Perbedaan tingkat stress antara perempuan yang mengikuti hatha yoga dan yang tidak mengikuti hatha yoga - USD Repository

  

PERBEDAAN TINGKAT STRESS

ANTARA PEREMPUAN YANG MENGIKUTI HATHA YOGA DAN

YANG TIDAK MENGIKUTI HATHA YOGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

HENDRIK

  

02 9114 041

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  i

HALAMAN MOTTO

  iv

  “Don’t be afraid, For I am with you.

  Don’t be discouraged, For I am your God.

  I will strengthen you and help you. I will hold you with my victorious right hand.”

  Isaiah 41 : 10

QUIS UT DEUS

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya yang memakan waktu panjang dan menaruh harapan banyak orang ini kepada : Jesus Christ, who is like You my Lord, for You all of my life and knowledge

  Mama dan Papa Romo Priyono Marwan

  All my lovely sisters and brother : Sriany, Susiani, Noviany, Mariani, Hendarmin

  My soul, my bestfriend, my love : Stephanie Rusli v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Agustus 2010 Penulis

  Hendrik vi

  

PERBEDAAN TINGKAT STRESS

ANTARA PEREMPUAN YANG MENGIKUTI HATHA YOGA DAN

YANG TIDAK MENGIKUTI HATHA YOGA

Hendrik

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat stress antara perempuan yang mengikuti hatha yoga dan perempuan yang tidak mengikuti hatha yoga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hipotesis penelitian adalah tingkat stress perempuan yang mengikuti hatha yoga lebih rendah daripada yang tidak mengikuti hatha yoga. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 64 orang. Terdiri dari 32 perempuan yang mengikuti hatha yoga dan 32 perempuan yang tidak mengikuti hatha yoga. Data diperoleh dengan menggunakan skala stress. Validitas skala telah diuji dengan menggunakan penilaian profesional. Reliabilitas diuji menggunakan koefisien Alpha Cronbach, hasilnya ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,939. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil perhitungan menunjukkan mean empiris perempuan yang mengikuti hatha yoga sebesar 105,81 an mean empiris perempuan yang tidak mengikuti hatha yoga 119,69. Dari hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 2,915 dengan t tabel 2,00. Karena t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis penelitian ini diterima. Kata kunci: stress, hatha yoga, perempuan

  

vii

  

The Difference of Stress Level

Between Women Practicing Hatha Yoga And

Not Practicing Hatha Yoga

  

Hendrik

ABSTRACT

  This research was to compare stress level between women practicing

hatha yoga and not practicing hatha yoga. This research was a quantitative

research. The hypothesis was that stress level of women practicing hatha yoga

was lower than women not practicing hatha yoga. The subjects were 64 persons,

consisted of 32 women practicing hatha yoga and 32 women not practicing hatha

yoga. The data were collected using stress scale. The validity has been tested

using Alpha Cronbach coefficient, the reliability value is 0.939. The research data

were analized using t-test. The results show that empirical mean of women

practicing hatha yoga is 105.81 and the empirical mean of women not practicing

hatha yoga is 119.69. The result of t-test shows that empirical t is 2.915 and t

table is 2.00. Since empirical t is higher than t table, the hypothesis is this

research is accepted.

  Keywords: stress, hatha yoga, women

  

viii

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala rahmat dan berkat yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ini jauh dari sempurna, namun dilakukan dengan sepenuh hati dan terjadi dengan bantuan serta doa dari berbagai pihak.

  Dengan hati yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Our Almighty Father, who is like You my Lord? You gave me a good brain to think and opportunities to gain knowledge. Forgive me to be such a lazy person and wasted Your gift.

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  3. Ibu Titik Kristiani, M. Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi.

  4. Ibu Aquilina Tanti Arini, M. Psi. selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih bu sudah mendukung saya dan teman-teman untuk terus berjuang.

  5. Ibu Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si., terima kasih telah mengubah dosen penguji saya dan mempertemukan saya dengan seorang Romo yang luar biasa.

  6. Romo Priyono Marwan, SJ yang membimbing dan menguatkan saya dalam hal akademis dan iman. “Romo, ajaran dan saran untuk melihat “warna” lain di dunia akan selalu saya ingat. Terima kasih buat pemberiannya. It will remind me bout your encouragement and time we have spent together during tutorial.” Gracias Padre. x

  7. Bapak Agung Santoso, M.A. statistical is not bout numbers only, it changed me sir.

  8. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi., M. Si., maaf saya telah banyak merepotkan bapak dan menghilang selama beberapa tahun.

  9. Bu Naniek, terima kasih sudah mengingatkan buat KRS hehe tanpa itu saya ga mungkin yudisium. Mas Gandung yang sabar menghadapi saya yang selalu terburu-buru. Mas Dhoni, thank u thank u and thank u. You help me a lot. Mas Muji yang setia selama masa pratikum dan canda-canda yang menghibur.

  10. Mama dan Papa, maaf telah membuat kalian menunggu lama. I am who I am because of you Ma….

  11. Koko, A so, Tua Ce, Jie Ce, Sa Ce, Soi Ce. The greatest sisters and brother. Sa Ce, ga peduli kata orang, thank u for taking care me. Aku bukanlah seorang sarjana tanpa kalian semua. Hope I can pay all my debts to you all.

  12. My dearest Stephoney, selalu sabar, kadang-kadang marah juga sih ^^ tapi selalu mendukung dengan segenap hati dan penuh kasih.

  13. Teman-teman angkatan ’02 yang udah membantu dan mendukungku.

  Windra, Si Ye, Dhoni, Dika, Eyang, Tisa, Hanny, Linda, Kang Barjo, Sum Ian, semuanya jack…

  14. The unforgettable team. Aku bakal kehilangan kalian tapi percayalah bahwa kalian akan selalu kuingat. Warna warni perjuangan tim basket psikologi berasal dari kalian. Martin (thank u buat game NBA dan PES xi selama masa jenuh. Buat tumpangan mencari sumber acuan jg haha), Ronald, Manto (homo), Abe, Plentonk (tonk, sepatumu berjasa dalam ujian je), Ochie (percaya dirilah bahwa kamu akan menjadi kapten yang baik), Richard, Yatim, Parto, Albert, Baskoro, Hanif, Moundry.

  15. The supporters of unforgettable team. Gita, Berta, Tina, Galuh, dan yg tidak tersebutkan namun menjadi bagian supporter. Gracias….

  16. Balance Mind and Soul Yoga Yogyakarta yang telah mengijinkan saya untuk menyebarkan skala.

  17. I realize there are still a lot of persons who helped me. I can’t name it one by one because my memory running low right now. But I believe a good thing will come to you all. Thank u….. xii

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii

  

ABSTRACT ............................................................................................................ viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... ix KATA PENGANTAR .......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi

  BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5 A. Stress ................................................................................................ 5

  1. Pengertian Stress ........................................................................ 5 xiii

  xiv

  BAB III. METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 28 A. Jenis Penelitian................................................................................. 28 B. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................ 28 C. Definisi Operasional......................................................................... 28

  G. Uji Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas ..................................... 34

  2. Pemberian Skor Skala ............................................................... 33

  1. Skala Stress ................................................................................ 31

  F. Metode Dan Alat Pengumpul Data .................................................. 31

  E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 30

  D. Subjek Penelitian.............................................................................. 30

  2. Latihan Yoga.............................................................................. 29

  1. Tingkat Stress............................................................................. 28

  D. Hipotesis........................................................................................... 27

  2. Pendekatan Stress....................................................................... 6

  C. Hubungan Antara Latihan Yoga Dengan Tingkat Stress................. 24

  3. Mekanisme Yoga ....................................................................... 22

  2. Hatha Yoga................................................................................. 21

  1. Pengertian Yoga ......................................................................... 18

  B. Yoga ................................................................................................. 18

  5. Gejala-gejala Stress ................................................................... 16

  4. Sumber-sumber Stress ............................................................... 9

  3. Penyebab Stress (Stressor) ......................................................... 7

  1. Uji Validitas ............................................................................... 34

  2. Seleksi Item .............................................................................. 34

  3. Uji Reliabilitas ........................................................................... 37

  H. Metode Analisis Data ..................................................................... 38

  BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN .......................................... 39 A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 39 B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................ 39 C. Hasil Penelitian ................................................................................ 40

  1. Deskripsi Data Penelitian........................................................... 40

  2. Uji Asumsi ............................................................................... 40

  a. Uji Normalitas...................................................................... 40

  b. Uji Homogenitas .................................................................. 41

  3. Uji Hipotesis .............................................................................. 42

  D. Pembahasan...................................................................................... 44

  BAB V. PENUTUP.............................................................................................. 48 A. Kesimpulan .................................................................................... 48 B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 48 C. Saran................................................................................................. 48 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50 LAMPIRAN.......................................................................................................... 51 xv

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Distribusi Item Skala Stress Sebelum Uji Coba................................ 33

  Tabel 3,2 : Skor Jawaban Skala .......................................................................... 33

Tabel 3.3 : Distribusi Item Skala Stress Setelah Uji Coba.................................. 36Tabel 3.4 : Distribusi Item Skala Penelitian Tingkat Stress................................ 37Tabel 4.1 : Ringkasan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test......................... 41Tabel 4.2 : Ringkasan Test of Homogenity of Variances ................................... 42Tabel 4.3 : Ringkasan Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 43Tabel 4.4 :Ringkasan Hasil Uji-t per Aspek ....................................................... 44

  xvi

  

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN UJI COBA Skor Subjek Try Out ............................................................................................. 52 Uji Daya Beda Item dan Uji Reliabilitas............................................................... 55 LAMPIRAN PENELITIAN Skala Penelitian..................................................................................................... 57 Skor Subjek Penelitian .......................................................................................... 61 Uji Normalitas....................................................................................................... 65 Uji Homogenitas ................................................................................................... 66 Uji Perbedaan ........................................................................................................ 67 Uji Beda Aspek Fisikal ......................................................................................... 69 Uji Beda Aspek Emosional ................................................................................... 70 Uji Beda Aspek Intelektual ................................................................................... 71 Uji Beda Aspek Interpersonal ............................................................................... 72 Surat Keterangan Penelitian.................................................................................. 73 xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stress dapat berasal dari setiap aspek kehidupan manusia. Mulai dari

  masalah yang harus dihadapi dalam rumah tangga, beratnya beban pekerjaan di kantor, beban hidup yang semakin besar, dan masih banyak lagi hal lainnya yang akhirnya membuat individu menjadi lelah, merasa tertekan, dan bisa berakibat stress. Perkembangan dunia dewasa ini juga menyebabkan persaingan hidup yang ketat pada diri setiap orang.

  Kerasnya kehidupan dapat menimbulkan kecemasan mental yang berakibat timbulnya berbagai masalah yang harus dihadapi oleh setiap individu. Masalah tersebut berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, walaupun kadang ada juga masalah yang sama. Dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, tiap individu memiliki caranya masing-masing dalam menyelesaikan masalah tersebut. Individu yang berhasil mengatasi masalahnya dapat tetap bertahan dalam hidupnya, sedangkan yang tidak berhasil menemukan pemecahan masalahnya malah semakin terperosok dalam hidup yang semakin sulit.

  Banyak individu di Indonesia yang telah menjadi korban karena tidak mampu menangani stress yang menimpa diri mereka. Data WHO menyebutkan bahwa selama tahun 2005 hingga tahun 2007 diketahui sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri akibat kemiskinan

  1 dan himpitan ekonomi (APIndonesia.com; 2008). Faktor kemiskinan dan himpitan ekonomi tersebut menjadi penyebab banyak masyarakat menderita sakit jiwa di mana seseorang menjadi rentan terhadap terjadinya stress. Hasil survey kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) di Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan gejala gangguan kesehatan jiwa sebanyak 185 kasus pada penduduk rumah tangga dewasa, 140 kasus gangguan emosional pada usia 15 tahun ke atas dan 104 kasus pada rentang usia 5-14 tahun per 1000 penduduk (APIndonesia.com; 2008).

  Stress menurut Lazarus (1990) adalah suatu kondisi atau perasaan yang

  dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumber daya dan sosial yang bisa digunakan. Selye (1997) mendefinisikan stress sebagai respon-respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan. Menurut Zautra (2003), stress didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif.

  Sarafino (1990) menyebutkan bahwa ketika berhadapan dengan suatu peristiwa yang menimbulkan stress, seseorang akan berusaha untuk melakukan suatu tindakan untuk mengendalikan, bertoleransi, mengurangi ataupun meminimalkan stress tersebut. Cara-cara yang biasa dilakukan seseorang untuk mengatasi stress antara lain membicarakan dengan orang lain permasalahan yang dihadapinya, meningkatkan aktivitas yang dapat membantu mengurangi stress, dan mengambil tindakan langsung yang berhubungan dengan penyebab stress. Aktivitas yang membantu mengurangi

  

stress adalah dengan aktif melakukan olahraga yang lebih mengutamakan

  pencarian ketenangan jiwa sehingga dapat menyegarkan badan dan berpikir lebih lancar, misalnya dengan melakukan latihan yoga (Triyono, 2005).

  Yoga bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan bermanfaat untuk menyegarkan kembali tubuh yang telah letih. Yoga juga dipercaya dapat membuat pikiran lebih terkontrol dan lebih tenang (Weller, 2002). Bagi orang yang mendalami yoga dengan serius, yoga memberikan semacam ketenangan dalam diri individu, baik pikiran maupun emosinya, sehingga segala sesuatu dilihat secara positif. Orang yang berlatih yoga diharapkan dapat menenangkan pikiran mereka sehingga dapat menghadapi stress yang dihadapinya. Dari segi psikologis, yoga mempertajam daya konsentrasi dan kemantapan dalam berpikir, serta kestabilan emosi. Latihan pernapasan di dalam yoga membuat pikiran lebih tenang dan berpikir jernih (Triyono, 2005).

  Pada dasarnya, latihan yoga terdiri dari pengaturan nafas, relaksasi, pembentukan sikap tubuh, dan meditasi. Sejumlah riset ilmiah membuktikan manfaat meditasi terhadap kesehatan. Herbert Benson (dalam Bohn, 2009) dari Mind-Body Medical Institute, Harvard University, AS, menyimpulkan bahwa meditasi menyembuhkan tekanan darah tinggi. Hasil penelitian berkelanjutan yang dilakukan Jon Kabat-Zinn (2005) dari Stress Reduction Center, University of Massachusetts, menyebutkan meditasi meredakan kecemasan dan meningkatkan ambang sakit, sehingga kita lebih tahan terhadap rasa sakit. Menurut Joseph Loizzo (dalam Katzenstein, 1998), asisten profesor psikiatri di Columbia-Presbyterian Center for Meditation and Healing, New York, program meditasi membantu pasien-pasien yang menderita kanker, AIDS, penyakit jantung, kelelahan kronis, nyeri punggung,

  delusional disorder , depresi berat, dan stress.

  Berdasarkan pemahaman bahwa yoga dapat memberikan manfaat di antaranya memberikan ketenangan jiwa dan mengurangi stress bagi individu, peneliti menjadi tertarik untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat stress antara individu yang mengikuti latihan yoga dan yang tidak mengikuti latihan yoga.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan tingkat stress antara individu yang mengikuti latihan yoga dan yang tidak mengikuti latihan ?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat

  stress antara individu yang mengikuti latihan yoga dan yang tidak mengikuti latihan yoga.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu psikologi klinis, khususnya mengenai manfaat yoga bagi individu yang mengalami stress.

  2. Manfaat Praktis

  Memberikan masukan penelitian sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi stress.

BAB II LANDASAN TEORI A. Stress

1. Pengertian Stress Menurut para tokoh psikologi, stress memiliki berbagai pengertian.

  Stress menurut Selye (1974) adalah respon-respon non-spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997).

  Lazarus (1990) mendefinisikan stress sebagai suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumber daya yang dimilikinya dan sosial yang bisa digunakan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997).

  Sarafino (1990) mendefinisikan stress sebagai suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dan lingkungan mengakibatkan individu merasakan adanya kesenjangan (entah itu nyata atau tidak) antara tuntutan situasi dan sumber daya individu baik biologis, psikologis, atau sistem sosial. Individu akan merasakan stress yang ringan ketika mereka memiliki waktu, pengalaman, dan sumber daya untuk mengendalikan situasi tetapi mereka akan merasakan stress yang berat ketika mereka berpikir bahwa mereka tidak dapat mengendalikan tuntutan yang membebani mereka.

  Passer dan Smith (2004) mengatakan bahwa stress dapat didefinisikan sebagai suatu pola dari penilaian kognitif, respon fisiologis, dan

  5 kecenderungan perilaku yang muncul di dalam respon ketika dirasakan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan situasional dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan tersebut (Passer dan Smith, 2004).

  Berdasarkan beberapa definisi mengenai stress di atas, dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu kondisi di mana individu menghadapi tuntutan yang berasal dari lingkungan namun individu tidak memiliki sumber daya yang memadai dalam menghadapi tuntutan tersebut sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu.

2. Pendekatan Stress

  Stress dapat dipandang dari tiga cara yang berbeda, yaitu (Sarafino,

  1990):

  a. Stress sebagai stimulus, yaitu terjadi ketika kita menghadapi kondisi yang tidak mengenakkan atau mengancam, misalnya rasa kecewa ketika mengalami peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan atau ketika menghadapi kenyataan memiliki anak yang mengalami retardasi mental.

  Kondisi yang dirasa mengancam atau berbahaya hingga menghasilkan perasaan tegang ini disebut dengan stressor.

  b. Stress sebagai respon, berfokus pada reaksi seseorang terhadap stressor.

  Stress merupakan respon non spesifik dari tubuh terhadap peningkatan

  rangsangan maupun kebutuhan yang harus dipenuhinya. Zautra (2003) menyatakan bahwa stress sebagai respon dicirikan oleh hadirnya emosi- emosi negatif (dalam Passer dan Smith, 2004). Hal tersebut bisa terlihat jelas ketika individu dihadapkan pada kenyataan yang pahit misalnya gagal diterima dalam perguruan tinggi favoritnya atau diberhentikan dari pekerjaannya, mengakibatkan munculnya emosi-emosi yang kuat seperti rasa sedih, kecewa, atau marah.

  c. Stress sebagai suatu proses interaksi yang terus menerus antara organisme dan lingkungannya. Stress dilihat sebagai suatu pola penilaian kognitif, respon-respon fisiologis, dan kecenderungan perilaku yang muncul sebagai respon ketika seseorang menghadapi atau merasakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk menangani kondisi tersebut.

  Penelitian ini lebih terfokus pada stress sebagai respon. Stress baik ringan, sedang maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku. Sutherland dan Cooper (1990) mengatakan bahwa stress sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat, hanya akibatnya saja yang bisa dilihat (dalam Smet, 1994).

3. Penyebab Stress (Stressor)

  Sarason dan Sarason (1984) serta Moos dan Schaefer (1986) mengemukakan bahwa situasi stress dapat disebabkan oleh adanya transisi atau perubahan hidup dari satu kondisi atau fase ke kondisi atau fase lain dalam kehidupan individu sehingga menghasilkan perubahan yang penting dan menimbulkan tuntutan baru yang harus dipenuhi dalam kehidupan (dalam Sarafino, 1990). Adanya perubahan dan tuntutan baru ini menyebabkan individu membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan kata lain, stressor merupakan segala sesuatu yang menyebabkan perubahan dalam hidup sehingga dapat menimbulkan stress.

  Passer dan Smith (2004) mengemukakan bahwa penyebab stress atau

  stressor merupakan suatu jenis stimulus tertentu, baik bersifat fisik

  maupun psikologis, yang mengakibatkan suatu tuntutan atas diri kita yang mengancam kesejahteraan kita dan menuntut kita untuk beradaptasi dengan cara tertentu. Zautra (2003) dan Van Praag (2004) menguraikan bahwa stressor dapat dibedakan berdasarkan intensitasnya, yaitu :

  

a. Microstressor yang bisa berupa masalah-masalah yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

  

b. Major negative events atau peristiwa-peristiwa negatif yang besar yaitu

  masalah-masalah yang sangat membebani kita dan menuntut usaha yang besar untuk mengatasi masalah tersebut.

  

c. Catastrophic events yaitu berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi secara

tidak terduga dan berpengaruh terhadap sejumlah besar masyarakat.

  Seperti yang telah diuraikan di atas, semua penyebab stress tersebut selalu berhubungan dengan perubahan dan manusia memandang bahwa perubahan tersebut sebagai suatu peristiwa yang mengancam dan menimbulkan stress sehingga muncul kebutuhan untuk beradaptasi dan keinginan untuk mempertahankan keadaan yang dirasakan nyaman seperti sebelum terjadinya perubahan yang menimbulkan stress tersebut.

4. Sumber-Sumber Stress

  Stressor-stressor yang menyebabkan perubahan di dalam hidup berasal

  dari sumber-sumber stress yang berbeda. Sumber stress yang dimaksudkan adalah tempat di mana stressor dapat muncul. Sarafino (1990) membedakan sumber-sumber stress tersebut menjadi beberapa bagian, yaitu sumber stress di dalam diri seseorang, sumber stress di dalam keluarga, dan sumber stress di dalam komunitas dan masyarakat.

  a. Sumber stress di dalam diri seseorang.

  Kadang-kadang sumber stress itu berada di dalam diri seseorang. Salah satu cara stress dapat muncul dalam diri seseorang adalah melalui illness (kesakitan). Ketika seseorang menjadi sakit, membuat orang tersebut memerlukan kebutuhan sistem biologis dan psikologis dari dalam dirinya.

  Tingkatan stress dari kebutuhan yang dihasilkan tergantung pada tingkat keseriusan rasa sakit dan umur dari individu tersebut. Umur menjadi faktor penting karena kemampuan tubuh untuk melawan penyakit berkembang di masa kanak-kanak dan menurun di usia tua (Sarafino, 1990). Alasan lainnya adalah pemaknaan tingkat keseriusan sakit bagi setiap individu berbeda seiring perkembangan umurnya. Anak kecil memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai penyakit dan kematian. Penilaian

  stress yang muncul akibat sakit mereka lebih terfokus pada saat sekarang

  daripada perhatian mereka akan masa depan. Penilaian stress orang dewasa khususnya karena sakit mencakup kesulitan yang dihadapi saat sekarang dan kekhawatiran akan masa depan, apakah mereka akan sembuh atau mungkin meninggal.

  Stress juga akan muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari

  kekuatan motivasional yang melawan, ketika seseorang dihadapkan pada pilihan. Dalam proses memilih itu terjadi pertentangan sehingga individu tersebut mengalami konflik (Smet, 1994). Konflik merupakan sumber

  

stress yang utama. Menurut Kurt Lewin (1959), tarik ulur konflik

  menghasilkan dua kecenderungan yang saling berlawanan : approach (pendekatan) dan avoidance (penghindaran). Kedua kecenderungan ini digolongkan ke dalam tiga jenis pokok konflik :

  1. Approach – approach conflict Konflik ini muncul ketika individu tertarik terhadap dua tujuan yang menarik yang saling bertentangan. Misalnya ketika individu yang mencoba untuk melakukan diet demi mengurangi berat badannya dan meningkatkan kesehatan serta memperbaiki penampilan dirinya, menghadapi konflik ketika disediakan makanan lezat yang menjadi kesukaannya di depan individu tersebut.

2. Avoidance – avoidance conflict

  Konflik ini timbul ketika individu diharuskan menghadapi dengan sebuah pilihan di antara dua situasi yang tidak menyenangkan atau tidak disukai oleh individu tersebut. Contohnya ketika seorang pasien yang menderita penyakit yang parah diharuskan memilih antara dua

  treatment yang akan diberikan yang mungkin akan mengontrol atau menyembuhkan penyakitnya namun tiap treatment tersebut memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Orang-orang yang menghadapi avoidance-avoidance conflict cenderung berusaha untuk menunda atau melarikan diri dari pilihan yang harus dibuat. Orang- orang juga menganggap avoidance-avoidance conflict sulit untuk diselesaikan dan sangat membuat stress.

  3. Approach – avoidance conflict Konflik seperti ini muncul ketika individu melihat segi yang menarik dan tidak menarik di dalam sebuah tujuan atau situasi. Jenis konflik ini dapat menjadi amat stress dan sulit untuk diselesaikan.

  b. Sumber stress di dalam keluarga.

  Stress di sini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota

  keluarga, seperti : perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda, dan lain sebagainya (Smet, 1994). Tinggal di dalam lingkungan keluarga yang terlalu sesak juga dapat meningkatkan konflik entah itu mengenai privasi ataupun penggunaan alat-alat rumah tangga. Dari begitu banyak sumber stress yang ada di dalam keluarga, Sarafino (1990) memfokuskan sumber- sumber stress tersebut pada pengaruh penambahan anggota baru dalam keluarga, kesakitan, kelemahan (cacat), dan kematian di dalam keluarga.

  1. Penambahan anggota baru dalam keluarga Kelahiran anak di dalam keluarga merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan, namun peristiwa ini juga dapat menyebabkan stress. Ibu akan merasa stress selama masa mengandung dan setelah melahirkan. Sedangkan bagi sang ayah, stress dialaminya ketika ia mungkin merasa harus menghasilkan lebih banyak uang untuk menghidupi keluarganya atau menjadi khawatir dengan kesehatan istri dan bayinya.

  2. Sakit, cacat, dan kematian di dalam keluarga Memiliki anak yang sakit menambahkan beban stress yang sudah ada di dalam hari-hari yang penuh tekanan. Ketika seorang anak memiliki penyakit kronis yang serius, keluarganya harus beradaptasi dengan stress-

  

stress yang unik dan berkepanjangan (dalam Sarafino, 1990). Bagian

stress mereka berasal dari jumlah waktu yang dibutuhkan untuk merawat

  anak tersebut, mempelajari mengenai penyakit yang diderita dan bagaimana cara merawatnya, dan mengurangi kebebasan anggota keluarga yang lain.

  Orang dewasa yang sakit atau memiliki cacat tubuh adalah sumber

  

stress yang lain dalam keluarga yang dapat membatasi waktu dan

  kebebasan tiap anggota keluarga serta menyebabkan perubahan yang sangat penting di dalam hubungan interpersonal. Umur juga menjadi faktor yang penting dalam pengalaman stress akibat meninggalnya anggota keluarga. Orang dewasa yang anak atau pasangannya meninggal akan mengalami kehilangan yang sangat hebat dibandingkan dengan anak- anak atau remaja. Kejadian ini sulit untuk dihadapi dan lebih terasa pada usia dewasa awal. c. Sumber stress di dalam komunitas dan masyarakat.

  Interaksi individu di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber- sumber stress (Smet, 1994). Misalnya : pengalaman stress yang dihadapi anak-anak saat berada di sekolah dan dalam kejadian-kejadian yang bersifat kompetitif. Sedangkan banyak pengalaman stress yang dihadapi oleh orang dewasa berkaitan erat dengan pekerjaan mereka.

  Sarafino (1990) menjelaskan bagaimana pekerjaan dan lingkungan di sekitar individu dapat menjadi sumber dari stress.

  1. Pekerjaan dan stress Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan dengan pekerjaan mereka. Bagi banyak orang, situasi

  stress ini begitu sangat terasa dan berkelanjutan di dalam jangka waktu yang lama (Smet, 1994).

  Faktor-faktor yang menyebabkan pekerjaan dapat menjadi “stressful” :

  a) Tuntutan kerja dapat menyebabkan stress dalam dua cara. Pertama, pekerjaan yang diberikan mungkin terlalu banyak. Orang bekerja terlalu keras dan dalam waktu yang terlalu lama, karena mereka merasa harus mengerjakannya, mungkin alasan keuangan atau karena alasan lainnya. Kedua, beberapa jenis pekerjaan lebih “stressful” daripada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang monoton yang dilakukan berulang-ulang dan selalu sama tanpa memanfaatkan kemampuan yang sebenarnya dari pekerja. Jenis pekerjaan lainnya adalah pekerjaan yang memberikan penilaian atas pekerjaan bawahannya, pekerjaan jenis ini kadang memberikan kesulitan bagi supervisor maupun pegawainya.

  b) Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab atas kehidupan manusia juga dapat menyebabkan stress. Jenis pekerjaan seperti tenaga medis yang berhadapan dengan situasi kehidupan atau kematian setiap harinya atau polisi dan pemadam kebakaran.

  c) Individu mengalami stress ketika ia merasa bahwa pekerjaannya terancam atau ketika ia tidak memiliki pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan stress seperti halnya individu merasakan kehilangan harga diri.. Mereka juga mendapatkan masalah lain ketika pendapatan mereka tidak mencukupi kebutuhan mereka. Menurut Sarafino (1990) stress pada pekerja dapat disebabkan karena :

  1) Lingkungan fisik yang terlalu menekan. Stress dapat meningkat ketika pekerjaan melibatkan kebisingan, temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, atau penerangan di kantor yang kurang terang.

  2) Kurangnya kontrol yang dirasakan atas aspek-aspek kerja. Individu mengalami stress ketika ia hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap prosedur kerja.

  3) Hubungan interpersonal yang buruk. Stress individu terhadap pekerjaan meningkat ketika hubungannya dengan atasan atau rekan kerja tidak berjalan mulus. 4) Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Pekerja merasa stress ketika mereka tidak mendapatkan pengakuan atau promosi kerja yang mereka yakini layak untuk mereka dapatkan.

  2. Stress yang berasal dari lingkungan Lingkungan yang dimaksudkan dapat menyebabkan stress adalah lingkungan fisik. Lingkungan dengan kebisingan yang tinggi, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan lain sebagainya. Orang merasa tidak nyaman dalam kondisi yang sesak karena tiga alasan (Sarafino, 1990). Alasan yang pertama karena dalam situasi yang penuh kesesakan, individu akan merasakan kurangnya kontrol dalam hubungan interpersonalnya, misalnya ketika orang lain dapat mendengarkan percakapanmu. Alasan kedua adalah individu tidak menyukai kemacetan yang berakibat terbatasnya kemampuan untuk bergerak lebih bebas atau mengurangi akses seperti kurangnya tempat duduk. Alasan ketiga adalah individu merasa bahwa individu yang lain menjadi terlalu dekat secara fisik dengan dirinya dibandingkan yang diharapkan oleh dirinya. Individu yang lain tersebut telah masuk ke dalam “lingkungan pribadinya”.

  Beberapa kondisi lingkungan juga dapat meningkatkan stress secara intensif. Misalnya, lingkungan tempat tinggal yang tercemar oleh polusi kimia yang masuk ke dalam persediaan air bersih.

5. Gejala-Gejala Stress

  Selye (1985) memberikan definisi mengenai stress sebagai tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang atasnya (dalam Hardjana, 1994). Dalam rumusan Selye (1985) itu, yang dimaksudkan dengan tanggapan yang menyeluruh adalah bahwa tanggapan itu tak hanya terbatas pada satu bagian atau satu kesatuan tubuh, tetapi menyangkut seluruh tubuh.

  Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan tubuh, spiritual dan material; karena itu bila terkena stress, segala segi dari diri kita juga ikut terkena. Menurut Hardjana (1994), gejala stress ditemukan dalam segala segi dari diri individu dan gejala itu berbeda pada setiap individu karena pengalaman stress bersifat pribadi. Hardjana merumuskan gejala-gejala stress sebagai berikut : a. Gejala Fisikal

  Gejala stress yang ditemukan dalam segi fisik individu di antaranya yaitu : 1) Sakit kepala atau pusing 2) Tidur menjadi tidak teratur, insomnia (susah tidur), bangun tidur terlalu awal 3) Sulit buang air besar

  4) Terganggu pencernaan 5) Keringat berlebih 6) Selera makan berubah 7) Sering merasa lelah atau kehilangan daya energi 8) Sering melakukan kekeliruan atau kesalahan dalam kerja dan hidup

  b. Gejala Emosional Gejala emosional stress antara lain : 1) Gelisah atau cemas 2) Sedih, depresi, mudah menangis 3) Mood cepat berubah-ubah 4) Mudah marah 5) Terlalu peka dan mudah tersinggung

  c. Gejala Intelektual

  

Stress juga berdampak pada kerja intelek. Gejala-gejalanya adalah :

  1) Susah berkonsentrasi 2) Sulit membuat keputusan 3) Mudah lupa, daya ingat menurun 4) Sering melamun berlebihan 5) Kehilangan rasa humor yang sehat 6) Produktivitas atau prestasi kerja menurun

  d. Gejala Interpersonal

  Stress mempengaruhi hubungan dengan orang lain, baik di dalam

  maupun di luar rumah. Gejala-gejala yang ditunjukkan antara lain :

  1) Kehilangan kepercayaan kepada orang lain 2) Mudah menyalahkan orang lain 3) Mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya 4) Suka mencari-cari kesalahan orang lain 5) Mengambil sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri

B. Yoga

1. Pengertian Yoga

  Yoga adalah salah satu bentuk rangkaian latihan fisik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan diri seseorang. Kata “yoga” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “penggabungan” atau “ penyatuan” (Weller, 2002). Penggabungan atau penyatuan yang dimaksudkan di sini ialah penggabungan atau penyatuan antara tubuh fisik dan pikiran. Dua hal inilah yang dianggap menjadi faktor penting dalam keseimbangan diri manusia.

  Yoga dapat juga diartikan sebagai sebuah aktivitas di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya secara keseluruhan, atau dengan kata lain mengendalikan, mengatur, dan berkonsentrasi yang berfungsi untuk menyelaraskan tubuh, jiwa, dan pikiran kita (Burgin, 2007).

  Yoga adalah suatu bentuk dari pengobatan untuk tubuh dan jiwa yang di dalamnya terkandung beraneka gaya tubuh dan latihan pernafasan yang berguna untuk meningkatkan kekuatan otot, ketangkasan, sirkulasi darah dan oksigen (Burgin, 2007). Sedangkan yoga dalam kenyataannya sehari- hari berarti kesatuan antara tubuh, jiwa dan pikiran.

  Yoga adalah salah satu filsafat hidup yang dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan yang universal, yakni pengetahuan tentang seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang bagaimana cara mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerak anggota badan, bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain sebagainya (Sani, 2003).

  Yoga mencakup berbagai latihan fisik yang ringan, yang mengikutsertakan setiap sendi pada tubuh dalam gerakan memperkuat, memperlonggar, dan menyeimbangkan setiap bagian tubuh dengan sepenuhnya (Weller, 2002). Sebagai seni olah jiwa dan raga, yoga mengkombinasikan pengendalian pikiran, pernafasan, dan latihan fisik. Gerakan-gerakan dalam yoga cenderung halus dan tidak terburu-buru, dan dalam latihan yoga, setiap postur yang diperagakan memiliki arti berbeda baik bagi tubuh maupun pikiran (Burgin, 2007).

  Latihan yoga dapat memberikan beberapa keuntungan, di antaranya :

  a. Mengatasi gangguan kesehatan Seni latihan fisik dan olah nafas ini dapat melatih pikiran dan dapat mengatasi beberapa gangguan kesehatan. Latihan senam yoga yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan resiko terserang stroke karena dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang suplai darah ke seluruh tubuh terutama ke otak. Latihan yang dapat diberikan untuk pasien yang menderita stroke adalah asanas (latihan fisik) dan pranayama (pernafasan yang terkendali).

  b. Mengendurkan otot Melakukan senam yoga juga dapat mengendurkan ketegangan otot.

  Relaksasi otot yang dilakukan dapat mengurangi kecemasan yang sering dialami oleh individu. Melalui senam yoga, tubuh akan menjadi lentur dan otot-otot akan bisa memanjang dengan maksimal menjadi kenyal sehingga terhindar dari kerusakan otot dan tulang.

  c. Meningkatkan daya ingat Bila tubuh kita menjadi lentur, sistem saraf juga mampu mengirimkan pesan-pesan dengan lebih lancar ke setiap bagian tubuh tanpa terjepit atau terhambat oleh area-area otot yang tegang dan kaku. Oksigen juga dapat mengalir dengan lebih bebas melalui sendi-sendi pembuluh darah dan lubang kapiler di tubuh menjadi lebih terbuka. Akibatnya, otak mendapatkan pasokan darah dan oksigen secara maksimal sehingga mampu untuk mengingat secara optimal. Yoga memiliki banyak gaya, bentuk, dan intensitas. Tetapi hatha yoga, secara khusus, merupakan pilihan yang baik untuk mengatasi stress. Hatha yoga diciptakan untuk menjadikan pikiran lebih tenang dan meningkatkan ketangkasan (Yoga : Tap into the many health benefits of yoga).

  Berdasarkan beberapa pengertian mengenai yoga di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yoga adalah sebuah sistem atau aktivitas untuk menyadarkan dan mengantarkan individu ke arah mutu pengembangan dari kesehatan lahir dan batin, sehingga individu dapat memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera secara keseluruhan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan pikiran di dalam dirinya.

2. Hatha Yoga

  Istilah “hatha” terdiri atas dua bagian, yakni kata “ha” yang berarti matahari dalam bahasa sansekerta dan kata “tha” yang berarti rembulan. Di dalam terminologi yoga dikatakan bahwa bagian kanan tubuh bersifat positif, panas (matahari); yang (dalam terminologi Taoisme) bersifat jantan.

  Sedangkan bagian kiri tubuh bersifat negatif, dingin (rembulan); ying (dalam terminologi Taoisme) yang bersifat feminism (Sani, 2003). Hal ini dapat dirasakan ketika sedang mempraktekkan bernafas melalui satu lubang hidung, dengan menarik nafas melalui satu lubang hidung dan mengeluarkannya melalui lubang hidung yang lainnya secara dalam dan dengan konsentrasi yang tenang terhadap irama pernafasan, serta merasakan bahwa aliran udara yang masuk melalui hidung adalah sejuk sedangkan aliran udara yang keluar adalah hangat.