Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Evaluasi Program
Meningkatnya daya saing dalam berbagai
segi kehidupan baik dalam hal produksi dan
pelayanan atau jasa, maka perlukan adanya
manajemen

yang

lebih

efektif,

efisien

dan

memuaskan. Efektif berkenaan dengan dengan
derajat


pencapaian

tujuan.

Efisien

berkaitan

dengan lebih hematnya waktu, tenaga, dan biaya.
Sedang

memuaskan

berkenaan

dengan

terpenuhinya atau melebihi apa yang diharapkan
dari pihak-pihak yang memerlukan pelayanan.
Karena


obyek

pendidikan

yang

maka

akan

manajemen

dibahas
yang

adalah

dimaksud


adalah manajemen pendidikan.
Dalam

dunia

pendidikan,

manajemen

diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan
hasil belajar peserta didik secara aktif, kreatif,
inovatif,

dan

menyenangkan

dalam


mengembangkan potensi peserta didik (Husani
Usman, 2014: 13). Seni dan ilmu yang dimaksud
adalah untuk mengelola sumber daya pendidikan
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Mengelola yang dimaksud di sini meliputi
perencanaan

(Planing),

pengorganisasian

(Organizing), pengarahan (Leading), pemotivasian
(Motivating),

Pengkoordanasian

(Coordinating),
13

penganggaran (Budgeting), pelaporan (Reporting),

dan pengendalian (Controling).
Menurut Robin and Coulter (Sugiyono, 2014:
2) menyatakan bahwa: “Manajemen is universally
needed

in

diperlukan

all
secara

organizations.”
universal

Manajemen

dalam

semua


organisasi. Pandangan tersebut bahwa manajemen
memang diperlukan untuk semua organisasi tanpa
kacuali. Setiap organisasi memerlukan manajemen
untuk keberlanjutan suatu organisasi, baik itu
organisasi bidang pendidikan, pertahanan, sosial,
dan lain sebagainya.
Terry (Sugiyono: 2014: 2) mendifinisikan,
manajemen adalah sebagai berikut “Manajement is
a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling, performed to determine
and accomplish stated abjectives by the use og
human being and other resources.” Manajemen
adalah suatu proses yang khas, yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengontrolan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan sumber daya
manusia dan sumber lain. Bahwa manajemen
adalah proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan
kegiatan manajerial akan meningkat efektifitas

apabila

direncanakan,

diorganisasikan,

dikoordinasikan, dan dikendalikan secara efisien.
Menurut

Ibrahim

Bafadal

(2012:

39)

manajemen adalah suatu proses pendayagunaan
semua orang dan fasilitas.
14


Manajemen

yang katakan ahli di atas

mendayagunakan orang dan fasilitas. Manajemen
mendayagunakan seluruh kemampuan baik fisik
maupun non fisik secara efektif, efisien dan
memuaskan.
Sedang menurut para pakar administrasi
pendidikan

seperti

Sergiovanni,

Burlingame,

Coombs, dan Thurston mendifinisikan manajemen
sebagai process of working with and throught

onther to accomplish organizational goals efficiently
(Suatu proses kerja dengan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien).
Manajemen yang diungkapkan para ahli
administrasi pendidikan tersebut adalah proses
suatu kegiatan yang dilakukan orang lain dengan
mencapai

tujuan

yang

efisien.

Para

ahli

administrasi melupakan akan tujuan manajemen
yaitu efektif dan memuaskan.

Fungsi manajemen menurut Chung and
Megginson

(Sugiyono,

2014:

4)

adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengendalian. Menurut Terry (Sugiyono, 2014:
4)

fungsi

manajemen

adalah


perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Seperti apa yang diungkapkan para ahli di
atas, fungsi manajemen ada perbedaan yaitu
menurut

Chung

and

pengkoordinasian

tanpa

manurut

adanya

Terry

Megginson

pelaksanaan
pelaksanaan

ada
sedang
tanpa

pengkoordinasian.
15

Program menurut Wirawan (Wirawan, 2012:
17) adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang
untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan
untuk

waktu

yang

tidak

terbatas.

Program

dikemukan oleh wirawan adalah suatu aktivitas
yang yang direncanakan untuk melaksanakan
kebijakan dalam jangka tak terbatas. Wirawan
melupakan akan jangka waktu program.
Menurut peneliti, program adalah rencana
kegiatan atau aktivitas yang dituangkan dalam
tulisan

dengan

tujuan

untuk

melaksankan

kebijakan atau regulasi dalam jangka waktu yang
ditentukan.
Sedang Arikunto dan Jabar (Arikunto, 2009:
3) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi

tentang

bekerjanya

sesuatu,

yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam sebuah
keputusan.

Arikunto

dan

Jabar

menjelaskan,

bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas/ kegiatan
dengan tujuan mengumpulkan informasi untuk
menentukan sebuah keputusan yang tepat. Dalam
hal ini, evaluasi juga digunakan untuk umpan
balik

dan

keberlajutan

program

yang

telah

dilaksanakan.
Manajemen evaluasi program adalah suatu
proses

perencanaan,

pengkoordinasian,

dan

pengorganisasian,
pengendalian

untuk

melaksanakan suatu kegiatan untuk menentukan
keputusan. Manajemen evaluasi program akan
menghasilkan sesuatu yang efektif, efisien, dan
16

memuaskan, maka perlu dipelajari, dikaji, dan
diteliti.
Konsep
program

dasar

ini

dalam

adalah

penelitian

penelitian

evaluasi

yang

akan

dilaksanakan berdasarkan tujuan suatu program.
Untuk

lebih

jelas

evaluasi

program

dapat

ditunjukkan pada gambar 2.1.
Kegiatan
Pencapaian
Tujuan

Tujuan program

Hasil yang
dicapai

Pengumpulan
Data

Perbadingan
antara hasil dan
tujuan

Informasi
keberhasilan/
kegagalan

Feedback
Penyempurna
an Program

Gambar : 2.1 Konsep Dasar Penelitian Evaluasi
Program

2.2. Evaluasi Program
Menurut

Vendung

(Wirawan:

2012:

16),

evaluasi merupakan mekanisme untuk memonitor
mensistematiskan, dan meningkatkan aktivitas
pemerintah dan hasil-hasilnya sehingga pejabat
publik dalam pekerjaannya di masa akan datang
17

dapat bertindak serta bertanggung jawab, kreatif,
dan seefisien mungkin.
Menurut

Wirawan

(2012:

17),

program

adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang
untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan
untuk waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh,
untuk melaksanakan kebijakan Pendidikan Dasar,
Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar menyusun
dan melaksanakan program pendidikan Sekolah
Dasar dan Program Pendidikan Sekolah Pertama.
Daniel

L.

Stuffebeam

dan

Anthony

J.Shinkfield (2007) mendifinisikan teori evalausi
program adalah: “A program evaluation theory is a
coherent set of conseptual, hypothetical, pragmatic,
and ethical pinciples forming a general framework to
guide the study and practice of program evaluation.”
Menurut

mereka,

teori

evalausi

program

mempunyai 6 ciri yaitu pertalian menyeluruh,
konsep-konsep inti, hipotesis teruji, prosedur yang
dapat diterapkan, persyaratan-persyaratan etika,
dan kerangka umum untuk mengarahkan praktik
evaluasi program dan malaksanakan penelitian
mengenai evaluasi program.
Menurut Suharsimi (Suharsimi, 2012: 325)
evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat
tingkat keberhasilan program. Dalam evaluasi di
sini ada suatu kegiatan dengan sengaja untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan
dari suatu kegiatan yang direncanakan.
18

Melakukan
melakukan

evaluasi

kegiatan

program

untuk

berarti

mengumpulkan

informasi tentang program untuk

mengetahui

seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan
yang direncanakan.
Menurut Tyler (Arikunto, 2009: 5) evaluasi
program adalah proses untuk mengetahui apakah
tujuan

pendidikan

telah

terealisasi.

Evaluasi

program merupakan penilaian yang sistematis dan
seobyektif

mungkin

terhadap

suatu

obyek,

program atau kebijakan yang sedang berjalan atau
sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan
dan hasilnya. Di mana tujuan dari evaluasi
program adalah untuk menentukan relevansi dan
ketercapaian tujuan, efisiensi, efektifitas, dampak
dan

keberlanjutannya.

Suatu

evaluasi

harus

memberikan informasi yang dapat dipercaya dan
berguna agar donor serta pihak penerima manfaat
dapat

mengambil

pelajaran

untuk

proses

pengambilan keputusan.
Menurut Carol Tayler Fitz-Gibbon & Lynn
lyons Moris (Farida Yusuf Tayibnapis, 2008: 64)
desain

evaluasi

program

ialah

rencana

yang

menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan
dari

siapa

evaluasi

atau

informasi

akan

dikumpulkan selama proses evaluasi.
Arikunto

berpendapat

(Suharsimi,

2012:

325) evaluasi program adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program. Sedangkan
Musa

(Arikunto,

2012:

325)

mendefinisikan
19

evaluasi program sebagai suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan suatu
objek yang dilakukan secara terencana, sistematik
dengan arah dan tujuan yang jelas.
Evaluasi

sebagai

mengumpulkan,

upaya

menyusun,

untuk

mengolah

dan

menganalisa fakta, data dan informasi. Evaluasi
selalu

berhubungan

keputusan,

karena

dengan

hasil

pengambilan

evaluasi

merupakan

suatu landasan untuk menilai suatu program dan
memutuskan

apakah

program

tersebut

dapat

diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi.
Arikunto dan Cepi (Arikunto, 2009: 320)
mengemukakan bahwa yang menjadi titik awal
dari

kegiatan

keingintahuan

evaluasi
untuk

program

melihat

adalah

apakah

tujuan

program sudah tercapai atau belum. Jika sudah
tercapai,

bagaimanakah

kualitas

pencapaian

kegiatan tersebut, dan jika belum tercapai, bagian
manakah dari rencana yang telah dibuat namun
belum tercapai dan apa penyebab bagian rencana
tersebut

belum

tercapai.

Dengan

kata

lain,

evaluasi program dimaksudkan untuk melihat
pencapaian program.
Menurut Joint Committee on Standards For
Educational Evaluation ( Eko, 2009: 9), “Program
evaliuations that assess educational activities which
provide service an a continuing basis and aften
involve

curricular

afferings.”

Evaluasi

program

merupakan evaluasi yang menilai aktivitas di
20

bidang pendidikan dengan menyediakan data yang
berkelanjutan.
Dengan
adalah

demikian

serangkaian

dengan

sengaja

evaluasi

kegiatan

dan

program

yang

cermat

ini

dilakukan

dengan

tujuan

mengetahui keterlakanaan program. Baik yang
sedang berjalan atau yang sudah lampau.
Menurut

Wirawan

(Wirawan,

2012:

17)

evaluasi program adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan,

menganalisa,

informasi

menjawab

untuk

dan

memakai

pertanyaan

dasar

mengenai program. Evaluasi program menurut
Wirawan dikelompokkan mejadi 3 yaitu evaluasi
proses

(process

evaluation),

evaluasi

manfaat

(outcome evaluation) dan evaluasi akibat ( impact
evaluation).
Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2014: 741)
evaluasi program adalah merupakan metode yang
sistematis

untuk

mengumpulkan

data,

menganalisa data, dan menggunkan informasi
untuk

menjawab

pertanyaan

tentang

proyek,

kebijakan, dan program.
Setelah melihat beberapa definisi di atas,
maka

evaluasi

program

merupakan

suatu

rangkaian kegiatan pengumpulan informasi dari
suatu program secara sistematis yang bertujuan
untuk mengukur atau menilai suatu program,
meningkatkan keefektifan program dan mengambil
keputusan berkaitan dengan program di masa
yang akan datang. Para ahli selalu lupa, bahwa
evaluasi program sebagai balikan atau sebagai
21

masukan untuk program yang akan datang dan
evaluasi program dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.

2.2.1 Tujuan Evaluasi Program
Menurut Suchman sebagaimana dikutip oleh
Nazir

(Nazir,

1998:

15)

penelitian

evaluasi

merupakan penentuan hasil yang diperoleh dari
beberapa kegiatan (suatu program) yang dibuat
untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau
performance.

Tujuan

penelitian

evaluasi

menurutnya adalah untuk mengukur pengaruh
suatu program terhadap tujuan-tujuan yang akan
dicapai dan memberikan sumbangan pemikiran
bagi pembuatan keputusan tentang suatu program
dan

untuk

meningkatkan

dan

memperbaiki

program di masa yang akan datang.
Menurut Endang Mulyatiningsih (Endang M,
2011:

114-115),

evaluasi

program

dilakukan

dengan tujuan untuk:
1) Menunjukkan sumbangan program terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi
ini penting untuk mengembangkan program
yang sama ditempat lain.
2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan
sebuah

program,

apakah

program

perlu

diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Dilihat
mengetahui

dari
kondisi

tujuannya,
sesuatu,

yaitu
maka

ingin
evaluasi

program dapat dikatakan merupakan salah satu
22

bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam
evaluasi

program,

pelaksana

berfikir

dan

menentukan langkah bagaimana melaksanakan
penelitian.
Menurut Arikunto (Arikunto, 2012: 326-327)
setelah program dievaluasi, ada empat kebijakan
yang

dapat

dilakukan

yaitu:

(1)

Kegiatan

dilanjutkan ; (2) Kagiatan dilanjutkan dengan
penyempurnaan; (3) kegiatan dimodifikasi; (4)
Kegiatan tidak dapat dilanjutkan.
Banyak pihak yang berkepentingan atau
stakeholders yang ingin mengetahui apakah dana
atau resources lainnya digunakan secara tepat,
apakah suatu pekerjaan telah selesai atau perlu
dilanjutkan. Dengan pengambilan keputusan dan
akuntabilitas

yang

baik

diharapkan

akan

memberikan hasil program yang baik dan lebih
efisien terhadap penggunaan sumber daya. Selain
itu juga ada beberapa tujuan lain dari evaluasi,
meliputi untuk verifikasi kualitas dan manajemen
program, mengidentifikasi strategi-strategi yang
berhasil dan yang gagal, mengukur efek atau
manfaat program.
Dari uraian di atas dapat diringkas bahwa
tujuan

evaluasi

meningkatkan

program

efektivitas

adalah

kegiatan

dan

untuk
untuk

mengukur suatu program, kegiatan yang telah
dilaksanakan dan untuk menentukan prioritas
program yang akan dilaksanakan di masa yang
akan datang agar lebih baik.
23

2.2.2. Jenis Evaluasi Program
Secara kontek umum, evaluasi dibedakan
atas evaluasi formatif (Formative evaluation) dan
evaluasi sumatif (summative evaluation) (DFID,
2005) dengan pengertian sebagai berikut:
1) Evaluasi Formatif (formatif evaluation)
Evaluasi formatif dilakukan pada saat
implementasi program berjalan dan bertujuan
pada

peningkatan

kinerja

program

yang

dievaluasi, melalui pembelajaran (learning) dari
pengalaman

yang

kebanyakan

program,

substansial

diarahkan

perubahan

telah

antara

diperoleh.

evaluasi

ini

pada

disain

Pada
lebih

terjadinya

program

dan

implementasi, validasi atau penilaian awal
terhadap relevansi, efektivitas dan efisiensi.
Evaluasi ini juga bermanfaat untuk menilai
adanya

tanda-

keberhasilan
Evaluasi

tanda

suatu

formatif

kegagalan

pelaksanaan

seringkali

dan

program.

diacu

sebagai

“reviews” terhadap suatu program.
2) Evaluasi Sumatif (summatif evaluation)
Evaluasi
implementasi
adalah

dilakukan

program

untuk

program,

sumatif

selesai.

menilai

dari

sisi

Tujuannya

keberhasilan
desain,

setelah
suatu

manajemen,

efektivitas, output, dampak. Pada saat ini
evaluasi
menilai

sumatif

lebih

akuntabilitas

pelaksanaan program.
24

diutamakan

untuk

(accountability)

2.3.3 Model –Model Evaluasi
Model-model evaluasi yang satu dengan yang
lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi
maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan
kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan

dengan

Selanjutnya

informasi

objek
yang

yang

dievaluasi.

terkumpul

dapat

diberikan kepada pengambil keputusan agar dapat
dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang
program yang sudah dievaluasi.
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib
oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul
Jabar ( Arikunto, 2009: 40), membedakan model
evaluasi menjadi delapan, yaitu:
1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan
oleh Tyler.
2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Scriven.
3) Formatif

Summatif

Evaluation

Model,

ini

dikembangkan oleh Michael Scriven.
4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada
“kapan” evaluasi dilakukan.
7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stufflebeam.
8) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

25

2.2.4 Evaluasi Model CIPP
Model CIPP merupakan model evaluasi yang
paling banyak digunakan oleh evaluator. Evaluasi
Model CIPP (Contexk, Input, Process, and Product)
diperkenalkan
Stuffebeam

pertama

pada

dikembangkan

kali

tahun
oleh

oleh

1965.

Daniel
Model

Stuffebeam

L.
ini

dengan

pandangnya bahwa tujuan penting dari evaluasi
untuk memperbaiki bukan untuk membuktikan.
The CIPP approach is based on the view that the
most important purpose of evaluasi is not to prove
butto improve (Eko, 2015: 181). Model CIPP ini
dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Misalnya
pendidikan, manajemen, perusahaan dan lain
sebagainya.
Dalam buku Riset Terapan oleh Endang
Mulyatiningsih

(Endang

Mulyatiningsih,

2011:

126), dikemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal
dengan nama evaluasi formatif dengan tujuan
untuk

mengambil

keputusan

dan

perbaikan

program.
Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah

model

yang

dikembangkan

oleh

Stufflebeam yang dikenal dengan CIPP Evaluation
Model (Model Evaluasi CIPP). CIPP atau Context,
Input, Process and Product.
1) Evaluasi Kontek (Context)
Orientasi utama dari evaluasi konteks
adalah mengidentifikasi latar belakang perlunya
mengadakan
26

perubahan

atau

munculnya

program dari beberapa subjek yang terlibat
dalam

pengambilan

keputusan

(Endang

Mulyatiningsih, 2011: 127.
Komponen

konteks

(Context)

dalam

penelitian yang akan dilakukan evaluasi adalah
kesesuaian
program,

kebutuhan
dan

sekolah,

kesiapan

relevansi

sekolah

dalam

dilakukan

untuk

melaksanakan program.
2) Evaluasi Input
Evaluasi

input

mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber
daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk
melaksanakan

program

yang

telah

dipilih

(Endang Mulyatiningsih, 2011: 129)
Komponen Input dalam penelitian yang
akan

dilakukan

dalam

evaluasi

meliputi:

program pendidikan karakter, prasarana dan
sarana.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi

proses

bertujuan

untuk

mengidentifikasi atau memprediksi hambatanhambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau
implementasi
dengan

program.

mencatat

atau

Evaluasi

dilakukan

mendokumentasikan

setiap kejadian dalam pelaksanaan kegiatan,
memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi
menghambat dan menimbulkan kesulitan yang
tidak

diharapkan,

menemukan

informasi

khusus yang berada diluar rencana; menilai dan
27

menjelaskan

proses

secara

aktual.

Selama

proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi
dengan staf pelaksana program secara terus
menerus (Endang

Mulyatiningsih,

2011:130-

131).
Komponen proses dalam penelitian yang
akan

dilakukan

dalam

evaluasi

meliputi:

penyusunan program, pendanaan, partisipasi
stokeholder, sasaran, dan pelaksanaan program,
dan kendala/ hambatannya.
4) Evaluasi Produk
Evaluasi
yang

produk

bertujuan

merupakan
untuk

evaluasi

mengukur,

menginterpretasikan, dan menilai pencapaian
program (Stufflebeam & Shienfield, 1985: 176).
Evaluasi produk dapat dilakukan dengan
membuat definisi operasional dengan mengukur
kriteria objektif, melalui pengumpulan penilaian
dari

stakeholder,

dengan

unjuk

kerja

(performing) baik dengan menggunakan analisis
kuantitatif atau kualitatif
Wirawan

(Wirawan,

2012:

92)

memberikan penjelasan evaluasi CIPP sebagai
berikut:
a). Konteks evaluation
1) Berupaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan apa yang perlu dilaksanakan?
2) Waktu

pelaksanaan

sebelum

diterima.
3) Keputusan perencanaan program.
28

program

b. Input evaluation
1) Berupaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan apa yang harus dilaksanakan?
2) Waktu

pelaksanaan

sebelum

program

dimulai.
3) Keputusan penstrukturan program.
c. Process evaluation
1) Berupaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan

apa

program

sedang

ketika

program

dilaksanakan?
2) Waktu

pelaksanaan

sedang dilaksanakan.
3) Keputusan pelaksnaan program.
d. Product evaluation
1) Berupaya untuk mencari jawaban atas
pertanyaan apakah program sukses?
2) Waktu pelaksanaan ketika program selesai
dilaksanakan.
3) Keputusan resikle: ya atau tidak program
harus resikel.
Evaluasi CIPP menurut Wirawan dapat
digambarkan sebagai berikut :

Kon
teks
evalu
ation

Input
evalua
tion

Pro
cess
evaluat
ion

Pro
duct
evalua
tion

Gambar 2.2 Bagan Evaluasi CIPP
(Wirawan, 2012: 92)

29

Komponen produk dalam penelitian yang
akan

dilakukan

dalam

evaluasi

meliputi:

keputusan dan hasil pelaksanaan program.
Berdasarkan
disimpulkan
mengambil

uraian

bahwa,
keputusan

melaksanakan,

dan

di

model

atas

dapat

evaluasi

untuk

dalam

merencanakan,

mengembangkan

suatu

program dengan menggunakan evaluasi kontek,
evaluasi masukan, evaluasi proses, dan evaluasi
produk menggunakan model CIPP.
Dari apa yang dikemukaan ahli yang telah
memperkenalkan evaluasi model CIPP di atas,
tidak hanya sampai pada evaluasi produk saja.
Peneliti mempunyai pandangan

bahwa program

evaluasi mempunyai “dampak” atau akibat yang
perlu dipikirkan. Dan kalau perlu menjadi kajian
bersama

dalam

penerapan

setiap

evaluasi

program.
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP
Model CIPP yang dikembangkan oleh Daniel
L. Stuffebeam dan Anthony J. Shinkfield memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini
antara lain adalah komprehensif, karena objek
evaluasi ini menyangkut konteks, input, proses,
dan produk. Jadi model CIPP tidak hanya pada
hasil atau produk saja.
Selain memiliki kelebihan, CIPP juga ada
kekurangan/

keterbatasan,

yaitu

apabila

diterapkan dalam bidang program pembelajaran di
kelas. Sebab mempunyai keterlaksanaan yang
30

kurang apabila tidak dimodifikasi. Ini terjadi
karena untuk mengukur konteks, input, proses,
dan produk dalam arti yang luas akan melibatkan
beberapa pihak yang membutuhkan waktu dan
biaya (Eko, 2015: 184).
Kalau demikian perlu adanya penyesuaian
dalam

implikasinya

di

lapangan,

supaya

di

lapangan diterapkan untuk evaluasi dalam bidang
pendidikan pada khususnya.

2.2.6 Dampak
Istilah

dampak

menurut

Kamus

Besar

Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.
Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari
sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada
hubungan timbal balik atau hubungan sebab
akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa
yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2016).
Dampak

adalah

pengaruh

kuat

yang

mendatangkan akibat, baik akibat positif aupun
akibat negatif. Pengaruh sendiri adalah suatu
keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau
hubungan

sebab

akibat

antara

apa

yang

mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.
Dampak dapat diartikan sebagai pengaruh
atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil
oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak
tersendiri,

baik

itu

dampak

positif

maupun
31

dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan
proses

lanjutan

dari

sebuah

pelaksanaan

pengawasan internal.
Demikian pula setiap program juga akan
berdampak pada kebijakan atau suatu keputusan
yang akan diambil setelah program dievaluasi.
Peneliti memandang perlu dalam evaluasi
ini

program

menambahkan

“dampak”,

baik

dampak positif maupun negatif.
1) Pengertian Dampak Positif
Dampak

adalah

keinginan

untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberi kesan kepada orang lain, dengan
tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya.
Sedangkan positif adalah pasti atau tegas
dan

nyata

dari

suatu

pikiran

terutama

memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah
suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan
kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme
dari pada pesimisme.
Positif adalah keadaan jiwa seseorang
yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang
sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya
tidak membelokkan fokus mental seseorang
pada yang negatif. Bagi orang yang berpikiran
positif mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir
buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya.
Jadi
dampak
32

dapat
positif

disimpulkan
adalah

pengertian

keinginan

untuk

membujuk,

meyakinkan, mempengaruhi atau

memberi kesan kepada orang lain, dengan
tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang baik.
2) Pengertian Dampak Negatif
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
dampak negatif adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif.
Dampak

adalah

keinginan

untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberi kesan kepada orang lain, dengan
tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya. berdasarkan beberapa penelitian
ilmiah

disimpulkan

bahwa

negatif

adalah

pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak positifnya.
Jadi
dampak

dapat
negatif

disimpulkan
adalah

pengertian

keinginan

untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberi kesan kepada orang lain, dengan
tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang buruk dan menimbulkan
akibat tertentu.
Komponen dampak dalam penelitian yang
akan

dilakukan

hambatan

dan

dalam

evaluasi

solusinya

serta

meliputi:
dampak

pelaksanaan program.

33

2.3 Pendidikan Karakter
Istilah karakter, secara etimologi berasal dari
bahasa Latin yaitu character yang berarti watak,
tabiat,

sifat-

sifat

kejiwaan,

budi

pekerti,

kepribadian dan akhak. Dalam bahasa Inggris
character berarti tabiat, budi pekerti, watak. Dalam
bahasa Arab, karakter diartikan khuluq, sajiyyah,
thab’u yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak
(Agus, 2012: 20).
Pendidikan

karakter,

menurut

Ratna

Megawangi, sebagaimana yang dikutip (Kusuma,
2011: 5), yaitu sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak
dengan

agar

dapat

bijak

mengambil

dan

keputusan

mempraktikkan

dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan

kontribusi

positif

kepada

masyarakatnya.
Definisi
pendidikan

lain

menurut

Fakry

Gaffar,

karakter

adalah

sebuah

proses

transformasi

nilai-nilai

ditumbuhkembangkan

kehidupan
dalam

untuk

kepribadian

seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan
orang itu.
Dalam definisi tersebut, ada tiga pikiran
penting

yaitu,

proses

transformasi,

ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian, dan menjadi
salah satu dalam prilaku.
Kementerian

Pendidikan

Nasional

(Kemendiknas, 2010: 2) merumuskan, pendidikan
karakter adalah pendidikan yang menanamkan
dan
34

mengembangkan

karakter-karakter

luhur

kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki
karakter

luhur

kehidupannya,

dan

mempraktikkan

baik

dalam

keluarga,

dalam
sebagai

anggota masyarakat, dan warga negara.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau
kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti

individu

yang

merupakan

kepribadian

khusus yang menjadi pendorong dan penggerak,
serta membedakannya dengan individu lain. Dan
seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah
berhasil

menyerap

nilai

dan

keyakinan

yang

dikehendaki masyarakat yang bernorma, serta
digunakan
Idealnya
merupakan

sebagai

moral

pelaksanaan
bagian

dalam

hidupnya.

pendidikan

yang

karakter

terintegrasi

dengan

manajemen pendidikan di satuan pendidikan yaitu
sekolah.
Pendidikan karakter dalam setting sekolah
merupakan pembelajaran yang mengarah pada
penguatan

dan

pengembangan

perilaku

anak

secara utuh didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang

dirujuk

oleh

sekolah.

Definisi

ini

mengandung makna:
1) Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi
pada semua mata pelajaran.
2) Pendidikan

karakter

diarahkan

pada

pengembangan perilaku anak secara utuh.
Asumsinya

anak

merupakan

organisme
35

manusia

yang

memiliki

potensi

untuk

dikuatkan dan dikembangkan.
3) Penguatan dan pengembangan perilaku dalam
pendididkan karakter didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta
rasa dan karsa. Dapat juga dimaknai dengan
pendidikan

nilai,

pendidikan

moral,

pendidikan

budi

pendidikan

pekerti,

watak

yang

bertujuan untuk memberikan keputusan baikburuk,

memelihara

mewujudkan

apa

kebaikan

itu

yang

baik,

dalam

dan

kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati.
2.3.1 Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kemendiknas (Kemendiknas, 2010:
7) tujuan pendidikan karakter adalah:
1) Mengembangkan

potensi

kalbu/

nurani/

efektif peserta didik sebagai manusia dan
warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa;
2) Mengembangkan

kebiasaan

dan

perilaku

peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius;
36

3) Menanamkan

jiwa

kepemimpinan

dan

tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik
menjadi

manusia

yang

mandiri,

kreatif,

berwawasan kebangsaan;
5) Mengembangkan

lingkungan

kehidupan

sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreativitas dan persahabatan,
serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity).
Pusat

Kurikulum

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
menjelaskan pendidikan karakter pada intinya
mempunyai

tujuan

membentuk

bangsa

yang

tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang

dinamis,

berorientasi

ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila (Samani, 2011: 9).
Menurut Agus (Agus, 2012: 22) pendidikan
karakter mempunyai tujuan yaitu membentuk dan
membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta
didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak
karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.
Dari berbagai pandangan di atas, dapat
disimpulkan
karakter

bahwa

adalah

memfasilitasi,

dan

tujuan

dari

membentuk,

pendidikan

menanamkan,

mengembangkan

nilai-nilai
37

positif kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang unggul dan bermartabat.
2.3.2 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karkater
Menurut Hasan (Agus, 2012: 39) indikator
keberhasilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
pertama untuk sekolah dan kelas; dan

kedua

untuk mata pelajaran.
Indikator sekolah dan kelas digunakan oleh
kepala

sekolah,

guru,

personalia

dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program sekolah dan kegiatan sekolah sehari-hari
sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter.
Sedang indikator mata pelajaran dipergunakan
untuk menggambarkan perilaku efektif peserta
didik dengan mata pelajaran tertentu.
Ada 18 nilai yang harus dikembangkan di
sekolah

dalam

menentukan

pendidikan

karakter.

Pendidikan

Karakter

Indikator
di

lembaga

keberhasilan
keberhasilan
pendidikan

sekolah tidak semua indikator dikembangkan. Ada
beberapa nilai yang ditekankan antara lain sebagai
berikut:
No

38

1

Nilai
Religius

2

Jujur












Indikator
Mengucapkan salam
Berdoa sebelum dan sesudah belajar
Melaksanakan ibadah keagamaan
Memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik untuk melaksanakna ibadah*)
Merayakan hari besar keagamaan
Membuat dan mengerjakan tugas secara benar
Tidak menyontek atau memberi sontekan
Membangun koperasi atau kantin kejujuran
Melaporkan kegiatan sekolah secara transparan
Melakukan system perekrutan siswa secara benar
dan adil

3

Toleransi

4

Disiplin

5

Peduli Ling
kungan

6

Peduli
Sosial

 Melakukan system penilaian yang akuntabel dan
tidak melakukan manipulasi
 Menyediakan fasilitas atau tempat temuan barang
yang hilang*)
 Memperlakukan orang lain dengan cara yang
sama dan tidak membeda-bedakan agama, suku,
ras, dan golongan
 Menghargai perbedaan yang ada tanpa
melecehkan kelompok lain.
 Guru dan siswa hadir tepat waktu
 Menegakkan prinsif dengan memberikan
punishment bagi yang melanggar dan reward yang
berprestasi
 Menjalankan tata tertib sekolah
 Menjaga lingkungan kelas dan sekolah
 Memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik
tanpa menginjak atau merusaknya
 Mendukung program go grees (penghijauan) di
lingkungan sekolah
 Tersedianya tempat untuk membuang sampah
organic dan sampah non organic
 Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat
cuci tangan
 Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang
kurang mampu
 Melakukan kegiatan bakti social
 Melakukan kunjungandi daerah atau kawasan
marginal
 Memberi bantuan kepada lingkungan masyarakat
yang kurang mampu
 Menyediakan kotak amal atau sumbangan

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
(Agus, 2012: 40-43)

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Menurut V. Campbell dan R. Obligasi (YE.
Retno, 2015: 17), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pendidikan pembentukan karakter
seseorang, yaitu :
1) Faktor keturunan;
2) Pengamanan masa kanak-kanak;
3) Pemodelan oleh orang dewasa atau orangorang lebih tua;
4) Pengaruh lingkungan sebaya;
5) Lingkungan fisik dan social;
39

6) Substansi materi di sekolah atau lembaga
pendidikan lain; dan
7) Media massa.
Dalam proses pembentukan karakter peserta
didik perlu adanya kontrol internal, eksternal, dan
kontrol

sosial

yang

menuntunnya

individu

memiliki karakter yang baik. Salah satu cara yaitu
dengan keteladan dari semua unsur baik orang
tua, guru, masyarakat, dan media sosial lainnya.

2.4 Penelitian yang relevan
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti
mengambil beberapa penelitian yang terdahulu
agar terjadi kesinambungan. Adapun penelitian
tersebut adalah :
1) YE Retno Saptowati Kawuryan. 2015. Evaluasi
Program pendidikan Karakter di SD Negeri
Kemirirejo Kota Magelang.
Hasil

penelitiannya

mengembangkan
kebiasaan

potensi

dan

mengembangkan

adalah:
kalbu

perilaku
kemandirian

1)
siswa,

terpuji,
berwawasan

kebangsaan dan mengembangkan lingkungan
sekolah

sebagai

lingkungan

kondusif dan nyaman;
nilai-nilai

pendidikan

belajar

yang

2) Mengembangkan
karakter

yang

diitegrasikan dalam setiap mata pelajaran.
2) Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo.
2014. Evaluasi Program Pendidikan Karakter Di
Sekolah Dasar Kabupaten Kulon.
40

Penelitian

ini

bertujuan

untuk:

(1)

Mengevaluasi ketercapaian program pendidikan
karakter pada tingkat

sekolah

dasar

di

Kabupaten Kulon Progo; dan (2) Memberikan
rekomendasi

baik

kepada

guru, sekolah,

maupun pemerintah untuk perbaikan program
pendidikan karakter.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
(1) Kesiapan
Kulon

sekolah

Progo

pendidikan

dasar

untuk

di

Kabupaten

mengimplementasikan

karakter, baik

dinilai

dari

kurikulum yang telah terintegrasi pendidikan
karakter,

namun

masih

kurang

dalam hal

pengelolaan sarana prasarana pendukung dan
banyak

guru

memerlukan

pengetahuan

dan

pendidikan

karakter;

pendidikan
kegiatan

lebih

keterampilan
(2)

karakter

belum

pembelajaran;

(3)

banyak
tentang

Implementasi
tampak pada
Dukungan

dari

pemerintah dalam sosialisasi atau pelatihan
dirasa masih

kurang

oleh

sekolah;

(4)

Monitoring dan evaluasi pendidikan karakter
masih terbatas pada kurikulum dan dilakukan
melalui pembinaan pengawas di setiap sekolah;
(5) Kendala yang umum dihadapi
adalah

penilaian

sikap

siswa

yang

sekolah
belum

terdokumentasi, kurangnya pemahaman guru
untuk

mengimplementasikan

pendidikan

karakter, dan tidak adanya sinergi antara
pendidikan di sekolah dengan pendidikan di
rumah.
41

3) Wing Sze MAK (2014). Evaluation of a Moral and
Character Education Group for Primary School
Students.
The purpose of this study is to evaluate the effectiveness
of the Moral and Character ducation Group with ten
Primary Four students. This is a six-session group,
conducted in a primary school by a social work student
worker on her practicum. Through observation in
school and interviews with the school social worker, the
student worker identified the need for moral education
in Primary Four students. This group aims to introduce
the importance of positive social manners and moral
education. The group content and intervention were
based on positive psychology, Bandura’s social learning
theory, Kohlberg’s moral development model, Beck’s
moral education needs theory and Berkowitz’s social
interaction theory. Assignments, observation and
feedback session were used as qualitative assessment.
Due to its activities-based nature, the interaction of
members served an important function in teaching
moral education. Pre-tests and post-tests were used as
quantitative data to support the outcome evaluation. All
members showed improvement in their understanding of
the importance of appreciation, gratitude, respect and
kindness, as well as a willingness to practice them in
their daily lives. This implies that using various
activities and games can raise the interest of students
and foster interaction. By being part of a group,
members can learn proper social manners and attitudes
from the student worker, other members and group
experiences. More evidence-based interventions can be
developed to design tailor-made and interactive
character education for Chinese primary school
students.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi efektivitas Moral dan Karakter
Education Group dengan sepuluh Primer Empat
siswa.Ini merupakan grup enam sesi, dilakukan
di sebuah sekolah dasar oleh seorang pekerja
mahasiswa pekerjaan sosial pada praktikum
nya.Melalui
wawancara
42

observasi
dengan

di

pekerja

sekolah
sosial

dan

sekolah,

pekerja

siswa

pendidikan

mengidentifikasi

moral

siswa.Kelompok
memperkenalkan

di
ini

kebutuhan

Pratama

Empat

bertujuan

untuk

pentingnya

sopan

santun

sosial yang positif dan pendidikan moral.Isi
kelompok

dan

intervensi

didasarkan

pada

psikologi positif, teori belajar sosial Bandura,
model

pembangunan

moral

yang

Kohlberg,

pendidikan moral Beck membutuhkan teori dan
teori

interaksi

sosial

Berkowitz

ini.Tugas,

observasi dan sesi umpan balik digunakan
sebagai penilaian kualitatif.Karena yang bersifat
kegiatan berbasis, interaksi anggota dilayani
fungsi penting dalam mengajarkan pendidikan
moral.Pra-tes dan pasca-tes yang digunakan
sebagai data kuantitatif untuk mendukung
evaluasi

hasil.Semua

anggota

menunjukkan

peningkatan dalam pemahaman mereka tentang
pentingnya apresiasi, rasa syukur, hormat dan
kebaikan, serta kemauan untuk berlatih mereka
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini berarti
bahwa dengan menggunakan berbagai kegiatan
dan

permainan

dapat

meningkatkan

minat

siswa dan interaksi asuh. Dengan menjadi
bagian dari kelompok, anggota dapat belajar
sopan santun yang tepat sosial dan sikap dari
pekerja

mahasiswa,

pengalaman
berbasis

kelompok.

bukti

merancang

anggota

dapat

pendidikan

Lebih

lain

intervensi

dikembangkan
karakter

dan
untuk

interaktif

dibuat dan untuk siswa sekolah dasar Cina.
43

4) Tristanti,

Yoyon

Suryono.

2014.

Evaluasi

Program Kecakapan Hidup Bagi Warga Binaan
Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIa
Kutoarjo.
Penelitian ini bertujuan mengetahui
pelaksanaan, keberhasilan dan kendala-kendala
program kecakapan hidup bagi warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kelas IIA
Kutoarjo.Penelitian ini merupakan penelitian
evaluasi dengan menggunakan model penelitian CIPP. Pengumpulan data menggunakan
metode
wawancara,
dokumentasi,
dan
observasi.Hasil
penelitian
menunjukkan
pelaksanaan program pada aspek konteks
menunjukkan ke- sesuaian antara kebutuhan
dan partisipasi warga belajar, pengalaman
warga belajar dan kondi- si lingkungan dengan
kegiatan program. Pada aspek masukan
menunjukkan
motivasi
warga
belajar,
karakteristik
warga
belajar,
karakteristik
narasumber, pendanaan, dan sarana prasarana dalam kategori baik. Aspek proses
menunjukkan aktifitas warga belajar, strategi
pembel- ajaran dan hubungan antar pribadi
dalam kategori baik. Aspek hasil menunjukkan
semua ke- giatan keterampilan dapat terlaksana
dengan
baik.
Keberhasilan
program
keterampilan ditunjukkan oleh perubahan
perilaku warga belajar yang meliputi kecakapan
tangan, kecakapan hati, kecakapan otak, dan
kecakapan sehat.

44

5) Darmiyati Zuhdi, (2010). Pendidikan karakter
telah

diintegrasikan

Bahasa

pada

Indonesia

mata

melalui

pelajaran

media

cerita

bergambar dan metode bermain peran.
Hasil

penelitian

penggunaan

cerita

menunjukan

bergambar

dan

bahwa
metode

bermain peran efektif untuk meningkatkan
pengamalan nilai kejujuran, kesabaran, dan
ketaatan

beribadah,

serta

keterampilan

berbahasa Indonesia (menyimak, membaca dan
berbicara), Model pembelajaran IPA berbasis
karakter, dan pendekatan ARCS (attention,
relevance, confidence, dan satisfaction) terbukti
efektif

untuk

kejujuran,
beribadah,

meningkatkan

tanggung
serta

jawab,

hasil

nilai-nilai

dan

ketaatan

belajar

IPA/IPS.

Kesimpulan bahwa model pendidikan karakter
yang efektif adalah model yang menggunakan
pendekatan komprehensif. Pendidikan karakter
diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi.
Metode dan strategi yang digunakan bervariasi
yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi/
penanaman (lawan indoktrinasi), keteladanan,
fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills
(antara

lain

berpikir

kritis,

kreatif,

berkomunikasi efektif, dan dapat mengatasi
masalah).

Semua

warga

sekolah

(pimpinan

sekolah, guru, siswa, pegawai administrasi,
bahkan penjaga sekolah serta pengelola warung
sekolah) dan orang tua murid serta pemuka
masyarakat perlu bekerja secara kolaboratif
45

dalam

melaksanakan

karakter.

Tempat

program

pendidikan

pelaksanaan

pendidikan

karakter baik di dalam kelas maupun di luar
kelas

dalam

berbagai

kegiatan,

termasuk

kegiatan di rumah dan di dalam lingkungan
masyarakat

dengan

melibatkan

partisipasi

orang tua.
Dari beberapa penelitian yang terdahulu
dengan

penelitian

saya

ini

ada

beberapa

persamaan dan perbedaan, antara lain :
ASPEK
1
Tuju-an
Materi
Hasil
2
Tuju-an

Materi
Hasil
3
Tuju-an
Materi
Hasil
4
Tuju-an

Materi
Hasil

46

NAMA PENELITI
YE. Retno
Mengevaluasi Konteks, input, proses, dan
output program pembelajaran karakter.
Masalah Program Pembelajaran Karkater
Pengembangan pendidikan karkater yang
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran
Stovika Eva Darmayanti,
mengevaluasi ketercapaian program
pendidikan karakter pada tingkat sekolah
dasar (2) memberikan rekomendasi baik
kepada guru, sekolah, maupun
pemerintah untuk perbaikan program
pendidikan karakter
Kegiatan pembelajaran pendidikan karakter
Implementasi pendidikan karakter dalam
kurikulum
Wing Sze MAK
mengevaluasi efektivitas Moral dan
Karakter
Kegiatan dan permaian sehingga
membentuk karakter siswa
Interaksi
Tristanti, Yoyon Suryono
Mengetahui pelaksanaan, keberhasilan dan
kendala-kendala program kecakapan hidup
bagi warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak (LPA) Kelas IIA
Kutoarjo. Model penelitian CIPP.
Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara, dokumentasi, dan observasi.
warga binaan di Lembaga Pemasyara katan
Anak (LPA) Kelas IIA Kutoarjo
Mengevaluasi keberhasilan program

Saya
Tujuan :
Mengevalua
si Konteks,
input,
proses,
produk,
dan
dampak
program
pendidikan
karakter.
Model :
Model yang
digunakan
CIPP.
Materi :
Masalah
Program
Pendidikan
Karater
Hasil yang
diharapkan
: memberi
saran
keberlan
jutan
program
pendidikan
karakter.

5
Pendekat
an
Materi
Hasil

pembe lajaran tidak cukup hanya
dengan mengadakan penilaian terhadap
hasil belajar siswa sebagai produk
dari sebuah proses. Tetapi program
pembelajar an yang disusun dan
dilaksanakan guru Penilaian terhadap
hasil program pembelajaran tidak cukup
terbatas pada hasil jangka pendek atau
output tetapi sebaiknya juga menjangkau
outcome dari
program pembelajaran.
Darmiyati Zuhdi
ARCS (attention, relevance, confidence, dan
satisfaction
Pendidikann Karakter diintegrasikan pada
ketrampilan berbahasa Indonesia
Model pendidikan karakter yang efektif
adalah model yang menggunakan
pendekatan komprehensif. Pendidikan
karakter diintegrasikan ke dalam berbagai
bidang studi

Berdasarkan hasil ke-5 peneliti di atas ada 2
(dua) model evaluasi yang dipakai yaitu ARCS
(attention, relevance,

confidence, dan satisfaction)

dan CIPP. Dan dalam penelitian tersebut masih
terpaku dalam evaluasi program karakter dalam
pembelajaran saja.
Berbagai

penelitian

yang

kami

jadikan

rujukan tersebut dapat menambah wawasan dan
informasi sebagai data pendukung bagi peneliti.
Peneliti mengadakan penelitian tentang evaluasi
program pendidikan karakter ini bertujuan selain
mengevaluasi konteks, input, proses, dan produk
program

pendidikan

mengetahui

dampak

karakter,
atau

juga

akibat

ingin
tentang

pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri
Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

47

Sehingga perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian

sebelumnya

selain

model

yang

digunakan juga adanya tambahan yaitu dampak
dari pelaksanaan.

2.5 Kerangka Berfikir
Undang
Undang
Sistem
Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (UUSPN. No. 20/
2003)
mempunyai
fungsi
mengembangkan
kemampuan dan
membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertangung jawab.
Dalam pelaksanaan tiap satuan pendidikan
wajib melaksanakan perencanaan program yang
dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Salah satu program dalam
KTSP yaitu program pendidikan karakter.
Untuk
mengetahui
keberkelanjutan
program, pengelola pendidikan sangat butuh
informasi tentang program pendidikan karakter,
maka perlu dilakukan evaluasi. Dalam penelitian
ini evaluasi yang akan digunakan adalah Model
Evaluasi CIPP.
Evaluasi dengan CIPP ditambah dengan
dampak akibat pelaksanaan tersebut kemudian
disimpulkan
dan
memberi
saran
tentang
keberlanjutan program.
48

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

EVALUASI CIPP

PROGRAM SEKOLAH

PROGRAM PENDIDIKAN
KARAKTER

DAMPAK/ AKIBAT

KESIMPULAN
SARAN KEBERLANJUTAN
PROGRAM

Gambar 2.3
Bagan kerangka berfikir

49

50

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Demak T2 942014061 BAB II

0 3 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014036 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014036 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014036 BAB IV

0 2 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB IV

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB V

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

1 3 61

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Inventori Kematangan Karier Untuk Siswa SMK Negeri 1 Sayung Di Kabupaten Demak T2 BAB II

0 0 29