Analisis Perencanaan Pembangunan Pedesaan Yang Partisipatif (Studi Kasus Di Desa Dolok Merawan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.8.
Latar Belakang
Implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu dan
kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan sasaran yang
ditetapkan. Implementasi kebijakan juga sebagai proses keputusan kebijakan yang dibuat oleh
lembaga pemerintah.
Pembangunan adalah proses perwujudan cita-cita negara untuk mewujudkan masyarakat
yang makmur dan sejahtera secara merata diseluruh wilayah Indonesia, namun demikian
pembangunan yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat makmur dan sejahtera belumlah bisa
dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia karena berbagai faktor penyebab dimana
salah satu faktornya adalah faktor geografis. Kondisi geografis wilayah Indonesia terdiri atas
banyak pulau-pulau yang terpisahkan oleh lautan dimana penduduknya tersebar dihampir
selururh pulau yang ada di Indonesia secara tidak merata, faktor persebaran penduduk yang
tidak merata ditambah lagi dengan akses atau infrastruktur yang tidak sama dan merata antara
satu wilayah dengan wilayah lain menjadi salah satu penghambat untuk mewujudkan
pembangunan yang merata diseluruh wilayah Indonesia. Selain itu adanya sistem otonomi daerah
juga menjadi salah satu penghambat dalam pemerataan pembangunan karena adanya kebebasan
pada setiap daerah untuk memanfaatkan segala potensi yang ada didaerahnya untuk
dimanfaatkan membuat adanya jenjang antara daerah yang mimiliki potensi sumber daya dengan
daerah yang tidak memiliki potensi sumber daya.
Di dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Universitas Sumatera Utara
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Di dalam Permendagri Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
adalah salah satu Peraturan Menteri Dalam Negeri yang keluar berbarengan dalam segepok
peraturan menteri dalam negeri yang kejar tayang dan dilemparkan oleh Menteri Dalam Negeri
Tjahjo Kumolo pada 31 Desember 2014. Adapun apa yang ada dalam Permendagri 114 ini akan
membuat puyeng dengan Permendagri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Mengapa karena nomenklatur untuk pembangunan desa sendiri dengan pengelolaan keuangan
desa sepertinya tidak kompak dan akan membingungkan ketika nanti dilakukan implementasi,
dan tidak ada lagi kebebasan sejauhmana RPJMDes yang dibuat didesa dapat dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan.
Kesatuan antara penduduk, sumber daya alam, dan organisasi kelembagaan desa
merupakan unsur paling utama dalam menentukan keberhasilan program pembangunan suatu
wilayah atau desa, masyarakat adalah sentral pembangunan karena dari masyarakat dan oleh
masyarakatlah proses pembangunan dapat dilaksanakan. Selain itu keberhasilan program
pembangunan banyak ditentukan juga oleh sifat kemampuan dan ketrampilan para pemimpin
yang ada didesa dalam menggerakan kegiatan pembangunan, pemimpin yang dapat membimbing
dan membawa aspirasi masyarakat dalam pembangunan wilayahnya secara tidak langsung akan
dapat merangsang keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan atau dengan kata lain
masyarakat ingin berpartisipasi dan berperan serta dalam kegiatan pembangunan.
1.9.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalahnya
sebagai berikut :
a.
Bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di
Desa Dolok Merawan ?
b.
Bagaimana Kelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan ?
Universitas Sumatera Utara
1.10.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
a.
Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan
Pembangunan Di Desa Dolok Merawan.
b.
Untuk Mengetahui Bagaimana Kelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan.
1.11.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Secara subjektif adalah sebagai sarana untuk menambah wawasan serta untuk melatih
penulis dalam mengembangkan kemampuan dalam berfikir secara ilmiah dan sistematis.
2.
Secara praktis adalah sebagai informasi bagi pembaca yang mendalami kajian tentang
impementasi perencanan partisipasi dalam mewujudkan pembangunan.
3.
Secara akademik adalah sebagai bahan masukan bagi kepustakaan Depertemen
Administarsi Negara.
1.12.
Kerangka Teori
Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai sebagai landasan teroitis untuk pelaksanaan penelitian. Kerangkai teri adalah
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di
defenisikan sebagai masalah yang penting, (Sugioyono, 2005: 55) .
1.12.1.
Kebijakan Publik
Memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak
dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah, Thomas R. Dye dalam (Tangkilisan, 2003 :
1).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai
rangakain konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan,kepemimpinan dan cara bertindak. Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum,
masyarakat ataupun Negara.
Universitas Sumatera Utara
1.12.2.
Pengertian Implementasi
Implementasi
berasal dari
bahasa
Inggris
yaitu
to
implement
yang
berarti
mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
(http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html).
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci.
Berikut pengertian implementasi menurut para ahli :
a.
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis
Kurikulum “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”, (Usman, 2002: 70).
b.
Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi
Pembangunan “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses
interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana, birokrasi yang efektif”, (Setiawan, 2004: 39).
c.
Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan
Politik “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan
kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program”, (Harsono, 2002: 67).
1.12.3.
Pengertian Perencanaan
Perencanaan dapat berarti hal yang berbeda buat orang yang berbeda. Bagi orang-orang
yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu kegiatan khusus yang
memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit,banyak menguras tenaga dan pikiran, serta
membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya. Akan tetapi bagi orang lain perencanaan
dapat berarti suatu pekerjaan sehari-hari, tidak rumit, bahkan bisa saja orang tersebut tidak
menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan. Perencanaan yang merupakan pekerjaan
rutin,misalnya serang ibu rumah tangga yang memikirkan apa yang dimasak hari ini yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan selera keluarga atau seorang tukang becak yang memikirkan dimana saja dia akan
mangkal hari ini dan pada jam berapa mangkal dimasing-masing tempat agar mendapatkan
penumpang yang cukup.
Defenisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan
suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Defenisi seperti itu sebetulnya tidak salah, tetapi tidak mampu memberi gambaran atas suatu
perencanaan yang rumit dan luas. Defenisi itu cocok untuk perencanaan sederhana yang
tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan tidsak terdapat faktr pembatasan yang berarti
untuk menapai tujuan tersebut. Misalnya, pelaksanaan pesta ulang tahun anak dengan jumlah
tamu diperkirakan 50 anak, (Tarigan, 2005: 1).
Perencanaan adalah suatau cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif ,(Tjokroamidjojo,
1976:12).
Perencanaan adalah penting, karena perencanaan akan memberi efek baik pada
pelaksanaan maupun pengawasan. Suatu perencanaan merupakan langkah pertama dalam usaha
mencapai suatu kegiatan, (Widjaya, 1987: 33).
Dari beberapa pengertian perencanaan di atas dapat di disimpulkan perencanaan adalah
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
1.12.3.1.
Jenis-jenis Perencanaan
Berikut ini jenis-jenis perencanaan menurut terdiri dari :
a.
Perencanaan Fisik Versus Perencanaan Ekonomi
Pada dasarnya pembeda ini didasarkan atas isi atau materi dari perencanaan.
Namun demikian, orang awam terkadang tidak bisa melihat perbedaan antara perencanaan
fisik dengan
perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik (physical planning) adalah
perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya
perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi,
penyediaan fasilitas untuk umum, dan lain-lain. Perencanaan ekonomi (economic planning)
berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi sesuatu wilayah dan langkah-langkah untuk
memperbaiki tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
b.
Perencanaan Alokatif Versus Perencanaan Inovatif
Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu
antara perencanaan modal alokatif dan perencanaan yang bersifat inovatif . Perencanaan
alokatif (allocative planning) berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah
disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Dalam
perencanaan inovatif (innovative planning), para perencana lebih memiliki kebebasan, baik
dalam menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target. Artinya
mereka dapat menetapkan prosedur atau cara-cara baru, yang penting target itu dapat
dicapai atau dilampaui.
c.
Perencanaan Bertujuan Jamak Versus Perencanaan Bertujuan Tunggal
Pembedaan ini didasarkan atas luas pandang (skop) yang tercakup, yaitu antara
perencanaan bertujuan jamak dan perencanaan bertujuan tunggal. Perencanaan dapat
mempunyai tujuan dan sasaran tunggal atau jamak. Perencanaan bertujuan tunggal apabila
sasaran yang hendak yang hendak dicapai adalah sesuatu yang dinyatakan dengan tegas
dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Sasaran itu adalah tunggal dan bulat dan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, rencana pemerintah untuk membangun 100
unit rumah di suatu lokasi tertentu. Perencanaan bertujuan jamak adalah perencanaan yang
memiliki beberapa tujuan sekaligus. Misalnya, rencana pelebaran dan peningkatan kualitas
jalan penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, misalnya
agar perhubungan di daerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya permukiman baru
dan mendorong bertambahnya aktivitas pasar di daerah tersebut.
d.
Perencanaan Bertujuan Jelas Versus Perencanaan Bertujuan Laten
Pembedaan ini didasarkan atas konkret atau tidak konkretnya isi rencana tersebut.
Perencanaan bertujuan jelas adalah perencanaan yang dengan tegas menyebutkan tujuan
dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat diukur keberhasilannya.
Dalam perencanaan tujuan
selalu dibuat lebih bersifat umum dibandingkan dengan sasaran. Tujuan belum tentu dapat
diukur walaupun bisa dirasakan, sedangkan sasaran biasanya dinyatakan dalam angka
konkret sehingga bisa diukur tingkat pencapaiannya. Misalnya, tujuan perencanaan adalah
menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya adalah menaikkan pendapatan per kapita dari
$400 menjadi $500 per tahun, dalam jangka waktu tiga tahun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
e.
Perencanaan Indikatif Versus Perencanaan Imperatif
Pembedaan ini didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat
kewenangan dari institusi pelaksana. Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana
tujuan yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok
dengan tegas. Tujuan bisa juga dinyatakan dalam bentuk indikator tertentu, namun
indikator itu sendiri bisa konkret dan bisa hanya perkiraan (indikasi).
Perencanaan imperatif adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur,
pelaksana, waktu pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk
menjalankan rencana tersebut. Itu sebabnya megapa perencanaan ini disebut perencanaan
sistem komando. Pelaksana di lapangan tidak berhak mengubah apa yang tertera dalam
rencana, paling-paling hanya bisa mengajukan usul. Perencanaan sistem komando pernah
di terapkan Uni Soviet di bawah rezin komunis.
f. Top Down Versus Bottom Up Planning
Pembedaan perencanaan jenis ini didasarkan atas kewenangan dari institusi yang
terlibat. Perencanaan model top-down dan bottom-up hanya berlaku apabila terdapat
beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan atau beberapa jenjang jabatan di perusahaan
yang masing-masing tingkatan diberi wewenang untuk melakukan perencanaan.
Perencanaan model top-down adalah apabila kewenangan utama dalam
perencanan itu berada pada institusi yang lebih tinggi dimana institusi perencana pada level
yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi.
Rencana dari institusi yang lebih tinggi tersebut model harus dijadikan bagian rencana dari
institusi yang lebih rendah. Sebaliknya, bottom-up planning adalah apabila kewenangan
utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi
perencana pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh
institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah. Umumnya yang terjadi adalah kombinasi
antara kedua model tersebut. Akan tetapi, dari rencana yang dihasilkan oleh kedua level
institusi perencanaan tersebut, dapat ditentukan model mana yang lebih dominan. Apabila
yang
dominan adalah top-down maka perencanaan itu disebut sentralistik, sedangkan
apabila yang dominan adalah bottom-up maka perencanaan itu disebut desentralisktik.
Universitas Sumatera Utara
g. Vertical Versus Horizontal Planning
Pembedaan ini juga didasarkan atas perbedaan kewenangan antarinstitusi
walaupun lebih ditekankan pada perbedaan jalur koordinasi yang diutamakan perencana.
vertical Planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi antar berbagai
jenjang pada sektor yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan sektoral, jadi
menekankan pentingnya koordinasi antar berbagai jenjang pada instansi yang sama (sektor
yang sama).
Horizontal Planning menekankan keterkaitan antarberbagai sektor sehingga
berbagai sektor itu dapat berkembang secara bersinergi.
Horizontal Planning melihat
pentingnya koordinasi antarberbagai instansi pada level yang sama,ketika masing-masing
instansi menanagi kegiatan atau sektor yang berbeda. Horizontal Planning menekankan
keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama.
h. Perencanaan Yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung Versus Yang Tidak
Melibatkan Masyarakat Secara langsung
Pembedaan ini juga didasarkan atas kewenangan yang diberikan kepada institusi
perencana yang seringkali terkait dengan luas bidang yang direncanakan. Perencanaan yang
melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila sejak awal masyarakat telah
diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Perencanaan yang tidak
melibatkan masyarakat adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan palingpaing hanya dimintakan persetujuan dari DPRD untuk persetujuan akhir. Perencanaan yang
tidak melibatkan masyarakat misalnya apabila perencanaan itu bersifat teknik pelaksanaan,
bersifat internal, menyangkut bidang yang sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut
dengan kepentingan orang banyak, (Tarigan, 2005: 13).
1.12.4. Pengertian Pembangunan
Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan
orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara
umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan
dan budaya, (http:// /pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli.html).
1.12.5.
Pengertian Perencanaan Pembangunan
Ada beberapa defenisi tentang perencanaan pembangunan sebagai berikut :
a. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan
(termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya,untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif, (Tjokroamidjojo, 1976: 12).
b. Perencanaan pembangunan adalah Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusankeputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan
untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik
(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik,
(Riyadi dan Bratakusumah, 2004 : 7).
Dari beberapa pengertian perencanaan pembangunan di atas dapat di disimpulkan
perencanaan pembangunan adalah suatu rencana pembangunan yang mneggunakan sumber daya
untuk mencapai tujuan.
1.12.6. Teori Pembangunan
Teori Pembangunan menurut Hettne adalah sebagai berikut, (Friedmann, 1979: 122 dalam
Jayadinata dan Paramandika, 2006) :
a.
Teori Modernisasi
Menurut teori modernisasi Pembangunan merupakan cara yang paling dikenal dan paling
berkuasa. Yang merupakan unsur utama dalam teori ini
adalah pertumbuhan yang dihubungkan dengan cita-cita untuk maju, yaitu dengan bergeraknya
peradaban kearah yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori Ketergantungan Sepihak (dependency theory)
Merupakan reaksi terhadap teori modernisasi di Amerika Latin. Teori itu adalah
kebijaksanaan mengenai hubungan internasional dalam perdagangan dan pembangunan dan
merupakan pengembangan dari sistem Pusat-Pinggiran (Center-Periphery Sistem).
c.
Teori Saling Ketergantungan (interdependency theory)
Pada tahun tujuh puluhan, disebabkan leh munculnya kesadaran untuk saling
berhubungan akibat adanya pembahasan “Tata Ekonomi Baru Dunia” (“New Internatinal
Econmic order”), maka timbul “teori saling ketergantungan”. Teori ini mengusahakan adanya
penyatuan antar pendekatan ketergantungan sepihak dengan ketergantungan ekonomi dunia dan
hubungan internasional.
Menurut Soemitro Djojohadikoesoemo, (Djojohadikoesoemo, 1975: 14 dalam Jayadinata
dan Paramandika, 2006) tata ekonomi baru dunia antar lain bertujuan memperbaiki perbedaan
kemakmuran antar penduduk termiskin di dunia (diambil dari 10% lapisan termiskin) dengan
lapisan terkaya di dunia (diambil dari 10% lapisan terkaya di dunia) berbanding 1:30, dan hal
itu diusahakan untuk menjadi 1:3 pada jangka waktu limapuluh tahun, (Johara T.Jayadinata,
2006: 19).
1.12.7.
a.
Maksud dan Tujuan pembangunan Masyarakat Desa Di Indonesia
Pembentukan Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa
Pembangunan masyarakat desa di dunia, secara Internasional baru dilakukan setelah tahuan
1969, atas prakarsa PBB (Perserikat Bangsa Bangsa).
b.
Tujuan dan Maksud Pembangunan Masyarakat Desa
Salah satu hambatan penting yang menyebabkan kemakmuran penduduk pedesaan di negara
berkembang rendah adalah tidak meratanya kepemilikan tanah. Misalnya pada tahun 1973, di
Nepal (Misra,1981, h. 233-237), 63% dari keluarga petani kecil hanya memiliki 10,6% dari
seluruh tanah pertanian, sedangkan 17,6% dari keluarga petani bessar memiliki 71,50%.
c. Tingakatan (tipe) desa dan bidang pembangunan
Pada waktu itu Direktorat pembangunan Masyarakat Desa mengusahakan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa dengan peningkatan
peningkatan
desa
swadaya
(tradisional) melalui desa swakarya (transisi) menuju desa swasembada (maju dan modern),
(Dirjen Pembangunan Desa,1975,h.58-59 dalam Jayadinata dan Paramandika, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pembangunan meliputi bidang :
1. Ekonomi
2. Sosial
3. Fisik dan prasarana
4. Pemerintahan, (Johara T.Jayadinata, 2006: 83).
1.12.8.
Model Perencanaan Pembangunan Pedesaan Yang Partisipatif
1.12.8.1. Peningkatan Partisipasi Anggota Masyarakat (PPAM)
Otonomi Daerah (Otoda) diartikan sebagai penyerahan kewenangan dari permerintah
pusat kepada Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penyelenggaraan pemerintahan dan
perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan daerah harus disusun mendasarkan pada potensi
yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi modal, sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, aspirasi masyarakat
setempat dan lainnya. Karena dana/anggaran pembangunan yang tersedia terbatas, sedangkan
program pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak, maka perlu dilakukan :
1. Penentuan perioritas program pembangunan yang diusulkan itu,yang disusun berdassarkan
kriteria yang terukur.
2. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi program pembangunan
tersebut. Penentuan program pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan
bentuk mekanisme perencanaan dari bawah, dari akar rumput bawah atau bottom-up planing.
Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat
(social empowering) secara nyata dan terarah.
Metodologi PPAM (Peningkatan Partisipasi Anggota masyarakat) didasarkan atas partisipasi
orang-orang yang terlibat dalam proses PPAM tersebut. Salah satu aspek dari pendekatan PPAM
adalah mendorong pemuka masyarakat dan pemerintah setempat untuk membantu kelompok
startegis masyarakat dalam mengambil keputusan dan membangkitkan pengertian (pemahaman),
motivasi, kerjasama diantara anggota masyarakat untuk menunjang peningkatan partisipasi dan
keswadayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi
dari kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi
program-prograam yang dilaksanakan di daerahnya. Bentuk partisipasi masyarakat tersebut antara
lain mereka bersedia menyerahkan sebagian lahan/tanahnya yang dilewati oleh pembangunan
jaringan irigasi, tanpa pembayaran ganti rugi harga lahan/tanah tersebut, kerja bersama-sama dalam
pembangunan jalan desa (tanpa diberikan upah) dan lainnya.
1.12.8.2. Tahapan dan Manfaat Perencanaan Partisipatif
Tahap perencanaan partisipatif dapat di gambarkan pada gambar 1.
Gambar 1.1
Tahapan perencanaan partisipatif
Analisis Masalah dan Penentuan Perioritas Masalah
Analisis Potensi dan Kendala yang Dihadapi
Analisis Kepentingan / Kebutuhan Kelompok dalam Masyarakat
Perumusan Rencana Program Pembangunan Swadaya
Lokakarya Membicarakan Implementasi Program
Dalam garis besarnya, perencanaan partisipatif meliputi lima tahapan, mulai dari :
1.
Analisis masalah dan penentuan prioritas masalah
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa bermusyawarah dengan staf-stafnya untuk
membahas perencanaan pembangunan yang ada di Dolok Merawan.
2.
Analisis potensi dan kendala yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta bawahannya sama-sama mengeluarkan
solusi dan pendapat masing-masing meraka untuk mencegah kendala-kendala yang ada
dalam perencanaan pembangunan di Desa Dolok Merawan tersebut.
3.
Analisis kepentingan/kebutuhan kelompok strategi dalam Masyarakat
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta staf-stafnya mengadakan musyawarah,
untuk mengetahui atau, merencanakan bagaimana strategi pembangunan di Desa Dolok
Merawan tersebut.
4.
Perumusan rencana program pembangunan swadaya masyarakat
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta staf-stafnya mengadakan musyawarah
bagaimana pembangunan di Desa Dolok Merawan.
5.
Lokakarya membicarakan implikasi program
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa menanyakan bagaimana pendapat masyarakat
tentang perencanaan pembangunan yang ada di Desa Dolok Merawan.
Penyusunan perencanaan partisipatif adalah dalam perumusan program-program
pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dilakukan melalui diskusi
kelompok-kelompok masyarakat secara terfokus atau secara terarah (FGD). Kelompok
strategis masyarakat dianggap paling mengetahui potensi, kondisi, masalah, kendala, dan
kepentingan (kebutuhan) masyarakat setempat, maka benar-benar berdasar skala prioritas,
bersifat dapat diterima oleh masyarakat luas (acceptable) dan dianggap layak dipercaya
(reliable) untuk dapat dilaksanakan (implementable).
Perencanaan program pembangunan disusun sendiri oleh masyarakat, maka
selanjutnya implemtasinya agar masyarakat juga dilibatkan. Pelibatan masyarakat, tenaga
kerja lokal, demikian pula kontarktor lokal yang memenuhi syarat. Selanjutnya untuk
menjamin hasil pekerjaan terlaksana tepat waktu, tepat muta dan tepat sasaran, peran serta
masyarakat dalam pegawasan selayaknya dilibatkan secara nyata, sehingga benar-benar
partisipasi masyarakat dilibatkan peran serta mulai penyusunan program, implementasi
program sampai kepada pengawasan.
1.12.8.3.
Partisipasi Masyarakat dan Implementasi Program Pembangunan
Setelah
ditentukan
program
pembangunan,
selanjutnya
di
implementasikan.
Implemntasi dilaksanakan oleh kontraktor, setelah melalui pra kualifikasi dan tender. Untuk tugas
Universitas Sumatera Utara
pengawsan dapat dimanfaatkan Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM) yang sebelumnya telah
berpartisipasi dalam sosialisasi, pendamping, dan penguatan kelembagaan terhadap masyarakat,
dimana dilakukan identifikasi dan penentuan program yang diimplementasikan.
Peranan perencanaan partisipatif sangat penting. Partisipasi masyarakat merupakan
kontribusi masyarakat secara nyata dan positif terhadap penyusunan perencanaan dan implementasi
pembangunan di daerahnya. Penguatan kelembagaan (local institutional development) dan
kepemimpinan lokal (local leadership) merupakan faktor penujang. Lembaga Swadaya Masyarakat
mempunyai kontribusi besar yaitu dalam pendamping, sosiologi dan penguatan program-program
yang dikerjakan sebagai fungsi pengawasan terhadap implementasi, kualitas proyek-proyek
(berdasar standar teknik yang telah ditetapkan) dilakukan oleh instansi teknis (PU/Kimpraswil),
(Adisasmita, 2006 : 45).
1.13.
Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial, (Singarimbun, 2006 :
33).
Konsep atau pengertian merupakan unsur penting dalam suatu penelitian karena ini akan
menyamakan pandangan antara penulis (peneliti) dengan pembaca dalam pokok bahasan yang
sedang diuraikan. Adapun defenisi konsep pada penelitian ini adalah :
1.13.1.
Impelementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses atau tindakan yang bertujuan untuk
melihat atau menilai suatu kebijakan atau suatu program apakah sudah berjalan sesuai dengan
sasaran yang sudah ditetapkan atau masih belum sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Teori
implementasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi George Edward III
(1980) yaitu ada 4 faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu :
a. Komunikasi, yaitu penyampaian tentang kebijakan yang dibuat kepada implementor agar
kebijakan yang dibuat benar-benar dipahami.
b. Sumber daya yaitu faktor penunjang keberhasilan dari terlaksananya suatu kebijakan/program.
c. Kecendrungan-kecendrungan atau disposisi yaitu karakteristik atau sikap yang dimiliki oleh
implementor terhadap kebijakan yang diambil atau diputuskan.
Universitas Sumatera Utara
d. Struktur birokrasi yaitu susunan atau aturan yang ada terkait birokrasi atau badan pelaksana dari
suatu kebijakan/program untuk mengetahui kewenangan dan peraturan yang harus dilakukan
dalam pelaksanaannya.
Implementasi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan, karena
tanpa adanya implementasi maka perencanaan dari suatu kebijakan yang dibuat akan sia-sia karena
tidak akan terlaksana perencanaan yang telah dibuat tersebut.
1.13.2.
Perencanaan Pembangunan
Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, (Tarigan, 2009:1). Jadi perencanaan itu merupakan
tahap awal dari suatu kegiatan, dimana di dalam tahap perencaaan inilah dikumpulkan ide-ide,
gagasan yang akan dilaksanakan pada tahap implementasi guna untuk mencapai suatu tujuan yang
sudah ditetapkan.
Berikut pentingnya perencanaan karena dikuatkan oleh faktor, (Tarigan, 2009: 8) yaitu :
a. Banyak diantara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi diperbanyak atau
diperbaharui.
b. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
c. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat diubah atau
diperbaiki kembali.
d. Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya.
e. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili di
wilayah tersebut, di mana kedua hal tersebut saling mempengaruhi.
f. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu adalah aset
yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan
bersifat langgeng.
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan masyarakat atas prakata sendiri atau
pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai komunitas,
mengintrogasikan berbagai komunitas ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan
memajukan bangsa secara terpadu. Pembangunan daerah adalah proses kegiatan, masyarakat
daerah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya yang bertempat tinggal disuatu
daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya
keterbukaan dalam proses penyelenggaraana negara maka pemerintah mendorong masyarakat
untuk berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan,
mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijaksanaan
pemerintah, sehingga akan terhindar terjadinya KKN dalam pemerintahan. Adanya keterbukaan
berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup bertanggung jawab terhadap kegiatan
yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab ini menyangkut masalah proses pengerjaan,
pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan negara, maka terjalin hubungan
yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang pada gilirannya akan menciptakan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan nasional.
1.13.3.
Partisipasi
Partisipasi sebenarnya berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata “participation“ yang
dapat diartikan suatu kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan diikut sertakan atau ambil
bagian dalam kegiatan suatu organisasi. Sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat atau partisipasi tersebut dapat
berarti keterlibatan proses penentuan arah dari strategi kebijaksanaan pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah. Menurut pendapat (Suryono, 2001:124) partisipasi merupakan ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Menurut Histiraludin (dalam Handayani 2006:39-40) “Partisipasi lebih pada alat
sehingga dimaknai partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan
proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan
pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada program yang
dilakukan”. Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program
pemngembangan masyarakat, seolah-olah menjadi “model baru” yang harus melekat pada setiap
rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam pengembangannya seringkali diucapkan dan
ditulis berulang-ulang teteapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna.
Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan atau proses bersama saling
Universitas Sumatera Utara
memahami, merencanakan, menganalisis dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota
masyarakat.
1.14.
Defenisi operasinal
Defenisi operasinal adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaiman cara
mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa
saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut, (Singarimbun, 1995: 46).
Adapun indikator dalam penelitian ini adalah :
a.
Pengetahuan masyarakat terhadap perencanaan pembangunan
Pengetahuan masyarakat terhadap perencanaan yang akan dilaksanakan sangat diperlukan untuk
mengimplementasikan dari perencanaan tersebut.
b.
Hambatan dalam pelaksanaan pelaksanaan perencanaan pembangunan
Suatu hal yang menjadi kendala bagi masyarakat atau organisasi untuk mencapai perencanaan
yang telah ditetapkan. Sebagai contoh banyaknya perbedaan pendapat diantara sesama anggota
masyarakat/organisasi.
c.
Pelibatan masyarkat dalam perencanaan pembangunan
Masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan pembangunan guna bisa mencapai keinginan
yang diharapkan dalam suatu masyarakat/organisasi.
d.
Kesesuaian rencana kerja pembangunan dengan kebutuhan masyarakat
Organisasi dalam masyarakat sangat mengharapkan adanya kesesuaian antara implementasi
pembangunan dengan kebutuhan dari masyarakat.
e.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Dalam mewujudkan pembangunan yang dinginkan dalam suatu organisasi, maka masyarakat
seharusnya ikut berpartisipasi.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.8.
Latar Belakang
Implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu dan
kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan sasaran yang
ditetapkan. Implementasi kebijakan juga sebagai proses keputusan kebijakan yang dibuat oleh
lembaga pemerintah.
Pembangunan adalah proses perwujudan cita-cita negara untuk mewujudkan masyarakat
yang makmur dan sejahtera secara merata diseluruh wilayah Indonesia, namun demikian
pembangunan yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat makmur dan sejahtera belumlah bisa
dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia karena berbagai faktor penyebab dimana
salah satu faktornya adalah faktor geografis. Kondisi geografis wilayah Indonesia terdiri atas
banyak pulau-pulau yang terpisahkan oleh lautan dimana penduduknya tersebar dihampir
selururh pulau yang ada di Indonesia secara tidak merata, faktor persebaran penduduk yang
tidak merata ditambah lagi dengan akses atau infrastruktur yang tidak sama dan merata antara
satu wilayah dengan wilayah lain menjadi salah satu penghambat untuk mewujudkan
pembangunan yang merata diseluruh wilayah Indonesia. Selain itu adanya sistem otonomi daerah
juga menjadi salah satu penghambat dalam pemerataan pembangunan karena adanya kebebasan
pada setiap daerah untuk memanfaatkan segala potensi yang ada didaerahnya untuk
dimanfaatkan membuat adanya jenjang antara daerah yang mimiliki potensi sumber daya dengan
daerah yang tidak memiliki potensi sumber daya.
Di dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Universitas Sumatera Utara
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Di dalam Permendagri Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
adalah salah satu Peraturan Menteri Dalam Negeri yang keluar berbarengan dalam segepok
peraturan menteri dalam negeri yang kejar tayang dan dilemparkan oleh Menteri Dalam Negeri
Tjahjo Kumolo pada 31 Desember 2014. Adapun apa yang ada dalam Permendagri 114 ini akan
membuat puyeng dengan Permendagri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Mengapa karena nomenklatur untuk pembangunan desa sendiri dengan pengelolaan keuangan
desa sepertinya tidak kompak dan akan membingungkan ketika nanti dilakukan implementasi,
dan tidak ada lagi kebebasan sejauhmana RPJMDes yang dibuat didesa dapat dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan.
Kesatuan antara penduduk, sumber daya alam, dan organisasi kelembagaan desa
merupakan unsur paling utama dalam menentukan keberhasilan program pembangunan suatu
wilayah atau desa, masyarakat adalah sentral pembangunan karena dari masyarakat dan oleh
masyarakatlah proses pembangunan dapat dilaksanakan. Selain itu keberhasilan program
pembangunan banyak ditentukan juga oleh sifat kemampuan dan ketrampilan para pemimpin
yang ada didesa dalam menggerakan kegiatan pembangunan, pemimpin yang dapat membimbing
dan membawa aspirasi masyarakat dalam pembangunan wilayahnya secara tidak langsung akan
dapat merangsang keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan atau dengan kata lain
masyarakat ingin berpartisipasi dan berperan serta dalam kegiatan pembangunan.
1.9.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalahnya
sebagai berikut :
a.
Bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Di
Desa Dolok Merawan ?
b.
Bagaimana Kelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan ?
Universitas Sumatera Utara
1.10.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
a.
Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan
Pembangunan Di Desa Dolok Merawan.
b.
Untuk Mengetahui Bagaimana Kelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan.
1.11.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Secara subjektif adalah sebagai sarana untuk menambah wawasan serta untuk melatih
penulis dalam mengembangkan kemampuan dalam berfikir secara ilmiah dan sistematis.
2.
Secara praktis adalah sebagai informasi bagi pembaca yang mendalami kajian tentang
impementasi perencanan partisipasi dalam mewujudkan pembangunan.
3.
Secara akademik adalah sebagai bahan masukan bagi kepustakaan Depertemen
Administarsi Negara.
1.12.
Kerangka Teori
Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai sebagai landasan teroitis untuk pelaksanaan penelitian. Kerangkai teri adalah
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di
defenisikan sebagai masalah yang penting, (Sugioyono, 2005: 55) .
1.12.1.
Kebijakan Publik
Memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak
dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah, Thomas R. Dye dalam (Tangkilisan, 2003 :
1).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai
rangakain konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan,kepemimpinan dan cara bertindak. Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum,
masyarakat ataupun Negara.
Universitas Sumatera Utara
1.12.2.
Pengertian Implementasi
Implementasi
berasal dari
bahasa
Inggris
yaitu
to
implement
yang
berarti
mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
(http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html).
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci.
Berikut pengertian implementasi menurut para ahli :
a.
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis
Kurikulum “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”, (Usman, 2002: 70).
b.
Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi
Pembangunan “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses
interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana, birokrasi yang efektif”, (Setiawan, 2004: 39).
c.
Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan
Politik “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan
kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program”, (Harsono, 2002: 67).
1.12.3.
Pengertian Perencanaan
Perencanaan dapat berarti hal yang berbeda buat orang yang berbeda. Bagi orang-orang
yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu kegiatan khusus yang
memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit,banyak menguras tenaga dan pikiran, serta
membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya. Akan tetapi bagi orang lain perencanaan
dapat berarti suatu pekerjaan sehari-hari, tidak rumit, bahkan bisa saja orang tersebut tidak
menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan. Perencanaan yang merupakan pekerjaan
rutin,misalnya serang ibu rumah tangga yang memikirkan apa yang dimasak hari ini yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan selera keluarga atau seorang tukang becak yang memikirkan dimana saja dia akan
mangkal hari ini dan pada jam berapa mangkal dimasing-masing tempat agar mendapatkan
penumpang yang cukup.
Defenisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan
suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Defenisi seperti itu sebetulnya tidak salah, tetapi tidak mampu memberi gambaran atas suatu
perencanaan yang rumit dan luas. Defenisi itu cocok untuk perencanaan sederhana yang
tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan tidsak terdapat faktr pembatasan yang berarti
untuk menapai tujuan tersebut. Misalnya, pelaksanaan pesta ulang tahun anak dengan jumlah
tamu diperkirakan 50 anak, (Tarigan, 2005: 1).
Perencanaan adalah suatau cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif ,(Tjokroamidjojo,
1976:12).
Perencanaan adalah penting, karena perencanaan akan memberi efek baik pada
pelaksanaan maupun pengawasan. Suatu perencanaan merupakan langkah pertama dalam usaha
mencapai suatu kegiatan, (Widjaya, 1987: 33).
Dari beberapa pengertian perencanaan di atas dapat di disimpulkan perencanaan adalah
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
1.12.3.1.
Jenis-jenis Perencanaan
Berikut ini jenis-jenis perencanaan menurut terdiri dari :
a.
Perencanaan Fisik Versus Perencanaan Ekonomi
Pada dasarnya pembeda ini didasarkan atas isi atau materi dari perencanaan.
Namun demikian, orang awam terkadang tidak bisa melihat perbedaan antara perencanaan
fisik dengan
perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik (physical planning) adalah
perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya
perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi,
penyediaan fasilitas untuk umum, dan lain-lain. Perencanaan ekonomi (economic planning)
berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi sesuatu wilayah dan langkah-langkah untuk
memperbaiki tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
b.
Perencanaan Alokatif Versus Perencanaan Inovatif
Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu
antara perencanaan modal alokatif dan perencanaan yang bersifat inovatif . Perencanaan
alokatif (allocative planning) berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah
disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Dalam
perencanaan inovatif (innovative planning), para perencana lebih memiliki kebebasan, baik
dalam menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target. Artinya
mereka dapat menetapkan prosedur atau cara-cara baru, yang penting target itu dapat
dicapai atau dilampaui.
c.
Perencanaan Bertujuan Jamak Versus Perencanaan Bertujuan Tunggal
Pembedaan ini didasarkan atas luas pandang (skop) yang tercakup, yaitu antara
perencanaan bertujuan jamak dan perencanaan bertujuan tunggal. Perencanaan dapat
mempunyai tujuan dan sasaran tunggal atau jamak. Perencanaan bertujuan tunggal apabila
sasaran yang hendak yang hendak dicapai adalah sesuatu yang dinyatakan dengan tegas
dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Sasaran itu adalah tunggal dan bulat dan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, rencana pemerintah untuk membangun 100
unit rumah di suatu lokasi tertentu. Perencanaan bertujuan jamak adalah perencanaan yang
memiliki beberapa tujuan sekaligus. Misalnya, rencana pelebaran dan peningkatan kualitas
jalan penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, misalnya
agar perhubungan di daerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya permukiman baru
dan mendorong bertambahnya aktivitas pasar di daerah tersebut.
d.
Perencanaan Bertujuan Jelas Versus Perencanaan Bertujuan Laten
Pembedaan ini didasarkan atas konkret atau tidak konkretnya isi rencana tersebut.
Perencanaan bertujuan jelas adalah perencanaan yang dengan tegas menyebutkan tujuan
dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat diukur keberhasilannya.
Dalam perencanaan tujuan
selalu dibuat lebih bersifat umum dibandingkan dengan sasaran. Tujuan belum tentu dapat
diukur walaupun bisa dirasakan, sedangkan sasaran biasanya dinyatakan dalam angka
konkret sehingga bisa diukur tingkat pencapaiannya. Misalnya, tujuan perencanaan adalah
menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya adalah menaikkan pendapatan per kapita dari
$400 menjadi $500 per tahun, dalam jangka waktu tiga tahun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
e.
Perencanaan Indikatif Versus Perencanaan Imperatif
Pembedaan ini didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat
kewenangan dari institusi pelaksana. Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana
tujuan yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok
dengan tegas. Tujuan bisa juga dinyatakan dalam bentuk indikator tertentu, namun
indikator itu sendiri bisa konkret dan bisa hanya perkiraan (indikasi).
Perencanaan imperatif adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur,
pelaksana, waktu pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk
menjalankan rencana tersebut. Itu sebabnya megapa perencanaan ini disebut perencanaan
sistem komando. Pelaksana di lapangan tidak berhak mengubah apa yang tertera dalam
rencana, paling-paling hanya bisa mengajukan usul. Perencanaan sistem komando pernah
di terapkan Uni Soviet di bawah rezin komunis.
f. Top Down Versus Bottom Up Planning
Pembedaan perencanaan jenis ini didasarkan atas kewenangan dari institusi yang
terlibat. Perencanaan model top-down dan bottom-up hanya berlaku apabila terdapat
beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan atau beberapa jenjang jabatan di perusahaan
yang masing-masing tingkatan diberi wewenang untuk melakukan perencanaan.
Perencanaan model top-down adalah apabila kewenangan utama dalam
perencanan itu berada pada institusi yang lebih tinggi dimana institusi perencana pada level
yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi.
Rencana dari institusi yang lebih tinggi tersebut model harus dijadikan bagian rencana dari
institusi yang lebih rendah. Sebaliknya, bottom-up planning adalah apabila kewenangan
utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi
perencana pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh
institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah. Umumnya yang terjadi adalah kombinasi
antara kedua model tersebut. Akan tetapi, dari rencana yang dihasilkan oleh kedua level
institusi perencanaan tersebut, dapat ditentukan model mana yang lebih dominan. Apabila
yang
dominan adalah top-down maka perencanaan itu disebut sentralistik, sedangkan
apabila yang dominan adalah bottom-up maka perencanaan itu disebut desentralisktik.
Universitas Sumatera Utara
g. Vertical Versus Horizontal Planning
Pembedaan ini juga didasarkan atas perbedaan kewenangan antarinstitusi
walaupun lebih ditekankan pada perbedaan jalur koordinasi yang diutamakan perencana.
vertical Planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi antar berbagai
jenjang pada sektor yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan sektoral, jadi
menekankan pentingnya koordinasi antar berbagai jenjang pada instansi yang sama (sektor
yang sama).
Horizontal Planning menekankan keterkaitan antarberbagai sektor sehingga
berbagai sektor itu dapat berkembang secara bersinergi.
Horizontal Planning melihat
pentingnya koordinasi antarberbagai instansi pada level yang sama,ketika masing-masing
instansi menanagi kegiatan atau sektor yang berbeda. Horizontal Planning menekankan
keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama.
h. Perencanaan Yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung Versus Yang Tidak
Melibatkan Masyarakat Secara langsung
Pembedaan ini juga didasarkan atas kewenangan yang diberikan kepada institusi
perencana yang seringkali terkait dengan luas bidang yang direncanakan. Perencanaan yang
melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila sejak awal masyarakat telah
diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Perencanaan yang tidak
melibatkan masyarakat adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan palingpaing hanya dimintakan persetujuan dari DPRD untuk persetujuan akhir. Perencanaan yang
tidak melibatkan masyarakat misalnya apabila perencanaan itu bersifat teknik pelaksanaan,
bersifat internal, menyangkut bidang yang sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut
dengan kepentingan orang banyak, (Tarigan, 2005: 13).
1.12.4. Pengertian Pembangunan
Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan
orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara
umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan
dan budaya, (http:// /pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli.html).
1.12.5.
Pengertian Perencanaan Pembangunan
Ada beberapa defenisi tentang perencanaan pembangunan sebagai berikut :
a. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan
(termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya,untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif, (Tjokroamidjojo, 1976: 12).
b. Perencanaan pembangunan adalah Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusankeputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan
untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik
(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik,
(Riyadi dan Bratakusumah, 2004 : 7).
Dari beberapa pengertian perencanaan pembangunan di atas dapat di disimpulkan
perencanaan pembangunan adalah suatu rencana pembangunan yang mneggunakan sumber daya
untuk mencapai tujuan.
1.12.6. Teori Pembangunan
Teori Pembangunan menurut Hettne adalah sebagai berikut, (Friedmann, 1979: 122 dalam
Jayadinata dan Paramandika, 2006) :
a.
Teori Modernisasi
Menurut teori modernisasi Pembangunan merupakan cara yang paling dikenal dan paling
berkuasa. Yang merupakan unsur utama dalam teori ini
adalah pertumbuhan yang dihubungkan dengan cita-cita untuk maju, yaitu dengan bergeraknya
peradaban kearah yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori Ketergantungan Sepihak (dependency theory)
Merupakan reaksi terhadap teori modernisasi di Amerika Latin. Teori itu adalah
kebijaksanaan mengenai hubungan internasional dalam perdagangan dan pembangunan dan
merupakan pengembangan dari sistem Pusat-Pinggiran (Center-Periphery Sistem).
c.
Teori Saling Ketergantungan (interdependency theory)
Pada tahun tujuh puluhan, disebabkan leh munculnya kesadaran untuk saling
berhubungan akibat adanya pembahasan “Tata Ekonomi Baru Dunia” (“New Internatinal
Econmic order”), maka timbul “teori saling ketergantungan”. Teori ini mengusahakan adanya
penyatuan antar pendekatan ketergantungan sepihak dengan ketergantungan ekonomi dunia dan
hubungan internasional.
Menurut Soemitro Djojohadikoesoemo, (Djojohadikoesoemo, 1975: 14 dalam Jayadinata
dan Paramandika, 2006) tata ekonomi baru dunia antar lain bertujuan memperbaiki perbedaan
kemakmuran antar penduduk termiskin di dunia (diambil dari 10% lapisan termiskin) dengan
lapisan terkaya di dunia (diambil dari 10% lapisan terkaya di dunia) berbanding 1:30, dan hal
itu diusahakan untuk menjadi 1:3 pada jangka waktu limapuluh tahun, (Johara T.Jayadinata,
2006: 19).
1.12.7.
a.
Maksud dan Tujuan pembangunan Masyarakat Desa Di Indonesia
Pembentukan Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa
Pembangunan masyarakat desa di dunia, secara Internasional baru dilakukan setelah tahuan
1969, atas prakarsa PBB (Perserikat Bangsa Bangsa).
b.
Tujuan dan Maksud Pembangunan Masyarakat Desa
Salah satu hambatan penting yang menyebabkan kemakmuran penduduk pedesaan di negara
berkembang rendah adalah tidak meratanya kepemilikan tanah. Misalnya pada tahun 1973, di
Nepal (Misra,1981, h. 233-237), 63% dari keluarga petani kecil hanya memiliki 10,6% dari
seluruh tanah pertanian, sedangkan 17,6% dari keluarga petani bessar memiliki 71,50%.
c. Tingakatan (tipe) desa dan bidang pembangunan
Pada waktu itu Direktorat pembangunan Masyarakat Desa mengusahakan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa dengan peningkatan
peningkatan
desa
swadaya
(tradisional) melalui desa swakarya (transisi) menuju desa swasembada (maju dan modern),
(Dirjen Pembangunan Desa,1975,h.58-59 dalam Jayadinata dan Paramandika, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pembangunan meliputi bidang :
1. Ekonomi
2. Sosial
3. Fisik dan prasarana
4. Pemerintahan, (Johara T.Jayadinata, 2006: 83).
1.12.8.
Model Perencanaan Pembangunan Pedesaan Yang Partisipatif
1.12.8.1. Peningkatan Partisipasi Anggota Masyarakat (PPAM)
Otonomi Daerah (Otoda) diartikan sebagai penyerahan kewenangan dari permerintah
pusat kepada Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penyelenggaraan pemerintahan dan
perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan daerah harus disusun mendasarkan pada potensi
yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi modal, sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, aspirasi masyarakat
setempat dan lainnya. Karena dana/anggaran pembangunan yang tersedia terbatas, sedangkan
program pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak, maka perlu dilakukan :
1. Penentuan perioritas program pembangunan yang diusulkan itu,yang disusun berdassarkan
kriteria yang terukur.
2. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi program pembangunan
tersebut. Penentuan program pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan
bentuk mekanisme perencanaan dari bawah, dari akar rumput bawah atau bottom-up planing.
Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat
(social empowering) secara nyata dan terarah.
Metodologi PPAM (Peningkatan Partisipasi Anggota masyarakat) didasarkan atas partisipasi
orang-orang yang terlibat dalam proses PPAM tersebut. Salah satu aspek dari pendekatan PPAM
adalah mendorong pemuka masyarakat dan pemerintah setempat untuk membantu kelompok
startegis masyarakat dalam mengambil keputusan dan membangkitkan pengertian (pemahaman),
motivasi, kerjasama diantara anggota masyarakat untuk menunjang peningkatan partisipasi dan
keswadayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi
dari kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi
program-prograam yang dilaksanakan di daerahnya. Bentuk partisipasi masyarakat tersebut antara
lain mereka bersedia menyerahkan sebagian lahan/tanahnya yang dilewati oleh pembangunan
jaringan irigasi, tanpa pembayaran ganti rugi harga lahan/tanah tersebut, kerja bersama-sama dalam
pembangunan jalan desa (tanpa diberikan upah) dan lainnya.
1.12.8.2. Tahapan dan Manfaat Perencanaan Partisipatif
Tahap perencanaan partisipatif dapat di gambarkan pada gambar 1.
Gambar 1.1
Tahapan perencanaan partisipatif
Analisis Masalah dan Penentuan Perioritas Masalah
Analisis Potensi dan Kendala yang Dihadapi
Analisis Kepentingan / Kebutuhan Kelompok dalam Masyarakat
Perumusan Rencana Program Pembangunan Swadaya
Lokakarya Membicarakan Implementasi Program
Dalam garis besarnya, perencanaan partisipatif meliputi lima tahapan, mulai dari :
1.
Analisis masalah dan penentuan prioritas masalah
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa bermusyawarah dengan staf-stafnya untuk
membahas perencanaan pembangunan yang ada di Dolok Merawan.
2.
Analisis potensi dan kendala yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta bawahannya sama-sama mengeluarkan
solusi dan pendapat masing-masing meraka untuk mencegah kendala-kendala yang ada
dalam perencanaan pembangunan di Desa Dolok Merawan tersebut.
3.
Analisis kepentingan/kebutuhan kelompok strategi dalam Masyarakat
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta staf-stafnya mengadakan musyawarah,
untuk mengetahui atau, merencanakan bagaimana strategi pembangunan di Desa Dolok
Merawan tersebut.
4.
Perumusan rencana program pembangunan swadaya masyarakat
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa beserta staf-stafnya mengadakan musyawarah
bagaimana pembangunan di Desa Dolok Merawan.
5.
Lokakarya membicarakan implikasi program
Di dalam tahap ini mungkin Kepala Desa menanyakan bagaimana pendapat masyarakat
tentang perencanaan pembangunan yang ada di Desa Dolok Merawan.
Penyusunan perencanaan partisipatif adalah dalam perumusan program-program
pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dilakukan melalui diskusi
kelompok-kelompok masyarakat secara terfokus atau secara terarah (FGD). Kelompok
strategis masyarakat dianggap paling mengetahui potensi, kondisi, masalah, kendala, dan
kepentingan (kebutuhan) masyarakat setempat, maka benar-benar berdasar skala prioritas,
bersifat dapat diterima oleh masyarakat luas (acceptable) dan dianggap layak dipercaya
(reliable) untuk dapat dilaksanakan (implementable).
Perencanaan program pembangunan disusun sendiri oleh masyarakat, maka
selanjutnya implemtasinya agar masyarakat juga dilibatkan. Pelibatan masyarakat, tenaga
kerja lokal, demikian pula kontarktor lokal yang memenuhi syarat. Selanjutnya untuk
menjamin hasil pekerjaan terlaksana tepat waktu, tepat muta dan tepat sasaran, peran serta
masyarakat dalam pegawasan selayaknya dilibatkan secara nyata, sehingga benar-benar
partisipasi masyarakat dilibatkan peran serta mulai penyusunan program, implementasi
program sampai kepada pengawasan.
1.12.8.3.
Partisipasi Masyarakat dan Implementasi Program Pembangunan
Setelah
ditentukan
program
pembangunan,
selanjutnya
di
implementasikan.
Implemntasi dilaksanakan oleh kontraktor, setelah melalui pra kualifikasi dan tender. Untuk tugas
Universitas Sumatera Utara
pengawsan dapat dimanfaatkan Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM) yang sebelumnya telah
berpartisipasi dalam sosialisasi, pendamping, dan penguatan kelembagaan terhadap masyarakat,
dimana dilakukan identifikasi dan penentuan program yang diimplementasikan.
Peranan perencanaan partisipatif sangat penting. Partisipasi masyarakat merupakan
kontribusi masyarakat secara nyata dan positif terhadap penyusunan perencanaan dan implementasi
pembangunan di daerahnya. Penguatan kelembagaan (local institutional development) dan
kepemimpinan lokal (local leadership) merupakan faktor penujang. Lembaga Swadaya Masyarakat
mempunyai kontribusi besar yaitu dalam pendamping, sosiologi dan penguatan program-program
yang dikerjakan sebagai fungsi pengawasan terhadap implementasi, kualitas proyek-proyek
(berdasar standar teknik yang telah ditetapkan) dilakukan oleh instansi teknis (PU/Kimpraswil),
(Adisasmita, 2006 : 45).
1.13.
Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial, (Singarimbun, 2006 :
33).
Konsep atau pengertian merupakan unsur penting dalam suatu penelitian karena ini akan
menyamakan pandangan antara penulis (peneliti) dengan pembaca dalam pokok bahasan yang
sedang diuraikan. Adapun defenisi konsep pada penelitian ini adalah :
1.13.1.
Impelementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses atau tindakan yang bertujuan untuk
melihat atau menilai suatu kebijakan atau suatu program apakah sudah berjalan sesuai dengan
sasaran yang sudah ditetapkan atau masih belum sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Teori
implementasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi George Edward III
(1980) yaitu ada 4 faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu :
a. Komunikasi, yaitu penyampaian tentang kebijakan yang dibuat kepada implementor agar
kebijakan yang dibuat benar-benar dipahami.
b. Sumber daya yaitu faktor penunjang keberhasilan dari terlaksananya suatu kebijakan/program.
c. Kecendrungan-kecendrungan atau disposisi yaitu karakteristik atau sikap yang dimiliki oleh
implementor terhadap kebijakan yang diambil atau diputuskan.
Universitas Sumatera Utara
d. Struktur birokrasi yaitu susunan atau aturan yang ada terkait birokrasi atau badan pelaksana dari
suatu kebijakan/program untuk mengetahui kewenangan dan peraturan yang harus dilakukan
dalam pelaksanaannya.
Implementasi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan, karena
tanpa adanya implementasi maka perencanaan dari suatu kebijakan yang dibuat akan sia-sia karena
tidak akan terlaksana perencanaan yang telah dibuat tersebut.
1.13.2.
Perencanaan Pembangunan
Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, (Tarigan, 2009:1). Jadi perencanaan itu merupakan
tahap awal dari suatu kegiatan, dimana di dalam tahap perencaaan inilah dikumpulkan ide-ide,
gagasan yang akan dilaksanakan pada tahap implementasi guna untuk mencapai suatu tujuan yang
sudah ditetapkan.
Berikut pentingnya perencanaan karena dikuatkan oleh faktor, (Tarigan, 2009: 8) yaitu :
a. Banyak diantara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi diperbanyak atau
diperbaharui.
b. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
c. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat diubah atau
diperbaiki kembali.
d. Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya.
e. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili di
wilayah tersebut, di mana kedua hal tersebut saling mempengaruhi.
f. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu adalah aset
yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan
bersifat langgeng.
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan masyarakat atas prakata sendiri atau
pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai komunitas,
mengintrogasikan berbagai komunitas ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan
memajukan bangsa secara terpadu. Pembangunan daerah adalah proses kegiatan, masyarakat
daerah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya yang bertempat tinggal disuatu
daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya
keterbukaan dalam proses penyelenggaraana negara maka pemerintah mendorong masyarakat
untuk berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan,
mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijaksanaan
pemerintah, sehingga akan terhindar terjadinya KKN dalam pemerintahan. Adanya keterbukaan
berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup bertanggung jawab terhadap kegiatan
yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab ini menyangkut masalah proses pengerjaan,
pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan negara, maka terjalin hubungan
yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang pada gilirannya akan menciptakan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan nasional.
1.13.3.
Partisipasi
Partisipasi sebenarnya berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata “participation“ yang
dapat diartikan suatu kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan diikut sertakan atau ambil
bagian dalam kegiatan suatu organisasi. Sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat atau partisipasi tersebut dapat
berarti keterlibatan proses penentuan arah dari strategi kebijaksanaan pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah. Menurut pendapat (Suryono, 2001:124) partisipasi merupakan ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Menurut Histiraludin (dalam Handayani 2006:39-40) “Partisipasi lebih pada alat
sehingga dimaknai partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan
proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan
pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada program yang
dilakukan”. Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program
pemngembangan masyarakat, seolah-olah menjadi “model baru” yang harus melekat pada setiap
rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam pengembangannya seringkali diucapkan dan
ditulis berulang-ulang teteapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna.
Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan atau proses bersama saling
Universitas Sumatera Utara
memahami, merencanakan, menganalisis dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota
masyarakat.
1.14.
Defenisi operasinal
Defenisi operasinal adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaiman cara
mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa
saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut, (Singarimbun, 1995: 46).
Adapun indikator dalam penelitian ini adalah :
a.
Pengetahuan masyarakat terhadap perencanaan pembangunan
Pengetahuan masyarakat terhadap perencanaan yang akan dilaksanakan sangat diperlukan untuk
mengimplementasikan dari perencanaan tersebut.
b.
Hambatan dalam pelaksanaan pelaksanaan perencanaan pembangunan
Suatu hal yang menjadi kendala bagi masyarakat atau organisasi untuk mencapai perencanaan
yang telah ditetapkan. Sebagai contoh banyaknya perbedaan pendapat diantara sesama anggota
masyarakat/organisasi.
c.
Pelibatan masyarkat dalam perencanaan pembangunan
Masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan pembangunan guna bisa mencapai keinginan
yang diharapkan dalam suatu masyarakat/organisasi.
d.
Kesesuaian rencana kerja pembangunan dengan kebutuhan masyarakat
Organisasi dalam masyarakat sangat mengharapkan adanya kesesuaian antara implementasi
pembangunan dengan kebutuhan dari masyarakat.
e.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Dalam mewujudkan pembangunan yang dinginkan dalam suatu organisasi, maka masyarakat
seharusnya ikut berpartisipasi.
Universitas Sumatera Utara