Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan - USD Repository
PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS
FISIK MAKSIMAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA
TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Ledy Yoanita
NIM : 088114076
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS
FISIK MAKSIMAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA
TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Ledy Yoanita
NIM : 088114076
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS
FISIK MAKSIMAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA
TIKUS PUTIH JANTAN
Skripsi yang diajukan oleh : Ledy Yoanita
NIM : 088114076 telah disetujui oleh : Tanggal: 11 Juli 2012
HALAMAN PERSEMBAHAN Di dalam hidup ini, semua ada waktunya.
Ada waktunya kita menabur…..ada juga waktu menuai Dalam hidup badai datang menyerbu, Mungkin doa bagai tak terjawab ! Namun yakinlah… Tuhan takkan terlambat ! Juga tak akan lebih cepat Dia jadikan indah tepat pada waktunya.
Tuhanlah yang mengajarkan selalu setia menanti waktunya…..
Hingga semuanya indah pada waktunya bila kita sabar menanti waktu Tuhan”.
Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberi kekuatan, pertolongan, pengharapan
Bapak ibu tercinta, mb Ita, mb Deny, keponakanku dedek Cia,
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Juli 2012 Penulis Ledy Yoanita
LEMBAR PENGESAHAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ledy Yoanita Nomor Mahasiswa : 088114076
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar Kolesterol Darah pada Tikus Putih Jantan “ beserta perangkatnya yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 19 Juli 2012: Yang menyatakan Ledy Yoanita
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat, tuntunan serta penyertaan-Nya yang menjadi kekuatan penulis menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar
Kolesterol Darah pada Tikus Putih Jantan”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis yang telah memberikan dukungan, doa, saran dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini, terutama kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritik selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Bapak Drs. Mulyono., Apt (Almarhum) yang telah membantu kami dalam pencarian topik skripsi.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.
5. Dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.
7. Ibu Rini Dwiastuti M.Sc., Apt. selaku kepala penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas Laboratorium Farmakologi demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Bapak Edy, selaku kepala penanggungjawab Laboratorium Fisika yang telah memberi ijin dalam peminjaman alat “sound level meter” demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Bapak, ibu tercinta atas perhatian, doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Mbakku (mbak ita dan mbak Deny) yang telah memberi dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Yohanes Endro yang memberi doa dan dukungan dan selalu memberi hiburan kepada penulis ketika bosan menyelesaikan skripsi ini dan bisa kembali mengerjakan dengan semangat yang baru lagi.
12. Sahabat dekatku dan juga teman seperjuangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi (Prima, Utik, Arum, Adista) serta rekan senasib sepenanggungan dalam menjalani masa-masa sulit dan menyenangkan dalam perkuliahan.
13. Laboran laboratorium (Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Heru) atas bantuannya di laboratorium selama ini yang telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian.
14. Teman-teman kost Srikandi (mb Novi, Oneng, Nathalia, Kiki) dan juga Luke yang telah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2008, khususnya teman-teman FKK- A 2008 atas kebersamaannya dan dukungannya selama ini.
16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan berperan dalam pengembangan untuk kemajuan masyarakat. Tuhan memberkati.
Yogyakarta, Juli 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vi LEMBAR PENGESAHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... vii PRAKATA…………………………………………………………………. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
INTISARI ..................................................................................................... xviii ABSTRACT ................................................................................................. xix BAB I PENGANTAR ..................................................................................
1 A. Latar Belakang ................................................................................
1 1. Permasalahan ...........................................................................
3 2. Keaslian Penelitian ...................................................................
3 3. Manfaat Penelitian ...................................................................
4 B. Tujuan .............................................................................................
5 1. Tujuan Umum ..........................................................................
5 2. Tujuan Khusus .........................................................................
5
A. Stres .................................................................................................
22 M. Metabolisme Kolesterol ..................................................................
1. Variabel Penelitian 29 2. Definisi Operasional .................................................................
29
29 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................
29 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................
28 BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
27 Q. Keterangan Empiris .........................................................................
26 P. Metode Pengukuran Kadar Kolesterol .............................................
24 O. Keterkaitan Stres dengan Kolesterol……………………………...
23 N. Stres Memicu Peningkatan Kolesterol ............................................
21 L. Kolesterol ........................................................................................
6 B. Distres .............................................................................................
20 K. Aktivitas Fisik Maksimal ................................................................
18 J. Bising ..............................................................................................
15 I. Stres dan Kesehatan ........................................................................
12 H. Stres dan Adaptasi ...........................................................................
11 G. Respon Fisiologis Tubuh terhadap Stres .........................................
10 F. Reaksi Fisiologis Stres ....................................................................
8 E. Stresor .............................................................................................
7 D. Pendekatan-pendekatan stres ..........................................................
7 C. Eustres .............................................................................................
30
D. Alat/Instrumen Penelitian ..............................................................
31 E. Tata Cara Penelitian ........................................................................
31 1. Pemilihan Hewan Uji ................................................................
32 2. Perlakuan Hewan Uji Sebelum Pengujian ................................
32 3. Metode Pelakuan stres ..............................................................
33 4. Pengukuran Kadar Kolesterol ...................................................
34 F. Analisis Hasil ..................................................................................
34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
34 A. Pengaruh Stres terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih
35 Jantan dengan Metode Bising .........................................................
B. Pengaruh Stres terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih
41 Jantan dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal ............................
C. Perbedaan Pengaruh Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan
47 dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal .....................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
50 A. Kesimpulan .....................................................................................
50 B. Saran ...............................................................................................
50 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
51 LAMPIRAN ................................................................................................
54 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................
71
DAFTAR TABEL
hal Tabel
1. Rata-rata pengukuran kadar kolesterol darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 37 bising.. ...................................................................................
Tabel
2. Rata-Rata Pengukuran Kadar Kolesterol Kadar Darah Sebelum dan Sesudah Aktivitas Fisik Maksimal (AFM)
43 pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan……………………. Tabel 3. Rata-Rata Data Selisih AFM dan Bising .............................
48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Stres sebagai Stimulus .............................................8 Gambar 2. Skema Stres sebagai Respon ..............................................
9 Gambar 3. Skema General Adaptation Stres…………………………
11
14 Gambar 4. Hubungan Otak dan Tubuh saat Stres ................................. Gambar 5. Respon terhadap Stres .........................................................
17 Gambar 6. Diagram Batang Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah
38 Kelompok Kontrol Bising Sebelum dan Sesudah Perlakuan……......................................................................
Gambar 7. Diagram Batang Rata-Rata Kadar kolesterol Darah
49 Kelompok Perlakuan Bising Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..............................................................................
Gambar 8. Diagram Batang Rata-Rata Kadar kolesterol Darah
44 Kelompok Kontrol AFM Sebelum dan Sesudah Perlakuan. Gambar 9. Diagram Batang Rata-Rata Kadar kolesterol Darah
45 Kelompok Perlakuan AFM Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
Gambar 10. Diagram Batang Rata-Rata Selisih Kadar kolesterol Darah
48 Kelompok Perlakuan Bising dan Perlakuan AFM ..............
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1. Foto Tikus yang Diberi Stres dengan Metode
54 Bising……………………………………………………... Lampiran 2 Foto Tikus yang Diberi Stres dengan Metode Aktivitas
55 Fisik Maksimal…………………………………………… Lampiran 3. Tabel Pengaruh Kebisingan terhadap Kadar Kolesterol.
56 Data Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Bising…………………………………………..
Lampiran 4. Tabel Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar
57 Kolesterol. Data Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Aktivitas Fisik Maksimal……...
Lampiran 5. Normalitas Sebelum dan Sesudah Kontrol dengan Metode
58 Bising................................................................................... Lampiran 6. Normalitas Perlakuan Sebelum dan Sesudah dengan
59 Metode Bising…………………………………………….. Lampiran 7. Hasil Pair t-test Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah
59 dengan Metode Bising......................................................... Lampiran 8. Hasil Pair t-test Kelompok Perlakuan Sebelum dan
60 Sesudah dengan Metode Bising…………………………... Lampiran 9. Data Selisih Kadar Kolesterol pada Kelompok Kontrol
61 dan Kelompok Perlakuan dengan Metode Bising……………………………………………………... Lampiran 10. Normalitas Selisih Kelompok Perlakuan dan Kelompok
62 Kontol dengan Metode bising dan Aktivitas Fisik Maksimal………………………………………………….
Lampiran 11. Hasil Independent t-test Kelompok Kontrol dan
63 Perlakuan dengan Metode Bising…………………………
Lampiran 12. Normalitas Sebelum dan Sesudah pada Kelompok
64 Kontrol dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal………..
Lampiran 13. Normalitas Sebelum dan Sesudah Pemberian Stresor pada
65 Kelompok Perlakuan dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal………………………………………………….
Lampiran 14. Hasil Pair t-test Sebelum dan Sesudah Kelompok Kontrol
66 Metode Aktivitas Fisik Maksimal……………………… Lampiran 15. Hasil Pair t-test Sebelum dan Sesudah Kelompok
66 Perlakuan dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal…….. Lampiran 16. Data Selisih Kadar Kolesterol pada Kelompok Kontrol
67 dan Kelompok Perlakuan Stres dengan metode Bising…... Lampiran 17. Normalitas Selisih Kelompok Perlakuan Fisik dan
68 Kelompok Kontrol dengan metode Aktivitas Fisik Maksimal………………………………………………….
Lampiran 18. Hasil Independent t-test Kelompok Kontrol dan Perlakuan
69 dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal………………... Lampiran 19 Hasil Independent t-test Kelompok dengan Metode Bising
70 dan Aktivitas Fisik Maksimal……………………………..
INTISARI
Stres merupakan keadaan ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan- tuntutan yang diterima dan kemampuan mengatasinya. Stres memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon ini bekerja mengatur seluruh sistem di dalam tubuh dalam menghadapi stres yang ada. Pelepasan hormon kortisol terjadi penguraian lemak di dalam tubuh dan memicu peningkatan kolesterol. Penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh kedua metode stresor terhadap kadar kolesterol darah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan Pretest-Posttest Group Design. Penelitian menggunakan tikus putih jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat 200-300 gram. Tikus dibagi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi menjadi kelompok perlakuan stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal. Kelompok kontrol hewan uji tidak diberi perlakuan (stresor). Kelompok stresor dengan metode bising diberi perlakuan bising dengan intensitas 85-100dB selama 2 jam per hari selama 3 hari, kelompok perlakuan metode aktivitas fisik maksimal diberi perlakuan berupa berenang selama 30 menit. Tiga puluh menit sebelum pemaparan dan segera setelah pemaparan stresor dilakukan pengambilan darah pada hewan uji. Data yang diperoleh berupa kadar kolesterol yang kemudian dilakukan uji statistik. Distribusi data diketahui dengan uji Sapphiro-Wilk, dilanjutkan dengan uji pair t-test dengan taraf kepercayaan 95% , kemudian dilanjutkan dengan uji independent t-test.
Hasil analisis pemberian stresor metode bising dan aktivitas fisik maksimal menunjukkan stres meningkatkan kadar kolesterol darah, ditunjukkan dengan meningkatnya kadar kolesterol secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok stresor psikososial dan fisik memiliki perbedaan tidak bermakna dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah.
Kata kunci : stres, bising, aktivitas fisik maksimal, kolesterol,
ABSTRACT
Stres represents a situation when there is an imbalance between accepted compulsion and ability to overcome it. Stres can trigger release of the cortisol hormone where this hormone works to regulate all of the systems in the body in the stres dealing. The release of cortisol hormone can occur fats decomposition in the body and trigger cholesterol increasing. This research will see how the influence of the two stresors toward blood cholesterol levels.
This research is pure experimental research with the research program of
Pretest-Posttest Group Design. This research uses white male wistar rat strain;
age 2-3 months, and weight 200-300 gram. The rats divided into control group and treatment group. On the treatment group of animal test divided into stresor with noise method treatment group and activity physical maximal method stresor treatment group. The control group of animals test was not provided the stresor treatment. The stresor with noise method treatment group was given noisy treatment with intensity of 85-100dB. On the maximum physical activity method treatment the rat was given treatment swimming during 30 minutes. Thirty minute before and after stressor execute blood. Data was obtained in the form of a cholesterol level, and then a statistical test was done. Distribution of the data was known with Sapphiro-Wilk,test and continued with pair t-test with interval 95%, then to see differences of 2 groups which are different with independent t-test.
The result of research shows that noise method stresor and the method of maximum physical activity stresor can increase cholesterol level in blood when compared with control group. The psychosocial stresor treatment and different physical stresor does not signify in influencing blood cholesterol level.
Key word: stress, noise, maximum physical activity, cholesterol
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern ini stres seringkali dialami oleh setiap
individu, sehingga stres seringkali dihubungkan dengan penyakit sehari-hari, stres
juga dapat menjadi masalah kesehatan saat ini. Stres dan penyakit bukanlah
sesuatu yang baru, stres dapat menyerang semua orang dan semua usia. Stres
dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang dialami ketika ada
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005), dengan tidak adanya kemampuan
untuk mengatasinya dapat menyebabkan semakin banyak penyakit yang
disebabkan oleh stres. Stres secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor berbagai macam penyakit yang berakibat fatal.Menurut Looker dan Gregson (2005) segala sesuatu di lingkungan yang
dapat mengakibatkan aktivasi respon stres disebut dengan stresor. Hartono (2007)
mengemukakan bahwa tekanan stres (stresor) akan membebani individu dan
mengakibatkan gangguan keseimbangan fisik maupun psikis. Batas kritis tekanan
yang menimbulkan stres sangat bervariasi antar individu.Keterkaitan stres dengan kesehatan dimana stres dapat memodulasi
respon imun melalui aktivasi sumbu Hipothalamic – pituitary – adrenal (HPA)
dan memicu sistem saraf pusat untuk melepaskan kortisol dan katekolamin
(Suwito, 2004). Stres pada individu akan memicu pelepasan hormon kortisol
jantung, paru-paru, peredaran darah, metabolisme tubuh dan sistem kekebalan
tubuh dalam menghadapi stres yang ada. Hormon kortisol dijadikan tolok ukur
untuk melihat tingkat atau derajat stres pada individu, akibat dari hormon kortisol
ini akan terjadi penguraian lemak di dalam tubuh, dimana terjadi pembebasan
lemak ke dalam darah yang terjadi di hati. Peningkatan kortisol akan
menyebabkan terjadinya lipolisis dimana terjadi pemecahan lemak dan adanya
Hormone Sensitive Lipase (HSL) dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. (Hendry, Sholomo, Kenneth, Willian, 2008).
Iskandar (2001) mengemukakan bahwa individu yang mengalami stres
akan mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah, di mana stres akan
mendorong tubuh mengeluarkan hormon adrenalin dan noraderenalin yang
merangsang sistem saraf otonom, menyebabkan vasokonstriksi, penyempitan
pembuluh darah arteri, denyut jantung meningkat dan menyebabkan kolesterol
menjadi tinggi.Seiring dengan banyaknya penyakit terkait dengan peningkatan kadar
kolesterol yang banyak terjadi di masyarakat dan banyaknya kejadian stres yang
ada di sekitar masyarakat maka penulis ingin melihat pengaruh stres terhadap
kadar kolesterol darah dengan menggunakan metode bising dan aktivitas fisik maksimal , dimana pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya digunakan satu
jenis stresor tanpa membandingkan pengaruh dari jenis stresor yang diberikan dan
lebih memfokuskan pengaruh yang ditimbulkan tanpa memperhatikan jenis
setelah pemberian stresor sehingga diharapkan informasi yang diperoleh dapat
memberikan informasi baru mengenai pengaruh jenis metode stres terhadap kadar
kolesterol sehingga masyarakat yang memiliki risiko penyakit yang berkaitan
dengan kolesterol dapat mengelola stres yang dialami dan dapat diatasi dengan
tepat pada individu yang bersangkutan.1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut.
a. Bagaimana pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik
maksimal terhadap kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan ?
b. Metode stresor apakah yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap
peningkatan kadar kolesterol pada tikus putih jantan?2. Keaslian penelitian
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah :
a. Pengaruh Kebisingan terhadap Jumlah Leukosit Mencit BALB/C (Inayah, 2008) diperoleh hasil yaitu jumlah leukosit kelompok yang diberi kebisingan akut lebih tinggi dibanding kelompok kontrol tetapi masih dalam rentang yang normal.
b. Pengaruh aktivitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada mencit (Mus musculus L) Jantan. Diperoleh Aktivitas fisik secara signifikan dan AFM dapat menurunkan hitung jenis neutrofil, eosinofil, dan monosit secara signifikan, sedangkan hitung jenis basofil tidak ada perubahan.
Sepanjang penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, sampai saat ini belum pernah dilakukan dan dipublikasikan penelitian tentang pengaruh stres terhadap terhadap kadar kolesterol pada tikus putih jantan.
3. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian tentang pengaruh stres terhadap kadar
kolesterol darah dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal ini
diharapkan akan memperoleh :a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar kolesterol darah.
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru dalam pelayanan kefarmasian dan tenaga kesehatan lain kepada masyarakat tentang pengaruh stres terhadap kadar kolesterol.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres terhadap kadar kolesterol darah terhadap kadar kolesterol darah.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar kolesterol darah serta mengetahui metode yang memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan kadar kolesterol darah.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Stres Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika
ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan–tuntutan yang diterima dan
kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana
kita memandang tuntutan–tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat
mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres,
merasakan distres atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).Menurut Gunarsa (2000) stres merupakan situasi kehidupan yang
membutuhkan adaptasi, stres dapat dirumuskan sebagai tekanan atau ketegangan
yang mempengaruhi kehidupan sehari–hari seseorang, dengan cara sehat atau
tidak sehat.Kebanyakan individu menggambarkan stres sebagai suatu pengalaman
yang tidak menyenangkan, misalnya berada di bawah tekanan yang terlampaui
besar atau terlampaui kecil, merasa frustasi atau bosan, berada dalam situasi yang
dirasakan tidak bisa diatasi atau dikendalikan, menganggap semua itu adalah
sebuah kegagalan. Di lain pihak, sebagian orang menggambarkan stres sebagai
pengalaman yang menyenangkan, menggairahkan, merangsang, dan
menggetarkan (Looker and Gregson, 2005).B. Distres
Ketika jumlah tuntutan yang dihadapi individu semakin meningkat atau
memandang tuntutan – tuntutan yang menghadang tersebut sebagai sesuatu yang
sulit dan mengancam, individu perlu membuat satu penilaian tentang kemampuan
untuk menghadapinya (Looker and Gregson, 2005).Distres dapat muncul karena terlalu sedikitnya tuntutan yang merangsang
yang menyebabkan kebosanan dan frustasi. Terlampau sedikit hal untuk
dikerjakan atau terlampau sedikit tugas yang menuntut bisa menjadi sama
menyedihkannya dengan memiliki terlampau banyak tugas atau menangani
pekerjaan–pekerjaan yang kompleks. Umumnya situasi ini muncul ketika orang–
orang memasuki masa pensiun atau diberi pekerjaan–pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kemampuan – kemampuan mereka (Looker and Gregson, 2005).C. Eustres
Eustres dapat dialami ketika kemampuan yang individu rasakan
mengatasi masalah melebihi tuntutan-tuntutan yang dirasakan. Situasi eustres
dapat membangkitkan rasa percaya diri, menjadi terkontrol dan mampu mengatasi
serta menangani tugas-tugas, tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan (Looker
and Gregson, 2005).D. Pendekatan-pendekatan Stres
1. Stres sebagai “stimulus”
Pendekatan yang pertama menitikberatkan pada lingkungan dan
menggambarkan stres sebagai stimulus. Di bawah ini adalah gambar yang
menunjukkan stres sebagai stimulus :LINGKUNGAN S S R Stres Stres Ketegangan S = Stimulus S R=Respon Stres Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus (Smet,1994)
Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus sumber–
sumber stresor yang potensial yang ada dalam lingkungan tetapi hanya satu yang
tampak minor atau kejadian yang tidak berbahaya (Smet, 1994).Kelemahan dari model ini ditunjukkan oleh perbedaan individual, tingkat
toleransi seseorang dan harapan–harapannya, selain itu tidak ada kriteria obyektif
yang bisa mengukur situasi yang penuh stres, kecuali ukuran pengalaman
individu, sedangkan lingkungan yang memberi tekanan dapat berupa lingkungan
kerja, seperti : kondisi kerja yang miskin fasilitas, kondisi pekerjaan yang tidak
memuaskan, dll (Smet, 1994).2. Stres sebagai ”respon”
Pendekatan yang kedua menggambarkan pada reaksi individu terhadap stresor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Di bawah ini adalah bagan stres sebagai respon.
Psikologi
LINGKUNGAN LINGKUNGAN
Respon
Agen
Fisiologi stres
stres
Tingkah laku Stimulus respon
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon (Smet, 1994) Dalam konteks ini sering mendapat contoh sebagai berikut : seseorang akan merasa stres bila suruh pidato di depan suatu pertemuan. Respon yang dialami mengandung dua komponen yaitu : komponen psikologis yang meliputi : perilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stres ; dan komponen fisiologis, berupa rangsangan–rangsangan fisik yang meningkat, seperti jantung berdebar–debar, mulut kering, perut mules, badan berkeringat. Respon – respon psikologis dan fisiologis terhadap stresor ini disebut juga strain atau ketegangan. Stres sebagai suatu respon ini juga dikenal dalam ilmu medis dan sering dipandang sebagai perspektif fisiologis (Smet, 1994).
3. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan ketiga ini menggambarkan stres sebagai suatu proses yang
meliputi stresor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara
individu dengan lingkungannya, stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah
respon saja tetapi juga proses dimana seseorang adalah pengantara (agen) yang
aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi–strategi perilaku, kognitif
dan emosional (Smet, 1994).E. Stresor
Stresor merupakan keadaan fisik maupun psikologis yang menantang dan dapat menimbulkan tekanan pada sistem biologis, psikologis serta kondisi sosial seseorang. Respon fisiologis dan psikologis terhadap stresor disebut sebagai strain. Tingkat stres seseorang akan meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi, intensitas dan durasi stresor yang dihadapi. Semakin kuat stresor yang diberikan maka strain yang ditunjukkan juga semakin kuat (Sarafino, 2008).
Looker and Gregson (2005) mengartikan stresor sebagai segala sesuatu di lingkungan yang dapat mengakibatkan aktivasi respon stres, seberapa tinggi respon stres yang dihasilkan dipengaruhi oleh seberapa stresor terjadi.
Gangguan fisik bisa menjadi stresor psikososial, apabila gangguan fisik
tersebut sangat berarti bagi individu tersebut. Penilaian ringan atau beratnya suatu
stresor psikososial tergantung pada besarnya perubahan dalam kehidupan
seseorang akibat stresor tersebut sampai seberapa jauhnya keadaan tersebut berada
dalam pengendaliannya, serta jumlah stresor dalam suatu kurun waktu tertentu dihadapi oleh individu yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga haru mengadakan adaptasi (Mudrikah, 2007).
F. Reaksi Fisiologis Stres
Stresor lingkungan seperti panas, rasa sakit, dan bahaya dapat mengakibatkan general adaption syndrome, berikut merupakan bagan General
Adaptation Syndrome (GAS) secara skematis menurut Han Seyle :
Wade dan Tavris (2007) menyatakan tiga tahapan reaksi fisiologis dari stres antara lain:
2. Fase penolakan (the resistance phase), saat tubuh berusaha menolak atau
mengatasi stresor yang tidak dapat dihindari. Selama fase ini, respon fisiologis yang terjadi pada fase alarm terus berlangsung, namun respon– respon tersebut membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap stresor-stresor lain.
3. Fase kelelahan (the exhaustion phase), saat stres yang berkelanjutan
menguras energi tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya akan memunculkan penyakit. Reaksi yang sama yangPertahanan
Alarm Stresor
keletihan
Penyakit Gambar 3. Skema General Adaptation Syndrome (Bishop, 1994)
1. Fase alarm ( the alarm phase ), adalah fase dimana tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung.
memampukan tubuh merespon tantangan secara efektif pada fase alarm akan merugikan apabila berlangsung secara terus menerus.
G. Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres
Tubuh bereaksi terhadap stresor dengan memulai seurutan kompleks respon bawaan terhadap ancaman yang dihayati. Jika ancaman tersebut dapat dipecahkan dengan segera, respon darurat tersebut menghilang, dan keadaan fisiologis menjadi normal. Apapun jenis stresor yang dialami, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan darurat tersebut, hal ini dinamakan respon melawan atau melarikan diri. Perubahan fisiologis terjadi akibat aktivitas neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yang juga dinamakan pusat stres otak, dikarenakan fungsi gandanya dalam keadaan darurat mengaktivasi cabang simpatis dari sistem saraf otonom dan mengaktivasi sistem kortek adrenal dengan mengirim sinyal ke kelenjar hipofisis sehingga disekresi oleh hormon ACTH (adrenokortikotropik) (Mudrikah, 2007).
Perubahan fisiologis sebagian besar terjadi karena dua sistem endokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus : saraf simpatetis dan sistem korteks adrenal.
Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak yang mengendalikan sistem saraf otonomik. Cabang simpatis dari sistem saraf otonomik beraksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk menghasilkan perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, pupil berdilatasi. Sistem simpatis juga menstimulasi medulla adrenal (bagian dalam kelenjar adrenal) untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah (Atkinson, Richard, Smith, Bem, 2010).
Stres fisik atau mental dapat berdampak pada meningkatnya respon simpatis pada tubuh, keadaan ini biasa disebut dengan respon stres simpatis.
Sistem simpatis dapat teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi, seperti halnya pada kedaan marah atau kecewa, sehingga dapat menimbulkan rangsangan terhadap hipotalamus, sinyal-sinyal yang dijalarkan ke bawah melalui formation retikularis otak dan masuk ke medulla spinalis akan menyebabkan pelepasan impuls simpatis yang massif (Umam, 2010).
Epinefrin memiliki efek yang sama pada otot dan organ seperti sistem saraf simpatik, contohnya peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, dengan demikian berfungsi memperkuat tingkat rangsangan. Norepinefrin melalui aksinya pada kelenjar hipofisis bertanggung jawab secara tidak langsung untuk pelepasan gula dalam hati (Atkinson et al, 2010). Hubungan otak dan tubuh saat stres dapat dilihat pada gambar 4:
JALUR 1 JALUR 2 hipotalamus hipotalamus pituitari Sistem saraf simpatik
(divisi simpatetik) Korteks adrenal Adrenal medulla (bagian dalam (bagian luar dari kelenjar adrenal) kelenjar adrenal)
Pengeluaran Pengeluaran kortisol epinephrine dan dan hormon-hormon norephineprine lain Gambar 4. Hubungan otak dan tubuh saat stres (Wade dan Tavris, 2007)
Hormon stres akan menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan sekelompok salah satu hormon utama yang dilepaskan adalah kortisol yang dapat meregulasi kadar glukosa dan kolesterol tertentu di dalam darah. Jumlah kortisol di dalam sampel darah atau urin sering kali digunakan sebagai parameter stress (Atkinson., et al, 2010).
King (2010) mengemukakan bahwa respon stres tubuh sebagian besar merupakan fungsi aktivasi sistem saraf simpatetis yang disiapkan untuk bertindak proses pemeliharaan (seperti fungsi kekebalan, dan pencernaan). Stres akut merupakan respon adaptif, tetapi stres kronis memiliki konsekuensi negatif untuk kesehatan.
H. Stres Dan Adaptasi
Ketika individu terpajan stres, sistem limbik otak akan merangsang hipotalamus, yang mengakibatkan sistem saraf otonom (SSO) memulai respon fisiologis awal dengan reaksi alarm dan resistensi. Respon fisiologis awal terhadap stres merupakan reaksi alarm yang berfungsi untuk menyiapkan tubuh untuk tindakan defensif melawan stresor, ketakutan paradoks dapat timbul disertai pengaktifan bagian parasimpatis SSO sehingga mengakibatkan individu yang bersangkutan sering buang air besar dan kecil, tetapi pada situasi darurat yang terpicu adalah respon fight or flight. Hal ini terjadi melalui bagian simpatis dopamin SSO serta peningkatan adrenalin (epineprin) dan noradrenalin (norepineprin) oleh medulla adrenal. Respon fight or flight mempersiapkan tubuh untuk kerja fisik intens untuk melawan atau melarikan diri dari obyek stres (Brooker, 2005).
Fase alarm dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu shock phase dan
countershock phase. Selama shock fase, penyebab stres dapat diamati oleh orang
sadar maupun tidak sadar. Sistem saraf otonom akan bereaksi, adrenalin dan kortison akan dilepaskan di dalam tubuh, hal ini yang disebut dengan respon fight
or flight, pada fase alarm akan berlangsung dalam jangka waktu yang pendek yang terjadi dihasilkan tubuh berlawanan dengan shock phase, pada fase ini penderita mengadakan reaksi perbaikan (Watson, 2000).
Fink (2000) mengemukakan bahwa reaksi alarm terjadi pada paparan pertama terhadap stresor. Dalam jangka waktu yang pendek tubuh memiliki daya tahan tubuh di bawah level normal. Reaksi alarm diikuti oleh reaksi resistensi yang dirangsang oleh hormon hipotalamus dan berlanjut selama stresor terus mengancam. Reaksi resistensi menghasilkan energi untuk mempertahankan respon stres dan melindungi tubuh dengan mengkompensasikan setiap kerusakan yang terjadi selama reaksi alarm sehingga terjadi peningkatan sekresi kortisol (glukokortikoid) oleh korteks adrenal.
Reaksi akhir terhadap stres adalah exhaustion stage, hal ini terjadi setelah distres berlebihan dan berkepanjangan serta jika berlanjut akan menyebabkan penyakit dan akhirnya terjadi kematian. Karena itu, berulangnya sindrom adaptasi umum, seperti terjadi lingkungan penuh stres yang tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan (Brokker, 2005).
Porth and Matfin (2009) mengemukakan bahwa hormon-hormon dan neurotransmitter (katekolamin dan kortisol) yang dilepaskan selama adanya respon stres berfungsi sebagai sinyal kepada individu bahwa terdapat ancaman atau penolakan pada homeostasis untuk meningkatkan kardiovaskular dan aktivitas metabolisme dalam mengelola stresor. Adaptasi merupakan kemampuan menanggapi perubahan respon dari fisik atau psikologikal homeostasis dan mengembalikan ke bentuk seimbang. Berikut merupakan respon terhadap stres dapat dilihat pada gambar 5.