Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Penyesuaian Diri Karyawan Golongan Pimpinan pada Masa Pra Pensiun di PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Cahyaningsih NIM : 029114082 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Just do the best let God do the rest…..

  

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Yesus yang selalu memberi kekuatan dan pertolongan

tepat pada waktuNya

Teristimewa untuk bapak Praptono

  

(Skripsi ini kupersembahkan sebagai kado ulang tahun dan kado

menjelang memasuki masa pensiun),

ibu Kris Astuti, mbak Anti dan mbak Tutut. Terima kasih untuk

segala dukungan, doa dan kasih sayangnya selama ini.

  

God bless you all……

di balik kabut

akan ada surya yang bersinar

  

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penyesuaian Diri

Karyawan Golongan Pimpinan pada Masa Pra Pensiun di PT. Pertamina (Persero)

  

UP III Palembang” merupakan karya yang tidak pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun sebelumnya,

dan sepanjang pengetahuan saya di dalamnya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Yogyakarta, 22 November 2007

Cahyaningsih

  

Penyesuaian Diri Karyawan Golongan Pimpinan pada Masa Pra Pensiun di

PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang

Oleh : Cahyaningsih

ABSTRAK

  Penyesuaian diri adalah suatu proses untuk menemukan dan menggunakan

suatu perilaku yang sesuai untuk menghadapi tuntutan yang ada di lingkungan.

Pra pensiun adalah masa transisi di mana terkadang orang merasa cemas dan takut

karena akan kehilangan relasi, pendapatan dan jabatan dalam pekerjaan mereka.

Jika hal ini berlanjut akan menimbulkan penolakan terhadap pensiun. Itulah

sebabnya, penyesuaian diri sangat penting untuk membantu mengatasi

permasalahan tersebut. Penyesuaian diri yang baik dapat membantu karyawan

untuk tetap bekerja dan memiliki relasi yang baik dalam masa pra pensiun.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri yang dilakukan

oleh karyawan golongan pimpinan PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang

pada masa pra pensiun. Penelitian ini dilakukan pada 71 orang subjek yang

memiliki karakteristik berada pada golongan pimpinan, usia 52-54 tahun, berada

pada masa pra pensiun, tinggal pada perumahan pertamina. Indikator penyesuaian

diri adalah berpikir dan bersikap sesuai dengan realita, kontrol diri yang baik,

hubungan interpersonal yang baik dan belajar dari pengalaman di masa lalu untuk

menyelesaikan masalah. Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dalam mean

teoritik (100) dan mean empirik dengan t test = 5.419 > t tabel = 2.000 (5% taraf

signifikansi). Hasil penelitian ini berarti karyawan golongan pimpinan PT.

Pertamina (Persero) UP III Palembang pada masa pra pensiun memiliki

penyesuaian diri yang tinggi.

  Kata kunci : Penyesuaian diri dan masa pra pensiun

  

Adjustment of Leadership Employee at Pre Retirement Phase at

PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang

by : Cahyaningsih

ABSTRACT

  Adjustment is a process to find out and adopt modes of appropriate

behaviour to face the demand in the environment. Pre retirement is a transitional

phase in whice people feel worried and afraid of losing their relationship, income

and their position in their job. If this phase continued, it would raise the retirement

objection. Therefore, the adjustment was very important to help them deal with

their problems.A good adjustment could help employee to stay working and have

a good relationship in their pre retirement phase.

  This research was aimed to know adjustment which was done by the

leadership employee at PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang at

preretirement phase. This research was conducted to 71 subjects who

characteristics were in the leadership employee at PT. Pertamina (Persero) UP III

Palembang, they were 52–54 years old, and in pre retirement phase, as well as

lived at company housing. The indicators of adjustment were thinking and

behaving in based on reality, having good self control, having good interpersonal

relationship, and learning to solve problems from the past. The data analysis used

descriptives statistics method.

  The result showed a significant difference between theoretical mean (100)

and empirical mean (111.34) with t-test = 5.419 > t-table = 2.000 (5% degree of

significance). It meant that the leadership employee at PT. Pertamina (Persero)

UP III Palembang had a high adjustment at pre retirement phase.

  Key words : Adjustment and pre retirement phase

KATA PENGANTAR

  Berkat kasih dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma. Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini

penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi. MSi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih untuk masukan yang telah diberikan pada penulis.

  

3. Bapak Minto Istono, S.Psi., M.Si., selaku Wakaprodi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih untuk masukan yang diberikan pada penulis.

  

4. Ibu M.M. Nimas Eki, S.Psi., P.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk bantuan yang sudah diberikan pada peneliti selama ini. Makasih ya bu meskipun cuti tapi masih menyempatkan diri untuk mengadakan bimbingan.

  

5. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang sudah memberikan bantuan dan saran

pada penulis di sela kesibukan menjalankan studi.

  

6. Semua dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk pelajaran dan pengalaman yang dibagikan selama ini.

  

7. General Manager dan Ibu Hj. Dra. Rosmala Dewi selaku Ka. Diklat SDM

UP III yang sudah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di PT.

  Pertamina (Persero) UP III Plaju Palembang.

  

8. Ibu Laila Z selaku Ka. Bag. HIK – SDM atas bantuan dan masukan yang

sangat membangun. Bapak Hizran A, Ibu Sumiatun Busar, Bapak Marwan di bagian HIK-SDM yang sudah banyak memberikan bantuan dan informasi bagi peneliti.

  

9. Bapak Fauzi di bagian Ren-Bag yang sudah bersedia memberikan informasi

tentang kewirausahaan.

  

10. Segenap karyawan bagian RTK yang sudah membantu menyebarkan skala

penelitian kepada para karyawan PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang.

  

11. Semua karyawan PT. Pertamina (Persero) UP III Palembang yang bersedia

menyediakan waktunya untuk mengisi skala penelitian di sela kesibukan dalam menjalankan tugas di kantor. Tanpa bantuan Bapak dan Ibu penelitian ini tidak dapat berjalan dengan baik.

  

12. Bapak yang banyak membantu di sela kesibukan kerjanya, memberikan

semangat dan dukungan doa. “Skripsi ini untuk hadiah ulang tahun dan memasuki masa pensiun bapak lho……”. Ibu yang tidak pernah bosan mendoakan dan bertanya “Dik, kapan lulus?”. Mbak Anti, mbak Tutut untuk dukungan doanya. Untuk Tiul yang rela menjadi “subjek penderita” selama proses pengolahan data di rumah.

  

13. Mas Gandung, Pak Gik, Mbak Nanik, Mas Doni dan Mas Muji yang selalu

  

14. “Jeng Sri” yang selalu direpotin tentang “statistik”, jadi temen curhat yang

menyenangkan. Untuk anak-anak kos Canna : Yessi, Maya, Mb’Marta, Uthe, Jegeg, “Bang” Fany… dan anak-anak Canna yang tidak dapat disebutkan satu persatu makasih untuk suka dukanya. Hidup Canna!!! Untuk Laura dan Nana terimakasih untuk setia berbagi keluh kesah dan “perjuangan” bersama mengejar kelulusan.

  

15. Untuk Fika, Mita, Ohaq, Mei, Eu, Chiko, Grace, anak-anak bimbingan Bu

Nimas dan teman-teman angkatan 2002. Ayo lulus bareng…….

  

16. Anak-anak PMK Eben Haezer, terima kasih untuk kebersamaan dan sindiran

“Kapan lulusnya mbak?”. Tetap semangat dalam-Nya ya….

  Yogyakarta, 22 November 2007 Cahyaningsih

  

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii

Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii

Halaman Persembahan........................................................................................ iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya.................................................................. v

Abstrak ................................................................................................................ vi

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis....... viii

Kata Pengantar ...................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................ xii

Daftar Tabel ......................................................................................................... xv

Daftar Lampiran................................................................................................. xvi

  

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Penelitian .................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

A. Penyesuaian Diri ......................................................................... 7

  1. Pengertian Penyesuaian Diri ................................................. 7

  2. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri...................... 8

  3. Karakteristik Penyesuaian Diri ............................................. 12

  1. Pengertian Pra Pensiun ........................................................ 17

  2. Karakteristik Pra Pensiun...................................................... 18

  3. Fase-fase Pensiun ................................................................. 19

  C. Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan.................................. 20

  D. Penyesuaian Diri pada Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan yang Memasuki Masa Pra Pensiun ............ 24 E. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 29

  

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 30

A. Jenis Penelitian............................................................................ 30 B. Definisi Operasional ................................................................... 30 C. Subjek ......................................................................................... 31 D. Metode dan Alat Pengambilan Data ........................................... 31 E. Kredibilitas Alat Pengumpul Data .............................................. 34

  1. Validitas ................................................................................ 34

  2. Seleksi Item........................................................................... 34

  3. Reliabilitas ............................................................................ 36

  F. Analisis Data ............................................................................... 36

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 37

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 38 B. Hasil Penelitian ........................................................................... 39

  1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................... 39

   2. Hasil Uji Asumsi..................................................................... 39

  4. Hasil Analisis Data Tambahan................................................ 40

  C. Pembahasan ................................................................................. 41

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 48

A. Kesimpulan .................................................................................. 48 B. Saran............................................................................................. 48

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 50

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Jumlah Item Sebelum Try Out ......................................... 33

Tabel 2. Distribusi Item Sahih ......................................................................... 35

Tabel 4. Deskripsi Data Penelitan.................................................................... 39

Tabel 5. One Sample t-test ............................................................................... 40

  

DAFTAR LAMPIRAN

Skala Penyesuaian Diri ....................................................................................... 52

Data Try Out ....................................................................................................... 60

Reliabilitas Try Out............................................................................................. 66

Data Item Sahih................................................................................................... 69

Reliabilitas Item Sahih ........................................................................................ 73

Uji Normalitas..................................................................................................... 75

Statistik Deskriptif .............................................................................................. 76

Uji One Sample t-test .......................................................................................... 77

Kategorisasi......................................................................................................... 78

Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu pasti pernah mengalami suatu permasalahan atau tuntutan

  

dalam hidupnya. Terkadang tuntutan tersebut dapat menimbulkan konflik,

frustrasi bahkan depresi yang membuat kehidupan individu tersebut menjadi tidak

nyaman. Manusia dibekali kemampuan untuk menolong dirinya menghadapi

permasalahan dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarrnya.

  

Davidoff (dalam Muta’din, 2002) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu

perilaku dimana manusia dituntut untuk mencari titik temu antara keadaan yang

ada di lingkungan sekitar dengan diri sendiri.

  Tuntutan untuk mencari titik temu antara keadaan di sekitar dengan diri

sendiri ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk mengubah

perilaku individu agar terjadi suatu hubungan yang sesuai atau selaras antara diri

dan lingkungan. Proses untuk mendapatkan hubungan yang selaras tersebut

melibatkan respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha

memenuhi kebutuhan, mengatasi konflik, serta frustrasi yang ada (Semiun, 2006).

  Proses dari penyesuaian diri dapat dilihat dari bagaimana respon yang

ditunjukkan oleh individu dalam menghadapi tuntutan yang ada. Penyesuaian diri

berbeda menurut norma, budaya serta berbeda pada setiap tingkah laku yang

ditunjukkan oleh setiap individu. Oleh karena itu, penyesuaian diri merupakan

  

luar individu tersebut. Untuk beberapa orang mungkin reaksi yang digunakan

efisien dan memuaskan, sedangkan bagi orang lain justru tidak efektif. Apabila

respon yang dilakukan tidak efisien dan tidak menimbulkan kesejahteraan pada

individu, maka individu tersebut dapat dikatakan tidak mampu dalam

menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang baik memiliki kemampuan untuk

mengatur dan merencanakan suatu respon sehingga dapat mengatasi frustasi,

konflik dan kesulitan yang dihadapi dalam tuntutan yang ada (Semiun, 2006).

  Tuntutan yang timbul dari lingkungan sekitar dan diri sendiri juga akan

dirasakan oleh karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Pensiun adalah

suatu keadaan dimana individu telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang

biasa dilakukan (Eliana, 2003). Pensiun sendiri dapat menimbulkan reaksi positif

dan negatif bagi individu yang akan mengalaminya. Reaksi positif muncul ketika

individu memiliki pandangan positif terhadap pensiun. Pandangan positif ini

ditandai dengan adanya pola pikir dan sikap yang terbuka. Reaksi positif ini

salah satunya muncul ketika individu merasa bahwa pensiun adalah saatnya untuk

menikmati hasil kerja kerasnya selama ini dan menikmati kebersamaan dengan

keluarga, serta lepas dari tanggung jawab dalam melaksanakan tugas selama ini.

  

Reaksi negatif muncul karena adanya pandangan negatif terhadap pensiun,

individu merasa bahwa setelah pensiun dirinya menjadi orang yang tidak berguna

dan bermakna (Helmi, tanpa tahun).

  Saat ini masih banyak di antara karyawan yang menganggap bahwa

pensiun akan membuat mereka merasa menjadi orang yang tidak berguna,

  

terhadap pensiun dapat menyebabkan munculnya gejala post power syndrome

yaitu gejala emosi yang kurang stabil dari individu dikarenakan hilangnya

kekuasaan atau jabatan penting, relasi sosial, serta pendapatan yang dimiliki

individu tersebut (Purnamasari, 2005).

  Andari (2001) mengatakan bahwa post power syndrome tidak hanya

dirasakan pada mereka yang telah memasuki masa pensiun, tapi juga dapat

dirasakan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun. Hal ini dapat terjadi

karena individu menolak datangnya masa pensiun yang diakibatkan adanya

perasaan takut kehilangan kekuasaan yang selama ini dimiliki. Individu tersebut

menunjukkan mengalami kesulitan mengatasi tuntutan dari dalam diri maupun

lingkungan sekitarnya. Kesulitan yang dialami terjadi karena keadaan emosi dan

fisik yang tidak stabil sehingga membuat individu menunjukkan keadaan fisik

(misalnya penyakit), perilaku dan perasaan yang merugikan baik untuk diri sendiri

ataupun orang lain (misalnya pikiran negatif terhadap orang lain, mudah marah).

  

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat penting

dilakukan oleh individu yang berada pada masa pra pensiun untuk mempersiapkan

dirinya memasuki masa pensiun yang bahagia.

  Dinsi (2006) juga menambahkan bahwa memasuki masa pensiun tidaklah

mudah, apalagi bila individu yang bersangkutan memiliki kedudukan atau jabatan

yang cukup penting di tempat ia bekerja. Persiapan untuk memasuki masa pensiun

ini sangat penting, baik secara mental ataupun finansial, apalagi dalam masa

transisi dimana individu tersebut harus meninggalkan tugas dan tanggung jawab

  

yang diemban selama masa bertugas, karena hal ini dapat menimbulkan perasaan

kehilangan identitas dan perasaan tidak berguna.

  Djaini (dalam Purnamasari, 2005) mengatakan terdapat fakta yang

memperlihatkan bahwa karyawan Pertamina yang menolak masa pensiun

menunjukkan sikap yang negatif, misalnya mudah tersinggung, berprasangka

negatif terhadap orang lain saat individu tersebut memasuki masa pra pensiun.

  

Djaini (1997) juga menambahkan bahwa hal ini dapat terjadi pada karyawan

golongan pimpinan yang berada pada puncak karirnya. Hal ini disebabkan

adanya perasaan kecewa karena harus melepaskan segala atribut (jabatan,

kekuasaan, status sosial) yang dimiliki saat pensiun nanti.

  Adanya fakta penolakan pensiun pada karyawan menunjukkan bahwa

penyesuaian diri yang dimiliki kurang baik. Fakta tersebut menunjukkan bahwa

proses penyesuaian diri berkaitan dengan gejala post power syndrome. Jika hal ini

terjadi pada karyawan golongan pimpinan mungkin gejala yang ditunjukkan akan

lebih parah, karena rasa kehilangan terhadap pendapatan, kekuasaan dan jabatan

saat menjelang pensiun akan lebih besar. Selain itu karyawan golongan pimpinan

juga akan merasa kehilangan berbagai fasilitas yang selama ini mereka dapatkan

dari perusahaan. Fasilitas tersebut antara lain mulai dari rumah dinas hingga

fasilitas kesehatan yang diperoleh sampai mereka pensiun. Secara umum

karyawan yang tinggal di perumahan dinas Pertamina selama masa aktif kerjanya

akan mendapatkan berbagai kemudahan karena menerima sarana dan prasarana

dari perusahaan yang memadai selama bertahun-tahun. Bisa dikatakan bahwa

  

selama bekerja, mereka berada pada zona aman karena pendapatan dan berbagai

fasilitas yang diterima tersebut.

  Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengangkat tema yang

berhubungan dengan penyesuaian diri dan pensiun. Namun, belum ada data atau

penelitian yang dapat membuktikan pendapat di atas. Penelitian yang telah

dilakukan selama ini berkaitan dengan pensiun adalah dihubungkan dengan

tingkat harga diri (Hanayanthi, 2003) dan kecemasan (Prastiti, 2005). Sedangkan

yang berkaitan dengan penyesuaian diri antara lain dikaitkan dengan efikasi diri

(Sudiro, 2004) dan perilaku asertif (Pasauran, 2002). Oleh karena itu penelitian

mengenai penyesuaian diri pada karyawan golongan pimpinan ini penting untuk

dilakukan.

  Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mencoba untuk melihat

penyesuaian diri yang dilakukan karyawan pada golongan pimpinan yang

memasuki masa pra pensiun.

  B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui penyesuaian diri pada karyawan golongan pimpinan pada masa pra

pensiun.

  C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk melihat penyesuaian diri karyawan

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan wacana kepada para

karyawan yang akan memasuki masa pensiun mengenai penyesuaian diri yang

baik dalam menghadapi masa pra pensiun.

BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

  Penyesuaian diri menurut pendapat umum adalah suatu proses dari kehidupan itu sendiri. Menurut ilmu psikologi penyesuaian diri berarti interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Setiap individu baik yang muda, tua, besar dan kecil selalu menghadapi masalah dalam penyesuaian diri. Permasalahan yang dihadapi muncul mulai dari lahir dan terus berlanjut sampai mati dan dapat muncul baik dari dalam maupun dari luar diri individu itu sendiri. Masalah yang

muncul biasanya berkaitan dengan pencapaian suatu keseimbangan antara

kebutuhan individu dan tuntutan yang ada di lingkungannya

( http://en.wikipedia.org/wiki/Adjustment.2006 ).

  Berikut adalah pendapat beberapa tokoh tentang definisi penyesuaian diri, menurut Carter V. Good (1959) penyesuaian diri adalah suatu proses menemukan dan memakai suatu perilaku yang cocok dengan perubahan yang terjadi di

lingkungannya. Sedangkan Laurance F. Shaffer (2006) berpendapat bahwa

penyesuaian diri adalah suatu proses di mana makhluk hidup memelihara

keseimbangan antara kebutuhan dan keadaan sekitarnya yang mempengaruhi pemuasan kebutuhan tersebut ( http://en.wikipedia.org/wiki/Adjustment.2006 ). Semiun (2006) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah proses individu untuk

  

situasi yang ada di sekitar. Serta Morris dan Marsto (dalam Herastuti, 2006)

berpendapat bahwa penyesuaian diri adalah suatu usaha untuk mengatasi stress

dengan cara menyeimbangkan antara kebutuhan individu dengan tuntutan yang

ada dan kemungkinan pemenuhan yang realistik untuk mengaturnya sebaik

mungkin sesuai dengan kemampuan.

  Dari deskripsi penyesuaian diri di atas, dapat disimpulkan bahwa

penyesuaian diri adalah suatu proses perilaku seseorang yang dilakukan untuk

mengatasi tuntutan yang ada di sekitar lingkungannya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

  Menurut Derajat (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah : a. Frustrasi (tekanan perasaan) Frustrasi adalah proses yang membuat seseorang merasa ada hambatan dalam proses pemenuhan kebutuhannya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri untuk mengatasi tuntutan yang ada. Contohnya ketika orang merasakan tekanan perasaan yang berat, antara lain merasa tidak mampu, tidak berdaya maka individu akan merasa pesimis dalam menghadapi tuntutan karena sudah membayangkan kegagalan yang akan dihadapi.

  b. Konflik (pertentangan batin) Konflik adalah adanya dua macam dorongan yang saling berlawanan satu dan lainnya dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Jika terdapat konflik, maka seseorang akan mengalami hambatan dalam menghadapi

  1) Approach approach conflict Adalah bila individu mengalami pertentangan antara dua hal yang

sama-sama diingini tetapi tidak mungkin diambil keduanya.

2) Approach avoidance conflict Adalah jika individu mengalami pertentangan antara dua hal yang satu diingini dan yang satu tidak diingini. 3) Avoidance avoidance conflict Adalah jika individu menghadapi pertentangan antara dua hal yang sama-sama tidak diingini.

  c. Kecemasan (anxiety) Kecemasan terjadi ketika individu yang sedang menghadapi suatu

permasalahan mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin

(konflik). Kecemasan ini dapat berupa perasaan takut, tidak berdaya, rasa

bersalah yang tidak dapat dihindari oleh individu. Jika dibiarkan, perasaan ini

dapat menghambat individu dalam menyesuaikan diri dalam menghadapi

permasalahan tersebut.

  Scheneiders (1964) menuliskan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam penyesuaian diri antara lain : a. Keadaan fisik

Keadaan fisik dan faktor bawaan berpengaruh pada proses penyesuaian

dirinya. Faktor fisik yang dimaksud adalah terdiri dari sistem syaraf, kelenjar

otot, kesehatan dan penyakit. Keadaan fisik yang baik dapat mempengaruhi

  

siap menghadapi tuntutan dalam hidupnya sehingga individu tersebut mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.

  b. Perkembangan dan kematangan intelektual, sosial, moral, emosional

Perkembangan dan kematangan individu adalah kondisi utama yang

mempengaruhi untuk mencapai penyesuaian diri ketika individu mencapai

perkembangan berikutnya. Kematangan yang dimaksud adalah kematangan

intelektual, sosial dan emosional. Kematangan intelektual, sosial maupun

emosional seseorang dapat membantu individu dalam proses penyesuaian diri

sehingga mampu mengatasi tuntutan yang dihadapi. Namun, terkadang

meskipun keadaan intelektual individu tidak terlalu baik, individu tersebut

masih dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan karena

memiliki kemampuan dalam bersosialisasi.

  c. Faktor psikologis

Faktor psikologis memiliki pengaruh yang cukup besar jika dibandingkan

dengan yang lain, karena berhubungan dengan individu sendiri. Hal ini

meliputi pengalaman, belajar, pembiasaan dan kemampuan mengarahkan diri.

  

Pengalaman yang positif maupun negatif membuat individu mendapatkan

suatu pelajaran yang dapat digunakan dalam menghadapi tuntutan di

kemudian hari. Jika pembelajaran ini sering dilakukan maka individu dapat

memiliki suatu kekuatan untuk mengarahkan dirinya pada tindakan yang menuju pada penyesuaian diri yang baik. d. Keadaan lingkungan

Penyesuaian diri yang baik dipengaruhi oleh faktor lingkungan di mana

individu tersebut tinggal. Keluarga dan lingkungan di mana individu menjadi

bagian dari lingkungan tersebut memberikan peranan penting karena

didalamnya terdapat nilai, kepercayaan, peran sosial, sikap dan cara berpikir

yang digunakan dan berhubungan dengan penyesuaian diri di dalam moral dan

sosial. Selain itu, sekolah juga membentuk pola-pola penyesuaian diri yang

dapat digunakan sampai individu tersebut dalam lingkungan kerja,

perkawinan, moral dan sosial. Apa yang didapat individu dari keluarga,

lingkungan dan sekolah tersebut dapat membantu individu dalam

menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan yang ada dalam masyarakat.

  e. Faktor kebudayaan

Lingkungan memiliki kebudayaan sendiri-sendiri dan punya pengaruh pada

individu yang tinggal di lingkungan tersebut. Budaya memiliki nilai, tradisi,

dan standar yang mempengaruhi dalam penyesuaian diri. Tradisi yang kurang

sehat pada lingkungan akan membuat individu mengalami konflik serta

gangguan perilaku yang dapat membuat individu mengalami hambatan dalam

proses penyesuaian diri. Agama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari kebudayaan. Pengalaman dan keyakinan dalam suatu agama diyakini

dapat membantu individu dalam menjaga kesehatan mental, sehingga mampu

menyelesaikan masalah atau tuntutan yang dihadapi. Kemampuan

menyelesaikan masalah ini menunjukkan proses penyesuaian diri yang baik

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain : a. Keadaan fisik

Keadaan fisik yang kurang baik akan membuat individu semakin terbeban

karena merasa tidak mampu menghadapi beratnya tuntutan yang ada.

  b. Keadaan psikologis

Keadaan psikologis yang kurang baik seperti depresi, perasaan cemas, konflik

yang dirasakan individu dapat menghambat individu dalam menyesuaikan

diri dengan tututan yang dihadapi. Keadaan psikologis juga meliputi perkembangan dan kematangan intelektual, moral dan emosional. Kematangan individu dalam intelektual, moral dan emosional membantu

individu menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada di lingkungan sehingga

mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

  c. Lingkungan

Tradisi, nilai, kepercayaan, standar, sikap, cara berpikir dan pengalaman yang

diterima individu baik dari agama, lingkungan keluarga maupun lingkungan

tempat tinggal mempengaruhi individu dalam proses penyesuaian diri. Bila

pengaruh yang diberikan baik maka individu tidak akan mengalami gangguan

dalam proses penyesuaian diri.

3. Karakteristik Penyesuaian Diri

  Menurut Harbert dan Runyon (1984) karakteristik penyesuaian diri yang sehat adalah : a. Memiliki persepsi yang tepat terhadap realita

Penyesuaian diri lebih melihat pada situasi yang sebenarnya. Menyadari

bahwa persepsi yang dimiliki terkadang berbeda dengan realita yang ada di

sekitar dan dengan terpaksa kita harus mengubah tujuan yang sudah kita buat

sebelumnya.

b. Kemampuan menguasai stress dan kecemasan

  

Coping yang berhasil dapat dilihat dari jawaban dari suatu pencarian tujuan

yang memberikan petunjuk hidup dan membuat dapat bertahan hidup dari

suatu kejadian yang tak dapat dielakkan, frustasi, stress yang terjadi dalam

hidup.

  c. Memiliki kesan diri yang baik

Memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri, meskipun demikian

individu juga tidak boleh melupakan keadaan dirinya yang sebenarnya. Harus

mau menerima kelemahannya sama seperti menerima kelebihan yang dimiliki.

  d. Kemampuan mengekspresikan perasaan

Mampu merasakan dan mengekspresikan perasaan secara realistis dan

terkontrol. Misalnya ketika seseorang merasa marah ia dapat mengekpresikan

rasa marahnya tanpa melukai orang lain secara fisik maupun psikis. Masalah

dalam mengekspresikan emosi ada dua, overcontrol dan undercontrol.

  

Overcontrol menunjukkan blunted affect yaitu perasaan atau pengalaman yang padam/ tumpul; undercontrol menunjukkan ekspresi emosi yang berlebihan. e. Memiliki hubungan interpersonal yang baik

Memiliki hubungan yang produktif serta saling memberi manfaat antara satu

dan yang lainnya.

  Menurut Scheneiders (1964) individu yang memiliki penyesuaian diri normal memiliki karakteristik : a. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan

Tidak ditemukan emosi yang berlebihan bukan berarti individu tidak memiliki

emosi tapi mampu menunjukkan kontrol dan ketenangan emosi, sehingga

dapat menghadapi permasalahan yang timbul dan menentukan pemecahan

masalah yang tepat.

  b. Tidak ada mekanisme pertahanan diri

Memberikan respon yang normal terhadap permasalahan yang terjadi, bukan

dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk memecahkan suatu

masalah.

  c. Tidak ada frustrasi personal Frustrasi dapat membuat individu mengalami kesulitan merespon

permasalahan yang ada. Jika merasa frustrasi atau merasa tidak berdaya, maka

individu tersebut akan mengalami kesusahan mengorganisasi kemampuan

berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku untuk menghadapi permasalahan

yang ada di sekitarnya.

  d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri

Tidak memiliki emosi yang berlebih sehingga mampu berpikir dan melakukan mengorganisasi pikiran, tingkah laku dan perasaan meskipun dalam situasi yang sulit.

  e. Kemampuan untuk belajar Suatu proses penyesuaian diri yang normal dapat diindikasikan dari memiliki perkembangan untuk memecahkan suatu masalah dari situasi yang penuh dengan konflik, frustrasi atau stress. Selain itu juga ditandai dengan adanya proses belajar yang berkelanjutan dalam menghadapi tuntutan yang ada dalam kehidupan.

  f. Memanfaatkan pengalaman masa lalu Individu yang memiliki penyesuaian diri yang normal memiliki kemampuan melihat pengalaman dirinya dan pengalaman orang lain untuk belajar mengatasi situasi konflik dan stress.

  g. Sikap realistis dan objektif Mampu bersikap realistis dan objektif seperti kenyataan yang sebenarnya. Hal ini dapat dilakukan dari melihat pengalaman, belajar, memiliki pemikiran yang rasional, serta mampu menilai situasi dan permasalahan yang ada.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria penyesuaian diri antara lain : a. Memiliki kemampuan berpikir dan bersikap sesuai dengan realita Individu dapat melihat suatu permasalahan secara realistis dan objektif, dapat menilai dan berpikir sesuai dengan kenyataan yang ada. Menyadari terkadang persepsi tidak sesuai dengan keadaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat pengalaman, belajar, memiliki pemikiran rasional, mampu menilai situasi dan permasalahan yang ada.

  b. Memiliki kemampuan kontrol diri yang baik Individu memiliki kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan serta mengontrol perasaan dengan baik tanpa harus merugikan orang lain dan diri sendiri, menerima kelemahan dan kelebihan diri, mampu berpikir, melakukan pertimbangan terhadap permasalahan, mampu mengorganisasi pikiran, tingkah laku dan perasaan, sehingga membuat individu dapat bertahan dari kejadian yang tidak dapat dielakkan, frustrasi dan stress, serta menentukan pemecahan masalah yang tepat.

  c. Memiliki hubungan interpersonal yang baik Individu memiliki hubungan yang saling membangun satu sama lain dengan orang yang ada di sekitarnya.

  d. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman di masa lalu untuk memecahkan masalah Individu mampu melihat pengalaman yang terjadi di masa lalu baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain sebagai suatu pelajaran untuk memecahkan permasalahan dari keadaan yang penuh dengan konflik, frustrasi atau stress yang terjadi dalam hidupnya dan ada proses belajar yang berkelanjutan untuk menghadapi tuntutan yang ada.

  Karakteristik di atas akan digunakan sebagai indikator alat ukur penyesuaian diri.

B. Pra Pensiun 1. Pengertian Pra Pensiun

  Pensiun adalah suatu keadaan di mana seseorang sudah tidak bekerja lagi

karena usia yang lanjut dan harus diberhentikan. Individu tersebut akan

mendapatkan pesangon atau uang pensiun. Jika mendapatkan uang pensiun maka

uang tersebut akan didapatkan sampai individu tersebut meninggal dunia

( http://id.wikipedia.org/wiki/Pensiun.2006 ).

  Pensiun seringkali diidentikkan dengan usia tua yang menandakan bahwa

individu tersebut sudah tidak berguna lagi bagi perusahaan atau organisasi di

tempat mereka bekerja (Rini, 2001).

  Kimmel dalam (Prastiti, 2004) mengatakan bahwa pensiun adalah suatu

perubahan sosial yang dialami individu dalam suatu perkembangan hidup

seseorang. Perubahan yang menuntut individu untuk memiliki penyesuaian diri

dari keadaan yang semula bekerja menjadi tidak bekerja, berkurangnya

penghasilan, dan bertambahnya waktu luang.

  Parkman et. al (1990) memiliki pendapat yang hampir serupa dengan

Kimmel. Parkinson et. al berpendapat bahwa pensiun adalah suatu proses

pelepasan diferensial yang dialami individu dalam usia tertentu di perusahaan,

yaitu hanya melepaskan diri dari profesi dan tidak melepaskan diri dari kegiatan

lain (Parkman et.al, 1990).

  Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pensiun adalah

suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan hidup mulai dari

  

perubahan sosial, perubahan aktivitas dari bekerja menjadi tidak bekerja, hingga

pada perubahan penghasilan.

  Berbagai perubahan dan penyesuaian tidak hanya terjadi pada masa

pensiun, karena pada masa pra pensiun individu juga mulai mengalami berbagai

perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Pra pensiun sendiri adalah

keadaan yang berawal dari pertama kali individu mendapatkan pekerjaan,