Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum,1 memiliki tujuan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Negara memiliki peran dan kewajiban yang besar demi terciptanya keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan suatu badan usaha yang dapat mengelola kekayaan alam yang ada di Indonesia. Dengan alasan diatas, maka negara mendirikan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) yang didasari pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945).

Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan didirikannya BUMN adalah untuk turut serta membangun perekonomian bangsa dan menciptakan kemakmuran bagi rakyat seperti yang tertuang didalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1


(2)

Dari kutipan Pasal 33 UUD 1945 tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa negara dibenarkan dan memang berwenang untuk memonopoli setiap sektor produksi yang berkaitan atau berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Dan tentunya melalui BUMN-lah sektor-sektor tersebut dikuasai dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal inilah yang merupakan maksud dan tujuan dari didirikannya BUMN.

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN. Tujuan yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN.2

Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu komponen pengambil keputusan penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Keputusan yang diambil BUMN dapat mempengaruhi perilaku komponen pengambil keputusan yang lainnya, baik sektor rumah tangga, sektor swasta maupun sektor luar negeri. Selanjutnya, kegiatan usaha BUMN menyangkut hampir seluruh sektor ekonomi, seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, keuangan, dan

2

A. Habibullah, Kebijakan Privatisasi BUMN: Relasi State, Market dan Civil Society


(3)

lain dan beberapa diantaranya bergerak dalam industri hulu.3 Tentunya sebagai industri yang berada di hulu, kebijakan dan kinerja BUMN akan mempengaruhi setiap industri dibawahnya.

Sebelumnya, agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta yang telah melakukan usahanya di Indonesia, banyak BUMN yang mendapatkan tambahan modal oleh negara karena hal itu dibenarkan oleh undang-undang. Tentu tujuannya adalah mendapatkan suntikan dana guna meningkatkan hasil produksi oleh perusahaan BUMN. Namun pada kenyataannya, tetap saja masih ada BUMN yang merugi dan semakin membebani keuangan negara.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi BUMN dapat dilakukan dengan cara restrukturisasi dan privatisasi perusahaan. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi, dimaksudkan bagi perusahaan yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum. Sedangkan bagi BUMN yang tujuannya memupuk keuntungan dan bergerak dalam sektor yang kompetitif didorong untuk melakukan privatisasi.4

Salah satu model pembenahan BUMN yang coba diterapkan di Indonesia adalah melalui privatisasi BUMN. Oleh karena itu, sangat penting kiranya untuk mengetahui maksud dan tujuan dari privatisasi BUMN yang dilakukan oleh

3 Happy Pardede, “Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Dalam

Mengaudit Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Ditijau Dari UU No. 19 tahun 2003 Tentang BUMN dan UU No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008), hlm. 2.

4 Wahyuni Sari, “Analisa Hukum Kebijakan Privatisasi BUMN Melalui Penjualan Saham Di Pasar Modal Indonesia (Tinjauan Yuridis Kasus PT. Garuda Indonesia Tbk),” (Tesis Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2012), hlm. 4.


(4)

Pemerintah. Dengan maksud dan tujuan privatisasi BUMN yang jelas, akan dapat diketahui arah atau sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam hal privatisasi BUMN. Selain itu, dengan tujuan yang jelas dari privatisasi BUMN akan menetukan pula metode seperti apa yang akan digunakan dalam privatisasi BUMN.5

Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN dilakukan karena perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan (business environments). Selain itu kebijakan privatisasi BUMN juga didorong oleh faktor ekonomi (seperti keterkaitan BUMN dengan APBN dan pajak), faktor keuangan (strategi keuangan yang harus diambil dalam kebijakan privatisasi sesuai dengan tujuan privatisasi tersebut), faktor property right, hukum bisnis dan aspek politik yang seringkali menjadi penentu utama terhadap kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara.6

Di Indonesia ditemukan bahwa hampir seluruh perusahaan yang dikelola negara atau BUMN tidak menunjukkan kinerja finansial yang baik. Pengembangan pasar tidak mampu menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi. Laporan Bank Dunia tentang public sectordi Indonesia tahun 1999 menunjukkan fenomena tersebut, yaitu:7

1. Kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk pelayanan social.

2. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat.

5

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara: Dalam Privatisasi BUMN (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 127.

6

A. Habibullah, Op.Cit., hlm. 7. 7Ibid


(5)

3. Kebanyakan BUMN tidak efisien dibandingkan perusahaan swasta. 4. Diharapkan dengan perbaikan manajemen BUMN menghasilkan efisiensi.

Privatisasi BUMN tentunya dapat menjadi jalan yang baik guna menghindari biaya tinggi melalui pelepasan perusahaan negara yang menguras anggaran. Serta dapat meningkatkan daya saing perusahaan BUMN terhadap perusahaan swasta, mengefisiensikan perusahaan dan yang terpenting adalah menghindarkan kegiatan perusahaan BUMN dari unsur politik.

Riset yang dilakukan berdasarkan data-data empiris menggambarkan bahwa perusahaan swasta seringkali beroperasi lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan negara. Pengalaman dibanyak negara membuktikan pula bahwa kepemilikan swasta merupakan pilihan terbaik. Di sektor perbankan, terutama milik pemerintah, menunjukan kaitan yang erat antara lambannya perkembangan sektor keuangan dan rendahnya pertumbuhan dalam produktivitas.8

Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan privatisasi di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan di negara-negara industri menunjukan bahwa privatisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dalam negeri (domestic welfare). Sebelas dari duabelas kasus yang dianalisis oleh Bank Dunia (World Bank) di Chili, Malaysia, Mexico, dan Inggris menunjukan pula bahwa perusahaan yang diprivatisasi mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan kemampuannya lebih baik dalam membiayai perusahaannya dibandingkan sebelum privatisasi.9

Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan swasta lebih mendorong terjadinya efisiensi. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah

8

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hlm. 205.

9Ibid


(6)

kebijakan agar terjadi proses privatisasi yang kondusif. Secara konseptual privatisasi dapat terjadi atas kemauan politik (paksaan) maupun secara sukarela. Untuk mendorong terjadinya privatisasi secara sukarela, dibutuhkan adanya serangkaian regulasi.10

Paradigma BUMN di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di masa krisis perekonomian, BUMN diarahkan untuk diprivatisasi, atau sahamnya dijual kepada swasta, baik dengan strategi IPO (initial public offering) melalui bursa saham maupun strategi private placement kepada investor strategis agar hasilnya dapat membantu pemerintah mengurangi beban defisit anggaran.11 Namun sepatutnya, privatisasi tidak hanya dilakukan dengan tujuan mengurangi beban defisit anggaran tetapi juga seharusnya privatisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap masyarakat. Tentu efek yang timbul dari privatisasi adalah hilangnya sebahagian kewenangan negara didalam BUMN dan kewenangan tersebut beralih kepada pemegang saham mayoritas, namun negara tetap menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral tempat persero yang diprivatisasi melaksanakan kegiatan usahanya. Jangan sampai dengan beralihnya kewenangan kepada pihak swasta, fungsi dan tujuan perusahaan BUMN tersebut berubah sehingga tidak lagi menjalankan pelayanan publik atau menimbulkan efek penguasaan suatu sektor yang dikuasai oleh perusahaan tersebut.

Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Privatisasi

10

Ibid. hlm. 206. 11


(7)

dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan gejolak. Munculnya penolakan atau demo dari para sta keholder, dengan demikian terdapat beberapa hal yang belum dipersiapkan dengan matang.12

Khusus mengenai privatisasi, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU BUMN) menegaskan bahwa privatisasi hanya dapat dilakukan terhadap BUMN yang berbentuk persero sepanjang dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor kegiatan yang dilakukan persero tersebut. BUMN persero dapat diprivatisasi karena selain dimungkinkan oleh ketentuan di bidang pasar modal, juga karena pada umumnya hanya BUMN persero yang telah bergerak dalam sektor-sektor yang kompetitif, privatisasi senantiasa memperhatikan maanfaat bagi rakyat.13

Privatisasi tehadap BUMN menyebabkan negara tidak lagi sebagai pemilik dari BUMN, akan tetapi sebagai pemegang saham saja. Negara yang diwakilkan oleh menteri tidak dapat lagi melakukan hal-hal yang sebelumnya merupakan kewenangan mutlak yang dimiliki oleh negara dan diatur didalam beberapa pasal dalam UU BUMN, antara lain:14

12

Wahyuni Sari, Op.Cit. hlm. 25. 13

Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 147-148.

14


(8)

1. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. 2. Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan

atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.

3. Pihak yang menerima kuasa sebagaimana yang diatur dalam ayat (2), wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan menteri untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai :

a. perubahan jumlah modal; b. perubahan anggaran dasar; c. rencana penggunaan laba;

d. penggabungan,peleburan,pengambilalihan,pemisahan,sertapembubaran persero;

e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama persero;

g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. pengalihan aktiva.

Dengan berkedudukan sebagai pemegang saham berarti negara tidak lagi diperkenankan untuk bertindak seenaknya mencampuri urusan manajemen perusahaan, akan tetapi harus berdasarkan dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS). Pertanggungjawaban penggunaan kekayaan negara itu harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham dan tergantung pada seberapa modal yang telah disetorkan oleh negara kedalam perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT) yang bersangkutan. Penyelenggaraan perusahaan semakin transparan melalui pertangungjawaban direksi dalam laporan tahunan kepada para pemegang saham dengan mekanisme RUPS. Pendek kata, negara c.q pemerintah menjadi terbatas kekuasaan dan kewenangannya pada BUMN serta tidak lebih sebagai peserta biasa.15

Terkait pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris, hal tersebut ditetapkan oleh menteri yang bertindak selaku RUPS. Hal ini merupakan

15


(9)

kewenangan negara yang dijalankan oleh menteri selaku RUPS mewakili kewenangan negara didalam BUMN. Tentunya segala bentuk kewenangan negara didalam BUMN dijalankan oleh pemerintah sebagai badan eksekutif. Bentuk tindakan pemerintah sebagai penguasa dalam negara hukum harus dapat dipertangungjawabkan secara hukum. Dengan kata lain terkait privatisasi, pemerintah sebagai penguasa harus bertangung jawab terhadap segala pengelolaan aset negara.16

Pelaksanaan privatisasi yang terjadi sampai saat ini masih terkesan ruwet, berlarut-larut dan tidak transparan. Proses privatisasi dari setiap BUMN dilakukan dengan prosedur dan perlakuan yang berbeda. Pelaksaan privatisasi juga terkesan berlarut-larut. Keputusan yang sudah diambil oleh pemerintah tidak bisa dengan segera dilaksanakan, karena berbagai alasan. Keputusan untuk menetukan pemenang tender privatisasi juga tidak ada aturan atau formula yang jelas, sehingga terkesan pemerintah kurang transparan dalam proses privatisasi.17

Pertanggungjawaban hukum dalam privatisasi tidak cukup bahwa privatisasi harus berlandaskan pada aturan hukum yang jelas tentang prosedur privatisasinya saja, tetapi harus pula meliputi pengaturan yang jelas terhadap hasil privatisasinya, dan pengaturan yang tegas mengenai alasan-alasan dilakukannya privatisasi. Alasan-alasan dilakukan privatisasi harus dapat diukur sama atau lebih kuat dari alasan negara atau pemerintah membuat atau mempertahankan sebuah BUMN. Sebagai parameter sederhana privatisasi secara ekonomis harus lebih

16 Wuri Adriyani, “Telaah Hukum Pada Privatisasi BUMN”, Jurnal Arena Hukum , No.1 (Januari, 2008), hlm. 1.

17


(10)

menguntungkan dan tidak menyengsarakan kehidupan ekonomis rakyat terkait kewajiban-kewajiban public utilities pemerintah.18

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat suatu permasalahan dengan judul“Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara.”

B.Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian ilmiah ini lebih menitik beratkan pada proses privatisasi BUMN dan kewenangan negara setelah adanya privatisasi tersebut. Penelitian ini memerlukan suatu rumusan masalah yang spesifik dan dapat dijadikan acuan atau fokus permasalahan yang kemudian akan dikaji secara mendalam menurut metode penelitian yang ada.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia? 2. Bagaimana pengaturan privatisasi BUMN?

3. Bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ilmiah ini adalah memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

18


(11)

Sumatera Utara. Dan juga fungsi dari suatu penelitian adalah sebagai alat untuk mengetahui sesuatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu lainnya. Setiap penelitian ilmiah perlu ditegaskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, agar penelitian dapat berjalan secara benar dan mencapai tujuan yang dirumuskan. Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan adanya permasalahan-permasalan yang telah dikemukakan diatas. Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dirumuskantujuan dari penelititan ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaturan, sejarah, maksud dan tujuan serta tata cara privatisasi BUMN.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa peran dan wewenang negara, kendala hukum yang timbul dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum yang timbul dari adanya privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara. 2. Manfaat penelitian

Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang privatisasi BUMN dan kewenangan negara setelah adanya privatisasi.


(12)

b. Manfaat praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi mahasiswa lain serta kepada masyarakat tentang akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara, dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

D. Keaslian Penulisan

Guna menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan gelar sarjana hukum, maka penulis membuat penelitian ilmiah dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap

Kewenangan Negara”.

Demi mengetahui keaslian judul,sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 13 Mei 2015 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ramli Siregar (Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul


(13)

skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara” belum pernah ada dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran sendiri yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan topik yang sama:

1. Maria Sevia L. Perangin-angin dengan judul “Analisis Hukum terhadap Kepemilikan Saham Pemerintah di BUMN setelah Privatisasi BUMN di Indonesia.”

2. Wafdansyah Anggi Husaini dengan judul “Analisis Kedudukan Keuangan

Negara dalam Badan Usaha Milik Negara Yang Sudah di Privatisasi.”

E. Tinjauan Pustaka

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu perwujudan dari peran pemerintah di bidang ekonomi, yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Idealnya, peran pemerintah dalam


(14)

bidang ekonomi hanya dijalankan dalam hal mekanisme pasar tidak bisa menyelenggarakannya (market failure), sehingga peran tersebut lebih mengarah kepada penyedianbarang/jasa publik.19

Pengertian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut UU BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN adalah suatu badan usaha yang berbaju kekuasaan pemerintah, tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan swasta.20 Suatu gejala universal, hampir semua negara mengenal adanya perusahaan dengan modal milik negara yang ditanamkan kedalamnya. Umumnya perusahaan demikian inilah yang dinamakan “perusahaan negara” yang sekarang dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau yang didalam kepustakaan dinamakan pula sebagai “Government Enterprise” atau “Public Enterprise” atau “Sta te Enterprise”.21 Pendirian BUMN sendiri di dasari oleh Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

19

RiantNugroho D dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia :Isu, Kebijaka n, danStrategi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), hlm. 65.

20

Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta: BFE UGM, 1993), hlm. 89. 21

Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas : Teori dan Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 75-76.


(15)

Bedasarkan pasal inilah maka negara mendirikan suatu badan usaha yang mengambil peran penting dalam perekonomian bangsa dengan menguasai bidang-bidang perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak. Namun pendirian BUMN bukan hanya karena adanya ketentuan dalam Pasal 33 UUD 1945 tetapi juga didasarkan pada pertimbangan sebagai usaha perintisan kegiataan ekonomi yang belum dapat diselenggarakan oleh usaha swasta dan koperasi.22

Pasal 33 UUD 1945 telah memberikan suatu jangkauan yang lebih luas bagi BUMN untuk lebih berperan dalam kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kebijaksanaan pemeritah dalam mengembangkan BUMN sebagai perusahaan pioneer yang ditujukan untuk memulai kegiatan ekonomi pada bidang-bidang usaha yang bermanfaat bagi pembangunan nasional.23

2. Privatisasi BUMN

Perihal privatisasi, banyak yang memberikan definisi yang berbeda-beda. Tenri Abeng memberi pengertian bahwa privatisasi adalah peningkatan penyebaran kepemilikan kepada masyarakat umum dan swasta asing maupun domestik untuk akses pendanaan, pasar, teknologi, serta kapabilitas untuk bersaing di tingkat dunia.24

Di Indonesia, istilah privatisasi sebelumnya dikenal dengan nama “swastanisasi”, baru setelah berdiri Kantor Menteri (Negara) BUMN, istilah ini menjadi sangat popular. Istilah ini berkenaan dengan gagasan, kebijakan dan program yang sangat luas cakupannya. Secara makro, privatisasi berarti pengurangan peran negara dalam kegiatan bisnis. Dalam sisi mikro, privatisasi

22

Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hlm. 75. 23

Ibid.

24


(16)

berarti transfer kepemilikan negara kepada masyarakatnya. Alasan dilakukannya privatisasi adalah karena pudarnya keyakinan terhadap teori negara kesejahteraan seperti yang diperkenalkan oleh John Maynard Keyness (1883-1987) yang juga merupakan arsitek Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Premis dasarnya adalah bahwa menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan sebagai kegiatan ekonomi, apalagi yang strategis, kepada Negara adalah sia-sia. Privatisasi seluruh kegiatan ekonomi adalah jawaban untuk meningkatkan jaminan kesejahteraan masyarakat, karena dengan demikian mereka akan menjadi lembaga yang harus bersaing.25

Privatisasi adalah kebijakan yang multifaset atau banyak muka. Secara ideologis, bermakna meminimalisir peran negara. Secara manajemen bermakna meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha dan meningkatkan nilai perusahaan. Secara anggaran, privatisasi dapat berarti mengisi kas negara yang sedang “bolong.” 26

Hal-hal mengenai privatisasi diatur dalam UU BUMN Pasal 74 sampai dengan Pasal 86. Kemudian mengenai hal-hal yang belum tertuang dalampasal tersebut, diatur secara spesifik didalam peraturan pemerintah.

3. Kewenangan negara

Kewenangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain.27 Secara umum, kewenangan adalah suatu hak

25

https://www.linkedin.com/pulse/pemerintahan-megawati-privatisasi-bumn-ke-tangan-ahmad-noormuhammad (diakses pada tanggal 04 Juli 2015)

26

Riant Nugroho Dwidjowijoto dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN

(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), hlm. vii. 27

http://www.negarahukum.com/hukum/pengertian-kewenangan.html (diakses pada tanggal 28 Juni 2015)


(17)

yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum atau bahkan negara untuk melakukan atau tidak melakukan atau bahkan melimpahkan sesuatu hal yang menjadi pokok dari kewenangan tersebut.

Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia yang hendak bergaul antara seorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Semakin luas pergaulan manusia dan semakin banyak kebutuhannya, maka bertambah besar kebutuhannya kepada sesuatu organisasi negara yang akan melindungi dan memelihara keselamatan hidupnya. Plato mengatakan bahwa negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, terdiri dari orang-orang (individu-individu).28

Bilamana rumusan tersebut diatas dikaitkan dengan konsep penguasaan negara, khususnya penguasaan negara dalam bidang ekonomi, maka dapat pula dirumuskan bahwa penguasaan oleh negara adalah suatu kewenangan atau wewenang formal yang ada pada negara dan memberikan hak kepada negara untuk bertindak baik secara aktif maupun pasif dalam bidang pemerintahan negara. Dengan kata lain, wewenang negara tidak hanya berkaitan dengan wewenang pemerintah semata, akan tetapi meliputi pula semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya.29

F. Metode Penulisan

Penelitian yang dilakukan secara sistematis dan teratur akan menghasilkan data yang akurat dan juga valid, dan metode yang dipakai dalam penelitian

28

Samidjo, Ilmu Negara (Bandung: CV. Armico, 2002), hlm. 27-28. 29


(18)

sangatlah menentukan keakuratan penelitian. Metode penelitian adalah rangkaian proses yang dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat peraturan perundang-undangan, yang antara lain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaha Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual, dan akurat.30 Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi

30

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2001), hlm. 36


(19)

atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deksriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang ingin dideskripsikan adalah mengenai gejala-gejala atau fenomena yang terjadi, digambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar gejala atau fenomena yang di teliti.

2. Data penelitian

Sumber data yang diperoleh berasal dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang termasuk dalam sumber-sumber hukum yang mencakup peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero).


(20)

6) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaga Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan dan sebagai pendukung mengenai bahan hukum primer, seperti: buku-buku, termasuk skripsi, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian, serta makalah.

c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik pengumpulan data

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu kepada penelitian kepustakaan (Library Research) serta dibantu dengan media elektronik yakni internet. Metode Library Research adalah metode yang mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan dari beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana hukum dan sarjana lain yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran serta majalah.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, majalah, surat kabar, hasil seminar, hasil wawancara dan


(21)

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Tujuannya adalah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan terkait dengan judul skripsi “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Terhadap Kewenangan Negara.”

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistemasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Penelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengelolaan data kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.31

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan menjabarkan secara sistematis mengenai isi dari penulisan skripsi ini. Skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini, antara lain:

31

https://bersukacitalah.wordpress.com/tag/tahap-tahap-analisis-kualitatif/ (diakses pada tanggal 06 Juli 2015)


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai pembahasan yang akan dijabarkan didalam skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

Bab ini membahas mengenai landasan konstitusional BUMN di Indonesia, fungsi dan tujuan didirikannya BUMN, bentuk-bentuk BUMN, kedudukan BUMN sebagai badan hukum, serta kedudukan BUMN sebagai bagian dari keuangan negara.

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

Bab ini membahas mengenai sejarah privatisasi BUMN, maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi BUMN dan tata cara privatisasi BUMN.

BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Bab ini membahas mengenai peran dan wewenang negara sebelum adanya privatisasi BUMN, kendala hukum dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.


(23)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini akan mengemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya terkait akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara serta saran-saran terkait dengan hal yang sama dengan kesimpulan.


(1)

sangatlah menentukan keakuratan penelitian. Metode penelitian adalah rangkaian proses yang dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat peraturan perundang-undangan, yang antara lain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaha Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual, dan akurat.30 Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi

30

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2001), hlm. 36


(2)

atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deksriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang ingin dideskripsikan adalah mengenai gejala-gejala atau fenomena yang terjadi, digambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar gejala atau fenomena yang di teliti.

2. Data penelitian

Sumber data yang diperoleh berasal dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang termasuk dalam sumber-sumber hukum yang mencakup peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero).


(3)

6) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaga Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan dan sebagai pendukung mengenai bahan hukum primer, seperti: buku-buku, termasuk skripsi, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian, serta makalah.

c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik pengumpulan data

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu kepada penelitian kepustakaan (Library Research) serta dibantu dengan media elektronik yakni internet. Metode Library Research adalah metode yang mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan dari beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana hukum dan sarjana lain yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran serta majalah.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, majalah, surat kabar, hasil seminar, hasil wawancara dan


(4)

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Tujuannya adalah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan terkait dengan judul skripsi “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Terhadap

Kewenangan Negara.”

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistemasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Penelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengelolaan data kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.31

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan menjabarkan secara sistematis mengenai isi dari penulisan skripsi ini. Skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini, antara lain:

31


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai pembahasan yang akan dijabarkan didalam skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

Bab ini membahas mengenai landasan konstitusional BUMN di Indonesia, fungsi dan tujuan didirikannya BUMN, bentuk-bentuk BUMN, kedudukan BUMN sebagai badan hukum, serta kedudukan BUMN sebagai bagian dari keuangan negara.

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

Bab ini membahas mengenai sejarah privatisasi BUMN, maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi BUMN dan tata cara privatisasi BUMN.

BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Bab ini membahas mengenai peran dan wewenang negara sebelum adanya privatisasi BUMN, kendala hukum dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini akan mengemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya terkait akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara serta saran-saran terkait dengan hal yang sama dengan kesimpulan.