Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Chapter III V

BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
A. Pengertian Pajak
3. Defenisi Pajak
Beberapa defenisi pajak menurut para ahli yaitu :
3.1 Prof.Dr.Rochmat Soemitro S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi,2008 : 1).
3.2 Prof. Dr.J.A.Adriani
Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
3.3 Dr.N.J.Feldman
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi,2008 : 2).

B. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 2 UndangUndang KUP).
25
Universitas Sumatera Utara

26

C. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah
Pabean yang dikenai secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola
konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Penghasilan Nilai. Sesuai dengan
namanya, pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah ( added value) yang timbul
pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek
pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan.
D. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Undang-undang yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah undangundang Nomor 8 tahun1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
undang-undang Nomor 42 tahun 2009.

E. Karekteristik Pajak Pertambahan Nilai
a. Pajak tidak langsung
Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak
kepada pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke
konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Pengusaha menggeser
beban pajaknya melalui pengkreditan pajak.
b. Pajak Bertingkat
PPN dikenakan pada setiap jalur produksi maupun distribusi.
c. Pajak Konsumsi
Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir.
d. PPN bersifat netral

Universitas Sumatera Utara

27

Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas
nilai tambahnya saja. PPN di pungut ditempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi.
e. Pajak Objektif
PPN hanya dikenakan bila terdapat factor objektif, yaitu : keadaan, peristiwa atau

perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak. PPN akan mendahulukan Objek, baru
kemudian mencari subjeknya.
f. Tidak Menimbulkan Pajak Berganda
PPN yang dibayar oleh konsumen akhir adalah total nilai tambah yang dikenakan oleh
pabrikan dan distributor.
g. Sistem Faktur
Setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak.
F. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
1. Subjek Pajak
Dalam buku “Perpajakan Indonesia” (Waluyo,2006:57-68) secara garis besar
Subjek Pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari
satu atau lebih pemberi kerja.
Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan
dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa
termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:


Universitas Sumatera Utara

28

1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud
c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya

2. Impor Barang Kena Pajak
a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai
b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaanya atau tidak, tetap dikenai pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daeraa Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha Kena Pajak.
Dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar pabean di dalam daerah
pabean.
Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan Impor Barang Kena Pajak

Universitas Sumatera Utara

29

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di
dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud / Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi

Pengusaha Kena Pajak
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah Penyerahan Jasa kena
Pajak dari dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan di luar Daerah
Pabean.
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain.
10. Penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak
G. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana di maksud dalam peraturan
perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan
wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang.

Universitas Sumatera Utara


30

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Penyerahan Jasa
Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak
Berwujud, ekspor Barang Kena pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak berwujud
diwajibkan:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Memungut pajak yang terutang;
c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak
Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta
menyetorkan

Pajak

Penjualan

atas

Barang


Mewah

yang

terutang;dan

Universitas Sumatera Utara

31

d. Melaporkan penghitungan pajak.
Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan
menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha
Kena Pajak, undang-undang ini berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.
H. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pemungutan PPN/PPnBM menganut prinsip akrual, artinya, terutangnya pajak terjadi
pada saat penyerahan Baran Kena Pajak/Jasa kena Pajak meskipun pembayarannya belum
diteria.

Terutangnya Pajak terjadi pada saat:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak
a. Saat Barang Kena Pajak diserahkan secara langsung kepada pembeli.
b. Saat Barang kena Pajak diserahkan secara langsung kepada penerima barang (unutk
pembelian Cuma-Cuma, pemakaian sendiri, penyerahan pusat ke cabang).
c. Saat Barang Kena Pajak diserahkan pada juru kirim/jasa angkutan.
d. a. Saat harga atas Penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang/penghasilan.
b.Saat diterbitkan faktur penjualan.

Universitas Sumatera Utara

32

2.

Penyerahan Jasa Kena Pajak
a. Saat harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai pitutang/penghasilan.
b. Saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak.
c. Saat kontrak/perjanjian ditandatangani.
d. Saat mulai tersedianya fasilitas/kemdahan untuk dipakai secara nyata, baik

sebagian atau seluruhnya dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri
Jasa Kena Pajak.

Universitas Sumatera Utara

33

3. Impor Barang Kena Pajak
Saat Barang Kena Pajak tersebut di masukkan ke dalam Daerah Pabean
4. Pemanfaatan Barang Kena pajak Tidak Berwujud/ Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean.
Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai burikut:
a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya.
b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya
c. Saat harga jual dan/atau penggantian ditagih oleh pihak yang menyerahkannya.
d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang
memanfaatkan.
e. Ditandatanganinya kontrak/perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
5. Ekaspor Barang Kena Pajak berwujud
Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.

6. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud/ Jasa Kena Pajak
Saat penggantian atasa jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai
penghasilan.
7. Saat Lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Universitas Sumatera Utara

34

a. Atas Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, saat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi sebagai berikut :
1) Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris
2) Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar (AD) perusahaan
3) Saat tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perseroan dibubarkan
4) Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdsarkan data atau dokumen yang ada
b. Atas kegiatan membangun sendiri, saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai
dibangunnya bangunan.
c. Atas penyerahan kepada Pemungut PPN :
1) Saat terutangnya PPN adalah pada saat disampaikan tagihan.
2) Kontraktor migas & panas bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama dengan
penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak.
8. Saat pembayaran yang diterima sebelum penyerahan atau pemanfaatan barang kena
pajak/jasa kena pajak

Universitas Sumatera Utara

35

Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :
a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak
b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan barang kena pajak
tidak berwujud/jasa kena pajak dari luar daerah pabean.
G. Mekanisme pengenaan pajak pertambahan nilai
Undang-undang pajak pertambahan nilai 1984 menganut kredit pajak ( credit method)
serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini pajak pertambahan nilai (PPN)
dikenakan atas penyerahan barang kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) oleh pengusaha
kena pajak (PKP).
Pajak pertambahan nilai (PPN) dipungut secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan
distribusi.Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas pajak dapat
dihindaridengan diterapkannya mekanisme pengkreditan pajak masukan (metode kredit). Untuk
melakukan pengkreditan pajak masukan, sarana yang digunakan adalah faktur pajak (metode
faktur pajak).
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi
pembeli, PPN dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak
dimuka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti
pemungutan berupa faktur pajak

Universitas Sumatera Utara

36

b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN.
Bagi pemjual, PPN tersebut merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut
PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak
c. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan
takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, selisihnya
harus disetor ke kas negara.
d. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari pada jumlah
pajak masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan di
masa pajak berikutnya
e. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan meggunakan surat
pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT massa PPN).
H. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Adapun yang menjadi tempat terutangnya pajak pertambahan nilai adalah :
1. Pengusaha kena pajak yang melakukan :
a. Penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak didalam daerah Pabean
b. Ekspor barang kena pajak berwujud/tidak berwujud/jasa kena pajak
2. Terutang pajak ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan
usaha dilakukan atau tempat lain yang ditetapkan dengan peraturan Dirjen Pajak
3. Dalam hal impor, terutang pajak di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan
dipungut melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

Universitas Sumatera Utara

37

4. Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean terutang
pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
I.Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) adalah:
1. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP);
2. Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga
Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP);
3. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;
4. Penyerahan penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. Penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
6. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untud diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasir wajar;
7. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antara cabang adalah harga pokok penjualan atau
harga perolehan;

Universitas Sumatera Utara

38

8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;
9. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
10. Penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
11. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
J. Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
1. Pengusaha Kena Pajak Wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean Ekspor BKP Berwujud;
b. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean;
c. Ekspor BKP Tidak berwujud dan/atau
d. Ekspor JKP
2. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:
a. Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

Universitas Sumatera Utara

39

c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau
d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.
3. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa
Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender.
4. Faktur Pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan.
Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis Barang atau Jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;

Universitas Sumatera Utara

40

h. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak.

Universitas Sumatera Utara

41

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara
pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. Faktur Pajak juga harus memenuhi persyaratan formal dan material.
Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP dan
pengadaan formulir. Faktur Pajak dilakukan sendiri oleh PKP. Faktur Pajak harus diisi secara
lengkap, jelas, benar dan sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat
(5) UU PPN, serta ditandatangani oleh pejabat/kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani
Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap dan benar dan/atau tidak
ditandatangani merupakan Faktur Pajak cacat.
Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan
yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian
penyerahan yang terutang pajak diketahui dengan pasti pembukuannya, jumlah Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan adalah Pajak masukan yang berkenaan dengan penhyerahan yang
terutang pajak.
Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, Pajak masukan atas Barang Kena Pajak
yang dialihkan yang bulum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang mengalihkan dapat
dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menerima pengalihan, spanjang faktur pajaknya
diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai
biaya atau dikapitalisasi.

Universitas Sumatera Utara

42

Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak cacat tidak dapat
dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak cacat dikenai sanksi
administrasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 14 UU KUP. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2010, khusus untuk PKP Pedagang Eceran (PKP PE) diberikan
kemudahan untuk menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti Kode
dan Nomor Seri Faktur Pajak. Kode dan nomoe seri khusus tersebut ditentukan
sendiri oleh PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk penjualan,
sebagaimana yang saat ini telah dipergunakan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dikantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas atas
konsumsi barang atau jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau oleh
badan. PPN tergolong sebagai pajak yang objektif, karena penekanannya mula-mula
kepada objeknya terlebih dahulu, baru kemudian pada subyeknya. Siapapun
subyeknya (masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu), akan dikenakan
PPN, selama mereka mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, di
dalam daerah pabean.
sehubungan dengan mulai berlakunya UU PPN yang baru 1 April 2010, maka
untuk mengakomodir perubahan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009, maka Dirjen Pajak telah mengeluarkan aturan baru
mengenai bentuk, isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) yaitu dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-14/PJ/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak

43
Universitas Sumatera Utara

44

Nomor Per146/PJ/2006 Tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara Penyempaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN), dan dengan Surat
Edaran Nomor SE-43/PJ/2012. Berikut inidisampaikan hal-hal yang diatur oleh PER14/PJ/2010 tersebut.
Dalam prosedur pelaporan Pajak Pertambahan Nilai terlebih dahulu diketahui
siapa saja yang wajib membayar/menyetor dan melaporkan PPN/PPnBM, apa saja
yang wajib disetor oleh PKP dan pemungut PPN dan PPnBM, dimana tempat
pembayaran/penyetoran PPN/PPnbm, kapan saat pelaporan PPN/PPnBM, dan apa
sarana yang digunakan untuk melakukan pembayaran/penyetoran pajaknya.
Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat
Setoran Pajak yang tersedia dikantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor
penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) diseluruh Indonesia. PPN dan
PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf latin , angka arab, satuan mata uang rupiah,
dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
Wajib Pajak dikukuhkan. Bagi Wajib Pajak yang menggunakan bahasa asing dan
mata

uang

selain

Rupiah

dalam

penyelenggaraan

pembukuannya,

wajib

menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan PPN Masa beserta

Universitas Sumatera Utara

45

petunjuk pengisiannya di Kantor Pelayanan Pajak, harus dilakukan dengan lengkap,
benar dan ditandatangani oleh pengurus atau direksi untuk Wajib Pajak Badan, Wajib
Pajak yang namanya tercantum dalam Kartu NPWP dan SK PKP bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi dan dalam hal ditandatangani oleh pihak lain selain tersebut diatas
maka harus dilampiri Surat Kuasa Khusus (per masa pajak dengan menyebut bulan
yang bersagkutan). disampaikan langsung kekantor Pelayanan kekantor penyuluhan
pajak setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pengusaha Kena Pajak wajib menerbitkan faktur setiap penyerahan dalam hal
penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak, serta saat Pengusaha Kena Pajak menyampaikan tagihan kepada
Bendahara Pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

B. Proses Pemungutan PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM merupakan pajak tidak langsung, yang pemungutannya
dilakukan secara tidak langsung kepada penanggung pajak, melainkan melalui
sumbernya, atau melalui pihak ketiga yaitu yang menyerahkan BKP atau JKP. Pajak
Pertambahan Nila terletak pada mekanisme pemungutanya yang dikenakan pada
Nilai Tambah (added Value) dari Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dan tidak
diperhitungkan diakhir tahun. diharapkan dengan sifat seperti ini akan mengurangi
hasrat para Wajib Pajak untuk menghindari Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi
kewajibanya.

Universitas Sumatera Utara

46

Pihak yang menyerahkan BKP atau JKP disebut PKP sebelum menjadi PKP,
mereka adalah pengusaha yang menghasilkan barang,mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, melakukan usaha jasa, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar negri, atau memanfaatkan jasa dari luar negeri. oleh karena
itudikenal dengan PKP PPN barang, PKP PPN Impor, PKP PPN Ekspor, PKP PPN
Pedagang Eceran, PKP PPN Pemanfaatan Barang Tidak Berwujud dari luar negeri,
PKP PPN Pemanfaatan Jasa dari Luar negeri.
Fungsi di atas menentukan, karena PKP harus aktif melaporkan,
memungut dan menyetorkan dan sebagainya. karena yang berhadapan dengan
PKP adalah Pembeli atau Penerima Jasa. PKP tidak terbatas pada pihak yang
menyerahkan BKP atau JKP melainkan juga termasuk Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, orang pribadi tertentu, badan tertentu dan instansi Pemerintah yang
ditunjuk.
Maka PKP dan yang ditunjuk adalah memungut PPN atau PPN dan
PPnBM atas penyerahan BKP atau JKP yang berhak memungut ini termasuk
orang pribadi atau badan yang melakukan pemanfaatan barang tidak berwujud
dari luar daerah pabean ke dalam Daerah Pabean, dan orang pribadi atau
badan yang melakukan pemanfaatan jasa dari luar Daerah Pabean didalam
Daerah Pabean.
Setiap melakukan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM wajib
membuat Faktur Pajak, yang disebut Faktur Pajak Keluaran sebagai bukti
pemungutan. khusus atas penyerahan BKP atau JKP langsung kepada

Universitas Sumatera Utara

47

konsumen akhir atau konsumen yang tidak dapat diidentifikasikan dibuat
Faktur Pajak

sederhana, walaupun tidak dapat digunakan sebagai Faktur

Pajak Masukan.
Karena bervariasi, maka sebagai pihak yang berhak memungut dan
melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM juga bervariasi. Oleh karena itu, yang
berkewajiban menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak
meliputi : Pengusaha Kena Pajak, Bendaharawan Pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;

selain bendaharawan

Pemerintah, misalnya BUMN, BUMD, Pertamina , Bank-Bank Milik dengan
bulog, Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
Para pemungut PPN atau PPN dan PPnBM setiap bulannya wajib
melakukan penyetoran PPN atau PPnBM dan melaporkan kepada Kantor
Pelayanan Pajak, baik langsung dengan menyampaikan lembar ke-3 SSP, atau
melalui penyampaian SPT Masa PPN dengan melampirkan lembar ke-3 SSP.
PPN dan PPnBM adalah untuk memberikan fasilitas yang benar-benar
diperlukan terutama untuk berhasilnya sector-sektor kegiatan ekonomi yang
berprioritas tinggi dalam skala nasional.

Universitas Sumatera Utara

48

RASIO PENERIMAAN SPT MASA PPN TERHADAP JUMLAH PKP YANG TERDAFTAR
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Tahun Pajak: 2007
SPT
Masuk

PKP
Terdaftar

Rasio

Tahun Pajak: 2008
SPT
Masuk

PKP
Terdaftar

Rasio

Tahun Pajak: 2009
SPT
Masuk

PKP
Terdaftar

Rasio

Tahun Pajak: 2010
SPT
Masuk

PKP
Terdaftar

Rasio

Tahun Pajak: 2011
SPT
Masuk

PKP
Terdaftar

Rasio

Januari

1478

3,494

42.30%

1564

3,939

39.71%

584

4,348

13.43%

1610

4616

34.88%

3528

4841

72.88

Februari

1507

3,494

43.13%

1656

3,939

42.04%

609

4,348

14.01%

1648

4616

35.70%

3581

4841

73.97%

Maret

1711

3,494

48.97%

1760

3,939

44.68%

1346

4,348

30.96%

1655

4616

35.85%

3262

4841

67.38%

April

1493

3,494

42.73%

1783

3,939

45.27%

1612

4,348

37.07%

1663

4616

36.03%

1751

4841

36.17%

Mei

1501

3,494

42.96%

1808

3,939

45.90%

1707

4,348

39.26%

1656

4616

35.88%

1718

4841

35.49%

Juni

1520

3,494

43.50%

1810

3,939

45.95%

1722

4,348

39.60%

1642

4616

35.57%

1737

4841

35.88%

Juli

1535

3,494

43.93%

1842

3,939

46.76%

1738

4,348

39.97%

1640

4616

35.53%

1812

4841

37.43%

Agustus

1516

3,494

43.39%

1856

3,939

47.12%

1688

4,348

38.82%

1663

4616

36.03%

1836

4841

37.93%

September

1530

3,494

43.79%

1861

3,939

47.25%

1653

4,348

38.02%

1675

4616

36.29%

1844

4841

38.09%

Oktober

1543

3,494

44.16%

1852

3,939

47.02%

1690

4,348

38.87%

1665

4616

36.07%

1794

4841

37.06%

November

1555

3,494

44.50%

1869

3,939

47.45%

1703

4,348

39.17%

1646

4616

35.66%

1824

4841

37.68%

Desember

1617

3,494

46.28%

1929

3,939

48.97%

1672

4,348

38.45%

1652

4616

35.79%

1835

4841

37.91%

Rata-rata
Rasio

44.14%

45.68%

33.97%

35.77%

45.66%

Universitas Sumatera Utara

49

Rasio Penerimaan SPT Masa PPN terhadap Jumlah PKP
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
80.00%

70.00%

60.00%

Rasio

50.00%
2007
40.00%

2008
2009

30.00%

2010
2011

20.00%

10.00%

0.00%

Universitas Sumatera Utara

50

E. Kendala Dan Masalah yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pratama
Medan Timur dalam memungut PPN wajib pajak dapat dilihat dari tabel dan grafik
rasio penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN terhadap jumlah Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang terdaftar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya
kepedulian serta ketidaktahuan masyarakat dalam melaporkan pajak terutang PPN
nya menjadi salah satu kendala yang dihadapi pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur. Dalam pelaporan Pajak Pertambahan Nilai juga memiliki kendala yang
terjadi dari tiap wilayah, karena sering mengalami keterlambatan pelaporan kekantor
pusat. Hal ini menyebabkan Kantor Pusat selalu membuat revisi terhadap laporan
SPT Masa PPN.
Selain itu kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur dikarenakan masih ada wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi
Pengusaha Kena Pajak yang dikarenakan wajib pajak telah meninggal dunia dan tidak
ada pemberitahuan dari sanak keluarga, wajib pajak yang aktif sebagai Pengusaha
Kena Pajak tetapi tidak melaporkan, wajib pajak yang tidak memenuhi persyaratan
menjadi Pengusaha Kena Pajak, badan usaha ataupun perusahaan yang telah tutup
atau bangkrut tetapi tidak memberitahukan atau melaporkan kepada pihak Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
F. Upaya Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Universitas Sumatera Utara

51

Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur dalam rangka meningkatkan pelayanan,penertiban adalah dengan cara
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak,
menerbitkan surat himbauan untuk menerbitkan SPT masa, serta melakukan registrasi
ulang Pengusaha Kena Pajak untuk mengetahui wajib pajak yang masih aktif menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi,
pengawasan, dan untuk menguji pemenhan kewajiban subjektif dan objektif
Pengusaha Kena Pajak, perlu menetapkan Praturan Direktur Jenderal Pajak tentang
Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Dalam Peraturan Direktur
Jendral Pajak ini yang dimaksud dengan: Regristrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak
yaitu suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penertiban
administrasi, pengawasan dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan
objektif Pengusaha Kena Pajak.
Setelah melakukan regristrasi ulang selanjutnya dilakukan Verifikasi yaitu
serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau
penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau
berdasarkan data dan informasi perpajajakan yang dimiliki atau diperoleh dari
Direktorat Jendral Pajak, dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak,
menerbitkan/ menghapus Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau mengukuhkan
Pengusaha Kena Pajak.

Universitas Sumatera Utara

52

Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak terdaftar. Jangka waktu pelaksanaan Regristasi
Ulang Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan untuk seluruh Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.
Apabila berdasarkan laporan hasil Verifikasi diketahui bahwa Pengusaha
Kena Pajak termasuk dalam kriteria tertentu maka kepada Pengusaha Kena Pajak
tersebut diterbitkan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Laporan hasil Verifikasi, kertas kerja, dan dokumen pendukung Verifikasi disatukan
dan disimpan dalam berkas induk Wajib Pajak.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KSIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab yang ada maka penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah
Pebean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi.
Pengenaan pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan
transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak
Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi yang sagat dinamis baik ditingkat
nasional, regional, maupun internasional terus menciptakan jenis serta pola
transaksi bisnis baru. Sebagai contoh, dibidang jasa, banyak timbul transaksi jasa
baru atau modifikasi dari transaksi sebelumnya yang pengenaan Pajak
Pertambahan Nilainya belum diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai. Dalam rangka menjawab perubahan yang sangat cepat tersebut, perlu
dilakukan pembaruan dan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai.

53
Universitas Sumatera Utara

54

3. Dalam melaksanakan Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, diharapkan
kepada pihak KPP untuk melakukan Pengawasan dalam bidang Pembangunan
Perpajakan yang berperan penting dalam rangka meningkatkan efektifitas wajib
pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan yang secara otomatis
dapat meningkatkan penerimaan Negara dari perpajakan.
4. Dalam menghadapi kendala yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan, penerbitan
administrasi, pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan
objektif Pengusaha Kena Pajak, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak tentang Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012.
B. Saran
Penulis selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Universitas Sumatera Utara ingin menyampaikan beberapa saran kepada
Bapak/ibu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang tidak lebih
hanya bertujuan agar kita semua dapat lebih meningkatkan pelayanaaan kepada
seluruh masyarakat Indonesia khususnya para wajib pajak yang telah sadar akan
kewajibannya. Adapun saran tersebut adalah :
1. Pentingnya peningkatan pendekatan lebih terhadap wajib pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang belum sadara akan kewajibannya
sebagai warga Negara yang telah berpenghasilan diatas PTKP dfalam membayar
pajak.

Universitas Sumatera Utara

55

2. Diharapkan kepada pihak pegawai perpajakan untuk terus memberikan pelayanan
yang terbaik kepada wajib pajak dalam hal melaksanakan kewajibannya agar
masyarakat lebih peduli untuk membayar pajak.
3. Terus menggali potensi perpajakan dari setiap wilayah yang dinaungi pihak Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yaitu dari Kecamatan Medan Timur,
Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Perjuangan.

Universitas Sumatera Utara