STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari’ah

  STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari’ah

  OLEH:

  MUHAMMAD ASYHURI (201 10 021) JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2013

  

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Asyhuri NIM : 201 10 021 Jurusan : Syariah Program Studi : DIII Perbankan Syariah Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 31 Juli 2013 Yang Menyatakan,

  Muhammad Asyhuri NIM: 201 10 021

  MOTTO:

v Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan,

tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.

  Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas

  v kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.

  Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati

  v suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah tantangan hidup.

  PERSEMBAHAN v Allah S.W.T v Nabi Agung Muhammad S.A.W v Bapak dan Ibu tercinta v

  Seluruh keluarga besarku

  v

  Sahabat-sahabatku

  v STAIN Salatiga v BMT AMAL MULIA Suruh v Mahasiswa DIII Perbankan Syari’ah angkatan 2010

v Semua pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

  Maksud dari penulis Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan mencapai derajad Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perbankan Syari’ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan

dan terima kasih kepada :

  1. Bpk. Imam Sutomo selaku Ketua beserta Dosen dan Staff STAIN Salatiga, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas baik secara langsung maupun tidak langsung.

  2. Bpk. Abdul Aziz, N.P, MM selaku Kaprodi DIII Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga yang telah memberikan tuntunan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini.

  3. Bpk. Ari Setiawan, S.Pd., MM selaku Dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini.

  4. Mustofa Al Amin, S.Ag selaku manajer BMT AMAL MULIA Suruh beserta staff karyawan, Terkhusus buat mas Yogie Aryanto, SKM yang selalu rela untuk penulis ikuti selama berada di BMT.

  5. Bapak dan Ibu serta saudara-saudara penulis, yang memberikan dorongan moril maupun materiil hingga penulis mampu menyelesaikan studi tepat waktu.

  6. Teman-teman seangkatan penulis serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya, yang telah memberikan bantuan yang berguna bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir ini.

  Akhirnya, penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap hasil Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca dan terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja BMT AMAL MULIA Suruh, dimana penulis melakukan penelitian.

  Salatiga, 20 Juli 2013

  Penulis Muhammad Asyhuri

  ABSTRAK Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah sekarang telah menunujukkan peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini diperkuat dengan semakin banyaknya

  Bank Syariah, Bank Unit Syariah, Usaha Unit Syariah, Serta Lembaga Keuangan mikro lainnya seperti BMT (Baitul Maal wa Tamwil).

  BMT sebagai lembaga keuangan non Bank dengan system syariah ( bagi hasil ) yang saat ini juga mengalami perkembangan yang begitu pesat. Seiring dengan kemajuan lembaga keuangan ini, BMT diharuskan untuk memiliki

manajemen yang baik. Baik dalam hal mengatasi masalah serta mengurusi dana yang

dititipka masyarakat serta dana yang disalurkan kepada masyarakat. Karena semakin

kuat BMT mengatasi permasalahan yang ada maka akan semakin menunjukkan

bahwa lembaga tersebut bonafit dan masyarakatpun akan mempercayakan dananya

kepada fihak BMT.

  Untuk mengatasi pembiayaan bermasalah seharusnya dilakukan dengan prosedur yang sesuai dan aturan yang telah dibuat. Selain hal tersebut selalu

tingkatkan kualitas penilaian kredit yang sesuai dengan aturan yang berlaku, karena

semakin sesuai dengan aturan, maka pembiayaan bermasalah akan dapat dicegah. Untuk penanganan kredit macet, nasabah harus selalu didampingi dalam hal penyelesainnya, supaya segala kesulitan yang dihadapi nasabah dapat diperingan dengan adanya kerjasama dengan fihak BMT.

  Kata kunci: Pencegahan dan Penyelamatan, Kredit Macet

  DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................................ i Halaman Pengesahan…............................................................................................... ii

Persetujuan Pembimbing ............................................................................................ iii

Motto ............................................................................................................................... iv

Persembahan ................................................................................................................... v

Kata Pengantar ................................................................................................................ vi

Abstrak ............................................................................................................................. viii

Daftar Isi ........................................................................................................................... ix

Daftar Gambar, Tabel, Grafik ......................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 5 D. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 7 E. Metode Penelitian ....................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian BMT ........................................................................ 13 B. Pengertian pembiayaan ............................................................. 13 C. Tujuan Pembiayaan ................................................................... 15 D. Fungsi Pembiayaan .................................................................... 16 E. Unsur-unsur Pembiayaan ........................................................... 16

  F. Prinsip-prinsip Pembiayaan ....................................................... 18

  G. Jenis-jenis Pembiayaan .............................................................. 22

  H. Prosedur Pengajuan Pembiayaan ............................................... 24 I. klasiikasi kolektabilitas pembiayaan, ........................................ 26 J. penanganan pembiayaan bermasalah ......................................... 29

  BAB III LAPORAN OBJEK A. Sejarah Berdiri BMT AMAL MULIA Suruh ........................................... 33 B. Visi dan Misi ............................................................................................... 34 C. Lokasi dan Wilayah Usaha ......................................................................... 35 D. Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh .................................... 36 E. Produk-produk BMT AMAL MULIA Suruh ............................................ 38 F. Proses Pengajuan Pembiayaan ................................................................... 40 G. Laporan Bidang Usaha ............................................................................... 44 H. Pencegahan Kredit Bermasalah BMT AMAL MULIA ........................... 46 I. Penyelamatan Kredit Macet BMT AMAL MULIA................................... 50 BAB IV ANALISIS A. Strategi pencegahan kredit macet ……………………………….55 B. Strategi penyelamatan kredit macet ……………………………..58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………...…………..65 B. Saran……………………………………………………………....66 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh ……………....38

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 : data perkembangan outstanding pembiayaan tahun 2012……. 46

DAFTAR GRAFIK

  

Grafik 3.3 : pencairan dana pembiayaan tahun 2013……………………… 46

Grafik 3.4 : Angsuran masuk tahun 2013…………………………………. 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Belakangan ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup

  cemerlang. Seperti yang diungkapkan oleh Saputro (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia” bahwa saat ini semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan perkembangannya pun tidak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar biasa. Apalagi, beberapa waktu lalu terjadi krisis ekonomi yang terjadi di dunia. Tapi disisi lain justru semakin membuat ekonomi syariah naik daun. Ekonomi syariah diprediksi akan menjadi sistem ekonomi yang tidak akan terpengaruh krisis yang terjadi di belahan dunia mana pun. Tidak hanya itu, ekonomi syariah juga dianggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan ekonomi.

  Berdasarkan ajaran Islam, ekonomi merupakan salah satu hal yang dibahas dan mempunyai aturan. Seperti yang dikutip oleh Fachrudin adalah perekonomian yang dilakukan berdasarkan prinsip hukum islam dan mengharamkan adanya sistem riba, sebagaimana telah ditetapkan dalam ayat- ayat yang terkandung dalam Alquran.

  Perekonomian syariah mulai banyak dilirik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Alasannya, karena sistem perekonomian ini dianggap menguntungkan dan memberikan keadilan bagi semua pihak. Karena dalam sistem ekonomi konvensional pemilik modal tentu akan lebih dominan mendapatkan keuntungan, namun dengan sistem ekonomi syariah semua pihak akan merasakan keuntungan bersama. Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri. Pasalnya, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Indonesia juga merupakan negara muslim terbesar di dunia.

  Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi syariah yang tinggi. Dimotori sektor perbankan, perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia dalam dua dekade ini sangat menggembirakan. Menurut Bank Indonesia (2013) melaporkan bahwa bank syariah di Indonesia tumbuh dengan pesat antara 40-60% per tahun. Dan pada tahun ini terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (USS) dan 158 Bank Pembiayaanan Rakyat Syariah (BPRS) sampai dengan tahun 2013. Dengan diberlakukannya pasar bebas ASEAN pada tahun 2015, Bank Syariah di meningkatkan kontribusi Bank Syariah terhadap industri perbankan di Indonesia. Untuk itu tentunya diperlukan strategi yang tepat dan efektif untuk dapat mewujudkan Bank Syariah yang sehat dan kuat secara finansial dan

  Seperti yang dikutip oleh Sumiyanto (2008:16) yang menyatakan bahwa di Indonesia pada tahun 1990-an Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian tentang pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Hasil diskusi oleh beberapa kalangan, diantaranya ICMI dan para ulama yang tergabung dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghendaki adanya lembaga keuangan syari’ah dan bebas dari unsur riba, salah satunya lembaga keuangan syari’ah adalah BMT.

  Karena keterbatasan jangkauan dari Bank terhadap usaha lapisan bawah, banyak para rentenir yang meminjamkan uangnya kepada pelaku usaha kalangan kecil dengan bunga yang tinggi. Hal ini sangat jelas

  mendhzolimi

  orang-orang yang lemah secara ekonomi. seperti yang dikutip oleh Yunus (2009:7) yang membahas tentang kehadiran BMT (baitul maal wa

  tamwil

  ) adalah untuk menghilangkan para rentenir, yang sangat jelas menjerat kalangan usaha kecil dan menengah dengan jeratan hutang yang berbunga tinggi.

  Ketika Indonesia mengalami masa-masa sulit selama krisis ekonomi dan moneter, BMT banyak berperan hingga ke lapisan bawah. Dengan kata kecil dan menengah untuk mendorong kemajuan usaha mereka.

  BMT dilihat dari fungsinya merupakan lembaga intermediasi keuangan antara pemilik dana (surplus unit) dan peminjam (defisit unit). BMT beroperasi berlandaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang pada intinya menerapkan bahwa dana pada dasarnya merupakan salah satu alat produksi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan orang atau perorang. BMT tumbuh dari keinginan dan prakarsa masyarakat sendiri, sehingga BMT merupakan salah satu jenis kelompok swadaya masyarakat yang bekerja dari, oleh dan untuk anggota.

  BMT sebagaimana yang dipahami orang sebagai lembaga ekonomi kaum akar rumput, yang dibentuk atas prakarsa dan swadaya masyarakat dengan segala kelebihan dan kelemahannya, terbukti sangat efektif untuk menolong pengusaha kecil dan mikro dalam mengakses sumber dana pembiayaan. . Sejalan dengan pengertian diatas, koperasi BMT Amal Mulia merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang jasa khususnya simpan pinjam secara syariah. Koperasi BMT Amal Mulia berkembang pesat di daerah Salatiga dan keberadaanya memberikan manfaat bagi penduduk sekitar.

  Semakin berkembangnya BMT AMAL MULIA SURUH tidak yang belum tentu kembali 100 % untuk BMT. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah pembiayaan bermasalah. Lambatnya angsuran yang diterima oleh BMT menjadi alasan yang klasik bagi BMT. Persoalan ini sudah menjadi hal yang umum tiap terjadi akad-akad pembiayaan walaupun tidak semua peminjam selalu bermasalah.

  Atas dasar inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai strategi apa yang dilakukan atau dijalankan BMT AMAL MULIA SURUH dalam rangka pencegahan pembiayaan bermasalah dan penyelamatan pembiayaan bermasalah. Hasilnya disusun dalam bentuk tugas akhir (TA)

PENANGANAN PEMBIAYAAN

  dengan judul : “STRATEGI

  BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH ”.

B. Rumusan masalah

  Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir sebagai berikut::

  1. Bagaimana cara pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah di BMT AMAL MULIA Suruh ?

  2. Bagaimana cara penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah yang telah terjadi di BMT AMAL MULIA Suruh pada produk pembiyaan ? Penelitian Tugas Akhir ini dibuat untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas, dengan tujuan:

  1. Untuk mengetahui cara atau strategi pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah yang akan mungkin dihadapi oleh BMT AMAL MULIA Suruh.

  2. Untuk mengetahui cara atau strategi yang dilakukan oleh BMT AMAL MULIA Suruh dalam rangka penyelamatan pembiayaan bermasalah.

  Selain memiliki tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas, penulis juga memaparkan kegunaan dalam penulisan Tugas Akhir ini, baik bagi mahasiswa, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maupun bagi pembaca. Adapun kegunaannya antara lain sebagai berikut:

  1. Bagi Penulis

  a. Untuk prasarat kelulusan diploma pada Program Studi DIII Perbankan Syariah di STAIN Salatiga.

  b. Memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di bangku kuliah.

  2. Bagi STAIN Salatiga

  a. Memperkenalkan STAIN Salatiga kepada masyarakat luar

  b. Sebagai tambahan referensi literatur serta informasi khususnya bagi mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi DIII Perbankan Syariah.

  3. Bagi Pembaca Sebagai tambahan wawasan tentang bagaimana BMT melakukan penanganan mengenai Pembiayaan masalah. Dalam hal ini berhubungan dengan strategi yang digunakan pihak BMT dalam pencegahan Pembiayaan bermasalah dan penyelamatan Pembiayaan bermasalah.

PENELITIAN TERDAHULU D.

  Pembiayaan merupakan kegiatan yang penting dilakukan di lembaga keuangan. Tidak sedikit akademisi tertarik terhadap pembiayaan sebagai obyek penelitian. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Ade Nur Setyanto dengan judul ‘Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007’’. Penelitian tersebut menghasilkan strategi penanganan pembiayaan bermasalah meliputi kerja sama dan pencarian jaminan. Pada penelitian ini hanya mencakup strategi penyelesaian pembiayaan saja tidak membahas cara meminimalisasi pembiayaan bermasalah.

  Penelitian ini juga dilakukan pada tahun 2010 oleh Abdul Ghofur Klumpit Salatiga”. Penelitian tersebut membahas faktor utama yang menyebabkan terjadinya Pembiayaan bermasalah karena adanya kedekatan dan keakraban yang terlalu berlebihan antara pihak BMT dan nasabah, adalah lemahnya sistem pengamatan dari lembaga terkait dengan barang jaminan. Selain faktor diatas ada beberapa faktor-faktor lain diantaranya kebangkrutan nasabah, kematian, dan akibat ketidaksengajaan nasabah yang tidak mau membayar hutangnya. Selain meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, dalam penilitiannya dijelaskan juga bagaimana BMT BISAMA Klumpit menangani pembiayaan bermasalah yang dihadapi, yaitu dengan menerapkan strategi

  

rescheduling, reconditioning , restrucuting, dan kombiasi untuk kategori

diragukan.

  Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Liza Muzayana Afifah pada tahun 2010 dengan judul “Srategi Meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan bermasalah pada BMT MUHAJIRIN Salatiga”. Dalam penelitian ini membahas tentang analisis yang diterapkan dalam pembiayaan adalah berdasarkan informasi yang berhubungan dengan identitas pribadi calon debitur. Selanjutnya membahas penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, faktor utama yang mendorong terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kurang telitinya dalam mengenai strategi yang digunakan oleh pihak BMT dalam meminimalisasi resiko pembiayaan bermasalah yaitu dengan menyarankan nasabah untuk mengangsur secara harian dan mensyaratkan keanggotaan minimal 3 bulan

  Menurut Kurniawati, (2008), bahwa sistem penilaian terhadap calon nasabah pembiayaan mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data yang dikenal dengan prinsip 5c yaitu: Character, Capital, Capacity,

  Condition dan Collateral.Character

  , artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman.Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalika pinjaman yang diambil. Condition, yaitu keadaan usaha atau nasabah yang prospek atau tidak

  Menurut Astuti, (2009), menyatakan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah: fotocopy identitas diri (KTP, SIM, KK, dan Surat Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening pembayaran listrik, telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan. Dengan persyaratan tersebut apakah nantinya nasabah berhak mendapatkan pembiayaan atau tidak setelah di data keseluruhan.

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian atau penulisan dalam tugas akhir ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Daymon (2008:7-9) a. Kata, dalam penelitian ini berfokus pada kata bukan angka.

  Penelitian menggunakan penyusunan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat.

  b. Keterlibatan peneliti, peneliti terlibat dekat dengan hal-hal yang diteliti.

  c. Sudut pandang partisipan, menyelidiki dan menyajikan berbagai perspektif subjektif para partisipan.

  d. Riset skala kecil, mengeksplorasi penelitian secara terperinci.

  e. Fokus yang holistik, tidak hanya terpaku pada satu atau dua variabel, tetapi lebih luas cakupannya.

  f. Fleksibel, tidak hanya meneliti topik, tetapi juga menyelidiki hal baru yang diungkapkan informan tentang pemahaman mereka.

  g. Proses, menangkap proses yang berlangsung dari waktu ke waktu.

  h. Latar alami, dilakukan di lingkungan alami tempat orang berada. i. Induktif ke deduktif, mendapatkan gagasan dari hasil

  2. Jenis data yang dibutuhkan

  a. Data primer

  Data primer yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati.

  b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggali beberapa teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

  3. Teknik pengumpulan data

  a. Wawancara peneliti menggali dan mengumpulkan data penelitian, dengan melakukan pertanyaan dan pernyataan secara lisan untuk dijawab oleh responden peneliti.

  b. Observasi partisipan Peneliti terlibat secara langsung dengan objek penelitian.

  Disini penulis ikut dalam proses pengumpulan kelengkapan data yang diperlukan.

  Teknik Analisis Data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

   Sistematika Penulisan F.

  Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, metodologi laporan tugas akhir, serta sistematika penulisannya.

  Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini berisi tentang telaah pustaka dan membahas tentang

  pengertian BMT, pengertian pembiayan, tujuan pembiayaan, fungsi pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, prinsip pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, prosedur pengajuan pembiayaan, klasiikasi kolektabilitas pembiayaan, penanganan pembiayaan bermasalah.

  Bab III Laporan Obyek. Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk,

  proses pengajuan pembiayaan, penyajian data pembiayaan, serta strategi penanganan kedit bermasalah pada BMT AMAL MULIA Suruh.

  Bab ini berisi tentang analisis bagaimana strategi yang dijalankan oleh pihak BMT AMAL MULIA Suruh dalam semua hal yang menyangkut Pembiayaan bermasalah atau pembiayaan yang bermasalah. Dimulai dari cara MULIA Suruh serta yang dijalankan oleh pihak BMT dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah.

Bab V Penutup. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI a. Pengertian BMT Menurut Sumiyanto (2008:24-25) Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

  terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

  Secara kelembagaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam prakteknya, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan

  

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan pada gilirannya Baitul Maal wa

Tamwil (BMT)

  menetapkan usaha kecil. Keberadaan Baitul Maal wa

  Tamwil (BMT)

  merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana

  Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

  itu berada, dengan jalan ini Baitul Maal

  wa Tamwil (BMT) masyarakat.

   Pengertian Pembiayaan b.

  Seperti yang dikutip oleh Kasmir (2002:325) pembiayaan adalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

  Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti Bank Syariah kepada nasabah. Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif.

  Seperti yang dikutip oleh Muhammad (2001:10) pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

  Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

c. Tujuan Pembiayaan

  Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak- banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Menurut Kasmir (2002:106) tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:

  1. mencari keuntungan Segala kegiatan usaha tentunya mengharapkan suatu nilai tambah atau menghasilkan laba yang diinginkan. Sedangkan dari fihak

  BMT sendiri memperolehnya dalam bentuk bagi hasil..

  2. Membantu Pemerintah Kegiatan kredit dapat berdampak berkembangnya pembangunan diberbagai sektor, terutama sector usaha yang nyata.

  Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak, Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan devisa yang semakin menguatkan suatu Negara itu sendiri.

  3. Membantu Usaha Nasabah

  Dari kegiatan yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini fihak lembaga keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan modal yang diinginkan.

   Fungsi Pembiayaan d.

  Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

  1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

  2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional

  3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.

  4. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan yang dilakukan.

   Unsur - unsur Pembiayaan e.

  Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan menjadi satu. Menurut Kasmir (2002:103 ) terdapat 5 unsur pembiayaan, antara lain:

  1. Kepercayaan.

  Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara

  intern

  maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.

  2. Kesepakatan.

  Kesepakatan antara pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak.

  3. Jangka Waktu.

  Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak.

  Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

  4. Resiko.

  Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.

  Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja, maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.

  5. Balas Jasa.

  Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.

   Prinsip Pembiayaan

  Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S dan 7P

  Menurut Kasmir (2009:109) 5C + 1S adalah sebagai berikut: 1) Character

  Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.

  2) Capacity Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. 3) Capital calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.

  Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban. 5) Condition

  Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan. 6) Syariah

  Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.

  Sedangkan menurut (Kasmir,2009:110) 7 P kredit adalah sebagai berikut:

  a.

   Personality

  Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabh dalam

  b.

   Party

  Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

  c.

   Purpose

  Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau tujuan untuk perdagangan.

  d.

   Prospect

  Yaitu untuk menilai nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya bank yang rugi

  e.

   Payment

  Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

  f.

   Profitability

  Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya dari bank.

  g.

   Protection

  Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.

   Jenis-jenis Pembiayaan g.

  Menurut Muhammad (2002;91), Manajemen Bank Syariah. Penyaluran dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:

  Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda Transfer Of Property.

  Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut: a. Pembiayaan Murabahah

  b. Pembiayaan Salam

  c. Pembiayaan Istisnah

  2. Pembiayaan dengan prinsip sewa ( Ijarah ) Transaksi ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat.

  Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah.

  a. Prinsip bagi hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut : b. Pembiayaan Musyarakah

  c. Pembiayaan Mudharabah Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:

  h. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) i. Rahn (Gadai) j.

   Qardh

  k. Wakalah (Perwakilan) l. Kafalah (Garansi Bank)

  Sedangkan menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: a) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

  b) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

  Menurut Kasmir (2009:115) prosedur pemberian kredit secara umum oleh badan hukum adalah sebagai berikut:

  1. Pengajuan berkas-berkas

  Permohonan kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal yang dilampiri berkas-berkas antara lain latar belakang perusahaan, maksud dan tujuan, besarnya kredit dan jangka waktu, cara pemohonan mengembalikan kredit.

  2. Penyelidikan berkas pinjaman.

  Tujuannya mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar agar permohonan kredit dapat segera diproses.

  3. Wawancara I Wawancara bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

  4. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I.

  5. Wawancara II

  Merupakan kegiatan perbaikan berkas bila masih ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

  6. Keputusan kredit Yakni menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Bila ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.

  7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangi akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung, atau dengan melalui notaris.

  8. Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat- surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau

  9. Penyaluran/penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai

i. Klasifikasi kolektabilitas pembiayaan

  Dalam pembiayaan diperlukan pengelompokan atau klasifikasi tentang ukuran atau kualitas ketepatan waktu atau jumlah pengembalian pembiayaan. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Kualitas pembiayaan menurut ketentuan kredit adalah sebagai berikut :

  1. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening Bank dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit, b. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat, c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

  2. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga

  b. Jarang mengalami cerukan overdraft

  c. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih d. Dukumentasi kredit lengkap dan pengikat agunan kuat

  e. Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil

  3. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

  b. Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

  c. Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya, dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.

  d. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

  e. Perpenjangan kredit untuk menghubungkan kesulitan keuangan.

  4 Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari.

  b. Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan c. Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.

  d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.

  e. Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

  5. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila memenuhi criteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada j.

   Penanganan Pembiayaan Bermasalah

  Menurut Siamat (1993:222-223) untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut:

  a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang grace

  period

  dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit. Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas.

  b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.

  c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut

  1. Penambahan dana Bank pokok kredit baru, dan atau

Dokumen yang terkait

AUTO 2000 CABANG A.YANI SURABAYA Disusun untuk memenuhi sebagai syarat guna memperoleh sebutan Ahli Madya (A.Md.) Manajemen Pemasaran

0 0 60

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN STRATEGI PROMOSI MEDIA SOSIAL YOUTUBE DAN INSTAGRAM PADA PRODUK SIMCARD LOOP PT.TELKOMSEL Disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh sebutan Ahli Madya (A.Md.) Manajemen Pemasaran

0 0 58

STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA MURABAHAH DI BPRS SUKOWATI CABANG BOYOLALI TUGAS AKHIR - STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA MURABAHAH DI BPRS SUKOWATI CABANG BOYOLALI - Test Repository

0 0 88

ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT KARISMA MAGELANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

0 0 81

ANALISIS STRATEGI PROMOSI BMT SUMBER MULIA TUNTANG KAB.SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

0 0 83

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN BAI BITSAMAN AJIL (BBA) Di BMT BINA USAHA KARANGJATI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

0 0 85

ANALISIS PRAKTEK PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN PERIODE - TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

0 0 91

PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari’ah

0 0 75

ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI BMT TUMANG TUGAS AKHIR - ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI BMT TUMANG - Test Repository

0 2 113

PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT MITRA USAHA SRUWEN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syariah

0 1 72