Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi menyusu Dini di RSUD Kota Pdangsidimpuan

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Nama : Jerni Mardiyah Lubis NIM : 141121058

Saya adalah mahasiswi S-I Keperawatan Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini.

Saya sangat mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi partisipan demi berjalannya penelitian ini. Ibu akan diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner dan pertanyaan yang akan saya tanyakan pada ibu.

Penelitian ini tidak akan membawa dampak buruk bagi ibu dan segala kerahasiaan ibu akan dijaga dengan baik oleh peneliti baik identitas maupun informasi-informasi yang sudah disampaikan oleh ibu dan dipergunakan sepenuhnya untuk kebutuhan penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada sanksi apa pun yang diberikan.

Atas kesediaan ibu menjadi partisipan saya ucapkan terima kasih.

Padangsidimpuan, September 2015 Tanda Tangan Partisipan


(2)

INFORMED CONSENT PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi Menyusu Dini di RSUD Kota Padangsidimpuan

Peneliti : Jerni Mardiyah Lubis

NIM : 141121058

Peneliti adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ibu telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Ibu boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapan pun Ibu inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Ibu memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Penelitian ini adalah salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar – mengajar di program studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi Menyusu Dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan pelayanan keperawatan maternitas khususnya pada ibu yang menjalani inisiasi menyusu dini.

2. Jika Ibu bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan. Jika ibu mengizinkan, peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk


(3)

merekam yang Ibu katakan. Wawancara akan dilakukan minimal satu kali selama lebih kurang 60 menit.

3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko. Apabila Ibu merasa tidak aman saat wawancara, Ibu boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari penelitian ini.

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiaannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada Ibu jika Ibu menginginkannya. Hasil penelitian ini akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dan pelayanan kesehatan setempat dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Ibu tanyakan kepada peneliti.

6. Jika Ibu sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan Ibu menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Peneliti,


(4)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

No. Partisipan:

Pengkajian Data Demografi

Petunjuk Pengisian

- Semua pertanyaan harus dijawab.

- Untuk nomor 1 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang diuraikan. - Untuk pertanyaan selanjutnya dijawab dengan memberikan tanda

check list (ѵ) pada tempat yang telah disediakan.

- Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.

1. Umur ibu : tahun

2. Partus Obstetri : G: P: A: 3. Agama : ( ) Islam

( ) Kristen ( ) Hindu ( ) Budha

4. Suku : ( ) Batak Mandailing ( ) Batak Toba ( ) Jawa 5. Pendidikan : ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA


(5)

6. Pekerjaan : ( ) IRT

( ) Wiraswasta 7. Berat badan lahir :...g

8. Usia bayi saat lahir : ...hari/minggu

9. Usia bayi saat diwawancarai di rumah sakit : ...hari/minggu 10.Sumber Informasi IMD : ( ) Media Massa

( ) Media Elektronik ( ) Petugas Kesehatan ( ) Tidak Ada Informasi


(6)

Lampiran 3

PANDUAN WAWANCARA

Judul: Pengalaman Ibu Usia Remaja Dalam Menjalani Inisiasi Menyusu Dini. 1. Coba ibu ceritakan pemahaman ibu tentang inisiasi menyusu dini (waktu

pertama menyusu)?

2. Bagaimana respon/perasaan ibu saat menjalani inisiasi menyusu dini (waktu pertama menyusu) terkait dengan usia ibu yang masih remaja?

3. Bagaimana tahapan pelaksanaan Inisiasi menyusu dini (waktu pertama menyusu) yang ibu jalani?

4. Jelaskan hambatan atau keluhan yang ibu rasakan di usia yang masih remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini (waktu pertama menyusu)?

5. Jelaskan faktor yang mendukung ibu dalam menjalani inisiasi menyusu dini (waktu pertama menyusu)?


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

MATRIKS ANALISA DATA

PENGALAMAN IBU USIA REMAJA DALAM MENJALANI INISIASI MENYUSU DINI

DI RSUD KOTA PADANGSIDIMPUAN

NO PERNYATAAN SIGNIFIKAN LINE KODING KATEGORI SUB TEMA TEMA

1.

Pas lahir kan kak, di tarok dokter itu nya langsung nampak ku kak di atas dada ku, tapi di lap dulu darah yang masih nempel dibadan anak ku kak

P1.L41 Bayinya diletakkan di atas dada si ibu

Meletakkan bayi langsung di atas dada

Meletakkan bayi di atas dada Ibu

Memposisikan bayi di atas dada

1.1 Ya gimana ya kak, kan habis dilahirin tuh, masih oee oee oee gitu bayi ku kan kak, terus darah yang masih nempel di badan bayi ku itu kak di lap darahnya sama dokternya terus langsung ditarok di atas dada aku kak dibawah payudara

P3.L54 Bayinya diletakkan diatas dada

dibawah payudara

1.2 Hmm, ditaroknya kulihat kak diatas dada ku, gitu ajanya kak

P4.L40 Bayinya diletakkan di atas dada

1.3 Ditidurkan kak langsung diatas dada ku, masih telanjang itu bayinya

P6.L26 Bayinya ditidurkan di atas dada


(18)

1.4 Langsung diletakkan dokter itu kak di atas dada ku ini, belum dibedong lagi, ditimbang pun belum kak, langsung diletakkan di atas dada ku ini kak

P2.L38 Bayinya diletakkan di atas dada Ibu

1.5 Langsung diletakkan dokter itu kak diatas dada ku, belum dibedong, ditimbang pun belum, udah langsung diletakkan aja di atas dada ku ini

P8.L29 Bayinya diletakkan di atas dada, belum dibedong,

ditimbang pun belum

1.7 Diletakkan tengkurap terus agak miring lah posisi nya ke arah ku kak, bisalah ku tatap bayi ku ini kak

P1.L46 Bayinya tengkurap dengan posisi miring ke arah Ibu

Meletakkan tengkurap di atas dada

1.6 Itu lah itu bayi telanjang masih di tengkurapkan di atas dada ku kak, dimiringkan kepalanya ditarok menghadap ke aku kak, gitu gitu lah kak

P5.L31 Bayinya

ditengkurapkan telanjang di atas dada

1.8 Ditengkurapkan bayi nya tapi udah di lap dulu kak, udah dipotong tali pusatnya, udah di ikat itu kak

P7.L49 Bayinya

ditengkurapkan setelah di lap dan tali pusatnya dipotong

1.9 Ya nggak tau juga sih kak..sama dokternya langsung ditaruh gitu kak

P3.L59 Bayinya langsung taruh tengkurap di


(19)

tengkurap di atas dada awak kak, katanya habis bayi lahir harus seperti itu kak, lagian udah dijelaskan setelah bersalin bayi nya itu ditarok di atas dada ibu, gitu kak dibilang dokternya

atas dada

2 Supaya apa ya, supaya terjalin lah itu kak ikatan batin awak sebagai ibu dengan bayi ku ini kak, gitu gitu lah kak

P1.L52 Ibu merasakan Ikatan batin dengan bayi

Ikatan batin Ibu dan bayi

Adanya ikatan batin dengan bayinya

Manfaat saat menyusu dini

2.1 Hmm, biar lebih terasa ikatan itu kak antara saya emaknya sama bayi ku ini kak, kira kira gitu lah kak makana diletakkan langsung di atas dada ku kak

P8.L38 Lebih terasa ikatan batin ibu dengan bayinya

2.2 Biar itu kulit awak sama kulit bayinya nempel dulu serasa lebih dekat aja

P1.L55 Kulit ibu dengan bayi nempel di dada ibu

Kontak langsung dengan bayi

Lebih dekat dengan bayinya

2.3 Supaya gimana itu, supaya apa sih kak, supaya lebih kenal aja gitu sama bayinya, deket sama awak kak makanya langsung ditarok di atas dada.

P5.L47 Lebih kenal dengan bayinya


(20)

2.4 Biar kenal kalau saya ibunya kak makanya itu bayi dibiarin lengket langsung di atas dada ku kak, karena kan ditengkurapkan orang itunya bayi ku ini kak

P7.L59 Bayinya dibiarin lengket langsung di atas dada ibu

3. Yahh,, senang sekali kak, campur perasaan itu kak awalnya senang gimana gitu kak, apalagi saya kan masih remaja kak, banyak sih ndak tau nya kak e, apalagi ini anak pertama kan nggak tau tau lah apa mau dilakuin kak, ku tengok tengok terus lah kak anak ku ini kak

P3.L67 Ibu senang bayinya menyusu dini

Senang bayinya menyusu dini

Respon senang Respon emosional saat menyusu dini

3.1 Hmm, bahagia lah kak, nggak terucapkan lagi sama kata kata saking bahagianya yang ditarok itu bayi ku di atas dada walaupun masih muda umur awak kak udah terasa lah yang jadi emak emak ini kak, ahahah

P6.L38 Ibu bahagia bayinya IMD

3.2 Takut gimana itu ya, kok ditarok langsung bayi nya di atas dada ku, apa nggak licin itu, jatuh nanti gimana pula, gitu gitu lah kak

P1.L66 Si ibu takut bayinya jatuh

Takut bayinya jatuh


(21)

3.3 Aduhh,, pertamanya takut jatuh aku kak kalo kalo bayinya nanti meleset ke bawah, geli kak kan cuman ditengkurapkan di atas dada gitu, nanti kalo seandainya pas gerak apa nggaktakut itu jatuh kak

P4.L53 Si ibu takut bayinya jatuh

3.4 Oiii kak, awalnya terkejut aku kak, kenapa langsung dibuat di atas dada ku gitu ku pikir kak, nggak pernah kak ku lihat gitu.

P2.L56 Si ibu kaget

anaknya diletakkan di atas dada

Kaget bayinya menyusu dini

Respon kaget

3.5 Mmm..awalnya kaget sih kak, kok bisalah bayinya itu langsung ditarok diatas dada awak kak, kan biasanya langsung dibedong tuh kak

P5.L53 Ibu kaget bayi langsung

diletakkan diatas dada

3.6 Nggak disangka kak habis lahir langsung diletakkan di atas dada ku kak, perasaan awak masih anak kemarin sore nya ee ini tiba lahirin apa ndak deg deg an jantung ku kak, hahahah, walaupun pernah ku lihat gitu kak tapi ini beda kak anak awak doma kak, makanya deg deg an gitu aku kak

P7.L67 Ibunya deg deg an walaupun pernah lihat IMD

sebelumnya

Merasa deg deg an

Perasaan deg deg an


(22)

3.7 Awalnya itu kak aneh kurasa kak karena pengalaman pertama itu pula kak, setelah dijelasin dokter baru mulai lah tenang kak

P8.L43 Ibu merasa aneh karena baru pengalaman pertama

Perasaan Aneh Perasaan aneh

4. Udah itu awalnya cuman diam aja kak udah berhenti yang nangis itu kak

P1.L78 Awalnya bayi diam tidak bergerak

Bayi diam tidak bergerak

Bayi diam Respon bayi saat menyusu dini

4.1 Kan ditengkurapkan orang itu kak terus diletakkan di atas dada ku, terusnya awalnya diam aja, hening kak. Heran aku kak biasanya kan nangis, ini tiba tiba nggak ada suara kak.

P2.L71 Bayinya diam, hening, tidak ada suara

4.2 Gimana lah ku bilang ya kak, diam aja nya bayi ku itu kak pas diatas perut ku dah,, kan ditengkurapkan itu kak bayi nya di atas perut.

P3.L75 Bayinya diam di atas perut Ibu

4.3 Kan di tengkurapkan itu bayi nya di atas dada ku diam diam aja ku tengok kak awalnya, tenang dia yang tidur di dada ku kak

P4.L72 Bayinya diam dan tenang di atas dada


(23)

4.4 Mmm.. gimana ya kak. Ya gitu lah. Ini kan bayinya ditarok di atas dada saya kak,, udah itu awalnya cuman diam aja kak nggak ada masalah sih

P5.L62 Bayinya diam diletakkan di dada

4.5 Diletakkaan orang itunya kak di atas dada ku kak, masih nangis pun kak itu yang diletakkan itu, setelah beberapa menit diam lah kak pas udah diletakkan di atas dada ku ini kak

P7.L75 Bayinya diam pas diletakkan di atas dada

4.6 Terus setelah beberapa menit kan kak ada keluar suara mungilnya kak, mulutnya pun udah mulai dibuka kak

P1.L87 Bayinya mengeluarkan suara Mengeluarkan suara Bayi mengeluarkan suara

4.7 Nggak berapa lama mulai bergerak gerak nampak ku kak, keluar lah mulai suara kak

P2.L75 Bayinya mengeluarkan suara

4.8 Terus setelah, setelah beberapa menit kan kak ada keluar suara mungilnya kak. Terus ada juga gerakan gitu kak, gerakan lembut kayak mau minta disusui gitu kak

P3.L84 Bayinya mengeluarkan suara mungil


(24)

4.9 Belum beraksi langsung kak, udah beberapa menitnya kak baru lah ada geraknya sedikit, ada lah dengar suara kak.udah gitu lah itu kak.hmm

P4.L75 Bayinya mengeluarkan suara

4.10 Setelah beberapa menit ada keluar suara

P7.L84 Bayinya mengeluarkan suara

4.11 Hmm, di apain sih kak kemarin itu, udah ditengkurapkan beberapa menit mulai lah kak bergerak gerak, ada keluar suara, mulutnya macam yang kehausan minta minum kak, gitu lah kak

P8.L54 Bayinya bergerak gerak, ada keluar suara, mulutnya macam kehausan seperti minta minum 4.12 ee itu kan bayi nya masih tengkurap

itu di atas dada saya tiba tiba ngeluarin suara gitu kak,, duh senang dengarnya udah keluar suaranya

P6.L51 Bayinya tengkurap mengeluarkan suara

4.13 Terus, apalagi ya,, itu kan kak mulutnya udah mulai dibukanya kak, ya kami lihat lihat aja lah kak, ee setelah beberapa menit keluar air liur nya kak, ya dibiarin lah kak

P1.L91 Bayinya

mengeluarkan air liur Mengeluarkan air liur Bayi mengeluarkan air liur

4.14 Tambah cepat nampak ku kak geraknya, tangannya udan mulai

P2.L78 Bayinya


(25)

dijilatnya kak, mulutnya udah terbuka sampai netes air liurnya kak

liur

4.15 Beberapa menit setelah itu kak mulai lah air liur nya keluar kak, ku biarkan aja lah kak udah itu kuperhatiin kali lah kak

P6.L55 Bayinya

mengeluarkan air liur

4.16 Air liur udah keluar itu kak nampak ku

P7.L84 Bayinya

mengeluarkan air liur

4.17 Hmm, apa ya, kan udah mulai ada itu gerak kak, tangannya udah gerak dikit, mulutnya pun udah kebuka, air liur udah terasa netes, matanya nya pun udah mandang awak, awak tengok in lah kak

P4.L79 Bayinya mulai bergerak, mulut terbuka, mengeluarkan air liur Bergerak, mulut terbuka, mengeluarkan air liur

4.18 Rupanya kan kak udah mau menjilati tangannya dia kak ,mulutnya juga udah terbuka ngences pula itu kak, heran juga lihatnya kak, makin takut juga aku kak jatuh bayi kukak

P3.L91 Bayinya menjilati tangan, mulut terbuka dan ngences Menjilati tangan, mulut terbuka dan ngences

4.19 Terus kak udah bisa lah dibukanya mulutnya itu, jilat tangannya pun udah sambil ngences lah ku tengok kak

P5.L68 Bayinya menjilat tangan sambil ngences


(26)

4.20 Udah itu kak mulai lah gerak ke arah payudara ku kak terus keputing ku lah mau dihisapnya kak

P1.L100 Bayinya bergerak ke arah puting

Bergerak ke arah payudara

Bayi mulai bergerak ke arah payudara

4.21 Terus kak mulai cepat lah geraknya kak ke payudara ku sampai diremas nya daerah puting ku kak dengan tangannya yangkocik itu kak.

P3.L93 Bayinya bergerak ke arah payudara dan mulai

meremas daerah puting susu Ibu 4.22 Terus kak mulai gerak lah

tangannya ke arah puting ku itu kak, udah dihisapnya tangannya itu duluan kak

P4.L81 Bayinya bergerak ke arah puting

4.23 Nggak lama setelah itu kan kak mulai lah ku lihat tangannya gerak mau ke arah puting ku kak

P5.L69 Bayinya bergerak ke arah puting

4.24 Duuhhh bikin gemas liatnya kak, mulai lah kakinya nendang kak, kepala nya ditinggikannya karena mau gerak itu ke arah payudara ku kak

P6.L56 Bayinya mulai bergerak ke arah payudara

4.25 Makin di bukanya mulutnya kak, makin nempel ajalah kak di atas dada ku kak sambil dihisap hisap nya puting ku kak

P1.L102 Bayinya nempel dan hisap puting ibu

Menghisap puting

Bayi menghisap puting


(27)

4.26 Nggak kak, akhirnya dapatnya juga puting ku kak, langsung menyusu kak setelah digulum gulum nya juga payudara ku kak, cepat lah ku lihat, macam yang kehausan lah ku lihat kak yang menyusu itu.

P2.L83 Bayi menghisap puting ibu

4.27 Duuhhh bikin gemas liatnya kak, akhirnya puting ku berhasil juga dihisap samabayi ku itu kak ,duhhh senangnya

P5.L72 Bayinya berhasil hisap puting

4.28 Bergerak lah kak nampak ku, baru gimana ya, pokoknya kak dapat nya lah puting ku ini, dihisapnya lah walaupun bertahap kan kak, lama juga lah kak, ada satu jam lebih lah itu

P7.L88 Bayinya

menghisap puting

4.29 Tangannya udah bisa lah ku tengok remas puting ku kak, dihisapnya lah kak, makin kudekatkan lah kak ke mulutnya, lincah nampak ku kak, udah kehausan pula kak yang didalam perut awak itu, hahaah

P4.L84 Puting diremas dan dihisap bayinya

4.30 Berhasil kak, terasa kak kalo tangannya yang super mungil itu

P3.L97 Puting disentuh dan digulum bayi

Menyentuh dan


(28)

nyentuh puting aku kak sambil di gulum gitu kak dan mulutnya terbuka

si Ibu menggulum

puting

4.31 Kira kira 10 menit lagi lah kak itu, mulai lah disentuhnya daerah puting ku kak, makin dibuka nya mulutnya digulumnya kuat puting ku dihisapnya lah kak, aku pun makin

P6.L60 Bayinya nyentuh puting,

menggulum, membuka mulut dan menghisap puting

Menyentuh puting, menggulum, membuka mulut dan menghisap puting 4.32 Apalagi ya kak tahap nya, kami lihat

lihat aja gitu kak, yang ku ingat nggak sampai satu jam lagi mulai lah itu digulumnya puting ku ini kak baru dihisapnya dengan tanggannya yang mungil itu kak

P8.L58 Bayinya mulai menggulum puting lalu menghisapnya


(29)

JADWAL TENTATIF No

.

Aktivitas penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novembe r

Desember Januari Febr uari Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. Pengajuan judul

penelitian

2. Menyusun Bab 1

3. Menyusun Bab 2

4. Menyusun Bab 3

6. Menyerahkan proposal penelitian

7. Ujian sidang proposal

8. Revisi proposal penelitian

9. Uji Validitas

10. Pengumpulan data responden

11. Analisa data

12. Pengajuan sidang skripsi

13. Ujian sidang skripsi

14. Revisi skripsi

15. Mengumpulkan skripsi


(30)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas

Nama : Jerni Mardiyah Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 08 Maret 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setia Budi, Pasar 1 Gang Dame No.7B Tanjung Sari

II. Nama Orang Tua

Ayah : Binu Hajar Lubis Ibu : Masnialan Harahap

III. Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-1998 : TK Fatayat NU Padangsidimpuan Tahun 1998-2004 : SDN 200121 Padangsidimpuan Tahun 2004-2007 : MTs N Model Padangsidimpuan Tahun 2007-2010 : MAN 2 Model Padangsidimpuan Tahun 2010-2013 : Akper Syuhada Padangsidimpuan


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Agyemang, C,T., Kirkwood, B. R., Edmond, K., Bazzano, A., Hill, Z. (2008). Early Initiation Of Breast Feeding In Ghana: Barries and Facilitators. Journal Of Perinatology, 28(10), 546-552.

Astuti, I.W. (2012). Pengalaman Ibu Usia Remaja Dalam Menjalani IMD (Inisiasi Menyusu Dini) Dan Memberikan ASI Eksklusif Di Kota Denpasar. Tesis Program Pascasarjana. Depok : FIK-UI.

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah. Editor Edisi Bahasa Indonesia: Renata Komalasari. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Chomaria, N. (2011). Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Surakarta: Ziyad Visi Media

Departemen Kesehatan RI. (2008). Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 bulan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Edmond, K.M., Zandoh, C., Quigley, M.A., Amenga-Etego, S., Owusu-Agyei, S

& Kirkwood, B. R. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality. Journal of Pediatrics, 117(3), e380-e386. Ervina,. (2010). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini

Di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran USU.

Fikawati, S. & Syafiq, A. (2009). Praktik Pemberian ASI Eksklusif, Penyebab-penyebab keberhasilan dan Kegagalannya. Jurnal Makara Kesehatan, 14(1), 17-24. Diambil tanggal 08 Juni 2014 dari

Gangal, P. 2007. Initiation of Breastfeeding bye Breast Crawl 1st Ed. Maharashtra: BPNI Maharashtra UNICEF.

Gupta, Arun. (2007). . Breastfeeding : The 1st Hour Save ONE Million Babies. Jurnal Global Online Lactation Discition, Gold 07. Diambil tanggal 10

juni 2014 dari http://

Hamilton, 2005. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.


(32)

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Lee., C. S., Long, A., & Boore, J. (2009). Taiwanese Woman’s Experiences of Becoming A Mother to A Very-Low-Birth-Weight Preterm Infant: A Grounded Theory Study. Interrnational Journal of Nursing Studies, 46: 326-336

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: Trans Info Media

Murray, S. S., & McKinney, E. S. (2007). Foundations Of Maternal-Newborn Nursing (4th ed). Singapore: Elsevier.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Cetakan 15. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nesbitt et all. (2012). Canadian adolescent mothers’ perceptions of influences on breastfeeding decisions a qualitative descriptive study. Journal Of BMC Pregnancy and Chilbirth, 12(149), 1471-2393. Diambil tanggal 28 Mei

2014 dari

Nelson, A. & Sethe, S. (2005). The Breastfeeding experiences of canadian teenage mothers. Journal Of J Obstet Gynecol Neonatal Nurs, 34(5), 615-624.

Diambil tanggal 28 Mei 2014 dari

Polit, D. F & Beck, C, T. (2012). Nursing research; Generating and assessing evidence for nursing pratice. Lippincott; Williams & Wilkins

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Riset Kesehatan Dasar, (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Righard, L & Alade, M. O. (1990). Effect of Delivery Room routines on Succes of first Breast-Feed. Journal of Lancet, 36 (7), 1105-8723

Sarwono, S. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali

Suryani, D. N & Mularsih. (2011). Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Post Partum di BPS. Semarang: Indonesia


(33)

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga kesehatan. Jakarta: EGC

WABA. (2007). Early initiation of breastfeeding can save more than one million babies. Malaysia: Press release World Breastfeeding Week 2007.

Yulianty, R. (2010). Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU.


(34)

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2012) sehingga dari pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman Ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan.

3.2 Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD kota Padangsidimpuan. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai saturasi data. Saturasi data didapatkan apabila peneliti tidak lagi memperoleh informasi baru dari partisipan. Apabila informasi baru yang didapatkan sama dengan informasi sebelumnya maka data dikatakan telah sampai pada titik jenuh dan pengambilan sampel berikutnya dihentikan (Polit & Beck, 2012).


(35)

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang dimasukkan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu usia remaja 15-21 tahun.

2. Ibu yang melahirkan normal dan tidak beresiko dalam menjalani Inisiasi menyusu dini.

3. Bayi normal dan tidak beresiko, umur bayi 0-1 bulan. 4. Komunikatif

5. Bersedia menjadi responden (partisipan) yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Pemilihan lokasi ini karena kemudahan akses terhadap partisipan, sudah terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara peneliti dengan partisipan di Kota Padangsidimpuan. Pengumpulan data dilakukan mulai 03 September sampai dengan 14 Desember 2015.


(36)

3.4 Pertimbangan Etik

Peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Dalam penelitian ini juga dilakukan ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Setelah memperoleh surat rekomendasi dan ethical clearance, selanjutnya peneliti menjumpai partisipan di RSUD Kota Padangsidimpuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti akan menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia berpatisipasi dalam penelitian, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak calon partisipan tersebut.

Penelitian ini akan menggunakan etika penelitian dengan menerapkan beberapa prinsip etik. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi partisipan, baik resiko fisik maupun psikis. Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu anonimitas (annonimity) dengan tidak menuliskan nama partisipan pada instrumen, tetapi hanya menggunakan inisial saja dan menjaga kerahasiaan (confidentility) dimana hanya informasi yang diperlukan saja yang akan dicantumkan dalam penelitian. Seluruh data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(37)

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in-dept interview. In depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Pada metode ini peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan di rumah sakit kemudian dilanjutkan di rumah partisipan yang disetujui oleh partisipan. Sesuai dengan jenisnya, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, peneliti dibantu asisten untuk merekam wawancara dengan partisipan, biasanya pertanyaan muncul dengan spontan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung yang terbuka sehingga informasi serta data yang dibutuhkan didapat lebih banyak.

3.5.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah panduan wawancara yang berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi


(38)

pertanyaan terbuka diajukan seputar pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini (lampiran 3).

3.5.3 Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Selanjutnya peneliti melakukan pilot study. Pilot study pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif. Hasil dari wawancara pilot study dibuat dalam transkrip dan dilakukan proses analisa data. Selanjutnya, dikonsulkan kepada dosen pembimbing. Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing, maka peneliti kemudian melakukan wawancara yang sesungguhnya kepada partisipan.

Peneliti juga menyampaikan permohonan izin kepada Direktur RSUD Kota Padangsidimpuan untuk melakukan penelitian di RSUD Kota Padangsidimpuan. Setelah mendapat izin maka peneliti menjumpai partisipan dan melakukan pendekatan kepada calon partisipan (prolong engagement) untuk dapat saling mengenal dan saling mempercayai. Proses wawancara dimulai dengan melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan dengan pertemuan beberapa kali kepada partisipan agar memiliki keterkaitan, saling akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Peneliti memperkenalkan diri serta maksud dan tujuan dari penelitian. Jika partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan


(39)

diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-dept interview.

Wawancara dilakukan selama lebih kurang 60 menit selama 1-2 kali pertemuan. Partisipan akan mengisi data yang terdapat pada lembar kuesioner data demografi sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian. Setelah itu, peneliti memulai melakukan wawancara dan merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam yang telah disediakan.

Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat transkrip hasil wawancara setiap kali selesai wawancara, dan jika ada hal-hal yang kurang jelas maka peneliti akan kembali menjumpai partisipan untuk wawancara ulang. Pengumpulan data pada penelitian ini dihentikan jika sudah mencapai saturasi data, dalam arti bahwa jika dilakukan wawancara dengan partisipan yang lain tidak ditemukan lagi hal-hal yang baru (Polit & Beck, 2012).

3.6 Analisa Data

Peneliti menggunakan metode Colaizzi dalam menganalisa data karena metode ini memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi (Polit & Beck, 2012).

Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah yang pertama, Membaca seluruh transkrip/pernyataan partisipan selama wawancara dengan mendengarkan rekaman wawancara. Kedua, meninjau kembali setiap transkrip dan


(40)

pernyataan-pernyataan partisipan dan mengutip pernyataan-pernyataan yang bermakna atau signifikan. Ketiga. menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan yaitu dipelajari untuk diambil pengertiannya atau merumuskan makna. Keempat, mengorganisir makna yang dirumuskan ke dalam kelompok-kelompok tema. Kelima, mengintegrasikan hasil kedalam uraian yang lengkap atau deskriptif dari fenomena yang diteliti. Keenam, menyusun atau Memformulasikan deskripsi yang lengkap tentang fenomena yang diteliti dalam pernyataan identifikasi yang sejelas mungkin. Ketujuh, memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir.

3.7 Tingkat Kepercayaan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability dan confirmability (Polit & Beck, 2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada penelitian ini akan dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement

dan member checking. Prolonged engagement yaitu mengadakan pertemuan

dengan partisipan 1-2 kali sehingga antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh lebih lengkap.


(41)

Peneliti juga melakukan member checking yaitu melakukan pengecekan data yang peneliti peroleh kepada partisipan dan hasil dari pengecekan tersebut disebut tema. Pengecekan tersebut langsung dilakukan pada saat wawancara dengan cara peneliti mengkonfirmasi perkataan dari partisipan secara berulang sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki pemahaman yang sama terhadap perkataan partisipan.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama.

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Teknik utama untuk menilai kriteria dependability ini adalah dengan cara mereview semua proses penelitian meliputi catatan mulai dari menentukan masalah, pengambilan data penelitian, analisa data, melakukan uji keabsahan data, sampai dengan pembuatan kesimpulan yang biasa disebut audit trail sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk memperoleh audit trail yang adekuat adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan (field note), hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.


(42)

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara, catatan lapangan (field note) dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk skema tema.


(43)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian ini memunculkan enam tema yang memberi suatu gambaran atau fenomena pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian terdiri dari dua bagian, bagian pertama menceritakan secara singkat gambaran karakteristik partisipan yang ikut dalam penelitian ini, analisis tematik dari masing-masing tema.

4.1Hasil penelitian

4.1.1 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi normal dan menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Jumlah partisipan adalah delapan orang. Kedelapan partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai. Semua partisipan berasal dari wilayah kota


(44)

Padangsidimpuan. Usia kedelapan partisipan berusia 15-21 tahun. Dari kedelapan partisipan, tujuh orang beragama Islam dan satu orang beragama Kristen Protestan. Enam orang partisipan berasal dari suku Batak Mandailing, satu orang bersuku Batak Toba, satu orang dari suku Jawa. Pendidikan terakhir SMA sebanyak enam orang, SMP sebanyak dua orang. Kedelapan ibu usia remaja bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu usia remaja melahirkan di rumah sakit dan menjalani proses persalinan normal. Kedelapan orang ibu usia remaja menjalani inisiasi menyusu dini sebagai anak pertama. Berat badan bayi antara 2500-3500 gram. Usia kelahiran bayi berkisar antara 0-15 hari dan usia bayi saat pulang ke rumah dan diwawancarai berkisar antara 3 hari sampai 1 bulan. Karakteristik partisipan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik partisipan

Karakteristik Frekuensi (F) Persentasi (%)

Usia

- 18 Tahun - 19 Tahun - 20 Tahun - 21 Tahun

2 3 2 1 25,0 37,5 25,0 12,5 Agama - Islam

- Kristen Protestan

7 1

87,5 12,5

Suku

- Batak Mandailing - Batak Toba - Jawa 6 1 1 75,0 12,5 12,5 Pendidikan - SMP - SMA 2 6 25,0 75,0 Pekerjaan - IRT


(45)

Berat lahir bayi (gram)

- 2.500-3.000 gram - 3.000-3.500 gram

4 4

50,0 50,0

Usia bayi saat lahir

- 0-5 hari - 5-10 hari - 10-15 hari

2 4 2 25,0 50,0 25,0

Usia bayi saat diwawancarai

- 3-15 hari - 15 hari-1 bulan

6 2

75,0 25,0

4.1.2 Hasil wawancara pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan

Tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara adalah sebanyak empat tema yang memaparkan berbagai pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Keempat tema tersebut adalah memposisikan bayi di atas dada, manfaat saat menyusu dini, respon emosional ibu saat menyusu dini, respon bayi saat menyusu dini.

1. Memposisikan bayi di atas dada

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kedelapan partisipan, ada dua subtema yang diperoleh, yaitu: meletakkan bayi di atas dada ibu dan meletakkan tengkurap diatas dada.

a. Meletakkan bayi di atas dada

Partisipan mengatakan bahwa cara memposisikan bayi di atas dada ibu remaja yaitu meletakkan bayi di atas dada. Bayinya diletakkan di atas dada setelah di lap darah yang masih nempel di kulit si bayi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:


(46)

“..Pas lahir kan kak, di tarok dokter itu nya langsung nampak ku kak di atas dada ku, tapi di lap dulu darah yang masih nempel dibadan anak ku kak...”(Partisipan 1)

“..Ya gimana ya kak, kan habis dilahirin tuh, masih oee oee oee gitu

bayi ku kan kak, terus darah yang masih nempel di badan bayi ku itu

kak di lap darahnya sama dokternya terus langsung ditarok di atas

dada aku kak dibawah payudara...”(Partisipan 3)

“...Hmm, ditaroknya kulihat kak diatas dada ku, gitu ajanya kak... “ (Partisipan 4)

Partisipan kedua dan kedelapan mengatakan bahwa meletakkan bayi diatas dada sebelum dibedong dan ditimbang terlebih dulu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Langsung dibaen dokter i kak tu ginjang ni dada ku on kak, napedo na dibedong bage, ditimbang pe napedo kak, langsung ma dipayakkon tu ginjang dada ku on kak...” (Langsung diletakkan dokter itu kak di atas dada ku ini, belum dibedong lagi, ditimbang pun belum kak, langsung diletakkan di atas dada ku ini kak) (Partisipan 2)

“...Langsung diletakkan dokter itu kak diatas dada ku, belum dibedong, ditimbang pun belum, udah langsung diletakkan aja di atas dada ku ini...” (Partisipan 8)

b. Meletakkan tengkurap di atas dada

Dua partisipan mengatakan bahwa meletakkan bayi tengkurap di atas dada. Bayi yang ditengkurapkan di atas dada dengan posisi miring menghadap ke arah ibu untuk memudahkan bayi menyusu dini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Diletakkan tengkurap terus agak miring lah posisi nya ke arah ku kak, bisalah ku tatap bayi ku ini kak...”(Partisipan 1)

“...Itu lah ituu bayi telanjang masih di tengkurapkan di atas dada ku kak, dimiringkan kepalanya ditarok menghadap ke aku kak, gitu gitu lah kak...” (Partisipan 5)


(47)

Selain ditengkurapkan di atas dada ibu, bayi ditengkurapkan di atas dada setelah tali pusat dipotong dan di ikat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Dibaen halai langsung tu ginjang dada ku kak, ditengkurapkon halai danak on kak tapi dung dilap lap do dah kak, dung dipotong bage tali pusat, di ikat bage kak...” (Ditengkurapkan bayi nya tapi udah di lap dulu kak, udah dipotong tali pusatnya, udah di ikat itu kak) (Partisipan 7). Dokter meletakkan bayi langsung diatas dada karena prosedur bayi baru lahir harus ditengkurapkan di atas dada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Ya nggak tau juga sih kak..sama dokternya langsung ditaruh gitu kak tengkurap di atas dada awak kak, katanya habis bayi lahir harus seperti itu kak, lagian udah dijelaskan setelah bersalin bayi nya itu ditarok di atas dada ibu, gitu kak dibilang dokternya...” (Partisipan 3)

2. Manfaat saat menyusu dini

Ibu remaja merasakan manfaat saat menyusu dini. Adapun manfaat yang dirasakan ibu remaja dibagi menjadi dua subtema, yaitu adanya ikatan batin dengan bayinya dan lebih dekat dengan bayinya.

a. Adanya ikatan batin dengan bayinya

Saat ibu remaja menjalani inisiasi menyusu dini ibu merasakan ikatan batin dengan bayinya karena kontak langsung dengan si bayi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Supaya apa ya, supaya terjalin lah itu kak ikatan batin awak sebagai ibu dengan bayi ku ini kak, kulit ku ini lah kak kontak langsung dengan kulit bayi ku ini, gitu gitu lah kak...” (Partisipan 1)

“...Hmm, biar lebih terasa ikatan batin itu kak antara saya emaknya sama bayi ku ini kak, kira kira gitu lah kak makana diletakkan langsung di atas dada ku kak...”(Partisipan 8)


(48)

b. Lebih dekat dengan bayinya

Tiga dari delapan partisipan mengatakan bahwa bayi yang di inisiasi menyusu dini itu supaya bayinya lebih kenal dan dekat dengan ibunya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Biar itu kulit awak sama kulit bayi ku nempel dulu serasa lebih dekat aja kak ...” (Partisipan 1)

“...Supaya gimana itu, supaya apa sih kak, supaya lebih kenal aja gitu sama bayinya, dekat sama awak kak makanya langsung ditarok di atas dada...” (Partisipan 5)

“..So binoto do ia do bah rokku kak i iba uma na kan, makana dipadiar lengket tu dada niba langsung kak. Harana tong kak ditengkurapkon halai danak on kak...” (Biar kenal kalau saya ibunya kak makanya itu bayi dibiarin lengket langsung di atas dada ku kak, karena kan ditengkurapkan orang itunya bayi ku ini kak) (Partisipan 7)

3. Respon emosional saat menyusu dini

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kedelapan partisipan melalui pengalaman ibu dalam menjalani menyusu dini, mengalami berbagai respon emosional atau perasaan ibu. Respon yang dialami ibu tersebut adalah respon senang, respon takut, respon kaget, perasaan deg deg an, perasaan aneh.

a. Respon senang

Respon ibu dalam menjalani inisiasi menyusu dini pertama kali terhadap kelahiran bayi adalah senang karena merupakan anak pertama yang dinanti-nantikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Yahh,, senang sekali kak, campur perasaan itu kak senang gimana gitu ya kak, apalagi ini anak pertama kak sambil ku tengok tengok terus lah kak aksinya...” (Partisipan 3)

“...Hmm, bahagia lah kak, nggak terucapkan lagi sama kata kata saking bahagianya yang ditarok itu bayi ku di atas dada, bahagia lah yang punya


(49)

anak ini walaupun masih muda kak udah terasa yang emak emak itu kak...”(Partisipan 6)

b. Respon takut

Sebanyak dua partisipan mengatakan bahwa mereka sangat takut melihat bayinya diletakkan langsung diatas dada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“... Takut gimana itu ya, kok ditarok langsung bayi nya di atas dada ku, apa nggak licin itu, jatuh nanti gimana pula, gitu gitu lah kak..” (Partisipan 1)

“...Aduhh,, pertamanya takut jatuh aku kak kalo kalo bayinya nanti meleset ke bawah, kan cuman ditengkurapkan kak di atas dada gitu, nanti kalo seandainya pas gerak apa nggaktakut itu jatuh kak...” (Partisipan 4) c. Respon kaget

Partisipan kedua merasa kaget ketika bayi diletakkan langsung di atas dada karena sebelumnya tidak pernah lihat bayi menyusu dini, sedangkan partisipan kelima merasa kaget bayi baru lahir langsung diletakkan di atas dada karena biasanya bayi baru lahir langsung dibedong. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Oiii kak, awalna tarsonggot do iba bah kak, asi baya langsung dibaen diginjang ni dada niba danak on niroha kak, najungada tong kak uida i...” (Oiii kak, awalnya terkejut aku kak, kenapa langsung dibuat di atas dada ku gitu ku pikir kak, nggak pernah kak ku lihat gitu) (Partisipan 2)

“...Mmm..awalnya kaget sih kak, kok bisalah bayinya itu langsung ditarok diatas dada awak kak, kan biasanya langsung dibedong tuh kak (Partisipan 5)


(50)

d. Perasaan Deg deg an

Satu orang partisipan mengatakan bahwa mereka deg deg an saat bayi diletakkan di atas dada ibu karena menyusu bayinya sendiri walaupun sebelumnya pernah melihat bayi menyusu dini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“....Naisangka-sangka tong kak dung lahir langsung ma dibaen diginjang dada niba kak. deg deg serr ma jantung niba pajolo nai kak, hahaha bope tong jungada nida soni dibaen tu anak ni kakak juo kak, tapi on anak niba doma kak langsung deg deg an doba iba kak...”(Nggak disangka kak habis lahir langsung diletakkan di atas dada ku kak, deg deg an jantung ku kak, hahahah, walaupun pernah ku lihat gitu kak tapi ini beda kak anak awak doma kak, makanya deg deg an gitu aku kak) (Partisipan 7)

e. Perasaan Aneh

Partisipan mengatakan bahwa merasa aneh melihat bayi melihat bayi diletakkan di atas dada karena baru pengalaman pertama. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...Awalnya itu kak aneh kurasa kak karena pengalaman pertama itu pula kak, setelah dijelasin dokter baru mulai lah tenang kak...” (Partisipan 8)

4. Respon bayi saat menyusu dini

Ibu merasakan respon bayi saat menyusu dini awalnya bayi diam dan tidak bergerak, mengeluarkan suara, mengeluarkan air liur, bayi mulai bergerak ke arah payudara, bayi menghisap puting. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:


(51)

a. Bayi diam

Partisipan mengatakan bahwa saat awal menyusu dini bayi setelah bayi diletakkan di atas dada bayi diam, tenang dan berhenti menangis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Udah itu awalnya cuman diam, tenang aja kak udah berhenti yang nangis itu kak...”(Partisipan 1)

“...Kan ditengkurap kon halai dei kak mambaen na diginjang ni dada ku, baru kak pajolo na sip sajo do, hening kak. heran doma iba aturanna tangis, nadong oppot suara kak...”(Kan ditengkurapkan orang itu kak terus diletakkan di atas dada ku, terusnya awalnya diam aja, hening kak. Heran aku kak biasanya kan nangis, ini tiba tiba nggak ada suara kak) (Partisipan 2)

“...Gimana lah ku bilang ya kak, diam aja nya bayi ku itu kak pas diatas

perut ku dah,, kan ditengkurapkan itu kak bayi nya di atas

perut...”(Partisipan 3) b. Bayi mengeluarkan suara

Partisipan mengatakan bahwa setelah bayi diletakkan di atas dada dalam keadaan bayi diam, tenang dan berhenti menangis, beberapa menit kemudian bayi mengeluarkan suara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Nasadia leleng mulai ma margorak-gorak uida kak, kaluar ma mulai suara kak...” (Nggak berapa lama mulai bergerak gerak nampak ku kak, keluar lah mulai suara kak...”(Partisipan 2)

“...Terus setelah, setelah beberapa menit kan kak ada keluar suara mungilnya kak. Terus ada juga gerakan gitu kak, gerakan lembut kayak mau minta disusui gitu kak...”(Partisipan 3)

“...Belum beraksi langsung kak, udah beberapa menitnya kak baru lah ada geraknya sedikit, ada lah dengar suara kak.udah gitu lah itu kak.hmm...”(Partisipan 4)


(52)

c. Bayi mengeluarkan air liur

Bayi mulai mengeluarkan suara dan membuka mulutnya kemudian mulai mengeluarkan air liurnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Terus, apalagi ya,, itu kan kak mulutnya udah mulai dibukanya kak, ya kami lihat lihat aja lah kak, ee setelah beberapa menit keluar air liur nya kak, ya dibiarin lah kak...”(Partisipan 1)

“...Mur tambah cepat uida kak gerak nai, akka na tangan nia bage ma dijilat ia kak, baba nia pe madung tarbuka sampe bage manetes air liur na boh...” (Tambah cepat nampak ku kak geraknya, tangannya udan mulai dijilatnya kak, mulutnya udah terbuka sampai netes air liurnya kak) (Partisipan 2) “...Beberapa menit setelah itu kak mulai lah air liur nya keluar kak, ku biarkan aja lah kakudah itu kuperhatiin kali lah kak...”(Partisipan 6)

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara

Partisipan mengatakan bahwa bayinya mulai bergerak ke arah payudara dan meremas puting. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Udah itu kak mulai lah gerak ke arah payudara ku kak terus keputing ku lah mau dihisapnya kak...”(Partisipan 1)

“...Terus kak mulai cepat lah geraknyakak ke payudara ku sampai diremas

nya daerah puting ku kak dengan tangannya yang kocik itu

kak...”(Partisipan 3)

“...Duuhhh bikin gemas liatnya kak, mulai lah kakinya nendang kak, kepala nya ditinggikannya karena mau gerak itu ke arah payudara ku kak...”(Partisipan 6)

e. Bayi menghisap puting

Bayi mulai menghisap puting dan menggulumnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Makin di bukanya mulutnya kak, makin nempel ajalah kak di atas dada ku kak sambil dihisap hisap nya puting ku kak...”(Partisipan 1)


(53)

“...Inda be kak, akhirna dapot ia juo kak puting ku, langsung ma manyusu bah

kak dung di gulum gulum ia bage kak payudara ku, ligat ma uida kak, na

kehausan sajo ma uida kak na manyusu i...” (Nggak kak, akhirnya dapatnya

juga puting ku kak, langsung menyusu kak setelah digulum gulum nya juga payudara ku kak, cepat lah ku lihat, macam yang kehausan lah ku lihat kak yang menyusu itu)...”(Partisipan 2)

“...Duuhhh bikin gemas liatnya kak, akhirnya puting ku berhasil juga dihisap samabayi ku itu kak ,duhhh senangnya...”(Partisipan 5)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

Bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan konsep atau teori yang ada, perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berhubungan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan. Bagian ini akan membahas mengenai keseluruhan tema yang didapatkan dari hasil penelitian. 1. Memposisikan bayi di atas dada

a. Meletakkan bayi di atas dada

Partisipan mengatakan bahwa cara memposisikan bayi di atas dada ibu, bayinya diletakkan langsung di atas dada saat inisiasi menyusu dini setelah di lap darah yang masih nempel di kulit si bayi. Partisipan juga mengatakan bahwa meletakkan bayi langsung di atas dada sebelum dibedong dan ditimbang. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Chomaria (2011) bahwa inisiasi menyusu dini harus di lakukan langsung diletakkan di atas perut ibu saat bayi lahir, tanpa boleh di tunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh di bersihkan hanya di keringkan, kecuali bagian tangannya. Proses ini harus skin to skin antara bayi dan ibu.


(54)

Hal ini sesuai dengan konsep Roesli (2012) mengungkapkan bahwa inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara meletakkan bayi di atas perut atau di dada ibunya segera setelah lahir sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang dialami partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada yaitu bayi yang baru lahir diletakkan di atas perut atau dada segera sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu tanpa harus menimbang, mengukur bayi dan membedong bayi.

b. Meletakkan tengkurap di atas dada

Dua partisipan mengatakan bahwa meletakkan bayi yang ditengkurapkan di atas dada dengan posisi miring menghadap ke arah ibu dan tali pusat sudah dipotong untuk memudahkan bayi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Soetjiningsih (2007) bahwa bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi akan mencari payudara ibu dan mulai menyusu.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang dialami partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada yaitu menyusu dini merupakan suatu rangkaian kegiatan dimana bayi ditengkurapkan di atas dada, tali pusat dipotong untuk memudahkan bayi menyusu dini.

2. Manfaat saat menyusu dini

a. Adanya ikatan batin dengan bayinya

Dua orang partisipan merasakan adanya ikatan batin (bonding) ibu dengan bayinya saat menyusu dini. Hal ini sesuai dengan konsep Roesli (2012)


(55)

bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga dan setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nelson (2005) bahwa bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan konsep dan hasil penelitian yang ada yaitu dengan menyusu dini ibu merasa adanya ikatan batin dengan bayinya sehingga mereka jadi mudah bekerja sama melakukan kegiatan menyusui untuk pertama kalinya.

b. Lebih dekat dengan bayinya

Tiga orang partisipan merasakan adanya kedekatan antara ibu dan anak. Hasil ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobak et al (2004) dimana konsep ibu remaja yang berperan menjadi orang tua ibu merasakan lebih dekat dengan bayi jika melakukan inisiasi menyusu dini.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang dialami partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada dimana ibu merasakan lebih dekat dengan bayi saat menyusu dini.


(56)

3. Respon emosional saat menyusu dini a. Respon senang

Dua dari delapan partisipan merasakan senang dan bahagia saat menyusu dini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roesli (2008) ibu merasa bahagia dengan kelahiran anak pertamanya bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam keadaan inisiasi menyusu dini.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobak et al (2004) mengungkapkan kebahagiaan ibu remaja dan merasakan adanya kedekatan antara ibu dan bayi ketika melakukan inisiasi menyusu dini. Hal ini dimungkinkan karena ibu remaja telah menerima bayi yang dilahirkan dan mampu bertangung jawab terhadap bayinya.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada dimana ibu merasa senang dan bahagia ketika menjalani inisiasi menyusu dini karena merupakan anak yang pertama dan dinanti-nanti kelahirannya.

b. Respon takut, kaget, deg deg an dan perasaan aneh

Lima orang partisipan merasakan respon takut jatuh, kaget, deg-deg an, aneh ketika melakukan inisiasi menyusu dini. Hal ini partisipan mengungkapkan responnya selama melakukan inisiasi menyusu dini bersifat sesaat yang hanya dirasakan ketika inisiasi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan penelitian Tucker (2011) bahwa ibu remaja telah dapat menerima peran sebagai ibu yang bertanggung jawab dan perhatian terhadap bayi baru lahir, dimana ibu


(57)

remaja dipengaruhi oleh adanya dukungan anggota keluarga yang memiliki pengalaman berhasil dalam inisiasi menyusu dini.

Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Hamilton (2005) bahwa pada kondisi ibu yang tidak nyaman sangat diharapkan dukungan dan semangat untuk mengurangi respon cemas dan takut. Dimana suami sebagai orang terdekat juga dapat memberikan rasa aman dan tenang selama proses menyusu dini.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada dimana ibu mengalami respon takut awal menyusu dini sehingga diperlukan dukungan dan semangat orang terdekat. 4. Respon bayi saat menyusu dini

Dari 8 partisipan tersebut ibu mengalami respon bayi saat menyusu dini, yaitu: bayi diam, bayi mengeluarkan suara, bayi mengeluarkan air liur, bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menghisap puting ibu.

a. Bayi diam

Partisipan mengungkapkan respon bayi saat awal menyusu dini setelah bayi diletakkan di atas dada bayi diam, tenang dan berhenti menangis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gupta (2007) bahwa bayi yang menyusu segera setelah lahir belum menunjukkan kesiapan untuk menyusu, dimana bayi diam dan tenang, belum menunjukkan kesiapan untuk menyusu. Refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian WABA (2007) bahwa awal inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang, frekuensi menangis kurang


(58)

sehingga mengurangi pemakaian energi. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dimana ibu merasakan bayinya diam, tenang dan berhenti menangis karena bayi dalam keadaan siaga pada awal bayi diletakkan di atas dada ibu.

b. Bayi mengeluarkan suara

Partisipan mengungkapkan respon bayi setelah bayi diletakkan di atas dada bayi diam, tenang dan berhenti menangis beberapa menit kemudian bayi mengeluarkan suara. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Roesli (2007) antara 30- 40 menit, mengeluarkan suara, memasukan tangan ke mulut dan gerakan menghisap. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibunya.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep yang ada dimana ibu merasakan bayinya mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum karena bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya dan akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

c. Bayi mengeluarkan air liur

Partisipan mengungkapkan respon bayi mengeluarkan air liur karena menyadari bahwa disekitarnya ada makanan, mulutnya terbuka dan menjilati tangannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Depkes RI (2008)


(59)

bahwa saat menyadari ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang ada merasakan bayinya mengeluarkan air liur karena menyadari bahwa ada makanan disekitarnya.

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara

Respon bayi mulai bergerak ke arah payudara setelah mengeluarkan air liurnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nelson (2005) bahwa sifat dan prilaku bayi jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian WABA (2007) Bayi memulai dengan menyentuh dan memijat payudara. Sentuhan lembut tangan bayi pertama kali di atas payudara ibu, akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan dimulainya pengeluaran air susu ibu serta menimbulkan perasaan kasih sayang pada bayi. Dilanjutkan dengan penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada puting susu, akhirnya bayi akan meraih payudara dan meminumnya.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Roesli (2008) bayi akan bereaksi dan akan berprilaku, dengan diberi rangsangan sentuhan oleh ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu ke arah payudara.


(60)

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan konsep dan hasil penelitian sebelumnya dimana ibu merasakan bayinya mulai bergerak ke arah payudara dimana aerola merupakan sasaran bagi bayi untuk bergerak ke arah payudara dan mulai meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

e. Bayi menghisap puting

Delapan partisipan mengungkapkan respon prilaku bayi mulai menghisap puting, menggulum puting dan melekat dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori Roesli (2008) bahwa bayi menemukan putting susu, refleks mencari putting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar dan membiarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama selesai.

Hal ini sesuai dengan penelitian Righard (1990) bahwa Ketika bayi lahir memiliki kemampuan untuk merangkak mendekati payudara ibunya dan menghisap putting. Dalam satu jam pertama bayi langsung di tengkurapkan di atas perut dan dada ibu, umumnya berhasil menemukan payudara dan menghisapnya dalam waktu 50 menit setelah lahir tanpa bantuan dari siapapun

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana kurang lebih 1 jam ibu merasakan bayinya menemukan puting, menjilat, mengulum puting membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.


(61)

4.2.2 Hambatan dan sumber dukungan Ibu usia remaja saat menyusu dini

Selain keempat tema yang diperoleh dari hasil analisa wawancara dengan partisipan, ada hambatan dan sumber dukungan yang diperoleh ibu usia remaja saat menjalani inisiasi menyusu dini. Adapun hambatan ibu usia remaja, yaitu: asi sedikit, takut kedinginan, mitos kolostrum, kebiasaaan suntik vitamin K terlebih dahulu. Sumber dukungan yang diperoleh ibu, yaitu berasal dari sumber internal (suami dan keluarga), dan sumber eksternal (petugas kesehatan).

1. Hambatan saat menyusu dini

Hambatan yang dialami partisipan saat menyusu dini, yaitu sebagai berikut:

a. Asi sedikit

Dua dari delapan partisipan mengatakan bahwa Asi ibu akan sedikit keluar karena putingnya masuk kedalam sehingga menghambat ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Dokter menyarankan supaya inisiasi menyusu dini karena dengan menyusu dini akan merangsang produksi Asi dan puting bisa ditarik biar nampak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Hmm, ASI ku nya sedikit keluar kak, takut nggak puas nanti bayi ku kak. Karena puting ku pun kak nggak keluar itu, agak kedalam maksud ku kak...”(Partisipan 1)

“...Ngeluh sih kak, sedikit pula keluar Asi ku kak, makanya IMD kata dokter itu biarterangsang Asi nya keluar...”(Partisipan 6)

Menurut konsep Roesli (2012) bahwa kontak skin to skin dapat membantu untuk mengatasi permasalahan inisiasi menyusu dini. Waktu yang digunakan untuk melakukan kontak skin to skin sebelum menyusui,


(62)

ternyata dapat mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah ibu. Kontak skin to skin dapat membantu meningkatkan angka produksi ASI. Ada dua faktor hormonal yang mempengaruhi sedikit banyaknya produksi ASI adalah prolaktin dan oksitosin. Prolaktin sendiri sangat berpengaruh terhadap produksi ASI sedangkan untuk hormon oksitosin berpengaruh terhadap proses pengeluaran ASI.

Menurut konsep Soetjiningsih (1997) bahwa payudara yang masuk kedalam bisa dipompa terlebih dahulu agar lebih lunak dan bayi dapat menyusu dengan baik.

b. Takut kedinginan

Satu dari delapan partisipan mengatakan bahwa takut bayinya kedinginan karena bayinya tidak langsung dibedong. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Heran iba tong kak dibaen langsung diginjang dada niba kak anak niba on sip halai soni inda dipajelas halai kak, asi inda dibedong langsung nirohakku kak mabiar iba ngali-ngalian baya kak pala dibaen langsung ginjang dada niba kak...” (Heran aku kak diletakkan langsung di atas dada ku kak, kenapa lah nggak dibedong langsung pikir ku kak, takut aku kedinginan kak kalau diletakkan langsung di atas dada kak...”(Partisipan 2)

Menurut konsep Roesli (2012) bahwa kulit ibu berfungsi sebagai inkubator dan merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1° celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hipethermi, suhu kulit ibu akan turun 1° celcius.


(63)

c. Mitos kolostrum

Partisipan mengatakan bahwa awalnya ngeluh, tidak percaya kolostrum bagus untuk kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Awalnya ngeluh gitu kak, Asi yang pertama netes itu kan kak apa sih namanya, yang kolostrum itu kak itu mau ku buang itu loh kak ku pikir nggak bagus karena warnanya kuning, bau nya pun ntah apa...”(Partisipan 3)

“...Awalnya janggal kurasa kak, nggak percaya gitu aku Asi yang pertama itu rupanya bagus untuk kesehatan bayi, ku pikir nggak bagus kak, harus dibuang karena kuning dia itu keluar agak lain pula aroma nya kak...” (Partisipan 7)

Menurut hasil penelitian WABA (2007) bahwa bayi akan mendapatkan kolostrum (Liquid Gold) untuk minuman pertama yang merupakan hadiah kehidupan (The gift of live). Meskipun volumenya sedikit, tetapi sangat baik untuk bayi baru lahir. Kolostrum mengandung banyak zat kekebalan aktif, antibodi dan banyak protein protective. Zat kekebalan yang diterima bayi pertama kali akan melawan banyak infeksi. Hal ini akan membantu bayi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menurut konsep Roesli (2008) bahwa kolostrum mengandung faktor pertumbuhan akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan usus bayi dan mengefektifkan fungsinya.


(64)

d. Kebiasaan suntik vitamin K terlebih dahulu

Dua dari delapan partisipan mengatakan bahwa bayi harus disuntikkan vitamin K dan obat tetes mata terlebih dulu sebelum menyusu dini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Pertamanya langsung ditarok aja ku lihat kak di atas dada ku belum lagi ada disuntik kan vitamin sama obat tetes mata itu kak. kan ada itu biasanya kak dikasih vitamin K itu kak...”(Partisipan 5 )

“...Ngeluh juga aku kak habis lahir kan bayinya biasanya harus disuntik itu langsung vitamin K baru lah dikasih tetes mata, itu yang pernah ku lihat kak walaupun lahirnya di tempat bidan...”(Partisipan 8)

Menurut konsep Roesli (2012) bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri.

2. Sumber dukungan ibu saat menyusu dini

Partisipan mengatakan bahwa saat inisiasi menyusu dini memperoleh dukungan dari berbagai sumber. Dukungan tersebut berasal dari sumber internal dan eksternal.

a. Sumber Internal

Sumber dukungan yang Diperoleh Ibu Remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini berasal dari sumber internal yaitu meliputi keluarga partisipan, yaitu orangtua, suami, mertua. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Datang suami ku dibuat ajalah yang dibilang dokter itu, lagian udahnya dijelaskannya, jangan bandel kau biar lebih sehat nya ini anak kita, gitu lah katanya kak, nurut aja lahku kak...” (Partisipan 1)


(65)

“...Natardokkon inda ra kak, ro suami ku kak dielek elek ia baya mabiar ia nakkon nikku, dikira ia sanga hakkasan bage au, ima dokkon ia kak naron na barusan idokkon dokter i tangion soni, ita baen ma sesuai anjuran ni dokter i dah dek ulang manjogal adek dah, harana tu keselamatan ni anak nita don, on ajo mon kak anggi ni kakaki boh...”(Nggak terbilang nggak mau aku kak, udah dibujuk bujuk suami ku kak, takut dia nggak mau aku kak, dipikirnya aku risih kak, apa yang dibilang dokter itu dengar ya dek, mau lah kita apa yang dianjurkan dokter itu jangan bandel adek untuk keselamatan anak kita juga nya, gitu lah dia ngomong kak) (Partisipn 7)

“...Mertua sama suami saya kak, mereka yang menyarankan saya partus di

rumah sakit dan supaya bisa mendapatkan pelayanan yang bagus, gitu

katanya kak...”(Partisipan 3)

b. Dua partisipan mengatakan bahwa mereka juga mendapat dukungan dari dokter, bidan dan perawat (sumber eksternal). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...Dokter itu kak, asisten dokter itu juga kak, ada perawat, bidannya lah, orang yang di ruangan itu lah kak yang menyarankan supaya bayi nya diletakkan di atas dada ku supaya lama menyusu nanti ibu. Gitu lah dibilang orang itu kak...”(Partisipan 2)

“...Petugas kesehatan di rumah sakit umum itu lah kak, mereka membimbing saya kak habis melahirkan terus bayi nya diletakkan di atas perut saya kak

sampai bayi bisa hisap puting susu saya dan bisa menyusu sendiri

kak...”(Partisipan 6)

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mularsih (2011), bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini sangat memerlukan dukungan dari suami ataupun keluarganya dimana dukungan tersebut sangat dibutuhkan oleh ibu menyusu dini. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Roesli (2008) bahwa dukungan Keluarga dan suami sangat berperan dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini. Dukungan keluarga diperlukan untuk ketentraman ibu. Nasehat dari orang yang berpengalaman akan membantu keberhasilan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lee., Long, & Boore (2009)


(66)

menunjukkan bahwa suami adalah pendukung utama dalam keluarga selanjutnya ibu kandung dan ibu mertua melengkapi dukungan.

Dua partisipan mengatakan bahwa mereka juga mendapat dukungan dari dari dokter, bidan dan perawat (sumber eksternal). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (1997) beberapa tenaga kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap perlakuan inisiasi menyusu dini adalah perawat, bidan dan dokter untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yulianty (2010) dukungan tenaga kesehatan diwujudkan dengan pemberian informasi, melatih keterampilan, dan tindakan tenaga kesehatan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya dimana ibu memperoleh dukungan dari berbagai pihak, baik pihak keluarga dan pihak tenaga kesehatan sehingga memperlancar proses inisiasi menyusu dini

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan diantaranya yaitu:

1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pada pelaksanaan pengambilan data di lapangan peneliti kadang menemukan kesulitan dalam berkomunikasi pada beberapa partisipan yang usianya masih remaja, sehingga


(67)

peneliti harus membuat ilustrasi dari pertanyaan yang tidak dipahami oleh partisipan, hal ini menyebabkan data yang terkumpul menjadi belum optimal dalam waktu yang telah direncanakan.

2. Tempat penelitian jauh sehingga pemilihan partisipan dalam penelitian ini belum optimal. Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam menemukan referensi jurnal penelitian kualitatif mengenai Ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini.


(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap delapan orang Ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di RSUD Kota Padangsidimpuan, diperoleh empat tema yaitu memposisikan bayi di atas dada ibu, manfaat saat menyusu dini, respon emosional ibu saat menyusu dini, respon bayi saat menyusu dini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memposisikan bayi di atas dada, seperti meletakkan bayi di atas dada dan meletakkan tengkurap di atas dada.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manfaat saat menyusu dini, seperti adanya ikatan batin dengan bayi dan lebih dekat dengan bayinya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon emosional saat menyusu dini, seperti respon senang, respon takut, respon kaget, perasaan deg deg an dan perasaan aneh.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu merasakan respon bayi saat menyusu dini, seperti bayi diam, bayi mengeluarkan suara, bayi mengeluarkan air liur, bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menghisap puting.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan konsep bagi perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa terkait


(69)

dengan asuhan keperawatan pada ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

5.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan menempatkan ibu usia remaja sebagai prioritas yang tinggi dalam menjalani inisiasi menyusu dini sehingga mendukung terlaksananya program inisiasi menyusu dini.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian keperawatan dan memberikan acuan serta pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam menjalani inisiasi menyusu dini.


(70)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Inisiasi Menyusu Dini

2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini secara umum merupakan permulaan pada bayi

baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan bayi pada dada ibu dan dibiarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyusui Dini (Early Initiation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah bayi baru lahir, bayi dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).

2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Manfaat Inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayi menurut Roesli (2012) yaitu kontak kulit antara ibu dan bayi adalah dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara sehingga akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia), baik ibu maupun bayi akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan


(71)

bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy, saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu sehingga bakteri ini akan berkembang biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi, menyaingi bakteri yang merugikan.

Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga dan setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama; makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat diperlukan bagi pertumbuhan bayi dan kemungkinan bayi menderita alergi dapat dihindari lebih awal, bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan lebih lama disusui, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

Bayi mendapat kolostrum yang pertama kali keluar, cairan ini kaya akan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan infeksi, penting untuk pertumbuhan, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus.

Manfaat Inisiasi menyusu dini menurut Maryunani (2012) yaitu secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang, Ibu merasa lebih


(72)

bahagia, bayi lebih jarang menangis, ibu berperilaku lebih peka, lebih jarang menyiksa bayi.

2.1.3 Tahapan Perilaku Bayi Inisiasi Menyusu Dini

Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam semua bayi akan melalui tahapan perilaku (prefeeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusu. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut. Menurut Depkes RI (2008), beberapa tahap perilaku bayi di atas antara lain meliputi:

1. 30 menit pertama

Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali mata terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayahpun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu.

2. 30 – 40 menit

Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu.


(73)

3. Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara

Aerola merupakan sasaran bagi bayi. Dengan kaki menekan perut ibu, ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan

melekat dengan baik.

2.1.4 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2012) banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan bayi, padahal tidak terbukti kebenarannya, justru sebaliknya harus melaksanakan inisiasi menyusu dini. Berikut pendapat di masyarakat dan bantahannya:

Bayi kedinginan, hal ini tidak benar karena suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk menghangatkan bayi.

Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir. Tindakan pencegahan ini dapat ditunda


(1)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi menyusu Dini di RSUD Kota Pdangsidimpuan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada dukungan, doa, semangat dan motivasi oleh kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Binu Hajar Lubis dan Ibunda Masnialan Harahap yang telah merawat, mendidik dan memberikan dukungan penuh baik secara material dan non material. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan I dan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(2)

vii

4. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph. D selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

5. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., SP.Mat selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Ibu Reni Asmara Ariga, S. Kp., MARS selaku dosen penguji II yang memberikan kritik serta masukan dan saran kepada penulis.

7. Direktur dr. Aminuddin dan staff RSUD Kota Padangsidimpuan yang telah mengizinkan peneliti mengambil data untuk melakukan penelitian.

8. Semua partisipan yang telah bersedia dan berpartisipasi dalam penelitian penulis.

9. Buat abang tercinta Rahmad Hadi Lubis SPd, Ahmad Paisal Lubis dan adik tersayang Nurdin Martua Lubis yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seangkatan 2014 S1 keperawatan, khususnya sahabat-sahabat terkasih yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016 Penulis,

NIM. 1411


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Inisiasi Menyusu Dini ... 7

2.1.1 Defenisi Inisiasi Menyusui Dini... ... 7

2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini... ... 7

2.1.3 Tahapan Perilaku Bayi Inisiasi Menyusu Dini... .... 9

2.1.4 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini... 10

2.1.5 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini... ... 12

2.1.6 Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini... ... 14

2.2 Konsep Remaja... 18

2.2.1 Pengertian Remaja... 18

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja... .... 19

2.2.3 Ibu Usia Remaja... .... 20

2.3 Studi Fenomenologi... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Desain Penelitian………... 24

3.2 Partisipan………... 24

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian………... 25

3.4 Pertimbangan Etik………... 26

3.5 Pengumpulan Data………... 27

3.5.1 Metode Pengumpulan Data………... . 27

3.5.2 Alat Pengumpulan Data………... . 27

3.5.3 Prosedur Pengambilan Data………... . 28


(4)

ix

3.7 Tingkat Kepercayaan Data………... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Karakteristik Partisipan. ... 33

4.1.2 Hasil Wawancara... 35

4.2 Pembahasan. ... 43

4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil. ... 43

4.2.2 Hambatan dan Sumber Dukungan Ibu Remaja ... 51

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

5.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 58

5.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 59

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 59


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan 2. Instrumen Penelitian

3. Panduan Wawancara 4. Lembar Validitas 5. Surat Ethical clereance

6. Surat Izin dan Selesai Penelitian 7. Lembar Konsultasi Penyusunan Skripsi 8. Matriks Analisa Data

9. Jadwal Tentatif Penelitian 10. Riwayat Hidup


(6)

xi

DAFTAR TABEL