T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Simulator Kamera DSLR terhadap Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital: Studi Kasus SMKN 1 Pringapus T1 Full text

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Simulator Kamera
DSLR Terhadap Efektivitas Pembelajaran
Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital
(Studi Kasus SMKN 1 Pringapus)
ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:
YOGA PRADANA SEPTRI ANANDA
NIM: 702012082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016

2


3

4

5

6

1.

Pendahuluan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) lebih membutuhkan peralatanperalatan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak ditemukan suatu
masalah yang hampir dialami semua mata pelajaran pada jurusan multimedia
yaitu peralatan yang harganya cukup mahal. Hal tersebut membuat peralatan yang
dimiliki oleh sekolahan cukup terbatas dan kadang tidak mencukupi untuk
kegiatan belajar mengajar.
Pengamatan dan wawancara kepada beberapa murid di SMK N 1
Pringapus didapatkannya informasi bahwa alat praktikum mata pelajaran
komposisi foto digital yang berjumlah hanya 1 kamera DSLR. Dengan jumlah

peserta didik rata-rata perkelas adalah 35 siswa maka dalam penggunaan kamera
untuk praktik akan terjadi suatu kendala dalam penggunaan waktu. Peserta didik
harus berebutan dan hanya asal jepret tidak memperhatikan setingan kamera.
Bahkan ada sebagian siswa yang tidak melakukan praktikum karena waktu yang
telah habis. Tentu saja hal itu menyebabkan pembelajaran yang kurang efektif.
Keefektifan kegiatan belajar mengajar sendiri dikatakan efektif apabila
mencakup tiga hal yaitu ketercapaian ketuntasan belajar, tetercapaian keefektifan
aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk
melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran),
ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang positif [1].
Penelitian ini akan memanfaatkan media pembelajaran berupa simulator
kamera DSLR. Dengan menggunakan simulator ini diperkirakan akan membantu
pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Jumlah simulator ini
akan lebih memadai dibandingkan dengan kamera DSLR dikarenakan simulator
kamera ini akan dipasang pada seluruh komputer di laboratorium. Sehingga
memungkinkan setiap peserta didik dapat mengoperasikan simulator tersebut
secara individu.
Tujuan penelitian ini adalah untu mengetahui efektivitas kegiatan belajar
mengajar. Apakah dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera

DSLR kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Ataukah sebaliknya kegiatan
belajar mengajar menggunakan simulator kamera DSLR tidak lebih efektik
dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan satu buah
kamera DSLR.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh
penggunaan simulator kamera DSLR pada matapelajaran komposisi foto digital
terhadap efektivitas pembelajaran”. Penelitian ini memiliki beberapa batasan
masalah yaitu menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR,
aplikasi simulator kamera DSLR menggunakan camerasim off line. Objek yang
diteliti adalah siswa siswi kelas XI multimedia SMKN 1 Pringapus dan yang
diukur adalah efektivitas kegiatan belajar mengajar.

7

2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ignatius agung pranata penelitian

tersebut menunjukkan simulasi kamera DSLR dapat memudahkan dan
membantu pengguna dalam mempelajari ilmu fotografi [2]. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Muhamad rizki adi wijayanto menunjukkan
keterampilan fotografi kamera DSLR pada mata pelajaran komposisi
foto digital dapat ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran
drill dan pendekatan scientific. Kelemahan dari penelitian ini yaitu
sulitnya dalam mengkontrol kelas yang berjumlah 29 siswa karena
keterbatasan jumlah kamera dan permasalahan terhadap waktu
pembelajaran yang kurang [3]. Ferry fatchurrozi menunjukkan bahwa
dengan memanfaatkan media simulator kamera dapat berpengaruh pada
hasil belajar siswa [4]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu, penelitian ini akan meneliti tentang efektifitas
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran
simulator kamera DSLR. Aplikasi yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran adalah camerasim, camerasim memiliki fitur yang lebih
lengkap dari aplikasi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.
Efektivitas pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam
mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk
mencapai tujuan instruksional tertentu [5]. Efektivitas pembelajaran memiliki dua
karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu

yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil
belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang
berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri [6].
Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan,
baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Berikut
ini merupakan tiga indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian
ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian
waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat
dalam rencana pembelajaran), ketercapaian efektivitas kemampuan guru
mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam proses
pembelajaran ada tujuh yaitu pengorganisasian materi yang baik, komunikasi
yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif
terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan
pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang baik [7].
Dari beberapa uraian indikator ketercapaian efektivitas pembelajaran
diatas, akan dipilih tujuh indikator yang akan digunakan pada penelitian ini.
Indikator tersebut adalah pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang
efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, respon positif oleh


8

siswa, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, tercapainya waktu yang ideal,
dan tetercapaian ketuntasan belajar.
Media Pembelajaran sering diartikan sebagai alat-alat, grafis, fotografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual/verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemampuan peserta didik, sehingga dapat terdorong untuk terlibat dalam
proses pembelajaran [8]. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi
dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran [9]. Media adalah
setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap
[10].
Simulator/Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau
berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura
[11]. Simulasi merupakan suatu model pengambilan keputusan dengan mencontoh
atau mempergunakan gambaran sebenarnya. Gambaran tersebut diambil dari suatu
sistem kehidupan dunia nyata tanpa harus mengalaminya pada keadaan yang
sebenarnya [12].

Kamera DSLR atau Digital Single Lens Reflex adalah kamera digital
dengan format yang mengadopsi kamera SLR film yaitu memiliki lensa yang bisa
dilepas, memiliki cermin mekanik dan penta prisma untuk mengarahkan sinar
yang melewati lensa menuju ke jendela bidik. Saat tombol shuter ditekan, cermin
akan terangkat dan shutter terbuka sehingga menyebabkan sinar yang memasuki
lensa akan diteruskan mengenai sensor. Proses exposure diakhiri dengan
menutupnya shutter dan cermin kembali diturunkan. Total waktu yang diperlukan
dari shutter membuka hingga menutup lagi dinamakan shutter speed dan bisa
diatur secara manual atau otomatis” [13]. Selain itu DSLR memiliki kemampuan
lepas tukar lensa, mirip kamera analog SLR. Kualitas gambarpun prima. Hal ini
disebabkan karena kamera DSLR menggunakan lensa kamera yang baik, dan dari
waktu kewaktu terus mengalami perbaikan.fitur-fiturnya dibuat persis dengan
kamera analog SLR, seperti manual fotografi, bracketing, bidik kontinyu, multi
eksposur, hingga kompensasi pencahayaan. Kemampuan menyimpan file gambar
kamera ini dengan format digital seperti Jpeg,Tiff, Raw,dll [14].
Camerasim adalah sebuah aplikasi yang akan dipakai sebagai media
pembelajaran simulator kamera DSLR. Berikut ini kalimat yang penulis kutip
tentang camerasim yang ditulis oleh Jon Arnold pendiri dari aplikasi Camerasim
“I built CamersSim because I love photography, and I want to equip photography
instructors everywhere with a meaningful tool that helps them teach photography

to their students. While nothing can replace using a real camera, I'm proud of the
role that CameraSim has played in enlightening budding photographers all over
the world”. Diwebsite resmi camerasims dituliskan beberapa fitur yang dimiliki
seperti, aperture/f-stop, shutter speed, iso, lighting, focal length, parallax, camera

9

shake’ blur, tripod stabilization, subject motion blur, over- & under-exposure,
dan exposure priority modes [15].
3.

Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan
media pembelajaran simulator kamera DSLR dapat mempengaruhi keefektifan
pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif deskriptif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel tertentu,
data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Data yang sudah didapatkan kemudian dideskripsikan agar

mudah dalam memahaminya [17].
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
Nonequivalent control group design penelitian model ini dapat digambarkan
seperti berikut [17].
Tabel 1 Desain penelitian
O1

X

O3

O2
O4

O1

: Pretest kelas eksperimen

X


: Perlakuan (eksperimen)

O2

: Posttest kelas eksperimen

O3

: pretest kelas kontrol

O4

: Posttest kelas kontrol

Penelitian ini akan menggunakan 2 kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen
yang akan deberikan perlakuan penerapan media simulator kamera DSLR dan
satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol, kelas yang berjalan seperti biasanya.
Pertanyaan pada penelitian ini dapat dituliskan “Bagaimana keefektifan
kegiatan belajar mengajar menggunaan media pembelajaran simulator kamera
DSLR?”. Variabel pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu media
pembelajaran simulator kamera DSLR. Sedangkan variabel dependen adalah
efektivitas pembelajaran.

10

Gambar 1 Variabel Penelitian
X1
Y1

: KBM menggunaan simulator kamera DSLR
: Efektivitas kegiatan belajar mengajar

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XII
multimedia SMK N 1 Pringapus. Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan adalah non probability sampling dengan jenis sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel [17].
Pada masing-masing kelas yaitu kontrol dan ekperimen akan dilakukan
selama dua kali pertemuan. setiap pertemuannya materi yang disampaikan
berbeda. Pada pertemuan pertama materi yang akan disampaikan yaitu pengertian
fotografi dan dasar-dasar eksposure, sedangkan pada pertemuan kedua materi
yang akan diberikan adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto.
Berikut ini adalah desain pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini.
Tabel 2 Desain pembelajaran pertemuan 1
Kontrol

Eksperimen

Mata pelajaran

Komposisi foto digital

Komposisi foto digital

Materi

Pengertian fotografi dan
dasar-dasar eksposure

Pengertian fotografi dan
dasar-dasar eksposure

Tujuan
pembelajaran

Siswa dapat memahami dan
menguasai tentang
pengertian fotografi dan
dasar-dasar eksposure

Siswa dapat memahami
dan menguasai tentang
pengertian fotografi dan
dasar-dasar eksposure

Waktu

2 x 45 menit

2 x 45 menit

Metode











Ceramah
Praktik
Tanya jawab
kuis

11

Ceramah
Praktik
Tanya jawab
Kuis

Media

Langkah
pembelajaran

1 buah kamera DSLR





Pembukaan 10 menit
Teori 25 menit
Praktik 25 menit
Penutup 30 menit
(kesimpulan, kuis,
pengisian kuesioner,
salam penutup)

Simulator kamera DSLR
dan LCD proyektor





Pembukaan 10 menit
Teori 25 menit
Praktik 25 menit
Penutup 30 menit
(kesimpulan, kuis,
pengisian kuesioner,
salam penutup)

Tabel 3 Desain pembelajaran pertemuan 2
Kontrol

Eksperimen

Mata pelajaran

Komposisi foto digital

Komposisi foto digital

Materi

Ukuran shoot, angle shoot,
dan komposisi foto

Ukuran shoot, angle shoot,
dan komposisi foto

Tujuan
pembelajaran

Siswa dapat memahami dan
menguasai tentang ukuran
shoot, angle shoot, dan
komposisi foto

Siswa dapat memahami
dan menguasai tentang
Ukuran shoot, angle shoot,
dan komposisi foto

Waktu

2 x 45 menit

2 x 45 menit

Metode

Media

Langkah
pembelajaran











Ceramah
Praktik
Tanya jawab
kuis

1 buah kamera DSLR





Pembukaan 10 menit
Teori 25 menit
Praktik 25 menit
Penutup 30 menit
(kesimpulan, kuis,
pengisian kuesioner,
salam penutup)

Ceramah
Praktik
Tanya jawab
Kuis

Simulator kamera DSLR
dan LCD proyektor





Pembukaan 10 menit
Teori 20 menit
Praktik 30 menit
Penutup 30 menit
(kesimpulan, kuis,
pengisian kuesioner,
salam penutup)

Pada setiap akhir pertemuan atau penutupan akan di ambilkan waktu selama 30
menit yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Data yang akan
didapatkan pada masing-masing kelas adalah sebagai berikut:

12

Tabel 4 Data yang Dibutuhkan
Data yang Dibutuhkan
Eksperimen
Kontrol
Pretest
Pretest
Postest
Postest
Kuis Pertemuan 1
Kuis Pertemuan 1
Kuis Pertemuan 2
Kuis Pertemuan 2
Kuesioner Pertemuan 1 Kuesioner Pertemuan 1
Kuesioner Pertemuan 2 Kuesioner Pertemuan 2
Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan pada masing-masing
kelas kontrol maupun eksperimen. Pada penelitian ini yang diukur adalah
efektivitas kegiatan belajar mengajar. Indikator efektivitas yang digunakan dapat
dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 5 Indikator Efektivittas Kegiatan Belajar Mengajar [7]
NO

Indikator Efektivitas KBM

1

Pengorganisasian materi yang baik

2

Komunikasi yang efektif

3

Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran

4

Respon positif oleh siswa

5

Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran

6

Tercapainya waktu yang ideal

7

Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76)

Tabel 5 tersebut terdapat 7 indikator, indikator nomor 1-6 didapatkan dari
kuesioner dan indikator nomor 7 didapatkan dari soal kuis.
Dari tujuh indikator yang digunakan hasilnya akan dirata-rata dan
dicocokkan pada kategori keefektivitasan. Untuk menentukan kategori efektivitas
kegiatan belajar mengajar akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Presentase tertinggi
Presentase terendah
Rentang presentase
Kelas interval
Menghitung interval

: 100%
: 0%
: 100-0 = 100
:6
: 100 : 6 = 16.66 (16.5)

13

Berdasarkan hitungan tersebut maka dihasilkan kategori seperti tabel 6 dibawah
ini.
Tabel 6 Kategori Efektivitas KBM [18]
No
1
2
3
4
5
6
4.

Interval
87.5% - 100%
70% - 86.5%
52.5% - 69%
35% - 51.5%
17.5% - 34%
0% - 16.5%

Kategori
Sangat efektif
Efektif
Hampir efektif
Hampir tidak efektif
Tidak efektif
Sangat tidak efektif

Hasil dan Pembahasan

Sebelum penelitian dimulai pada masing-masing kelas diadakan pretest
yang keduanya memiliki soal yang sama. Pretest ini digunakan untuk pembanding
antara kelas kontrol dan eksperimen, apakah memiliki rata-rata yang hampir sama.
Berikut ini adalah hasil pretest dari kedua kelas tersebut :
Tabel 7 hasil pretest kedua kelas
PRETEST
Kontrol

Eksperimen

5.62

5.59

Dari hasil pretest terlihat nilai dari kedua kelas yang hampir sama. Nilai yang
didapat oleh kelas kontrol malah lebih tinggi dari kelas eksperimen. Kedua kelas
hanya memiliki selisih nilai 0.03 jadi bisa dikatakan kedua kelas memiliki
kesamaan dalam pemahaman awal.
Pertemuan 1
Kelas kontrol
Penelitian pertemuan pertama kelas kontrol dilakukan dengan perlakuan
seperti kegiatan yang biasa digunakan oleh guru. Materi yang akan dibahas yaitu
pengertian fotografi dan dasar-dasar exposure. Pembagian waktu yaitu teori 50%
dan praktik 50%. Media pembelajaran yang digunakan yaitu satu buah kamera
DSLR. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai peserta didik dari kelas kontrol
akan diberikan lembar soal kuis dan kuesioner guna pengumpulan data. Setelah
data terkumpul akan diolah dan hasilnya ditampilkan pada tabel 8.

14

Kelas eksperimen
Proses pembelajaran untuk kelas eksperimen akan menggunakan media
pembelajaran simulator kamera DSLR. Kegiatan belajar mengajar diawali dari
teori kemudian praktik. Dengan pembagian waktu teori 50% dan praktik 50%.
Pengajar akan memberikan materi tentang pengertian fotografi dan dasar-dasar
exposure. Setelah teori diberikan selanjutnya adalah melakukan praktik tentang
exposure dengan menggunakan simulator kamera DSLR.

Gambar 2 Tampilan Simulator Kamera DSLR
Exposure sendiri terdiri dari tiga aturan yaitu ISO, Aperture, dan Shutter. Dari
ketiga aturan tersebut peserta didik disuruh mengatur pada simulator kamera
DSLR seperti yang ditunjukkan gambar 2 diatas. Dari ketiga aturan tersebut
peserta didik ditugaskan untuk membuat foto yang memiliki exposure yang pas
tidak terlalu gelap ataupun terang. Foto dengan ruang tajam yang lebar, ruang
tajam sempit (bokeh), dan foto yang membeku. Setelah KBM selesai maka peserta
didik akan diberikan soal kuis dan kuesioner. Dari data yang telah terkumpul
maka akan diolah dan hasilnya ada pada tabel 8.
Tabel 8 dibawah ini berisi hasil data yang telah didapatkan pada
pertemuan 1 kelas kontrol dan eksperimen. Data tersebut didapatkan dari kuis dan
kuesioner.
Tabel 8 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 1
NO

PERSETUJUAN
Kontrol Eksperimen

INDIKATOR

1

Pengorganisasian materi yang baik

82%

88%

2

Komunikasi yang efektif

84%

89%

3

Penguasaan dan antusiasme terhadap materi
pelajaran

75%

84%

4

Respon positif oleh siswa

76%

86%

15

5

Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran

64%

82%

6

Tercapainya waktu yang ideal

52%

73%

7

Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76)

27%

68%

RATA-RATA

66%

82%

Untuk mengetahui kategori keefektifan KBM dari presentase tabel diatas maka
dapat dicocokkan dengan tabel 6 kategori efektivitas KBM. Dari tabel 8 tersebut
dapat dilihat kelas kontrol dan eksperimen memiliki presentase tertinggi pada
indikator nomor 2 masing-masing kelas memiliki presentase 84%(efektif) dan
89%(sangat efektif). Sedangkan
presentase terendah kelas kontrol dan
eksperimen terdapat pada indikator nomer 7 dengan presentase 27%(tidak efektif)
dan 68%(hampir efektif).
Pertemuan 2
Pada Pertemuan kedua masing-masing kelas mempelajari materi yang
sama. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua yaitu ukuran shoot, angle
shoot, dan komposisi foto. Data penelitian diambil setelah kegiatan belajar
mengajar selesai yaitu dengan cara seperti pertemuan 1 yaitu pengisian kuis dan
kuesioner. Isi kuesioner pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 sama tetapi untuk soal
kuis akan berbeda, menyesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan.
Kelas kontrol
Pada pertemuan kedua kelas kontrol akan melakukan kegiatan belajar
mengajar seperti biasa yang dilakukan. Materi pelajaran yang akan dibawakan
adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Pembagian waktu teori dan
praktik adalah 50%-50%. Kuesioner dan kuis diambil setelah kegiatan KBM
selesai.
Kelas eksperimen
Pada pertemuan kedua ada sedikit perbedaan pada kelas eksperimen, pada
pertemuan kedua ini pengajar akan menitik beratkan pada teori. Pengajar
menyusun materi yang lebih ringkas, jelas, dan memperbanyak contoh-contoh
foto. Maka akan merubah pembagian waktu menjadi teori 60% praktik 40%, dan
menambah 5 komputer yang dijadikan sebagai media pembelajaran sehingga
penggunaan waktu ketika praktikum lebih efisien.
Pertemuan kedua kelas eksperimen akan mempelajari materi ukuran shoot,
angle shoot, dan komposisi foto. Untuk praktik kali ini hanya mempraktikkan
ukuran shoot karena keterbatasan fasilitas yang ada pada simulator kamera DSLR.
siswa akan mengatur dua tombol pengaturan yaitu distance dan focal length.
Distance sendiri adalah pengaturan antara jarak fotografer dengan objek dan focal
length adalah ukuran zoom pada lensa kamera. Pada gambar 3 dibawah ini adalah
letak tombol pada simulator kamera DSLR.

16

Gambar 3 Letak tombol distance dan focal length
Setelah kegiatan belajar selesai maka dilakukan pengambilan data dengan
pemberian soal kuis dan lembar kuesioner. Data yang sudah terkumpul kemudian
diolah dan didapatkan hasil seperti pada tabel 9.
Data yang telah diperoleh pada pertemuan kedua baik kelas kontrol
maupun eksperimen, selanjutnya akan diolah secara statistik. Data yang sudah
diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah tabel data yang
diperoleh pada pertemuan kedua.
Tabel 9 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 2
NO
1
2
3
4
5
6
7

INDIKATOR
Pengorganisasian materi yang baik
Komunikasi yang efektif
Penguasaan dan antusiasme terhadap materi
pelajaran
Respon positif oleh siswa
Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
Tercapainya waktu yang ideal
Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76)
RATA-RATA

PERSETUJUAN
Kontrol Eksperimen
78%
91%
83%
86%
77%

82%

77%
69%
61%
25%

85%
82%
78%
81%

67%

83%

Untuk mengetahui kategori keefektifan KBM dari presentase tabel diatas maka
dapat dicocokkan dengan tabel 6 kategori efektivitas KBM. Pada tabel 9 diatas
untuk kelas kontrol memiliki presentase tertinggi 83%(efektif) pada indikator
nomor 2 dan terendah pada indikator nomor 7 dengan presentase 25% (tidak
efektif). Sedangkan kelas eksperimen presentase tertinggi adalah 91%(sangat
efektiv) pada indikator nomor 1 dan terendah pada indikator nomor 6 dengan
presentase 78%(efektif).

17

Setelah pertemuan kedua selesai masing-masing kelas diadakan sebuah
postest yang memiliki soal sama persis seperti soal pretest. Postest ini akan
digunakan untuk melihat perbandingan nilai awal penelitian dengan nilai akhir
setelah penelitian selesai. Berikut ini adalah tabel 10 yang berisi nilai pretest dan
postest dari kedua kelas.
Tabel 10 Perbandingan Pretest dan Postest
Kelas

Pretest

Postest

Kontrol
Eksperimen

5.62
5.59

6.12
9.0

Diagram dibawah ini merupakan perbandingan efektivitas kegiatan belajar
mengajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan yang di
ambil dari rata-rata tabel nomor 8, dan tabel nomor 9.

Diagram 1 Perbandingan efektivitas KBM kelas eksperimen dan kontrol
Pada diagram 1 diatas dapat dilihat jika kelas eksperimen memiliki presentase
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Tetapi pada pertemuan
kedua kelas kontrol hanya memiliki kenaikan 1% begitu juga dengan kelas
eksperimen. Hal tersebut dikarenakan adanya indikator yang mengalami
penurunan. Misalnya kelas eksperimen yang memiliki penurunan presentase pada
indikator komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap pelajaran,
dan respon positif siswa. Penurunan presentase tersebut bisa dikarenakan peserta
didik sudah pernah menggunakan media tersebut sebelumnya, jadi dapat sedikit
mengurangi rasa keingin tahuan oleh peserta didik. Untuk membandingkan kedua
kelas maka akan dihitung rata-rata dari kedua pertemuan berdasarkan masingmasing kelas yang ada pada diagram 1 tersebut. Maka hasil rata-rata efektivitas
kegiatan belajar mengajar kelas kontrol memiliki presentase 66.5% sedangkan
kelas eksperimen 82.5%. Presentase tersebut menunjukkan bahwa kelas
eksperimen memiliki efektivitas KBM lebih tinggi 16% dibandingkan dengan

18

kelas kontrol dan memiliki hasil postest lebih tinggi 2.88 dibandingkan kelas
kontrol. jika rata-rata tersebut dicocokkan dengan tabel 6 Maka kelas kontrol
berada pada kategori hampir efektif dan kelas eksperimen berada pada kategori
efektif.
5.

Simpulan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelas eksperimen dalam kegiatan
belajar mengajar memiliki rata-rata efektivitas 82.5% yang berarti efektif
dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki efektivitas 66.5% yang berarti
hampir efektif. Sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan media
pembelajaran simulator kamera DSLR dikatakan lebih efektif dibandingkan
dengan KBM dengan media pembelajaran kamera DSLR yang terbatas. Indikator
keefektifan belajar mengajar yang digunakan ada 7 yaitu pengorganisasian materi,
keefektifan komunikasi, penguasaan dan antusiasme siswa terhadap materi,
respon positif siswa, keluwesan guru dalam pendekatan pembelajaran, keefektifan
waktu yang digunakan, dan hasil belajar dari siswa. Bagi sekolah yang memiliki
kamera DSLR terbatas disarankan untuk menggunakan simulator kamera DSLR
dikarenakan dalam penggunaannya untuk KBM lebih efektif.

6.
[1]

[2]

[3]

[4]

[5]
[6]
[7]

Daftar pustaka
Mawar, R. (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning
Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Yogyakarta).
Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera
DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi
Dasar, Univer sita s Kr isten Sa tya Wa ca na institutiona l Repositor y,
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22
Maret 2016.
Wijayanto, Muhamad Rizki Adi, 2015, Peningkatan Keterampilan Fotografi
Kamera Dslr Dengan Metode Drill Dan Pendekatan Scientific Pada Mata
Pelajaran Komposisi Foto Digital Siswa Kelas Xi Multimedia, Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Fatchurrozi, Ferry, 2015, Pemanfaatan Media Simulator Kamera Materi Pokok
Pengoperasiankamera Mata Pelajaran Fotografi Siswa Kelas Xi Multimedia di
SMK N 2 Magetan, Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1(2),
http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/13075/pemanfaatan-mediasimulator-kamera-materi-pokok-pengoperasian-kamera-mata-pelajaran-fotografisiswa-kelas-xi-multimedia-di-smkn-2-magetan#. Diakses tanggal 24 Maret 2016.
Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan).
Jakarta: Rineka cipta.
Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.
Mawar, R. (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning
Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap

19

[8]
[9]
[10]
[11]
[12]

[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]

Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Yogyakarta).
Kokasih, Andreas. 2013. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga:
Widya Sari Press Salatiga.
Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Anitah, sri.2012. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma pustaka.
Sudjana, nana. 1988. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera
DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi
Dasar, Univer sita s Kr isten Sa tya Wa ca na institutiona l Repositor y,
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22
Maret 2016.
Mulyanta, Edi S. 2006. Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta:
PT.Penerbit Andi.
Darmawan, ferry. 2009. Dunia Dalam Bingkai Dari Fotografi Film Hingga
Fotografi Digital. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Arnold, jon. “Camerasim”. 20 Juni 2016. http://camerasim.com/
Taniredja, tukiran. Pujiati, irma. Dan Nyata. 2010. Penelitian tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

20

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52