Pengan Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi menyusu Dini di RSUD Kota Pdangsidimpuan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan
bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini
yaitu proses meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya sehingga kulit ibu
melekat pada kulit bayi dan merangkak mencari payudara dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir (Roesli, 2012). Inisiasi menyusu dini merupakan suatu program
yang sedang dianjurkan pemerintah pada bayi baru lahir untuk segera menyusu
sendiri pada ibunya. Inisiasi menyusu dini dilakukan langsung setelah lahir, tidak
boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi (Maryunani,
2012).
Kontak kulit ke kulit segera setelah lahir merupakan faktor penting untuk
sukses dalam inisiasi menyusu dini. Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
mengembalikan hubungan antara ibu dan bayi setelah bayi lahir, memberikan
kehangatan pada bayi, menginduksi pelepasan oksitosin pada ibu dan memastikan
bayi mendapatkan kolostrum pada hisapan pertamanya (WABA, 2007). Inisiasi
menyusu dini akan mempererat hubungan ikatan ibu dan bayi dan meningkatkan
angka keselamatan hidup bayi di usia 28 hari pertama kehidupannya (Maryunani,
2012). Inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat bagi ibu karena dapat merangsang

kontraksi otot rahim sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi
perdarahan ibu (Roesli, 2012).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Pelaksanaan Inisiasi menyusu dini yaitu kontak langsung antara kulit ibu dan
kulit bayi sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Bayi ditengkurapkan di
dada atau di perut ibu segera setelah seluruh badan dikeringkan kecuali pada
telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban
karena bau dan rasa cairan ketuban sama dengan bau yang dikeluarkan payudara
ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting (Roesli, 2012).
Pelaksanaan Inisiasi menyusu dini ternyata tidak mudah dilakukan. Hanya sekitar
14% ibu yang berhasil memberikan air susu ibu untuk bayi nya padahal ASI
sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Minimnya jumlah tersebut
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu. Banyak ibu yang tidak mendapatkan
informasi atau tidak tahu apa yang harus dilakukan saat pertama bayi lahir,
terlebih bila pihak rumah sakit tidak mendukung dengan mengkondisikan ibu

dalam melakukan inisiasi menyusu dini (Maryunani, 2012). Respon ibu terhadap
pelaksanaan inisiasi menyusu dini akan mempengaruhi pelaksanaan inisiasi
menyusu itu sendiri. Ibu yang memberikan respon positif terhadap pelaksanaan
inisiasi menyusu dini akan mempengaruhi respon interaksi selanjutnya yaitu
praktik menyusui sehingga ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif (Astuti,
2012).
Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Menurut Departemen Kesehatan usia remaja adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21
tahun (Kumalasari, 2012). Di Amerika Serikat pada tahun 2007 sebanyak 425.

Universitas Sumatera Utara

3

493 remaja putri melahirkan pada usia 15-19 tahun, dengan insiden 41,7 kelahiran
dari 1000 wanita, dimana sebagian besar mengatakan kehamilannya tidak
terencana dan tidak diinginkan (Murray & McKinney, 2007).
Berdasarkan data Riskesdas (2010) angka perkawinan remaja masih tinggi di
Indonesia, sebanyak 11,5%


remaja usia 15-19 tahun telah menikah. Hal ini

menunjukkan bahwa perkawinan usia remaja cenderung tinggi yang kemudian
hamil dan melahirkan anak, sehingga remaja harus menjalankan peran sebagai
orangtua. Peran ibu pada usia remaja sering menimbulkan konflik antara tugas
perkembangan usia remaja dan tugas menjadi seorang ibu. Remaja yang memiliki
karakteristik berfokus pada diri sendiri dan kebutuhan diri, harus bersikap empati
pada bayi baru lahir dalam melakukan inisiasi menyusu dini, hal ini beresiko
menimbulkan rendahnya pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi
menyusu dini (Kusmiran, 2011).
Hasil penelitian Nesbitt (2012) menyatakan bahwa perbandingan angka
menyusui oleh ibu yang berusia 15 sampai 19 tahun di Kanada memiliki tingkat
inisiasi 79% dibandingkan ibu yang berusia lebih dari 20 tahun memiliki inisiasi
89%. Hanya 17% dari ibu remaja terus menyusui selama minimal 6 bulan
dibandingkan 49% dari ibu dewasa. Informasi ini menyoroti bahwa ibu remaja
yang memulai dan mempertahankan menyusui kurang dari tarif remaja nasional.
Kejadian kehamilan dan kelahiran pada usia remaja di beberapa negara masih
tinggi angkanya. Hasil penelitian Edmond (2006) yang melakukan penelitian di
Ghana terhadap hampir 11.000 bayi, jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam

waktu satu jam pertama dengan membiarkan kontak kulit ke kulit, maka 22%

Universitas Sumatera Utara

4

nyawa bayi kurang dari 28 hari dapat diselamatkan, jika mulai menyusui pertama
saat bayi berusia lebih dari 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16%
nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan.
Persentase bayi dengan inisiasi menyusu dini di Indonesia kurang dari satu
jam setelah bayi lahir adalah 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan
terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada
kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai
disusui dilakukan setelah 48 jam. Inisiasi menyusu dini di Sumatera Utara sendiri
terdapat 20,2% pada waktu kurang dari satu jam pertama dan 34,0% pada 1
sampai 6 jam berikutnya (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Provinsi Sumatera Utara dan
Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, cakupan pelaksanaan Inisiasi menyusu
dini hanya 38,2% di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan di Kota Medan
sebanyak 2,23%, dan di Kota Padangsidimpuan hanya sebanyak 1,23% padahal

cakupan pelaksanaan IMD yang ditargetkan dalam Program Pembangunan
Nasional dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu
adalah sebesar 80%. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan,
sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan
keberhasilan program ASI eksklusif dengan cara inisiasi menyusu dini (Depkes
RI, 2011).
Hasil penelitian kualitatif Fikawati (2009) pada ibu-ibu di puskesmas
jagakarsa Jakarta Selatan melaporkan bahwa inisiasi menyusu dini memiliki
pengaruh nyata terhadap pemberian ASI eksklusif. Ketidakberhasilan pemberian

Universitas Sumatera Utara

5

ASI ekslusif yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang serta faktor ibu
yang tidak difasilitasi dalam menjalani inisiasi menyusu dini. Hasil penelitian
yang dilakukan Ervina (2010) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang
inisiasi menyusu dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan
berada dalam kategori cukup.
RSUD Kota Padangsidimpuan merupakan rumah sakit yang terdapat di Kota

Padangsidimpuan. Di ruangan bersalin (rumah sakit sayang ibu) RSUD jumlah
kelahiran bayi pada ibu usia remaja pada tahun 2014 sebanyak 275 bayi, 180
orang (41,3%) bayi di antaranya mendapat inisiasi menyusu dini dan yang tidak
melakukan inisiasi menyusu dini saat satu jam setelah kelahiran hanya sekitar 95
orang, hal ini disebabkan ibu menolak untuk dilakukan Inisiasi menyusu dini
karena masih merasakan nyeri dan tidak memiliki cukup susu untuk memulai
menyusu. Menjalani inisiasi menyusu dini pada ibu usia remaja menjadi
fenomena yang layak diteliti karena masih tinggi perkawinan di usia remaja dan
pengetahuan yang relatif rendah.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk lebih menggali
bagaimana pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di
RSUD Kota Padangsidimpuan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman Ibu
usia remaja dalam

menjalani

inisiasi


menyusu

dini

di

RSUD Kota

Padangsidimpuan?

Universitas Sumatera Utara

6

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman Ibu usia remaja
dalam menjalani Inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan konsep bagi

perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa
terkait dengan asuhan keperawatan pada ibu usia remaja dalam menjalani
inisiasi menyusu dini di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayi.
1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tentang pentingnya inisiasi
menyusu dini dan menempatkan ibu usia remaja sebagai prioritas yang tinggi
dalam menjalani inisiasi menyusu dini sehingga mendukung terlaksananya
program inisiasi menyusu dini.
1.4.3 Bagi Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitian keperawatan dan memberikan acuan serta
pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani menyusu dini.

Universitas Sumatera Utara