UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK EMBALOH DI KALIMANTAN BARAT, PENDEKATAN ETNOGRAFI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK EMBALOH
DI KALIMANTAN BARAT,
PENDEKATAN ETNOGRAFI

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Yudita Susanti
NIM : 05 4114 019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK EMBALOH
DI KALIMANTAN BARAT,

PENDEKATAN ETNOGRAFI

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Yudita Susanti
NIM : 05 4114 019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

i

ii


iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya Aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati
semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah dalam sekejap mata, pada waktu
bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan
dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang
dapat mati harus mengenakan yang tidak dapat mati.
(I Korintus, 15:51-53)

♥♥♥

Ku persempahkan khusus untuk:
♥ Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Puji Syukur Atas Limpahan
Berkat dan Rahmat-Nya
♥ Kedua orang tuaku tercinta: Bapak Fransiskus Didimus, M.Pd
dan Ibu Maria Beatha. N, S. Ag

♥ Adikku: Agustinus Adinata
♥ Kekasih Jiwaku: Moses Jhon Herody.

Terima kasih…
Untuk kasih sayang, cinta, kepercayaan, motivasi, dan doa
Yang diberikan kepada penulis selama ini.
You’ll are my inspirit

iv

YUDITA SUSANTI
Yakun, Kun Fa Yakun. Jadilah! Lalu jadi..
(Begitulah bunyi Firman Allah ketika menciptakan alam semesta).
Ucapan itu keluar dari bibir-Nya.
Dan sebuah uluran kasih pun menyentuh tubuhku, hangat…
Terasa sampai ke denyut nadiku.. Nikmat…
Ingin aku membalas rasa yang selalu menghantuiku itu,
Tapi Malaikat menahanku. Kasih yang baru kugenggam memaksaku untuk
melepaskan tangannya. Rasa pedihku ingin melepas.
Aku takut melihat semua.

Bagai elang melihat mangsa dan harimau saling mencaplok buruannya.
Aku ketakutan.
Saat senja di kutuk lembayung,
Aku terbuai dalam kasih, menyingkirkan ajaran-Mu.
Untuk apa semua ini????
Sungguh, jiwaku masih tersenyum,
Kasihku belum surut sampai ke tepi.
Mumpung kutub Utara masih di Utara,
Jangan engkau nodai dahi dan jantung yang mulus.
Karena…
Aku tahu hidup banyak mengajarkan pengalaman.
Namun…Cerita ini tak’kan pernah berhenti.
Cerita yang selalu di terbangkan Angin Barat.
Tertutup jaring-jaring semu yang tak pernah termiliki oleh siapapun
Seperti angin yang berhenti membawa debu-debu di Ujung Langit.
Dan…
Ikrar sebuah kehidupan dalam lembaran baru ditandai dengan terbitnya sang
fajar di ufuk Timur. Begitu juga dengan kata ‘KEHIDUPAN’ yang
akhirnya akan selalu bercerita tentang ‘KEMATIAN’.
*

*
*
Yogyakarta, 2 November 2007

v

vi

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Bekal ilmu dan
segala teori yang diterima tidaklah cukup untuk menjadi seorang sarjana. Dibutuhkan
banyak aspek lain dalam menyandang gelar tersebut. Skripsi ini ditulis guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia pada
Program Studi Sastra Indonesia, serta untuk menambah wawasan bagi penulis dalam
meneliti kebudayaan, khususnya dalam penelitian “Upacara Adat Kematian Suku
Dayak Embaloh di Kalimantan Barat, Pendekatan Etnografi”.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan
dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan,
bantuan, dan dukungan tersebut senantiasa hadir dalam kehidupan penulis terutama

saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma. Untuk itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum, selaku dosen pembimbing I, atas
bimbingan, masukan, kesabaran, dan semangat yang diberikan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing II,
atas bimbingan dan masukkan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

vii

3. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Sastra, atas
bimbangan dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku Ketua Progam Studi Sastra
Indonesia, atas bimbingan yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum,
bapak Heri Antono, M.Hum, bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, bapak Drs.
F.X. Santosa, bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, ibu Dra. Fransisca
Tjandrasih Adji, M.Hum, Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S, M.Hum, bapak
Drs. Heri Mardianto, M.Hum, dan bapak Drs. Nur Iswantara, M.Hum, atas

ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh perkuliahan di
Universitas Sanata Dharma. Guru adalah pahlawan tanpa jasa.
6. Romo Dr. Gregorius Budi Subanar, S.J., atas nasihat kepada penulis dan
pinjaman bukunya guna menyempurnakan penelitian ini.
7. Staf Perpustakaan dan Staf Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata
Dharma, khususnya untuk Mbak Rus dan Mas Tri, atas kesabaran dan
bantuannnya dalam melayani keperluan penulis selama ini.
8. Orang tuaku terkasih, bapak Fransiskus Didimus, M.Pd dan ibu Maria
Beatha.N, S.Ag. Ama, Ndu, tarima kase’ loa’ samuana. Anu jalu ijukang ikin
na’an kukule kubalas sampi mateku, hanya idi poang yang bisa kumeang loin.
Semoga ikin duaen bangga dan sasau nyawanin mamele prestasiku nana
hasilku indi. Tarima kase! Alatala malindungi lo’in dua’en di setiap lamba’in.

viii

9. Adikku Agustinus Adinata dan Dona Anggita, serta semua keluarga besarku
di Sintang, Karangkang, dan Nanga Liyu. Bi Kris sekeluarga, Bi Rami (Ma
Tua) sekeluarga, Bi Ijah (Mbok Ija), Bi Karitas sekeluarga, Om Damian, bang
Totho sekeluarga, bang Rony, bang Ebry, Bojhes, Bhong, Pongo sekeluarga,
Adel sekeluarga, Egi sekeluarga, Jupani sekeluarga, Uju sekeluarga, Bang

Nuel sekeluarga, Ka Ani, Paman Jhon, Paman Alex, Paman Kisu, Om Tua,
dan Bapak Desi sekeluarga, atas segala dukungan, bantuan, dan doanya
selama ini.
10. Bagian dari hidupku: Moses John Herody. Walaupun jarak memisahkan
namun ada kepercayaan, dukungan dan doa di antara kita. Senyum yang
kalian berikan adalah hidup dan kekuatanku dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Om Moses, yang banyak membantuku dalam mencari dan mengumpulkan
data-data skripsiku. Tanpa bantuan tangannya, skripsi ini tidak akan selesai.
Tarima kase’ Om loa’ samuna.
12. Keluarga besar bapak Fransiskus Nyumbo (