DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR BERDASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

  

DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II

KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

BERDASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Nama: Hendrikus

  

NIM: 061424018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  MOTO

  Har apan yang t er t unda menyedihkan hat i, Tet api keinginan yang t er penuhi

  Adalah pohon kehidupan Amsal 13: 12

  ”Lihatlah ke atas ’tuk meneladan kesuksesan, lihatlah ke bawah ’tuk menikmati kebahagiaan” Terus naik bukan turun, Jadilah kepala bukan ekor. (sebuah refleksi di akhir masa studi)

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:

  Ayah, I bu dan Seluruh K eluargaku Bangsa dan N egaraku Tercinta, I NDONESI A K abupaten K utai Barat (K altim) Tercinta Almamaterku

  

ABSTRAK

Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II Kabupaten Kutai Barat

Kalimantan Timur Berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Oleh:

  

Hendrikus

  Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi, maka kurikulum sebelumnya dinyatakan tidak berlaku dan sebagai gantinya ditetapkanlah suatu kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagai akibat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah harus membuat sendiri kurikulum di sekolahnya.

  Penulisan desain ini bertujuan bahwa pembelajaran fisika sebaiknya kontekstual dengan daerah tempat sekolah itu bernaung. Penulisan desain ini berdasarkan konteks di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar fisika dan mengajak siswa berpikir kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.

  Desain ini didukung oleh beberapa teori yaitu filsafat konstruktivisme, teori berpikir kritis, multiple intelligences, dan KTSP. Filsafat konstruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil kontsruksi dari individu yang belajar. Teori berpikir kritis menekankan pentingnya kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran terhadap sesuatu dengan berdasarkan pada pengetahuan sikap yang telah dimiliki.

  

Multiple intelligences dalam peroses pembelajaran penyajian materi belajar disesuaikan

  dengan inteligensi yang paling banyak dipunyai siswa. KTSP yang menekankan sekolah mempunyai peranan penting dalam mengatur segala sesuatunya.

  Desain ini telah memenuhi tujuan penulisan seperti yang tercantum pada Bab I. Selain itu desain ini telah memenuhi teori pendukung desain pembelajaran fisika seperti pada Bab II. Sebagai realisasinya dapat terlihat pada Bab III.

  

ABSTRACT

Physics Learning Design of Tenth Graders of Second Semester of Senior High School in

West Kutai of East Kalimantan Based on the Curriculum of Education Unit Level

By

  

Hendrikus

  Based on the decision of National Education Minister Number 22 of 2006 on Content Standard and Competence Standard, prior curriculum has been considered invalid and replaced by the new curriculum, which is the Curriculum of Education Unit Level (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [KTSP]). Consequently, schools have to compile their own curriculum.

  The design writing aims to make physics learning contextual considering the local condition in which the schools are located. The design is written in the context of West Kutai district of East Kalimantan province and aims to activate the students in learning physics and stimulating them to critically think in solving physics problems.

  The design is supported by some philosophical theories such as constructivism, critical thinking theory, multiple intelligences, and KTSP. The constructivism suggests that knowledge results from the construction of learning individuals. The critical thinking theory emphasise on the importance of the ability to draw conclusions and to evaluate the originality and the truth of something on the basis of the attitude knowledge that has been aquired. The multiple intelligences in the learning process, especially in presenting the leraning materials must be adjusted to the intelligence of the majority of the students. The KTSP emphasizes that the schools play an important role in regulating everythings.

  The design has met the objective of the writing as stated in Chapter I. Additionaly, it has met the supporting theories of the physics larning design as stated in Chapter II and the realization can be found in Chapter III.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur yang sangat luar biasa besar penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

  Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam masa studi dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  2. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan serta seluruh karyawan JP.

  MIPA yang telah memfasilitasi selama proses masa studi di Universitas Sanata Dharma.

  3. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan beasiswa kepada penulis.

  4. Keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kutai Barat (IPMDKB) Yogyakarta, sebagai wadah untuk mengembangkan diri di luar tempat akademik.

  5. Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu memberi dukungan doa dan pengorbanan demi penulis menyelesaikan studi.

  6. Teman-teman keluarga besar Gereja Kristen Nazaren Gloria Yogyakarta yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi.

  7. Pak Obaja Sigit selaku pendeta di gereja GKN Gloria Yogyakarta yang selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi.

  8. Pacar saya tersayang “Intan Purnamasari” yang selalu setia menemani dan memberi semangat, serta doa selama penulisan skripsi ini.

  9. Teman-teman angkatan 2006 yang selalu memberi semangat dan bantuan selama studi.

  Penulisan skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan selanjutnya.

  Akhirnya penulis berharap semoga desain fisika ini bisa berguna untuk semua pihak.

  DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN MOTO DAN PESEMBAHAN ..................................................... iv PERYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR....................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................

  22 A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 22 B. PERUMUSAN MASALAH ..................................................................

  25 C. TUJUAN PENULISAN .........................................................................

  26 D. KERANGKA ISI ...................................................................................

  26 E. MANFAAT PENULISAN .....................................................................

  28 BAB II. DASAR TEORI ...................................................................................

  29 A. MEMAHAMI HAKEKAT KTSP ..........................................................

  29 1. Pengertian KTSP ...............................................................................

  29 2. Landasan Penyusun KTSP.................................................................

  30 3. Karakteristik KTSP ...........................................................................

  30

  4. Prinsip Pengembangan KTSP ............................................................

  54 7. Guru Fisika .......................................................................................

  70 2. Pentingnya Berpikir Kritis .................................................................

  70 1. Berpikir Kritis ...................................................................................

  69 F. KONSEP BEPIKIR KRITIS ..................................................................

  68 b. Dampak Multiple Intelligences Bagi Guru ....................................

  65 a. Dampak Multiple Intelligences Bagi Siswa ...................................

  60 2. Teori Multiple Intelligences ...............................................................

  57 b. Dampak Kontruktivisme Bagi Guru ..............................................

  56 a. Dampak Kontruktivisme Bagi Siswa ............................................

  56 1. Teori Kontruktivisme Belajar ............................................................

  55 E. BEBERAPA TEORI PENDIDIKAN IPA ..............................................

  55 9. Harapan.............................................................................................

  54 8. Cara Berpikir Siswa ..........................................................................

  54 6. Lingkungan Keluarga ........................................................................

  31 5. Komponen KTSP ..............................................................................

  53 5. Lingkungan Sekitar ...........................................................................

  51 4. Kebiasaan Belajar Siswa ...................................................................

  51 3. Sarana dan Prasarana .........................................................................

  50 2. Ciri Khas Kutai Barat ........................................................................

  50 1. Kutai Barat Secara Umum .................................................................

  49 D. KONTEKS KABUPATEN KUTAI BARAT .........................................

  48 2. Alokasi Waktu ..................................................................................

  48 1. Beban Belajar ....................................................................................

  42 C. BEBAN BELAJAR DAN ALOKASI WAKTU .....................................

  40 2. Kompensi Lulusan ............................................................................

  40 1. Standar Kompetensi dan Kompetemsi Dasar Fisika ...........................

  37 B. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, DAN KOMPETENSI LULUSAN FISIKA .....................................................

  36 6. Kekuatan dan Kelemahan KTSP .......................................................

  71

  3. Strategi Pembelajaran Berpikir Kritis ................................................

  96 5. Memadai ...........................................................................................

  7. Menentukan Sumber Belajar ............................................................. 102

  6. Menentukan Alokasi Waktu .............................................................. 101

  5. Penentuan Jenis Penilaian .................................................................. 101

  4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ................................ 100

  3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran .......................................... 100

  99

  98 2. Mengindentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran .................................

  98 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .......................

  98 B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS ....................

  98 8. Menyeluruh .......................................................................................

  97 7. Fleksibel ...........................................................................................

  97 6. Aktual dan Kontektual.......................................................................

  96 4. Konsisten ..........................................................................................

  72 G. METODE MENGAJAR ........................................................................

  96 3. Sistematis ..........................................................................................

  95 2. Relevan .............................................................................................

  95 1. Ilmiah................................................................................................

  95 A. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS ..............................

  94 BAB III. DESAIN PEMBELAJARAN .............................................................

  89 I. KESESUAIAN TEORI DENGAN DESAIN .........................................

  87 H. EVALUASI ...........................................................................................

  84 5. Peta Konsep ......................................................................................

  82 4. Model Diskusi Kelompok ..................................................................

  80 3. Metode Ceramah Siswa Aktif ............................................................

  75 2. Metode Eksperimen atau Laboratorium .............................................

  74 1. Metode Demonstrasi .........................................................................

  C. SILABUS FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II ........................... 102

  D. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II ............................................... 110

  10. RPP 10. Alat Ukur Listrik (Pertemuan ke- 10). ................................ 200

  (Pertemuan ke- 16)....................................................... 246

  15. RPP 15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Pertemuan ke- 15).......................................................................... 239 16. RPP 16. Karakteristik dan Penerapan Gelombang Elektromagnetik

  14. RPP 14. Energi dan Daya Listrik (Pertemuan ke- 14) ....................... 229

  13. RPP 13. Arus Listrik Bolak-balik (Pertemuan ke- 13). ..................... 222

  12. RPP 12. Arus Listrik Searah (Petemuan ke- 12). .............................. 214

  11. RPP 11. Sumber Arus Listrik searah (Pertemuan ke- 11). ................. 207

  9. RPP 9. Asas Black (Pertemuan ke- 9). ........................................... 194

  1. RPP 1. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar (Pertemuan ke- 1). 111

  8. RPP 8. Perpindahan Kalor (Pertemuan ke- 8) ................................. 186

  7. RPP 7. Kalor dan Perubahan Wujud (Pertemuan ke- 7). ................. 176

  6. RPP 6. Suhu dan Pemuaian (Pertemuan ke- 6) ............................... 165

  5. RPP 5. Alat-Alat Optik (Pertemuan ke- 5). ..................................... 150

  4. RPP 4. Pembiasan pada Lenda (Pertemuan ke- 4). ......................... 140

  3. RPP 3. Pembiasan Cahaya (Pertemuan ke- 3) ................................. 129

  2. RPP 2. Pemamntulan Cahaya pada Cermin Cekung dan Cembung (Pertemuan ke- 2). .................................................... 120

  BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 260 A. RANGKUMAN .................................................................................... 260 B. KETERBATASAN PENULISAN ......................................................... 261 C. SARAN-SARAN................................................................................... 261 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 263

  DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 1. Kompetensi dan Kompetensi Dasar .....................................................

  42 Tabel 2. Sumbangan Pendidikan Fisika pada Kompetensi Lulusan SMA ...........

  44 Tabel 3. Beban Belajar Siswa ............................................................................

  49 Tabel 4. Alokasi Waktu .....................................................................................

  51 Tabel 5. Lembar Penilaian Sikap dan Minat ......................................................

  90 Tabel 6. Lembar Penilaian Tes Keterampilan dan Pengamatan Melakukan Eksperimen ......................................................................

  91 Tabel 7. Lembar Pengamatan Keaktifan ............................................................

  92 Tabel 8. Lembar Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika. ....

  92 Tabel 9. Silabus Optika Geometris .................................................................... 103 Tabel 10. Silabus Suhu dan Kalor...................................................................... 104 Tabel 11. Silabus Listrik Dinamis ..................................................................... 107 Tabel 12. Silabus Gelombang Elektromagnetik ................................................. 108 Tabel 13. RPP Lembar Pengamatan Keaktifan .................................................. 116 Tabel 14. RPP Lembar Pengamatan Sikap dan Minat Siswa .............................. 117 Tabel 15. RPP Lembar Penilaian Keterampilan dan Pengamatan

  Melakukan Eksperimen ...................................................................... 117 Tabel 16. RPP Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika. ....... 118 Tabel 17. Indeks bias mutlak beberapa medium................................................ 131 Tabel 18. Kalor jenis berbagai zat. .................................................................... 179 Tabel 19. Pengelompokan gelombang radio ...................................................... 248

  DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1. Diagram sinar dari ........................................................................... 112 Gambar 2. Peralatan untuk menyelidiki pemantulan cahaya. ............................ 112 Gambar 3. Jalannya sinar dalam hukum pemantulan........................................ 112 Gambar 4. Pada pemantulan terhadap cermin datar .......................................... 113 Gambar 5. Lukisan pembentukan bayangan benda berbentuk garis. .................. 114 Gambar 6. Medan penglihatan sebuah kaca spion mobil .................................... 114 Gambar 7. Medan penglihatan sebuah cermin datar. ......................................... 114 Gambar 8. Cermin cekung dan cermin cembung. .............................................. 120 Gambar 9. Pemantulan pada cermin cekung. .................................................... 121 Gambar 10. Pemantulan pada cermin cembung. ............................................... 121 Gambar 11. (a) Benda di depan M (s > 2f), (b) benda di antara F dan O (0 < s < f)............................................ 122 Gambar 12. Titik fokus F terletak pada sumbu utama dan di tengah-tengah antara M dan O.................................................... 123 Gambar 13. Tiga sinar istimewa pada cermin cembung. ................................... 124 Gambar 14. (a) Lukisan pembentukan bayangan pada cermin cembung; (b) Cermin cembung selalu menghasilakan bayangan lebih kecil dari pada bendanya ............... 125 Gambar 15. Cahaya datang dari udara masuk ke dalam air. ............................... 129 Gambar 16. Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium rapat ......... 130 Gambar 17. Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat ....... 130

  Gambar 18. Cahaya datang dari kaca menuju ke air melalui lapisan udara. ........ 131 Gambar 19. Geometri dan diagram sinar untuk koin di dasar kolam .................. 133 Gambar 20. Koin berada di dasar wadah yang berisi 4 jenis cairan. ................... 134 Gambar 21. Jika sinar dengan sudut datang lebih besar daripada sudut kritis ..... 135 Gambar 22. Pemantulan sempurna dalam prisma .............................................. 136 Gambar 23. Berkas cahaya menempuh saluran serat optik ................................. 136 Gambar 24. (a) lensa cembung bersifat mengumulkan cahaya; (b) lensa cekung bersifat memencarkan cahaya. ............................. 141 Gambar 25. (a) Tiga bentuk lensa cembung atau lensa konveks dan (b) Tiga bentuk lensa cekung atau lensa konkaf.............................. 141 Gambar 26. Sinar istimewa pada (a) lensa cembung (b) lensa cekung. ............... 142 Gambar 27. Diagram sinar dengan benda di 2F

  2 . ............................................... 143

  Gambar 28. Bayangan-bayangan dari benda nyata dari depan lensa cekung pada berbagai kedudukan. ....................................... 143 Gambar 29. Sebuah lensa yang tipis yang disusun dua bidang lengkung dengan jari-jari R

  1

  dan R

  2

  .............................. 144 Gambar 30. Bayangan lensa I merupakan benda lensa II ................................... 145 Gambar 31. Diagram mata manusia ................................................................... 151 Gambar 32. (a) mata relaks; (b) mata menegang. ............................................... 151 Gambar 33. Jangkuan penglihatan ..................................................................... 152 Gambar 34. Mata normal (emetropi) ................................................................. 152 Gambar 35. Mata rabun jauh (miopi). ................................................................ 153 Gambar 36. Rabun jauh ..................................................................................... 153

  Gambar 37. Mata rabun dekat ........................................................................... 153 Gambar 38. Mata prebiopi ................................................................................. 154 Gambar 39. Sebuah lensa silinderis membentuk suatu bayangan garis ............... 154 Gambar 40. Diagram sebuah kamera. ................................................................ 155 Gambar 41. Makin besar ukuran angular benda, makin besar bayangan yang dibentuk pada retina. ......................... 156 Gambar 42. (a) Sebuah mikroskop optik; (b) diagram sinar pementukan bayangan pada mikroskop optik. ............................... 157 Gambar 43. Bayangan objektif merupakan benda okuler ................................... 158 Gambar 44. Pembentukan bayangan pada teropong bintang. ............................ 159 Gambar 45. Diagram sinar teropong bumi. ........................................................ 159 Gambar 46. Diagram sinar toropong prisma ..................................................... 160 Gambar 47. Diagram sinar teropong panggung. ................................................. 160 Gambar 48. Diagram sinar teropong pantul astronomi. ...................................... 161 Gambar 49. Cara menentukan titik tetap (a) bawah, dan (b) atas. ....................... 169 Gambar 50. Hubungan linear antara panjang kolom raksa X dan suhu dalam skala Celsius. ........................................................ 168 Gambar 51. Skala Fahrenheit dan Celsius pada sebuah termometer. .................. 169 Gambar 52. Keping bimetal............................................................................... 170 Gambar 53. Pemuaian luas ................................................................................ 171 Gambar 54.Pemuaian volum. ............................................................................ 177 Gambar 55. Ilustrasi perbedaan suhu dan kalor .................................................. 177 Gambar 56. Energi termal dipindahkan ............................................................. 178

  Gambar 57. Peralatan untuk menentukan persaman kalor .................................. 178 Gambar 58. Diagram perubahan wujud zat. ....................................................... 179 Gambar 59. Grafik pemanasan dan pendinginan lilin. ........................................ 180 Gambar 60. Grafik suhu-kalor untuk es yang dipanaskan .................................. 182 Gambar 61. Kalor berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. ........................... 186 Gambar 62. Partikel-partikel pada ujung ........................................................... 187 Gambar 63. Laju konduksi kalor ....................................................................... 188 Gambar 64. Perpindahan kalor secara konveksi ................................................. 189 Gambar 65. Konveksi paksa pada sistem pendingin........................................... 189 Gambar 66. Penyerap Kalor Radiasi yang Baik dan Buruk ................................ 190 Gambar 67. Menuangkan air dingin ke dalm air panas....................................... 195 Gambar 68. Kolorimeter aluminium .................................................................. 196 Gambar 69. Kalorimeter elektrik ....................................................................... 196 Gambar 70. Multimeter (a) analog dan (b) digital .............................................. 200 Gambar 71. Merangkai ampermeter untuk mengukur kuat arus. ........................ 201 Gambar 72. Basicmeter. .................................................................................... 202 Gambar 73. Mengamati skala terkecil basicmeter. ............................................. 203 Gambar 74. Pembacaan skala ............................................................................ 203 Gambar 75. Menggunakan voltmeter untuk mengukur tegangan listrik. ............. 204 Gambar 76. Mengukur beda potensial ............................................................... 204 Gambar 77. Baterai ........................................................................................... 208 Gambar 78. Aki ................................................................................................. 209 Gambar 79. (a) dua lampu disusun seri .............................................................. 209 Gambar 80. (a) dua lampu R

  1

  dan R

  2

  disusun parallel ........................................ 210 Gambar 81. Jika suhu dijaga tetap, untuk seutas kawat listrik, R= ∆V/∆I ............

  215

  Gambar 82. Hambatan kawat sebanding dengan L dan A. .................................. 215 Gambar 83. Rangkaian untuk menyelidiki pengaru suhu. .................................. 216 Gambar 84. Rangkaian mengukur kuat arus menggunakan ampermeter............. 216 Gambar 85. Suatu rangkaian listrik dengan kuat arus tetap ................................ 217 Gambar 86. Arah loop searah jarum jam ........................................................... 218 Gambar 87. Polaritas sumber tegangn AC ......................................................... 223 Gambar 88. Suplai listrik dari dua jalur kawat menuju ke rumah-rumah ............ 224 Gambar 89. Rangkaian arus listrik disuplai ke rumah-rumah. ............................ 224 Gambar 90. Kotak pelayanan rumah dengan beberapa circuit breaker ............... 225 Gambar 91. Pemasangan sebenarnya hantaran L dan N ..................................... 225 Gambar 92. Bagan pengawatan ......................................................................... 225 Gambar 93. Bagaimana memasang sakelar dan sekring. .................................... 226 Gambar 94. Suatu rangkaian penerangan tertentu. ............................................. 227 Gambar 95. Rangkaian tertutup. ........................................................................ 230 Gambar 96. Daya pada baterai V adalah VI ........................................................ 231 Gambar 97. Lampu pijar, teko listrik, dan pengering rambut listrik ................... 232 Gambar 98. Lampu yang diberi tegangan .......................................................... 234 Gambar 99. Diagram skematik percobaan celah ganda Young ........................... 240 Gambar 100. Gelombang elektromagnetik di medan listrik ............................... 242 Gambar 101. Rentang spectrum gelombang elektromagnetik............................. 243 Gambar 102. Pemancar radio berukuran kecil ................................................... 247 Gambar 103. Penerima radio dapat berukuran sangat besar. .............................. 247 Gambar 104. Gelombang televisi (UHF) dan VHP ............................................ 249 Gambar 105. Modulasi dari gelombang radio bisa AM atau FM. ....................... 250 Gambar 106. Microwaves .................................................................................. 251 Gambar 107. Informasi yang ditampilkan pada layar sebuah osiloskop.............. 252 Gambar 108. M = merah, J = jingga, K = kuning, H = hijau, B = biru. .............. 253

  Gambar 109. Foto jari tangan dengan sinar-X.................................................... 255 Gambar 110. (a) Tabung sinar-X; (b) dalam tubuh manusia dengan sinar-X .... 257

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada seputar sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia

  telah menjadi suatu bahan yang hangat untuk diperbincangkan, terutama bagi kalangan yang mempunyai perhatian pada dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, yang nantinya akan menentukan perkembangan bangsa ini. Suatu solusi untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia melalui terobosan baru dalam sistem pendidikan diperlukan. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional melakukan beberapa perubahan dalam jangka waktu kurang lebih lima tahun terakhir ini agar dapat memberikan perubahan.

  Perubahan yang dilakukan pada sistem pendidikan di Indonesia dilakukan melalui kurikulum yang berlaku. Sejak tahun 2004 dunia pendidikan Indonesia menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dipayungi oleh Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Namun pada tahun ajaran 2006/2007 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan menggantikan KBK tahun 2004.

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Indonesia.

  Dalam penyusunannya, Kurikulum Tingkat Satuan`Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Konpetensi.

  Akibat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru yang sebelumnya tidak perlu membuat sendiri kurikulum yang ada di sekolahnya harus membuat sendiri kurikulum di sekolahnya dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pekerjaan guru semakin bertambah karena selain harus membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sendiri, guru fisika juga akan dihadapkan dengan belum adanya buku panduan pelajaran fisika yang berpatokan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  Adanya keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 mengakibatkan pembelajaran di masing-masing sekolah di Indonesia bervariasi khususnya pembelajaran fisika. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut sekolah-sekolah di masing-masing wilayah di Nusantara membuat kurikulum sendiri sesuai dengan konteks siswa yang berada wilayah itu sendiri. Hal ini penting supaya proses pembelajaran selalu menyesesuaikan dengan dinamika masyarakat. Artinya proses atau model serta teknik dalam pembelajaran senantiasa menyesuaikan dengan tuntutan dan dinamika kehidupan masyarakat. Konsekuensinya, pembelajaran kontekstual merupakan terobosan baru bagi setiap guru dan lembaga pendidikan (Muchith, 2008: 4). Pembelajaran kontekstual membantu siswa-siswi memahami pelajaran fisika lebih gampang, sehingga potensi siswa-siswi bisa tersalurkan secara maksimal dan minat belajar terhadap fisika makin meningkat.

  Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai Barat (KUBAR), merupakan Kabupaten yang baru berdiri dua periode. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bidang pendidikan. Dalam pembelajaran fisika SMA kelas X semester II yang patut menjadi perhatian adalah, model pembelajaran yang kurang memperhatikan konteks pembelajaran fisika itu sendiri dengan konteks siswa dan wilayah tempat sekolah itu berada. Memang tidak semua materi pembelajaran fisika dapat disesuikan dengan konteks wilayah tempat sekolah itu berada. Tetapi setidaknya dari beberapa bagian materi atau pokok bahasan tertentu yang dapat disesuaikan dengan lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya saja saat guru menjelaskan tentang pemantulan cahaya yang berkaitan dengan medan penglihatan. Untuk menjelaskan hal ini akan lebih baik guru mengambil contoh spion pada kendaraan bermotor. Mengapa kita dapat melihat benda-benda di belakang saat kita mengendarai mobil atau sepeda motor. Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pemantulan cahaya dari kaca spion ke mata. Contoh seperti di atas sangat mudah diperoleh di lingkungan tersebut.

  Kemampuan guru untuk mengerti kesulitan siswa dalam belajar fisika juga kurang. Terjadi demikian karena kurangnya komunikasi yang baik antara siswa dan guru, bahkan penampilan guru yang cenderung menakutkan bagi siswa-siswi seperti tidak dapat melucu, cuek, tidak punya rasa humor, dan mudah marah. Beberapa guru mengajar hanya mencatat teori dan soal-soal dari buku. Maka tidak mustahil bila siswa menjadi bosan dan tidak tertarik belajar fisika. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh (Mex Wertheimenr, 1880-1943, dikutip oleh Riyanto, 2009: 11). Pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap obyek-obyek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga, sehingga dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang lebih aktif.

  Metode pengajaran guru kurang mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Akibatnya siswa seperti bejana kosong yang harus selalu diisi. Ini tentu tidak baik untuk perkembangan pengetahuan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting sebenarnya adalah siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri (Suparno, 2007: 2).

B. Perumusan Masalah

  Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007). KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK, perlu dipayungi oleh Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Artinya, hal tersebut merupakan pelimpahan wewenang yang besar kepada sekolah untuk memperbaiki mutu pendidikannya, baik dengan menyusun dan mengembangkan kurikulum.

  KTSP yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas output pendidikan Indonesia. Melalui penyempurnaan kurikulum, diharapkan permasalahan sistem pendidikan di Indonesia dapat teratasi, namun perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia tidak akan berarti jika implementasi di lapangan berbeda dengan yang telah dirumuskan pada KTSP. Baru-baru ini beberapa SMA di Kabupaten Kutai Barat kesulitan dalam membuat desain pembelajaran fisika SMA kelas X semester 2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang kontekstual dengan daerah di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai Barat. Siswa-siswi cenderung malas dalam belajar fisika dan kemampuan memecahkan soal-soal.

  Berkenaan dengan hal tersebut barangkali dengan kurikulum yang kontekstual siswa dapat lebih dibantu untuk belajar fisika dengan senang dan mudah, maka permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimana membuat desain pembelajaran fisika SMA kelas X semester II berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang bercirikan:

  1. Kontekstual dengan daerah di Kalimantan Timur (Kab. Kutai Barat).

  2. Mengaktifkan siswa dalam belajar fisika.

  3. Mengajak siswa berpikir lebih kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.

  C. Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan ini adalah membuat desain pembelajaran fisika yang berdasarkan KTSP pada siswa SMA kelas X semester 2 di Kabupaten Kutai Barat (Kaltim), yang bercirikan: kontekstual dengan daerah di Kalimantan Timur (Kab. Kutai Barat), mengaktifkan siswa dalam belajar fisika dan mengajak siswa berpikir lebih kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.

  D. Kerangka Isi Adapun kerangka isi penulisan skripsi ini sebagai berikut.

  Bab II. Dasar Teori A. Memahami Hakekat KTSP

  7. Pengertian KTSP

  8. Landasan Penyusun KTSP

  9. Karakteristik KTSP

  10. Prinsip Pengembangan KTSP

  11. Komponen KTSP

  12. Kekuatan dan Kelemahan KTSP

  B. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Kompetensi Lulusan Fisika

  3. Standar Kompetensi dan Kompetemsi Dasar Fisika

  4. Kompensi Lulusan Fisika

  C. Beban Belajar dan Alokasi Waktu

  3. Beban Belajar

  4. Alokasi Waktu

  D. Konteks Kabupaten Kutai Barat

  10. Kutai Barat Secara Umum

  11. Ciri Khas Kutai Barat

  12. Sarana dan Prasarana

  13. Kebiasaan Belajar Siswa

  14. Lingkungan Sekitar

  15. Lingkungan Keluarga

  16. Guru Fisika

  17. Cara Berpikir Siswa

  18. Harapan

  E. Beberapa Teori Pendidikan IPA

  3. Teori Kontruktivisme Belajar

  4. Teori Multiple Intelligences

  F. Konsep Bepikir Kritis

  4. Berpikir Kritis

  5. Pentingnya Berpikir Kritis

  6. Strategi Pembelajaran Berpikir Kritis

  G. Metode Mengajar

  6. Metode Demonstrasi

  7. Metode Eksperimen atau Laboratorium

  8. Metode Ceramah Siswa Aktif

  9. Model Diskusi Kelompok

  10. Peta Konsep

  H. Evaluasi

  I. Kesesuaian Teori Dengan Desain Pembelajaran Yang Dibuat

BAB III. Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II A. Prinsip-prinsip B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus C. Silabus Fisika SMA Kelas X Semester II D. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II BAB IV. Penutup A. Rangkuman B. Saran-Saran E. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diambil melalui penulisan ini, antara lain:

  1. Guru dapat menggunakan untuk mengajar mata pelajaran fisika di Kabupaten Kutai Barat (Kaltim) khususnya siswa-siswi SMA kelas X semester 2.

  2. Membuka wawasan dan dorongan untuk diadakannya desain pembelajaran lanjutan tentang fisika SMA, khususnya untuk kelas XI dan XII.

BAB II DASAR TEORI A. Memahami Hakikat KTSP. Tanggung jawab lembaga pendidikan dalam menyukseskan pendidikan anak

  didiknya di era globalisai sekarang ini sangat besar. Seluruh potensi anak didik harus digali dan dikembangkan untuk membantu aktualisasi dan profesinya di masa depan.

  Lembaga pendidikan formal atau sekolah dirancang untuk mengemban fungsi produk, penyadaran dan media secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan penyakit pendidikan di negeri ini kecuali kita harus benar-benar berani dan kuat membangun bangsa dan mengunakan kekuatan dari dalam dan tidak menggantungkan dari luar (Asmani, 2010: 16). Untuk itu terobosan baru yang bisa dilakukan adalah membangun sistem pendidikan yang kreatif dan inovatif, jauh menjangkau ke depan, untuk semua anak bangsa, tanpa ada diskriminasi. Upaya membangun sistem pendidikan yang ini harus dilakukan secara terus menerus tanpa mengenal kata berhenti.

1. Pengertian KTSP

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Sekolah dipercayakan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hal terpenting adalah pembelajaran yang berdasarkan konteks wilayah. Pembelajaran fisika yang berdasarkan konteks yaitu pembelajaran fisika yang mengenal potensi daerah dan peserta didiknya (Asmani, 2010 :42). Hal ini penting agar motivasi belajar siswa terhadap fisika semakin meningkat.

  2. Landasan Penyusunan KTSP

  KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

  Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi. Untuk Standar kompetensi lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

  3. Karakteristik KTSP

  Menurut (Mulyasa, 2008 dikutip Asmani, 2010 :65) KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Mengingat peserta didik datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, maka salah satu perhatian sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Di sisi lain, sekolah harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan karakteristik KTSP sebagai berikut (Asmani, 2010 :65).