Bank Sampah (Studi Tentang Prilaku Warga Masyarakat Dalam Mengelola Sampah di Perkotaan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian ini akan membahas tentang prilaku warga masyarakat di
perkotaan dalam mengelola sampah melalui suatu wadah yang disebut Bank
Sampah. Definisi Bank Sampah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
RI Nomor 13 Tahun 2012 adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah
yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.
Sedangkan menurut Green and Clean Kota Bandung mendefinisikan bank sampah
sebagai upaya memaksimalkan nilai sampah dengan tujuan menciptakan
lingkungan yang sehat, bersih, hijau dan asri, mengurangi sampah ke TPA,
mengubah prilaku masyarakat, mendidik masyarakat peduli lingkungan dan
berorganisasi, meningkatkan kreatifitas, dan memberikan keuntungan bagi
penghasil sampah. Dari pengertian di atas menunjukkan bahwasanya Bank
Sampah merupakan suatu institusi ataupun tempat pemilahan/pengumpulan
sampah yang dibentuk untuk mengelola dan memaksimalkan nilai sampah dengan
prinsip 3 R reduce, reuse, dan recycle yaitu mengurangi, menggunakan kembali
dan

mengolah


sampah

melalui

pendekatan

berbasiskan

masyarakat.(http://reizacullen777.blogspot.co.id diakses, 3/3/2016 6:39:35). Itu
merupakan salah satu upaya dalam meminimalisir jumlah sampah yang kian hari
meningkat yang menimbulkan suatu masalah yang serius.

1

Universitas Sumatera Utara

Sampah merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak di pakai lagi
dan perlu penanganan yang baik untuk mengelolanya supaya tidak menimbulkan
masalah. Besarnya jumlah penduduk mempengaruhi jumlah 1 timbulan sampah
yang dihasilkan. Beberapa kota metropolitan di Indonesia salah satunya kota

Jakarta dan Medan, juga melakukan upaya dalam penanganan sampah. Perkiraan
timbulan sampah di Kota Medan 86.534,64 m3/hari, (http://blh.sumutprov.go.id,
diakses, 27/01/2016 18:10) yang berasal dari sampah rumah tangga, sampah dari
pasar-pasar dan tempat lainnya. Penanganan yang dilakukan seperti pengangkutan
sampah dari sumber sampah atau dari tempat pembuangan sampah sementara
(TPS). Di TPS ini sampah dikumpulkan dari rumah tangga, perkantoran, sekolah,
dan tempat - tempat lainnya oleh petugas sampah. Dari petugas sampah itu maka
sampah-sampah tersebut disatukan sebelum akhirnya truk sampah datang dan
mengangkutnya dan membawanya menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Saat tiba di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah pun akhirnya di buang ke
tempat tersebut. Sistem pengelolaan yang digunakan ini adalah kumpul, angkut,
dan buang. Tempat pembuangan akhir merupakan solusi dari mengatasi
permasalahan sampah yang terjadi saat ini.
Cara yang dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya dalam mengatasi
permasalahan sampah hanya menggunakan sistem kumpul, angkut, dan buang. Itu
hanya sementara dalam mengurangi jumlah sampah. Walaupun begitu,
diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di Indonesia yang dapat
terangkut hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berarti masih ada sekitar
1


Timbulan sampah adalah banyaknya sampah dalam satuan berat (kg/o/h) dan satuan volume
(l/o/h).

2

Universitas Sumatera Utara

40 % sampah yang masih berserakan dan belum teratasi. (Damanhuri:1-7).
Menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup, sekitar 59,9 % sampah dibuang
ke TPA, 40,09 % dikelola dengan ditimbun, 7,54 % dijadikan kompos, 1,61 %
dimanfaatkan ulang, 35,49 % dibakar, dan 15,27 % sisanya di buang ke
lingkungan. (Faizal:2012)
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang ketiga di Indonesia
yang sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang
luasnya sekitar 26.510 hektare, memiliki jumlah penduduk 2,8 juta jiwa. Sebagai
kota besar, Kota Medan juga sebagai kota pusat administrasi di Provinsi Sumatera
Utara. Sebagai kota pusat administrasi, Kota Medan memiliki beberapa fungsi
dari kota, di antaranya:
a.


Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik,
Bontang.

b.

Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh: Jakarta,
Bandung, Hong Kong, Singapura dan Poznań.

c.

Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta(ibukota
Indonesia), Washington DC(ibukota Amerika Serikat), Canberra (ibukota
Australia).

d.

Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.

e.


Sebagai penopang Kota Pusat. Contoh : Tangerang Selatan, Bogor dan Depok.
(https://id.wikipedia.org,diakses pada tanggal 7/02/2016 pukul 14.15)

3

Universitas Sumatera Utara

Melihat dari fungsi kota, maka Kota Medan tidak mengherankan jika kota
tersebut selalu dipenuhi berbagai aktivitas dari masyarakat dan peningkatan
jumlah penduduk. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat serta
peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi tingkat konsumsi mereka yang
berdampak kepada jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah sampah yang
dihasilkan oleh setiap individu tentu berbeda dengan yang lainnya
Di Kota Medan volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai
1.500-2000 ribu ton. Pada tahun 2008 ke 2009 terjadi peningkatan produksi
sampah sebesar 33,85 ton. Sedangkan dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi
peningkatan sebesar 677,89 ton. Namun, di antara tahun 2010 ke tahun 2011
malah terjadi penurunan produksi sampah sebesar 22,6556 ton. Dan pada tahun
berikutnya 2011 ke tahun 2012 kembali terjadi peningkatan produksi sampah
sebesar 270,3306 ton. (https://mujaiyah.wordpress.com/,diakses,18:28:16 Rabu,

27 Januari 2016)
Pada tahun 2013, jumlah volume sampah setiap harinya yang dihasilkan
masyarakat Kota Medan berkisar 1700 ton/hari. Jika ditotal setiap bulannya
masyarakat dapat memproduksi sampah sekitar 44.000 ton/ bulan sepanjang tahun
2013. Dan pada tahun 2015 produksi sampah di Kota Medan sudah mencapai
1.900 ton/hari. Namun sayangnya, angka pertumbuhan ini tidak dianggap
menjadipersoalan yang serius oleh pemerintah. (https://mujaiyah.wordpress.com/
diakses, 18:28:16Rabu, 27 Januari 2016)

4

Universitas Sumatera Utara

Jumlah lahan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA)
sangat terbatas. Di Kota Medan sendiri memiliki dua lokasi tempat pembuangan
akhir yaitu TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan, dan TPA
Namo Bintang yang berada di wilayah Pancur batu. TPA Namo Bintang berjarak
15 km dari pusat Kota Medan, dengan luas 17,6 Ha dan beroperasi sejak tahun
1987. Sedangkan TPA Terjun berjarak 14 km dari pusat kota, dengan luas 13,7 Ha
dan beroperasi sejak tahun 1993. ( Tesis Lilis Setyowati Pascasarjana USU,2007).

Di daerah lain di Indonesia seperti halnya di kota Jakarta, jumlah sampah yang
dihasilkan sebanyak 7.000 ribu ton per hari. Menurut Kepala Dinas Kebersihan
DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan Jakarta merupakan kota dengan volume
sampah sebesar 6.500-7.000 ribu ton per hari. Jumlah itu lebih tinggi
dibandingkan dengan kota-kota besar di Eropa yang hanya menghasilkan sampah
sampah sebanyak 1.500-2.000 ribu ton sampah per hari. (Berita satu
www.beritasatu.com/diakses,kamis 7 Januari 2016)
Selain itu, Pemko Medan yang diwakili oleh Dinas Kebersihan Kota
Medan juga melakukan upaya-upaya dalam penanganan masalah sampah. Tetapi
terbatasnya sarana dan prasarana juga menjadi salah satu faktor penghambat
dalam menangani sampah. Di kota Medan sendiri hanya tersedia becak sampah
850 unit, gerobak sampah 335 unit, mobil bak terbuka 6 unit, conpactor 7 unit,
dump truck tiper 167 unit, dan dump truck jenis container 22 unit dan rata-rata
mengangkut sampah sebesar 522 ton per hari. Itu pun belum semua terangkut ke
tempat pembuangan sampah dikarenakan masih ada sampah yang belum terangkut

5

Universitas Sumatera Utara


dari jalanan atau yang terjatuh pada saat pengangkutan.(http:wikipedia/jumlahsarana-prasarana-kebersihan)
Selain dari Pemko Medan, pengelolaan sampah juga dilakukan oleh
sebagian masyarakat yang sekaligus sebagai mata pencahariannya. Mereka
bekerja sebagai “pemulung” mengumpulkan barang-barang bekas yang ada di
sepanjang jalan kemudian mereka pilah atau dipisahkan menurut jenisnya seperti
botol bekas, plastik, ataupun lainnya yang masih memiliki nilai ekonomis jika
dijual. Pemulung pun juga ada di sekitar lokasi TPA melakukan hal yang sama
pula mengumpulkan barang-barang yang dapat di jual kembali. Memang yang
dilakukan para pemulung tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengurangi
dan mengelola sampah tetapi itu belum cukup memberikan kontribusi dalam
mengatasi permasalahan sampah.
Di kota Medan, sampah rumah tangga yang banyak menghasilkan sampah.
Setiap rumah tangga tentunya terdiri dari beberapa anggota keluarga dimana
jumlah konsumsinya berbeda pula. Hal itu yang membuat semakin meningkatnya
jumlah konsumsi yang mengakibatkan jumlah sampah pun meningkat.
Pada umumnya, sampah rumah tangga bersifat organik yang memiliki sifat
mudah membusuk sehingga menghasilkan bau yang tidak sedap seperti sayursayuran, dan makanan. Oleh karena itu, sampah organik harus segera dibuang ke
tempatnya. Sedangkan sampah yang bersifat anorganik adalah jenis sampah yang
sangat sulit terurai dan butuh penanganan lebih lanjut seperti kertas, logam,


6

Universitas Sumatera Utara

plastik, kayu yang berasal dari aktivitas perkantoran, sekolah, pusat perniagaan
dan sarana-sarana publik.
Melihat kenyataannya sekarang, pengelolaan sampah belum berjalan
dengan maksimal. Terbatasnya jumlah sarana dan prasarana dalam mengelola
sampah, peran masyarakat juga dibutuhkan dalam mengelola sampah. Selama ini
timbulan sampah yang semakin meningkat juga akibat kurangnya kesadaran dari
masyarakat dalam mengelola sampah.
Permasalahan sampah bukan semata-mata hanya di tangani oleh
pemerintah saja. Memang benar pemerintah harus ikut bertanggung jawab dalam
mengatasi masalah sampah yang menjadi perhatian serius. Tetapi masyarakat juga
perlu membantu pemerintah melalui prilakunya dalam mengelola sampah. Banyak
cara yang dilakukan pemerintah Kota Medan dalam mengatasi permasalahan
sampah seperti menerbitkan sebuah Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan
Persampahan No.6 Tahun 2015 serta mendidirikan Bank Sampah. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, Pasal 27, berbunyi:
Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat

bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah. Artinya pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
mengadakan kerja sama ataupun membangun suatu tindakan dalam mengelola
sampahnya di wilayahnya masing-masing. Salah satunya yang terjadi di kota
Medan dengan didirikannya bank sampah yang diharapkan dapat mengurangi
jumlah timbulan sampah. Bank sampah ini didirikan supaya dapat memberikan
pemahaman dan membina prilaku masyarakat dalam mengelola sampah
7

Universitas Sumatera Utara

perkotaan. Menurut Astuti, N.A. 2013 menyatakan bahwa pengertian Bank
Sampah yaitu suatu unit kerja yang melakukan pengelolaan sampah dimana
kegiatannya meliputi pemilahan sampah dari sumbernya yang kemudian
dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dijual ke pihak ketiga. Bank Sampah
dibuat dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah bahwa prinsip pengelolaan sampah adalah reduce, reuse, dan
recycle

yaitu


mengurangi,

menggunakan

kembali

dan

mengolah

sampah(http://reizacullen777.blogspot.co.id/ diakses, 3/3/2016 6:39:35 PM).
Namun begitu, kehadiran bank sampah ini ternyata belum bisa sepenuhnya
berjalan dikarena kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah masih rendah
dan perlu diberikan pemahaman oleh pihak Bank Sampah itu sendiri.
Bukan hanya itu saja, pemerintah kota Medan juga baru saja mengeluarkan
peraturan daerah (perda) mengenai persampahan yaitu Perda Nomor 6 Tahun
2015, yaitu: bahwa bagi perorangan akan dikenakan denda sebesar 10 juta rupiah
atau kurungan tiga bulan penjara dan bagi instansi akan dikenakan denda sebesar
50 juta rupiah bagi siapa yang membuang sampah sembarangan. Hal ini dilakukan
oleh pemko Medan mengingat jumlah sampah di kota Medan mengalami
peningkatan akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam menjaga
lingkungannya serta prilaku yang buruk. Peraturan ini di sampaikan di sepanjang
jalan Kota Medan dan di truk pengangkut sampah supaya masyarakat dapat
mengetahui dan memahaminya.
Pemko Medan sendiri telah mendirikan beberapa Bank Sampah seperti
Bank Sampah dan Rumah Kompos di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan
8

Universitas Sumatera Utara

Medan Belawan, dan Bank Sampah Mutiara Medan, Kelurahan Binjai,
Kecamatan Medan Denai.
Bank Sampah dan Rumah Kompos di Kelurahan Belawan Sicanang,
Kecamatan Medan Belawan, merupakan salah satu bentuk kerja pengelolaan
sampah antara Pemkot Medan dengan Pemkot Kitakyushu, Jepang. Bank sampah
yang telah dirintis sejak februari 2013 dapat dijadikan satu solusi untuk mengatasi
permasalahan sampah yang ada di Kota Medan. (http://www.antaranews.com/
diakses, 27/01/2016 18:13). Selain itu, ada Bank Sampah yang dibentuk oleh
Pemko Medan sendiri yaitu Bank Sampah Mutiara Medan yang dibentuk atas
kerja sama antara Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dan Dinas Kebersihan
Kota Medan serta

dengan

Bapak Efendi Agus, dosen tetap di Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara. Bank Sampah Mutiara Medan yang menjadi
fokus kajian peneliti ini diresmikan langsung oleh walikota Medan yaitu
Rahudman Harahap tahun 2012. Hadirnya Bank Sampah ini tentu diharapkan oleh
banyak pihak untuk dapat mengurangi timbulan sampah akibat meningkatnya
aktivitas manusia yang mempengaruhi jumlah konsumsinya pula. Bank Sampah
Mutiara Medan ini menerima semua barang-barang bekas yang masih dapat
diolah kembali seperti botol, plastik, kertas, kaleng, ataupun yang lainnya.
Seiring berjalannya waktu, kehadiran Bank Sampah ini memang sudah
memberikan kontribusi yang positif tetapi belum sepenuhmya dirasakan optimal
perannya dalam mengurangi jumlah sampah. Sebagai program yang sangat besar
perannya belum berjalan dengan baik. Ini dilihat karena lingkungan masyarakat
sekitar masih di selimuti banyaknya sampah yang berserakan. Saluran air yang
9

Universitas Sumatera Utara

mampet akibat banyaknya sampah-sampah plastik khususnya yang menghalangi
laju air dan pinggiran jalan yang masih dipenuhi oleh sampah. Ini menunjukkan
bahwa sistem manajemen ataupun pengelola Bank Sampah Mutiara Medan belum
berjalan dengan baik. Akibatnya, itu berdampak buruk atas hasil kinerja dari Bank
Sampah Medan itu sendiri. Selain itu, kehadiran Bank Sampah Medan ini kurang
memikat perhatian masyarakat karena kurangnya sosialisasi atau dipublikasikan
dari pihak pengelola Bank Sampah Medan. Akibatnya, masyarakat pun tentu tidak
tahu akan keberadaan dan informasi tentang Bank Sampah Medan dan bagaimana
visi dan misinya. Selain itu, kondisinya juga semakin diperparah karena prilaku
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan tidak mengelolanya
dengan baik sehingga menambah jumlah sampah yang bertebaran di sepanjang
jalan ataupun di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ini terjadi dikarenakan
kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah
dengan baik serta peran dari Bank Sampah belum dapat terwujud dalam membina
masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Atas dasar itu, maka apa yang
menjadi visi dan misi Bank Sampah tersebut tidak dapat berjalan di tengah-tengah
di dalam masyarakat.
Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti Bank Sampah
Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang Medan
yang kehadirannya belum dirasakan optimal dalam mengatasi permasalahan
persampahan perkotaan serta memberikan pemahaman dan pembinaan mengenai
prilaku dan kesadaran mengelola sampah kepada masyarakat.

10

Universitas Sumatera Utara

1.2.Tinjauan Pustaka
Istilah sampah sudah tidak asing lagi dan menjadi masalah yang
seriusyang harus ditangani. Sampah dapat diartikan sebagai produk samping dari
aktivitas manusia sehari-hari yang apabila tidak dikelola dengan baik
akanmengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak. Menurut SNI 192454-1991

tentang

Tata

Cara

Pengelolaan

Teknik

Sampah

Perkotaan

didefenisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola dengan baik agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.Pengertian
sampah dalam modul Materi Training Untuk Tingkat Staf Teknis Proyek PLP
Sektor Persampahan : 1986 Bab II : 1) adalah ; “Sampah adalah limbah yang
berbentuk padat dan juga setengah padat , dari bahan organik dan atau anorganik,
baik benda logam maupun bukan logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat
terbakar.” Sedangkan pengertian limbah adalah : “ Limbah adalah suatu benda
yang saat itu dianggap tidak berguna lagi, kehadirannya tidak diinginkan dan tidak
disenangi, harus segera disingkirkan, merupakan benda buangan yang timbul dari
lingkungan masyarakat normal. Bentuk limbah adalah : padat,cair dan gas. ”
Dalam

lingkup

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Donggala

telah

diformulasikan suatu pengertian sampah yang diatur dalam Perda No 10 tahun
2003 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan : Bab I : Pasal 1 :
Point 7) , bahwa sampah adalah : “Sampah adalah limbah yang berbentuk padat
atau setengah padat yang berasal dari bahan organik dan non organik, logam dan
non logam yang dapat terbakar, tidak termasuk buangan biologis atau kotoran
11

Universitas Sumatera Utara

manusia dan sampah berbahaya.” Pengertian sampah secara khusus dikemukakan
oleh Azwar A. ( 1979 : 54) adalah : “ ….sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan
biologis karena (human waste) tidak termasuk didalamnya.” Sedangkan menurut
Mochtar M. ( 1987 : 55) sampah adalah : “ sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya ”.
Menurut UU NO.18 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 dan 2, Tentang
Pengelolaan Sampah, bahwa sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian sampah spesifik adalah
sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau volumenya memerlukan
pengolahan khusus. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah
dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kalengkaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagaianya. Atau sampah dapat juga
didefenisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat.
Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan

12

Universitas Sumatera Utara

sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti
sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan
sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka
dapat dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,
sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
o

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

o

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal
dan lain-lain. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016
Pukul 18.30)

b. Sampah cair adalah sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.


Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.

13

Universitas Sumatera Utara



Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika

dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah
pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
c. Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang
terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah,

misalnya

daun-daun

kering

di

lingkungan

pemukiman.

(https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
d. Sampah manusia adalah sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah
yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan
urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus
dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang
higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori

14

Universitas Sumatera Utara

penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu,
27 Januari 2016 Pukul 18.30)
e. Sampah konsumsi adalah sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan
oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang
dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia.
Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
industri. (https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
f. Limbah radioaktif adalah sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan
fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan
ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempattempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang
namun kadang masih dilakukan). (https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27
Januari 2016 Pukul 18.30)
Selain itu, sampah juga dibedakan berdasarkan sifatnya, di antaranya:
a. Sampah organik - dapat diurai (degradable) adalah Sampah Organik, yaitu
sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering,
dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
(https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)

15

Universitas Sumatera Utara

b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) adalah Sampah Anorganik,
yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku
dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat
dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
(https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
Berdasarkan sifat sampah seperti yang di atas tadi, maka sebagian besar
sampah kota di Indonesia tergolong sampah hayati, atau dikenal sebagai sampah
organik. Sampah yang tergolong organik untuk kota-kota besar bisa mencapai
70% dan sampah yang tergolong an-organik sebanyak 28%, sisanya 2% sebagai
sampah yang tergolong B3 ( Bahan Bahan Berbahaya) dan perlu penanganan yang
khusus. ( Damanhuri:2006/2007)
Ada beberapa kelompok atau pun sebagai sumber sampah itu dihasilkan
yang menghasilkan jenis sampah yang beragam jenis, yaitu:
1. Sampah dari rumah tangga : merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan
atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut sampah domestik. Dari
kelompok ini sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa-sisa
makanan yang paling dominan, serta kertas, kain, atau pun benda yang tidak
terpakai lagi. Umumnya sampah rumah tangga ini lebih bersifat sampah
organik yang cepat membusuk dan tidak tahan lama serta harus segera dibuang

16

Universitas Sumatera Utara

karena kalau dibiarkan akan menimbulkan bau dan mengundang berbagai
penyakit dan hewan pengerat lainnya.
2. Sampah dari daerah komersial : sumber sampah dari kelompok ini berasal dari
pertokoan, pusat perbelanjaan atau perdagangan, pasar, hotel, dan perkantoran.
Dari sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu,
kaca, logam, dan juga sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak
menghasilkan sampah sisa sayur, buah, atau pun makanan yang mudah
membusuk.
3. Sampah dari perkantoran atau intitusi : sumber sampah dari kelompok ini
meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga permasyarakatan, dan
lain-lain. Dari sumber ini sampah yang dihasilkan seperti halnya dari daerah
komersial non pasar.
4. Sampah dari jalan atau taman dan tempat umum : sumber sampah dari
kelompok ini dapat berupa dari jalan kota, taman, tempat parkir, tempat
rekreasi, saluran drainase kota, dan lain-lain. Dari daerah ini umumnya
dihasilkan sampah berupa daun atau dahan pohon, pasir atau lumpuh, sampah
umum seperti plastik, kertas, dan lain-lain.
5. Sampah dari industri dan rumah sakit sejenis sampah kota : kegiatan umum
dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis
sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dan lain-lain.
(Damanhuri: 2006/2007)

17

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, ada beberapa karakteristik sampah, yaitu:
1. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang
umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel,
dan sebagainya.
2. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang
mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang
tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan
sebagainya.
3. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah
terbakartermasuk abu rokok.
4. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan
jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan,
kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
5. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik.
6. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam,
ditabrak kendaraan atau dibuang orang.
7. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda
motor, dan sebagainya.
8. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing,
potongan-potongan

kayu,

besi,

beton,

bambu,

dan

sebagainya.

(http://kumpulanpertanyaanpenting.blogspot.co.id, diakses 27/01/2016 pukul
18:19)

18

Universitas Sumatera Utara

Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Cuaca : di daerah kandungan air yang tinggi, maka kelembapan sampah juga
akan cukup tinggi.
b. Frekuensi pengumpulan : semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin
tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang
karena membusuk dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah
kering lainnya yang sulit terdegradasi.
c. Musim : jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
d. Tingkat sosial ekonomi : daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan
sampah yang terdiri dari kaleng, kertas, dan sebagainya.
f. Pendapatan per kapita : masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan
menghasilkan total sampah yang sedikit dan homogen.
g. Kemasan produk : kemasan produk bahan kebutuhan sehari- hari juga akan
mempengaruhi. Negara maju seperti Amerika tambah banyak yang
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti
Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas. (Damanhuri:
2006/2007)
Itulah sebabnya mengapa Cointreau ( 1991:6)

mengatakan bahwa

”sampah kota-kota di dunia ini bervariasi ciri-cirinya, tergantung menurut tingkat
perkembangan ekonominya.” (Zuska:2008)

19

Universitas Sumatera Utara

Kota dengan pendapatan yang tinggi menghasilkan sampah dengan unsur
kertas lebih tinggi dibandingkan organik. Berbeda dengan kota yang
berpendapatan menengah dan bawah, keduanya unggul dalam sampah organik.
Masih Coentreau mengatakan bahwa sebagian besar limbah negara padat di
negara berkembang terdiri dari limbah makanan organik, sedikit sekali unnsur
plastik, gelas, pengepak logam, dan kertas. Selain itu, bertambahnya jumlah
penduduk dan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh penduduk-penduduk di
kota-kota, diyakini menjadi salah satu penyebab tingginya timbulan sampah.
Sampah-sampah yang diroduksi oleh penduduk kota itu, kemudian tidak dapat
lagi ditangani secara baik yang akan menimbulkan masalah-masalah sosial seperti
banjir ataupun, menimbulkan bau yang tidak sedap. Makin banyak orang dan
makin banyak kegiatannya, maka makin besar pula sampah yang akan
dihasilkannya. Namun perlu digaris bawahi, bahwa timbulan sampah di negara
kaya (berekonomi maju) meski penduduknya tak selalu lebih banyak dari
penduduk di negara berkembang atau miskin jumlahnya selalu besar. Faktor
perkembangan ekonomi, dalam hal ini dapat mempengaruhi besarnya jumlah
timbulan sampah.(Zuska:2008)
Dengan mengetahui sumber penghasil sampah tersebut, tentu dilakukan
cara ataupun upaya dalam menanganinya. Pemerintah pun segera melakukan
tindakan atau metode dalam mengatasi sampah tersebut di antaranya:
(1). Metode Pembuangan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya
untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
20

Universitas Sumatera Utara

Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di
antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan
ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya
adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik. (sumber metode pengelolaan
sampah https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(2). Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil

21

Universitas Sumatera Utara

kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode
baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng
baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut
jenis bahannya.(https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(3). Pengolahan biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan
adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, di mana
sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman
22

Universitas Sumatera Utara

dikumpulkan ke dalam

sebuah kantong khusus yang digunakan untuk

dikomposkan. (https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(4). Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan
panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya

untuk memanaskan boiler untuk

menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah
dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada Tekanan tinggi.
Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat
padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi
atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang
canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas
sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian
dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap. (https://id.wikipedia.org,diakses
Rabu, 27 Januari 2016)

23

Universitas Sumatera Utara

(5). Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan
zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama, contoh, pengurangan bobot kaleng minuman.(https://id.wikipedia.org,
diakses Rabu, 27 Januari 2016)
Selain itu, juga dibuat konsep tentang pengelolaan sampah yang
sistematis.Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda
dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling
umum, multikonsep yang digunakan adalah: Diagram dari hirarki limbah.


Hierarki Sampah - hierarki 2limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi
sampah,

menggunakan

kembali

sampah

dan

daur

ulang,

yang

mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan
dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang tetap menjadi dasar
dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hierarki
adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk
praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
2

Limbah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan berbentuk
padat, cair, dan gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan lagi.

24

Universitas Sumatera Utara



Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah/Extended Producer
Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk
mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produkproduk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan
biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser
diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh
Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti
perusahaan yang manufaktur, impor dan/atau menjual produk diminta
untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan
serta selama manufaktur.



Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di
mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan.
Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada
penghasil

sampah

untuk

membayar

sesuai

dari

pembuangan.

(https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016)
Sampah tentunya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat karena
sampah sendiri dihasilkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
perlu dibutuhkan upaya-upaya untuk mengendalikan serta mengurangi dari
dampak yang ditimbulkan oleh sampah yang sangat buruk bagi kehidupan
masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah
1. Melakukan pemilahan dan pemisahan sampah sejak dari sumbernya. Artinya
pemilahan dan pemisahan sampah harus dilakukan dari sumber sampah itu

25

Universitas Sumatera Utara

termasuk dari rumah sendiri. Masyarakat memiliki peran besar dalam
melakukan proses pemilahan dan pemisahan sampah rumah tangganya sendiri
sehingga itu akan memudahkan proses selanjutnya dengan memisahkan mana
sampah organik ddan sampah anorganik. Dengan begitu dapat memudahkan
petugas sampah untuk memprosesnya lebih lanjutnya lagi. Jadi, hal yang paling
dasar dalam mengelola sampah ini adalah dengan dilakukan proses pemilahan
dan pemisahan sampah dari dalam rumahnya supaya dapat diproses untuk di
daur ulang atau sebagainya.
2. Melakukan daur ulang. Setelah melakukan proses pemilahan dan pemisahan
tentu sampah tersebut dapat di daur ulang sesuai dengan sifat dari sampah
tersebut. Saat ini konsep daur ulang itu seperti 3R, reuse, reduce, dan recovery.
a. Reduce adalah salah satu upaya mengurangi terbentuknya limbah, termassuk
penghematan atau pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah
serta sifat bahaya dari limbah.
b. Reuse adalah salah satu upaya yang dilakukan bila limbah tersebut
dimanfaatkan kembali tanpa mengalami prosess atau transformasi baru
seperti misalnya botol minuman kembalai menjadi botol minuman.
c. Recovery adalah salah satu upaya untuk memberikan nilai kembali limbah
yang terbuang sehingga bisa dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk
melalui

upaya

pengumpulan

dan

pemisahan

yang

baik.

(Damanhuri:2006/2007)
Beberapa alasan daur ulang sampah menjadi salah ssatu upaya mengolah
sampah yang mendapat perhatian dari berbagai pihak yaitu;

26

Universitas Sumatera Utara

1. Alasan ketersediaan sumber daya alam yaitu beberapa sumber daya alam
bersifat dapat terbarukan dengan siklus yang sistematis seperti siklus air
2. Alasan nilai ekonomi adalah limbah yang dihasilkan dari suatu kehgiatan
ternyata dapat bernilai ekonomis bila dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan
tersebutdapat dalam bentuk pemanfaatan enersi,, atau bahan baik sebagai
bahan utama atapun sebagai bahan pembantu
3. Alasan lingkungan adalah sebagai bentuk perlindungan kepada lingkungan
sebab limbah yang dibuang ke lingkungan tentu berdampak pada
keseimbangan

lingkungan

dan

juga

bagi

kehidupan

manusia.

(Damanhuri:2006/2007)
Selain daur ulang, ada juga upaya dalam mengelola sampah yaitu dengan
cara pengomposan. Pengomposan merupakan proses dekomposisi yang dilakukan
oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang biodegradable atau cepat
terurai. Pengomposan ini bertujuan untuk membuat pupuk yang sangat berguna
bagi perkembangan sebuah tanaman karena mengandung unsur zat hara yang
diperlukan oleh tanaman. Kemudian upaya pengelolahan sampah yaitu insirenator
atau insirenasi adalah salah satu proses pengolahan buangan dengan cara
pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi untuk mereduksi timbulan yang
tergolong mudah terbakar, yang sudah tidap dapat lagi di daur ulang.
(Damanhuri:2006/2007)
Itulah berbagai metode yang dilakukan pemerintah dalam menangani
masalah persampahan yang ada saat ini. Walau begitu, tetap saja metode tersebut
belum memberikan hasil yang maksimal dalam mengurangi jumlah sampah.
27

Universitas Sumatera Utara

Malah ada yang berdampak buruk bagi lingkungan. Permasalahan sampah tidak
cukup dengan metode-metode di atas tetapi harus didukung dari adanya partisipasi
masyarakat khusunya. Masalah sampah perkotaan bukan hanya terletak dari
keterbatasan peralatan, lahan, melainkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mengurangi jumlah sampah. Selain itu, masih beberapa cara yang dilakukan
dalam mengatasi jumlah sampah. Beberapa daerah di Indonesia bekerja sama
dalam mengatasi permasalahan sampah seperti kota Denpasar, Bali. Kota
Denpasar bersama daerah yang berada di sekitanya membuat suatu konsep
pengelolaan sampah bersama antara kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan yang disingkat SABARGITA.
Daerah tersebut membuat sistem manajemen dalam mengelola sampah di
daerahnya

seperti

pembuatan peraturan pemerintah daerah, membentuk

petugasnya.
Bukan hanya di Bali saja, di daerah lain yang berada di pulau Jawa pun
tidak mau ketinggalan. Konsep yang dikembangkan di Jakarta dan di sekitarnya,
yaitu pengelolaansampah bersama, khususnya dalam pengadaan TPA, bagi kota
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau disingkat JABODETABEK.
Kemudian Bandung raya juga menampilkan ide pengelolaan sampah bersama
antara Garut, Kota Bandung, Sumedang, dan kotaCimahi atau yang disingkat
GARBA SUCI. Di kota Medan juga ide pengelolaan sampah pun ada yang
seperti itu. Untuk itu pemerintah Provinsi Sumatera Utara merencanakan akan
membangun TPA Regional MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang, dan
Karo).

28

Universitas Sumatera Utara

Prilaku manusia sangat berperan penting dalam mengurangi jumlah
sampah. Dikarenakan manusia yang paling banyak menghasilkan sampah dalam
kegiatan atau aktivitas sehari-harinya. Di dalam prilaku manusia itu dipengaruhi
oleh kebudayaan setempat yang mengakibatkan perubahan pada lingkungan.
“Untuk mewujudkan Kota Medan yang bersih serta bebas dari sampah,
perlu usaha untuk mengubah prilaku masyarakat dalam bentuk kesadaran
dalam menjaga lingkungan yang sehat,”kata Plh Wali Kota Medan Syaiful
Bahri Lubis di Balai Kota Medan, Senin (14/9) (http://harianandalas.com/
diiakses, Rabu, 27 Januari 2016 pukul 18:33:44)

Menurut James Spradley, bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang
diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan
melahirkan tingkah laku sosial. Artinya jika di dalam suatu masyarakat memiliki
budaya hidup kurang bersih maka itu akan mempengaruhi tingkah atau prilakunya
dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kebudayaan sebagaimana yang telah dikatakan Prof. Kuntjaraningrat
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar.
Dari ketujuh unsur kebudayaan itu, maka kebudayaan itu dibagi kedalam
dua bagian yaitu,
1. Kebudayaan material (lahir,fisik) yaitu kebudayaan yang berwujud dan dapat
dilihat wujudnya (konkret), misalnya, rumah, gedung atau bangunan, atau
benda-benda lainnya yang hasil ciptaan manusia.

29

Universitas Sumatera Utara

2. Kebudayaan immaterial (spiritual,batin) yaitu kebudayaaan yang tidak terlihat
bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak), misalnya, bahasa,
religi, adat istiadat, ilmu pengetahuan.

Dalam penelitian ini, penulis memakai arti kebudayaan yang dikemukakan
oleh James P Spradley. Dikatakan demikian, karena masyarakat dalam mengelola
sampah rumah tangganya sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya
dalam mengelola sampah. Dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat untuk
mengelola sampah rumah tanggannya tentunya akan berpengaruh bagaimana
praktik dan tindakannya dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Hal
ini terjadi pada masyarakat saat ini. Dimana pengetahuan masyarakat untuk
mengelola sampah dengan praktis yakni dengan membuang sampah begitu saja
tanpa ada tindakan lainnya. Ini membuat budaya untuk hidup bersih dari sampah
tidak dapat terwujudkan sebab itu tadi dikarenakan pengetahuan masyarakat yang
masih minim dalam mengelola sampah sehingga melahirkan ataupun membuat
masyarakat tersebut malas untuk mengelola sampah dengan baik dan budaya
hidup budaya hidup bersih.
Budaya juga sangat mempengaruhi tingkah laku masyarakat tersebut. Jika
masyarakat tersebut memiliki budaya untuk menjaga kebersihan atau dengan kata
lain untuk hidup bersih tentu masyarakat itu akan menjaga kebersihan lingkungan
dengan cara membuang sampah pada tempatnya serta mengelola sampah itu
dengan baik. Jika sebaliknya, maka sampah itu berserakan dan kurang terurus
dengan baik. Pengetahuan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengelola

30

Universitas Sumatera Utara

sampah dengan baik maka itu dibutuhkan yang namanya suatau sosialisasi
ataupun pemahaman kepada masyarakat. Begitu juga dengan Bank Sampah ini.
Hadirnya Bank Sampah dapat memberikan suatu pengetahuan yang baru kepada
masayarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Apabila masyarakat tersebut
mendapatkan suatu pengetahuan yang baru untuk mengelolas sampah yang baik
tentu masyarkat tersebut akan bertindak atau mengubah pola pikirnya dan
prilakunya dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri.
Kebudayaan juga membentuk prilaku seseorang dalam suatu ekosistem
atau lingkungannya. Seperti halnya yang dikatakan oleh Levis Strauss,
mengatakan bahwa manusia itu dipengaruhi struktur yang berada di dalam
pikirannya. Dari pikirannya itu mempengaruhi bentuk tingkah laku sosial atau
prilakunya dalam menghadapi lingkungan sekitarnya. Sama seperti yang
dikatakan oleh Spradley, bahwa pengetahuan (bagian dari kebudayaan) dapat
mempengaruhi manusia dan melahirkan tingkah laku sesuai dengan pengetahuan
yang ia peroleh tentang cara mengolah sampah. Kemudian, struktur tidak dapat
hanya diamati saja melainkan harus dilakukan proses studi dan analisa mengenai
hal itu.Mungkin kebanyakan hal individu atau pun masyarakat pada umumnya
berlaku menurut aturan-aturan yang disadarinya maupun aturan yang tidak
disadarinya. Jadi dengan menemukan aturan-aturan budaya maka untuk sebagian
prilaku manusia dapat dijelaskan. Meskipun demikian, masih diperlukan usaha
untuk dapat memahami mengapa suatu masyarakat tertentu mempunyai aturan –
aturan budaya tertentu.( Ihromi:2006)

31

Universitas Sumatera Utara

Tetap ada sesuatu yang harus dituruti, meskipun sesuatu yang harus
dituntut itu juga tak henti-hentinya dipengaruhi oleh individu. Pandangan ini
sejalan dengan Pierre Bourdieu yaitu: “manusia sebagai elemen kreatif dalam
proses sosial, dipengaruhi dan mempengaruhi struktur dan merupakan petunjuk
bagi konteks sosial-budaya dan mekanisme prilaku manusia”.(Zuska:2008)
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Manusia merupakan pendukung dari kebudayaan itu sendiri. Dalam
banyak konsep seperti yang dikemukakan Claude Kluckhon, ditekankan bahwa
“kebudayaan merupakan proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara
biologis”. ( Hari Poerwanto:2005).
Kebudayaan sangat berkaitan erat dengan manusia terutama cara mereka
untuk merespon keadaan lingkungan sekitar mereka. Memang pengetahuan
mereka yang sangat utama dalam memandang lingkungan sekitar mereka untuk
dapat melakukan tindakan ataupun respon dari pengetahuan yang mereka miliki
itu. Dalam tesisnya, Fikarwin Zuska konsep kebudayaan yang dimiliki oleh
Parsudi Suparlan, bahwa kebudayaan keselurahan pengetahuan manusia sebagai
mahluk sosial yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami
lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya
kelakuan.(Zuska:2008) Artinya rumusan mengenai kebudayaan yang dipakai oleh
penulis dalam penelitian ini yaitu James Spradley, bahwa pengetahuan merupakan
hal dasar yang membentuk cara berpikir masyarakat dalam merespon ataupun
bertindak terhadap lingkungannya dalam mengelola sampah rumah tangganya
sendiri. Pengetahuan masyarakat mengelola sampah saat ini masih minim
32

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan

kurang perdulinya

dengan

keseimbangan

lingkungan

serta

pemahaman dengan sampah masih kurang yang mmenganggap sampah sesuatu
yang tidak layak lagi digunakan. Padahal jika sampah diolah dengan baik tentu
akan menghasilkan manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu,
mengkaji sampah sebagai materi buangan manusia, dengan sendirinya, dapat
mengungkapkan kebudayaan manusia yang menghasilkannya. (Zuska:2008)
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat mengenai sampah khususnya
dalam mengelola sampah merupakan sebagai bentuk kebudayaan mereka dalam
merespon keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kebudayaan yang
dikatakan Spradley yaitu pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan
pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial bisa dikatakan juga sebagai salah
satu wujud dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Prof. Kuntjaraningrat.
Adapun wujud kebudayaan