Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

TUNG ASIDO ROHANA M NIM: 110200311

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

TUNG ASIDO ROHANA M NIM: 110200311

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui/Diketahui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(WINDHA, S.H., M.Hum)

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Tung Asido Rohana M *) Bismar Nasution **) Mahmul Siregar ***)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan dari pendirian BUMN adalah untuk mengelola sektor-sektor strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kinerja BUMN, maka dilakukanlah kebijakan privatisasi yang mengurangi kewenangan negara di dalam BUMN. Oleh karena itu penulisan skripsi mengenai Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara sangat menarik untuk dilakukan. Adapun permasalahan yang yang dibahas di dalam skrispsi ini adalah bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia, kemudian bagaimana pengaturan mengenai privatisasi dan yang terakhir adalah bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif dengan dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data-data sekunder yang dibutuhkan, meliputi bahan hukum primer, sekunder, tersier yang terkait dengan permasalahan. Keseluruhan data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang dibahas.

Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama, BUMN adalah penggerak perekonomian dan pelaku ekonomi nasional yang pendiriannya didasari pada pasal 33 UUD 1945 dengan tujuan pendiriannya adalah untuk mencari keuntungan sebagai fungsi ekonominya dan melakukan menyelenggarakan kemanfaatan umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebagai fungsi sosialnya; kedua, privatisasi adalah penjualan saham milik negara kepada pihak swasta yang berarti terjadi peralihan fungsi yang dilakukan sektor publik kepada sektor swasta guna meningkatkan efisiensi, kinerja, keuntungan, dan peran masyarakat di dalam BUMN; ketiga, bahwa dengan dilaksanakannya kebijakan privatisasi BUMN, maka kewenangan Negara yang dijalankan oleh Menteri di dalam BUMN hanya sebatas seberapa besar saham negara didalam perusahaan tersebut.

Kata Kunci :Akibat Hukum, Privatisasi, BUMN, Kewenangan Negara

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan sembah penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang Dia berikan kepada penulis hingga saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak mungkin penulis dapat melakukan sesuatu hal apapun tanpa berkat dan karunia yang hanya dari Tuhan Yesus Kristus.

Skripsi ini berjudul “AKIBAT HUKUM PERIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA” merupakan tugas akhir bagi penulis dan juga merupakan syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu penulis sangat bangga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Secara khusus, penulis mengucap syukur dan terima kasih kepada keluarga penulis, Budiman Malau, S.E (Bapak), Linda Roida Sialalahi (Mama), Mariana Yunita Malau, S.S (Kakak), Debora Nani Asian Malau, S.PAK (Kakak), dan Ruth Rumintang Mutiara Malau. Terima kasih atas segala doa, dukungan, nasihat serta canda tawa yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menjalankan masa perkuliahan hingga akhir. Dukungan dan doa dari keluarga merupakan motivasi besar bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan sehingga penulis menerima kritik dan saran yang membangun yang dapat digunakan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Namun, terlepas dari segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima


(5)

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dan untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H., M.H., DFM. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Joiverdia Arifiyanto S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik; 6. Ibu Windha S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

7. Bapak Ramli Siregar S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

10. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(6)

11. Keluarga Besar penulis, yang telah memberikan dukungan dan nasihat kepada penulis (Ompung, Uda, Nanguda, dll).

12. Sahabat saya, Andres (aja) Sitohang yang tidak memberikan bantuan apa -apa terhadap penulisan skripsi ini tapi karena sudah berteman sejak kecil ya mau gak mau harus ditulis lah namanya, gak enak nanti sama dia kalo gak ditulis. 13. Kepada sahabat/teman/kawan di Oragnisasi Non-Formal GASTER, kepada

Chandro Situmorang (Bang Toyib), Devid Juhendri Lubis (Appara), Bruno Saragih (Asikk..Baik...), Juanda Bongis Putra Tampubolon (si Anak Manja), Vincent Arbi Nadeak (Margasatwa), Guntur Sukarno Gultom (Kepala Suku), Leider Tirta Silalahi (Tulang Rorobot), Rio Setiadi Silalahi (Tulang Punggung), Antonia Romaria Sidabutar (ya gitulah), Choky Desrian Saragih (Penakluk Wanita, argggg), Syahputra SibagaHappy (Tandem Lapangan Tengah), Arius Prima Lumbanbatu (Gak Berani ahhh), Timoteus Banjarnahor (Tapping....), Iva Ferdinandu Halawa (Lompat Terus), Dani Christopher Sinaga (Tunggal Sekarang, haha), Richard TGS (Wi-Fi), Masmur Purba (Racer Kaban Jahe nih), Michael (No Caption), M. Ikhwan Adabi (Mie Aceh Satu, hehe), Lambok J.S Hutauruk (Anak Pendeta). Terima kasih untuk kegembiraan yang telah kalian berikan, walau terlalu ekstrim bercandaannya (SAPMA GEMBEL...BELAJAR!!!).

14. Kawan-kawan jumpa diangkot, Aditya Simbolon (Tulang), Jhon Perdana Purba, Rolas Putri, Ari Pareme, Philipus Jans Damanik (Appara), Irryn Bukit, Endha Sembiring, Tika, Fahmi, terus Pidu, Sheila, Nining.


(7)

15. Kawan-kawan Pro Evolution Soccer, Adhy Pardamean Siahaan, Togar Albertus Nainggola, Tulang Rorobot dan Tulang Punggung.

16. Teman dekat penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis Agnestesia Rizky Riatur Rumondang Panjaitan.

17. Teman-teman SMA penulis, Jonathan, Yoshua, Inno, Killa, Acell, Titan, Pilip.

18. Teman-teman Seksi Acara, kepada Tulus Pardamean (Koor), Rika Sitompul (Wakoor), Imelda Rosari Sinurat, Novi (Nocik) Sihaloho, Stephani Situmorang, Christin Tobing, Guntur, Via Situmorang, Holly Apriliani, Alex Sandro, dan Kartika Manroe.

19. Kepada teman-teman Grup G, Grup C, teman-teman futsal dan teman-teman yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan kenangan bagi penulis di masa perkuliahan.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar telah penulis, oleh karenannya mohon dimaafkan serta dikoreksi. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Medan, Agustus 2015

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penelitian ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Landasan Konstitusional BUMN di Indonesia ... 24

B. Maksud dan Tujuan Didirikannya BUMN ... 29

C. Bentuk - Bentuk BUMN ... 34

D. Kedudukan BUMN sebagai Badan Hukum ... 40


(9)

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

A. Sejarah Privatisasi BUMN ... 50 B. Maksud dan Tujuan Dilakukannya Privatisasi BUMN ... 57 C. Tata Cara Privatisasi BUMN ... 63 BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP

KEWENANGAN NEGARA

A. Peran dan Wewenang Negara Sebelum Adanya Privatisasi BUMN... 76 B. Kendala Hukum dalam Privatisasi BUMN ... 83 C. Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara... 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ...100 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Tung Asido Rohana M *) Bismar Nasution **) Mahmul Siregar ***)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan dari pendirian BUMN adalah untuk mengelola sektor-sektor strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kinerja BUMN, maka dilakukanlah kebijakan privatisasi yang mengurangi kewenangan negara di dalam BUMN. Oleh karena itu penulisan skripsi mengenai Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara sangat menarik untuk dilakukan. Adapun permasalahan yang yang dibahas di dalam skrispsi ini adalah bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia, kemudian bagaimana pengaturan mengenai privatisasi dan yang terakhir adalah bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif dengan dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data-data sekunder yang dibutuhkan, meliputi bahan hukum primer, sekunder, tersier yang terkait dengan permasalahan. Keseluruhan data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang dibahas.

Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama, BUMN adalah penggerak perekonomian dan pelaku ekonomi nasional yang pendiriannya didasari pada pasal 33 UUD 1945 dengan tujuan pendiriannya adalah untuk mencari keuntungan sebagai fungsi ekonominya dan melakukan menyelenggarakan kemanfaatan umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebagai fungsi sosialnya; kedua, privatisasi adalah penjualan saham milik negara kepada pihak swasta yang berarti terjadi peralihan fungsi yang dilakukan sektor publik kepada sektor swasta guna meningkatkan efisiensi, kinerja, keuntungan, dan peran masyarakat di dalam BUMN; ketiga, bahwa dengan dilaksanakannya kebijakan privatisasi BUMN, maka kewenangan Negara yang dijalankan oleh Menteri di dalam BUMN hanya sebatas seberapa besar saham negara didalam perusahaan tersebut.

Kata Kunci :Akibat Hukum, Privatisasi, BUMN, Kewenangan Negara

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum,1 memiliki tujuan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Negara memiliki peran dan kewajiban yang besar demi terciptanya keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan suatu badan usaha yang dapat mengelola kekayaan alam yang ada di Indonesia. Dengan alasan diatas, maka negara mendirikan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) yang didasari pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945).

Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan didirikannya BUMN adalah untuk turut serta membangun perekonomian bangsa dan menciptakan kemakmuran bagi rakyat seperti yang tertuang didalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1


(12)

Dari kutipan Pasal 33 UUD 1945 tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa negara dibenarkan dan memang berwenang untuk memonopoli setiap sektor produksi yang berkaitan atau berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Dan tentunya melalui BUMN-lah sektor-sektor tersebut dikuasai dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal inilah yang merupakan maksud dan tujuan dari didirikannya BUMN.

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN. Tujuan yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN.2

Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu komponen pengambil keputusan penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Keputusan yang diambil BUMN dapat mempengaruhi perilaku komponen pengambil keputusan yang lainnya, baik sektor rumah tangga, sektor swasta maupun sektor luar negeri. Selanjutnya, kegiatan usaha BUMN menyangkut hampir seluruh sektor ekonomi, seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, keuangan, dan

2

A. Habibullah, Kebijakan Privatisasi BUMN: Relasi State, Market dan Civil Society


(13)

lain dan beberapa diantaranya bergerak dalam industri hulu.3 Tentunya sebagai industri yang berada di hulu, kebijakan dan kinerja BUMN akan mempengaruhi setiap industri dibawahnya.

Sebelumnya, agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta yang telah melakukan usahanya di Indonesia, banyak BUMN yang mendapatkan tambahan modal oleh negara karena hal itu dibenarkan oleh undang-undang. Tentu tujuannya adalah mendapatkan suntikan dana guna meningkatkan hasil produksi oleh perusahaan BUMN. Namun pada kenyataannya, tetap saja masih ada BUMN yang merugi dan semakin membebani keuangan negara.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi BUMN dapat dilakukan dengan cara restrukturisasi dan privatisasi perusahaan. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi, dimaksudkan bagi perusahaan yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum. Sedangkan bagi BUMN yang tujuannya memupuk keuntungan dan bergerak dalam sektor yang kompetitif didorong untuk melakukan privatisasi.4

Salah satu model pembenahan BUMN yang coba diterapkan di Indonesia adalah melalui privatisasi BUMN. Oleh karena itu, sangat penting kiranya untuk mengetahui maksud dan tujuan dari privatisasi BUMN yang dilakukan oleh

3 Happy Pardede, “Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Dalam

Mengaudit Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Ditijau Dari UU No. 19 tahun 2003 Tentang BUMN dan

UU No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan, 2008), hlm. 2.

4Wahyuni Sari, “Analisa Huku

m Kebijakan Privatisasi BUMN Melalui Penjualan Saham

Di Pasar Modal Indonesia (Tinjauan Yuridis Kasus PT. Garuda Indonesia Tbk),” (Tesis Sarjana,


(14)

Pemerintah. Dengan maksud dan tujuan privatisasi BUMN yang jelas, akan dapat diketahui arah atau sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam hal privatisasi BUMN. Selain itu, dengan tujuan yang jelas dari privatisasi BUMN akan menetukan pula metode seperti apa yang akan digunakan dalam privatisasi BUMN.5

Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN dilakukan karena perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan (business environments). Selain itu kebijakan privatisasi BUMN juga didorong oleh faktor ekonomi (seperti keterkaitan BUMN dengan APBN dan pajak), faktor keuangan (strategi keuangan yang harus diambil dalam kebijakan privatisasi sesuai dengan tujuan privatisasi tersebut), faktor property right, hukum bisnis dan aspek politik yang seringkali menjadi penentu utama terhadap kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara.6

Di Indonesia ditemukan bahwa hampir seluruh perusahaan yang dikelola negara atau BUMN tidak menunjukkan kinerja finansial yang baik. Pengembangan pasar tidak mampu menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi. Laporan Bank Dunia tentang public sectordi Indonesia tahun 1999 menunjukkan fenomena tersebut, yaitu:7

1. Kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk pelayanan social.

2. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat.

5

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara: Dalam Privatisasi BUMN (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 127.

6

A. Habibullah, Op.Cit., hlm. 7. 7Ibid


(15)

3. Kebanyakan BUMN tidak efisien dibandingkan perusahaan swasta. 4. Diharapkan dengan perbaikan manajemen BUMN menghasilkan efisiensi.

Privatisasi BUMN tentunya dapat menjadi jalan yang baik guna menghindari biaya tinggi melalui pelepasan perusahaan negara yang menguras anggaran. Serta dapat meningkatkan daya saing perusahaan BUMN terhadap perusahaan swasta, mengefisiensikan perusahaan dan yang terpenting adalah menghindarkan kegiatan perusahaan BUMN dari unsur politik.

Riset yang dilakukan berdasarkan data-data empiris menggambarkan bahwa perusahaan swasta seringkali beroperasi lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan negara. Pengalaman dibanyak negara membuktikan pula bahwa kepemilikan swasta merupakan pilihan terbaik. Di sektor perbankan, terutama milik pemerintah, menunjukan kaitan yang erat antara lambannya perkembangan sektor keuangan dan rendahnya pertumbuhan dalam produktivitas.8

Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan privatisasi di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan di negara-negara industri menunjukan bahwa privatisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dalam negeri (domestic welfare). Sebelas dari duabelas kasus yang dianalisis oleh Bank Dunia (World Bank) di Chili, Malaysia, Mexico, dan Inggris menunjukan pula bahwa perusahaan yang diprivatisasi mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan kemampuannya lebih baik dalam membiayai perusahaannya dibandingkan sebelum privatisasi.9

Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan swasta lebih mendorong terjadinya efisiensi. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah

8

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hlm. 205.

9Ibid


(16)

kebijakan agar terjadi proses privatisasi yang kondusif. Secara konseptual privatisasi dapat terjadi atas kemauan politik (paksaan) maupun secara sukarela. Untuk mendorong terjadinya privatisasi secara sukarela, dibutuhkan adanya serangkaian regulasi.10

Paradigma BUMN di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di masa krisis perekonomian, BUMN diarahkan untuk diprivatisasi, atau sahamnya dijual kepada swasta, baik dengan strategi IPO (initial public offering) melalui bursa saham maupun strategi private placement kepada investor strategis agar hasilnya dapat membantu pemerintah mengurangi beban defisit anggaran.11 Namun sepatutnya, privatisasi tidak hanya dilakukan dengan tujuan mengurangi beban defisit anggaran tetapi juga seharusnya privatisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap masyarakat. Tentu efek yang timbul dari privatisasi adalah hilangnya sebahagian kewenangan negara didalam BUMN dan kewenangan tersebut beralih kepada pemegang saham mayoritas, namun negara tetap menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral tempat persero yang diprivatisasi melaksanakan kegiatan usahanya. Jangan sampai dengan beralihnya kewenangan kepada pihak swasta, fungsi dan tujuan perusahaan BUMN tersebut berubah sehingga tidak lagi menjalankan pelayanan publik atau menimbulkan efek penguasaan suatu sektor yang dikuasai oleh perusahaan tersebut.

Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Privatisasi

10

Ibid. hlm. 206. 11


(17)

dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan gejolak. Munculnya penolakan atau demo dari para sta keholder, dengan demikian terdapat beberapa hal yang belum dipersiapkan dengan matang.12

Khusus mengenai privatisasi, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU BUMN) menegaskan bahwa privatisasi hanya dapat dilakukan terhadap BUMN yang berbentuk persero sepanjang dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor kegiatan yang dilakukan persero tersebut. BUMN persero dapat diprivatisasi karena selain dimungkinkan oleh ketentuan di bidang pasar modal, juga karena pada umumnya hanya BUMN persero yang telah bergerak dalam sektor-sektor yang kompetitif, privatisasi senantiasa memperhatikan maanfaat bagi rakyat.13

Privatisasi tehadap BUMN menyebabkan negara tidak lagi sebagai pemilik dari BUMN, akan tetapi sebagai pemegang saham saja. Negara yang diwakilkan oleh menteri tidak dapat lagi melakukan hal-hal yang sebelumnya merupakan kewenangan mutlak yang dimiliki oleh negara dan diatur didalam beberapa pasal dalam UU BUMN, antara lain:14

12

Wahyuni Sari, Op.Cit. hlm. 25. 13

Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 147-148.

14


(18)

1. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. 2. Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan

atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.

3. Pihak yang menerima kuasa sebagaimana yang diatur dalam ayat (2), wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan menteri untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai :

a. perubahan jumlah modal; b. perubahan anggaran dasar; c. rencana penggunaan laba;

d. penggabungan,peleburan,pengambilalihan,pemisahan,sertapembubaran persero;

e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama persero;

g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. pengalihan aktiva.

Dengan berkedudukan sebagai pemegang saham berarti negara tidak lagi diperkenankan untuk bertindak seenaknya mencampuri urusan manajemen perusahaan, akan tetapi harus berdasarkan dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS). Pertanggungjawaban penggunaan kekayaan negara itu harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham dan tergantung pada seberapa modal yang telah disetorkan oleh negara kedalam perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT) yang bersangkutan. Penyelenggaraan perusahaan semakin transparan melalui pertangungjawaban direksi dalam laporan tahunan kepada para pemegang saham dengan mekanisme RUPS. Pendek kata, negara c.q pemerintah menjadi terbatas kekuasaan dan kewenangannya pada BUMN serta tidak lebih sebagai peserta biasa.15

Terkait pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris, hal tersebut ditetapkan oleh menteri yang bertindak selaku RUPS. Hal ini merupakan

15


(19)

kewenangan negara yang dijalankan oleh menteri selaku RUPS mewakili kewenangan negara didalam BUMN. Tentunya segala bentuk kewenangan negara didalam BUMN dijalankan oleh pemerintah sebagai badan eksekutif. Bentuk tindakan pemerintah sebagai penguasa dalam negara hukum harus dapat dipertangungjawabkan secara hukum. Dengan kata lain terkait privatisasi, pemerintah sebagai penguasa harus bertangung jawab terhadap segala pengelolaan aset negara.16

Pelaksanaan privatisasi yang terjadi sampai saat ini masih terkesan ruwet, berlarut-larut dan tidak transparan. Proses privatisasi dari setiap BUMN dilakukan dengan prosedur dan perlakuan yang berbeda. Pelaksaan privatisasi juga terkesan berlarut-larut. Keputusan yang sudah diambil oleh pemerintah tidak bisa dengan segera dilaksanakan, karena berbagai alasan. Keputusan untuk menetukan pemenang tender privatisasi juga tidak ada aturan atau formula yang jelas, sehingga terkesan pemerintah kurang transparan dalam proses privatisasi.17

Pertanggungjawaban hukum dalam privatisasi tidak cukup bahwa privatisasi harus berlandaskan pada aturan hukum yang jelas tentang prosedur privatisasinya saja, tetapi harus pula meliputi pengaturan yang jelas terhadap hasil privatisasinya, dan pengaturan yang tegas mengenai alasan-alasan dilakukannya privatisasi. Alasan-alasan dilakukan privatisasi harus dapat diukur sama atau lebih kuat dari alasan negara atau pemerintah membuat atau mempertahankan sebuah BUMN. Sebagai parameter sederhana privatisasi secara ekonomis harus lebih

16Wuri Adriyani, “Telaah Hukum Pada Privatisasi BUMN”, Jurnal Arena Hukum

, No.1 (Januari, 2008), hlm. 1.

17


(20)

menguntungkan dan tidak menyengsarakan kehidupan ekonomis rakyat terkait kewajiban-kewajiban public utilities pemerintah.18

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat suatu permasalahan dengan judul“Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara.”

B.Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian ilmiah ini lebih menitik beratkan pada proses privatisasi BUMN dan kewenangan negara setelah adanya privatisasi tersebut. Penelitian ini memerlukan suatu rumusan masalah yang spesifik dan dapat dijadikan acuan atau fokus permasalahan yang kemudian akan dikaji secara mendalam menurut metode penelitian yang ada.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia? 2. Bagaimana pengaturan privatisasi BUMN?

3. Bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ilmiah ini adalah memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

18


(21)

Sumatera Utara. Dan juga fungsi dari suatu penelitian adalah sebagai alat untuk mengetahui sesuatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu lainnya. Setiap penelitian ilmiah perlu ditegaskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, agar penelitian dapat berjalan secara benar dan mencapai tujuan yang dirumuskan. Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan adanya permasalahan-permasalan yang telah dikemukakan diatas. Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dirumuskantujuan dari penelititan ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaturan, sejarah, maksud dan tujuan serta tata cara privatisasi BUMN.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa peran dan wewenang negara, kendala hukum yang timbul dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum yang timbul dari adanya privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara. 2. Manfaat penelitian

Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang privatisasi BUMN dan kewenangan negara setelah adanya privatisasi.


(22)

b. Manfaat praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi mahasiswa lain serta kepada masyarakat tentang akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara, dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

D. Keaslian Penulisan

Guna menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan gelar sarjana hukum, maka penulis membuat penelitian ilmiah dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara”.

Demi mengetahui keaslian judul,sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 13 Mei 2015 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ramli Siregar (Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul


(23)

skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara” belum pernah ada dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran sendiri yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan topik yang sama:

1. Maria Sevia L. Perangin-angin dengan judul “Analisis Hukum terhadap Kepemilikan Saham Pemerintah di BUMN setelah Privatisasi BUMN di Indonesia.”

2. Wafdansyah Anggi Husaini dengan judul “Analisis Kedudukan Keuangan

Negara dalam Badan Usaha Milik Negara Yang Sudah di Privatisasi.”

E. Tinjauan Pustaka

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu perwujudan dari peran pemerintah di bidang ekonomi, yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Idealnya, peran pemerintah dalam


(24)

bidang ekonomi hanya dijalankan dalam hal mekanisme pasar tidak bisa menyelenggarakannya (market failure), sehingga peran tersebut lebih mengarah kepada penyedianbarang/jasa publik.19

Pengertian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut UU BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN adalah suatu badan usaha yang berbaju kekuasaan pemerintah, tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan swasta.20 Suatu gejala universal, hampir semua negara mengenal adanya perusahaan dengan modal milik negara yang ditanamkan kedalamnya. Umumnya perusahaan demikian inilah yang dinamakan “perusahaan negara” yang sekarang dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau yang didalam

kepustakaan dinamakan pula sebagai “Government Enterprise” atau “Public

Enterprise” atau “Sta te Enterprise”.21 Pendirian BUMN sendiri di dasari oleh Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

19

RiantNugroho D dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia :Isu, Kebijaka n, danStrategi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), hlm. 65.

20

Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta: BFE UGM, 1993), hlm. 89. 21

Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas : Teori dan Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 75-76.


(25)

Bedasarkan pasal inilah maka negara mendirikan suatu badan usaha yang mengambil peran penting dalam perekonomian bangsa dengan menguasai bidang-bidang perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak. Namun pendirian BUMN bukan hanya karena adanya ketentuan dalam Pasal 33 UUD 1945 tetapi juga didasarkan pada pertimbangan sebagai usaha perintisan kegiataan ekonomi yang belum dapat diselenggarakan oleh usaha swasta dan koperasi.22

Pasal 33 UUD 1945 telah memberikan suatu jangkauan yang lebih luas bagi BUMN untuk lebih berperan dalam kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kebijaksanaan pemeritah dalam mengembangkan BUMN sebagai perusahaan pioneer yang ditujukan untuk memulai kegiatan ekonomi pada bidang-bidang usaha yang bermanfaat bagi pembangunan nasional.23

2. Privatisasi BUMN

Perihal privatisasi, banyak yang memberikan definisi yang berbeda-beda. Tenri Abeng memberi pengertian bahwa privatisasi adalah peningkatan penyebaran kepemilikan kepada masyarakat umum dan swasta asing maupun domestik untuk akses pendanaan, pasar, teknologi, serta kapabilitas untuk bersaing di tingkat dunia.24

Di Indonesia, istilah privatisasi sebelumnya dikenal dengan nama “swastanisasi”, baru setelah berdiri Kantor Menteri (Negara) BUMN, istilah ini menjadi sangat popular. Istilah ini berkenaan dengan gagasan, kebijakan dan program yang sangat luas cakupannya. Secara makro, privatisasi berarti pengurangan peran negara dalam kegiatan bisnis. Dalam sisi mikro, privatisasi

22

Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hlm. 75. 23

Ibid.

24


(26)

berarti transfer kepemilikan negara kepada masyarakatnya. Alasan dilakukannya privatisasi adalah karena pudarnya keyakinan terhadap teori negara kesejahteraan seperti yang diperkenalkan oleh John Maynard Keyness (1883-1987) yang juga merupakan arsitek Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Premis dasarnya adalah bahwa menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan sebagai kegiatan ekonomi, apalagi yang strategis, kepada Negara adalah sia-sia. Privatisasi seluruh kegiatan ekonomi adalah jawaban untuk meningkatkan jaminan kesejahteraan masyarakat, karena dengan demikian mereka akan menjadi lembaga yang harus bersaing.25

Privatisasi adalah kebijakan yang multifaset atau banyak muka. Secara ideologis, bermakna meminimalisir peran negara. Secara manajemen bermakna meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha dan meningkatkan nilai perusahaan. Secara anggaran, privatisasi dapat berarti mengisi kas negara yang sedang

“bolong.” 26

Hal-hal mengenai privatisasi diatur dalam UU BUMN Pasal 74 sampai dengan Pasal 86. Kemudian mengenai hal-hal yang belum tertuang dalampasal tersebut, diatur secara spesifik didalam peraturan pemerintah.

3. Kewenangan negara

Kewenangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain.27 Secara umum, kewenangan adalah suatu hak

25

https://www.linkedin.com/pulse/pemerintahan-megawati-privatisasi-bumn-ke-tangan-ahmad-noormuhammad (diakses pada tanggal 04 Juli 2015)

26

Riant Nugroho Dwidjowijoto dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN

(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), hlm. vii. 27

http://www.negarahukum.com/hukum/pengertian-kewenangan.html (diakses pada tanggal 28 Juni 2015)


(27)

yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum atau bahkan negara untuk melakukan atau tidak melakukan atau bahkan melimpahkan sesuatu hal yang menjadi pokok dari kewenangan tersebut.

Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia yang hendak bergaul antara seorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Semakin luas pergaulan manusia dan semakin banyak kebutuhannya, maka bertambah besar kebutuhannya kepada sesuatu organisasi negara yang akan melindungi dan memelihara keselamatan hidupnya. Plato mengatakan bahwa negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, terdiri dari orang-orang (individu-individu).28

Bilamana rumusan tersebut diatas dikaitkan dengan konsep penguasaan negara, khususnya penguasaan negara dalam bidang ekonomi, maka dapat pula dirumuskan bahwa penguasaan oleh negara adalah suatu kewenangan atau wewenang formal yang ada pada negara dan memberikan hak kepada negara untuk bertindak baik secara aktif maupun pasif dalam bidang pemerintahan negara. Dengan kata lain, wewenang negara tidak hanya berkaitan dengan wewenang pemerintah semata, akan tetapi meliputi pula semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya.29

F. Metode Penulisan

Penelitian yang dilakukan secara sistematis dan teratur akan menghasilkan data yang akurat dan juga valid, dan metode yang dipakai dalam penelitian

28

Samidjo, Ilmu Negara (Bandung: CV. Armico, 2002), hlm. 27-28. 29


(28)

sangatlah menentukan keakuratan penelitian. Metode penelitian adalah rangkaian proses yang dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat peraturan perundang-undangan, yang antara lain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaha Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual, dan akurat.30 Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi

30

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2001), hlm. 36


(29)

atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deksriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang ingin dideskripsikan adalah mengenai gejala-gejala atau fenomena yang terjadi, digambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar gejala atau fenomena yang di teliti.

2. Data penelitian

Sumber data yang diperoleh berasal dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang termasuk dalam sumber-sumber hukum yang mencakup peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero).


(30)

6) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaga Dan/Atau Profesi Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan dan sebagai pendukung mengenai bahan hukum primer, seperti: buku-buku, termasuk skripsi, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian, serta makalah.

c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik pengumpulan data

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu kepada penelitian kepustakaan (Library Research) serta dibantu dengan media elektronik yakni internet. Metode Library Research adalah metode yang mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan dari beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana hukum dan sarjana lain yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran serta majalah.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, majalah, surat kabar, hasil seminar, hasil wawancara dan


(31)

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Tujuannya adalah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan terkait dengan judul skripsi “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Terhadap Kewenangan Negara.”

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistemasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Penelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengelolaan data kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.31

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan menjabarkan secara sistematis mengenai isi dari penulisan skripsi ini. Skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini, antara lain:

31

https://bersukacitalah.wordpress.com/tag/tahap-tahap-analisis-kualitatif/ (diakses pada tanggal 06 Juli 2015)


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai pembahasan yang akan dijabarkan didalam skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

Bab ini membahas mengenai landasan konstitusional BUMN di Indonesia, fungsi dan tujuan didirikannya BUMN, bentuk-bentuk BUMN, kedudukan BUMN sebagai badan hukum, serta kedudukan BUMN sebagai bagian dari keuangan negara.

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

Bab ini membahas mengenai sejarah privatisasi BUMN, maksud dan tujuan dilakukannya privatisasi BUMN dan tata cara privatisasi BUMN.

BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Bab ini membahas mengenai peran dan wewenang negara sebelum adanya privatisasi BUMN, kendala hukum dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.


(33)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini akan mengemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya terkait akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara serta saran-saran terkait dengan hal yang sama dengan kesimpulan.


(34)

BAB II

KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A.Landasan Konstitusional BUMN di Indonesia

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pengerak perekonomian Indonesia yang diharapkan dapat menyokong upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam perannya, BUMN tidak saja menjalankan fungsi-fungsi produksi akan tetapi juga ikut menjalankan fungsi-fungsi pengadaan barang dan jasa. BUMN juga memiliki peran penting karena terlibat secara langsung dalam proses alokasi sumber daya yang bersifat ekonomi bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil studi tentang BUMN yang dilakukan oleh United Nation a nd Development Orga niza tion (UNI-DO) yakni organisasi dibawah naungan PBB untuk pengembangan industri bersama ICPE (International Center For Public Enterprise) yang berpusat di Ljubljana, Yugoslavia, dimana dikemukakan bahwa pada umumnya negara-negara yang mempunyai usaha negara atau BUMN mencantumkan hasrat dan latar belakang penguasaan negara pada bidang kehidupan yang vital dan strategis, oleh karena bidang itu menyangkut kepentingan umum atau masyarakat banyak.32

Kehadiran maupun pendirian usaha negara atau BUMN di setiap negara sering kali berbeda. Namun demikian, umumnya latar belakang pendirian usaha negara atau BUMN tidak hanya didasarkan pada alasan ideologis semata,

32


(35)

akantetapi sering kali pula didasari alasan ekonomis, sosial, politik, warisan sejarah, dan sebagainya. Keberadaan BUMN di Indonesia belum berapa lama dan merupakan peninggalan atau warisan sejarah pemerintah Hindia Belanda melalui program nasionalisasi, dan setelah itu baru dilekatkan pula alasan ekonomis dan

politis setelah BUMN difungsikan sebagai “a gent of development.”33

Keberadaan BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari amanat Pasal 33 UUD 1945. Sebagaimana dikemukakan oleh bagian penjelasan Pasal tersebut, Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal mengenai perekonomian yang berada di Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan Sosial.” Kesejahteraan Sosial adalah bagian yang tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan. Dengan menempatkan pasal 33 UUD 1945 dibawah judul Bab “Kesejahteraan Sosial,” itu berarti pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan perkapita, meningkatkan pendidikan masyarakat, dan meningkatkan harapan hidup masyarakat, yang merupakan salah satu parameter atau ukuran terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa, bukan semata-mata pertumbuhan ekonomi mikro. Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal

33Ibid


(36)

yang mulia, karena pasal ini mengutamakan kepentingan bersama masyarakat, tanpa mengabaikan kepentingan individu orang-perorang.

Melihat penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu dapat diketahui bahwa ayat 1, 2 dan 3 Pasal 33 UUD 1945 pada dasarnya adalah dasar dari demokrasi ekonomi atau sistem ekonomi kerakyatan yang hendak diselenggarakan di Indonesia. Sebagaimana diketahui, sistem ekonomi kerakyatan adalah sebuah sistem perekonomian yang sangat menekankan pentingnya partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses penyelenggaraan perekonomian. Sehubungan dengan itu, dalam sistem ekonomi kerakyatan, setiap anggota masyarakat tidak dapat hanya diperlakukan sebagai objek perekonomian. Ia adalah subjek perekonomian, yaitu yang memiliki hak untuk berpartisipasi secara langsung dalam proses penyelenggaraan perekonomian, serta dalam mengawasi berlangsungnya proses perekonomian tersebut.34

Berdasarkan rumusan UUD 1945 terdapat secara eksplisit ataupun implisit pandangan-pandangan dan nilai-nilai fundamental, UUD 1945 disamping sebagai konstitusi politik (political constitution), juga merupakan konstitusi ekonomi (economic constitution), bahkan konstitusi sosial (social constitution). UUD 1945 sebagai sebuah konstitusi negara secara substansi, tidak hanya terkait dengan pengaturan lembaga-lembaga kenegaraan dan struktur pemerintahan semata. Namun Iebih dari itu, konstitusi juga memiliki dimensi pengaturan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang tertuang di dalam Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33

34


(37)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan bagi sistem ekonomi Pancasila, yang lebih dikenal dengan demokrasi ekonomi.35

Sewaktu menyusun UUD 1945, para perintis kemerdekaan menyadari bahwa Indonesia sebagai kolektivitas politik masih belum memiliki modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Indonesia hanya memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia, sementara faktor produksi yang lain, seperti modal dan teknologi, belum tersedia. Atas dasar kenyataan inilah kemudian dirumuskan landasan hukum tentang asas keadilan di bidang ekonomi dan kesejahteraan sebagaimana tertera dalam Pasal 33 UUD 1945.36

Pasal 33 UUD 1945 merupakan landasan konstitusional bagi keberadaan BUMN di Indonesia. Memang tidak secara langsung dituliskan atau tercatat didalam UUD 1945, namum Pasal 33 ayat UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan, kemudian cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara serta bumi dan air serta seluruh kekayaan alam dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat.

Secara eksplisit, Pasal 33 UUD ini menyatakan bahwa negara akan mengambil peran dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, selama Pasal 33 UUD 1945 masih tercantum dalam konstitusi, selama itu pula keterlibatan pemerintah (termasuk BUMN) dalam perekonomian Indonesia masih tetap diperlukan. Khusus untuk BUMN, pembinaan usaha diarahkan guna mewujudkan visi yang telah dirumuskan.Paling tidak ada 3 visi yang saling terkait, yakni visi founding

35

http://www.lutfichakim.com/2011/12/analisis-penafsiran-pasal-33-uud-1945.html (diakses pada tanggal 08 Juli 2015)

36


(38)

fa ther yang ada dalam UUD 1945, visi dari lembaga/badan pengelolaan BUMN, dan visi masing-masing perusahaan BUMN. Kesemuanya ini harus dapat diterjemahkan dalam ukuran yang jelas untuk dijadikan pedoman dalam pembinaan.37

Terkait dengan kedudukan seperti itu, maka peran BUMN dalam sistem ekonomi kerakyatan dapat dikategorikan sebagai salah satu instrumen bagi negara dalam mewujudkan demokrasi ekonomi, yaitu untuk menjamin pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang. Jika koperasi adalah instrumen demokrasi ekonomi yang dimiliki oleh para anggotanya, maka BUMN adalah instrumen demokrasi ekonomi yang dimiliki seluruh rakyat Indonesia.

Selanjutnya, Badan Usaha Milik Negara diatur dalam UU BUMN (Lembaran Negara Nomor 70 Tahun 2003). Undang-undang ini mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu Indonesische Berdrijvenwet (Stb. No. 149 Tahun 1927) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955; Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara; dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang. Sejak diundangkannya UU BUMN, ketiga undang-undang itu dinyatakan dicabut

37Ibid


(39)

dan tidak berlaku lagi. UU BUMN mulai berlaku sejak tanggal diundangkannya, yaitu tanggal 19 Juni 2003.38

Hal-hal diataslah yang mendasari negara dalam mendirikan BUMN sebagai suatu badan usaha yang mengurus dan mengelola cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, kemudian bumi dan air dan kekayaan alam untuk memakmurkan kehidupan rakyat. Tidak ada satu pasal pun didalam UUD 1945 yang menjelaskan secara rinci mengenai BUMN. Pendirian BUMN merupakan suatu penafsiran atas Pasal 33 UUD 1945.

B. Maksud dan Tujuan Didirikannya BUMN

Pemerintah Indonesia mendirikan Badan Usaha Milik Negara dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN. Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk membangkitkan perekonomian

38

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 169.


(40)

lokal dapat dicapai dengan jalan mengikut-sertakan masyarakat sebagai mitra kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berada di sekitar lokasi BUMN.39

Tujuan dari pendirian BUMN menurut Rees dalam Sri Maemunah, antara lain:40

1) Guna efisiensi ekonomi yang meliputi alokasi teknologi dan manajerial. 2) Kemampuan memperoleh laba, yang merupakan sumber pendapatan negara

berupa pajak penghasilan atas laba yang diperoleh BUMN dan bagian laba yang diterima pemerintah sebagai pemilik. Meningkatkan kemampuan laba adalah penting bagi BUMN karena menjadi sumber dana intern juga merupakan sumber pendapatan pemerintah.

3) Distribusi pendapatan, merupakan alat pemerintah untuk mengadakan distribusi pendapatan melalui kebijksanaan harga di bawah rata-rata atau dengan keputusan investasi yang mengabaikan economies of scale untuk meningkatkan pendapatan riil golongan tertentu.

4) Tujuan bersifat makro, sebagai alat kebijaksanaan pemerintah mempunyai tujuan yang bersifat aggregate, antara lain untuk memperluas kesempatan kerja, memperbaiki neraca pembayaran, menekan inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Sri Maemunah sendiri, maksud dan tujuan dilakukannya pendiran BUMN, antara lain:41

1. Menunjang perkembangan ekonomi.

2. Mencapai pemerataan secara horizontal dan vertikal melalui perintisan usaha dan pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi.

3. Menjaga stabilitas dengan menyediakan persediaan barang yang cukup terutama menyangkut hajat hidup orang banyak.

4. Mencapai efisiensi teknik agar dapat menjual dengan harga yang terjangkau tanpa mengurangi mutu dan kemampuan memupuk dana dari keuntungan. 5. Menunjang terselenggaranya rencana pembangunan.

39

Nanang Yusroni dan Dumadi Tri Restiysnto, “Privatisasi Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Eksistensi, Dan Kinerja Ekonomi Nasional Dalam Sistem Ekonomi Pasar,” Jurnal

Ekonomi dan Bisinis, No. 3 (April, 2007), hlm. 73. 40

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/tujuan-didirikannya-bumnbumd.html (diakses pada tanggal 11 Juli 2015)


(41)

Menurut pasal 2 ayat (1) UU BUMN berserta penjelasannya menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:

1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Dengan penjelasan bahwa BUMN diharapkan dapat menigkatkan mutu pelayanaan pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan negara.

2. Mengejar keuntungan, dengan penjelasan bahwa meskipun maksud dan tujuan persero adalah untuk mengejar keuntungan, dalam hal-hal tertentu adalah untuk melakukan pelayanan umum. Persero dapat diberikan tugas khusus dengan memerhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dengan demikian, penugasan pemerintah harus disertai dengan pembiayaannya (kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis atau komersial. Sedangkan untuk perum yang tujuannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan umum, dalam pelaksanaannya harus memerhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

3. Menyelanggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Dengan pejelasan bahwa maksud dan tujuan seperti ini, setiap hasil usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Dengan penjelasan bahwa kegiatan perintisan merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, kegiatan tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara komersial tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tesebut dapat dilakukan melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang medesak, pemerintah dapat pula menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah.

BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.Penyisihan dan pengguna laba untuk keperluan pembinaan yang dimaksud, diatur dengan keputusan menteri.Sedangkan untuk usaha kecil/kopersi dimaksud dalam pasal ini adalah usaha kecil/koperasi yang menerima kriteria sebagai usaha kecil sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).BUMN dalam batas kepatutan hanya dapat memberikan donasi untuk amal dan tujuan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 90 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).42

42


(42)

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Dengan penjelasan bahwa kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.43

Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara sebagai undang-undang yang pernah berlaku juga menyebutkan secara jelas menegenai sifat pendirian BUMN, dimana BUMN merupakan suatu kesatuan produksi yang bersifat:44

1. memberi jasa;

2. menyelenggarakan kemanfaatan umum; dan 3. memupuk pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan sifat BUMN yang memberi jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum serta memupuk pendapatan, maka disini terlihat perbedaannya secara mendasar dengan usaha swasta dan koperasi yang mendasarkan pemupukan keuntungan sebagai hal yang utama. Selain itu, perumusan dalam ketentuan tersebut diatas jelas pula dimaksudkan untuk membangun suatu tatanan ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan demi terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera.45

Berdasarkan sifat, maksud dan tujuan pendirian BUMN seperti tersebut diatas, maka merupakan konsekuensi logis dari perwujudan tujuan bernegara, yakni untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan Pancasila dan

43

Ibid.

44

Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara.

45


(43)

UUD 1945, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan negara dalam cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, perumusan mengenai sifat, maksud dan tujuan pendirian BUMN itu harus pula sejalan dengan tujuan umum dari negara, yakni meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga sudah selayaknya jika BUMN tidak hanya difungsikan sebagai unit ekonomi yang melaksanakan fungsi profitisasi semata, akan tetapi diharuskan pula melaksanakan fungsi sosial.46

Masalah yang terjadi sekarang terkait maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah bahwa terjadi tabrakan antara profitisasi dari BUMN dan juga fungsi sosial yang tetap harus diemban oleh BUMN. Hal inilah yang memicu terjadinya perdebatan diantara para kalangan yang menyatakan bahwa tujuan serta peranan BUMN haruslah dipertegas. Namun disatu sisi, kedua hal inilah yang menjadi ciri khas dari BUMN itu sendiri. Fungsi profitisasi dan fungsi sosial itulah yang membedakan antara BUMN dengan koperasi ataupun dengan usaha swasta.

Keinginan pemerintah untuk semua BUMN ke dalam bentuk BUMN Persero dengan mengukur tingkat keberhasilan BUMN melalui pengukuran secara kuantitatif dengan dasar return on investment (ROI), keseimbangan modal dan aset serta keuntungan, tanpa memperhatikan maksud dan tujuan pendirian BUMN pada awal mulanya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara merupakan suatu kesalahan yang


(44)

sangat mendasar. Seperti dikemukakan oleh Mar’ie Muhammad dan Astar Siregar (1985), bahwa peran penting dari BUMN sangat ditentukan oleh sifat, maksud, dan tujuan pendirian BUMN tersebut.47

C. Bentuk-Bentuk BUMN

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.48 Bentuk-bentuk BUMN mengalami beberapa perubahan dan perkembangan. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960; Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983; dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000, ada 3 jenis bentuk BUMN, yaitu:49

1. Perusahaan Jawatan (Perjan). Perjan sebetulnya merupakan kepanjangan dari suatu departemen pemerintah, dan merupakan organ dari departemen yang bersangkutan. BUMN jenis ini seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Karena merupakan suatu bagian dari departemen, maka pada praktiknya memperoleh pula fasilitas-fasilitas departemen. Perjan berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat (public service) yang sifatnya tidak mencari laba (non-commercia l corpora tion), bahkan ada penyediaan subsidi-subsidi bila diperlukan.

47

Ibid., hlm. 78.

48

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

49


(45)

2. Perusahaan Umum (Perum). Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik. Perum ini bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 ditegaskan bahwa tugas dan tujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Disini terlihat suatu pola hubungan yang meskipun cukup bersifat pelayanan sosial tetapi bersifat business like bisa pula profit making.

3. Perusahaan Perseroan (Persero). Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya terdiri dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perseroan ini berbentuk Perseroan Terbatas yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung.

Aminuddin Ilmar membagi usaha BUMN menjadi tiga bentuk usaha negara, sebagai berikut:50

1. Semua perusahaan yang didirikan dan diatur menurut ketentuan IBW dengan stbl. 1972 Nomor 419 dinamakan Perusahaan Jawatan disingkat “Perjan.” 2. Semua perusahaan yang modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan

negara yang dipisahkan dan yang tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 dan telah diganti dengan PP Nomor 13 Tahun 1998, perusahaan ini dinamakan Perusahaan Umum disingkat “Perum.”

3. Semua Perusahaan yang berbetuk perseroan terbatas yang diatur menurut kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dengan stbl. 1847 Nomor 23 telah diganti melalui UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

50


(46)

(PT), baik yang sahamnya untuk seluruhnya maupun untuk sebagiannya dimiliki oleh negara yang dipisahkan, perusahaan ini dinamakan Perusahaan Persero atau disingkat dengan nama “Persero.”

Akan tetapi sejak keluarnya UU BUMN, maka semua peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. UU BUMN telah mengatur segala hal yang berkaitan dengan Perusahaan negara/BUMN. Jenis perusahaan yang terdapat didalam Undang-undang BUMN hanya tinggal dua bentuk yakni Perum dan Persero.

Lahirnya UU BUMN menyebabkan keberadaan Perjan dihapuskan. Undang-undang tersebut memberikan waktu selama dua tahun sejak diberlakukan kepada semua BUMN yang berbentuk Perjan harus diubah menjadi Perum atau Persero. Dalam praktiknya, sebelum keluarnya UU BUMN sudah banyak BUMN yang mengalami perubahan status dari Perjan menjadi Perum atau Persero. Pada tahun 1989 saja, BUMN berstatus Perjan tinggal berjumlah dua buah.Pada tahun berikutnya, yakni 1990 Perjan sudah tidak ada.51 Didalam UU BUMN dikatakan bahwa, BUMN terdiri dari Persero dan Perum.52

Persero, pendiriannya diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan menteri keuangan. Pelaksanaan pendirian persero dilakukan oleh menteri dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan. Terhadap persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana

51

A. Habibullah, Op.Cit., hlm. 76. 52


(47)

diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (sekarang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).53

Pengkajian yang dimaksudkan dalam pasal diatas untuk menetukan layak tidaknya perseroan tersebut didirikan, melalui kajian atas perencanaan bisnis dan kemampuan untuk mandiri serta mengembangkan usaha di masa mendatang. Pengkajian dalam hal ini melibatkan menteri teknis sepanjang yang menyangkut kebijakan sektoral. Pelaksanaan pendirian persero dilakukan oleh menteri mengingat menteri merupakan wakil negara selaku pemegang saham pada persero dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Mengingat persero pada dasarnya merupakan perseroan terbatas, semua ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (sekarang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), termasuk pula segala peraturan pelaksananya, berlaku juga bagi persero.54

Tujuan pendirian persero adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.55 Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Hal tersebut dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang

53

Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik negara.

54

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 178-179. 55


(48)

optimal bagi pihak-pihak yang terkait. Organ-organ persero terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris Persero dan Direksi Persero.

Ciri-ciri Badan Usaha Perseroan (Persero):56

1. Dalam pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden.

2. Pelaksanaan pendirian yang dilakukan oleh menteri berdasarkan Perundang-undangan.

3. Modal berbentuk saham.

4. Status perseroan terbatas diatur berdasarkan perundang-undangan.

5. Sebagian atau keseluruhan modal merupakan milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.

6. Tidak mendapatkan fasilitas dari negara. 7. Pegawai persero berstatus pegawai perusahaan. 8. Pemimpin berupa direksi.

9. Organ persero yaitu RUPS, direksi dan komisaris. 10. Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata. 11. Tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan.

Perum, pendirian perum diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan menteri keuangan. Perum yang didirikan tersebut memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya peraturan pemerintah tentang pendiriannya.Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, pembinaan, pengurusan dan pengawasan perum diatur dengan pearaturan pemerintah.57

Pendirian perum, antara lain harus memenuhi kriteria berikut:58

1. Bidang usaha atau kegiatannya berkaitan dengan kepentingan orang banyak. 2. Didirikan tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan (cost

effectiveness/cost recovery).

56

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-bumn-fungsi-bentuk-bentuk-bumn.html# (diakses pada tanggal 15 Juli 2015).

57

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 58


(49)

3. Berdasarkan pengkajian memenuhi persyaratan ekonomis yang diperlukan bagi berdirinya suatu badan usaha (mandiri).

Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.59 Pendirian perum harus dilakukan dengan peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah tersebut memuat, antara lain:60

1. penetapan pendirian perum;

2. penetapan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan; 3. anggaran dasar;

4. penunjukan menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal.

Tujuan perum adalah menyelengarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Untuk mendukung kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan perum, dengan persetujuan menteri, perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.61 Organ-organ perum terdiri atas menteri, direksi perum dan dewan pengawas perum.

59

http://www.organisasi.org/1970/01/macam-jenis-bumn-badan-usaha-milik-negara-persero-dan-perum-perusahaan-umum.html (diakses pada tanggal 15 Juli 2015).

60

Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit., hlm. 189-190. 61


(50)

D. Kedudukan BUMN sebagai Badan Hukum

Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban yang memiliki kewenangan untuk bertindak. Adapun yang menjadi subjek hukum adalah:62

1. Manusia/orang pribadi (natuurlijke persoon) yang sehat rohani/jiwanya, tidak di bawah pengampuan.

2. Badan hukum (rechts persoon).

Adapun badan hukum sebagai subjek hukum yang berwenang melakukan tindakan hukum, misalnya mengadakan perjanjian dengan pihak lain, mengadakan jual beli, yang dilakukan oleh pengurusnya atau nama suatu badan hukum. Menurut hukum yang dapat disebut badan hukum harus memenuhi syarat tertentu, misalnya PT dimana akta pendirian perusahaannya harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM serta diumumkan melalui Lembaran Berita Negara, sedangkan badan hukum lain disahkan menurut ketentuan badan itu sendiri, misalnya yayasan, menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayaysan. Bentuk-bentuk badan hukum lain, misalnya koperasi, masjid dan gereja.63

Secara umum badan hukum dapat dibedakan dalam dua jenis lagi, yaitu badan hukum publik dan badan privat/perdata. Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut kepentingan negara. Badan hukum ini mengatur hubungan antara negara dan atau aparatnya dengan warga negara yangmenyangkut kepentingan

62

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus

(jakarta: Kencana, 2005), hlm. 9. 63Ibid.,


(51)

umum/publik, seperti hukum pidana, hukum tatanegara, hukum tata usaha negara, hukum international dan lain sebagainya. Sedangkan badan hukum privat adalah badan hukum yang didirikan atas dasar hukum perdata atau hukum sipil yang menyangkut kepentingan orang atau individu-individu yang termasuk dalam badan hukum tersebut. Perbedaan antara kedua badan hukum tersebut diatas dapat dilihat dari cara didirikannya. Badan hukum perdata didirikan oleh individu -individu atau sekelompok masyarakat sedangkan publik didirikan oleh kekuasaan atau negara. Meskipun demikian, ada juga yang menyatakan bahwa perbedaan antara badan hukum perdata dan publik dapat dilihat dari kekuasaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, badan hukum publik memiliki kewenangan yang lebih luas daripada perdata oleh karena dapat membuat keputusan atau peraturan yang mengikat orang lain yang tidak tergabung dalam badan hukum tersebut.64 1. BUMN Persero

Pasal 1 angka 1 UU BUMN menyatakan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam pengertian inipun masih terdapat ranah hukum publik dalam BUMN,

dimana dalam kalimat “seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara” jika

modal keseluruhan dimiliki oleh negara, maka dapat dilihat bahwa BUMN berada dalam ranah hukum publik, karena sesuai dengan pengertian hukum publik di atas negaralah yang menjadi objek. Namun jika hanya sebagian dimiliki negara maka jelas bagian hukum privat karena dengan sendirinya ada penggabungan modal

64


(1)

Cara yang dapat dilakukan dalam memprivatisasi BUMN adalah dengan penjualan saham ke pasar modal, penjualan saham langsung kepada investor atau penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.

3. Sebelum kebijakan privatisasi dilaksanakan, negara yang diwakili oleh menteri memiliki peran dan wewenang penuh terhadap BUMN karena kepemilikan saham yang besar. Namun, dengan adanya kebijakan privatisasi maka peran dan wewenang negara secara otomatis akan berkurang ataupun hilang terhadap BUMN. Semua tergantung dengan seberapa besar saham yang dimiliki oleh negara didalam Persero tersebut. Dalam pelaksanaan privatisasi pun tidak selamanya mulus. Terdapat kendala-kendala yang harus dihadapi seperti kendala hukum, politik dan kendala teknik privatisasi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Negara seharusnya membuat aturan tersendiri mengenai privatisasi, yakni dengan membuat Undang-Undang khusus terkait privatisasi. Tujuannya adalah agar nantinya proses pelaksanaan privatisasi hanya melihat kepada satu aturan saja, tanpa perlu banyak aturan lain yang terkait. Hal ini dikarenakan kebijakan privatisasi akan makin banyak dilaksanakan dan butuh regulasi yang jelas dan pasti.

2. Agar pro dan kontra tidak terjadi di dalam masyarakat tehadap proses privatisasi, maka seharusnya dilakukan sosialisasi mengenai apa itu


(2)

privatisasi, tujuan dari privatisasi, cara pelaksanaan privatisasi dan keuntungan yang didapat apabila privatisasi berjalan sesuai tujuan awal. Hal ini bertujuan guna mengurangi kendala-kendala yang terjadi di dalam pelaksanaan privatisasi itu sendiri.

3. Negara melalui pemerintah harus segera membuat aturan mengenai batas-batas saham milik negara yang dapat dimiliki swasta dalam privatisasi Persero. Dan untuk mempertahankan kewenangan negara setelah terjadinya privatisasi baik sebagian atau seluruh saham milik negara didalam Persero, harusnya negara memiliki saham istimewa (golden share) seperti negara-negara maju.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bastian, Indra. Privatisasi Di Indonesia: Teori dan Implementasi. Jakarta: Empat Salemba, 2002.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo. Manajemen Privatisasi BUMN. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho dan Ricky Siahaan. BUMN Indonesia :Isu, Kebija ka n, da n Stra tegi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005. Habibullah, A. Kebijakan Privatisasi BUMN: Relasi State, Market dan Civil

Society. Malang: Averroes Press, 2009.

Ilmar, Aminuddin. Hak Menguasai Negara: Dalam Privatisasi BUMN. Jakarta: Kencana, 2012.

Mubyarto. Ekonomi Kerakyata. Yogyakarta: BFE UGM, 1993.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia . Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Mulhadi. Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia . Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Nasution, Bismar. Hukum Kegiatan Ekonomi I. Bandung: Books Terrace & Library, 2007.

Nugraha, Safri. Pr ivatisasi Perusahaan Milik Negara Ditinjau dari UUD 1945. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2011.

Prasetya, Rudhi. Perseroan Terbatas : Teori dan Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Saliman, Abdul Rasyid. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Ka sus. Jakarta: Kencana, 2005.

Samidjo. Ilmu Negara . Bandung: CV. Armico, 2002.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2001.


(4)

Supramono, Gatot. Hukum Uang Di Indonesia . Bekasi: Gramata Publishing, 2014.

Syahrin, Naihasy. Kebijakan Publik (Public Policy): Menggapai Masyarakat Ma da ni. Yogyakarta: Mida Pustaka, 2006.

Tjandra, W. Riawan. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Grasindo, 2006.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero)

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas

C. Jurnal

Adriyani, Wuri. Telaah Hukum Pada Privatisasi BUMN. Jurnal Arena Hukum, No.1 (Januari, 2008).

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. Analisa Privatisasi BUMN Di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosia l da n Ilmu Politik, No. 3 (Maret, 2003).

Mangkusubroto, Kuntoro. Privatisasi Sebagai Kecenderungan Lingkungan Usaha BUMN. Jurnal Manajemen Teknologi, No. 2 (Oktober, 2011).

Purwoko. Model Privatisasi BUMN yang Mendatangkan Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat Indonesia. Jurnal Ka jian Ekonomi dan Keua nga n, No.1 (Maret, 2002).

Yusroni, Nanang dan Dumadi Tri Restiysnto. Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Eksistensi, Dan Kinerja Ekonomi Nasional Dalam Sistem Ekonomi Pasar. Jurnal Ekonomi dan Bisinis, No. 3 (April, 2007).


(5)

D. Skripsi

Pardede, Happy. Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Mengaudit Perusa ha a n Bada n Usa ha Milik Nega ra Ditija u Da ri UU No. 19 tahun 2003 Tenta ng BUMN da n UU No. 17 ta hun 2003 Tentang Keua nga n Nega ra. (Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Medan, 2008).

Perangin-angin, Maria Sevia L. Analisis Hukum Terhadap Kepemilikan Saham Pemerinta h Di BUMN Setela h Priva tisa si BUMN Di Indonesia . (Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009). Sari, Wahyuni.Analisa Hukum Kebijakan Privatisasi BUMN Melalui Penjualan

Sa ha m Di Pa sa r Moda l Indonesia (Tinja ua n Yuridis Ka sus PT. Ga ruda Indonesia Tbk).(Tesis Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2012).

E. Website

Ahyan, Azanul. “ Peran Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi.” http://azanulahyan.blogspot.com/2014/05/peran-pemerintah-sebagai-pelaku-ekonomi.html (diakess pada tanggal 17 Juli 2015).

Baswir, Revrisond. ” Menggugat Rampokisasi BUMN.”

http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm (diakses pada tanggal 17 Juli 2015).

Carslberg, Arish. “Perbuatan Merugikan Keuangan Negara.”

http://aris-11.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 15 Juli 2015).

Chakim, Lutfi. “ Analisis Penafsiran Pasal 33 UUD 1945.” http://www.lutfichakim.com/2011/12/analisis-penafsiran-pasal-33-uud-1945.html (diakses pada tanggal 08 Juli 2015).

Damang. “Pengertian Keuangan Negara.”

http://www.negarahukum.com/hukum/pengertian-kewenangan.html(diakses pada tanggal 28 Juni 2015).

http://statushukum.com/badan-hukum.html (diakses pada tanggal 15 Juli 2015). http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/tujuan-didirikannya-bumnbumd.html

(diakses pada tanggal 11 Juli 2015).

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-bumn-fungsi-bentuk-bentuk-bumn.html#_(diakses pada tanggal 15 Juli 2015).


(6)

https://bersukacitalah.wordpress.com/tag/tahap-tahap-analisis-kualitatif/ (diakses pada tanggal 06 Juli 2015).

https://id.wikipedia.org/wiki/Privatisasi (diakses pada tanggal 15 Juli 2015). Manuhoro, Agasetyo. “ Roformasi Administrasi Privatisasi BUMN.”

https://www.academia.edu/5007968/MATA_KULIAH_REFORMASI_A DMINISTRASI_PRIVATISASI_ (diakses pada tanggal 15 Juli 2015). Muhammad, Ahmad Noor. “ Pemerintahan Megawati: BUMN ketangan asing

(2001-2004”.” https://www.linkedin.com/pulse/pemerintahan-megawati-privatisasi-bumn-ketangan-ahmad-noormuhammads (diakses pada tanggal 04 Juli 2015).

Musa, Ali Masykur. “ BUMN sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi.” http://nasional.sindonews.com/read/956914/168/bumn-sebagai-mesin ---pertumbuhan-ekonomi-1422427823 (diakses pada tanggal 17 Juli 2015).

Naro, Erna. “ Jenis BUMN Persero dan Perum.”

http://www.organisasi.org/1970/01/macam-jenis-bumn-badan-usaha-milik negara-persero-dan-perum-perusahaan-umum.html (diakses pada tanggal 15 Juli 2015).

Radjagukguk, Erman. “ Keuangan BUMN bukan Keuangan Negara.” http://www.ermanhukum.com/dokumen/Keuangan%20BUMN%20bukan %20Keuangan%20Negara.pdf (diakses pada tanggal 25 Juli 2015).

Tjandra, W. Ridwan. “ Pemisahan Keuangan Negara di BUMN.” http://www.bpk.go.id/news/pemisahan-kekayaan-negara-di-bumn (diakses pada tanggal 25 Juli 2015).