Potensi Bisnis Program Family Gathering Di Kampung Ladang Outbound Camp

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (Bussiness) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut untuk mencari kesenangan dan untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. (Yoeti, 1996 :119).

Undang-undang No.09 Tahun 1990, tentang kepariwisataan menyebutkan defenisi dari Wisata, Wisatawan, Kepariwisataan, dan Pariwisata yaitu :

a. Wisata adalah : Kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk memilih objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah : orang yang melakukan kegiatan wisata yang tujuannya bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

c. Pariwisata adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengelola objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.


(2)

d. Kepariwisataan adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata, yang artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat.

e. Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi :

 Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keaadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang langka.

 Karya manusia yang berwujud Museum, Wisata agro atau pertanian, Wisata air (tirta), Wisata atau petualangan, Taman rekreasi dan tempat hiburan.

 Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, sungai, tempat-tempat ibadah, perbelanjaan dan lain-lain.

Selain batasan tersebut diatas, banyak defenisi lain yang dikemukakan oleh ahli pariwisata antara lain : Prof.Hans .Buchili menyatakan bahwa setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan untuk maksud tersebut. (Dalam Yoeti, 1996 : 117).

Menurut Prof.Hunzieker dan Prof.K.Krapt keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman itu tidak menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang sementara. (Dalam Yoeti, 1996 : 115).


(3)

Dari pendapat di atas yang menjadi cirri-ciri pengertian pariwisata yaitu :

 Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu.

 Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lain.

 Perjalanan itu walau bagaimanapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan dan rekreasi.

 Tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. 2.2 Pengertian Industri dan Produk Wisata

2.2.1 Industri Pariwisata

Bila kita berbicara tentang industri, dari kebanyakan orang mengartikan industri sebagai suatu usaha yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan barang-barang atau jasa melalui suatu proses produksi. Tetapi tidak demikian halnya dengan Industri Pariwisata, industri pariwisata disini tidak termasuk dalam arti ekonomis biasa tetapi memiliki perbedaan-perbedaan yang nyata dengan industri lainnya. Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa (Goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya selama dalam perjalanan. (Yoeti , 1996 : 153).

R.S Darmajadi (Dalam Yoeti , 1996 : 153) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan industri pariwisata dijelaskan sebagai berikut : “Industri pariwisata merupakan rangkuman dari pada berbagai macam bidang usaha yang secara


(4)

bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa / pelayanan atau services, yang nantinya baik secara langsung atau pun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya “. Pengertian industri akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa ataupun produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan, bilamana para wisatawan sedang dalam perjalanan atau pelawatan.

Dengan cara-cara ini akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen memerlukan pelayanan (service) tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri adalah semua jasa yang diberikan perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat tinggalnya, sampai di daerah tujuan wisata yang menjadi pilihannya, sampai ke rumah tempat tingggalnya semula.

2.2.2 Produk Pariwisata

Kalau ada industri tentu ada produk tertentu, dan dalam hal ini produk pariwisata yang akhir dari proses produksinya tidak hanya barang (produk) melainkan fasilitas-fasilitas untuk memnuhi kebutuhan hidup wisatawan selaku konsumen selama ia mengadakan perjalanan.

Medlik dan Meddelton (Dalam Yoeti , 1996 : 164) mengemukakan bahwa produk industri pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket ( package ) yang satu sama lain tidak terpisah dan semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan rumah sampai ia kerumah dimana ia


(5)

biasa tinggal. Jadi produk pariwisata itu adalah produk yang kompleks, produksi komponen-komponennya ditangani oleh bermacam-macam badan baik swasta maupun pemerintah dan oleh perorangan dibutuhkan wisatawan selama perjalanannya (Yoeti , 1996 : 153).

Produk ataupun jasa-jasa adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan angkutan, baik darat, udara maupun laut.

2. Memberikan pelayanan kepada wisatawan berupa alat transportasi yang membawanya ke daerah-daerah yang dipilihnya.

3. Biro Perjalanan Umum

4. Memberikan informasi tentang objek wisata yang telah ada di suatu daerah, pengurusan dokumen-dokumen (Paspor, Visa) membuat dan mengatur suatu rencana perjalanan dan sebagainya.

5. Jasa-jasa pelayanan dari perhotelan / akomodasi, bar dan restaurant, fasilitas rekreasi, entertainment dan lain-lain.

6. Jasa-jasa retail agent atau Tour operator local yang menyelenggarakan city sight tours atau exurciont pada objek wisata dan atraksi wisata setempat.

7. Objek wisata atau atraksi wisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

8. Jasa-jasa transportasi lokal (bus, taksi, tourist coach), dalam melakukan city sight tours atau exurciont pada objek wisata dan atraksi wisata setempat.


(6)

9. Jasa-jasa souvenier shop dan handicraft serta shopping centre, dimana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang lainnya.

10.Perusahaan pendukung seperti penjual post card , perangko (kantor pos), penjual kamera dan film, penukaran uang (money changer) dan bank.

Adapun ciri-ciri dari produk wisata adalah sebagai berikut :

1. Produk terjadi pada saat konsumen mempergunakan jasa-jasa pariwisata. 2. Produk pariwisata tidak dapat dicicipi terlebih dahulu oleh konsumen.

3. Komponen-komponen produk wisata tidak dapat diukur karena memiliki ragam bentuk.

4. Produk wisata sangat tergantung pada manusia dan sedikit sekali tergantung pada alat-alat produksi.

5. Produk wisata merupakan usaha-usaha yang memerlukan insvestasi yang besar, dengan resiko yang tinggi, sedangkan permintaan konsumen elastis.

6. Permintaan (demand) tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomi seperti gejolak politik.

2.3Pengertian MICE

MICE adalah akronim dari meetings, incentives, conferences and, exhibitions. Wisata MICE merupakan salah satu sektor dalam industri pariwisata yang berkembang sangat pesat (Dwyer dan Forsyth, 1997; Hing et al; 1998 dalam


(7)

Seebaluck, Naidoo dan Ramseook-Munhurrun, 2013), dan wisata MICE juga telah berkembang pesat di Bali beberapa tahun terakhir ini. Yang menjadi dasar pemikiran dibalik setiap wisata MICE adalah kegiatan yang diperuntukkan guna menyatukan para penyedia informasi dengan penerimanya (Whitfield dan Webber, 2010 dalam Whifield, Dioko, Webber dan Zhang, 2012). Kegiatan wisata MICE melibatkan berbagai sektor seperti sektor transportasi, perjalanan, rekreasi, akomodasi, makanan dan minuman, tempat penyelenggaraan acara, teknologi informasi, perdagangan dan keuangan sehingga wisata MICE dapat digambarkan sebagai industri multifaset. Di banyak daerah tujuan wisata, kegiatan MICE dikategorikan di bawah payung industri event (Dwyer dan Mistilis, 2000; Getz, 2008 dalam Seebaluck et al; 2013).

Setiap istilah dalam wisata MICE memiliki arti yang berbeda-beda walaupun kegiatan MICE itu sendiri merupakan kegiatan jangka pendek yang memiliki signifikansi ekonomi yang besar bagi pariwisata (Law, 1987; Pearson dan McKanna, 1988; Hiller, 1995; Wootton dan Stevens, 1995 dalam Hall, 2003). Istilah meeting dalam MICE dapat didefinisikan sebagai suatu acara terstruktur yang dapat menyatukan sekumpulan orang secara kolektif untuk mendiskusikan topik yang menjadi kepentingan bersama (Seebaluck et al., 2013).

1. Meeting

Menurut Mair (2009), meeting umumnya membahas masalah dengan substansi yang relatif kecil dengan jumlah delegasi yang kecil juga dan biasanya


(8)

dapat diselenggarakan di lingkungan perusahaan, di hotel atau di ruangan pertemuan. Meeting juga dapat didefinisikan sebagai berikut:

It’s a gathering of 10 or more participants for a minimum of 4 hours in a hired venue. The term ‘meetings’ include conventions, conferences, congresses, trade shows and exhibitions, incentive events, corporate and business meetings, and other meetings and all exclude social activities (wedding receptions, holiday parties, etc.), permanently established formal educational activities (primary, secondary or university level education), purely recreational activities (such as concerts and shows of any kind), political campaign rallies, or gatherings of consumers or would-be customers by a company for the purpose of presenting specific goods or services for sale (consumer shows), which would rather fall under the scope of retail or wholesale trade.(UNWTO dalam Seebaluck et al., 2013, p.2).

Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan bussiness, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama .

Contoh meeting adalah :  Rapat Pimpinan  Pelatihan


(9)

2. Intensive

Incentives travel dalam MICE adalah kegiatan perjalanan yang semua biaya perjalanannya ditanggung oleh organisasi sehingga dapat digunakan sebagai faktor yang memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja dalam memenuhi tujuan yang diinginkan organisasi, seperti target penjualan (Rogers, 2003; Campiranon dan Arcodia, 2008 dalam Seebaluck et al., 2013).

Istilah incentive mengacu kepada jenis perjalanan di mana sebuah perusahaan membayar karyawannya untuk bepergian, untuk menghadiri konferensi atau pameran, untuk kesenangan, sebagai penghargaan atas kinerja yang berhubungan dengan pekerjaan (Mair, 2009). Dengan demikian incentives travel merupakan alat motivasi yang digunakan oleh perusahaan untuk mendorong dan meningkatkan kinerja karyawan dengan memberikan penghargaan untuk tiap peningkatan produktivitas atau tiap pencapaian tujuan perusahaan (Hall, 2003). Menurut SITE, (2013 dalam Seebaluck et al., 2013) incentive travel adalah alat manajemen yang menggunakan pengalaman perjalanan sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada peserta untuk tiap peningkatan kinerja guna mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Menurut SK Menteri Parpostel No. KM. 108/HM.703/MMPT-91 pasal 1, perjalanan insentif didefinisikan sebagai berikut : Suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai suatu imbalan penghargaan atas perhatian mereka dalam kegiatan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang beresangkutan.


(10)

Perjalanan Insentif merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan dengan membuat kegiatan guna memacu pencapaian target perusahaan tersebut. Biasanya berhubungan dengan penjualan (sales) produk atau jasa mereka, wujudnya seperti :

1. Family gathering, rapat sambil berekreasi, bonus hadiah perjalanan wisata, dan lain-lain.

2. Distributor atau dealer agar pencapaian penjualan terpenuhi, dalam bentuk bonus perjalanan wisata, dan lain-lain.

3. Pemasok (suppliers) untuk peningkatan kerja sama.

4. Pelanggan (customers) agar tetap loyal terhadap produk atau jasa mereka.

Program Perjalanan Insentif berfungsi sebagai salah satu cara atau solusi untuk menggairahkan kembali segmen-segmen guna peningkatan kinerja sebuah perusahaan, yaitu :

1. Full-Service Incentive House, memberikan layanan Perjalanan Insentif dengan cakupan luas, mulai dari perencanaan program, penanganan tours lengkap dengan kebutuhan penunjang termasuk kebutuhan dalam kegiatan diluar tours berdasarkan kehendak perusahaan pengguna jasa tersebut.


(11)

2. Travel Fulfillment Company, menangani perencanaan perjalanan (tour planning), dimana rancangan Perjalanan Insentif tergantung pada kebutuhan perusahaan tersebut.

3. Travel Agency with an Incentive Division, perusahaan tidak menyiapkan perencanaan perjalanan, melainkan hanya menangani program Perjalanan Insentif. Mulai dari negosiasi dengan pihak transportasi (airlines, kereta api maupun bus), akomodasi (hotel, restaurant), tempat kunjungan wisata, guide, dll. Biasanya perusahaan seperti ini akan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program ini sesuai kebutuhan.

Perusahaan dengan pola sesuai point 3, biasanya sudah menyiapkan pelaksanaan program dalam 1 paket, yaitu mulai dari pengaturan transportasi dengan borongan (charter), transfer antar moda transportasi maupun ke hotel, akomodasi, makan-minum (meals), wisata hingga pemandu wisata (guide).

Dalam pelaksanaannya mereka sudah akan mempersiapkan diri di lokasi penjemputan, bisa terminal, bandara, stasiun ataupun hotel tempat kegiatan. Kegiatan ini bisa dalam skala kecil hingga besar. Salah satu yang saat ini dikembangkan adalah studi banding.


(12)

3.conference

Conferences merupakan elemen ketiga dari wisata MICE yang dapat diartikan sebagai suatu pertemuan partisipatif yang dirancang terutama untuk tujuan diskusi, mencari dan berbagi informasi, memecahkan masalah dan konsultasi. Conferences biasanya memiliki keterbatasan waktu dan memiliki tujuan khusus (Seebaluck et al., 2013). Conference mirip dengan meeting di mana suatu acara conference melibatkan 10 orang atau lebih selama minimal empat jam dalam satu hari atau lebih dan kegiatan conference diadakan di luar perusahaan itu sendiri (CIC, 2011 dalam Seebaluck et al., 2013).

Mair (2009) menyatakan bahwa conferences pada umumnya dapat dipahami sebagai suatu pertemuan besar yang dihadiri oleh sekelompok individu yang memiliki pemikiran yang sama yang datang bersama-sama dengan tujuan profesional atau pribadi, untuk keperluan membangun jaringan dan untuk tujuan pendidikan.Terdapat dua tujuan utama yang menjadi alasan bagi seseorang untuk menghadiri conference (konferensi) terutama jika konferensi tersebut diadakan di luar negeri. Yang pertama adalah menghadiri konferensi itu sendiri dan yang kedua adalah memanfaatkan semaksimal mungkin destinasi atau tempat di mana konferensi tersebut dilaksanakan.

4. Exhibition

Istilah exhibitions digunakan untuk menggambarkan event yang dirancang untuk mempertemukan pemasok produk, peralatan industri dan jasa di suatu tempat di mana para peserta dapat mendemonstrasikan dan mempromosikan produk dan jasa


(13)

yang mereka tawarkan (Montgomery dan Strick, 1995 dalam Hall, 2003). Exhibitions dapat berkaitan dengan perdagangan dari industri tertentu saja di mana seluruh pengunjung bekerja dalam industri terkait yang sedang dipamerkan, atau exhibitions bisa terbuka untuk umum sehingga setiap orang dapat menghadiri exhibitions tersebut (Mair, 2009).

Exhibitions juga dikenal sebagai exposition karena exposition memiliki tujuan untuk mempertemukan pemasok yang berbeda di dalam suatu lingkungan di mana para suplier tersebut dapat mempromosikan produk atau jasa mereka kepada peserta exhibitions (Seebaluck et al., 2013). Fokus utama dari kegiatan ini adalah menciptakan hubungan antar bisnis – business to business relationship - baik untuk mempromosikan produk baru maupun untuk mendapatkan klien baru (Fenich, 2005; Jurisevic, 2002 dalam Seebaluck et al., 2013).

2.3.1 Jenis-jenis kegiatan MICE yaitu :

a. Olahraga (pertandingan professional, kompetisi peringkat, pertandingan persahabatan, lomba-lomba, dll).

b. Seni (pementasan, institusional, lomba/festival, aspresiasi, fashion show). c. Topik Wicara (diskusi, seminar, sarasehan, talkshow, presentasi, dsb). d. Pameran (Pameran komoditas perdagangan, pameran seni).

e. Pribadi (Pesta pernikahan, pesta ulang tahun, syukuran, jabatan baru, pisah sambut, pesta peringatan pribadi).


(14)

f. Family gathering

2.4 Pengertian Family Gathering

Menurut Silvia dan Widodo (2009, p58) Event gathering adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan karyawan. Tujuan acara ini adalah agar karyawan termotivasi, sebab motivasi sangat mempengaruhi pada kinerja organisasi. Dalam kegiatan Event Gathering juga diharapkan hubungan yang harmonis akan memudahkan komunikasi kedua belah pihak di kemudian hari. Bisa juga dalam acara ini disisipkan acara perkenalan susunan pejabat baru ataupun layanan terbaru.

Media Gathering ini memberikan peluang terciptanya suasana hangat dan kondusif antara pimpinan dengan staf perusahaan. Beberapa contoh format acara adalah coffee morning, makan siang atau malam, buka puasa bersama, product atau service soft launching, wisata bersama, bermain atau bertanding olahraga bersama, dan lain-lain. Gathering merupakan sebuah kegiatan untuk keluarga besar, komunitas ataupun perusahaan yang dirancang untuk mendapatkan refreshing bersama dalam satu waktu tertentu dalam satu lokasi (baik didalam ruangan (indoor) ataupun diluar ruangan (outdoor)) guna mempererat kekerabatan, kekeluargaan serta tali silaturrahmi.

Pada masa sekarang ini, banyak sekali berkembang penurunan kata tentang Gathering. Kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan besar untuk seluruh


(15)

karyawannya biasa dikenal dengan nama Family Gathering, untuk seluruh karyawannya saja tanpa keluarganya biasa disebut Employee Gathering, untuk perusahaan mengumpulkan seluruh rekanan (vendor) sebagai bentuk apresiasi terhadap vendornya biasa dikenal dengan nama Customer Gathering. Jadi dalam makna yang luas, gathering dapat dilakukan oleh perusahaan ataupun komunitas sebagai kegiatan bersama dalam satu lokasi dengan berisikan tema yang dikehendaki atau disesuaikan untuk dapat membangun suasana santai, akrab dan kekeluargaan.

Adapun Kegiatan Family Gathering ataupun Employee Gathering adalah melaksanakan sebuah kegiatan untuk seluruh lingkup karyawan beserta keluarganya (Family Gathering) atau tidak (Employee Gathering) dan juga kepada pihak-pihak dalam lingkup perusahaan yang ikut berperan aktif memajukan perusahaan selama ini, untuk melakukan atau hadir secara bersama-sama dengan tujuan sebagai proses penyegaran dari rutinitas keseharian yang ada agar dapat sedikit re-fresh dan rileks, serta dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang erat antara perusahaan dengan karyawannya, karyawan dengan karyawannya maupun dengan anggota keluarganya. Biasanya pada kegiatan seperti ini tema hiburan bagi karyawan ataupun keluarganya sangatlah dominan. Misalkan saja bersama-sama mengunjungi wahana wisata yang ada di sekitar lokasi dengan ditambahkan unsur hiburan musik, artis ataupun permainan yang menyegarkan dan menggembirakan untuk seluruh pesertanya.


(16)

2.4.1 Langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan Gathering: sebagai berikut:

1. Membuat proposal atau rencana kegiatan yang mencakup tujuan, manfaat, tema, konsep dan susunan acara, ketua dan anggota tim kepanitiaan, waktu dan tempat, undangan serta anggaran yang dibutuhkan.

2. Pesan tempat yang sesuai dengan konsep acara

3. Memberitahukan kepada peserta Gathering dengan menyebutkan susunan acara dan contact person untuk kepastian kehadiran.

4. Siapkan logistic seperti catering, transportasi, audio visual, dan lain-lain.

5. Siapkan pidato pembukaan untuk pimpinan perusahaan yang akan membuka acara. 6. Pilih Moderator atau pemandu acara sedapat mungkin menarik dan dapat membawa suasana yang segar dan akrab.

7. Hiburan seperti permainan, musik, dan lagu sangat penting untuk menciptakan suasana yang cair.

8. Dokumentasikan acara dengan baik. Walaupun acara informal, disarankan tetap ada sesi foto bersama.

Dalam kegiatan acara gathering employees sangat diharapkan dapat memotivasi karyawan perusahaan. Acara-acara yang menarik dan kreatif dapat menarik karyawan untuk ikut serta dalam acara ini. Misalnya dalam hal pemilihan tempat acara dan persiapan logistik seperti catering dan transportasi menjadi suatu pertimbangan karyawan untuk ikut serta dalam acara gathering employees.


(17)

Sedangkan untuk Customer Gathering biasanya dilaksanakan perusahaan setiap setahun sekali untuk apresiasi dan sekaligus meningkatkan hubungan dengan para pelanggan perusahaan (loyalty Customers).

Pada umumnya acara yang dilakukan pada saat customer gathering adalah makan bersama, kemudian dilanjutkan acara hiburan untuk para pelanggan yang setia ataupun rekanan yang sering membantu perusahaan dalam mencapai target tahunannya.

Adapun beberapa tujuan dilakukannya customer gathering adalah :

1. Sebagai bentuk apresiasi perusahaan terhadap pelanggan setianya (loyalty customers).

2. Informasi Perkembangan perusahaan sampai dengan saat ini dan apa target untuk tahun mendatangnya.

3. Promosi penjualan ataupun pengenalan produk baru yang akan segera dipasarkan.

Jadi apapun momentnya, gathering sangat tepat diadakan minimal setahun sekali oleh sebuah perusahaan baik itu perusahaan besar ataupun perusahaan kecil, sebagai bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawan, keluarga ataupun koleganya.

2.4.2 Manfaat Pelaksanaan Family Gathering

Adapun kegunaan, Family gathering, terutama pada suatu perusahaan atau organisasi adalah :


(18)

1.Sarana refreshing

Perusahaan dengan tingkat tekanan tinggi, proses produksi yang begitu cepat dan tanpa henti mengakibatkan karyawan di perusahaan itu mengalami tingkat tekanan psikologi yang kuat. Maka dari itu banyak perusahaan dengan karyawan ratusan hingga ribuan mengagendakan kegiatan ini untuk mengurangi tingkat kejenuhan para karyawan yang terjadi selama bekerja.

2. Membentuk teamwork yang solid

Tidak selamanya sebuah teamwork akan bekerja selalu solid. Ada pada waktunya kesolidan itu akan mengendor akibat tekanan yang begitu tinggi saat bekerja. Bila ini sampai terjadi maka Family gathering adalah acara yang sangat cocok agar kesolidan bagi teamwork semakin solid.

3. Mempererat hubungan antar karyawan

Pemimpin perusahaan atau seorang manajer yang jeli harusnya bisa melihat ketidak harmonisan hubungan antar relasi karyawan dalam kantor. Agar kondisi ini tidak mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja maka perusahaan harus bisa memecahkan permasalah yang terjadi dilingkungan kerja ini sehingga bisa terjalin relasi baru terhadap semua karyawan dan meningkatkan keharmonisan karyawan.


(19)

4. Memperbaiki konflik dan friksi

Hampir tidak ada perusahaan yang terhindar dari masalah konflik dan friksi. Kompetisi yang tinggi, kesenjangan penghasilan, tingginya tekanan hingga relasi yang memanas adalah masalah yang sering terjadi dalam sebuah perusahaan. Jika hal ini dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan menurunnya produktivitas perusahaan itu sendiri. Maka dari itu acara Family gathering ini perlu dilakukan agar dapat menurunkan suasana panas dalam perusahaan tersebut.

2.5 Pengertian Outbound

Outbound adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk pengembangan diri dan kelompok, melalui pembentukan keterbukaan, toleransi, kebersamaan, kepekaan terhadap rasa kebutuhan dan harapan kelompok / orang lain, dengan memanfaatkan alam sebagai media atau sarana belajar. Menurut Lamury (2003), hakikat Outbound adalah pada saat seseorang meninggalkan kenyamanan rumah tangga/tempat kerja yang dikenal, ke tempat asing dengan mcmpertaruhkan diri dalam berbagai resiko, maka ia telah melakukan Outbound.

Pada saat seseorang mengganti cara berpikir dan cara mengerjakan sesuatu untuk men-dapatkan sesuatu yang baru, yang dengan sendirinya juga bukan tanpa resiko, berarti ia juga telah ber -Outbound. Outbound bukan hanya berlangsung pada saat seseorang mengikuti


(20)

pendidikan dan pelatihan, kapan saja kita mempertaruhkan kenyamanan dan kemapanan yang kita miliki untuk mengejar sesuatu yang baru, dengan sendirinya mengandung resiko, maka berarti telah ber-Outbound.

2.5.1 Sejarah Perkembangan Permainan Outbound (Outbound Games)

Kebanyakan orang berfikir bahwa melakukan kegiatan wisata harus dengan perjalanan ke objek-objek wisata baik itu objek wisata alam, maupun objek wisata yang dibuat oleh manusia seperti museum, kebun binatang, dan lain-lain. Padahal berdasarkan salah satu tujuan berwisata itu adalah untuk mencari kesenangan tanpa harus berjalan-jalan, salah satunya ialah dengan melakukan kegiatan wisata alternative yang saat ini mulai berkembang yakni permainan Outbound.

Pada tahun 1941, di Inggris, kegiatan Outbound pertama kali di dunia ini dibangun oleh seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Jerman bernama Dr.Kurt Hahn. Kisanya, pada tahun 1933, Dr. Kurt Hahn melarikan diri ke Inggris karena berbeda pandangan politik dengan Hitler. Dengan bantuan Lawrence Holt, seorang pengusaha kapal niaga, ia mendirikan lembaga pendidikan Outbound tersebut. Hahn memakai nama Outward Bound saat mendirikan sekolahan yang terletak di Aberdovey, Wales, pada tahun 1941, yang bertujuan untuk melatih fisik dan terutama mental para pelaut muda, terutama guna menghadapi ganasnya pelayaran di lautan Atlantik pada saat berkecamuknya Perang Dunia II. Pelatihan ini memakai kegiatan mountaineering (mendaki gunung) dan petualangan laut sebagai medianya. Kurt


(21)

Hahn sendiri beranggapan bahwa kegiatan berpetualang, melainkan sebagai wahana berlatih anak-anak muda menuju kedewasaan.

Mengingatkan media, metode, dan pendekatan yang dipergunakan di Outward Bound, banyak ahli pendidikan yang mengklasifikasikan bentuk pelatihan ini sebagai adventure education atau experiental learning. Metode pelatihan ini kemudian berkembang dan mulai ditiru di banyak tempat, bahkan sampai akhirnya diperkenalkan di luar Inggris. Setidaknya, setelah era Perang Dunia II, lembaga serupa dibangun di berbagai daerah di Inggris, Eropa, afrika, Asia, dan Australia.

Di Indonesia, walau bukan berarti bahwa metode ini diketahui baru masuk pada tahun 1990 dengan nama Outward Bound Indonesia. Saat ini, banyak lembaga pendidikan seperti ini didirikan dengan berbagai level profesionalisme dan kelengkapan program serta peralatan.Saat ini permainan Outbound telah menjadi salah satu kegiatan wisata alternative, karna kegiatannya bisa dilakukan tanpa harus berjalan-jalan, tetapi saat ini banyak juga wisatawan yang menyisipkan permainan Outbound dalam perjalanan wisatanya. Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan pekerjanya sebagai peserta, para pelajar sekolah, dan juga acara kumpul keluarga (Family Gathering). Sedangkan perusahaan atau event organizer yang menyediakan jasa pelatihan Outbound sudah banyak berdiri di beberapa ibukota provinsi. Bagaimanapun, metode dalam Outbound juga dinilai sangat efektif untuk kepentingan yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia (Human Resources Develoment).


(22)

2.5.2 Tujuan dan Manfaat Permainan Outbound

1. Tujuan Permainan Outbound

Pengalaman dalam kegiatan Outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara bekerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil resiko. Setiap kelompok akan menghadapi tantangan dalam memikul tanggung jawab yang harus dilalui. Tujuan utama kegiatan pelaksanaan Outbound adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap profesionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan karakter, komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik.

Sikap dan prilaku profesionalisme seperti ini meliputi :

1. Terbentuknya suatu komitmen yang utuh dari setiap peserta melalui 4C, yaitu: a) Peningkatan kompetensi (competency)

b) Pembentukan konsepsi (conception) pemikiran yang komphrensif,

c) Terjadinya hubungan (connection) yang semakin erat diantara para bawahan dan atasan, serta

2. Munculnya keyakinan akan kepercayaan (confidance) diri akan kemampuan masing-masing peserta yang akan berpengaruh dalam membangun rasa memiliki


(23)

dan bukan sekedar menjadi karyawan. Perubahan ini akan terlihat dari bertumbuh kembangnya rasa tanggung-jawab dalam melakukan tugas di unit kerjanya

masing-masing.

3. Pola perilaku yang berkarakter dalam melakukan tugas-tugas kehidupan,

berdisiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas pengabdian, memiliki sikap, dan etos kerja yang tinggi.

4. Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (rist taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.

5. Team building yang solid yang didasarkan pada saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan, sikap mengutamakan tugas dan kepentingan pribadi, dan meyakini bahwa keberhasilan merupakan buah dari kerjasama dan kebersamaan.

6. Peningkatan kematangan Emotional Question (EQ) melalui program olah rasa yang menjadi posri perhatian Outbound bahkan perhatiannya kepada

pengembangan Spiritual Quotion (SQ) akan sangat membantu peserta dalam meningkatkan kematangn kemampuan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap penyelesaian tugas- tugas yang dihadapi.

2. Manfaat Permainan Outbound


(24)

1. Manfaat Psikologis, yaitu :

a. Menumbuhkan rasa percaya diri

b. Meningkatkan pemahaman tentang konsep diri c. Meningkatkan harga diri

d. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru e. Meningkatkan keberanian untuk menguji kemampuan diri f. Memberikan sensasi positif saat mencoba hal baru

2. Manfaat Sosiologis

a. Mengembangkan sikap peduli pada orang lain b. Mengembangkan kemampuan komunikasi c. Mengembangkan rasa memiliki

d. Mengembangkan kemampuan untuk member umpan balik positif e. Mengembangkan kemampuan untuk membangun persahabatan f. Mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri 3. Manfaat Edukasional

a. Mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan outdoor b. Meningkatkan pengetahuan tentang konservasi alam

c. Meningkatkan kesadaran pentingnya daya dukung lingkungan dalam kehidupan

d. Meningkatkan tanggung jawab dalam melestarikan lingkungan e. Mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah f. Mengembangkan penguasaan akademis


(25)

g. Meningkatan kesadaran dan klarifikasi nilai kehidupan

4. Manfaat Phisikal

a. Meningkatkan kesegaran jasmani

b. Mengembangkan keterampilan organ tubuh c. Mengembangkan kekuatan tubuh

d. Melatih kemampuan koordinasi gerak tubuh e. Memberikan porsi latihan tambahan

f. Mengembangkan keseimbangan tubuh 5. Manfaat Spiritual

a. Meningktakan keinganan selalu berbuat sebaik mungkin pada diri sendiri maupun orang lain

b. Meningkatkan sikap berani, tangguh dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang ada

c. Selalu mempunyai kesadaran bahwa apapun kesuksesan yang didapat selalu karena atas keterlibatan dan kemurahan Tuhan

2.5.3 Metode Permainan Outbound

Metode yang dipergunakan dalam pelatihan Outbound adalah metode belajar dari pengalaman (Experiential Learning Cycle) dan belajar sambil bekerja (Learning by doing). Konsep Outbound dikondisikan dalam suatu tantangan yang


(26)

menarik dengan kegiatan alam terbuka sebagai media belajar. Tantangan fisik dan mental didesain secara khusus untuk memberikan pengalaman belajar tanpa melampaui kapasitas fisik seseorang.

Melalui kegiatan refleksi peserta dapat memetik makna dari proses pembelajaran, mengarah pada pelaksanaan fungsi manajemen dan manfaat permainan bagi pengembangan kerjasama tim dan pengembangan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Menurut Ancok (2002) ada berbagai alasan mengapa metode Outbound dipakai sebagai suatu metode belajar, antara lain sebagai berikut :

1. Metode Outbound adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana.

Manusia pada dasarnya dapat memahami kehidupan ini dari alam semesta. Alam semesta adalah sumber kearifan, dan tempat belajar bagi semua orang. Manusia dapat membaca makna kehidupan yang ada di alam semesta ini sebagai media belajar. Bagaimana burung terbang bersama, bagaimana lebah dan semut berbagi tugas, telah memberikan banyak inspirasi bagi pakar manajemen. Banyak teori manajemen yang berkembang dari pengamatan terhadap perilaku binatang di alam semesta. Salah satu contohnya adalah, bagaimana Outbound juga mengembangkan kinerja semut sebagai media belajar dari alam yaitu : peduli, kerjasama, positif dan antusias, komunikatif, inisiatif,


(27)

disiplin dan bertanggung jawab, rendah hati, komitmen, kreatif dan inovatif, juga produktif.

Disamping itu pemahaman tentang alam dengan segala makna yang terkandung di dalamnya sangat membantu manusia dalam merumuskan perilaku-perilaku positif yang bisa ditirunya. Simulasi penyederhaan akan memudahkan seseorang untuk mengambil makna dari kegiatan yang dilakukannya.

2. Metode ini menggunakan pendekatan belajar orang dewasa (andragogi) melalui belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning cycle).

Metode Outbound menggunakan cara yang memberikan sebuah pengalaman langsung kepada peserta pelatihan. Suatu kehidupan organisasi disimulasikan melalui sebuah permainan yang secara langsung dirasakan oleh setiap peserta latihan. Peserta langsung merasakan sukses dan gagal di dalam pelaksanaan sebuah tugas. Kalau terjadi kesuksesan peserta segera tahu perilaku apa yang membuat mereka tim kerja yang sukses. Sebaliknya apabila tim kerja gagal dalam melaksanakan tugas, maka segera semua peserta mengetahui secara langsung perilaku mana yang menyebabkan kegagalan. Metode ini akan sangat memudahkan pemahaman terhadap sesuatu perilaku manajemen dalam suatu pemecahan masalah organisasi.

Seseorang dapat belajar dari pengalaman nyata yang pernah dihadapi. Proses ini berjalan sejak seseorang mulai berpikir, kemudian bertindak. Sejak dari keadaan yang abstrak sampai pada suatu keadaan yang


(28)

nyata, atau sebaliknya. Siklus tersebut akan memberikan pengayaan bagi seseorang sehingga seseorang dapat menarik pelajaran dari apa yang sudah dikerjakan.

3. Metode ini penuh dengan kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Kegiatan Outbound banyak sekali menggunakan aktivitas yang mirip dengan permainan. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa permainan pada dasarnya disukai oleh semua orang. Menurut Eric Berne (dalam Ancok, 2002) dikatakan bahwa dalam diri setiap orang dewasa ada komponen kehidupan sebagai orang tua, sebagai orang dewasa dan sebagai anak. Komponen diri sebagai orang tua diwujudkan dalam perilaku menasehati orang lain. Komponen pribadi sebagai orang dewasa ditunjukkan di saat seseorang berdialog den gan akal sehat dengan orang lain. Sedangkan komponen pribadi sebagai anak -anak terlihat dari perilaku minta perhatian, kasih sayang, dan perilaku bermain seperti anak-anak.

Aktivitas pelatihan yang berupa permainan berkecenderungan untuk disukai oleh banyak orang. Penyelenggaraan Outbound dapat merangsang emosi dan kegembiraan pada diri peserta pelatihan. Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan.


(1)

dan bukan sekedar menjadi karyawan. Perubahan ini akan terlihat dari bertumbuh kembangnya rasa tanggung-jawab dalam melakukan tugas di unit kerjanya

masing-masing.

3. Pola perilaku yang berkarakter dalam melakukan tugas-tugas kehidupan,

berdisiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas pengabdian, memiliki sikap, dan etos kerja yang tinggi.

4. Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (rist taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.

5. Team building yang solid yang didasarkan pada saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan, sikap mengutamakan tugas dan kepentingan pribadi, dan meyakini bahwa keberhasilan merupakan buah dari kerjasama dan kebersamaan.

6. Peningkatan kematangan Emotional Question (EQ) melalui program olah rasa yang menjadi posri perhatian Outbound bahkan perhatiannya kepada

pengembangan Spiritual Quotion (SQ) akan sangat membantu peserta dalam meningkatkan kematangn kemampuan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap penyelesaian tugas- tugas yang dihadapi.

2. Manfaat Permainan Outbound


(2)

1. Manfaat Psikologis, yaitu :

a. Menumbuhkan rasa percaya diri

b. Meningkatkan pemahaman tentang konsep diri c. Meningkatkan harga diri

d. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru e. Meningkatkan keberanian untuk menguji kemampuan diri f. Memberikan sensasi positif saat mencoba hal baru

2. Manfaat Sosiologis

a. Mengembangkan sikap peduli pada orang lain b. Mengembangkan kemampuan komunikasi c. Mengembangkan rasa memiliki

d. Mengembangkan kemampuan untuk member umpan balik positif e. Mengembangkan kemampuan untuk membangun persahabatan f. Mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri 3. Manfaat Edukasional

a. Mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan outdoor b. Meningkatkan pengetahuan tentang konservasi alam

c. Meningkatkan kesadaran pentingnya daya dukung lingkungan dalam kehidupan

d. Meningkatkan tanggung jawab dalam melestarikan lingkungan e. Mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah f. Mengembangkan penguasaan akademis


(3)

g. Meningkatan kesadaran dan klarifikasi nilai kehidupan

4. Manfaat Phisikal

a. Meningkatkan kesegaran jasmani

b. Mengembangkan keterampilan organ tubuh c. Mengembangkan kekuatan tubuh

d. Melatih kemampuan koordinasi gerak tubuh e. Memberikan porsi latihan tambahan

f. Mengembangkan keseimbangan tubuh 5. Manfaat Spiritual

a. Meningktakan keinganan selalu berbuat sebaik mungkin pada diri sendiri maupun orang lain

b. Meningkatkan sikap berani, tangguh dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang ada

c. Selalu mempunyai kesadaran bahwa apapun kesuksesan yang didapat selalu karena atas keterlibatan dan kemurahan Tuhan

2.5.3 Metode Permainan Outbound

Metode yang dipergunakan dalam pelatihan Outbound adalah metode belajar dari pengalaman (Experiential Learning Cycle) dan belajar sambil bekerja (Learning by doing). Konsep Outbound dikondisikan dalam suatu tantangan yang


(4)

menarik dengan kegiatan alam terbuka sebagai media belajar. Tantangan fisik dan mental didesain secara khusus untuk memberikan pengalaman belajar tanpa melampaui kapasitas fisik seseorang.

Melalui kegiatan refleksi peserta dapat memetik makna dari proses pembelajaran, mengarah pada pelaksanaan fungsi manajemen dan manfaat permainan bagi pengembangan kerjasama tim dan pengembangan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Menurut Ancok (2002) ada berbagai alasan mengapa metode Outbound dipakai sebagai suatu metode belajar, antara lain sebagai berikut :

1. Metode Outbound adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana.

Manusia pada dasarnya dapat memahami kehidupan ini dari alam semesta. Alam semesta adalah sumber kearifan, dan tempat belajar bagi semua orang. Manusia dapat membaca makna kehidupan yang ada di alam semesta ini sebagai media belajar. Bagaimana burung terbang bersama, bagaimana lebah dan semut berbagi tugas, telah memberikan banyak inspirasi bagi pakar manajemen. Banyak teori manajemen yang berkembang dari pengamatan terhadap perilaku binatang di alam semesta. Salah satu contohnya adalah, bagaimana Outbound juga mengembangkan kinerja semut sebagai media belajar dari alam yaitu : peduli, kerjasama, positif dan antusias, komunikatif, inisiatif,


(5)

disiplin dan bertanggung jawab, rendah hati, komitmen, kreatif dan inovatif, juga produktif.

Disamping itu pemahaman tentang alam dengan segala makna yang terkandung di dalamnya sangat membantu manusia dalam merumuskan perilaku-perilaku positif yang bisa ditirunya. Simulasi penyederhaan akan memudahkan seseorang untuk mengambil makna dari kegiatan yang dilakukannya.

2. Metode ini menggunakan pendekatan belajar orang dewasa (andragogi) melalui belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning cycle).

Metode Outbound menggunakan cara yang memberikan sebuah pengalaman langsung kepada peserta pelatihan. Suatu kehidupan organisasi disimulasikan melalui sebuah permainan yang secara langsung dirasakan oleh setiap peserta latihan. Peserta langsung merasakan sukses dan gagal di dalam pelaksanaan sebuah tugas. Kalau terjadi kesuksesan peserta segera tahu perilaku apa yang membuat mereka tim kerja yang sukses. Sebaliknya apabila tim kerja gagal dalam melaksanakan tugas, maka segera semua peserta mengetahui secara langsung perilaku mana yang menyebabkan kegagalan. Metode ini akan sangat memudahkan pemahaman terhadap sesuatu perilaku manajemen dalam suatu pemecahan masalah organisasi.

Seseorang dapat belajar dari pengalaman nyata yang pernah dihadapi. Proses ini berjalan sejak seseorang mulai berpikir, kemudian bertindak. Sejak dari keadaan yang abstrak sampai pada suatu keadaan yang


(6)

nyata, atau sebaliknya. Siklus tersebut akan memberikan pengayaan bagi seseorang sehingga seseorang dapat menarik pelajaran dari apa yang sudah dikerjakan.

3. Metode ini penuh dengan kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Kegiatan Outbound banyak sekali menggunakan aktivitas yang mirip dengan permainan. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa permainan pada dasarnya disukai oleh semua orang. Menurut Eric Berne (dalam Ancok, 2002) dikatakan bahwa dalam diri setiap orang dewasa ada komponen kehidupan sebagai orang tua, sebagai orang dewasa dan sebagai anak. Komponen diri sebagai orang tua diwujudkan dalam perilaku menasehati orang lain. Komponen pribadi sebagai orang dewasa ditunjukkan di saat seseorang berdialog den gan akal sehat dengan orang lain. Sedangkan komponen pribadi sebagai anak -anak terlihat dari perilaku minta perhatian, kasih sayang, dan perilaku bermain seperti anak-anak.

Aktivitas pelatihan yang berupa permainan berkecenderungan untuk disukai oleh banyak orang. Penyelenggaraan Outbound dapat merangsang emosi dan kegembiraan pada diri peserta pelatihan. Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan.