Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa

(1)

Skripsi:

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF

DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DESA

(Studi Pada Desa Kampung Baru Kec. Bilah Barat Kab. Labuhan Batu)

DIAJUKAN OLEH :

MUHAMMAD AFFANDI PASARIBU 020903023

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Abstrak

Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa Nama : Muhammad Affandi Pasaribu

Nim : 020903023

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi

Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.

Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.

Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.


(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Perumusan Masalah………. 6

1.3. Tujuan Penelitian………. 6

1.4. Manfaat Penelitian……… 7

1.5. Kerangka Teori………. 7

1.5.1. Implementasi... 8

1.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 10

1.5.3. Desa... 13

1.6. Definisi Konsep……….... 18

1.7. Definisi Operasional……… 19

1.8. Kerangka Berfikir………... 20

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 22

II.1. Metode Penelitian……… 22

II.2. Lokasi Penelitian……… 22

II.3. Populasi dan Sampel……… 22

II.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 24

II.5. Teknik Analisa Data……… 25

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………. 26

III.1. Letak dan Luas Wilayah……… 26


(4)

III.3. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32

1. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32

2. Badan Perwakilan Desa (BPD)………. 40

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN……… 44

IV.1. Karakteristik Responden……… 44

IV.2. Variabel Penelitian……….. 50

BAB V ANALISA DATA………... 77

1. Keberadaan Peraturan Daerah………. 78

2. Suasana Demokratis dan Alur Komunikasi Dua Arah Dalam Setiap Forum Musyawarah Warga Desa………….. 78

3. Sinergitas Antara Inspirasi Warga Dengan Program Pembangunan Yang Dijalankan... 79

4. Relaisasi Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82

VI.1. Kesimpulan……….... 82

VI.2. Saran………... 84


(5)

Abstrak

Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa Nama : Muhammad Affandi Pasaribu

Nim : 020903023

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi

Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.

Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.

Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.


(6)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Otonomi daerah adalah pembagian antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau kabupaten/ kota. Disamping itu melalui otonomi daerah juga terwujud pembagian kewenangan antara pemerintah di satu pihak dan masyarakat dilain pihak sehingga dengan demikian otonomi daerah tidak hanya sebatas pengertian pembagian kekuasaan antara lembaga pemerintahan (institusional), tetapi yang terpenting adalah arti otonomi itu sendiri sebagai suatu konsep pembagian kekuasaan dan kewenangan yang proporsional dan adil antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian di dalam konsep tersebut terdapat pemahaman bahwa pada hakikatnya otonomi daerah bagi pembangunan adalah hak mengurus rumah tangga sendiri yakni suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang dan urusan pemerintah pusat yang diserahkan kepada daerah yang penyelenggaraannya lebih memberikan tekanan pada prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keragaman daerah.

Berbeda dengan sistem yang telah berjalan sebelumnya. Sistem penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini dilaksanakan pengaturannya senantiasa secara terpusat (sentralistik) dengan kebijakan yang didominasi atas


(7)

jawab utama atas kebijakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang diberikan dan tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Dengan demikian keinginan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan berupa upaya pergerakan kondisi masyarakat dari suatu situasi ke suatu situasi yang secara keseluruhan lebih baik akan tercapai melalui konsep yang lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya seperti yang terkandung dalam makna otonomi daerah tersebut. Selanjutnya perumusan dan pelaksanaan berbagai kebijaksanaan, program-program pembangunan yang konsisten dan dapat diwujudkan dengan rasionalitas urutan dan skala prioritasnya. Hal ini dapat dicapai karena maksud diberlakukannya otonomi daerah tidak lain adalah agar masyarakat dipimpin oleh penyelenggara yang mengerti dan paham akan apa yang benar-benar menjadi niatnya. Hal ini berarti bahwa berhasilnya pencapaian pembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada suatu daerah itu sendiri pada umumnya.

Proses partisipasi masyarakat selalu menjadi perhatian utama dalam pembangunan Indonesia. Partisipasi merupakan bagian penting dari budaya bangsa kita yang senantiasa menempuh pendekatan musyawarah untuk mufakat dalam mencari jalan keluar serta pengambilan keputusan bersama. Dengan kata lain apapun yang menjadi hasil ataupun keputusan musyawarah mufakat tersebut sudah menjadi tanggung jawab bagi semua peserta musyawarah dalam konteks ini adalah masyarakat. Partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu


(8)

menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan setara, transparansi, kesetaraan kewenangan, kesetaraan tanggung jawab dan kerja sama.

Ibarat kata pepatah “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”, demikian pula dengan pendekatan partisipatif. Proses pembangunan akan lebih berjalan dengan lancar dengan adanya segenap masyarakat yang ikut ambil bagian dan diharapkan menunjukkan dampak yang signifikan dalam proses pembangunan, terutama untuk pembangunan jangka panjang. Pendekatan partisipatif sangat penting diterapkan dalam proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi yang merujuk pada hasil yang benar-benar sesuai dengan apa yang diniatkan oleh masyarakat. Dengan demikian rasa memiliki akan hasil proses pembangunan dapat dimiliki masyarakat (sense of belonging).

Ada beberapa keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu penerapan pendekatan partisipatif yakni ;

a. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi terutama dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun bersama.

b. Semangat akan pembangunan akan lebih memaknai proses pembangunan itu sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan didalam membangun baik dalam hal merencanakan dan mengambil


(9)

Pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan pembangunan. Disamping itu diharapkan pula masyarakat dapat menempati prioritas sebagai penikmat hasil pembangunan. Namun untuk mencapai keadaaan itu kemandirian masyarakat tidaklah cukup melainkan diperlukan partisipasi aktif semua element yang ada termasuk kerjasama pemerintah dengan stake holder yang ada (Wisnu Hidayat dkk).

Perencanaan yang merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan tersebut di atas adalah tahap awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Oleh karena itu pada tahap ini sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan di desa merupakan sebuah hasil musyawarah yang mempertimbangkan aspirasi masyarakat secara utuh. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan yang direncanakan di desa akan berhasil dengan efisien dan efektif sebagai kelanjutan dari kerjasama yang solid segenap warga desa. Dengan kata lain kemitraan yang terwujud antara pemerintahan desa (aparatur desa dan BPD), pihak swasta dan warga desa haruslah solid agar tujuan pembangunan desa dapat tercapai. Seperti yang digambarkan dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun 2005.

Akan tetapi realita yang terjadi pada daerah pedesaan khususnya yang letaknya secara geografis jauh dari pusat pemerintah menunjukkan gejala macetnya proses pembangunan yang ada, khususnya dalam hal pembangunan sarana dan prasarana yang diharapkan dapat menampung seluruh akses masyarakat seperti jalan-jalan desa misalnya. Kondisi yang ada menunjukkan kurang layaknya fisik sarana dan


(10)

prasarana jalan-jalan desa maupun jalan yang menghubungkan antara desa dengan kota yang merupakan pendukung bagi proses distribusi sumber daya bagi kedua wilayah tersebut.

Hal ini terjadi karena belum tumbuhnya kesadaran masyarakat khususnya di pedesaan untuk berinisiatif melakukan pembangunan itu sendiri. Eksistensi citra pembangunan sentralistis masih terasa, sehingga warga desa terkesan menunnggu adanya sentuhan dari pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut. (hasil observasi penulis di beberapa desa di kabupaten labuhan batu, 2007).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang diharapkan dapat menjadi wadah yang berperan penting di desa ternyata masih belum dapat diandalkan. Hal ini dapat dilihat dari masih sangat dominannya peran tokoh masyarakat desa didalam menyusun apa yang direncanakan akan dibangun di desa. Demikian pula halnya dengan perencanaan yang dimaksudkan untuk membangun sarana dan prasarana di desa baik itu berupa jalan, tempat ibadah, jembatan maupun balai desa. Hasilnya adalah suatu perencanaan yang belum tentu menampung aspirasi dan niat masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa Musrenbangdes yang ada masih jauh dari harapan yaitu suatu perencanaan pembangunan desa yang timbul akibat kesadaran warga desa untuk ambil bagian di dalamnya.


(11)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif mengangkat sebuah kajian yang berjudul “Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara.

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalan suatu penelitian. Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan “agar peneltian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa” (Arikunto, 1992:17)

Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimanakah Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu ?.

I.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan perencanaan partisipatif yang dilakukan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

b. Untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu khususnya dalam hal perencanaan pembangunan.


(12)

I.4. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia pada umumnya dan Universitas Sumatera pada khususnya yakni pada bidang Pembangunan Desa dan Otonomi Desa.

b. Sebagai referensi bagi kalangan akademisi baik di lingkungan Civitas Akademika Fisip USU secara khusus maupun Universitas Sumatera Utara secara umum.

c. Memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi masyarakat desa khususnya tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan peran aktifnya terutama di dalam membangun desa.

I.5. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih Selanjutnya teori adalah merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defensisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1989:37).


(13)

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah : I.5.1. Implementasi

Dalam perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Dalam kaitan ini seperti dikemukakan oleh Wahab (1990): 51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting , bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Van Master dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pehjabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/ swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Ceema dan Rondinelli implementasi adalah sebagai berikut : “Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan. Sedangkan Jones menyatakan bahwa proses kebijakan publik meliputi persepsi/definisi, agregasi, organisasi, representasi, penyusunan agenda, formulasi, legitimasi, penganggaran, pelaksanaan/implementasi, evaluasi dan penyesuaian/terminasi. Penekanan aktifitas birokrasi pemerintahan pada proses tersebut lebih pada tahapan implementasi, dengan


(14)

menginterpretasikan kebijaksanaan menjadi program, proyek, dan aktifitas. (I Nyoman, 2005:15)

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, implementasi sama dengan pelaksanaan. Sedangkan menurut kamus webster, “to implement” (implementasi) berarti “to provide the means for carrying out” (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu).

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh Sumaryadi dkk (2005) seperti yang berikut ini :

1. Donald Van Meter dan Carl Van Hom membatasi implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah dan swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

2. Daniel A Mazruanian dan Paul A Sabatier yang menyebutkan bahwa implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan


(15)

Dari definisi-definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan yang diinginkan.

I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).

Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan di masa depan untuk masa depan.

Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut.

Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan


(16)

kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan (Siagian, 1991).

Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.


(17)

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”.


(18)

I.5.3. Desa

Pada mulanya istilah desa dipakai di Jawa, Madura dan Bali. Secara epistimologis kata desa berasal dari bahasa sanksekerta yaitu swa-desi yang artinya tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur (Drs Istari Cakra Asmara, 1986). Suatu persekutuan hidup yang setingkat dengan desa disetiap daerah berbeda-beda, misalnya di Aceh disebut Gampong, di Sumatera Barat disebut Nagari, di Simalungun disebut Nagori dan lainnya.

Menurut UU No. 32 tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Namun menurut UU No. 32 tahun 2004 tersebut desa tidak lagi berada di bawah kecamatan tapi di bawah kabupaten/ kota. Kepala desa langsung berada di bawah pembinaan kabupaten/ kota. Dan camat hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.

Menurut pasal 200 UU No.32 tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa dan Badan Musyawarah Desa. Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa, dimana perangkat desa adalah sekretaris desa dan perangkat desa lainnya (pasal 202). Badan permusyawaratan desa atau legislatif desa berfungsi menetapakan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan


(19)

(1982: 71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di dalam prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan menurut T R Batten, pembangunan desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup (Ndraha, 1982: 72).

Tetapi dalam melakukan pembangunan desa ini, banyak sekali hambatan yang dapat ditemui. Hambatan-hambatan itu, menurut Butterfield dalam Ndraha, 1982: 91 adalah:

a. Problema of perception. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa yang benar-benar di butuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi permasalahan dalam pembangunan desa, karena masyarakat desa memiliki persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan didesanya. b. Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali

kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya tertutup dan masih bingung dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun menjadi bingung pula dalam menentukan model pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat pedesaan. c. Time of frame, dimana program pembangunan pedesaan lambat sekali

kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering merasa kurang sabar dalam menangani usaha pembanguna desa.


(20)

d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap pelaksanaannya membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja kurangnya teknologi, kurangnya pengelola yang terlatih, dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau tidak hambatan pembangunan desa yang pertama itu pada hasil implementasi program perencanaan partisipatif di desa kampung baru kecamatan bilah barat kabupaten labuhan batu. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat bagaimana pemerintah daerah mampu dalam mengimplementasikan program pembangunan tersebut yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana aspirasi, pendapat, dan pandangan masyarakat sangat diutamakan dalam pembangunan daerah.

Adapun ketentuan mengenai desa juga di atur secara detail dalam beberapa pasal pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 sebagai berikut :

Pasal 11

Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD Pasal 12

1. Pemerintahan Desa sebagaimana imaksud dalam pasal 11 terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.

2. perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.

3. Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : a. sekretaris desa

b. pelaksana teknis lapangan c. unsur kewilayahan.


(21)

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kepala Desa mempunyai wewenang :

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. mengajukan rancangan peraturan desa

c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. membina kehidupan masyarakat desa f. membina perekonomian desa

g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. melaksanakan kehidupan demokrasi

e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa

g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik

i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa

j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa

l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa

m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat

n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan


(22)

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta mengimformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

(3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.

(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD

(5) Mengimformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. (6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh

Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut

(7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui cmat dan kepada BPD.

Pasal 16 Kepala Desa dilarang :

a. menjadi pengurus partai politik

b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan

c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD.

d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah

e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain

f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya

g. Menyalahgunakan wewenang; dan h. Melanggar sumpah/janji jabatan.


(23)

I.6. Definisi Konsep

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan generalisasi dari sejumlah karakterisitik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.

Defenisi konsep dimaksudkan untuk menghindari interpretasi ganda dari variabel yang akan diteliti.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Implementasi

Yang dimaksud dengan implementasi disini adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Yang mana pelaksana dari kebijaksanaan tersebut adalah Pemerintahan Desa Kampung Baru, Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam mengimplementasikan program, serta masyarakat menikmati keuntungan-keuntungan dari program tersebut


(24)

I.7. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989:46).

Yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah yang dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :

Implementasi perencanaan partisipatif diukur melalui :

1. Adanya Peraturan Pemerintah Daerah yang mengatur tentang Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan dengan perencaanaan pembangunan dan porsi warga desa dalam musyawarah tersebut.

3. Kesesuaian permintaan/harapan masyarakat dengan peraturan pemerintah daerah dan pelaksanaan program-program pembangunan partisipatif.

4. Bentuk realisasi perencanaan pembangunan partisipatif dalam pengadaan sarana pembangunan di berbagai aspek kehidupan masyarakat desa.


(25)

.1.8. Kerangka Berfikir

Adapun untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan, penulis menggunakan kerangka berfikir yang berbentuk skema sebagai berikut :

Penjelasan :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

P E M D A

Respon Positif terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Tingkat

P ti i i

Sikap antusias yang baik ditunjukkan oleh warga desa dalam proses

b

Sinergitas

Kolaborasi antara agent of developement di desa seperti aparat desa, BPD d

Perencanaan

Pembangunan


(26)

Terdapat beberapa komponen penting yang mendukung terlaksananya perencanaan pembangunan di desa yang memenuhi konsep partisipatif. Komponen tersebut yaitu : Pemerintah daerah yang responsif terhadap perencanaan pembangunan partisipatif melalui adanya peraturan daerah yang membahas tentang hal tersebut, tingkat partisipasi masyarakat yang cukup baik dan adanya sinergitas stakeholder sebagai ”mitra membangun desa” yakni antara masyarakat desa, Pemerintah Desa (aparatur desa dan BPD) serta pihak kecamatan.Dengan demikian pelaksanaan perencanaan pembangunan pertisipatif akan terwujud dengan baik.


(27)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN II.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Prof. DR. Lexy J. Moeloeng, MA (2004;6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah. Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami bagaimana Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa (Kampung Baru) terutama dalam meningkatkan partisipasi warga pada pelaksanaan pembangunan di desa.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

II.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Penelitian yang penulis lakukan tidak melakukan analisa terhadap populasi, karena semua responden yang penulis wawancarai merupakan key informan yang


(28)

dianggap mengetahui secara menyeluruh tentang permasalahan penelitian ini. Penulis langsung menentukan siapa saja orang-orang yang dianggap sebagai key informan tersebut dan merekalah yang langsung jadi populasi dalam penelitian ini. Penetapan ini dilakukan atas kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber dari data yang sebenarnya dalam suatu penelitian dengan kata lain sampel adalah sebagaian dari populasi untuk mewakili populasi.

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel penulis menggunakan metode non probabiity sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Dalam hal ini penulis menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157).

Yang menjadi sampel penelitian ini adalah : 1. Camat Bilah Barat 1 orang

2. Kepala desa Kampung Baru 1 orang

3. Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD) 1 orang 4. Tokoh pemuda desa kampung baru 1 orang


(29)

II.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data primer :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan Aparatur pemerintah Kecamatan Bilah Barat, aparatur pemerintah Desa Kampung Baru, tokoh pemuda masyarakat, dan masyarakat umum.

b. Angket digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh penulis.

2. Teknik pengumpulan data sekunder :

a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian

dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.


(30)

II.5.Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para key informan. Data dari penyebaran angket akan dianalisa melalui tabel distribusi frekuensi dan kemudian diuji melalui tabulasi data silang serta dianalisa menurut keterangan yang diberikan responden, sedangkan data dari hasil wawancara akan diuraikan dalam bentuk uraian lengkap hasil wawancara dengan masing-masing tokoh yang dijadikan key informan. Wawancara dari Camat, Kepala desa Kampung Baru, Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD), dan tokoh pemuda yang akan digabungkan dan kemudian diambil kesimpulan secara menyeluruh.


(31)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Letak dan luas wilayah

Desa Kampung Baru adalah salah satu kecamatan yang terletak di kecamatan Bilah Barat. Desa Kampung Baru berdiri atau diresmikan menjadi Desa pada tahun 1987. desa Kampung Baru mempunyai jarak dengan kantor kecamatan kurang lebih 9 KM. Luas wilayah Desa Kampung Baru yaitu 9,49 KM² Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Bilah Barat sebagai berikut :

Sebalah Utara berbatasan dengan Desa Janji

Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Kampung Rakyat Sebalah Barat berbatasan dengan Kecamatan Na IX-X Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Afdeling

Desa Kampung Baru memiliki Dusun yang dibawahinya. Ada 4 Dusun di Desa Kampung Baru. Yaitu :

- Dusun Air Merah - Dusun Pekan Tolan - Dusun Perlabian - Dusun Silandorung


(32)

Tabel 1

Luas Dusun di Desa Kampung Baru No. Nama Luas Wilayah (Km2)

Dusun

1 Air Merah 2.8

2 Pekan Tolan 1.89

3 Perlabian 1.8

4 Silandorung 1.9

5 Tanjung Mulia 2.7

Luas Keseluruhan 9.49 Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa wilayah terluas di Desa Kampung Baru adalah Dusun Air Merah dengan luas wilayah 2,8 Km².

III. 2. Dinamika Penduduk

Desa Kampung Baru memiliki kepadatan penduduk 4.719 jiwa, serta jumlah kepala keluarga sebesar 1.154 KK. Dengan perincian jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

Klasifikasi Penduduk Desa Kampung Baru Berdasarkan Jenis Kelamin


(33)

Dilihat dari tabel bahwa jumlah laki-laki di Desa Kampung Baru lebih besar dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 2.412jiwa sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 2.307 jiwa.

Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan umurnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur No. Golongan Umur Jumlah

1 0 - 4 Tahun 530

2 5 - 9 Tahun 245

3 10 - 14 Tahun 550

4 15 - 19 Tahun 249

5 20 - 24 Tahun 281

6 25 - 29 Tahun 425

7 30 - 34 Tahun 655

8 35 - 39 Tahun 475

9 40 - 44 Tahun 667

10 45 - 49 Tahun 371

11 50 - 54 Tahun 58

12 55 - 59 Tahun 95

13 60 - 64 Tahun 81

14 65 -- 37

Jumlah 4.719

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dengan bermacam perbedaan penduduk, seperti perbedaan agama dan perbedaan etnis atau suku, penduduk di Desa Kampung Baru dapat saling berdampingan dan saling menghargai antara satu agama dengan agama lain. Dan juga menghormati etnis satu dengan etnis yang lain. Sehingga kondisi seperti ini dapat meredam konflik.


(34)

Tabel 4

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel diatas dapat kita lihat jumlah pemeluk agama di Deas Kampung Baru. Jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebanyak 3.987 jiwa dan yang memeluk agama Kristen sebanyak 732 jiwa.

Desa Kampung Baru memiliki sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan kegiatan masyarakatnya. Seperti transportasi, dalam sarana transportasi Desa Kampung Baru memiliki fasilitas seperti, jalan desa, jalan kampung, tambatan perahu, jembatan, bus umum, dan ojek. Saran komunikasi, memiliki fasilitas seperti, radio, televisi, dan telepon sel. Sarana pemerintahan, fasilitas seperti balai desa dan balai dusun. Kemudian sarana ibadah, fasilitasnya seperti mesjid, gereja dan mushola. Dan prasarana yang terdapat di Desa Kampung Baru seperti prasarana kesehatan meliputi, paramedis, bidan dan posyandu. Kemudian prasarana penerangan meliputi listrik dan lampu minyak. Berikut data sarana dan prasarana yang terdapat di

No. Agama Jumlah

1 Islam 3,987

2 Kristen 732


(35)

Tabel 5

Klasifikasi Sarana Dan Prasarana Desa Kampung Baru

No Sarana dan Pra-sarana

Jumlah/Panjang

1 Pemerintahan

a. Balai Desa. 1

b. Balai Dusun 4

2 Ibadah

a. Masjid 5

b. Gereja 1

3 Transfortasi

a. Jalan Desa 9 KM

b. Jalan Dusun 3 KM

c. Jembatan 4

d. Bus umum 10

e. Ojek 15

4 Sarana Komunikasi

a. Radio 100

b. Televisi 415

c. Telpon/wartel 5

5 Sarana kesehatan

a. Paramedis 5

b. Bidan 5

c. Posyandu 5

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Kemudian yang tidak kalah pentingnya dalam sarana dan prasarana adalah adanya sarana pendidikan bagi masyarakat desa. Sarana pendidikan dalam hal ini sekolah dapat dilihat dengan rinci melalui tabel sebagai berikut:


(36)

Tabel 6

Sarana Pendidikan di Desa Kampung Baru

No. Jenis Sekolah Jumlah

1 Sekolah Dasar (SD) 3

2 SLTP 0

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 0

Total 3

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3 sekolah. SD adalah satu-satunya sekolah yang terletak di Desa Kampung Baru , Sementara SLTP dan SLTA terletak di Desa lain di Kecamatan Bilah Barat. Dan jumlah sekolah di Kecamatan sebelumnya adalah SD 28 gedung, SLTP 2 gedung dan SLTA 2 gedung.


(37)

III.3. Organisasi Pemerintahan Desa 1. Organisasi Pemerintahan Desa

Organisasi Pemerintahan Desa yang dimaksud adalah kepala desa beserta perangkat desa. Perangkat desa adalah dari untuk staf, pelaksana dan wilayah yang membantu Kepala Desa yang memenuhi persyaratan dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya yang dipilih atau diangkat tanpa pemilihan dari penduduk desa.

Dalam Kep. Mendagri Nomor 64 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pemerintahan desa adalah Kepala Desa beserta dengan perangkat (aparatur) desa yang saling bekerjasama untuk mensukseskan pembangunan desa. Adapun perangkat atau aparatur desa yang dimaksud tersebut antara lain sebagai berikut :

- Sekretaris Desa - Kepala Urusan - Kepala Dusun

Untuk menjelaskan tentang tata pembagian dan hubungan kerja unit organisasi pemerintah desa dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa

- Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana pemerintahan di atas desa

- Sesuai dengan kedudukan yang dimaksud, kepala desa mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan pembangunan dan pembinaan masyarakat, dan


(38)

menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa - Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, kepala desa mempunyai

fungsi untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya, menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya, melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintahan Daerah, menyelenggarakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan lainnya.

b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa :

- Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang ketatausahaan dan memimpin sekretariat desa

- Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan pelaksanaan administrasi pemerintahan, administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan serta memberikan pelayanan di bidang ketatausahaan kepada kepala desa

- Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan laporan, melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan


(39)

Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut : - Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa/kepala kelurahan

- Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi urusan/kegiatan sekretariat

- Memberikan informasi mengenai keadaan sekretariat dan keadaan umum diwilayahnya

- Merumuskan program kerja

- Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan

- Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat - Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa

- Mengadakan kegiatan inventarisasi

- Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan dan pencatatan mutasi tanah

- Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya

- Melaksanakan administrasi kependudukan, aadministrasi pembangunan, administrasi kemasyarakatan

- Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa/kepala kelurahan

c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan :

- Kepala urusan berkedudukan sebagai pembantu sekretaris desa untuk memberikan pelayanan ketatausahaan kepada kepala desa sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing


(40)

- Sesuai dengan kedudukannya, maka kepala urusan mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ketatausahaan dalam bidang tugasnya masing-masing

- Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut, kepala urusan mempunyai fungsi melaksanakan pencatatan, pengumpulan dan pengolahan data/informasi yang menyangkut bidang tugasnya masing-masing

Sedangkan penjabaran tugas pokok kepala urusan yang dibagi secara maksimal 5 urusan yaitu sebagai berikut :

- Melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan

- Melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

- Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai kewarganegaraan - Melaksanakan pencatatan administrasi pertanahan

- Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa

- Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan antara lain RW, RW dan kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil

- Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan desa dan keputusan kepala desa


(41)

2. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas :

- Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat/masyarakat termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan, kesenian, olah raga, pemuda, pramuka dan PMI

- Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, tuna susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo, panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali narapidana

- Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan, ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan hidup

- Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan masyarakat, PKK dan kegiatan lainnya

- Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para peserta jemaah haji

- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan Badan Amil Zakat dan melaksanakan pengurusan kematian

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretari kelurahan 3. Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas :

- Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa/kepala kelurahan dan perangkatnya

- Mengumpulkan dan menganalisa data-data sumber penghasilan yang baru untuk dikembangkan

- Melakukan kegiatan administrasi keuangan


(42)

4. Kepala Urusan Umum mempunyai tugas :

- Melaksanakan, menerima, mengendalikan surat masuk dan keluar serta melaksanakan tata kearsipan

- Mengkoordinasikan pengetikan surat-surat hasil persidangan dan rapat-rapat atau naskah-naskah lainnya

- Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

- Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket

- Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan bangunan lain milik desa/kelurahan

- Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian - Melaksanakan pengelolaan buku administrasi umum - Mencatat inventarisasi kekayaan

- Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas dan kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretaris kelurahan 5. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas :

- Melaksanakan tugas dan fungsi administrasi pembangunan


(43)

- Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar Usulan Rencana Proyek/Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian Proyek/Daftar Isian Kegiatan

- Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan di bidang pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya

- Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal Permohonan Pembuatan Izin Usaha, izin bangunan dan lain-lain

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan 6. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dusun :

- Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala desa dalam wilayah kerjanya

- Sesuai dengan kedudukannya, Kepala Dusun mempunyai tugas pokok untuk menjalankan pemerintahan desa dalam kepemimpinan Kepala Desa diwilayah kerjanya

- Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Kepala Dusun mempunyai fungsi dan melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya, melaksanakan keputusan desa dan melaksanakan kebijaksanaan kepala desa.


(44)

Gambar 7

Gambar Struktur Kepala Organisasi Desa Kampung Baru

Sekretaris Desa

Kaur Pemerintah Kaur Kesra Kaur Pembangunan

Kepala Dusun

BPD Kepala Desa


(45)

2. Badan Perwakilan Desa (BPD)

Sebagaimana menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yakni perlunya dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai mitra Pemerintahan Desa.

Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdir atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tampak bahwa peran BPD lebih dominan, selain memberi masukan kepada Kepala Desa BPD juga dapat membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa sebagai pelaksana.

2.1. Kedudukan BPD

1) BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;


(46)

2.2. Tugas, Fungsi Dan Kewajiban BPD (1) BPD mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pemilihan Kepala Desa;

b. Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap akhir tahun anggaran;

c. Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang;

d. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian masyarakat Desa;

e. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan Desa;

f. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman Desa;

g. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan / permasalahan antara warga masyarakat Desa;

h. Melaksanakan pengawasan kerja sama antar desa;

i. Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas.

(2) BPD mempunyai fungsi :

a. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan


(47)

bersama-c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APBDes serta Keputusan Kepala Desa;

d. Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang

(3) BPD mempunyai kewajiban :

a. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa;

b. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa yang terwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada BPD;

c. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa;

d. Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menciptakan kesatuan dan persatuan masyarakt desa;

e. Menerima rancangan peraturan desa dari pemerintah desa dan bersama-sama menetapkan peraturan masyarakat desa;

f. Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa;

g. Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan pemberhentian pejabat Kepala Desa;


(48)

h. Melaksanakan kewajiban menjalankan pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan Pemerintah Desa;

i. Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam bentuk Administrasi Pemerintah Desa, Pembangunan Desa, Administrasi Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa;

j. BPD dengan Pemerintah Desa merencanakan pembangunan, penggunaan dana bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta, pelaksanaan dan penempatan lokasi pembanginan harus mendapat perizinan/persetujuan BPD.

2.3. Hak – Hak BPD

(1) Untuk melaksanakan tugas , fungsi dan kewajiban, BPD mempunyai hak yaitu: a. Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa

b. Hak anggaran

c. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota d. Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa

e. Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa f. Hak mengajukan pendapat


(49)

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan, terutama data yang di peroleh melalui teknik atau metode kuisioner atau daftar pertanyaan dan wawancara tertulis yang dibagikan kepada sampel penelitian yaitu sebanyak 40 orang (responden kuisioner) dan 4 orang (keyinforman).

Data yang diperoleh dari kuisioner di rekapitulasi dan di susun kedalam tabel distribusi frekwensi. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa key informan disajikan dalam bentuk petikan wawancara.

IV.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Dalam karakteristik responden ini akan dijelaskan data mengenai identitas responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lamanya bermukim dilokasi penelitian.

a. Data tentang jenis kelamin responden

Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada responden dengan jenis kelamin perempuan.

1. Jenis Kelamin

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tebel berikut :


(50)

Tabel 8

Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekwensi

1 Laki-Laki 27

2 Perempuan 13

Total 40

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Perbedaan jumlah tersebut diakibatkan karena metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah secara acak sederhana (simple random sampling). Maka jumlah laki-laki dengan jumlah 27 orang dan perempuan 13 orang seperti yang tercantum di dalam tabel diatas bukan berarti terdapat perbedaan gender antara laki-laki dengan perempuan terutama dalam hal pembangunan desa.

Perbandingan jumlah tersebut tidak menjadi kendala utama bagi terwujudnya partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan di desa. Krena dari 40 sampel tersebut dianggap penulis sudah mewakili populasi penelitian yang diambil sedemikian rupa dari tiap unit atau satuan elementer (golongan) yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian dan hal ini juga karena keterbatasan kemampuan dan dana dari penulis.


(51)

Tabel 9

Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Penulis menetapkan usia responden antara 17 sampai 53 tahun keatas karena pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak suara dan pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap sebagai usia yang cukup berpengalaman terutama dalam memberi kontribusi dalam pembangunan. Jika dilihat dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 35-43 tahun yaitu sebanyak 35 %.

Hal ini sangat mendukung bagi perwujudan partisipasi masyarakat karena kenyataan dilapangan yang diamati oleh penulis, masyarakat dengan usia tersebut sangat antusias dalam memberikan aspirasi ataupun ide-ide demi kemajuan pembangunan desa mereka.

No. Usia Frekuensi Persentase

1 17-25 tahun 7 17.5

2 26-34 tahun 9 22.5

3 35-43 tahun 14 35

4 44-52 tahun 8 20

5 53-dst 2 5


(52)

c. Data tentang tingkat pendidikan responden

Data tentang tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut : Tabel 10

Distribusi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak sekolah 0 0

2 Tamat SD 11 27.5

3 Tamat SLTP/Sederajat 16 40

4 Tamat SLTA/Sederajat 10 25

5 Akademi/Diploma 3 7.5

6 Sarjana/S-1 0 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa yang terbesar jumlah atau persentasenya adalah penduduk yang tamat Sekolah SLTP yaitu sebanyak 40 %. Hal ini disebabkan karena pendidikan di desa ini belum menjadi kebutuhan yang utama. Tingginya jenjang pendidikan bukan berarti menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan status sosial dalam kehidupan bermasyarakat di desa ini.

d. Data tentang jenis pekerjaan responden

Jika dilihat distribusi responden dari jenis pekerjaannya, maka menunjukkan variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan, seperti terlihat dalam tabel 10 berikut ini :


(53)

Tabel 11

Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 PNS 5 12.5

2 Wiraswasta 9 22.5

3 Petani 17 42.5

4 Guru 2 5

5 Kepala Sekolah 1 2.5

6 Dan lain-lain 6 15

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden masing-masing memiliki perkerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa sampel yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 42,5% atau 17 orang. Karena mata pencaharian yang paling utama di desa ini yaitu bertani atau bercocok tanam, kemudian dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5 %, kemudian yang dimaksud dengan responden dengan pekerjaan lain-lain adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja tidak tetap, seperti tukang bor, tukang bangunan, pemborong jalan dan lain-lain adalah 6 orang atau sebanyak 15 %, kemudian PNS 12,5 %, guru 5 % dan kepala sekolah 2,5 %.

e. Data tentang lamanya responden bermukim dilokasi penelitian

Data tentang lamanya responden bermukim di tempat penelitian menurut penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal di suatu tempat, maka rasa memiliki terhadap daerahnya akan semakin besar. Sehingga keinginan untuk membangun desanya akan semakin besar pula.


(54)

Tabel 12

Distribusi Data Responden Berdasarkan Lamanya Bermukim No. Lamanya Bermukim Frekuensi Persentase

1 5-10 tahun 5 12.5

2 11-15 tahun 3 7.5

3 16-20 tahun 7 17.5

4 21-25 tahun 12 30

5 >25 tahun 13 32.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 11 tersebut di atas, responden yang paling banyak persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun sebanyak 32,5 % atau 13 orang.


(55)

IV.2. VARIABEL PENELITIAN

a. Data Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu

Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui dan mengerti tentang peraturan perencanaan partisipatif yang ada di daerah tersebut.

Berikut ini tabel tentang jawaban responden mengenai adanya peraturan perencanaan partisipatif di daerah Kabupaten Labuhan Batu.

Tabel 13

Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu no kategori jawaban Jumlah persentase

1 Tahu 27 67.5

2 ragu-ragu 4 10

3 tidak tahu 9 22.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat pada umumnya mengetahui bahwa adanya peraturan perencanaan partisipatif di daerah tersebut, hal ini ini dapat dilihat ada sebanyak 27 responden (67,5 %) dari 40 responden yang menyatakan hal tersebut. Keadaan seperti ini merupakan suatu hal yang positif bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa ini.


(56)

Berikut ini tabel tentang pemahaman responden mengenai peraturan perencanaan partisipatif secara garis besar.

Tabel 14

Distribusi Pemahaman Responden Tentang Peraturan Perencanaan Partisipatif

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Paham 15 37.5

2 ragu-ragu 3 7.5

3 tidak paham 22 55

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak paham akan peraturan perencanaan partisipatif, hal ini dapat dilihat dari persentase yang sebagian besar responden tidak memahami tentang peraturan perencanaan partisipatif yaitu sebanyak 22 responden atau 55 % dari 40 responden. Keadaan seperti ini merupakan suatu kendala bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa kampung baru tersebut, karena implementasi atau pelaksanaan perencanaan partisipatif bergerak dari pemahaman masyarakat desa itu sendiri akan peraturan perencanaan partisipatif tersebut.

Berikut ini tabel jawaban responden tentang optimalisasi sosialisasi peraturan perencanaan pembangunan partisipatif di desa kampung baru.


(57)

Tabel 15

Distribusi Jawaban Responden Tentang Optimalisasi Sosialisasi Peraturan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Sudah 12 30

2 ragu-ragu 9 22.5

3 Belum 19 47.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar responden menyatakan belum optimalnya peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut yaitu sebanyak 19 responden atau 47,5 %, nampak jelas bahwa kurangnya kinerja pemerintah desa maupun partisipasi masyarakat desa dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif tersebut. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik dari segenap elemen masyarakat dan pemerintah dalam membangun desa mereka kearah ysng lebih baik.

Berikut ini tabel jawaban responden mengenai pelaksanaan peraturan perencanaan partisipatif di desa kampung baru.

Tabel 16

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Peraturan Perencanaan Partisipatif di Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 31 77.5

2 Sedang 0 0

3 Buruk 9 22.5

Total 40 100


(58)

Sebagian besar masyarakat Kampung Baru mengatakan bahwa pelaksanaan peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut cukup baik, bisa dilihat di dalam tabel sebanyak 31 responden (77,5 %) mengatakan baik. Dan yang mengatakan buruk hanya 9 responden (22,5 %). Walaupun masyarakat mengakui bahwa peraturan perencanaan partisipatif belum tersosialisasikan dengan baik, tetapi masyarakat menyadari akan pentingnya berpartisipasi dalam pembangunan di desa kampung baru.

Berikut tabel mengenai dampak peraturan perencanaan partisipatif terhadap kebutuhan masyarakat menyangkut pembangunan desa

Tabel 17

Distribusi Jawaban Responden Tentang Dampak Peraturan Perencanaan Partisipatif Terhadap Kebutuhan MasyarakatMenyangkut Pembangunan Desa

No kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 28 70

2 Sedang 12 30

3 Buruk 0 0

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa peraturan perencanaan partisipatif sangat diperlukan demi kebutuhan masyarakat desa kampung baru. Hal ini ditunjukkan ada sebanyak 28 responden yang menjawab baik yaitu 70 %. Hal ini menunjukkan adanya


(59)

pembangunan di desa ini karena aparat pemerintah desa belum sepenuhnya dapat bekerjasama dengan masyarakat.

b. Data Tentang Pelaksanaan Demokrasi Dalam Musyawarah Yang Berkaitan Dengan Perencanaan Pembangunan dan Kewenangan Masyarakat Dalam Penetapan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa

Pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan dan proporsi masyarakat dalam penetapan perencanaan pembangunan partisipatif di desa juga diukur melalui beberapa pertanyaan di dalam kuisioner penelitian ini. Adapun hasil distribusi jawaban responden yang ditampilkan pada bagian ini yaitu ; keterlibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan, perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang, perwakilan kaum perempuan dalam peserta musrenbangdes, alur komunikasi 2 arah yang dibangun dalam penyelenggaraan musrenbangdes dan pengetahuan responden terhadap apa yang menjadi program pemerintahan desa menyangkut pembangunan.

Tabel 18

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

No kategori jawaban Jumlah Persentase

1 Ya 14 35

2 kadang-kadang 20 50

3 Tidak 6 15

Total 40 100


(60)

Tingkat kehadiran masyarakat dalam forum musyawarah yang diadakan sangatlah mendukung terwujudnya partisipasi masyarakat yang ideal, tetapi dalam hal ini masyarakat juga haruslah aktif menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan mereka akan pembangunan desa.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keterlibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa hanya kadang-kadang saja, hal ini dapat dilihat ada sebanyak 20 responden (50 %) yang menyatakan demikian. Sedangkan menurut 14 responden (35 %) menyatakan terlibat dalam musrenbangdes, kemudian 6 responden (15 %) menyatakan tidak pernah sama sekali terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di desa tersebut. Bisa dikatakan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam musyawarah tersebut tidak rutin, hal ini karena kurangnya informasi dan minimnya upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa untuk mau mengajak masyarakat untuk ikut serta.

Berikut tabel mengenai perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang

Tabel 19

Distribusi Jawaban Responden Tentang Perwakilan Seluruh Elemen Masyarakat Dalam Peserta Musrenbangdes

No kategori jawaban Jumlah persentase


(61)

Menurut tabel di atas, sebanyak 20 responden atau 50 % menyatakan adanya perwakilan dari seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbangdes, kemudian yang menyatakan tidak yaitu 13 orang atau 32,5 % dari 40 responden dan yang mengatakan ragu-ragu adalah 7 orang atau 17,5 % dari 40 responden.

Berikut jawaban responden tentang perwakilan kaum perempuan dalam peserta musrenbangdes

Tabel 20

Distribusi Jawaban Responden Tentang Perwakilan Kaum Perempuan Dalam Peserta Musrenbangdes

No kategori jawaban Jumlah persentase

1 Sudah 3 7.5

2 ragu-ragu 0 0

3 Belum 37 92.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel di atas, dari 40 responden sebanyak 37 responden (92,5) menyatakan bahwa kaum perempuan belum ikut serta dalam musyawarah pembangunan desa, hampir seluruh responden menyatakan bahwa perempuan tidak ikut serta dalam musrenbangdes tersebut. Hal ini sangatlah memprihatinkan karena para perempuan juga masyarakat desa yang memiliki aspirasi dan pendapat yang mungkin bisa mempertimbangkan kemajuan pembangunan desa kampung baru tersebut.

Berikut tabel mengenai jawaban responden mengenai alur komunikasi 2 arah yang dibangun dalam penyelenggaraan musrenbangdes


(62)

Tabel 21

Distribusi Jawaban Responden Tentang Alur Komunikasi 2 Arah Yang Dibangun Dalam Penyelenggaraan Musrenbangdes

No kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 32 80

2 Sedang 6 15

3 tidak baik 2 5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel di atas responden menyatakan bahwa komunikasi 2 arah di desa tersebut berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian penulis bahwa responden yang mengatakan hal tersebut sebesar 32 orang atau sebesar 80 %, yang mengatakan sedang yaitu 6 responden atau 15 % dari 40 responden dan yang mengatakan tidak baik hanya 2 orang saja.

Berikut tabel mengenai pengetahuan responden terhadap apa yang menjadi program pemerintahan desa menyangkut pembangunan

Tabel 22

Distribusi Jawaban Tentang Pengetahuan Responden Terhadap Apa Yang Menjadi Program Pemerintahan Desa Menyangkut Pembangunan

No kategori jawaban jumlah persentase

1 Tahu 29 72.5


(63)

dapat di lihat dari tabel diatas yang menyatakan 29 responden atau sebesar 72,5 % yang mengetahui program pemerintahan desa kampung baru khususnya dalam hal pembangunan, yang mengatakan ragu-ragu ada 5 orang (12,5 %) dan yang mengatakan tidak tahu yaitu 6 responden atau 15 % dari 40 responden.

c. Kesesuaian permintaan atau harapan masyarakat dengan peraturan pemerintah daerah dan pelaksanaan program-program pembangunan partisipatif

Di dalam pelaksanaan pembangunan di desa, kesesuaian permintaan atau harapan masyarakat yang merupakan aspirasi masyarakat pada musrenbangdes dengan peraturan pemerintah daerah dan pelaksanaan program-program pembangunan partisipatif pada bagian ini disajikan tabulasi distribusi jawaban responden mengenai ; Tentang kondisi dan suasana musrenbang berlangsung, realisasi program pembangunan oleh pemda dalam 5 tahun belakangan ini, kesesuaian program pelaksanaan pembangunan dengan hasil musrenbangdes, kesesuaian hasil musrenbangdes dengan kondisi dan aspirasi masyarakat, adanya penolakan masyarakat apabila realisasi pembangunan oleh pemda tidak sesuai dengan hasil musrenbangdes, dan tentang transparansi pemda dalam memberi informasi program pembangunan desa.


(64)

Berikut ini tabel jawaban responden tentang kondisi dan suasana musrenbang berlangsung

Tabel 23

Distribusi Jawaban Tentang Pengetahuan Responden Tentang Kondisi dan Suasana Musrenbang Yang Berlangsung

di Desa kampung Baru.

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 12 30

2 Sedang 28 70

3 Buruk 0 0

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang kondisi dan suasana Musrenbang yang berlangsung di Desa Kampung Baru yaitu baik (30 %), sedang (70 %) dan buruk (0 %). Dengan demikian dapat pula diputuskan bahwa suasana ataupun kondisi musrenbang yang berlangsung di desa tersebut termasuk pada kategori sedang.

Tabel 24

Distribusi Jawaban Responden Tentang Realisasi Program Pembangunan Oleh Pemda Dalam 5 Tahun Belakangan Ini


(65)

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang realisasi program pembangunan oleh Pemda setempat dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini yakni ada (95 %), ragu-ragu (5 %) dan tidak ada (0 %). Maka dapat dikatakan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun tersebut terdapat realisasi khususnya pada program pembangunan di desa kampung baru.

Tabel 25

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Program Pelaksanaan Pembangunan Dengan Hasil Musrenbangdes

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Ya 26 65

2 ragu-ragu 14 35

3 Tidak 0 0

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang kesesuaian program pelaksanaan pembangunan daengan hasil Musrenbangdes yang pernah dirunuskan yaitu Ya (65 %), ragu-ragu (35 %) dan tidak sesuai (0 %).hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan yang dilaksanakan di desa kampung baru sudah sesuai dengan apa yang pernah disepakati dalam Musrenbangdes


(66)

Tabel 26

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Hasil Musrenbangdes Dengan Kondisi dan Aspirasi Masyarakat

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Ya 23 57.5

2 Ragu-ragu 3 7.5

3 Tidak 14 35

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang kesesuaian hasil Musrenbangdes dengan kondisi dan aspirasi masyarakat yaitu (57,5 %), ragu-ragu (7,5 %) dan tidak sesuai (35 %). Hal ini menunjukkan bahwa aspirasi masyarakat desa Kampung Baru sudah mendapatkan proporsi yang strategis bagi proses pelaksanaan pembangunan di desa tersebut.

Tabel 27

Distribusi Jawaban Responden Dalam Memahami Adanya Penolakan Apabila Realisasi Pembangunan Oleh Pemda Tidak Sesuai Dengan Hasil Musrenbang

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Ya 25 62.5

2 ragu-ragu 3 7.5

3 Tidak 12 30

Total 40 100


(67)

dirumuskan yaitu Ya (62,5 %), ragu-ragu (7,5 %) dan tidak sesuai (30 %).hal ini menunjukkan bahwa di desa Kampung baru masih memerlukan adanya sosialisasi yang lebih ketat lagi frekwensinya agar informasi tentang Perencanaan Pembangunan Partisipatif dapat terserap sampai ke seluruh elemen masyarakat.

Tabel 28

Distribusi Jawaban Responden Tentang Transparansi Pemda Dalam Memberi Informasi Program Pembangunan Desa

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Sudah 14 35

2 kadang-kadang 23 57.5

3 tidak pernah 3 7.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang tranparansi Pemda dalam memberi informasi program pembangunan desa yakni 35 % responden berpendapat bahwa Pemda setempat sudah cukup transparan, 23 % responden di tempat penelitian berpendapat bahwa Pemda setempat sudah melaksanakan azas transparansi dengan intensitas yang belum begitu intens (kadang-kadang) dan 7,5 % beranggapan bahwa Pemda setempat dalam penyelenggaraan belum memenuhi tuntutan transparansi seperti yang diamanatkan pada konsep Good Governance.


(68)

Tabel 29

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Masyarakat Menyangkut Pembangunan Desa

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Sering 10 25

2 kadang-kadang 21 52.5

3 tidak pernah 9 22.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang intensitas keterlibatan masyarakat menyangkut proses pembangunan di desa tersebut yaitu ; 25 % dari keseluruhan responden beranggapan bahwa masyarakat Desa Kampung Baru sering ikut serta dan terlibat dalam proses pembangunan di desa, 52,5 % berpendapat Kadang-kadang atau jarang dan 22,5 % menjawab tidak pernah.

Tabel 30

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengadaan Sarana Pembangunan di Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Sudah 12 30

2 biasa saja 18 45


(69)

%). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pengadaan sarana pembangunan seperti jalan-jalan desa misalnya, masih tergolong biasa saja.

Tabel 31

Distribusi Jawaban Responden Tentang Program Pembangunan di Desa Tersebut Sudah Berjalan Dengan Baik

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Sudah 26 65

2 ragu-ragu 3 7.5

3 Belum 11 27.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang program pembangunan di desa Kampung baru sudah berjalan dengan baik atau sebaliknya yaitu sudah (65 %) ragu-ragu (7,5 %) dan belum (27,5 %). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program pembangunan di desa Kampung Baru sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang dicitakan.

Tabel 32

Distribusi Jawaban Responden Tentang Peran Kepala Desa Menyangkut Pelaksanaan Program Pembangunan Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Baik 24 60

2 Biasa 16 40

3 Buruk 0 0

Total 40 100


(70)

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang peran kepala desa menyangkut pelaksanaan program pembangunan Desa Kampung Baru yaitu baik (60 %), biasa (16 %) dan buruk (0 %). Dengan demikian dapat pula diputuskan bahwa peran kepala desa dalam hal pelaksanaan program pembangunan di desa tersebut termasuk pada kategori Baik.

Tabel 33

Distribusi Jawaban Responden Tentang Tingkat Partisipasi Warga Dalam Hal Pelaksanaan Pembangunan

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Tinggi 29 72.5

2 Sedang 4 10

3 Rendah 7 17.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabulasi jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih alternatif jawaban pertanyaan tentang tingkat partisipasi warga desa dalam hal pelaksanaan pembangunan yaitu tinggi (72,5 %), sedang (10 %) dan rendah (17,5%). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa partisipasi warga desa Kampung baru memiliki tingkat partisipasi yang tinggi khususnya dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa tersebut.


(71)

Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan ini dilakukan selama kurun waktu 2 (dua) minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada Proposal Penelitian ini yaitu :

1. Camat Bilah Barat : 1 orang 2. Kepala Desa Kampung Baru : 1 orang 3. Kepala Badan Perwakilan Desa (BPD) : 1 orang 4. Tokoh Pemuda Desa Kampung Baru : 1 orang

Berikut hasil wawancara teresebut :

1. Hasil Wawancara Langsung Dengan Bapak Camat Bilah Barat (H. Ismail Yahya).

(1) Pertanyaan tentang bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan dan porsi warga dalam musyawarah tersebut?

Jawaban :

“ sewaktu saya ikut serta dalam musrenbangdes beberapa waktu lalu yang diadakan diruang aula kecamatan, masing-masing utusan dari desa di semua kecamatan ini cukup antusias mengikuti musyawarah tersebut. Banyak usulan-usulan yang muncul dalam forum tersebut, misalnya ada beberapa desa yang mengusulkan diberlakukan kembali program gotong royong bulanan sebagai usaha pemeliharaan sarana pembangunan yang ada, serta harapan mereka agar pemerintah mau merealisasikan renovasi jalan desa”.

Berdasarkan kutipan jawaban informan di atas dapat diketahui bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa memiliki arti yang sangat penting dan tujuan-tujuan yang ada dalam pembangunan itu sendiri hanya mungkin dicapai melalui kerjasama yang baik antara aparatur pemerintah dengan warga.


(1)

dalam aspek kebutuhan masyarakat lainnya masih membutuhkan waktu untuk pembenahannya.

Pada akhirnya, setelah melalui beberapa tahap penilaian berdasarkan analisis data primer berupa penyajian tabulasi distribusi frekwensi serta petikan wawancara dengan beberapa individu yang cukup berkompeten maka dapat dijelaskan bahwa Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam rangka mewujudkan pembangunan di Desa Kampung Baru sudah baik.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN VI. 1. Kesimpulan

Proses partisipasi masyarakat selalu menjadi perhatian utama dalam pembangunan Indonesia. Partisipasi merupakan bagian penting dari budaya bangsa kita yang senantiasa menempuh pendekatan musyawarah untuk mufakat dalam mencari jalan keluar serta pengambilan keputusan bersama. Dengan kata lain apapun yang menjadi hasil ataupun keputusan musyawarah mufakat tersebut sudah menjadi tanggung jawab bagi semua peserta musyawarah dalam konteks ini adalah masyarakat. Sehingga keikutsertaan masyarakat tersebut menumbuhkan rasa memiliki terhadap proses pembangunan khususnya pelaksanaan program pembangunan di desa.

Setelah melakukan pengumpulan data berupa hasil jawaban responden dari kuesioner yang telah disusun serta catatan hasil wawancara dengan berbagai pihak yang penulis anggap menguasai masalah penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berhubungan dengan penelitian ilmiah tentang Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan di Desa, antara lain :

1. Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam lingkup wilayah pedesaan dipengaruhi oleh integritas dari beberapa komponen seperti ; Adanya Pemerintah Daerah yang responsif terhadap tantangan pembangunan ke depan dengan secara berkelanjutan senantiasa meningkatkan kemitraan bersama stakeholder yang ada demi lahirnya suatu kebijakan yang


(3)

memenuhi konsepsi partisipatif, Tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi, Konsistensi segala elemen pembangunan untuk memprioritaskan aspirasi warga.

2. Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam upaya membangun Desa Kampung Baru dapat dijelaskan sudah berjalan dengan baik.

3. Peran kepemimpinan yang sangat strategis dari figur seorang kepala desa dalam merangkul warga desa yang dipimpinnya merupakan hal yang memberikan dorongan positif bagi terwujudnya rencana yang matang akan pembangunan.


(4)

VI. 2. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang pelaksanaan perencanaan partisipatif di desa Kampung Baru, maka penulis bermaksud merekomendasikan beberapa hal yang merupakan sumbangsih pemikiran dari kajian ilmiah ini, antara lain :

1. Pemda setempat senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya dalam hal informasi perencanaan partisipatif agar partisipasi yang ditunjukkan masyarakat dapat lebih ditingkatkan lagi.

2. Demokratisasi dalam hal menyusun perencanaan partisipatif hendaknya senantiasa diupayakan dengan berdasarkan atas azas representatif.

3. Sinergitas Berbagai agent of developement juga merupakan aspek yang memegang perang penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan di desa seperti Integrasi antara Pemkab, Kecamatan, Pemerintahan Desa, Pihak Swasta dan masyarakat.

4. Gotong-royong yang merupakan ciri khas kebersamaan di desa Kampung Baru juga senantiasa dipelihara keberlangsungannya. Dengan demikian keberlanjutan pembangunan di desa pun dapat tercapai seperti yang dicitakan seluruh warga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. Prof. 2003. Pelaksanaan Otonomi Luas & Isu Federalisme sebagai Suatu Alternatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Abe, Alexander. 2004.Perencanaan daerah Partisipatif, Yogyakarta. Pembaruan. Arikunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta. Jakarta.

Badudu, Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Hadari, Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial.Gajah Mada Press, Yogyakarta. Liliweri, Alo.1992. Analisa Kebijakan Publik.Hanindita, Yogyakarta.

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesai, Averroes Press. Malang

Maddick, Henry. 2004. Desentralisasi dalam Praktek, Pustaka Kendi. Yogyakarta. Singarimbun, Masri, Sofyan Affendi. 1982. Metode Penelitian Survey,LP3ES.

Jakarta.

Siagian, Sondang. 1991. Filsafat Administrasi.PT. Gunung Agung, Jakarta.

Sumaryadi, I Nyoman, Drs, M.Si. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Citra Utama. Jakarta


(6)

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika. Jakarta. 2001

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pustaka Pelajar. 2005

Peraturan Pemerintah 72 Tahun 2005

Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Batu Nomor 3 Tahun 2004