Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat
terus
berkembang
dan
berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman
dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari
perkembangan
faktor
penentu
keberlangsungan sebuah peradaban.
Tonggak
sejarah
jaman
adalah
pembangunan
Indonesia
dimulai
disegala
ketika
bidang
bangsa
di
Indonesia
sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
tanggal
17
Agustus
1945.
Demikian
juga
pembangunan karakter. Para pendiri bangsa ini
telah menyadari bahwa ada tiga hal yang harus
dihadapi bangsa ini, yaitu: (1) mendirikan Negara
yang bersatu dan berdaulat; 2) membangun
bangsa;
3)
building),
bangsa
membangun
(Muchlas,
dan
karakter
2014:
membangun
1).
(character
Membangun
karakter
harus
diupayakan terus-menerus, tidak boleh putus
disepanjang
sejarah
kehidupan
kebangsaan
Indonesia.
Tonggak pendidikan karakter di Indonesia
secara
yuridis
telah
dicanangkan
sejak
disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidkan
Nasional
(Sisdiknas). Dalam Bab I (1) dinyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
1
belajar dan proses pembelajaran agar peserts
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan , akhak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara”.
Ditegaskan lebih lanjut dalam pasal 3
UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan
bahwa:
“Pendidikan
Nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertangung jawab.”
Apabila kita mengacu pada UU Sistem
Pendidikan Nasional, jelaslah bahwa pendidikan di
Indonesia
harus
dan
wajib
mengajarkan
pendidikan karakter sebagai bekal melangsungkan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menanamkan moral kepada generasi muda
adalah
usaha
yang
sangat
strategis.
Kondisi
generasi muda yang dihantui dekandensi moral
seperti
tawuran,
kenakalan
remaja
sex
bebas,
lainnya
fandalisme,
mulai
dan
menggrogoti
bangsa ini. Apabila aklak/ karakter generasi muda
seperti
ini
dibiarkan
hancurlah bangsa ini.
2
terus
menerus
akan
Peran sebagai guru dan atau kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu dan dalam pembinaan
karakter sangat penting. Guru selain sebagai
pengajar dalam pembimbing, di samping sabagai
teladan bagi anak didiknya.
Program
dievaluasi
pendidikan
untuk
karakter
mengetahui
perlu
keterlaksanaan
program di setiap satuan pendidikan. Selain itu
juga untuk mengadakan tindak lanjut sebagai
perbaikan
program.
kehancuran
bangsa
Karena
yang
tanda-tanda
dikemukakan
oleh
Thomas Lictona hampir kita rasakan saat ini.
Tokoh pendidikan karakter
Thomas Lickona
(Agus, 2012: 11) merumuskan ada sepuluh tandatanda kehancuran suatu bangsa yang berdampak
dari karakter peserta didik yaitu:
“(1) Meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata
yang buruk; (3) pengaruh peer group yang kuat
dalam tindak kekerasan; (4) meningkatnya
perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, seks bebas, dan lain-lain; (5)
pedoman moral baik dan buruk semakin
kabur; (6) etos kerja manurun; (7)rasa hormat
orangtua dan guru semakin rendah; (8) rasa
tanggung jawab individu dan warga negara
semakin rendah; (9) ketidak jujuran yang
semakin membudaya; dan (10) adanya rasa
saling curiga dan kebencian di antara sesama.”
Presiden Republik Indonesia ke- 4, Abdur
Rahman Wakhid ( Agus, 2012: 13), bahwa bangsa
Indonesia telah gagal dalam proses pendidikan.
Dengan ditandai lima hal, salah satunya adalah
3
gagal
mengajarkan
moral
sehingga
banyak
kejahatan, anarkisme, dan terorisme di Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stovika
Eva Darmayanti dan Udik Budi Wibowo (2014),
bahwa Kesiapan
sekolah
dasar
Kulon
untuk
mengimplementasikan
Progo
di
Kabupaten
pendidikan karakter, baik dinilai dari kurikulum
yang
telah terintegrasi
namun
masih
kurang
pendidikan
karakter,
dalam hal pengelolaan
sarana prasarana pendukung dan banyak guru
memerlukan
lebih
banyak
pengetahuan
dan
keterampilan tentang pendidikan karakter.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
memajukan rakyatnya, perbaikan sumber daya
manusia terus diupayakan untuk membentuk
manusia
yang
cerdas,
terampil,
mandiri
dan
berakhlak mulia. Munculnya gagasan pendidikan
karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia,
karena dipandang proses pendidikan yang selama
ini berlangsung dinilai belum sepenuhnya berhasil
dalam
membangun
manusia
Indonesia
yang
berkarakter. Melalui pendidikan karakter, para
peserta didik lebih berpeluang memiliki perilaku
yang menjadi warna negara yang baik.
UU No 20 Tahun 2003, usianya sudah lebih
dari 12 yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
4
berakhak
mulia,
sehat,
berilmu,
cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertangung jawab, perlu adanya
evaluasi terutama pada bidang akhlak mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman
nilai-nilai
karakter
kepada
warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan,
maupun
kebangsaan
sehingga
menjadi manusia insan baik.
Proses
pendidikan
karakter
di
sekolah,
semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk
komponen-komponen
pendidikan
itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran,
sekolah,
pelaksanaan
kurikuler,
aktivitas
pemberdayaan
pengelolaan
atau
sarana
kegiatan
prasarana,
pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Menurut
Thomas
Lickona
dalam
Novan
(2012: 16) Pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive),
(action).
perasaan
Tanpa
ketiga
(feeling),
aspek
dan
di
tindakan
atas,
maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dan harus
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
5
Dengan pendidikan karakter, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan
anak
menyongsong
masa
depan.
Dengan
pendidikan karakter yang baik seseorang akan
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis (Joseph, Wiyani, 2012: 17).
Pendidikan karakter terkait erat dengan
kecerdasan
emosional,
berpengaruh
terhadap
keberhasilan belajar. Berbagai fakta menunjukkan
pendidikan
karakter
bagi
pelajar
Indonesia
menjadi sangat penting, dalam rangka upaya
membentuk
intelektual
generasi
dan
yang
cerdas
berkarakter.
secara
Dalam
dunia
pendidikan, ada tiga ranah yang harus dikuasai
oleh siswa, yakni ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
ranah afektif berkaitan dengan attitude, spirit, dan
karakter. Ranah psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan
cenderung
yang
sifatnya
mekanis.
prosedural
Usaha
dan
untuk
menyeimbangkan ketiga ranah tersebut memang
selalu
dominan
di
upayakan,
adalah
namun
ranah
kenyataannya
kognitif
kemudian
psikomotorik. Akibatnya, peserta didik berlebih
dalam kemampuan yang sifatnya pokok (hard skill)
namun kekurang mampuan pendukung (soft skill)
karena ranah afektif terabaikan. Hal ini tampak
6
pada output pendidikan yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi (juara kelas, juara olimpide dll),
namun miskin kemampuan membangun relasi,
bekerja
sama
dan
cenderung
egois,
bahkan
tertutup.
Pendidikan
sebuah
upaya
pada
esensinya
merupakan
dalam
rangka
membangun
kecerdasan manusia, baik kecerdasan kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Oleh karenanya,
pendidikan
karakter
secara
terus
menerus
dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan
generasi unggul. Unggul dalam ilmu, iman dan
amal.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter ada
18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam
menentukan keberhasilan pendidikan karakter,
yaitu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4)
disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8)
demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat
kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai
prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta
damai;
(15)
gemar
membaca;
(16)
peduli
lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab
(Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011:
3).
Pengembangan
karakter
anak
perlu
diupayakan secara sungguh-sungguh dengan pola
manajemen
perencanaan,
pendidikan
karakter.
pengorganisasian,
Proses
pelaksanaan,
7
pengawasan, dan evaluasi yang baik merupakan
langkah dalam manajemen pendidikan karakter
yang
efektif.
Tingkat
efektivitas
manajemen
pendidikan karakter di sekolah sangat berdampak
pada
pencapaian
misi
dari
pendidikan
yaitu
membentuk siswa yang berkarakter.
Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan
anak
yang
mempunyai
kewajiban
untuk
membangun akhlak. Sekolah menjadi lingkungan
yang berhadapan langsung dengan anak dan
berpotensi untuk mendidik setiap pola pikir, hati,
dan perilaku mereka.
Setiap
sekolah
komitmen
satuan
dasar
dan
pendidikan
sangat
khususnya
diharapkan
integritas
untuk
memiliki
membangun
karakter generasi penerus bangsa, salah satunya
melalui pendidikan karakter yang diintegrasikan
dalam proses pendidikan yang diselenggarakan.
Pendidikan karakter saat ini tidak hanya
bertujuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
mengenai nilai dan etika, namun lebih dari itu
yaitu mengembalikan karakter dan budaya bangsa
yang mulai tercerabut dari akarnya. Pengembalian
pendidikan karakter
harus dimulai dari sekolah
yaitu dengan cara membangun budaya sekolah
(school culture) sejak dini melalui pembelajaran
dan pembiasaan.
Program
dievaluasi
8
pendidikan
untuk
mengetahui
karakter
perlu
keterlaksanaan
program di setiap satuan pendidikan. Selain itu
juga untuk mengadakan tindak lanjut sebagai
perbaikan
program.
Menurut
Endang
Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program
dilakukan dengan tujuan untuk:
1). Menunjukkan sumbangan program terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi
ini penting untuk mengembangkan program
yang sama ditempat lain.
2). Mengambil keputusan tentang keberlanjutan
sebuah
program,
apakah
program
perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Model
mengevaluasi
yang
akan
program
ini
digunakan
adalah
dalam
CIPP
yang
dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP Singkatan
dari
Context,
Input,
Process
and
Product.
Keunggulan dari model CIPP ini adalah memberi
suatu
format
evaluasi
komprehensif
dari
ide
program sampai hasil yang akan dicapai setelah
program dilaksanakan.
Berangkat dari latar belakang dan fenomena
yang telah digambarkan di atas, maka menarik
untuk dikaji dan diadakan penelitian evaluatif
guna mendapatkan informasi yang mendalam
tentang program pendidikan karakter di Sekolah
Dasar.
Peneliti mengambil SD Negeri Prampelan
karena lokasi sekolah tersebut berdekatan dengan
tempat
tugas
peneliti.
Berdasarkan
hasil
9
wawancara
dengan
kepala
sekolah,
bahwa
lembaga pendidikan tersebut telah melaksanakan
program pendidikan karakter. Pendidikan karakter
sudah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Hal ini bisa diamati dari program pendidikan
karakter yang ada yaitu dengan kebiasaan yang
dilakukan di sekolah, seperti: (1) pembiasaan
pengucapan salam ketika berjumpa ibu/ bapak
guru dan teman-teman; (2) bersalaman/ berjabat
tangan ketika baru datang ke sekolah dan ketika
pulang ke rumah;
Pembinaan
(3) Sholat berjamaah;
membaca
Al
Qur’an;
(5)
(4)
Jumat
sedekah; (6) Anjuran menjaga kebersihan dan
sebagainya (Wawancara , tanggal 4 Januari 2016).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
1. Bagaimana
konteks
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak?
2. Bagaimana input program pendidikan karakter
di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak?
3. Bagaimana
proses
pelaksanaan
program
pendidikan karakter di SD Negeri Prampelan
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak?
4. Bagaimana
produk
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak?
10
5. Apa
dampak
dan
hambatan
pelaksanaan
program pendidikan karakter di SD Negeri
Prampelan
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Demak?
6. Menarik
kesimpulan
dan
saran
terhadap
program karakter di SD Negeri prampelan
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan
masalah
di
atas,
maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi
konteks
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
2. Mengevaluasi
input
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
3. Mengevaluasi proses pelaksanaan pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
4. Mengevaluasi
Produk
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
5. Mengetahui
dampak
atau
akibat
tentang
pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri
Prampelan
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Demak.
6. Membuat
kesimpulan
dan
memberi
saran
keberlanjutan program.
11
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teori
Memberikan sumbangan pengetahuan dan
menambah
wawasan dunia akademis tentang
evaluasi program pendidikan karakter di sekolah
dasar.
1.4.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi
kepala sekolah, guru, siswa, dan stokeholder
sebagai
acuan
akan
keberlanjutan
program,
khususnya SD Negeri Prampelan dan sekolahsekolah
lain
dalam
pendidikan karakter.
12
pelaksanaan
program
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat
terus
berkembang
dan
berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman
dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari
perkembangan
faktor
penentu
keberlangsungan sebuah peradaban.
Tonggak
sejarah
jaman
adalah
pembangunan
Indonesia
dimulai
disegala
ketika
bidang
bangsa
di
Indonesia
sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
tanggal
17
Agustus
1945.
Demikian
juga
pembangunan karakter. Para pendiri bangsa ini
telah menyadari bahwa ada tiga hal yang harus
dihadapi bangsa ini, yaitu: (1) mendirikan Negara
yang bersatu dan berdaulat; 2) membangun
bangsa;
3)
building),
bangsa
membangun
(Muchlas,
dan
karakter
2014:
membangun
1).
(character
Membangun
karakter
harus
diupayakan terus-menerus, tidak boleh putus
disepanjang
sejarah
kehidupan
kebangsaan
Indonesia.
Tonggak pendidikan karakter di Indonesia
secara
yuridis
telah
dicanangkan
sejak
disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidkan
Nasional
(Sisdiknas). Dalam Bab I (1) dinyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
1
belajar dan proses pembelajaran agar peserts
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan , akhak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara”.
Ditegaskan lebih lanjut dalam pasal 3
UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan
bahwa:
“Pendidikan
Nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertangung jawab.”
Apabila kita mengacu pada UU Sistem
Pendidikan Nasional, jelaslah bahwa pendidikan di
Indonesia
harus
dan
wajib
mengajarkan
pendidikan karakter sebagai bekal melangsungkan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menanamkan moral kepada generasi muda
adalah
usaha
yang
sangat
strategis.
Kondisi
generasi muda yang dihantui dekandensi moral
seperti
tawuran,
kenakalan
remaja
sex
bebas,
lainnya
fandalisme,
mulai
dan
menggrogoti
bangsa ini. Apabila aklak/ karakter generasi muda
seperti
ini
dibiarkan
hancurlah bangsa ini.
2
terus
menerus
akan
Peran sebagai guru dan atau kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu dan dalam pembinaan
karakter sangat penting. Guru selain sebagai
pengajar dalam pembimbing, di samping sabagai
teladan bagi anak didiknya.
Program
dievaluasi
pendidikan
untuk
karakter
mengetahui
perlu
keterlaksanaan
program di setiap satuan pendidikan. Selain itu
juga untuk mengadakan tindak lanjut sebagai
perbaikan
program.
kehancuran
bangsa
Karena
yang
tanda-tanda
dikemukakan
oleh
Thomas Lictona hampir kita rasakan saat ini.
Tokoh pendidikan karakter
Thomas Lickona
(Agus, 2012: 11) merumuskan ada sepuluh tandatanda kehancuran suatu bangsa yang berdampak
dari karakter peserta didik yaitu:
“(1) Meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata
yang buruk; (3) pengaruh peer group yang kuat
dalam tindak kekerasan; (4) meningkatnya
perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, seks bebas, dan lain-lain; (5)
pedoman moral baik dan buruk semakin
kabur; (6) etos kerja manurun; (7)rasa hormat
orangtua dan guru semakin rendah; (8) rasa
tanggung jawab individu dan warga negara
semakin rendah; (9) ketidak jujuran yang
semakin membudaya; dan (10) adanya rasa
saling curiga dan kebencian di antara sesama.”
Presiden Republik Indonesia ke- 4, Abdur
Rahman Wakhid ( Agus, 2012: 13), bahwa bangsa
Indonesia telah gagal dalam proses pendidikan.
Dengan ditandai lima hal, salah satunya adalah
3
gagal
mengajarkan
moral
sehingga
banyak
kejahatan, anarkisme, dan terorisme di Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stovika
Eva Darmayanti dan Udik Budi Wibowo (2014),
bahwa Kesiapan
sekolah
dasar
Kulon
untuk
mengimplementasikan
Progo
di
Kabupaten
pendidikan karakter, baik dinilai dari kurikulum
yang
telah terintegrasi
namun
masih
kurang
pendidikan
karakter,
dalam hal pengelolaan
sarana prasarana pendukung dan banyak guru
memerlukan
lebih
banyak
pengetahuan
dan
keterampilan tentang pendidikan karakter.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
memajukan rakyatnya, perbaikan sumber daya
manusia terus diupayakan untuk membentuk
manusia
yang
cerdas,
terampil,
mandiri
dan
berakhlak mulia. Munculnya gagasan pendidikan
karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia,
karena dipandang proses pendidikan yang selama
ini berlangsung dinilai belum sepenuhnya berhasil
dalam
membangun
manusia
Indonesia
yang
berkarakter. Melalui pendidikan karakter, para
peserta didik lebih berpeluang memiliki perilaku
yang menjadi warna negara yang baik.
UU No 20 Tahun 2003, usianya sudah lebih
dari 12 yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
4
berakhak
mulia,
sehat,
berilmu,
cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertangung jawab, perlu adanya
evaluasi terutama pada bidang akhlak mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman
nilai-nilai
karakter
kepada
warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan,
maupun
kebangsaan
sehingga
menjadi manusia insan baik.
Proses
pendidikan
karakter
di
sekolah,
semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk
komponen-komponen
pendidikan
itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran,
sekolah,
pelaksanaan
kurikuler,
aktivitas
pemberdayaan
pengelolaan
atau
sarana
kegiatan
prasarana,
pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Menurut
Thomas
Lickona
dalam
Novan
(2012: 16) Pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive),
(action).
perasaan
Tanpa
ketiga
(feeling),
aspek
dan
di
tindakan
atas,
maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dan harus
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
5
Dengan pendidikan karakter, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan
anak
menyongsong
masa
depan.
Dengan
pendidikan karakter yang baik seseorang akan
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis (Joseph, Wiyani, 2012: 17).
Pendidikan karakter terkait erat dengan
kecerdasan
emosional,
berpengaruh
terhadap
keberhasilan belajar. Berbagai fakta menunjukkan
pendidikan
karakter
bagi
pelajar
Indonesia
menjadi sangat penting, dalam rangka upaya
membentuk
intelektual
generasi
dan
yang
cerdas
berkarakter.
secara
Dalam
dunia
pendidikan, ada tiga ranah yang harus dikuasai
oleh siswa, yakni ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
ranah afektif berkaitan dengan attitude, spirit, dan
karakter. Ranah psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan
cenderung
yang
sifatnya
mekanis.
prosedural
Usaha
dan
untuk
menyeimbangkan ketiga ranah tersebut memang
selalu
dominan
di
upayakan,
adalah
namun
ranah
kenyataannya
kognitif
kemudian
psikomotorik. Akibatnya, peserta didik berlebih
dalam kemampuan yang sifatnya pokok (hard skill)
namun kekurang mampuan pendukung (soft skill)
karena ranah afektif terabaikan. Hal ini tampak
6
pada output pendidikan yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi (juara kelas, juara olimpide dll),
namun miskin kemampuan membangun relasi,
bekerja
sama
dan
cenderung
egois,
bahkan
tertutup.
Pendidikan
sebuah
upaya
pada
esensinya
merupakan
dalam
rangka
membangun
kecerdasan manusia, baik kecerdasan kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Oleh karenanya,
pendidikan
karakter
secara
terus
menerus
dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan
generasi unggul. Unggul dalam ilmu, iman dan
amal.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter ada
18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam
menentukan keberhasilan pendidikan karakter,
yaitu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4)
disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8)
demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat
kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai
prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta
damai;
(15)
gemar
membaca;
(16)
peduli
lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab
(Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011:
3).
Pengembangan
karakter
anak
perlu
diupayakan secara sungguh-sungguh dengan pola
manajemen
perencanaan,
pendidikan
karakter.
pengorganisasian,
Proses
pelaksanaan,
7
pengawasan, dan evaluasi yang baik merupakan
langkah dalam manajemen pendidikan karakter
yang
efektif.
Tingkat
efektivitas
manajemen
pendidikan karakter di sekolah sangat berdampak
pada
pencapaian
misi
dari
pendidikan
yaitu
membentuk siswa yang berkarakter.
Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan
anak
yang
mempunyai
kewajiban
untuk
membangun akhlak. Sekolah menjadi lingkungan
yang berhadapan langsung dengan anak dan
berpotensi untuk mendidik setiap pola pikir, hati,
dan perilaku mereka.
Setiap
sekolah
komitmen
satuan
dasar
dan
pendidikan
sangat
khususnya
diharapkan
integritas
untuk
memiliki
membangun
karakter generasi penerus bangsa, salah satunya
melalui pendidikan karakter yang diintegrasikan
dalam proses pendidikan yang diselenggarakan.
Pendidikan karakter saat ini tidak hanya
bertujuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
mengenai nilai dan etika, namun lebih dari itu
yaitu mengembalikan karakter dan budaya bangsa
yang mulai tercerabut dari akarnya. Pengembalian
pendidikan karakter
harus dimulai dari sekolah
yaitu dengan cara membangun budaya sekolah
(school culture) sejak dini melalui pembelajaran
dan pembiasaan.
Program
dievaluasi
8
pendidikan
untuk
mengetahui
karakter
perlu
keterlaksanaan
program di setiap satuan pendidikan. Selain itu
juga untuk mengadakan tindak lanjut sebagai
perbaikan
program.
Menurut
Endang
Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program
dilakukan dengan tujuan untuk:
1). Menunjukkan sumbangan program terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi
ini penting untuk mengembangkan program
yang sama ditempat lain.
2). Mengambil keputusan tentang keberlanjutan
sebuah
program,
apakah
program
perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Model
mengevaluasi
yang
akan
program
ini
digunakan
adalah
dalam
CIPP
yang
dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP Singkatan
dari
Context,
Input,
Process
and
Product.
Keunggulan dari model CIPP ini adalah memberi
suatu
format
evaluasi
komprehensif
dari
ide
program sampai hasil yang akan dicapai setelah
program dilaksanakan.
Berangkat dari latar belakang dan fenomena
yang telah digambarkan di atas, maka menarik
untuk dikaji dan diadakan penelitian evaluatif
guna mendapatkan informasi yang mendalam
tentang program pendidikan karakter di Sekolah
Dasar.
Peneliti mengambil SD Negeri Prampelan
karena lokasi sekolah tersebut berdekatan dengan
tempat
tugas
peneliti.
Berdasarkan
hasil
9
wawancara
dengan
kepala
sekolah,
bahwa
lembaga pendidikan tersebut telah melaksanakan
program pendidikan karakter. Pendidikan karakter
sudah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Hal ini bisa diamati dari program pendidikan
karakter yang ada yaitu dengan kebiasaan yang
dilakukan di sekolah, seperti: (1) pembiasaan
pengucapan salam ketika berjumpa ibu/ bapak
guru dan teman-teman; (2) bersalaman/ berjabat
tangan ketika baru datang ke sekolah dan ketika
pulang ke rumah;
Pembinaan
(3) Sholat berjamaah;
membaca
Al
Qur’an;
(5)
(4)
Jumat
sedekah; (6) Anjuran menjaga kebersihan dan
sebagainya (Wawancara , tanggal 4 Januari 2016).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
1. Bagaimana
konteks
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak?
2. Bagaimana input program pendidikan karakter
di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak?
3. Bagaimana
proses
pelaksanaan
program
pendidikan karakter di SD Negeri Prampelan
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak?
4. Bagaimana
produk
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak?
10
5. Apa
dampak
dan
hambatan
pelaksanaan
program pendidikan karakter di SD Negeri
Prampelan
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Demak?
6. Menarik
kesimpulan
dan
saran
terhadap
program karakter di SD Negeri prampelan
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan
masalah
di
atas,
maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi
konteks
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
2. Mengevaluasi
input
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
3. Mengevaluasi proses pelaksanaan pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
4. Mengevaluasi
Produk
program
pendidikan
karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak.
5. Mengetahui
dampak
atau
akibat
tentang
pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri
Prampelan
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Demak.
6. Membuat
kesimpulan
dan
memberi
saran
keberlanjutan program.
11
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teori
Memberikan sumbangan pengetahuan dan
menambah
wawasan dunia akademis tentang
evaluasi program pendidikan karakter di sekolah
dasar.
1.4.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi
kepala sekolah, guru, siswa, dan stokeholder
sebagai
acuan
akan
keberlanjutan
program,
khususnya SD Negeri Prampelan dan sekolahsekolah
lain
dalam
pendidikan karakter.
12
pelaksanaan
program