Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Proses dalam pembelian baju bekas impor, dapat diprediksi dengan mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Banyak para ahli mendefinisikan tentang perilaku konsumen seperti yang dikemukakan sebagai berikut.

Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1997),

Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa.

Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa :

a. Perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu, kelompok konsumen dan lingkungan sosial akan selalu berubah.

b. Perilaku konsumen dipengaruhi pikiran antar manusia, perasaan, dan tingkah laku beserta lingkungannya.


(2)

Engel (1994), menyatakan bahwa:

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melewati lima tahapan yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :

a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.

b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.

c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku. Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002:6) adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.

Swastha dan Handoko (2000:10) mengatakan perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Menurut Phillip Kotler (2001:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:


(3)

Table 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Pembeli -Kebudayaan -Subbudaya -Kelassocial -Kelompok acuan -Keluarga Peran dan status

-Umur dan tahap siklus hidup

-Pekerjaan dan Situasi ekonomi (pendapatan)

-Gaya hidup

-Kepribadian dan konsep diri

-Motivasi

-Presepsi

-Pengetahuan

-Keyakinan dan sikap

Sumber: Kotler dan Amstrong (2001)

Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Produsen dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah


(4)

laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya sering tersembunyi jauh dalam benak konsumen.

2.1.2. Alasan Berbusana

Beberapa hal mengapa orang memilih busana antara lain adalah:

2.1.2.1 Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup

Usia dan tahap siklus hidup, daur hidup seseorang berubah seiring dengan selera konsumen, sehingga dalam memilih busana selalu memperhatikan usia karena mode untuk anak-anak berbeda dengan mode untuk remaja. Konsumsi seseorang pada saat muda dan bujangan akan berbeda dengan konsumsi seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.

2.1.2.2 Pekerjaan dan Situasi Ekonomi (Pendapatan)

Jenis pekerjaan yang berbeda berpengaruh jauh pada perbedaan kebutuhan seseorang. Misalnya kebutuhan busana seorang kuli bangunan berbeda dengan kebutuhan seorang karyawan. Pekerja kasar tidak membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda dengan para karyawan kantor yang memerlukan banyak kebutuhan seperti kemeja, jas, dasi, celana, sabuk dan sepatu. Serta barang – barang pendukung lainnya untuk melakukan pekerjaanya. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Penghasilan yang dapat


(5)

dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Dalam hal ini harga poduk sangat berpengaruh dalam menciptakan keputusan pembelian.

Pengertian Harga

Menurut William J. Stanton (1994) dalam Dinawan (2010:33), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli

Tjiptono (2005) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi ketertarikan beli, yaitu :

1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif.

2.1.2.3 Gaya Hidup

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002: 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001: 174)


(6)

adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Namun seperti yang dikatakan Lury (1998:9) bahwa sekalipun kemiskinan menghalangi kemungkinan untuk berpartisipasi dalam konsumsi, namun hal itu tidak bisa mencegah—dalam arti sesungguhnya mungkin menghasut—partisipasi dalam budaya konsumen. Konsumsi gaya hidup bukan monopoli kaum berduit saja, sebab kaum miskin sekalipun ikut berlomba-lomba mencicipi ‘kenikmatan’ bergaya, yaitu sebuah euforia merayakan mode dan tren. Inilah yang dikatakan Lury sebagai proses reproduksi sosial.

Lury (1998:102) Perjuangan kelas bawah tersebut dimungkinkan terjadi karena bergaya bagi manusia modern tidak hanya untuk menyembunyikan pribadi (concealment), melainkan juga merupakan aksi untuk pelampiasan (unburdening). Adapun bentuk-bentuk lifestyling tersebut menurut Lury (1998: 305) dapat terjadi dalam tiga macam bentuk: 1) penyamaran (masquerade); 2) peniruan (imitation); dan penggabungan(incorporsation).

Atas dasar itulah urusan gaya hidup bukan hanya milik golongan the have saja, sebab orang miskin sekalipun masih bisa mencomot dan memakai model gaya hidup tertentu


(7)

meskipun dengan meniru-niru atau berpura-pura. Seperti halnya orang berduit juga bisa berlagak miskin karena pilihan gaya.

2.1.2.4 Kepribadian dan Konsep Diri

Menurut Kotler (2006:140) Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif.

Dalam Kotler (2003:212) Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia (human psychological traits) yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisai, pertahanan diri, dan kemampuan beradaptasi.

Menurut Kotler dan Keler (2007:223) Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasan adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mendefinisikan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Seivina Ardiyani (2012) dengan judul “Disonansi Kognitif Dalam Pemakaian Baju Sisa Impor ‘Awul-Awul’ “ penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang membentuk disonansi kognitif oleh pemakai baju sisa


(8)

impor di masyarakat dengan menggunaka metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. Dengan melakukan wawancara penelitian ini memiliki hasil yaitu terjadinya pemikiranyang inkonsisten pada mulanya disonansi (ketidaksukaan) namun berubah secara bertahap menjadi suka karena rangsangan dari umum atau orang dekat. Penelitian ini merupakan penelitian untuk ilmu komunikasi, namun hasil dari penelitian ini dapat diterapkan kedalam ilmu bisnis karea dapat merangsang ketertarikan seseorang untuk menggunakan suatu produk.

Penelitian tentang keputusan membeli pakaian juga dilakukan oleh Enny Zuhni Khayati dan Kapti Asiatun (2008) dengan judul “Ketertarikan Konsumen Terhadap Produk Busana Dari Bahan Sutera ATBM dengan Stilasi Motif Batik Modern dan Manipulating Fabric di Daerah Istimewa Yogyakarta” untuk mengungkap dan menganalisis tingkat ketertarikan (kesukaan) konsumen terhadap busana dari bahan sutera ATBM dengan stilasi motif batik modern dan manipulating fabricdilihat dari segi: jenis bahan, motif, desain, warna, hiasan, kualitas jahitan, dan total look. Dengan sampel remaja dan dengan metode penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa remaja lebih menyukai model baju batik yang mempunyai kesan casual tetapi sangat girly dan dapat digunakan untuk berbagai gaya penampilan, sehingga sangat menghemat dana belanja busana.

Ari Luhur Sasangka (2010) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Minuman Energi (Studi Kasus Pada Extra Joss Di PT. Bintang Toedjoe Cabang Semarang)” tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perilaku konsumen yang terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan untuk membeli extra joss. Dan faktor mana yang paling dominan terhadap keputusan masyarakat untuk membeli produk minuman energi. Data Diperoleh dengan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Pengujuan validitas data menggunakan


(9)

perhitungan korelasi product moment . ujia reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa dari keempat faktor (kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis) yang paling banyak mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli minuman energi adalah faktor kebudayaan.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan telaah pustaka di atas dapat dibuat kerangka pemikiran dalam penilitian ini sebagai berikut :

Variabel yang mempengaruhi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Atau Konsep

Keterangan :

1. Y : Keputusan Pembelian baju bekas impor

2. X1 : Variabel Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup

3. X2 : Variabel Faktor pekerjaan dan situasi ekonomi (pendapatan) 4. X3 : Variabel Gaya Hidup

5. X4 : Variabel kepribadian dan konsep diri X1

X2

X3

X4


(10)

Berdasarkan model, penulis bisa mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hl: Diduga ada pengaruh positif antara variabel Faktor umur dan tahap siklus hidup dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor

H2: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor pekerjaan dan situasi ekonomi (pendapatan) dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor

H3: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor gaya hidup dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor.

H4: Diduga ada pengaruh positif antara variabel kepribadian dan konsep diri dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor


(1)

dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Dalam hal ini harga poduk sangat berpengaruh dalam menciptakan keputusan pembelian.

Pengertian Harga

Menurut William J. Stanton (1994) dalam Dinawan (2010:33), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli

Tjiptono (2005) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi ketertarikan beli, yaitu :

1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif.

2.1.2.3 Gaya Hidup

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002: 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001: 174)


(2)

adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Namun seperti yang dikatakan Lury (1998:9) bahwa sekalipun kemiskinan menghalangi kemungkinan untuk berpartisipasi dalam konsumsi, namun hal itu tidak bisa mencegah—dalam arti sesungguhnya mungkin menghasut—partisipasi dalam budaya konsumen. Konsumsi gaya hidup bukan monopoli kaum berduit saja, sebab kaum miskin sekalipun ikut berlomba-lomba mencicipi ‘kenikmatan’ bergaya, yaitu sebuah euforia merayakan mode dan tren. Inilah yang dikatakan Lury sebagai proses reproduksi sosial.

Lury (1998:102) Perjuangan kelas bawah tersebut dimungkinkan terjadi karena bergaya bagi manusia modern tidak hanya untuk menyembunyikan pribadi (concealment), melainkan juga merupakan aksi untuk pelampiasan (unburdening). Adapun bentuk-bentuk lifestyling tersebut menurut Lury (1998: 305) dapat terjadi dalam tiga macam bentuk: 1) penyamaran (masquerade); 2) peniruan (imitation); dan penggabungan(incorporsation).

Atas dasar itulah urusan gaya hidup bukan hanya milik golongan the have saja, sebab orang miskin sekalipun masih bisa mencomot dan memakai model gaya hidup tertentu


(3)

meskipun dengan meniru-niru atau berpura-pura. Seperti halnya orang berduit juga bisa berlagak miskin karena pilihan gaya.

2.1.2.4 Kepribadian dan Konsep Diri

Menurut Kotler (2006:140) Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif.

Dalam Kotler (2003:212) Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia (human psychological traits) yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisai, pertahanan diri, dan kemampuan beradaptasi.

Menurut Kotler dan Keler (2007:223) Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasan adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mendefinisikan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Seivina Ardiyani (2012) dengan judul “Disonansi Kognitif Dalam Pemakaian Baju Sisa Impor ‘Awul-Awul’ “ penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang membentuk disonansi kognitif oleh pemakai baju sisa


(4)

impor di masyarakat dengan menggunaka metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. Dengan melakukan wawancara penelitian ini memiliki hasil yaitu terjadinya pemikiranyang inkonsisten pada mulanya disonansi (ketidaksukaan) namun berubah secara bertahap menjadi suka karena rangsangan dari umum atau orang dekat. Penelitian ini merupakan penelitian untuk ilmu komunikasi, namun hasil dari penelitian ini dapat diterapkan kedalam ilmu bisnis karea dapat merangsang ketertarikan seseorang untuk menggunakan suatu produk.

Penelitian tentang keputusan membeli pakaian juga dilakukan oleh Enny Zuhni Khayati dan Kapti Asiatun (2008) dengan judul “Ketertarikan Konsumen Terhadap Produk Busana Dari Bahan Sutera ATBM dengan Stilasi Motif Batik Modern dan Manipulating Fabric di Daerah Istimewa Yogyakarta” untuk mengungkap dan menganalisis tingkat ketertarikan (kesukaan) konsumen terhadap busana dari bahan sutera ATBM dengan stilasi motif batik modern dan manipulating fabricdilihat dari segi: jenis bahan, motif, desain, warna, hiasan, kualitas jahitan, dan total look. Dengan sampel remaja dan dengan metode penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa remaja lebih menyukai model baju batik yang mempunyai kesan casual tetapi sangat girly dan dapat digunakan untuk berbagai gaya penampilan, sehingga sangat menghemat dana belanja busana.

Ari Luhur Sasangka (2010) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Minuman Energi (Studi Kasus Pada Extra Joss Di PT. Bintang Toedjoe Cabang Semarang)” tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perilaku konsumen yang terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan untuk membeli extra joss. Dan faktor mana yang paling dominan terhadap keputusan masyarakat untuk membeli produk minuman energi. Data Diperoleh dengan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Pengujuan validitas data menggunakan


(5)

perhitungan korelasi product moment . ujia reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa dari keempat faktor (kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis) yang paling banyak mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli minuman energi adalah faktor kebudayaan.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan telaah pustaka di atas dapat dibuat kerangka pemikiran dalam penilitian ini sebagai berikut :

Variabel yang mempengaruhi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Atau Konsep

Keterangan :

1. Y : Keputusan Pembelian baju bekas impor

2. X1 : Variabel Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup

3. X2 : Variabel Faktor pekerjaan dan situasi ekonomi (pendapatan) 4. X3 : Variabel Gaya Hidup

5. X4 : Variabel kepribadian dan konsep diri X1

X2

X3

X4


(6)

Berdasarkan model, penulis bisa mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hl: Diduga ada pengaruh positif antara variabel Faktor umur dan tahap siklus hidup dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor

H2: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor pekerjaan dan situasi ekonomi (pendapatan) dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor

H3: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor gaya hidup dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor.

H4: Diduga ada pengaruh positif antara variabel kepribadian dan konsep diri dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

17 137 99

Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk (Studi Pada Toko Abdi, Medan )

1 59 156

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SIMPATI DI KARANGANYAR.

0 1 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SIMPATI DI SUKOHARJO.

0 1 12

Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk (Studi Pada Toko Abdi, Medan )

0 0 42

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

0 1 12

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

0 0 5

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor (Studi kasus Pada Toko Baju New Look)

0 0 21