Prosedur pembayaran Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Di KPP Pratama Medan Kota

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PLKM) TENTANG

PROSEDUR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA O

L E H

NAMA : ERNI PURBA NIM : 072600066

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada PRODIP III

Administrasi Perpajakan

PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR 2010


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR PUSTAKA……….. vii

LAMPIRAN………...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM………..6

C. Ruang Lingkup PKLM………...7

D. Metodologi PKLM………....8

E. Metode Pengumpulan Data………...10


(3)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan pajak Medan Kota……….13

B. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota...19

1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota...19

2. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota... 20

BAB III GAMBARAN TENTANG PPN DAN PPnBM A. Gambaran Data PPN dan PPnBM………. 25

B. Objek dan Subjek Pajak Pertambahan NIlai (PPN) Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)………. 27

1. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)………..27

2. Objek Pajak Penjualan atas barang mewah (PPnBM)………... 29

3. Subjek Pajak Pertambahan Nilai...30

C. Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)………..32

1. Dasar Pengenaan Pajak………32

2. Tarif PPN dan PPnBM……….34

3. Cara menghitung PPN dan PPnBM……… .37

D. Proses Pendaftaran dan Penilaian Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah………...39


(4)

2. Tempat Pajak Terutang Pajak Pertambahan Nilai……….40

E. Batas waktu pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM……… ..42

1. Pembayran dan Penyetoran………39

2. Batas Waktu pembayaran………...40

3. Pelaporan Pajak ……… 42

F. Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPN dan PPnBM……… …47

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT PPN Untuk Tahun 2008 dan 2009………53

B. Kendala Kendala yang dihadapi Wajib Pajak dalam melaksanakan Pembayaran dan Pelaporan PPN dan PPnBM………60


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.

Adapun tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program Diploma III Administrasi perpajakan pada Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik, dan judul laporan yang penulis pilih adalah PROSEDUR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM) di KPP PRATAMA MEDAN KOTA.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada kedua orang tua saya yang saya banggakan Ayahanda P.Purba dan Ibunda M. Br. Sinaga, yang telah telah membimbing saya dengan penuh cinta dan kasih sayang, memelihara dan memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis sejak kecil sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak,abang, dan adik saya tersayang atas dukungan dan semangat yang di berikan kepada saya.

Dalam proses penyusunana laporan tugas akhir ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, maka dalam kesempatan ini penulis dengan rasa hormat mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution.M,Si,selaku ketua jurusan PRODIP III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku dosen wali yang telahelah

banyak membantu saya selama dalam pendidikan di administrasi perpajakan FISIP USU ini.


(6)

4. Ibu Siswati, S,Sos, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen dan staf administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sumatera utara

6. Bapak R. Benny Kisworo selaku kepala kantor pelayanan pajak pratama medan kota yang telah memberikan kami bantuan untuk melakukan riset di kantor tersebut.

7. Seluruh pegawai kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

8. Buat maz rahmad dhani yang telah banyak memberikan waktu dan dukungan nya kepada saya dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini. 9. Buat seluruh teman-teman seangkatan saya, khususnya Acel, Icha, yang

telah banyak membantu saya, terimakasih atas bantuannya dan persahabatan yang indah di antara kita selama ini.

Penulis menyadari banyak dijumpai kekeliruan yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini yang disebabkan karena kesilapan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Dan akhirnya atas segala bimbingan, dorongan, dan bantuan yang telah diberikan. Penulis tidak dapat membalasnya hanya dengan doa dan permohonan yang dapat penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, semoga kita semua dalam lindungan-Nya.

Medan, Juli 2010

Penulis


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di era globalisasi yang semakin modern ini, persaingan antar negara semakin tampak. Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Agar negara Indonesia bisa bersaing diperlukan terwujudnya pembangunan nasional. Namun pembangunan nasional ini juga akan terwujud dari peran serta semua masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa sebagai salah satu elemen dari perguruan tinggi yang dituntut untuk berpikir kritis dan tegas dibidang yang mereka pilih. Guna mencapai pembangunan tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, untuk itu mahasiswa diwajibkan mengikuti PKLM.

Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh dibangku perkuliahan. Praktik kerja lapangan mandiri ini memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya dibidang perpajakan. Pengalaman ini merupakan guru yang baik dan sangat berharga karena semakin banyak praktik yang dilakukan akan semakin sempurna dan matang bidang yang ditekuni. Dalam melaksanakan PKLM ini, bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.


(8)

Pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan sifat pemungutan pajak tersebut, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar disamping penerimaan lainnya, misalnya minyak bumi dan gas bumi. Pajak juga merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara berasal dari masyarakat yang diatur dalam bentuk undang-undang dan peraturan pelaksanaan.

Di era pembangunan ini, fungsi pajak tidaklah dapat dilepaskan dengan usaha pemerintah dibidang pembangunan untuk mencapai kesejahteraan rakyat seluruhnya sehingga antara pajak disatu pihak dan pembangunan lain merupakan hal yang saling berpengaruh satu sama lain. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan memerlukan dana yang cukup besar dan salah satu sumber dana tersebut adalah berasal dari pajak. Pelaksanaan pembangunan tersebut meliputi berbagai sektor seperti sektor perekonomian dan bisnis, fasilitas umum, pendidikan, infrastruktur, sarana ibadah, keamanan, kesehatan, dan tidak ketinggalan pula pembangunan kualitas masyarakat yang dipimpin dan sektor lain yang dianggap perlu. Karena dengan adanya pembangunan yang baik dan berkesinambungan itu merupakan wujud dari berhasilnya kepemimpinan dari pemimpin bangsa kita.

Untuk mencapai hal di atas maka dibutuhkan anggaran untuk melaksanakan pembiayaan pembangunan tersebut yaitu dengan pelaksanaan pemungutan pajak


(9)

yang dibebankan pemerintah kepada warga negaranya. Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan sosialisasi. Bentuk sosialisasi yang dilakukan seperti seminar perpajakan, penyuluhan, billboard, iklan berjalan, dan lain-lain.

Sejak diberlakukannya reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem perpajakan yang sebelumnya adalah official assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang menjadi self assessment sytem yaitu sistem yang dalam pungutannya negara memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan khususnya administrasi perpajakan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, dan pengawasan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu, dituntut aparat perpajakan yang mampu dan bersih dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak termasuk kemudahan prosedur dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.

Pajak dapat digolongkan menurut sifatnya menurut Mardiasmo (2009 : 5) yaitu:

A. Pajak Subjektif, dimana pajak yang dikenakan berdasarkan kondisi wajib pajak tersebut.


(10)

B. Pajak Objektif, timbulnya kewajiban pajak berdasarkan pada kondisi objek pajak tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

Pajak Pertambahan Nilai (value added tax) merupakan pajak tidak langsung yang memberikan konstribusi yang besar bagi penerimaan negara dari pajak. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atau disingkat PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Pajak ini dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan . Pertambahan nilai itu timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, meyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Semua biaya-biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah, upah kerja dan laba perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang nenjadi dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PPN sebagai salah satu jenis pajak memiliki sumbangan/kontribusi yang sangat penting, karena meliputi seluruh lapisan masyarakat, di mana hampir seluruh barang kebutuhan hidup yang dibeli oleh masyarakat merupakan hasil produksi yang dikenakan PPN. Dalam kewajibannya penerapan tata cara pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak administrasi perpajakan. Untuk itulah pemerintah


(11)

harus melakukan usaha penyuluhan dan pembinaan, karena pada dasarnya kesalahan terjadi bukan karena sengaja melainkan karena belum meguasai sepenuhnya peraturan dan tata cara pelaksanaan yang berlaku.

Administrasi perpajakan dianggap berhasil apabila tercapai suatu keseimbangan antara pelayanan terhadap wajib pajak dengan penerapan hukum serta peraturan perpajakan, sehingga dapat mengkonsentrasikan sumber dayanya dalam mengidentifikasikan informasi yang berhubungan dengan wajib pajak yang gagal. Untuk melihat kesulitan dan permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pembayaran dan pelaporan tersebut, maka penulis melakukan praktik kerja lapangan mandiri ( PKLM) yang diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah ilmu pengetahuan serta dapat menjelaskan segala persoalan yang belum dimengerti.

Dengan dasar inilah penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebagai tempat penelitian atau tempat PKLM yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi minor yang berjudul “PROSEDUR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn-BM) di KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA”.


(12)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PKLM

1. Tujuan Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diinginkan yang ditentukan pada waktu sebelumnya. Demikian halnya dengan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan ini, diantaranya yaitu:

a. Untuk memperoleh data dan informasi mengenai prosedur pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM.

b. Memperdalam pengetahuan mengenai pajak pusat khususnya PPN dan PPn-BM.

c. Melihat secara langsung kondisi lingkungan kerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Bagi Mahasiswa

a. Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan secara mendalam tentang pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM.

b. Mengaplikasikan teori kedalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM.


(13)

c. Mampu berhubungan dengan orang lain.

d. Untuk mengetahui praktik kerja yang sesungguhnya. e. Menambah kemampuan berkomunikasi.

Bagi Universitas

a. Menambah hubungan kerjasama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya tempat PKLM berada.

b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari universitas. c. Mendorong kemajuan mahasiswa USU di masa mendatang. d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan. e. Memperbaiki universitas dengan persepsi umum.

Bagi Pemerintah

a. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dan instansi pemerintah.

b. Dapat menambah ide-ide baru dalam perpajakan.

C.Ruang Lingkup Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM ini adalah :


(14)

b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM.

D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun metode-metode yang dilakukan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan, di mulai dari penentuan tempat praktik kerja lapangan, mencari bahan untuk pembuatan proposal, hingga konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literature (kepustakaan)

Dalam tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku, undang-undang maupun literature yang berhubungan dengan objek PKLM.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data dengan terjun langsung ke lapangan serta mencari dan mempelajari data yang ada hubungannya dengan prosedur pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM tersebut.


(15)

4. Pengumpulan data

Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM melalui 2 cara yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer

yaitu data yang diambil berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap lingkungan yang berhubungan dengan penelitian

Dan dalam pembahasan mengenai pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM ini penulis melakukan wawancara terhadap salah satu pegawai dalam kantor pelayanan pajak yang menangani masalah PPN dan PPnBM yaitu Bapak Rudi Yanto Mangunsong.

b. Data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang digunakan sebagai data tambahan seperti studi kepustakaan.

Contoh dari studi kepustakaan yang penulis ambil misalnya, buku karangan dari Mulyo Agung yang khusus membahas mengenai PPN dan PPnBM.

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan prosedur pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM.


(16)

E. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data mengenai PKLM ini adalah :

1. Metode Interview (wawancara)

Dalam metode interview ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada para pegawai atau pun kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk menambah wawasan atau mampu memberikan masukan data dan informasi dalam melengkapi laporan ini.

2. Metode Observasi

Yaitu suatu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengamati, mendengar, dan menyimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi yang berpedoman dengan ketentuan yang berlaku pada instansi tersebut.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumen yang diperoleh dari pihak instansi, dokumen tersebut dapat berupa struktur organisasi.


(17)

F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan PKLM ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat, ruang lingkup PKLM, metode praktik kerja lapangan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum objek lokasi PKLM seperti sejarah singkat KPP Pratama Medan Kota, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PPN dan PPn-BM

Dalam bab ini penulis menguraikan data mengenai ketentuan, objek dan subjek, pendaftaran dan pelaporan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, dan lain-lain.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini dibahas mengenai bagaimana pelaksanaan pembayaran dan pelaporan pajak, khususnya PPN dan PPnBM.


(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan masalah-masalah yang diambil tentang teori dari pelaksanaan PKLM pada saat melaksanakan PKLM dan beberapa saran yang menjadi bahan masukan bagi tempat praktik kerja.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(19)

 

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia di Sumatera Utara pada tahun 1976 yang terdiri dari tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota ). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan kepada Keputusan Menteri


(20)

Keuangan Republik Indonesia No. 267/PMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor pelayanan pajak Medan Kota diatas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisai dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor.132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :

1). KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Badan Usaha Milik Negara.


(21)

2). KPP Madya yang tediri dari KPP Penanaman Modal asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekanbaru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP madya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Mada Malang, KPP Madya Balikpapan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3). KPP Pratama

Beberapa Karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

No Uraian KPP WP Besar KPP Madya KPP Pratama

Skala Wajib BUMN & WP Besar WP Besar Kanwil

WP

Menengah

1. Pajak Nasional (Regional)

Badan


(22)

2. Jenis Wajib Pajka

Badan ( Coeporate) (Corporate) dan Ekspariat

Badan dan OP

3. Jumlah Wajib Pajak

300-400 200-500 Ribuan

4. Jenis Pajak PPh, PPN, dan PTLL PPh, PPN dan PPTL

PPh, PPN, PTLL, PBB dan BPHTB

5. PPN Sentralisasi Sentralisasi Desentralisas i

6. P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Desentralisas i

7 AR Fungsi Sektor Industri Sektor Industri Wilayah

8. Ekstensifikasi Jumlah

Tidak ada Tidak Ada Jumlah

9. Eselon IV 9 (sembilan) 9 (sembilan)

10. Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal


(23)

Karakteristik dari KPP ini di mulai pada tahun 2002, di mana pada saat itu KPP di bagi menjadi 3 bagian yaitu KPP LTO (large tax office), MTO ( middle tax office), dan STO (small tax office). Pada tahun itu WP hanya berkisar sekitar 300-400 wajib pajak se Indonesia. Di dalam LTO ini lah adanya di sebut sebagai Wajib Pajak Besar karena merupakan penyumbang terbesar se Indonesia. Dan pembagian atau pengelompokan KPP WP Besar ini mulai berlaku sejak saat modernisasi perpajakan hingga saat ini. Skala wajib pajak KPP WP Besar ini adalah BUMN & WP Besar. BUMN ini seperti Telkom, mandiri, dan WP Besar seperti exsom mobil, caltex. Dengan pajak bersifat nasional dan jenis pajak yang terdiri dari badan ( corporate). Jenis pajak dalam KPP WP Besar ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL ( pajak tidak langsung lain-lain). Dalam PTLL ini termasuk didalamnya penerimaan negara bukan pajak seperti sewa rumah dinas. Pembayaran dalam KPP ini bersifat sentralisasi atau dlakukan di dalam kantor pusat saja, sedangkan untuk P2PPh dapat bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat. Adapun fungsi AR( account representative) ini dIlakukan pada sektor industri.

Selain KPP WP Besar, dalam modernisasi perpajakan ini juga ada KPP Madya. Dalam KPP ini terdiri dari wajib pajak besar yang berada di Kanwil atau Madya. Wajib Pajak besar yang tidak termasuk di dalam KPP WP Besar dimasukkan ke dalam KPP Madya. WP besar di dalam KPP Madya ini merupakan ruang lingkup wajib pajak dalam Kanwil SUMUT 1 yang melakukan pembayaran pajak terbesar di


(24)

KPP tersebut. Adapun skala wajib pajak bersifat regional dengan jenis pajak badan dan ekspakriat ( Wajib Pajak Luar Negeri) serta jumlah wajib pajak berkisar antara 200- 500 WP. Jenis pajak dalam KPP Madya ini terdiri dari PPh, PPN dan PPTL dengan pembayaran yang juga bersifat sentralisasi atau di KPP Pusat sedangkan P2PPH yang bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat dengan Fungsi AR dibagian sektor industri.

KPP Pratama juga merupakan pembagian dari jenis KPP pada masa modernisasi yang terdiri dari Wajib Pajak menengah. Tidak termasuk dalam kelompok KPP WP Besar dan KPP Madya. KPP Pratama ini terdiri dari WP OP dan Badan dengan jumlah wajib pajak yang terdiri dari ribuan WP. Jenis pajak yang ada di KPP Pratama ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL, PBB, dan BPHTB. Jenis pembayaran PPN dalam KPP ini bersifat desentralisasi atau dilakukan di KPP setempat dengan fungsi AR yang bekerja di wilayah KPP tersebut.

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini berjumlah 15 KPP Pratama, yaitu, KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan Pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia yang direncanakan telah diselesaikan akhir tahun 2008.

Sebagai lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik : Organisasi berdasarkan fungsi,


(25)

sistem informasi yang terintegrasi, sumber daya manusia yang kompeten, sarana kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, penggabungan KPP, KPPBB, dan Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada ke masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya yang sama digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.

Fungsi keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), pengurangan/ penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl.19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya ada di Kanwil.

Fungsi pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa dan Kanwil, dilaksanakan KPP Pratama oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan, sedangkan fungsi pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan semula dilaksanakan oleh Karikpa Kanwil.

A. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

a. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.


(26)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub-Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, di mana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di bawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia.

b. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut :

1). Sub Bagian Umum

2). Seksi Ekstensifikasi

3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)


(27)

5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )

6). Seksi Pemeriksaan

7). Seksi Penagihan

8). Kelompok Jabatan Fungsional

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.


(28)

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(29)

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.


(30)

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.


(31)

 

BAB III

GAMBARAN TENTANG PPN DAN PPn-BM A. Gambaran Data PPN dan PPnBM.

Menurut UUD 1945 pasal 23 ditentukan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang dipungut berdasarkan UU No 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000, yang juga merupakan sumber penerimaan yang tercantum dalam APBN, termasuk dalam pengertian pajak pusat atau pajak negara. Pajak pertambahan nilai yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian jasa kepada para konsumen.

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atau disingkat dengan PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri di dalam daerah pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pajak pertambahan nilai dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa tanah, upah


(32)

kerja, dan laba perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak.

Adapun yang menjadi sifat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut:

1. PPN sebagai pajak objektif

Artinya pungutan pajak pertambahan nilai ini berdasarkan objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

2. PPN sebagai pajak tidak langsung

Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban Pajak pertambahan nilai dapat dialihkan kepada pihak lain.

3. Pemungutan PPN Multistage Tax

Pemungutan pajak pertambahan nilai dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi dari pabrikan, pedagang besar, sampai dengan pengecer.

4.PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak

Pengusaha kena pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan pajak pertambahan nilai.


(33)

6.PPN tidak menimbulkan pajak berganda.

7.PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri.

B. OBJEK DAN SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH(PPn-BM)

1.OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Dalam perjalanan sejarah UU PPN 1984, dan sejak ditetapkannya nilai berlaku April 1985 oleh peraturan pemerintah No. 1 Tahun 1985 dan hingga perubahannya yang terakhir dalam UU Nomor 18 Tahun 2000, objek pajak pertambahan nilai telah mengalami beberpa kali perubahan, dan yang sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 4 UU PPN Tahun 2000 disebutkan bahwa objek pajak pertambahan nilai dikenakan atas :

a. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

Penyerahan barang kena pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang kena pajak, sedangkan daerah pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya. Adapun yang menjadi syarat penyerahan barang yang dikenakan pajak adalah :


(34)

- barang berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak.

- penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean.

b.Impor barang kena pajak

Kegiatan impor merupakan memasukkan barang kena pajak dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean di Indonesia.

c.Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha .

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

- Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak

- Penyerahan dilakukan di dalam daerah pebean

- Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya

d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, adalah setiap kegiatan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean karena suatu perjanjian di dalam pabean. Barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dapat berupa hal-hal seperti hak paten, hak menggunakan merk dagang yang dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, baik yang berstatus


(35)

sebagai pengusaka kena pajak maupun yang berstatus bukan pengusaha kena pajak, di dalam daerah pabean.

e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, yaitu setiap kegiatan pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak, yaitu kegiatan ekspor barang kena pajak adalah mengeluarkan barang kena pajak dari daerah pabean ke luar daerah pabean di Indonesia.

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan pihak lain.

h. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-belikan olek pengusaha kena pajak, sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.

2.OBJEK PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ( PPnBM) Adapun yang menjadi objek pajak penjualan atas barang mewah adalah :

a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah, adalah pengusaha yang menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.


(36)

Yang dimaksud dengan barang kena pajak yang tergolong mewah antara lain:

1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

3. Pada umumnya, barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.

4. Apabila dikonsumsi merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman alkohol.

b.Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

3. SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Subjek pajak adalah pihak yang diberikan hak dan kewajiban dibidang perpajakan atas suatu objek pajak. Pada pajak yang bersifat objektif, ada tidaknya kewajiban perpajakan mula-mula ditentukan oleh ada tidaknya objek pajak. Setelah diketahui bahwa suatu perbuatan, peristiwa, atau benda-benda merupakan objek pengenaan pajak, maka baru dicari siapa yang menjadi penanggung jawab pajaknya. Penanggung pajak atau subjek pajaknya disebut dengan pengusaha kena pajak dan pengusaha bukan kena pajak.


(37)

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.

Kegiatan yang di lakukan pengusaha kena pajak meliputi :

1. Melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dapat dikenakan pajak pertambahan nilai, dalam hal ini adalah pengusaha kena pajak dan pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Mengekspor barang kena pajak yang dikenakan pajak pertambahan nilai.

b. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Subjek pajak pertambahan nilai bukan hanya pengusaha kena pajak saja (PKP) tetapi yang bukan pengusaha kena pajak juga dapat menjadi subjek pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b, huruf d, huruf e serta pasal 16 c UU PPN, berdasarkan pasal-pasal ini dapat dikenakan pajak pertambahan nilai.

- siapapun yang mengimpor barang kena pajak.

- siapapun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan.


(38)

- siapapun yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud dan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

C. CARA PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn-BM)

1. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya dasar pengenaan pajak pertambahan nilai. Pajak yang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (DPP). Dasar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Adapun yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, adalah sebagai berikut :

a. Harga Jual

Harga jual menurut undang-undang No. 18 Tahun 2000 adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.


(39)

b. Penggantian

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan jasa kena pajak, tidak termasuk pajak yang di pungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

c. Nilai Impor

Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor barang kena pajak tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut UU PPN 2000.

d. Nilai Ekspor

Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

e. Nilai Lain

Adalah suatu jumlah yang ditentukan sebagai dasar pengenaan pajak untuk menghitung pajak pertambahan nilai. Adapun nilai lain yang dimaksud adalah :


(40)

1. Untuk pemakaian sendiri barang kena pajak dan atau jasa kena pajak adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.

2. Pemberian cuma-cuma barang kena pajak adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.

3. Kendaraan bermotor bekas adalah 10 % dari harga jual, dan lain-lain.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

2.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

- Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10 %.

- PPN terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak pertambahan nilai dengan dasar pengenaan pajak.

- PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak di dalam daerah pabean. Oleh karena itu, barang kena pajak yang di ekspor atau dikonsumsi di luar daerah pabean, dikenakan pajak pertambahan nilai dengan tarif 0 %.


(41)

2.2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

a. Tarif PPnBM yang berdasarkan UU No. 18 Tahun 1983 berkisar antara 10 %-35 5 dengan UU No. 11 Tahun 1994 diubah menjadi setinggi-tingginya 50% dengan UU No. 18 Tahun 2000 diubah lagi menjadi setinggi-tingginya 75%.

Adapun kelompok barang yang tergolong mewah sesuai dengan tarif yang digunakan yaitu:

- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 10% adalah

a. kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi, mengandung tambahan gula atau tidak. Seperti keju, mentega, yoghurt.

b. kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol.

c. kelompok produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, kaki, dan rambut yang dikemas/dibotolkan.

d. kelompok alat rumah tangga seperti pesawat dingin, pesawat penerima siaran televisi.

- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 20% yaitu :


(42)

b. kelompok wangi-wangian.

- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah denga tarif 30% yaitu :

a.kelompok kapal atau kendaraan lainnya seperti sampan, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

b.kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.

-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 40% yaitu :

a. kelompok minuman tertentu yang mengandung alkohol.

b. kelompok barang yang terbuat dari sutera atau wool.

c. kelompok belum senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 50%.

a. Kelompok pesawat udara selain yang disebutkan dalam kelompok 40%, kecuali yang digunakan untuk keperluan negara.

b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain dalam kelompok 30%.


(43)

-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 75% yaitu :

a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang termasuk dalam kelompok 40%.

b. Kelompok barang-barang yang sebagian/seluruhnya terbuat dari batu mulia atau mutiara atau campuran dari padanya.

c. Kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

b. Atas ekspor barang kena pajak tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%.

Pajak penjualan atas barang mewah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah di dalam daerah pabean, oleh karena itu barang kena pajak tergolong mewah yang dikonsumsi atau diekspor di kenakan PPnBM dengan tarif 0%.

3. Cara Menghitung Pajak pertambahan Nilai( PPN) dan Pajak penjualan Atas Barang Mewah ( PPnBM)

a. Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai


(44)

Contohnya: PKP Dani dalam bulan Januari 2002 menjual secara tunai barang kena pajak kepada pengusaha kena pajak Rachmad dengan harga jual Rp 95.000.000,00.

PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP Dani adalah

10% x Rp 95.000.00,00 = Rp 9.500.000

PPN sebesar 9.500.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang dipungut oleh PKP Dani.

Pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut olek PKP yang melakukan penyerahan barang kena pajak, jasa kena pajak, ekspor barang kena pajak.

b. Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

PPnBM = TARIF PPnBM x DASAR PENGENAAN

Contohnya: PKP Dani mengimpor barang kena pajak dengan nilai impor Rp 80.000.000. Atas barang kena pajak tersebut, selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Perhitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor barang kena pajak tersebut adalah :

Dasar pengenaan pajak adalah = 80.000.000


(45)

Pajak penjualan atas barang mewah = 20% x 80.000.000 = 1.600.00,00.

D. PROSES PENDAFTARAN DAN PENILAIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

1. Saat Terutang Pajak

Secara lebih rinci, saat terutang pajak adalah sebagai berikut :

a. Penyerahan BKP/JKP

Terutangnya pajak atas penyerahan barang kena pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak, terjadi pada saat barang kena pajak tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pada saat barang kena pajak tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan.

b. Impor barang kena pajak

Terjadi pada saat barang kena pajak tersebut dimasukkan ke dalam daerah pabean.

c. Penyerahan jasa kena pajak

Terjadi pada saat nilai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya.


(46)

d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak bewujud dari luar daerah pabean

Terutangnya pajak pada saat orang pribadi atau badan tersebut mulai memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak tersebut di dalam daerah pabean.

e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean,

Terutangnya pajak terjadi pada saat orang pribadi atau badan tersebut mulai memanfaatkan jasa kena pajak tersebut di dalam daerah pabean.

f. Ekspor barang kena pajak

Terjadi pada saat barang kena pajak di keluarkan dari daerah pabean.

2 .Tempat Pajak Terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Tempat pajak terutang atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan tempat pengusaha kena pajak.

b. Tempat kegiatan usaha dilakukan.

c. Tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai tempat pajak terutang atas ekspor barang kena pajak, baik atas permohonan tertulis dari pengusaha kena pajak atau pun secara jabatan.


(47)

d. Dalam hal impor, tempat barang kena pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .

E. BATAS WAKTU PEMBAYARAN dan PELAPORAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

a. Pembayaran /Penyetoran

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut oleh orang pribadi atau badan yang menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak harus disetor ke kas negara sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak atas nama wajib pajak yang menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak. Pemungutan dan pelaporan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah pada dasarnya dilakukan bersamaan dengan pemungutan dan pelaporan pajak pertambahan nilai. Pemungutan pajak penjualan atas barang mewah menggunakan dokumen yang sama dengan faktur pajak pada saat dan tempat yang juga sama. Pelunasan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak selambat-lambatnya pada tanggal 15 pada masa (bulan) berikutnya. Pelaporan pajak pertambahan nilai dilakukan untuk setiap masa (bulan) dengan jalan


(48)

menyerahkan SPT masa PPnBM kepada kantor di mana importer atau pabrikan yang bersangkutan terdaftar. SPT (Surat Pemberitahuan) masa pajak penjualan atas barang mewah dibuat dan diserahkan bersamaan dengan SPT masa pajak pertambahan nilai. Adapun pembayaran pajak dapat dilakukan di mana saja yang telah ditetapkan seperti kantor pos dan giro dan bank pemerintah.

b. Batas Waktu Pembayaran

Pajak pertumbahan nilai (PPN) yang dibayar oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan barang kena pajak atau jasa kena pajak baik dari dalam maupun dari luar daerah pabean harus membayar sesuai dengan jenis pajak yaitu :

1. PPN dan PPnBM impor

Dilunasi oleh wajib pajak bersamaan dengan syarat pembayaran bea masuk.

2. PPN dan PPnBM impor yang pungutannya dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.

- disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan.


(49)

- hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 7 hari setelah batas waktu penyerahan pajak berakhir.

3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan pemerintah atau instansi pemerintah yang ditunjuk.

- Disetor paling lambat 7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

- Hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 14 hari setelah masa pajak berakhir.

4. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh pemungut PPN selain bendaharawan pemerintah atau instansi pemerintah yang ditunjuk.

a. Disetor paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

b. Hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

5. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan SPT adalah :

1. dibayar dan disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam, SKPKBT, dan STP tersebut.


(50)

2. setelah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan dafar pkp yang belum menyampaikan SPT.

6. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh badan urusan longistik atau BULOG, harus dilunasi sendiri oleh pengusaha kena pajak sebelum surat perintah pengeluaran barang tersebut, dan harus dilaporkan dalam SPT masa dan disampaikan kepada kantor pelayanan pajak setempat paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

c. Pelaporan Pajak

Bagi PKP dan pemungut, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut dan disetor tersebut harus dilaporkan dalam SPT masa PPN untuk masa pajak terjadinya penyetoran. SPT masa PPN merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh penghasilan kena pajak (pemungut) meskipun nihil. Bentuk dan isi SPT masa PPN dan PPnBM serta keterangan dan dokumen harus dilampirkan dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Apabila SPT masa PPN tidak atau tidak sepenuhnya dilampirkan dengan keterangan dan dokumen yang ditetapkan maka SPT masa PPN dianggap tidak sah. Setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pajak wajib melaporkan usahanya pada kantor DJP untuk dikukuhkan menjadi PKP dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Pengaturan mengenai tempat


(51)

pelaporan kegiatan usaha pengusaha untuk memperoleh nomor pokok pengusaha kena pajak (NPPKP) sebagai mana diatur dalam keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP 27/PJ/1995, sebagai berikut:

1. Tempat pelaporan kegiatan

Di kantor pelayanan pajak yang wilayah kerja meliputi tempat tinggal atau kedudukan dan tempat kegiatan usaha wajib pajak atau pengusaha yang bersangkutan.

2. Tempat pelaporan usaha bagi pengusaha kena pajak tertentu

Pengusaha kena pajak tertentu adalah PKP, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMD), Penanaman modal asing, Badan dan Orang Asing dan Perusahaan Go Public, yaitu :

a.Kantor pelayanan Pajak (KPP) perusahaan Negara dan Daerah untuk badan milik daerah yang berkedudukan di wilayah daerah khusus ibu kota Jakarta dan seluruh wajib pajak Badan Usaha Milik Negara.

b.Kantor pelayanan Pajak (KPP) penanaman modal asing, untuk seluruh penanaman modal asing yang tidak Go Public kecuali yang telah resmi terdaftar pada kantor pelayanan pajak (KPP) tempat wajib pajak berkedudukan dan wajib pajak penanaman modal asing yang bertempat berkedudukan dan wajib pajak penanaman modal asing yang bertempat di


(52)

kawasan Batam, Pulau Karimun, diberikan kemudahan mendaftar diri dan melaporkan usahanya pada kantor pelayanan pajak setempat.

c.Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan orang asing untuk seluruh wajib pajak badan dan orang asing.

d.Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk wajib pajak Badan Usaha Milik Negara yang berkedudukan di luar daerah khusus ibukota Jakarta.

3. Batas Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

Bagi wajib pajak PPN yang telah dipungut harus melaporkan dalam surat pemberitahuan masa PPN untuk masa pajak yang telah ditentukan yaitu

a. Pajak pertambahan nilai yang dihitung sendiri oleh PKP harus dilaporkan dalam SPT masa dan disampaikan pada Kantor Pelayanan Pajak setempat selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

b. Pajak pertambahan nilai yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan SPT yang telah dilunasi segera dilaporkan ke kantor pelayanan pajak yang menerbitkan.

c. Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh:

1. Bendaharawan pemerintah harus melaporkan selambat-lambatnya hari setelah masa pajak berakhir.


(53)

2. Selain bendaharawan pemerintah dilaporkan selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

3.Direktorat jenderal Bea Cukai atas impor harus dilaporkan selambat-lambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

4. Untuk penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG maka pajak pertambahan nilai (PPN) dihitung sendiri oleh penghasilan kena pajak harus dilaporkan dalam SPT masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

F. TATA CARA PEMBAYARAN dan PELAPORAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang yang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean wajib mendaftarkan diri kepada kantor pelayanan pajak di mana orang atau badan itu bertempat tinggal atau berkedudukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran. Formulir pendaftaran harus diisi dengan jelas, benar, dan legkap serta dilengkapi


(54)

dengan syarat-syarat yang telah ditentukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dipungut oleh penghasilan kena pajak dan atau pemungut pajak pertambahan nilai kemudian harus disetorkan ke kas Negara sesuai tanggal yang telah ditetapkan dan wajib pajak dapat menyetorkan ke kantor pos dan giro, Bank pemerintah, kemudian melaporkan SPT masa PPN untuk masa pajak, terjadi penyetoran SPT masa tersebut diberlakukan sebagai pemungutan pajak dan atau jasa kena pajak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

a. Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Bendaharawan

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang dipungut bendaharawan selaku pemungut pajak wajib disetorkan ke Bank atau ke kantor pos paling lambat 7 hari setelah bulan terjadinya tagihan, bila hari ke tujuh bertepatan dengan hari libur maka penyetoran harus dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2. Pembayaran pajak pertambahan nilai atau pajak penjualan atas barang mewah dilakukan dengan Surat Setoran Pajak dibuat rangkap 5 atas rekanan pemerintah dan ditanda tangani oleh bendaharawan.

- Lembar ke-1 untuk PKP rekanan


(55)

- Lembar ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan kepada SPT masa PPN

-Lembar ke-4 untuk Bank persepsi atau kantor pos

-Lembar ke-5 untuk arsip bendaharawan

3. Pada setiap lembar faktur pajak wajib dibubuhi cap disetor tanggal dan ditandatangani oleh bendaharawan.

b. Tata Cara Pelaporan PPN dan PPnBM

1. Pemungutan pajak pertambahan nilai atau penjualan atas barang mewah yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah harus dilaporkan di kantor pelayanan pajak tempat bendaharawan terdaftar paling lambat 14 hari setelah bulan dilakukan pembayaran dan tagihan.

2. Pelaporan dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan masa bagi pemungut pajak pertambahan nilai khusus untuk :

1. Lembar ke-1, dilampiri faktur pajak

2. Lembar ke-2 , untuk KPKN

3. Lembar ke-3, untuk arsip bendaharawan

3. Bila Bank pemerintah atau Bank pembangunan daerah bertindak sebagai kasir dari bendaharawan pemerintah (PROYEK INPRES) maka faktur


(56)

pajak dan Surat Setoran Pajak ditentukan ke Bank yang bersangkutan melalui bendaharawan yang diwajibkan untuk memungut dan melapor adalah Bank yang bersangkutan.

4. Apabila dalam satu bulan tidak ada pemungutan, penyetoran laporan harus tetap dibuat dengan menggunakan laporan nihil.

5. Faktur pajak pertambahan nilai yang tidak dipungut misalkan disebabkan harga jualnya tidak lebih dari Rp 1.000.000 atau PPN ditanggung pemerintah dilaporkan dengan mengisi catatan pada bagian yang kosong pada formulir laporan pemungutan PPN dan PPnBM.

c. Sarana Pembayaran/Penyetoran PPN terutang

Untuk membayar atau menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir surat setoran Pajak (SSP) yng tersedia di kantor-kantor pelayanan pajak dan kantor-kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan di seluruh Indonesia. SSP menjadi sah dan lengkap apabila jumlah PPN dan PPnBM yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum didalam daftar nominative wajib pajak (DNWP) yang dibuat oleh Bank penerima pembayaran, kantor pos dan Giro, atau kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran.

Sebagai sarana pelaporan bagi pengusaha kena pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan


(57)

PPnBM yang sebenarnya terutang dapat digunakan SPT masa PPN . SPT ini juga berfungsi untuk melaporkan tentang pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran dan untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau atas nama pihak lain. SPT meliputi data- data tambahan sebagai berikut :

1. Untuk SPT masa PPN

- jumlah penyerahan

- jumlah pajak keluaran

- jumlah pajak yang dapat diperhitungkan

- jumlah kekurangan atau kelebihan pajak

- tanggal penyetoran

2. Untuk SPT masa PPN bagi pemungut

- Jumlah dasar pengenaan pajak

- jumlah pajak yang dipungut

- jumlah pajak yang disetor

- Tanggal penyerahan


(58)

3. Untuk SPT masa PPN bagi pengusaha kena pajak pedagang eceran yang menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak.

- Jumlah penyerahan barang dagangan

- Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak

- Jumlah penyetoran

4. Untuk SPT masa PPnBM

- Jumlah penyetoran

- Tarif

- Jumlah pajak yang terutang

- Jumlah pajak yang disetor dan tanggal penyetoran

Pengisian SPT harus diisi dengan lengkap, karena jika SPT tidak lengkap tidak dapat diterima dan harus dikembalikan kepada wajib pajak, SPT yang lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT induk dan semua lampiran yang disyaratkan telah diisi dan dilampirkan secara lengkap serta telah ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.


(59)

 

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini, penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil-hasil penelitian yang diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Dalam bab ini, penulis akan membandingkan teori-teori yang diuraikan pada bab III dengan kenyataan yang ada dalam lapangan sehingga penulis dapat melihat dan menilai sampai sejauh mana teori-teori yang ada tersebut diterapkan oleh wajib pajak dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun masalah-masalah yang akan dianalisa dan dievaluasi oleh penulis adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kepatuhan PKP dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT PPN untuk tahun 2008-2009

b. Kendala-kendala yang dihadapi wajib pajak dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM

A. Pelaksanaan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Dan Pelaporan SPT Pajak Pertambahan Nilai Untuk Tahun 2008 & 2009.

Untuk melihat pelaksanaan kepatuhan pengusaha kena pajak di bawah ini disajikan. laporan data statistik penerimaan SPT.


(60)

Penerimaan SPT Masa PPN Statistik Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Tahun 2008-2009

No. Jenis Usaha Tahun

2008 2009

1 Usaha Industri 2404 2348

2 Usaha Dagang 17951 19064

3 Usaha Jasa 8346 7872

Jumlah 28701 29284

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Berdasarkan data diatas untuk lebih rinci, maka dapat di lihat pada tabel di bawah ini Statistik Penerimaan SPT Masa PPN / PPnBM

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Tahun 2008

SPT

NO JENIS

USAHA

NIHIL LEBIH BAYAR

KURANG BAYAR

1 Usaha Industri 1123 166 1115

2 Usaha Dagang 9563 1301 7087

3 Usaha Jasa 6349 379 1618

Jumlah 17035 1846 9820


(61)

Statistik Penerimaan SPT Masa PPN/PPnBM Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Tahun 2009

SPT NO JENIS

USAHA NIHIL LEBIH BAYAR KURANG BAYAR TOTAL 1 Usaha Industri

1090 151 1107 2348

2 Usaha Dagang

10719 1247 7098 19064

3 Usaha Jasa 6080 350 1442 7872

Jumlah 17889 1748 9647 29284

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Keterangan: Untuk SPT nihil secara keseluruhan (Global) adalah sebagai berikut

% 100 x totalNilai industri Industri % 100 x uhnya TotalSelur TotalNilai Global


(62)

Untuk tahun 2008      Untuk tahun 2009                SPT Nihil    SPT Nihil

% 35 , 59 % 100 28701 17035 

x 100% 1,73% 29284

17889

x

SPT Kurang bayar SPT Kurang Bayar

% 21 , 34 % 100 28701 9820  x

100% 1,27% 29284

9647

  x

SPT Lebih Bayar SPT Lebih Bayar

% 43 , 6 % 100 28701 1846  x

100% 0,46% 29284

1748

  x

Dari perhitungan persentas diatas dapat kita lihat bahwa pelaporan SPT PPN Nihil di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk tahun 2009 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,73%. Ini berarti tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya pengusaha kena pajak dalam melakukan pelaporan SPT masa PPN sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara untuk pelaporan SPT masa PPn lebih bayar mengalami penurunan sebesar -0,46%, dan sebaliknya untuk SPT masa PPN kurang bayar ada penurunan juga sebesar -1,27%.


(63)

Untuk SPT Nihil tahun 2008

Usaha industri = 100% 6,59% 17035

1123

x

Usaha Dagang = 100% 56,13% 17035

9563

x

Usaha Jasa = 100% 37,27% 17035

6349

x

Untuk SPT Nihil tahun 2009

Usaha industri = 100% 6,09% 17889

1090

x

Usaha Dagang = 100% 59,01% 17889

10719

x

Usaha Jasa = 100% 33,00% 17889

6080

x

Dari pelaporan SPT PPN Nihil beberapa usaha diatas, dijelaskan bahwa untuk jenis usaha industri dan jasa mengalami penurunan sebesar 0,5% dan 3,28%. Adanya penurunan tersebut menandakan bahwa masih adanya PKP yang belum mampu melakukan penghitungan PPN/PPnBM terutang dengan baik dan benar. Sebaliknya untuk usaha dagang mengalami kenaikan sebesar 3,78% yang artinya jumlah PKP yang telah membayar jumlah PPN/PPnBM untuk jenis usaha ini sesuai dengan


(64)

jumlah pajak terutang untuk tahun 2009 lebih banyak di bandingkan dengan tahun 2001.

Untuk SPT Lebih Bayar Tahun 2008

Usaha Industri = 100% 8,99% 1846

166

x

Usaha Dagang = 100% 70,48% 1846

1301

x

Usaha Jasa = 100% 20,53% 1846

379

x

Untuk SPT Lebih Bayar Tahun 2009

Usaha Industri = 100% 8,63% 1748

151

x

Usaha Dagang = 100% 71,33% 1748

1247

x

Usaha Jasa = 100% 20,02% 1748

350

x

Dalam pelaksanaan penerimaan pelaporan SPT PPN/PPnBM Lebih Bayar di wilayah KPP Medan Kota tahun 2009 lebih sedikit dibandingkan tahun 2008. Pelaporan SPT lebih bayar ini terjadi karena adanya kelebihan jumlah pajak yang dibayar artinya jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak terutang. Bila hal seperti ini terjadi pihak aparat pajak akan menerbitkan SKPLB ( Surat


(65)

Ketetapan Pajak Lebih Bayar) dan apabila wajib pajak menerima dan menghendaki pengembalian (restitusi) maka wajib pajak harus mengajukan secara tertulis, dan bila tidak terjadi wajib pajak di anggap melakukan kompensasi.

Untuk SPT Kurang Bayar Tahun 2008

Usaha Industri = 100% 11,35% 9820

1115

x

Usaha Dagang = 100% 72,16% 9820

7087

x

Usaha Jasa = 100% 16,48% 9820

1618

x

Untuk SPT Kurang Bayar tahun 2009

Usaha Undustri = 100% 11,47% 9647

1107

x

Usaha Dagang = 100% 73,58% 9647

7098

x

Usaha Jasa = 100% 14,94% 9647

1442

x

Kenaikan penerimaan SPT Kurang Bayar (KB) ini terjadi karena kemungkinan adanya wajib pajak yang tidak beritikad baik dalam melakukan penyampaian SPT. Bila terjadi hal seperti ini maka Direktorat Jenderal pajak akan melakukan pemeriksaan ulang dan jika diketahui ternyata wajib pajak kurang


(66)

membayar Pajak terutang, maka akan diterbitkan SKPKB (Surat Ketetapan Kurang Bayar) yang disertai beberapa sanksi, yaitu sanksi administrasi sebesar 2% dan kenaikan sebesar 100%. Dengan adanya pengenaan sanksi ini diharapkan penerimaan SPT Kurang Bayar, khususnya PPN dan PPnBm semakin berkurang.

Kendala Kendala Yang dihadapi Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBm yaitu :

Dari analisa diatas penulis memperoleh beberapa faktor yang menjadi hambatan Wajib Pajak dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM

yaitu :

a. Sebagian masyarakat tidak merasakan langsung pembayaran pajak sehingga masih banyak penerimaan SPT yang masih kurang bayar dari jumlah pajak yang terutang.

Masyarakat yang tidak mau melakukan pembayaran ini di sebabkan karena mereka tidak melihat atau pun merasakan langsung pembayaran pajak sebagaimana yang di janjikan oleh pemerintah. Seperti pembangunan jalan di wilayah mereka tinggal atau pun yang lainnya.

b. Rentang waktu pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM terlalu singkat sehingga memepersulit Wajib Pajak dalam penyampain SPT.


(67)

Rentang waktu antara pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM sangat dekat sehinnga membuat masyarakat yang mempunyai banyak kesibukan tidak sempat dalam melakukan kewajibannya.

c. Kekurang mengertian Wajib Pajak dalam peraturan perpajakan yang sering berubah-ubah.

Sering nya peraturan perpajakan yang mengalami perubahan membuat masyarakat bingung dan tidak bisa melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang baru tersebut.

d Kurangnya sosialisasi tentanmg pengetahuan perpajakan.

Masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui secara tepat kemana penggunaan dari uang yang disetorkan oleh masyarakat tersebut membuat masyarakat tidak mau untuk melakukan pembayaran.

Adapun usaha yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota dalam menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya pembagian tugas yang sesuai dengan keahlian masing-masing pegawai untuk menangani masalah pajak yang dibahasnya. Misalnya AR ( account representative) dalam kantor pajak membuat masyarakat dapat melakukan konsultasi dengan tenang.


(68)

2. Pemberian penyuluhan perpajakan kepada masyarakat agar mereka tahu bagaimana tata cara pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM, sehingga dalam pelaksanaan kewajiban tersebut, kesalahan maupun kekeliruan dalam pengisian SPT bisa diminimalkan.

3. Adanya informasi atau pemberitahuan dari KPP baik melalui spanduk, brosur, internet tentang batas waktu pembayaran SPT sehingga masyarakat serta WP tidak lupa akan kewajibannya untuk melaporkan PPN yang terutang.

4. Diberikannya buku petunjuk yang sesuai dengan perundang-undangan yang terbaru mengenai pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM kepada WP sehingga WP tersebut bisa memahami pengisian dan penyampaian SPT dengan baik dan benar.


(69)

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab-bab yang sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu :

1. Untuk pembayaran PPN dan PPnBM digunakan formulir SSP sedangkan untuk pelaporannya digunakan SPT yang nantinya disampaikan kepada kantor pelayanan pajak setempat.

2. Yang wajib disetor oleh PKP aalah PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan dari pajak masukan PKP PPN. PPnBM yang dipungut oleh PKP pabrikan barang kena pajak yang tergolong mewah, PPN dan PPnBM yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT), dan Surat Tagihan Pajak.

3. Tatacara pembayaran dan pelaporan PPN meliputi kegiatan, mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP atau NPPKP, memungut, membayar atau menyetorkan dan melaporkan ke kantor pelayan pajak medan kota telah sesuai dengan administrasi dan tata usaha perpajakan.


(70)

4. Adanya Job Description yang jelas dalam KPP untuk masing masing bagian atau seksi yang telah diatur, sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sudah berjalan dengan baik.

B.SARAN

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di KPP Medan Kota sudah berjalan dengan baik, namun demikian penulis memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi aparat perpajakan.

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Perlu diadakan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan, pemasukan, pelaporan SPT agar menjadi lebih teratur.

2. Diharapkan PKP agar dapat lebih teliti lagi dalam melakukan penghitungan pajak terhutang, sehingga tidak terjadi kurang bayar, ataupun lebih bayar dalam pelaporannya.

3. Perlunya penyempurnaan sistem informasi yang ada, agar data dan informasi dapat tersaji lengkap dan akurat.

4. Aparat pajak atau Fiskus mampu bertindak tegas atas PKP yang tidak melakukan pembayaran SPT nya.


(71)

5. Diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota dapat memberikan informasi yang jelas tentang tata cara pelaporan PPN dan PPnBM dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(72)

   

DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo,2003 Perpajakan edisi revisi,Yogyakarta, Andi

Sukardji, untung, 2003, Pokok-pokok pajak pertambahan nilai, Jakarta,PT RajaGrafindo Persada

Tjahjono Ahmad dan Wahyudi Triyono, 2003, Perpajakan Indonesia, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada

Rusdji, Muhammad, Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Jakarta, PT Indeks kelompok Gramedia

Rusjdi,Muhammad, 2004, Pajak pertambahan nilai dan Pajak penjualan atas barang mewah, Jakarta, PT Indeks kelompok Gramedia


(1)

Rentang waktu antara pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM sangat dekat sehinnga membuat masyarakat yang mempunyai banyak kesibukan tidak sempat dalam melakukan kewajibannya.

c. Kekurang mengertian Wajib Pajak dalam peraturan perpajakan yang sering berubah-ubah.

Sering nya peraturan perpajakan yang mengalami perubahan membuat masyarakat bingung dan tidak bisa melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang baru tersebut.

d Kurangnya sosialisasi tentanmg pengetahuan perpajakan.

Masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui secara tepat kemana penggunaan dari uang yang disetorkan oleh masyarakat tersebut membuat masyarakat tidak mau untuk melakukan pembayaran.

Adapun usaha yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota dalam menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya pembagian tugas yang sesuai dengan keahlian masing-masing pegawai untuk menangani masalah pajak yang dibahasnya. Misalnya


(2)

maupun kekeliruan dalam pengisian SPT bisa diminimalkan.

3. Adanya informasi atau pemberitahuan dari KPP baik melalui spanduk, brosur, internet tentang batas waktu pembayaran SPT sehingga masyarakat serta WP tidak lupa akan kewajibannya untuk melaporkan PPN yang terutang.

4. Diberikannya buku petunjuk yang sesuai dengan perundang-undangan yang terbaru mengenai pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM kepada WP sehingga WP tersebut bisa memahami pengisian dan penyampaian SPT dengan baik dan benar.


(3)

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab-bab yang sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu :

1.Untuk pembayaran PPN dan PPnBM digunakan formulir SSP sedangkan untuk pelaporannya digunakan SPT yang nantinya disampaikan kepada kantor pelayanan pajak setempat.

2.Yang wajib disetor oleh PKP aalah PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan dari pajak masukan PKP PPN. PPnBM yang dipungut oleh PKP pabrikan barang kena pajak yang tergolong mewah, PPN dan PPnBM yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT), dan Surat Tagihan Pajak.

3.Tatacara pembayaran dan pelaporan PPN meliputi kegiatan, mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP atau NPPKP, memungut, membayar atau menyetorkan dan melaporkan ke kantor pelayan pajak medan kota telah sesuai dengan administrasi dan tata usaha perpajakan.


(4)

B.SARAN

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di KPP Medan Kota sudah berjalan dengan baik, namun demikian penulis memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi aparat perpajakan.

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Perlu diadakan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan, pemasukan, pelaporan SPT agar menjadi lebih teratur.

2. Diharapkan PKP agar dapat lebih teliti lagi dalam melakukan penghitungan pajak terhutang, sehingga tidak terjadi kurang bayar, ataupun lebih bayar dalam pelaporannya.

3. Perlunya penyempurnaan sistem informasi yang ada, agar data dan informasi dapat tersaji lengkap dan akurat.

4. Aparat pajak atau Fiskus mampu bertindak tegas atas PKP yang tidak melakukan pembayaran SPT nya.


(5)

5. Diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota dapat memberikan informasi yang jelas tentang tata cara pelaporan PPN dan PPnBM dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,2003 Perpajakan edisi revisi,Yogyakarta, Andi

Sukardji, untung, 2003, Pokok-pokok pajak pertambahan nilai, Jakarta,PT RajaGrafindo Persada

Tjahjono Ahmad dan Wahyudi Triyono, 2003, Perpajakan Indonesia, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada

Rusdji, Muhammad, Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Jakarta, PT Indeks kelompok Gramedia

Rusjdi,Muhammad, 2004, Pajak pertambahan nilai dan Pajak penjualan atas barang mewah, Jakarta, PT Indeks kelompok Gramedia