Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Strategi kampanye yang dilakukan oleh Bappilu Partai Gerindra melalui strategi manajemen Dapil (menempatkan caleg sebanyak-banyaknya perdapil)

gool getter Partai Gerindra, mengambil caleg yang relatif telah teruji

elektabilitasnya yang tinggi, seperti caleg yang relatif banyak berasal dari pensiunan birokrat, purnawiraan dan PNS seperti camat dan lain-lain, yang sudah berpengalaman dan dekat selama ini dengan rakyat.

Pemilu yang diadakan pada tahun 2014 adalah pemilu yang kesebelas kalinya semenjak Indonesia merdeka. Dengan kembalinya sistem multi partai ini, para konsisten pemilih diharapkan pada sebuah kenyataan, bahwa persaingan untuk mampu merebut, memuaskan dan meyakinkan pemilih semakin ketat. Tujuan akhir dari persaingan antar partai ini adalah membawa pemilih ke tempat pemugutan suara (TPS) sampai akhirnya mencoblos suatu partai.

Guna memenangkan kompetisi di ajang pemilu, para kontestan partai politik saling bersaing satu sama lain dengan menerapkan berbagai strategi komunikasi politik yang jitu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik terhadap masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi sebuah pemilihan umum. Keberhasilan suatu strategi komunikasi politik oleh partai politik dalam merencanakan dan melaksanakan, akan ikut berperan pada hasil perolehan suara partai politik dalam pemilu. Strategi komunikasi politik sangat penting untuk dianalisis. Soalnya, strategi tersebut tidak hanya menentukan kemenangan politik pesaing, tetapi juga akan berpengaruh terhadap perolehan suara partai.1

1

Firmanzah, Marketing politik; Antara Pemahaman dan Realitas, yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2008. hal 244

Strategi memberikan beberapa manfaat melalui kegiatan taktiknya yang mampu membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas serta konsistensi. Selain itu, arah strategi yang jelas dan disepakati bersama akan menyebabkan perencanaan taktis yang lebih mudah dan cepat. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk


(2)

mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk men- capai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah usaha, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.2

Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik harus menyesuaikan dengan sistem politik yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, sistem politik mau tidak mau turut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh partai politik.

3

Dengan demikian masyarakat diharapkan mengenai siapa yang akan dijadikan pemimpin mereka nantinya. Secara otomatis system komunikasi politik yang digunakan antar partai politikpun sangat variatif terlebih partai tersebut baru beberapa kali mengikuti pemilu. Salah satunya adalah partai gerindra, partai ini berperan sebagai pemain baru didunia perpolitikan Indonesia, dengan mengusung seorang tokoh nasional bernama Prabowo Subianto yang menjabat sebagai dewan Pembina partai Gerindra dan menjadi calon presiden dari partai berlambang garuda ini.

Melihat bahwa komunikasi politik merupakan salah satu masukan yang menentukan bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Komunikasi politik sebagai bagian dari sistem politik merupakan satu konsepsi yang menyatakan bahwa semua gejala sosial, termasuk gejala komunikasi dan politik, adalah saling berhubungan dan saling mem- pengaruhi.

Pemilu legislatif yang dikenal dengan Pileg serentak dilakukan di seluruh Indonesia pada tanggal 9 April 2014, dengan peserta pemilu sebanyak 12 Partai (multi partai), baik partai-partai lama maupun partai baru. Dua belas partai yang beraliran agamis dan nasionalis. Perebutan suara di berbagai DPT terlihat sangat nyata, ini dapat ditemui pada setiap wilayah-wilayah pemilihan dengan banyaknya atribut partai yang tersebar di setiap gang-gang serta jalan-jalan. Singkatnya pemilu pada saat sekarang ini, sebagai landasan pokok demokrasi telah mengalami berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan masyarakat Indonesia itu sendiri wujud nyata perubahan ini terlihat dengan adanya penyonterangan nama dan foto calon legislatif (Caleg) itu sendiri.

2

Effendy, Onong U., Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Remaja Rosda Karya, Bandung. 1993. hal 300

3

Almond, Gabriel A. dan Sidney Verba, Budaya Politik Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, Bumi Aksara, Jakarta. 1990. hal 34


(3)

Oleh karena itu pentingnya sebuah komunikasi politik yang baik, untuk memperoleh dukungan dari masyarakat, dalam hal ini partai Gerindra sebagai partai yang baru kedua kalinya ikut pemilu mampu membawa partai berlambang burung garuda ini sukses meloloskan calegnya dari Pimpinan Daerah Partai Gerindra pada pileg di Kota Medan pada tahun 2014. Dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk meneliti “Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan.

1.2.Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi politik partai Gerindra pada kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan.

1.3.Batasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis mencoba untuk membatasi permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran dalam pembahasannya nantinya. Maka penulis membatasinya hanya pada strategi komunikasi politik Partai Gerindra pada kampanye pemilu legislatif 2014 di Kota Medan.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui model strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra

pada Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan

2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Kota Medan.

1.5.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, secara teoritis diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :


(4)

1.5.1. Manfaat bagi penulis

Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri dalam membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk melihat bagaimana masalah yang diteliti.

1.5.2. Manfaat akademis

Secara akademis dapat menambah referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU mengenai penelitian studi kepartaian.

1.5.3. Manfaat secara teoritis

Memberikan sumbangan dan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan ilmu politik dalam hal perkembangan dan kekuatan politik dari Partai Gerindra terkhusus mengenai Kemenangan Partai Gerindra pada Pemilihan Legeslatif 2014 di Kota Medan, dan juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi Ilmu Sosial lainnya secara umum.

1.6.Kerangka Teoretis

1.6.1. Teori Perencanaan dan Aksi

1.6.1.1.Teori Perencanaan (Planning Theory)

Teori perencanaan dalam bidang komunikasi ini dikembangkan oleh Charles Berger. Teori ini menjelaskan tentang proses perencanaan individu atau seseorang dalam perilaku komunikasi. Menurut Berger, rencana adalah “Hierkis Kognitif penyataan dari tujuan yang diarahkan untuk suatu rangkaian tindakan4

Komunikasi sangat penting dalam mencapai tujuan. Perencanaan akan menghasilkan tujuan yang diharapkan. Perencanaan komunikasi harus disiapkan

” , dengan kata lain, rencana adalah gambar dari salah satu langkah yang akan dilalui untuk memenuhi tujuan. Perencanaan adalah proses berpikir atau rencana aksi.

4

Stephen W. Littlejohn. Theories of Human Communication, Belmont, USA Wadsworth Group, 2001 hal. 102


(5)

dengan baik agar dalam pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya pengguna komunikasi akan terhambat bila perencanaan tidak disiapkan sehingga terjadi hambatan dalam pelaksanaan.

Manuasi adalah makhluk sosial. Karena itu, keberadaan oang lain menjadi penting dalam hidup kita. Diperlukan komunikasi dan perencanaan jika mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Manusia dapat mencapai berbagai jenis tujuan dengan berkomunikasi dengan cara tertentu.

Dari teori perencanaan yang dikembangkan oleh Charles Berger, dapat dilihat beberapa asumsi dasar, yaitu :

a. Kekuatan tujuan akan mempengaruhi rencana yang cenderung kompleks Asumsi ini menyatakan ketika tujuannya kuat, tentu saja akan mempengaruhi rencana yang dimiliki tentang rencana dan pengetahuan dalam pelaksanaan aksi.5

b. Teori ini memprediksikan ketika suatu pengetahuan (khusus dan umum) yang lebih kompleks, maka rencana akan jelas.

Dalam kasus ini dapat kita lihat seberapa besar kekuatan Partai Gerindra khususnya Pimpinan Daerah dalam perencanaan untuk memenangkan Pileg di Kota Medan

Asumsi ini menitikberatkan pada sumber informasi atau sumber pengetahuannya harus dikuatkan terlebih dahulu, apabila sumbernya sudah kuat, maka dalam perumusan rencana akan lebih mudah dan lebih terperinci. Dalam hal ini. Pimpinan Daerah Kota Medan terlebih dahulu mengetahui bagaimana Pileg di Kota Medan. Setiap daerah pemilihan (dapil) akan berbeda dalam menilai strategi komunikasi politik suatu partai.

c. Besar atau kecilnya hasil yang dicapai bergantung pada motivasi untuk mencapai tujuan.

Teori Berger menunjukkan bahwa apakah besar dan kecilnya keberhasilan bergantung pada motivasinya untuk mencapai tujuan. Sebuah rencana akan matang dan mempunyai kemungkinan besar untuk berhasil apabila mempunyai motivasi yang kuat. Sebaliknya, jika motivasi untuk mencapai

5


(6)

tujuannya rendah, akan mungkin terjadi kegagalan. Dapat kita lihat apakah Pimpinan Daerah Partai Gerindra mempunyai motivasi kuat yang untuk meloloskan Calegnya dalam Pileg atau Pimpinan Daerah hanya akan menjadi penonton atau partai yang hanya ikut meramaikan Pileg di Kota Medan.

d. Perencanaan dan pencapaian tujuan sangat terikat ke dalam emosi

Keberhasilan perencanaan dan pencapaian tujuan ditentukan oleh kerja keras untuk mencapai tujuan dan kedekatan tujuan yang sebenarnya. Jika tujuan itu sangat penting, maka seseorang akan berhati-hati dan sangat memikirkan tentang rumusan perencanaan.6

1.6.1.2.Teori Aksi (Action Assembly Theory)

Jika perencanaan hanya dirumuskan dengan seadanya, maka dapat dipastikan akan mengalami kegagalan. Pencampuran emosi dan pemikiran perencanaan menjadi kekuatan dalam pelaksanaan (aksi) ikatan emosional antara Pimpinan Daerah dengan Caleg menjadi ikatan kuat untuk memenangkan Pileg di Kota Medan

John Greene dalam teorinya action assembly theory menjelaskan tentang cara seseorang mengorganisasikan pengetahuan dengan pikiran dan menggunakannya untuk membentuk pesan.7

Pengetahuan procedural terdiri dari suatu kesadaran akan konsekuensi dari berbagai aksi dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam action assembly theory, pengetahuan procedural (procedural knowledge) menjadi pusat perhatian utama. Greene menggambarkan cara kerja procedural knowledge seperti titik-titik Teori ini menjelaskan struktur dan proses tersebut dalam aksi komunikatif. Teori ini menguji cara pengetahuan yang diurutkan dan digunakannya dalam komunikasi.

Dari teori kumpulan aksi yang dikembangkan oleh Jhon Greene, terdapat beberapa asumsi dasar. Dalam teori ini, Greene menyebut 2 (dua) komponen pengetahuan, yakni pengetahuan isi (content knowledge) dan pengetahuan procedural (procedural knowledge).

6

Ibid.hal 103 7


(7)

(nodes) yang saling terhubung satu sama lain.8

a. Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang berperilaku dan bertindak berdasarkan struktur dan proses yang turut berdasarkan pengetahuan.

Inti dari asumsi dasar ini adalah anda tahu tentang sesuatu dan anda tahu bagaimana melakukan sesuatu itu (you know about things, and you know how to do things)

Asumsi dasar ini menjelaskan, ketika bertindak dan berprilaku harus sesuai prosedur, urutan dalam bertindak merupakan suatu hal yang penting. Seseorang harus memilih yang paling sesuai dengan keadaan untuk mencapai tujuan. Pimpinan Daerah harus menyusun tindakan (aksi) yang akan dilakukan. Rangkaian tindakan yang terstruktur menjadi salah satu penentu untuk mencapai tujuan.

b. Adanya keseimbangan tindakan

Menurut teori ini, kesinambungan tindakan merupakan suatu proses yang rumit dan tidak selalu berhasil. Untuk melakukan suatu yang baik tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan motivasi saja, tetapi juga kemampuan untuk mengatur dan mengambil tindakan yang diperlukan secara efisien dan tepat. Pimpinan Daerah Partai Gerindra Kota Medan sebagai Partai Politik, harus mempunyai strategi dan rencana dalam menangkan Pileg di Kota Medan.

1.6.2. Komunikasi Politik

Arifin Rahman, komunikasi politik merupakan salah satu input dari sistem politik, dimana politik ini menggambarkan proses informasi-informasi politik. Sedangkan menurut Alfian komunikasi politik yang diasumsikan yang menjadi sistem politik itu hidup dan dinamis. Komunikasi politik mempersembahkan semua kegiatan dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dokonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan.9

Komunikasi politik disamping semua bagian dari sistem politik, komunikasi politik dapat pula menentukan kualitas tanggapan dari sistem politik itu sendiri. Bilamana komunikasi politik berjalan dengan lancar, wajar dan sehat maka akan meningkatkan kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan

8

Ibid. hal 1 9


(8)

aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman. Menurut Lucian Pye, seluruh proses-proses social yang dapat dianalisis dalam pengertian struktur, kandungan dan aliran komunikasi. Sebagaimana dijelaskan :

Komunikasi adalah jarring masyarakat manusia. Struktur sebuah sistem komunikasi dengan saluran-salurannya yang sedikit banyak terdefinisikan baik adalah seperti halnya kerangka dari tubuh social yang membungkusnya. Kandungan komunikasi merupakan sumber substansi dasar hubungan manusia. Aliran komunikasi menentukan arah dan jejak perkembangan social yang dinamis10

10 Ibid.

Menurut Redi Panuju, unsur-unsur dalam komunikasi politik umumnya terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media, tujuan, efek dan sumber komunikasi. Kesemua unsur ini berada pada dua struktur politik, yakni infrastruktur dan suprastruktur politik. Dari kerangka di atas dapat diasumsikan bahwa komunikasi semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Lebih jauh ia mengatakan bahwa ada enam bagian scenario berfikir, yaitu:

1. Komunikasi merupakan cara dan teknik penyerahan sejumlah tuntutan dan dukungan sebagai input dalam sistem politik, misalnya dalam rangka artikulsi kepentingan.

2. Komunikasi digunakan sebagai penghubungan antara pemerintah dengan rakyat, baik dalam rangka mobilasasi social untuk implementasi tujuan, memperoleh dukungan, memperoleh kepatuhan dan integritas politik. Komunikasi juga digunakan sebagai bentuk feed back atas sejumlah output (kebijakan pemerintah)

3. Komunikasi menjalankan fungsi sosialisasi politik kepada warga negara. 4. Komunikasi menjalankan peran memberi ancaman (coercion) sekaligus juga

memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan untuk membatasi ruang gerak aktifitas politik masyarakat.

5. Komunikasi mengkoordinasikan tata nilai politik yang diinginkan, sehingga mencapai tingkat hagemonitas yang relatif. Hagemonitas nilai-nilai politik ini sangat menentukan stabilitas politik.


(9)

6. Komunikasi sebagai kekuatan kontrol sosial yang memelihara idealism social dan keseimbangan politik11

Pendapat umum adalah hasil dari pengaruh kontak tatap muka dan media massa pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja dan waktu senggang, opinion leaders disatu pihak dan dari pengaruh surat kabar serta media cetak. Tentunya semua pengaruh ini tidak sama pentingnya dan dalam banyak hal tergantung pada evaluasi masing-masing individu.

Pendapat umum tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi satu bagian yang terintegritas dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga dari proses-proses sosialisasi, partisipasi dan pengrekrutan. Pendapat umum tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang dan diyakini merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.

12

1.6.3. Strategi

Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa yunani, strategos. Adapun stretegos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer atau kepemimpinan atas pasukan”.

Von Cluasewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi itu sendiri bukanlah merupakan suatu kemengan yang tampak dipermukaan, melainkan kedamaian yang terletak di belakangnya. Terkait defenis diatas erat kaitannya denagn strategi politik yang dijalankan setiap partai politik tentunya berbeda-beda, seperti misalnya mempengaruhi, merekrut lalu mendoktrin individu-individu yang ada dalam masyarakat. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menggapai “kemenagan”. Kemenangan merupakan menjadi tujuan dan focus utama dari partai politik untuk meraih dan memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada

11

Ibid. hal 874-875 12


(10)

pemilihan umum agar bias menempatkan wakil-wakil yang diajukan oleh setiap partai politik.13

1.6.3.1.Strategi Politik

Partai politik ini tidak terlepas dari yang namanya “strategi politik”. Strategi politik merupakan teknik, cara, atau strategi yang digunaklan untuk mewujudkan suatu cita-cita politik, strategi politik sangat penting bagi setiap partai politik, tanpa adanya strategi politik maka perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan terwujud. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan analisis yang gambling dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai, dan juga segala kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut.14

Pendekatan dan kominikasi politik perlu dilakukan oleh kontestan untuk dapat memenangkan pemilu. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk mengedintifikasi besaran (size) pendukungnya, massa mengembang dan pendukung kontestan lainnya, identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan dipeoleh pada saat pencoblosan, juga untuk mengedntifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan karena pesaing secara intens melakuakan upaya-upaya untuk memenangkan pesrsaingan politik. Sementara itu, cara masyarakat menentukan pilihanya juga tergantung pada karakteristik masyarakat bersangkutan. Di satu sisi, terdapat kelompok masyarakat yang lebih menggunakan logika dan rasionalitas dalammenimbang kontestan. Kemampuan kontestan memecahkan persoalan masyrakat menjadi titik perhatian kelompok masyrakat ini. Di pihak lain, kedekatan idiologis juga menjadi kekuatan untuk menarik pemilih kedalam bilik suara dan mencoblos kontestan yang beridiologi sama. Pemilih jenis ini tidak begitu memperdulikan program kerja apa yang ditawarkan oleh partai politik bersangkutan. Asal idiologi partai tersebut sama dengan idiologi pemilih, sudah cukup alasan baginya untuk memmilih kontestan ini. Besaran antara karakteristik alasan yang dipakai untuk

13

Peter Schoder, Strategi Politik, Jakarta: Friderich Naumun Stifung, 2003 hal. 4 14


(11)

menentukan pilihan dengan segmen- segmen pemilih dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut.15

15

Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realita, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007, hal. 124


(12)

Tabel 1.1.

Jenis dan Alasan Pemilih

Pembagian Pemilih

Anggota Partai Partisan Non Partisan

Problem Solving Penguatan dan proteksi secara rasional

Peyakinan secara rasional

Pengenalan dan merebut secara rasional Ideology Penguatan dan

Proteksi secara ideologi

Peyakinan secara ideologi

Pengenalan dan merebut secara ideologi

Kontestan adalah kelompok masyarakat yang diwakili dan memiliki kedekatan dengan suata partai politik. Kelompok masyarakat ini merupakan basis pendukung kontestan. Konstituens memiliki loyalitas yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pemilih lain. Sementara non-partisan adalah massa mengambang yang masih belum memutuskan partai politik apa yang mereka dukung. Non-partisan tidak mengikatkan diri dengan suatu partai politik apapun. Biasanya jenis pemilih ini akan menjatuhkan pilihannya diakhir periode kampanye. Atau, mereka malah tidak memilih siapaun karena mereka tidak melihat sutu pun dari pilihan kontestan yang sesuai dengan harapan mereka. Jenis pemilih terakhir adalah pendukung atau konstituen partai politik lain. Suatu partai politik atau kontestan individu perlu juga mengembangkan hubungan dengan pendukung partai lain. Hal ini dilakukan karena kontestan pemilu perlu menjaga stabilitas dan situasi yang aman semasa periode kampanye. Partai politik perlu menggunakan penguatan yang bersifat rasional ketika mereka berhadapan dengan konstituen yang lebih mengedepankan Problem-soving. Ketika partai politik harus berhubungan dengan konstituen yang lebih melandaskan alasan memilih pada aspek-aspek non-rasional, penguatan idiologi perlu dilakukan. Mengingatkan pesan, nilai, norma, dan faham partai perlu ditekankan dalam hal ini.


(13)

Dalam rangka memenangkan pemilihan umum setiap partai politik harus memiliki strategi dan ini juga merupakan bagian dari grand strategi partai politik, yaitu yang disebut dengan strategi politik. Sebuah bentuk strategi politik yang khusus adalah strategi pemilihan umum. Dalam strategi pemilihan umum, yang terpenting disini adalah memperoleh kemenangan dan kekuasaan sebanyak mungkin pengaruh dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilihan umum, sehingga politik dapat diwujudkan dalam suatu perubahan dalam masyarakat.

Persaingan dalam memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilihan umum, untuk menarik simpatik pemilih harus direncanakan dengan hati-hati, di design dengan sebaik mungkin dan membutuhkan apa yang disebut dengan “strategi”.16

1.6.3.3.Jenis- Jenis Strategi Politik

Strategi pemilihan umum yang digunakan untuk memperoleh kekusaan seringkali dipandang suatu hal yang buruk. Padahal strategi ini digunakan dengan tujuan untuk menyampaikan dan menawarkan konsep-konsep dari partai politik.

Berikut jenis-jenis strategi dalam politik politik menurut Peter Schoder dalam tabel 1.2.17

Strategi Ofensif

Tabel 1.2

Jenis-Jenis Strategi Politik

Strategi Defensif Strategi memperluas pasar Strategi mempertahankan pasar

Strategi persaingan Strategi pelanggan, strategi multiplikator Strategi menembus pasar Strategi menutup, menyerahkan pasar

Strategi pelanggan Strategi lingkungan sekitar

Strategi ofensif selalu dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya atau apabila pihak eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut harus ada

16

Ibid. hal 123 17


(14)

orang yang lebih banyak oaring yang memiliki pandangan positiif terhadap partai atau proyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil. Yang termasuk kedalam strategi ofensif adalah startegi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif yang digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya. Sedangkan strategi defensif akan muncul kepermukaan ketika terjadainya koalisi partai pemerintah yang terdiri atas beberapa partai yang ingin memperthankan mayoritasnya. Di lain waktu strategi defensive muncul ketika sebuah pasar tidak lagi dipertahankan lebih lanjut, dan ketika penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan yang lebih banyak.

1.6.4. Kampanye Politik 1.6.4.1.Pengertian Kampanye

Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu

tertentu. Merujuk pada defenisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi

setidaknya harus mengandung empat (4) hal yakni : Pertama:Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, Kedua: Jumlah khalayak sasaran yang besar, Ketiga : Biasanya dipusatkan dalam kurun tertentu dan, Empat : Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.18

Kampanye politik secara universal dapat didefenisikan sebagai suatu cara yang digunakan para warga dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka. Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 12 tahun 2003 (Pemilu Legislatif) kampanye pemilu adalah kegiatan proses pemilu dan atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), DPRD Propinsi, dan DPRD

18


(15)

Kabupaten dan kota untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya.

Ciri utama dari kampanye adalah persuasif, perubahan sikap, dan tingkah laku dari objek komunikasi (komunikan) yang ingin dicapai melalui himbauan dan ajakan. Faktor penting disini adalah membuat komunikan tertarik sehingga mau secara sadar dan sukarela menerima dan menuruti keinginan komunikator (sumber pesan).

Menurut Gabriel Almond yang dikutip oleh Rauf, menyatakan bahwa salah satu bentuk komunikasi politik adalah kampanye politik Komunikasi politik versi Almond beranggapan bahwa arus komunikasi bisa mengalir dari bawa ke atas yaitu dari masyarakat ke penguasa politik ke masyarakat.19

19

Maswadi Rauf, Konsensus Politik, Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2000

Bagi kampanye politik, keefektifan adalah memenangkan pemilihan dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia secara tepat dengan mengimplementasikan dan merealisasikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan menawarkan program, visi, dan misi partai politik.

Isi pesan dalam kampanye adalah program dan pandngan atau pendapat partai politik. Melalui kampanye, apara juru kampanye menyampaikan kebaikan dan keunggulan program, rencana kerja yang akan dilakukan oleh partai yang bersangkutan bila keluar sebagai pemenang dalam pemilhan umum, dan pandangan partainya dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.


(16)

Dalam ilmu politik ada empat tekhnik kampanye yaitu: 20

1. Kampanye dari pintu ke pintu (Door to door Campaign) Dilakukan dengan cara kandidat mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi

2. Kampanye diskusi kelompok (Group Discussion). Dilakukan dengan membentuk kelompok, diskusi kecil, yang membicarakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat

3. Kampanye massa tidak langsung (Indirect Mass Campaign). Dilakukan dengan cara berpidato di radio, televisi, ataupun iklan di media cetak

1.6.4.2 Bentuk-Bentuk Kampanye

Bentuk-bentuk kampanye yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan itu dikemukakan seperti pada Pasal 17 Undang-undang 15 Tahun 2013 menyatakan bahwa kegiatan kampanye itu dilakukan melalui:

1. Pertemuan Terbatas 2. Tatap Muka

3. Penyebaran malalui media cetak dan media elektronik 4. Penyiaran melalui radio dan atau televisi

5. Penyebaran bahan kampanye kepada umum 6. Pemasangan alat peraga di tempat umum 7. Rapat Umum

8. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

1.6.4.3 Pengertian Juru Kampanye

Daryanto, mengemukakan bahwa pengertian juru kampanye adalah orang yang bertugas melaksanakan pekerjaan tertentu. Jadi juru kampanye adalah seseorang yang bertugas menyampaikan materi-materi kampanye kepada khalayak audience dalam lingkup kampanye. Dalam hal ini ada sejumlah aturan main yang harus dimiliki oleh para juru kampanye dan para kontestan pemilihan

20

Riswandha Imawan, Membedah Politik Orba,Yogyakarta: Cetakan Pertama, Pustaka Belajar, 1997, hal.144-145


(17)

umum yakni asas yang melandasi pelaksanaan pemilu yaitu asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

1.6.4.4 Peranan Juru Kampanye

Titus megemukakan bahwa untuk memilih Juru kampanye partai, dapat digunakan kriteria yang sama untuk memilih pemimpin yang intellectual capacity,

self significance, vitality, training, experience, dan reputation.21

Oleh sebab itu, Juru Kampanye dalam perolehan suara, harus memiliki strategi komunikasi kampanye secara efektif yaitu:22

a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude) b. Mengubah opini (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku (to change behavior)

Tujunnya adalah membentuk menanmkan harapan, sikap, keyakinan, dan orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah ekspresi mendukung dengan berbagai dimensinya, khusunya menjatuhkan pilihan pada partai atau kandidat tertentu.23

Warjio menambahkan bahwa peranan ataupun tugas yang dilakukan oleh juru kampanye dalam kegiatan-kegiatan politik, seperti Pemilu, pemilihan kepala daerah adalah menyampaikan pesan-pesan politik atau melindungi tujuan-tujuan kepentingan politik.

24

Tema-tema yang perlu disusun juru kampanye sebagai strategc policy harus memenuhi syarat 3A yaitu :

25

1. Attractive

Tema-tema kampanye yang diajukan juru kampanye, harus attractive atau mudah menarik perhatian pemilih.

2. Absorbed

21

A.M. Fatwa, Kampanye Partai Politik Di Kampus, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003,hal. 18

22

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations,edisi Revisi,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 23

23

Adnan Nursal, Political Marketig: Strategi Memenangkan Pemilu,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004, hal. 23

24

Dikutip dari Harian Analisa, Edisi Rabu, 9 April 2008

25


(18)

Informasi yang disajikan oleh juru kampanye harus mudah terserap terhadap pikiran pemilih

3. Attributable

Tema yang attributable biasanya memiliki kaitan dengan reputasi dan identitas partai atau kandidatnya. Sebuah tema dikatakan attributable bila tema tersebut mempunyai daya untuk menanmkan makna politis tertentu kepada para pemilih

1.6.4.5 Manajemen Kampanye

Joe Garecht mengajukan empat strategi besar agar kampanye terorganisasi dengan baik dan mencapai sukses, yakni :

1. Rencana

Ini taktik pertama dan yang terpenting agar kampanye terorganisasi dengan baik. tanpa perencanaan yang baik, kampanye akan berjalan tanpa target dan hasil yang diharapkan, jika berhasil itu hanya merupaka keberuntungan. 2. Pendelegasian

Para kandidat politik biasanya lemah dalam hal pendelegasian (poor

delegator) atau bagi-bagi tugas. Bakat dan ambisi yang menjadikan mereka

kandidat poltik yang hebat, juga membuat mereka ingin mengendalikan kampanye dan mengurusnya utnuk memastikan bahwa semuanya dijalankan dengan baik.

3. Membuat jadwal atau skedul (Create a Timeline)

Setelah menyusun rencana kampanye, buatlah jadwal kampanye atau kalender yang mendaftar tugas-tugas kunci-kunci yang harus dilakukan. Bahkan sketsa tentang jadwal kampanye tiap-tiap anggota tim sehingga mereka bisa melihat tugas-tugas mana saja akan mereka kerjakan sesuai dengan kalender secara keseluruhan.

1.7.Metode Penelitian

1.7.1. Metodologi Penelitian

Pendekatan metodologi dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, mendeskripsikan data tanpa


(19)

mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti.26 Riset deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian.27

1.7.2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggambarkan dan menguraikan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif Tahun 2014

Subjek dalam penelitian ini adalah Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan, dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, sebagai pelaku, Partai Gerinda adalah subjek dari penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, kebijakan kampanye terpusat Partai Gerinda harus disesuaikan kembali dengan latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di daerah masing-masing. Tim Pemenangan Pemilu Daerah diharuskan melakukan inovasi dalam melakukan strategi komunikasi di daerah masing-masing. Dari sekian banyak strategi komunikasi kampanye yang dilaksanakan, hanya tiga kegiatan yang dikoordinasi Tim Pemenangan Pemilu Nasional, yaitu iklan televisi, iklan radio, dan nada sambung pribadi. Hal ini disebabkan oleh latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam.

1.7.3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:28 a. Wawancara

Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek penelitian, wawancara terdiri dari Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan, Wkl Ketua Partai, Wkl. Sekretaris dan Wkl. Bendahara Partai Gerindra DPC Kota Medan dan simpatisan Partai Gerindra

b. Dokumen

26

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.2008. hal 65-67

27

Simamora, Bilson. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004. hal 107

28


(20)

Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, tabloid, koran, dan lain-lain.

1.7.4. Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif: Analisa data deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan. Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut :29 a. Melakukan pengamatan sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan

pengecekan ulang terhadap data yang ada

b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum f. Membangun atau menjelaskan teori

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan kedalam empat bab, masing-masing bab dibagi dalam sub bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memberikan gambaran secara umum tentang sejarah singkat lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Partai Gerindra, Bab ini juga akan memberikan gambaran tentang Partai Gerindra Kota Medan

BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

29


(21)

Bab ini akan memuat hasil dan analisis penelitian dari penelitian yang berhubungan dengan Model strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan, Kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Kota Medan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi kesimpulan, saran maupun rekomendasi yang berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini.


(1)

Dalam ilmu politik ada empat tekhnik kampanye yaitu: 20

1. Kampanye dari pintu ke pintu (Door to door Campaign) Dilakukan dengan cara kandidat mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi

2. Kampanye diskusi kelompok (Group Discussion). Dilakukan dengan membentuk kelompok, diskusi kecil, yang membicarakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat

3. Kampanye massa tidak langsung (Indirect Mass Campaign). Dilakukan dengan cara berpidato di radio, televisi, ataupun iklan di media cetak

1.6.4.2 Bentuk-Bentuk Kampanye

Bentuk-bentuk kampanye yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan itu dikemukakan seperti pada Pasal 17 Undang-undang 15 Tahun 2013 menyatakan bahwa kegiatan kampanye itu dilakukan melalui:

1. Pertemuan Terbatas 2. Tatap Muka

3. Penyebaran malalui media cetak dan media elektronik 4. Penyiaran melalui radio dan atau televisi

5. Penyebaran bahan kampanye kepada umum 6. Pemasangan alat peraga di tempat umum 7. Rapat Umum

8. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

1.6.4.3 Pengertian Juru Kampanye

Daryanto, mengemukakan bahwa pengertian juru kampanye adalah orang yang bertugas melaksanakan pekerjaan tertentu. Jadi juru kampanye adalah seseorang yang bertugas menyampaikan materi-materi kampanye kepada khalayak audience dalam lingkup kampanye. Dalam hal ini ada sejumlah aturan main yang harus dimiliki oleh para juru kampanye dan para kontestan pemilihan

20

Riswandha Imawan, Membedah Politik Orba,Yogyakarta: Cetakan Pertama, Pustaka Belajar, 1997, hal.144-145


(2)

umum yakni asas yang melandasi pelaksanaan pemilu yaitu asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

1.6.4.4 Peranan Juru Kampanye

Titus megemukakan bahwa untuk memilih Juru kampanye partai, dapat digunakan kriteria yang sama untuk memilih pemimpin yang intellectual capacity, self significance, vitality, training, experience, dan reputation.21

Oleh sebab itu, Juru Kampanye dalam perolehan suara, harus memiliki strategi komunikasi kampanye secara efektif yaitu:

22

a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)

b. Mengubah opini (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change behavior)

Tujunnya adalah membentuk menanmkan harapan, sikap, keyakinan, dan orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah ekspresi mendukung dengan berbagai dimensinya, khusunya menjatuhkan pilihan pada partai atau kandidat tertentu.23

Warjio menambahkan bahwa peranan ataupun tugas yang dilakukan oleh juru kampanye dalam kegiatan-kegiatan politik, seperti Pemilu, pemilihan kepala daerah adalah menyampaikan pesan-pesan politik atau melindungi tujuan-tujuan kepentingan politik.

24

Tema-tema yang perlu disusun juru kampanye sebagai strategc policy harus memenuhi syarat 3A yaitu :

25

1. Attractive

Tema-tema kampanye yang diajukan juru kampanye, harus attractive atau mudah menarik perhatian pemilih.

2. Absorbed

21

A.M. Fatwa, Kampanye Partai Politik Di Kampus, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003,hal. 18

22

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations,edisi Revisi,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 23

23

Adnan Nursal, Political Marketig: Strategi Memenangkan Pemilu,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004, hal. 23

24

Dikutip dari Harian Analisa, Edisi Rabu, 9 April 2008

25


(3)

Informasi yang disajikan oleh juru kampanye harus mudah terserap terhadap pikiran pemilih

3. Attributable

Tema yang attributable biasanya memiliki kaitan dengan reputasi dan identitas partai atau kandidatnya. Sebuah tema dikatakan attributable bila tema tersebut mempunyai daya untuk menanmkan makna politis tertentu kepada para pemilih

1.6.4.5 Manajemen Kampanye

Joe Garecht mengajukan empat strategi besar agar kampanye terorganisasi dengan baik dan mencapai sukses, yakni :

1. Rencana

Ini taktik pertama dan yang terpenting agar kampanye terorganisasi dengan baik. tanpa perencanaan yang baik, kampanye akan berjalan tanpa target dan hasil yang diharapkan, jika berhasil itu hanya merupaka keberuntungan. 2. Pendelegasian

Para kandidat politik biasanya lemah dalam hal pendelegasian (poor delegator) atau bagi-bagi tugas. Bakat dan ambisi yang menjadikan mereka kandidat poltik yang hebat, juga membuat mereka ingin mengendalikan kampanye dan mengurusnya utnuk memastikan bahwa semuanya dijalankan dengan baik.

3. Membuat jadwal atau skedul (Create a Timeline)

Setelah menyusun rencana kampanye, buatlah jadwal kampanye atau kalender yang mendaftar tugas-tugas kunci-kunci yang harus dilakukan. Bahkan sketsa tentang jadwal kampanye tiap-tiap anggota tim sehingga mereka bisa melihat tugas-tugas mana saja akan mereka kerjakan sesuai dengan kalender secara keseluruhan.

1.7.Metode Penelitian

1.7.1. Metodologi Penelitian

Pendekatan metodologi dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, mendeskripsikan data tanpa


(4)

mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti.26 Riset deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian.27

1.7.2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggambarkan dan menguraikan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif Tahun 2014

Subjek dalam penelitian ini adalah Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan, dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, sebagai pelaku, Partai Gerinda adalah subjek dari penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, kebijakan kampanye terpusat Partai Gerinda harus disesuaikan kembali dengan latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di daerah masing-masing. Tim Pemenangan Pemilu Daerah diharuskan melakukan inovasi dalam melakukan strategi komunikasi di daerah masing-masing. Dari sekian banyak strategi komunikasi kampanye yang dilaksanakan, hanya tiga kegiatan yang dikoordinasi Tim Pemenangan Pemilu Nasional, yaitu iklan televisi, iklan radio, dan nada sambung pribadi. Hal ini disebabkan oleh latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam.

1.7.3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:28 a. Wawancara

Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek penelitian, wawancara terdiri dari Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan, Wkl Ketua Partai, Wkl. Sekretaris dan Wkl. Bendahara Partai Gerindra DPC Kota Medan dan simpatisan Partai Gerindra

b. Dokumen

26

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.2008. hal 65-67

27

Simamora, Bilson. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004. hal 107

28


(5)

Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, tabloid, koran, dan lain-lain.

1.7.4. Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif: Analisa data deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan. Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut :29 a. Melakukan pengamatan sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan

pengecekan ulang terhadap data yang ada

b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum f. Membangun atau menjelaskan teori

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan kedalam empat bab, masing-masing bab dibagi dalam sub bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memberikan gambaran secara umum tentang sejarah singkat lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Partai Gerindra, Bab ini juga akan memberikan gambaran tentang Partai Gerindra Kota Medan

BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

29


(6)

Bab ini akan memuat hasil dan analisis penelitian dari penelitian yang berhubungan dengan Model strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan, Kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Kota Medan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi kesimpulan, saran maupun rekomendasi yang berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini.