dengan tidak
ada kecualinya Pasal. 30 (1) : Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara



Pasal. 35 : Menghormati bendera Sang Merah Putih



Pasal. 36 : Menghormati bahasa negara Bahasa Indonesia



Pasal. 36A : Menjunjungtinggi Lambang Negara Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika



Pasal. 36B : Menghormati Lagu Kebangsan Indonesia Raya.

2.2.6. Kehilangan Kewarganegaran RI.
1. Memperoleh kewarganegaraannya atas kemauan diri sendiri.
2. Tidak menolak/tidak melepaskan kewarganearaan lain sedangkan dia
mendapat kesempatan itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh prisiden atas permohonannya
sendiri setelah dia berusia 18 tahun.

10

4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Prisiden.
5. Secara sukarela masuk dalam dinas asing.
6. Secara sukarela mengangkat sumppah / janji setia kepada negara asing.
7. Turut serta dalam pemilihan ketatanegaraan asing.
8. Kehilangan kewarganegaraan ayah diikuti oleh anaknya yang belum
dewasa.
9. Kehilangan KRI bagi seorang ibu tidak berlaku bagi anaknya sebelum
dewasa.
10. Kehilngan KRI seorang ibu yang memperoleh kewarganegaraan asing
putus perkawinannya.
11. Anak tidak boleh kehilangan KRI apalagi menjadi kewarganegaraan ganda
akibat ulah dari orang tua.
12. Seorang perempuan WNI kawin dengan laki-laki WNA.
13. Laki-laki kawin dengan WNA jika aturan kewarganegaraan istri

11

BAB III
WAWASAN NUSANTARA

3.3.

a. Pengertian Wawasan Nasional.
Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara

tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung
(interaksi & interelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di tengahtengah lingkungannya baik nasional, regional, maupun global.
Suatu negara dan bangsa akan terikat erat apabila ada pemahaman yang
mendalam tentang perbedaan dalam negara atau bangsa itu sebagai anugrah, yang
pada akhirnya akan memperkaya khasana budaya negara atau bangsa tersebut.
Disamping itu, perbedaan ini merupakan satu titik yang sangat rentan terhadap
perpecahan jika tidak diberikan pemahaman wawasan nasional dan wawasan
nusantara yang tepat bagi bangsa dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara keanekaragaman (pendapat, kepercayaan, hubungan, dsb) memerlukan
suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu guna memelihara
keutuhan negaranya.
Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari
pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau kaitmengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan
pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah
serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan
kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang

12

dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati
diri.
3.3.1. Teori Kekuasaan Meliputi Kekuasaan Dalam Teori-teori Politik.
Paham kekuasaan yang kita kenal selama ini memberikan suatu impuls
untuk menciptakan suatu formula pengaturan kenegaraan yang sejatinya
membutuhkan

koreksi di berbagai sisi. Dibawah ini adalah beberapa paham

kekuasaan yang kita kenal.


Machiavelli

paham ini memandang harus adanya suatu kekuatan politik yang besar guna
mempertahankan kedigdayaan suatu negara. ada beberapa cara untuk memelihara
stabilitas politik yaitu:
-

penghalalan segala cara untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan
menjaga eksistensi kekuasaan rezim, termasuk membenarkan politik
Devide Et Impera

-

pertahanan politik dengan adu kekuatan, siapa yang kuat dia yang
bertahan dan sebaliknya siapa yang lemah dia yang tersingkir.



Paham kaisar Napoleon Bonaparte

Napoleon merupakan penganut paham Machiavelli, dia menambahkan
bahwasannya untuk mempertahankan suatu negara diperlukan dukungan penuh
dari kondisi sosial budaya berupa penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga mampu melahirkan kondisi pertahanan dan keamanan yang solid.


Jenderal Causewitz

Pandangan ini adalah suatu dasar dari perang dunia I dimana perang dianggap
sebagai suatu hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan dan

13

pencapaian tujuan nasional suatu negara. paham ini pula yang melegitimasi usaha
ekspansi Rusia dalam memperluas kekuasaannya.
3.3.2. Teori-Teori Geopolotik
-

Riederich Ratzel

There is in this small planet, sufficient space for only one great state. itulah
semboyan dari frederich Ratzel yang terkenal. teori menyatakan bahwa :
Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan) dengan pertumbuhan
organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan
mati.
Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang makin memungkinkan kelompok
politik itu tumbuh (teori ruang)
Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas
dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup terus dan
langgeng.
Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan
sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari
pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi). Apabila
ruang hidup negara (wilayah)sudah tidak mencukupi, maka dapat diperluas
dengan

mengubah

batas

negara

baik

kekerasan/perang.

14

secara

damai

maupun

dengan

-

James Burnham

James Burnham adalah seorang pionir dalam pengembangan geopolitik
antikomunisme sebuah aksioma geopolitik bahwa jika ada satu daya berhasil
mengatur [Eurasia] Heartland dan hambatan luar, kekuatan itu pasti akan
menguasai dunia.”
-

Karl Haushofer (1896-1946)

pendapat ini berkembang di Jerman dinawah kekuasaaan Adolf Hitler,
berkembang pula di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang berlandaskan
mliterisme dan paham fasisme. pokok teori Haushofer yaitu :
a. Suatu bangsa dalam mempertahankan hidupnya tidak terlepas dari hukum
alam, sehingga hal ini menjurus pada ekspansionisme.
b. Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat menandingi
kekuasaan imperium Maritim dalam penguasaan laut.
c. Beberapa negara besar dunia akan menguasai Eropa, Afrika, Asia Barat,
Asia Timur Raya.
3.3.3.

Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut
paham tentang perang dan damai:”Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih
cinta kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung
benih-benih persengketaan dan ekspansionisme.
Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa: ideologi
digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan
pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan

15

nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin
kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.
-

Geopolitik Indonesia

pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia
didasarkan pada pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan
dengan kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan pemahaman tentang
Negara Indonesia menganut paham Negara kepulauan, yaitu paham yang
dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.
Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham
Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan menurut paham
Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi satu
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.
-

Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia

Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan nasionalnya,
bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan dari kondisi nyata yang terdapat
di lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan
dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu, pembahasan
latar belakang filosofis sebagai dasar pemikiran pembinaan dan pengembangan
wawasan nasional Indonesia ditinjau dari :


Latar belakang pemikiran berdasakan falsafah Pancasila.



Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Nusantara.



Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya bangsa Indonesia.

16



Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan bangsa Indonesia.

3.3.4. Latar Belakang Filosofi Wawasan Nusantara
Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan Pancasila sebagai
dasar pengembangan Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila
menjadi dasar dari pengembangan wawasan itu.


Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang menghormati kebebasan beragam.



Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan
Nusantara merupakan wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM
(Hak Asasi Manusia.



Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.



Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan)

menjadikan

Wawasan

Nusantara

merupakan wawasan yang dikembangkan dalam suasana musyawarah dan
mufakat.


Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan
Wawasan

Nusantara

merupakan

wawasan

yang

mengusahakan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah
Indonesia sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi
obyektif geografis Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan
menjadi dasar bagi pengambilan-pengambilan keputusan politik. Adapun kondiri
obyektif geografi Indonesia telah mengalami perkembangan sebagai berikut.

17

Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti aturan dalam
Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut
wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia. Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan
merupakan kesatuan, laut menjadi pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia
merupakan negara kepulauan
Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)
berbunyi:

”…berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

maka

pemerintah

menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau
lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara
Indonesia, dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu lintas yang
damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan
sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur
dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau
negara Indonesia….” Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan
satu wilayah yang utuh, kesatuan yang bulat dan utuh.
Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960 tentang
Perairan Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi
Djuanda itu, Maka Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan
(Negara Maritim).

18

Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime Kringen
Ordonantie tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang lebih 2 juta km2 maka
menurut Deklarasi Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta
km2 (dimana 65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan)
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III mengakui
pokok-pokok asas Negara Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi
Djuanda.
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982
(United Nation Convention on the Law af the Sea). Dan dampak dari UNCLOS
1982 adalah pengakuan tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.
Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17 Tahun
1985 (tanggal 31 Desember 1985, Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah
diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16 November 1994
dan Perjuangan selanjutnya adalah perjuangan untuk wilayah antariksa nasional,
termasuk GSO (Geo Stationery Orbit).
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S. Sumarsono, 2005,
hal 74)
4.

Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut

5.

Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari Pangkal Laut

6.

Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km

7.

Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km
Batas antariksa Indonesia

8.

Tinggi = 33.761 km

19

9.

Tebal GSO (Geo Stationery Orbit) = 350 k

10.

Lebar GSO (Geo Stationery Orbit) = 150 km
Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia menjadikan

keanekaragaman
(membangun

budaya

wawasan)

Indonesia
nusantara

menjadi
Indonesia.

bahan

untuk

Menurut

memandang

Hildred

Geertz

sebagaimana dikutip Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku
bangsa dari Sabang sampai Merauke. Adapun menurut Skinner yang juga dikutip
Nasikun (1988) Indonesia mempunyai 35 suku bangsa besar yang masing-masing
mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak.
Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak
sejarahnya adalah:
11.

20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia

12.

28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah
Pemuda

13.

17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia

20

BAB IV
HAKIKAT WAWASAN NUSANTARA

4.1 . A. Pengertian Wawasan Nusantara.
Secara Etimologi kata wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang
berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi, ditambahkan akhiran (an)
bermakna cara pandang, cara tincau atau cara melihat. Dari kata wawas muncul
kata mawas yang berarti; memandang, meninjau atau melihat. Wawasan artinya;
pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi, atau cara pandang atau cara
melihat.
Selanjutnya kata Nusantara terdiri dari kata nusa dan antara. Kata nusa artinya
pulau atau kesatuan kepulauan. Antara menunjukkan letak antara dua unsur.
Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua yakni Asia
dan Australia dan dua samudera yakni; samudera Hindia dan samudera Pasifik.
Menurut Kelompok kerja LEMHANAS 1999 Wawasan Nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan Iingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa

serta

kesatuan

wilayah

dalam

menyelenggarakan

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan

21

tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional.
4.1.1. Landasan Wawasan Nusantara
Idiil → Pancasila Konstitusional → UUD 1945.
b. Hakekat Wawasan Nusantara
Pada hakekatnya Wawasan Nusantara adalah : Keutuhan Bangsa dan kesatuan
wilayah nasional. Dengan kata lain hahekat Wawasan Nusantara adalah
“persatuan bangsa dan kesatuan wilayah”. Bangsa Indonesia dari aspek sosial
budaya adalah beragam, dari segi wilayah bercorak nusantara dipandang sebagai
suatu kesatuan yang utuh.
Dadalam bahasa GBHN disebutkan bahwa hakekat wawasan nusantara adalah
diwujudkan dengan menyatakan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Berarti setiap warga
bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam Iingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produkproduk yang dihasilkan oleh lembaga Negara.
4.1.2. Azas Wawasan Nusantara Kedudukan Dan Fungsi
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah
keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan.
Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu secara utuh.

22

c. Fungsi Wawasan Nusantara
Fungsi dari wawasan nusantara adalah pedoman, motivasi, dorongan serta ramburambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan
perbuatan, baik bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
d. Asas Wawasan Nusantara
Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya
komponen/unsur

pembentuk

bangsa

Indonesia

(suku/golongan)

kesepakatan (commitment) bersama. Asas wasantara terdiri dari :
5.

Kepentingan/Tujuan yang sama.

6.

Keadilan

7.

Kejujuran

8.

Solidaritas

9.

Kerjasama

23

terhadap

BAB V
KETAHANAN NASIONAL

5.1 . a. Pengertian Ketahanan
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri
atas ketangguhan serta keutuhan dan kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala maca bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara
langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam nya, Indonesia
sangat di incar kekayaannya oleh Negara-negara lain oleh karena itu Indonesia
harus memperkuat kesatuan dan persatuan agar negara Indonesia tetap kaya dan
merdeka.Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa
Indonesia tidak terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang
membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman
tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan
yang dinamakan ketahanannasional.
Untuk menjamin identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya. Konsepsi ketahanan nasional
Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan
dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang dalam seluruh

24

aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila, UUD 45
dan Wawasan Nusantara.
Terdapat tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepketahanan
nasional, sebagai berikut :
1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi
Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas
keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.
Sebagai suatu pendekatan, Ketahanan Nasional menggambarkan pendekatan
yang integral. Integral dalam artian pendekatan yang mencerminkan antara segala
aspek/isi, baik pada saat membangun pemecahan masalah kehidupan.
3. Ketahanan Nasional sebagai doktrin
Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia
yangberupa ajaran konseptual tentang pengaturan dalam penyelenggaraan
bernegara.
Dapat disimpulkan, Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu
bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam
maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

25

Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional
perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak
dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional
(wilayah), inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu
supaya tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah
bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga
dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional
juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya
merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan
sesuai dengan rancangan program.
Untuk menjamin identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya. Konsepsi ketahanan nasional
Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan
dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang dalam seluruh
aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila, UUD 45
dan Wawasan Nusantara.
Terdapat tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepketahanan
nasional, sebagai berikut :
1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi
Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas
keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.

26

Sebagai suatu pendekatan, Ketahanan Nasional menggambarkan pendekatan
yang integral. Integral dalam artian pendekatan yang mencerminkan antara segala
aspek/isi, baik pada saat membangun pemecahan masalah kehidupan.
3. Ketahanan Nasional sebagai doktrin
Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia
yangberupa ajaran konseptual tentang pengaturan dalam penyelenggaraan
bernegara.
Dapat disimpulkan, Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu
bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam
maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
4.1.2. Azas Ketahanan
Ketahanan Nasioanal memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang
terkandung dalam landasan dan asas – asasnya, yaitu:
1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah,
dengan tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian
(idenpendency) ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling
menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent).

27

2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun,
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan strategisnya.
Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa
berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya
peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan
dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang
lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasioan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan
meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Semakin tinggi tingkat
Ketahanan Nasional Indonesia semakin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat
daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik
semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling
menghargai dengan mengandalkan kekuatan, moral dan kepribadian bangsa.
Jenis-jenis pertahanan nasional sebagai berikut:
10.

Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan

11.

Pertahanan

nonmiliter/nirmiliter

nonmiliter/nirmiliter.

28

untuk

menghadapi

ancaman

Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional
perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak
dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional
(wilayah), inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu
supaya tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah
bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga
dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional
juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya
merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan
sesuai dengan rancangan program.

29

BAB VI
POLITIK DAN STRATEGI

6.1.

a. Pengertian Politik dan Strategi
Kata politik dalam bahasa yunani yaitu “Politeal” yang berasal dari kata polis

yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri yaitu Negara dan teal yang
berarti urusan. Politik secara umum adalah bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik atau disebut Negara yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut
meliputi pengambilan suatu keputusan mengenai tujuan dari sistem politik itu
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
beberapa tujuan yang telah dipilih. Dan untuk melaksanakan tujuan-tujuan
tersebut perlu dibentuk kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang menyangkut
pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang ada dan untuk
melaksanakannya perlu memiliki kekuasaan dan kewenangan yang berfungsi
untuk membina kerjasama dan untuk menyelsaikan konflik yang timbul dalam
proses ini. Dari uraian tersebut, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan :
1. Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya, ataupun negara merupakan
bentuk masyarakat yang paling utama dan negara merupakan organisasi politik
yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.
2. Kekuasaan

30

Kekuasaan

adalah

kemampuan

seseorang

atau

kelompok

untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sesuai dengan
kehendaknya. Dalam politik perlu diperhatikan bagaimana kekuasaan itu
diperoleh, dilaksanakan ataupun dipertahankan.
3. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan sebagai aspek utama dari politik dalam pengambilan
keputusan perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan tersebut dan untuk siapa
keputusan tersebut dibuat. Dalam politik keputrusan yang diambil menyangkut
sector public dari suatu negara.
4. Kebijaksanaan
Suatu kumpulan keputusan yang diambil seseorang atau kelompok politik
dalam rangka memilih tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut dapat dikatakan
sebagai kebijaksanaan. Dasar pemikirannya adalah masayarakat memiliki
beberapa tujuan yang ingin dicapai secara bersama pula maka dari itu diperlukan
rebcana yang mengikat yang dirumuskan dalam kebijakan –kebijakan oleh pihak
berwenang.
6.6.1. Pengertian Politik dan Strategi Nasional
Politik nasional adalah asas , haluan, usaha serta kebijaksanaan Negara
tentang

pembinaan,

perencanaan,

pengembangan,

pemeliharaan,

dan

pengendalian serta penggunaan secara kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Dalam melaksanakan politik nasional maka susunlah strategi nasional.
Misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Strategi
nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran –
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh politik nasional.

31

6.6.2. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Dasar pemikirannya adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
sistem menejemen nasioanal yang berdasarkan ideology pancasila, UUD 1945,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Landasan pemikiran dalam sistem
menejemen ini penting karena didalamnya terkandung dasar Negara, cita-cita
nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia.
6.6.3. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama disusun
berdasarkan sistem kenegaraan yang menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah
berkembang pendapat yang menyatakan jajaran sebuah pemerintah dan lembagalembaga tersebut dalam UUD 1945 disebut sebagai “Suprastruktur Politik”, yaitu
MPR, DPR, Presiden, BPK dan MA. Sedangkan badan-badan yang ada dalam
suatu masyarakat disebut sebagai “Infrastruktur Politik”, yang mencangkup
pranata-pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,
organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (Interest Group)
dan kelompok penekan. Antara suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat
bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.
Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur
politik diatur oleh presiden (mandataris MPR). Dalam pelaksanaan tugasnya,
presiden dibantu oleh lembaga-lembaga tinggi negara lainnya serta dewan-dewan
yang merupakan badan koordinasi seperti dewan stabilitas ekonomi nasional,
dewan pertahanan nasional RI, dewan maritim, dewan otonomi daerah, dewan
stabilitas politik dan keamanan.

32

Proses politik dan strategi politik nasional dinfrastruktur politik merupakan
sasaran yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia dalam rangka pelaksanaan
strategi nasional yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan dan keamanan. Sesuai dengan kebijakan politik nasional maka
penyelenggara Negara harus mengambil langkah-langah untuk melakukan
pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan mencantumkan sebagian
sasaran

sektoralnya.

Melalui

pranata-pranata

politik

masyarakat

ikut

berpartisipasi dalam kehidupan politik nasional. Dalam era reformasi saat ini
peranan masyarakat dalam mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang
telah ditetapkan MPR maupun yang dilaksanakan oleh presiden sangat besar
sekali. Pandangan – pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi
dll itu, selalu berkembang pada saat ini, dikarenakan
1. Semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara
2. Semakin terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya.
3. Semakin meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup.
4. Semakin meningkatnya kemampuan untuk mengatasi persoalan dengan
berjalannya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditunjak oleh IPTEK.
5. Semakin kritus dan terbukanya pikiran masyarakat dengan ide-ide baru.

7.

Politik Pembangunan Nasional dan Manajemen Nasional
Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan selama ini

dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh MPR, selanjutnya
pelaksanaannya dilaksanakan oleh Presiden/Mandataris MPR. GBHN pada

33

dasarnya merupakan haluan negara tentang pembangunan nasional yang
ditetapkan setiap lima tahun dengan mempertimbangkan perkembangan dan
tingkat kemajuan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia, dan dalam
pelaksanaannya dituangkan dalam pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan
pembangunan nasional yang ditentukan oleh Presiden sebagai Mandataris MPR
dengan mendengarkan dan memperhatikan sungguh-sungguh pendapat dari
lembaga tinggi negara lainnya, terutama DPR. Kebijaksanaan yang telah
mendapat persetujuan dari lembaga tinggi negara, khususnya DPR adalah
merupakan politik pemerintah dengan demikian politik pemerintah tidak
menyalahi jiwa demokrasi dan tetap berpedoman kepada Ketetapan MPR. Politik
pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan
adanya tat nilai, struktur dan proses yang merupakan himpunan usaha untuk
mencapai efisiensi, daya guna dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan
sumber dana dan daya nasional. Guna mewujudkan tujuan nasional, untuk itu
diperlukan Sistem Manajemen Nasional. Sistem manajemen nasional adalah
suatu sistem yang berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan berupa
perumusan kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, dan pengendalian
pelaksanaannya. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan keseluruhan
upaya manajerial yang berintikan tatanan pengambilan keputusan berkewenangan
dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan ketertiban sosial, ketertiban politik dan ketertiban administrasi.
8.

Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional Merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan

34

kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam
pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal
untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan pembangunan
nasional adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa
dan dalam pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja
tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya
adalah setiap warga negara Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam
melaksanakan pembangunan sesuai dengan profesi dan kemampuan masingmasing. Dalam melaksanakan pembangunan nasional yang dibangun mencakup
hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang selaras, serasi dan seimbang.
Itulah

sebabnya

pembangunan

nasional

yang

dilaksanakan

bertujuan

mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya yaitu sejahtera
lahir dan batin. Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan hajat hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan,
perumahan, pabrik, gedung perkantoran, pengairan, sarana dan prasarana
transportasi, sarana dan prasarana olah raga dan sebagainya. Sedangkan
pembangunan yang bersifat batiniah misalnya pembangunan sarana dan prasarana
: ibadah, pendidikan, rekreasi dan hiburan, kesehatan dan sebagainya. Bagaimana
proses pembangunan nasional itu berlangsung, ,maka harus dipahami manajemen
nasional yang terangkai dalam sebuah Sistem Manajemen Nasional.

35

9.

Manajemen Nasional
Manajemen Nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem, oleh

karenanya lebih tepat jika kita menggunakan istilah “Sistem Manajemen
Nasional”.

Layaknya

sebuah

sistem,

maka

pembahasannya

bersifat

“komprehensif-strategis-integral” sehingga orientasinya adalah kepada penemuan
dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara menyeluruh dan
terpadu. Dengan demikian dapat merupakan kerangka dasar, landasan, pedoman
dan sarana bagi perkembangan proses pengetahuan (learning proses) maupun
bagi penyempurnaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan, baik yang bersifat
umum maupun pembangunan. Pada dasarnya Sistem Manajemen Nasional
merupakan : Suatu perpaduan dari tata nilai, struktur dan proses yang merupakan
himpunan usaha untuk mencapai kehematan, daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan daya nasional untuk mencapai
tujuan nasional. Proses penyelenggaraan secara serasi dan terpadu meliputi
berbagai siklus kegiatan berupa “perumusan kebijaksanaan (policy formulation),
pelaksanaan kebijaksanaan (policy implementation) dan penilaian hasil
kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai kebijaksanaan nasional. Jika
lebih disederhanakan lagi, dalam sebuah sistem sekurang-kurangnya harus dapat
menjelaskan tentang unsur, struktur, proses , fungsi serta lingkungan yang
mempengaruhinya.
10.

Pembangunan Otonomi Daerah.

11.

Otonomi Daerah

36

Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
salah satu wujud politik dan startegi nasional secara teoritis telah memberikan dua
bentuk otonomi kepada dua daerah, yaitu :
12.

Otonomi terbatas kepada daerah provinsi.

13.

Otonomi luas kepada daerah kabupaten/Kota.
Sebagai konsekuensinya maka kewenangan pusat menjadi dibatasi. Dengan

ditetapkannya UU No. 22 tahun1999 secara legal formal menggantikan UU No. 5
tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemenrintahan Daerah dan UU No. 5 tahun
1979 tentang Pemerintahan Desa. Perbedaan UU yang lama dan baru adalah :
14.

UU yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central
government looking).

15.

UU yang baru, titik pandang kewenangannya dimulai dari daerah (local
government looking).
UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, sangatlah tepat sesuai

dengan tuntutan reformasi yang mengharapkan adanya pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya untuk semua daerah yang pada gilirannya diharapkan dapat
mewujudkan masyarakat madani (civil society).
Kewenangan Daerah :
1. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka
daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dibanding dengan UU No.
5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan UU No. 5
tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Berdasarkan UU No. 22 tahun
1999 kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam bidang seluruh
pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,

37

pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta
kewenangan di bidang lain.
2. Kewenangan di bidang lain sebagaimana dimaksud dalam point 1 meliputi
: kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan
lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber
daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi
yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.
3. Bentuk dan susunan pemerintahan daerah :
a. Di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legeslatif Daerah dan
Pemerintah Daerah sebagai Eksekutif Daerah. Pemerintah Daerah

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59