Penentuan Jumlah Oksigen Dalam Air secara Kualitatif

TUGAS KIMIA LINGKUNGAN
PENENTUAN JUMLAH OKSIGEN DALAM AIR SECARA
KUALITATIF

Disusun oleh :
1. Widha Putri Pangestu
2. Marleni Tri Santi
3. Onindika Lintang Putri

15303241019
15303241020
15303241024

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. TUJUAN

Menentukan jumlah oksigen terlarut dalam air secara kualitatif

B. DASAR TEORI

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO
(dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh
organisme aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi

anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa – senyawa kimia menjadi
lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang
ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Anggriawan,
2013).

Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gasgas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas, turbulens air, ketinggian
serta komponen organik atau persenyawaan unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam
air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen
terlarut dalam suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan-pembusukan dan
respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya
CO2 bebas serta menurunnya pH (Nybakken, 1992). Kelarutan oksigen meningkat
dengan meningkatnya turbulen pada air, namun semakin dalam jarak antara
permukaan air dengan tanah di dalam air maka semakin rendah kelarutan oksigen
tersebut.
Oksigen (O2) dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain
seperti karbondioksida, alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi
kadar oksigen yang dibutuhkan, maka karbondioksida yang dilepaskan sedikit.
Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu ditunjukkan bahwa semakin

tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang (Efendi, 2003).
Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin
rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar
oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas
serta

adanya

proses

fotosintesis.

Dengan

bertambahnya

kedalaman

akan


mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan
Di dalam air, oksigen memerankan peranan dalam menguraikan komponenkomponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik
sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Dengan adanya oksigen dalam
air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Reaksi
yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah :
Komponen

Organik+O2

+nutrien

mikroorganisme


CO2+H2O+Sel

baru+nutrien+energi
Jika reaksi pengurai komponen kimia dalam air terus belaku, maka kadar oksigen pun
akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk

menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan
pencemaran berat pada air (Anonim, 2017).

Menurut (Hutagalung, 1985) metode yang dapat digunakan dalam menentukan
kadar oksigen terlarut dalam perairan salah satunya yaitu metode titrasi dengan cara
winkler. Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi iodometri yang
diperkenalkan oleh WINKLER adalah sebagai berikut : dalam larutan yang bersifat
basa kuat, MnSO4 bereaksi dengan basa (OH¯) membentuk endapan Mn(OH)2 yang
berwana putih. Endapan Mn(OH)2 dalam larutan yang bersifat basa kuat, merupakan
senyawa yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi oleh oksigen yang terdapat
dalam larutan contoh menjadi Mn(OH)3.
MnSO4 + 2OH- → 2Mn(OH)3
2Mn(OH)3 +

1
2

O2 + H2O → Mn(OH)2 + SO4

Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif, yang berarti banyaknya Mn (OH)3 yang

terbentuk adalah ekivalen dengan banyaknya O2 yang terdapat dalam larutan contoh.
Setelah proses pengendapan sempurna, larutan diasamkan dengan H 2SO4.
Dalam suasana asam kuat, endapan Mn(OH)3 larut kembali dan melepaskan Mn . Ion
Mn2+ yang dilepaskan ini bersifat oksidator kuat, sehingga akan mengoksidasi ion
iodida menjadi I2 bebas. I2 yang dibebaskan dari garam NaI atau KI ini dititrasi dengan
natrium tio-sulfat (Na2S2O3).
2Mn(OH)3 + 2I- + 6H+ → 2Mn2+ + I2 + 6H2O
I2 + I- ↔ I3Larutan tio-sulfat dioksidasi menjadi tetrationat dan I2 direduksi menjadi I¯.
Untuk menentukan titik afchir titrasi dipakai indikator kanji. Iodium (I 2) bereaksi
dengan kanji membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru.
I3- + 2S2O32-

→ I- + S4O62-

Ikatan antara I2 dengan kanji tidak begitu kuat, I2 mudah lepas dan bereaksi
dengan tiosulfat. Titrasi dihentikan pada saat warna biru hilang dan larutan berubah
menjadi tidak berwarna. Banyaknya O2 adalah ekivalen dengan banyaknya I2 yang
dilepas-kan. Banyaknya I2 yang dilepaskan adalah ekivalen dengan banyaknya larutan
baku Na2S2O3 yang diperlukan untuk titrasi. Oleh karena itu kadar oksigen dalam


larutan contoh dapat dihitung dari banyaknya larutan baku tio-sulfat yang terpakai
untuk titrasi.

C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
Gambar Alat

a.

3 buah alat injeksi 30ml

3 buah Karet Gelang

Kaca Arloji

Gambar Alat

b.

c.


3 buah Jarum injeksi

Batu krikil berukuran
kecil

e.

d.

g.

Gambar Alat

h.

Sepatula

Tabung Reaksi


f.

i.

Stopwatch

Labu Ukur 50ml

j.

l.

k.

Plastik
Beaker Glass 25 ml

m.

o.Neraca Analitik


n.

Rak Tabung Reaksi

Pipet Volume

p.

Gelas Ukur

2. Bahan :

Pipet Tetes

Gambar Bahan

Gambar Bahan

a..


b.

Akuades

c.

Air Kolam

d.

Padatan KI

Air comberan (air bekas
cucian piring)

e.

f.

g.

Larutan NaOH

h.

Padatan NaOH

Larutan Alkali-Iod

i.

Asam fosfat

Larutan KI

j.

Mangan Sulfat

D. CARA KERJA
1. Membuat larutan alkali – iod
Menyiapkan padatan NaOH dan padatan KI.

Menghitung berapa gram padatan NaOH yang akan dignakan dalam membuat
larutan (Dengan rumus molaritas).

Menimbang padatan sesuai dengan perhitungan yang didapat.
Memasukkan kedalam labu takar dan menambhakan akuades hingga garis batas.

Melakukan penggojokan hingga larutan menjadi homogen.

Mengulagi pekerjaan 2-5 untuk padatan KI.
Mengambil 5 ml dari setiap larutan KI dan NaOH dan memasukkannya dalam labu
ukur 50ml, serta melakukan penggojokan hingga menjadi homogeny dan didapatkan
2. Menentukan jumlah oksigen dalam
larutanair
alkali-iod.
Membersihkan alat injeksi dengan air bersih, kemudian membuka sumbat pada alat
injeksi.
Membersihkan batu krikil kecil dengan air bersih dan mengalir.

1.

Masukkan batu krikil yang bersih dalam alat injeksi, lalu tutup dengan
sumbat alat injeksi.
Membenamkan ujung jarum ke dalam larutan MnSO4 dan menghisap larutan
sebanyak 10 ml.

Menekan sumbat
alat injeksi
sumbatjarum
mencapai
ujung bagian lain dari
alat
Memposisikan
alat injeksi
posisi sampai
tegak dengan
menghMembenamkan
ujung
injeksi.
jarum ke dalam larutan MnSO4 dan menghisap
larutan sebanyak 10 ml.adap
keatas.
Menekan penyumbat secara perlahan hingga batu krikil mencapai ujung lain
dari alat injeksi, dan pada alat injeksi masih tersisa 1 ml larutan MnSO4

Membenamkan ujung jarum kedalam akuades dan mengambil 18 ml akuades.
Memposisikan alat injeksi mendatar dan melakukan penggojokan secara perlahan.
Batu krikil akan menggelinding dan mencampur larutan.

Menghisap larutan alkali-iod 0,5 ml, memegang alat injeksi pada posisi mendatar.
Lalu memggojok lagi hingga larutan bercampur.

Mendiamkan selama 5 menit dan meletakkan alat injeksi dalam posisi mendatar.
Memindahkan campuran yang ada pada alat injeksi ke dalam tabung reaksi dan
menutup
rapat-rapat
dengan
plastik
karet gelang
sehingga tidak
ada udara yang
Menghisap
larutan asam
fosfat
0,5dan
ml dalam
posisi mendatar,
dan menggojoknya
masuk.
Mengamatidengan
perubahan
baik.yang terjadi.

Mengamati larutan dengan cermat, larutan ini sebagai pembanding. Menempatkan
pada rak tabung reaksi.

Mengulangi pekerjaan 1 sampai dengan 15 untuk sampel air yang lain ( air kolam,
dan air bekas cucian piring).

E. DATA PENGAMATAN
No.

Data

1.

Akuades (air bersih)

2.

Air kolam (air terpolusi tingkat rendah)

3.

Air bekas cucian piring (air terpolusi)

Pengamatan
Akuades tidak berwarna
(bening) dan terdapat banyak
gelembung-gelembung udara
yang berada di pinggir
tabung reaksi.
Air kolam memiliki warna
keruh bening, paling keruh
dari pada akuades dan air
bekas cucian piring. Terdapat
banyak
gelembunggelembung
udara
yang
berada di pinggir ataupun
tengah
tabung
reaksi
(menyebar).
Air bekas cucian piring
memiliki warna sedikit keruh
bening, lebih keruh dari pada
akuades.
Serta
terdapat
sedikit
gelembunggelembung
udara
yang
berada pada pinggir dan
tengah pada tabung reaksi
(menyebar).

F. PEMBAHASAN
Percobaan yang kelompok kami lakukan pada hari Selasa, 24 Oktober 2017
adalah pengukuran kadar oksigen dalam air murni (akuades), air kolam dan juga air
comberan. Air comberan yang kami gunakan dalam percobaan ini adalah air bekas
cucian piring. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut
dalam air secara kualitatif.
Oksigen ( O2 ) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh
semua makhluk hidup khususnya di perairan. Dalam perairan, oksigen merupakan gas
terlarut. Oksigen dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti
karbondiosida, alkalinitas, suhu, pH dan sebagainya. Oksigen dapat bersumber dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis tumbuhan air
maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari (Effendi, 2003). Oksigen
memegang peranan sangat penting sebagai indikator kualitas perairan. Hal ini
disebabkan karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organik serta anorganik. Selain itu oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan
oleh organisme aerobik dan anaerobik.
Dissolved Oxygen ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. Dissolved Oxygen ( DO ) di
suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk
hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan dapat dilakukan
dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti Dissolved Oxygen ( DO ).
Semakin banyak jumlah DO ( Dissolved Oxygen ) maka kualitas air semakin baik.
Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi (Salmin, 2000).
Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial
gas-gas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinias, serta persenyawaan unsurunsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu
dan salinitas meningkat dan juga akibat pembusukan serta respirasi dari hewan dan

tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas dan menurunnya
pH (Nybakken, 1992).

Pada percobaan yang kami lakukan, kami menggunakan 3 sampel air yaitu
air murni (akuades), air kolam dan juga air comberan. Ketiga sampel tersebut diberi
perlakuan yang sama. Mulai dari alat injeksi yang digunakan untuk ketiga sampel
tersebut sama yaitu alat injeksi berukuran 50 mL, diberi larutan yang sama dengan
jumlah takaran yang sama pula serta waktu pendiaman yang sama yaitu selama 5
menit. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan asam fosfat pekat,
larutan mangan sulfat 40%, larutan alkali iod ( larutan NaOH 32% dan KI 10% ).
Pada dasarnya percobaan yang kami lakukan ini menggunakan metode titrasi
dengan cara winkler. Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi
iodometri yang diperkenalkan oleh WINKLER adalah sebagai berikut : dalam larutan
yang bersifat basa kuat, MnSO4 bereaksi dengan basa (OH¯) membentuk endapan
Mn(OH)2 yang berwana putih. Endapan Mn(OH)2 dalam larutan yang bersifat basa
kuat, merupakan senyawa yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi oleh oksigen
yang terdapat dalam larutan contoh menjadi Mn(OH)3. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
MnSO4 + 2OH- → 2Mn(OH)3
2Mn(OH)3 +

1
2

O2 + H2O → Mn(OH)2 + SO4

Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif, yang berarti banyaknya Mn (OH) 3 yang
terbentuk adalah ekivalen dengan banyaknya O2 yang terdapat dalam sampel larutan
Setelah proses pengendapan sempurna, larutan diasamkan dengan H2SO4. Akan tetapi
dalam percobaan, larutan asam yang digunakan adalah larutan asam fosfat pekat
(H3PO4). Dalam suasana asam kuat, endapan Mn(OH)3 larut kembali dan melepaskan
Mn . Ion Mn2+ yang dilepaskan ini bersifat oksidator kuat, sehingga akan
mengoksidasi ion iodida menjadi I2 bebas. I2 yang dibebaskan dari garam NaI atau KI
ini dititrasi dengan natrium tio-sulfat (Na2S2O3).
2Mn(OH)3 + 2I- + 6H+ → 2Mn2+ + I2 + 6H2O
I2 + I- ↔ I3-

Larutan tio-sulfat dioksidasi menjadi tetrationat dan I2 direduksi menjadi I¯.
Untuk menentukan titik akhir titrasi dipakai indikator kanji. Iodium (I 2) bereaksi
dengan kanji membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru.
I3- + 2S2O32-

→ I- + S4O62-

Ikatan antara I2 dengan kanji tidak begitu kuat, I2 mudah lepas dan bereaksi
dengan tiosulfat. Titrasi dihentikan pada saat warna biru hilang dan larutan berubah
menjadi tidak berwarna. Banyaknya O2 adalah ekivalen dengan banyaknya I2 yang
dilepas-kan. Banyaknya I2 yang dilepaskan adalah ekivalen dengan banyaknya larutan
baku Na2S2O3 yang diperlukan untuk titrasi. Oleh karena itu kadar oksigen dalam
larutan contoh dapat dihitung dari banyaknya larutan baku tio-sulfat yang terpakai
untuk titrasi.
Namun, dalam percobaan yang kami lakukan tidak sampai pada tahap titrasi
hanya sampai pada penambahan asam fosfat pekat saja. Oleh karena itu, warna ketiga
sampel air dari hasil percobaan yang kami lakukan tidak berwarna biru. Banyaknya
jumlah O2 yang ada pada ketiga sampel air dalam percobaan kami, kami tentukan
dengan membandingkan warna kekeruhan dari ketiga sampel air tersebut. Semakin
keruh warna sampel air maka semakin sedikit jumlah O2 yang ada pada sampel air
tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin keruh warna sampel air maka semakin
banyak endapan yang diada pada sampel air tersebut sehingga semakin banyak pula
oksigen terlarut yang diserap oleh endapan tersebut yang menyebabkan oksigen
terlarut dalam sampel air tersebut menjadi semakin sedikit.
Hasil percobaan yang kami lakukan menunjukkan tingkat kekeruhan dari
ketiga sampel air yang kami gunakan dari yang tingkat kekeruhan paling sedikit
sampai tingkat kekeruhan yang paling keruh adalah sebagai berikut :
1. Sampel air murni (akuades).
2. Sampel air comberan.
3. Sampel air kolam.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah O2 dalam sampel air murni
(akuades) adalah paling banyak dan jumlah O2 dalam air kolam adalah paling sedikit.
Hal ini disebabkan karena dalam sampel air kolam terdapat lebih banyak
mikroorganisme. Oleh karena itu dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme
semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam
penguraian tersebut adalah :

Komponen

Organik+O2

+nutrien

mikroorganisme


CO2+H2O+Sel

baru+nutrien+energi
Jika reaksi pengurai komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen
pun akan menurun. Pengurangan oksigen ( O2 ) dalam air pun tergantung pada
banyaknya partikel organik dalam air yang membutuhkan perombakan oleh bakteri
melalui proses oksidasi. Semakin banyak partikel organik maka semakin banyak
aktivitas bakteri perombak dan semakin banyak pula oksigen yang dikonsumsi
sehingga semakin berkurang oksigen dalam air (Lesmana, 2005). Sedangkan pada air
murni (akuades) lebih sedikit mikroorganismenya sehingga reaksi penguraian yang
terjadi juga sedikit yang menyebabkan jumlah oksigen pada sampel air tersebut masih
banyak. Dalam sampel air comberan yang pada percobaan ini kami gunakan adalah
air bekas cucian piring, jumlah oksigennya berada di tengah – tengah yaitu lebih
sedikit daripada jumlah oksigen dalam sampel air murni (akudes) tetapi lebih banyak
daripada jumlah oksigen dalam sampel air kolam. Hal ini disebabkan karena jumlah
mikroorganisme dalam sampel air comberan tidak terlalu banyak dibandingkan
dengan banyaknya mikroorganisme dalam sampel air kolam sehingga reaksi peruraian
tetap terjadi tetapi tidak sebanyak pada reaksi peruraian dalam sampel air kolam.
Begitu pula dengan sampel air murni (akuades) sedikit terdapat mikroorganisme di
dalamnya sehingga reaksi peruraian yang terjadi juga sedikit yang mengakibatkan
oksigen terlaut yang ada dalam sampel air murni (akuades) tersebut masih banyak.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
jumlah oksigen dalam ketiga sampel tersebut dari yang terbanyak sampai paling
sedikit yaitu :
1. Sampel air murni (akuades).
2. Sampel air comberan.
3. Sampel air kolam.
Tingkat kekeruhan warna pada sampel air menunjukkan jumlah oksigen dalam sampel
air tersebut. Semakin keruh warna sampel air maka semakin sedikit jumlah oksigen
dalam sampel air tersebut.

H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Larutan manakah yang paling gelap dan mana yang paling terang ?
Jawaban :
Larutan yang paling gelap adalah larutan dalam sampel air kolam dan larutan yang
paling terang adalah larutan dalam air murni (akuades).
2. Sampel air manakah yang mengandung polutan paling banyak ?
Jawaban :
Sampel air yang mengandung polutan paling banyak adalah sampel air kolam.
3. Apa hubungan antara tingkat oksigen terlarut dengan tingkat polutan dalam air ?
Jawaban :
Hubungan antara tingkat oksigen terlarut dengan tingkat polutan dalam air adalah
semakin banyak polutan yang terdapat dalam air maka semakin sedikit jumlah
oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini dikarenakan semakin banyak polutan
dalam air tersebut maka akan semakin banyak pula mikroorganisme yang ada
dalam air tersebut. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin
giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam
penguraian tersebut adalah :
Komponen

Organik+O2

+nutrien

mikroorganisme


CO2+H2O+Sel
baru+nutrien+
energi

Jika reaksi pengurai komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen
pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk
menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan
pencemaran berat pada air.

I. DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, Denny dkk. 2013. Oksigen Terlarut. Bandung:FPIK UNPAD.
Anonim.2017. Oksigen Terlarut. https://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_terlarut.
Diakses pada 10 November 2017 pukul 16:30 WIB.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
Hutagalung, Horas P, Abdul Rozak dan Irman Lutan. 1984. Beberapa Catatan
Tentang Penentuan Kadar Oksigen Dalam Ilmu Air Laut Berdasarkan
Metode Winkler.Oseano, Vol.X, No. 4 halaman 139.
Lesmana, D.S. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Jakarta.

LAMPIRAN

GAMBAR-GAMBAR

a.

b.

Akuades (sebagai air pembanding)

Hasil Penentuan Jumlah Oksigen dalam Air
Akuades, Air kolam, Air bekas cucian piring

d.

c.

Air kolam (sebagai air terpolusi tingkat rendah)

Air bekas cucian piring (sebagai air terpolusi)

Gambar-gambar cara kerja
Jarum dan Alat
injeksi dijadikan 1

Alat injeksi dan
jarum dimasukan
batu krikil

Alat injeksi, jarum batu
krikil, dan penambahan
senyawa

Penuangan larutan dari labu takar
kedalam gelas ukur. Sesuai volume
yang diinginkan

Alat injeksi diletakkan pada
keadaan mendatar

Menghisap larutan dengan
alan injeksi dengan posisi
mendatar