Efektifitas Orientasi Rumah Sakit pada Orang Tua dan Anak Terhadap Respon Kecemasan Karena Anak Mengalami Rawat Inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

EFEKTIFITAS ORIENTASI RUMAH SAKIT PADA ORANG TUA DAN
ANAKNYA TERHADAP RESPON KECEMASAN
KARENA ANAK MENGALAMI RAWAT INAP
DI RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN

OLEH :
NUR ASNAH SITOHANG,S.Kep.Ns.M.Kep

DIBIAYAI OLEH : DANA DIKS FAKULTAS KEPERAWATAN

LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOPEMBER 2O11

The effectivity of hospital orientatation to parents and children against the
anxiety
responds as children facing hospitalization in RSUD. dr Pirngadi Medan
Nur Asnah Sitohang,S.Kep.Ns.M.Kep1
Lecture. Department of Nursing pediatric . Faculty of Nursing Universitas

Sumatera Utara,Medan,North Sumatera. Indonesia

1

Correspondence address: nur75asnah@yahoo.co.id
Abstract
Background Anxiety is a feeling disorder which is signed by fear or a deep anxious
and it happened continouosly, but it experienced no disturbance in evaluating reality.
The personality is still intact- a behaviour disorder occurs- but it is still in normal.
Both children and parents were definitely traumatized as a result of their
hospitalization experience so it provokes a certain reaction which greatly affect on
cooperation among parents and children in caring the children during hospitalization.
Consequently, it is very crucial for the nurses to comprehend the concept of
hospitalization and the impact on parents and children as the fundamental in
establishing nursing care. The parentts and children feel anxious and fear against the
children’s condition during hospitalization. The objective of this research to identify
the effectivity of hospital orientation to parents and children against the anxiety as the
children facing hospitalization. Method It applied queasy experimental research
design with pre test and post test. There were 60 samples that consisted 30 parents and
30 hospitalized children in Ruang III of RSUD.dr.Pirngadi Hospital. The samples

were selected by purposive sampling. The data were analyzed by dependen t-test.
Result finding The statistical test indicated that there was an influence of hospital
orientation against parent’s anxiety before and after performing intervention in
intervention group (P = 0,000) and it also concluded that there was an influence of
hospital orientation against children’s anxiety before and after performing
intervention in intervention group ( P = 0,000). Conclusion It is suggested to the
nurses that they have to improve the quality of nursing service by giving hospital
orientation to parents and children in order to minimalize anxiety as the impact of
hospitalization.
Key words : hospital orientation, the response of parents and children’s anxiety

Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap respon kecemasan
karena anak mengalami rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Medan
Abstrak

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi
masih dalam batas – batas normal. Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga

menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan
orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh Karena itu, betapa
pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan
orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan. Selama hospitalisasi
anak dan orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi rumah sakit pada
orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak mengalami rawat inap. Desain
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre test dan post test.
Besar sampel 60 orang terdiri dari 30 orang tua dan 30 orang anaknya yang dirawat di
ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan. Metode pengambilan sampel yang digunakan
yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni yaitu dependen t-test.
Hasil uji statistik disimpulkan ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan
pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi
(nilai P = 0,000) dan pada anak juga disimpulkan ada pengaruh orientasi rumah sakit
terhadap kecemasan pada anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada
kelompok intervensi (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang salah satunya
mencakup pemberian orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak untuk
meminimalisasi dampak hospitalisasi yaitu kecemasan.


Kata Kunci : Orientasi rumah sakit, reaspon kecemasan orang tua dan anak

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini ini
dengan judul efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap
respon kecemasan karena anak mengalami rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian USU
3. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan
4. Kepala Ruangan dan seluruh staf ruang III (anak) RSUD. dr. Pirngadi Medan
Penulis menyadari dukungan moril dan material dari Bapak dan Ibu sangant berati
bagi penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
Akhir kata penulis doakan segala bentuk bantuan yang telah di berikan
mendapat imbalan dari Allah SWT.

Medan, November 2011


Penulis

DAFTAR ISI
Hal

Abtrak dan kata kunci .....................................................................................

i

Kata Pengantar ................................................................................................

ii

Daftar Isi ..........................................................................................................

iii

Daftar tabel .....................................................................................................

iv


Daftar Skema ......................................................................................... ........

v

Daftar Lampiran ...............................................................................................

vi

Pendahuluan ......................................................................................................

1

II Tinjauan Pustaka.............................................................................................

3

III . Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................

15


IV. Metode Penelitian.......................................................................................

17

V. Analisis Pembahasan ..................................................................................

23

VI Kesimpulan dan Saran ................................................................................

33

Daftar Pustaka ...................................................................................................

36

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang III

RSUD.dr.Pirngadi Medan 2011.............................................................23
Tabel 6.2. Distribusi responden berdasarkan keadaan anak sebelum masuk rumah
sakit di Ruang III.RSUD. dr.Pirngadi Medan 2011.............................24
Tabel 6.3. Distribusi responden (orang tua) berdasarkan data demografi di Ruang IIII
RSUD.dr.Pirngadi Tahun 2011…………………………………..25
Tabel6.4. Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap sebelum
dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan
Tahun 2011 .........................................................................................26
Tabel6.5. Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap setelah
dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan
Tahun 2011 .........................................................................................27
Tabel 6.6. Respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi
Medan Tahun 2011 ..............................................................................28
Tabel 6.7. Respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap
setelah dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi
Medan Tahun 2011 ..............................................................................28
Tabel 6.8. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak karena
mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan ...........29
Tabel 6.9. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan orang tua

karena anaknya mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi
Medan ...................................................................................................30

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak
terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di ruang anak (III)
RSUD.dr.Pirngadi......................................................................................14

Skema 2. Desain Penelitian.........................................................................................16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: lembar penjelasan kepada calon responden

Lampiran 2

: lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)


Lampiran 3

: kuesioner penelitian (orang tua)

Lampiran 4

: kuesioner penelitian (anak)

Lampiran 5

: protokol Panduan Orientasi Rumah Sakit

I. PENDAHULUAN
Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya),
lingkungan baru maupun keluarga yang mendampinginya selama perawatan.
Keluarga sering


merasa cemas dengan perkembangan anaknya, pengobatan,

peraturan dan keadaan di rumah sakit, serta biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak berlangsung pada anak, secara psikologis anak akan merasakan
perubahan perilaku dari orang tua yang mendampinginya selama perawatan. Anak
akan semakin stres dan hal ini berpengaruh terhadap proses penyembuhan, yaitu
menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan bahwa pasien yang mengalami
kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres terjadi
penekanan sistem imun. Pasien anak yang teraupetik dan sikap perawat yang penuh
perhatian akan mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2005)
Menurut Steven (2000), orang biasanya dirawat inap di rumah sakit bila dia perlu
pelayanan dari institusi secara total dalam waktu lama. Termasuk dalam institusi ini
adalah rumah perawatan, rumah sakit, perawatan psikiatri, penjara dan lain
sebagainya. Institusi secara total dapat dikenal dari beberapa faktor sebagai berikut:
pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dalam institusi, ada batas yang jelas
antara pasien-pasien dan pengelola, ada garis hirarki antara pengelola dan pasien dan
ada kesempatan sedikit dari pasien untuk menjalankan inisiatif sendiri.
Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi setiap
anggota keluarga inti. Reaksi orang tua terhadap penyakit anak mereka bergantung
pada keberagaman faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hampir semua orang tua
berespons terhadap penyakit dan hospitalisasi anak mereka dengan reaksi yang luar
biasa konsisten. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi tidak percaya, marah atau
merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi (Wong, 2008)
Menurut Supartini (2004) hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman
yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan
reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua
dalam perawatan anak selama di rumah sakit.

Oleh Karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan
dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supartini juga mengatakan bahwa orang tua mengalami kecemasan
yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit, walaupun beberapa orang tua juga
dilaporkan tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya. Terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami
perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi
dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan
cemasnya.
Populasi anak yang dirawat di rumah sakit, mengalami peningkatan yang sangat
dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami masalah
yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun
sebelumnya. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok
sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik (Wong, 2001).
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di ruang
anak (III) RS.dr.Pirngadi Medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10 orang
tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1 minggu
dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena anaknya
sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit, prosedur pengobatan yang
dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru selama anak dirawat inap dan
mereka juga mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan orientasi rumah
sakit selama anak mereka dirawat inap di rumah sakit. Perawat ruangan juga sudah
mengetahui bahwa orientasi rumah sakit perlu dilakuakn agar orang tua dan anak
merasa nyaman tinggal di rumah sakit. Tetapi intervensi orientasi rumah sakit ini
belum pernah dilakukan dan belum mempunyai SOP (Standar Operasional Prosedur ).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
efektifitasi orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena
anak dirawat inap di rumah sakit.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Konsep Cemas
1.1 Defenisi cemas
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan

yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku
dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2010)
Menurut Gail (2006) cemas atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak perdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Menurut Marilynn (2006) ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala
fisiologis.
1.2 Bentuk kecemasan
Lazarus (1976 dalam Safaria.2005) mengemukakan ada dua bentuk
kecemasan ,yaitu:
1.2.1 State Anxiety yaitu kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap situasi
tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka kecemasannya pun hilang. Misalnya cemas
ketika melihat keributan antar warga, cemas ketika melewati tempat yang sepi dan
angker.
1.2.2 Trait anxiety yaitu kecemasan yang menetap pada diri seseorang.
Kecemasan model ini merupakan kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu itu
sendiri yang pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang sebenarnya
tergolong biasa, dia bereaksi cemas.
Gilmer (1978 dalam Safaria, 2005) juga mentakan bahwa kecemasan dapat
dibedakan antara kecemasan yang normal dan kecemasan yang abnormal. Suatu
kecemasan dianggap normal jika situasi yang sedang dihadapi oleh seseorang secara
objektif memang mengandung banyak bahaya seperti ancaman bom, adanya perang,

atau kerusuhan antar kampung. Selain itu kecemasan dianggap sesuatu yang normal
jika derajatnya masih tergolong ringan sehingga tidak mengganggu aktivitas seharihari orang tersebut. Suatu kecemasan dianggap abnormal jika situasi yang sedang
dihadapi oleh seseorang secara objektif sebenarnya tidak mengandung bahaya yang
besar, namun secara subjektif oleh orang itu dianggap berbahaya. Misalnya cemas
ketika akan mengikuti ujian semester sehingga menyebabkan orang tersebut tidak
sanggup untuk berpikir lagi, dan mengalami serangan panik. Selain itu dari sisi
derajatnya kecemasan yang abnormal memiliki derajat yang besar serta kronis
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut .
1.3 Tanda dan gejala cemas
Menurut Harold (1998) Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai
tanda dan gejala fisik dan psikologik. Tanda fisik cemas yang sering timbul berupa
gemetar, nyeri punggung dan kepala, mudah lelah, sering kaget, wajah merah dan
pucat, takikardia, tangan terasa dingin, sulit menelan. Sedangkan gejala psikologik
yang sering ditimbulkan yaitu rasa takut, sulit berkonsentrasi, insomnia dan rasa mual
diperut.
Menurut Ibrahim (2007) pengalaman kecemasan memiliki dua komponen,
yaitu:
a. Keadaan akan adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan
berkeringat)
b. Kesadaran berada dalam keadaan gugup atau ketakutan
Gejala ansietas terdiri dari (Ibrahim, 2007) :
1.3.1

Gangguan somatik

Tremor, panas-dingin, berkeringat, palpitasi, nausea, diare, mulut kering, sesak
nafas dan kesukaran untuk menelan

1.3.2

Gangguan kognitif

Kesukaran untuk berkonsentrasi dan daya ingat, kebingungan, kekuatan akan
lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran
akan malapetaka yang besar.

1.3.3

Gangguan perilaku

Ekspresi katakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan penarikan diri dari
masyarakat
1.3.4

Gangguan persepsi

Depersonalisasi dan derealisasi
Menurut Isaac (2004) ciri-ciri ansietas adalah keprihatinan, kesulitan,
ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan.
1.4 Tingkat cemas (Rentang respons Ansietas)
Meskipun beberapa tingkat kecemasan atau ansietas merupakan hal yang
normal dalam tekanan kehidupan, ansietas dapat menjadi adaptif atau maladaptif.
Masalah muncul saat klien mempunyai mekanisme koping yang tidak adekuat untuk
mengatasi bahaya, yang mungkin dikenali atau tidak dikenali (Marilynn, 2006). Gail
(2006) membagi ansietas menjadi empat bagian, yaitu:
1.4.1

Ansietas ringan
Ansietas ringan berusia sangat singkat dan diinduksi lingkungan,

umumnya sembuh sejalan dengan hilangnya stress. Ansietas ringan berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ringan ini
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Ketegangan, mudah marah, takut pada sesuatu yang akan terjadi dan perhatian mulai
teralih adalah umum terjadi, seringkali berkaitan dengan factor lingkungan, dan
ditatalaksana dengan psikoterapi suportif serta terapi berorientasi realita (David,
2003).

1.4.2 Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun
dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
1.4.3 Ansietas berat

Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
1.4.4.Tingkat panik dari ansietas
Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Panik
mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan dan kematian.
1.5 Mekanisme koping
Menurut Siswanto (2007) koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh
individu

untuk

menguasai

situasi

yang

dinilai

sebagai

suatu

tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang lakukan
untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika
menghadapi stress/tekanan.
Koping ada 2 jenis, yaitu :
1.5.1 Tindakan langsung (Direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh
individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan yang berrmasalah dengan lingkungan.
1.5.2. Peredaan atau peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/ menghilangkan/ menoleransi
tekanan-tekanan ketubuhan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi
yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila
individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak
berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau
reaksi emosinya.
2. Konsep rawat inap
2.1 Defenisi rawat inap

Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah ( Wong,
2008).
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek
yang lama kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Fortinas and
Warrel, 1995). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang
menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu
mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek
tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Menurut Wong (2003), anak – anak terutama selama tahun – tahun awal
sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena (1) perubahan dari
keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan (2) anak memiliki jumlah
mekanisme koping terbatas untuk menyelesaikan stresor.
Stress hospitalisasi pada anak sebaiknya dihindari atau sebisanya
dihilangkan, karena dengan adanya stress tersebut akan mempengaruhi penyembuhan
anak, dimana stress tersebut menekan kerja imunologi anak dalam proses
penyembuhan anak. Apabila proses penyembuhan anak lambat maka akan menambah
hari rawat inap dan tentunya berpengaruh terhadap jumlah dana yang harus
dikeluarkan orang tua untuk biaya rawat anaknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koping anak
Faktor – faktor yang mempengaruhi mekanisme koping anak dalam menjalani
rawat inap di rumah sakit adalah umur dan perkembangan kognitifnya. Perkembangan
kognitif anak usia pra sekolah (J. Piaget) berada pada fase pre operasional;
pengalaman sakit terdahulu; kedekatan anak pada orang tua; lamanya sakit dan
seringnya anak dirawat; tipe dan frekwensi tindakan invasif yang dilakukan; tingkat
kecemasan orang tua; stres yang dialami anak sebelum di rumah sakit.
2.3. Sumber kecemasan anak usia pra sekolah selama dirawat di rumah sakit

Menurut Wong (2003), sumber kecemasan anak usia pra sekolah selama di rawat
di rumah sakit disebabkan oleh perpisahan dengan orang tua;kehilangan kendali;
cedera tubuh dan nyeri. sedangkan faktro resiko yang meningkatkan kerentanan anak
terhadap stres hospitalisasi adalah temperamen anak, ketidaksesuaian anak dan orang
tua, usia terutama antara usia 6 bulan dan 5 tahun; jenis kelamin laki –laki;
kecerdasan di bawah rata- rata; stres multipel dan kontiniu ( misalnya sering dirawat
inap).
2.4. Dampak Hospitalisasi pada anak usia prasekolah
.

Menurut Wong (2008),dampak hospitalisasi pada anak usia pra sekolah:

2.4.1 Cemas karena perpisahan
Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah adalah
kecemasan akibat perpisahan yang disebut juga depresi anaklitik. Manifestasi cemas
akibat perpisahan ini terdiri dari tiga fase yaitu fase protes, fase putus asa dan fase
pelepasan.
Reaksi anak pada fase protes adalah tidak langsung & kurang agresif dibanding usia
anak sebelumnya, rekasi marah dilampiaskan pada benda lain; pada fase putus asa dan
fase pelepasan adalah agresif, regresi.

2.4.2. Kehilangan kontrol
Hospitalisasi pada anak tanpa melihat usia anak sering menimbulkan
kehilangan kontol pada fungsi tubuh tertentu. Anak sering membutuhkan bantuan
dalam mengerjakan aktifitas yang dia dapat lakukan sendiri di rumah. Hal ini
menyebabkan anak merasa tidak berdaya dan frustasi serta meningkatkn
ketergantungan pada orang lain.
2.4.3.Gangguan body image

Dimulai pada masa pra sekolah, anak sering merasa tidak nyaman terhadap
perubahan penampilan tubuh atau fungsinya yang disebabkan oleh pengobatan,
perlukaan, atau ketidakmampuan. Mereka mungkin takut bertemu orang lain dan tidak
memperbolehkan orang lain untuk melihatnya.
2.4.4.Sakit atau nyeri
Prosedur yang menyakitkan dan invasif merupakan stresor bagi anak pada
semua usia baik menimbulkan nyeri atau maupun tidak, merupakan ancaman bagi
anak prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum berkembang baik. Selama
masa pra sekolah anak belajar mengasosiasikan nyeri dengan prosedur spesifik misal
pengambilan sampel darah, aspirasi sumsum tulang belakang, ganti balutan atau
injeksi. Anak yang mendapat suntikan berulang tidak mengerti mengapa tubuhnya
selalu disakiti. Pengalaman ini dapat menimbulkan trauma jika orang yang dipercaya
anak tidak memberikan rasa nyaman atau menenangkannya. (Wong.2003).
2.4.5. Ketakutan
Pada usia ini, kekhawatiran akan mutilasi memuncak. Kehilangan bagian
tubuh merupakan suatu ancaman. Anak laki – laki takut akan pengebirian (sirkumsisi),
kateterisasi.
Pemahaman mereka yang terbatas tentang fungsi tubuh juga meningkatkan kesulitan
mereka

memahami

bagamaimana

perawatan

tubuhnya

yang

sedang

sakit

(Wong.2003).
2.4.6.Lingkungan Asing
Menurut Wong (2003) lingkungan asing merupakan lingkungan yang berbeda
dari lingkungan rumah atau tempat tinggalnya dan tidak dikenali sebelumnya. Dalam
hal ini adalah lingkungan rumah sakit yang menakutkan atau mengerikan bagi anak,
tidak ada orang yang dikenalinya dan banyak terdapat perawat dan dokter yang
berbaju putih serta peralatan yang mengerikan seperti jarum suntik, infus, kateter
maupun alat-alat pemeriksaan radiologis.

Melestarikan kelanjutan antara lingkungan rumah dan rumah sakit merupakan
pemikiran yang sangat penting untuk mengatasi dan meringankan penyakit anak.
Tujuannya adalah untuk menyembuhkan (jika mungkin) atau memperbaiki status fisik
dan mental sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya.
Lingkungan yang ramah, suasana seperti rumah, terbuka pada anak di rumah
sakit dan tempat diatur seperti di rumah misalnya seperti tempat makan, tempat
minum, duduk dan istirahat sehingga dapat meminimalkan dampak hospitalisasi.
2.4.7. Jenis Tindakan/Prosedur
Tindakan/prosedur merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal (Carpenito, 1998).
Pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan secara langsung yaitu
ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan, dan dapat juga
dengan cara delegasi yaitu diserahkan kepada perawat lain atau orang lain yang dapat
dipercaya seperti keluarga pasien untuk melakukan tindakan kepada pasien.
Tindakan atau prosedur yang menyakitkan merupakan stresor bagi anak pada
semua usia. Selama masa pra sekolah anak belajar mengasosiasikan dengan prosedur
yang spesifik seperti pengambilan darah, infus, penyuntikan maupun ganti balutan.
Pengalaman ini dapat menimbulkan trauma jika orang yang dipercaya tudak
memberikan rasa nyaman atau menenangkannya (Mott et al, 1995).

2.4.8. Immobilitas Fisik
Immobilitas fisik merupakan pembatasan gerak atau aktifitas dari yang
biasanya dilakukan (Carpenito, 1998). Seorang anak yang di masa pertumbuhan dan
perkembangan, dimana dalam kesehariannya ia tampak begitu aktif, harus terganggu
karena ia harus dirawat di rumah sakit. Anak harus berbaring di tempat tidur dan tidak
dapat bermain dengan teman-teman serta orang-orang terdekatnya. Perilaku anak

menjadi tidak kooperatif yang menyebabkan harus diberikan pembatasan fisik dengan
cara mengikat.
Bagi anak-anak yang dapat berprilaku kooperatif pengikatan tidak perlu
dilaksanakan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga anak tetap merasa aman
dengan kelemahan dan kondisinya, untuk meningkatkan kebebasan selama di tempat
tidur misalnya dengan meletakkan tempat tidur di dekat pintu dan jendela. Untuk
meminimalkan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari dapat dibuat jadwal
waktu bersama-sama antara anak dan perawat yang akan dipakai pedoman oleh anak
dengan tidak mengabaikan kesehatan atau program pengobatan (Depkes, 1998).
Persiapan rawat inap
Hospitalisasi adalah adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab
yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah sakit perawatan.
Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal dari kelemahan
untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada perhatian tentang hari depan, tidak bermain
atau ada daya tarik, kurang perhatian tentang cara berpakaian dan segala sesuatu yang
bersifat pandangan luas, ketergantungan dari orang-orang yang membantunya
(Steven, 2000, dikutip dari Manurung, 2009).
Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan
prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan
lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Proses persiapan dapat dilakukan
dengan tur (orientasi rumah sakit), pertunjukan boneka dan waktu bermain dengan
miniatur peralatan rumah sakit (Wong, 2008).

Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung pada
jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah
dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa yang
akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf keperawatan
(Wong, 2008).
Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan: siapkan ruang rawat
yang sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan yang
diperlukan, apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat

diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah
sakit (Supartini, 2004)
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan: memperkenalkan perawat dan
dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat
yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakannya, kenalkan dengan pasien anak lain
yang akan menjadi teman sekamarnya, berikan identitas pada anak, misalnya pada
papan nama anak, jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang
akan diikuti, laksanakan pengkajian riwayat keperawatan, lakukan pemerikasaan fisik
dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan (Supartini, 2004)
.Manfaat rawat inap
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi anak-anak,
tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih
dari sakit, terapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk
mengatasi stress dan merasa kompeten dalam kemampuan koping mereka.
Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang baru bagi
anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka.
.Reaksi orang tua terhadap rawat inap anak
Menurut Nursalam (2005), reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit
dirumah dan dirawat di rumah sakit di pengaruhi oleh berbagai macam faktor antara
lain : tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan
dirawat di rumah sakit, prosedur pengobatan, sistem pendukung yang tersedia,
kekuatan ego individu, kemampuan dalam pengumpulan koping, dukungan dari
keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, dan komunikasi dalam keluarga.
Menurut Wong (2003), reaksi orang tua terhadap perawatan anak dirumah sakit
dan latar belakang yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai berikut :
2.5.1. Perasaan cemas dan takut
Selama hospitalisasi orang tua akan merasa begitu cemas dan takut terhadap
kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus yang
dilakukan pungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Sering kali pada saat anak
harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan menangis karena tidak tega

melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus bijaksana
bersikap pada anak dan orang tuanya.
Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan
cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara
berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah
(Supartini, 2000)
2.5.2.Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada kondisi
ini, orang tua menunjukkan perilaku sosial atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000)
2.5.3.Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima
orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa
putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukkan
perilaku putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
3. Orientasi rumah sakit
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orientasi rumah sakit adalah peninjauan
untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di gedung atau tempat
yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Dengan kata lain
orientasi rumah sakit adalah pengenalan ruangan yang ada di rumah sakit. Dalam hal
ini lingkungan internal ruang rawat anak dan lingkungan eksternal yaitu ruangan lain
yang ada di rumah sakit tersebut.

Menurut Wong(2003), orientasikan anak dan

keluarga pada fasilitas rawat inap,terutama ruangan tersebut; tekankan area- area
positif dari unit rawat anak. Untuk ruangan : jelaskan tentang bel panggil,
pengendalian tempat tidur, televisi, kamar mandi dan telepon dan lain – lain. Untuk
unit : tunjukkan ruang bermain, meja, ruang makan atau area lainnya. Perkenalkan
pada perawat, dokter , tenaga kesehatan lain, teman sekamar dan orang tuanya.
Jelaskan peraturan dan jadwal rumah sakit ( misalnya jam berkunjung, waktu makan,
waktu tidur, batasan – batasan ).
4. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi
rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di
rumah sakit. Penelitian ini terdiri dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen yaitu kecemasan pada orang tua dan anak,

dan

variabel independen yaitu orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak .
Variabel Independen

Variabel
dependen

Orang tua dan anak
pra sekolah yang
akan di rawat inap
di ruang anak (III)
RS.dr.Pirngadi

Dilakukan
rumah sakit

orientasi

Kecemasan
orang tua dan
anak pra
sekolah

Skema 1 : kerangka konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak
terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di ruang anak (III) RSUD.dr.Pirngadi
5. Hipotesa :
Ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan orang tua dan
anak karena anak mengalami rawat inap.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas
orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasanya karena anak
mengalami rawat inap.
B.Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden terhadap efektifitas orientasi
rumah sakit

2. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan anak sebelum dilakukan orientasi
rumah sakit
3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan anak setelah dilakukan orientasi
rumah sakit
4. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua sebelum dilakukan
orientasi rumah sakit
5. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua

setelah dilakukan

orientasi rumah sakit
6. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada anak terhadap
kecemasan sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit
7. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua
terhadap kecemasan sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit.
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi
tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak pra sekolah
terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.

2. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kepada perawat yang
bekerja di bagian perawatan anak bahwa orientasi rumah sakit dapat digunakan
sebagai intervensi untuk mengurangi kecemasan orang tua dan anak prasekolah
karena anak dirawat inap.
3. Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya
penelitian yang sejenis.

V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pre test-post test. Rancangan
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok

Pre-test

Perlakuan

Post-test

Responden
anak
pra
sekolah
&
orang tuanya

X1

I

X2

Keterangan :
X1 : tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan intervensi
X2 : tingkat kecemasan responden setelah dilakukan intervensi
I : dilakukan orientasi rumah sakit
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dan anaknya usia pra sekolah
menjalani dirawat inap di ruang anak (III) RSUD.dr.Pirngadi Medan bulan Januari –
Desember 2010 sebanyak 156 (sumber buku rawatan di ruang III RS.dr.Pirngadi
Medan).
B. Sampel Penelitian
Jumlah sampel dalam pengambilan data diperoleh dari Power Analysis dengan
menggunakan dengan level of significant ( = 0,05), koefisien korelasi (effect size)
0,70 dan  (power of test) = 0,80. Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh sampel
minimal 17 orang, untuk mengantisipasi kemungkinan ada responden yang droupout
atau keluar dari penelitian maka jumlah sampel di tambah 20% yang digenapkan

menjadi 30 orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang yaitu 30
orang tua dan 30 anaknya.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. orang tua dan anaknya usia pra sekolah yang menjalani rawat inap
b.

anaknya sama sekali belum pernah dirawat inap di rumah sakit, baik di
RSUD.dr.Pirngadi Medan maupun rumah sakit lain

c. orang tua yang berusia 20-55 tahun dan anak usia 4 – 5 tahun
d. orang tua yang secara fisik kondisi kesehatannya dalam keadaan sadar;
bersedia dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti kegiatan orientasi
rumah sakit selama 20 menit mendapatkan informasi tentang rumah sakit dan
melihat/orientasi lingkungan sekitar rumah sakit.
e. anak kesadaran compos mentis dan mampu melaksanakan orientasi dengan
kata lain, kegiatan orientasi tidak memperburuk kondisi kesehatan anak.
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang rawat anak (III) RSUD.dr.Pirngadi
Medan. Rumah sakit ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit ini
merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan wilayah
Sumatera Utara dan juga merupakan rumah sakit pendidikan tempat peneliti
membimbing mahasiswa yang sedang praktek klinik sehingga memudahkan bagi
peneliti untuk menerapkan metode penelitian dan juga memperoleh sampel penelitian
sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2011.
E. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi Dekan melalui
administrasi

pendidikan

akademik

fakultas

keperawatan

USU,

selanjutnya

mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin ke RSUD.dr.Pirngadi Medan
melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan perawatan yang telah ditetapkan.
Setelah mendapat izin dari kepala SMF anak dan kepala ruangan pengumpulan data
dapat dilaksanakan.
Kemudian peneliti mulai melakukan pengumpulan data dan memberikan lembar
persetujuan (Informed Consent) kepada responden yang akan diteliti. Sebelum
responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan
maksud, tujuan, manfaat dan efek serta prosedur penelitian.
Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan dapat
dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian
ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data, dan tidak ada efek
yang merugikan terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau member kode pada
masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin
oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil
penelitian. Selama proses pengambilan data, penelitian ini tidak akan menimbulkan
rasa sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada responden yang akan diteliti dan
tidak ada efek yang merugikan bagi tindakan keperawatan.
F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner pada anak dan orang tua terdiri dari 2
(dua) bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner tingkat kecemasan.
Khusus untuk instrumen pada anak ada bagian pertanyaan pendahuluan (10) bertujuan
mengetahui kepribadian anak sebelum masuk rumah sakit. Instrumen penelitian
tentang pengumpulan data demografi orang tua anak. Data demografi pada orang tua
adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan,

pendidikan terakhir, agama. Instrument

penelitian tentang tingkat kecemasan orang tua menggunakan Taylor Manifest
Anxiety Scale (TMAS) yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 30 pertanyaan.
Untuk instrumen anak terdiri dari data demografi, pertanyaan pendahuluan dan 25
pertanyaan kecemasan. Kedua instrumen penelitian menggunakan skala Guttman
yaitu bila ya mendapat skor 1 dan bila jawaban tidak skor 0.
I. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui
validitas kuesioner tingkat kecemasan, peneliti menggunakan tekhnik content validity
yang membuktikan instrumen lebih sahih yang dilakukan oleh rekan dosen di
departemen keperawatan anak yang dianggap memahami tujuan penelitian ini yaitu
ibu Farida L. Siregar, S,Kep, Ns, M.Kep dengan content validity index (CVI) adalah
0,803.
G. Uji Reabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang tua dan anak diluar dari responden yang
sudah ditetapkan di RB2 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus KR-21 karena
instrument penelitian memiliki jumlah pertanyaan genap. Dari hasil uji KR-21

diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan adalah r = 0,559 lebih besar dari harga r
product moment r = 0,361, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrument

tersebut reliabel.
I. Pengumpulan Data
Prosedur

yang dilakukan dalam pengumpulan data,

yaitu mengajukan

permohonan izin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur RS.dr.Pirngadi Medan
melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke kepala SMF anak. Setelah mendapat izin
dari kepala SMF anak lalu meminta izin ke kepala ruangan anak (III).
Setelah mendapat izin, maka peneliti melakukan sosialisasi tujuan penelitan
kepada seluruh perawat yang ada di ruangan dan meminta partisipasinya guna
kelancaran proses penelitian ini. Selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data
penelitian.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan tujuan,
manfaat dan prosedur pengumpulan data pada calon responden. Peneliti memberikan
lembar informed consent dan kuesioner kepada. Pada hari pertama anak dirawat
peneliti melakukan intervensi kepada orang tua dan anaknya. Setelah 7 hari responden
memberikan kuesioner dengan pertanyaan yang sama untuk mengetahui tingkat
kecemasan yang dialami oleh responden.
J. Analisa Data.
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data dengan
memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas serta data responden
dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian
peneliti memberi kode terhadap semua pertanyaan yang telah diajukan dengan tujuan
mempermudah peneliti untuk melakukan tabulasi.

Analisa data dibedakan menjadi dua analisa yaitu data univariat dan bivariat.
Analisa data univariat meliputi data demografi anak dan orang tua berupa jenis
kelamin anak, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dicari mean dan standar
deviasi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
Sedangkan analisis bivariat untuk menguji pengaruh efektifitas orientasi rumah
sakit terhadap kecemasan karena anak dirawat inap digunakan t dependen untuk
membandingkan tingkat kecemasan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan (orientasi rumah sakit).

VI. ANALISIS PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis univariat karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin diperoleh hasil mayoritas jenis kelamin adalah laki – laki 22 orang
(73.3%),dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini :



Tabel 6.1
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan 2011
Variabel
Frekuensi
(F)
8
Jenis kelamin :
22
- perempuan
- laki – laki

%
26.7
73.3

Hasil analisis univariat berdasarkan perilaku anak sebelum masuk rumah sakit
diperoleh data yang dilakukan anak saat lelah atau marah mayoritas berdiam
diri 19 orang (63.3%), yang diinginkan anak jika marah adalah benda tertentu
6 orang (20%), yang dilakukan orang tua jika anak marah dibujuk 20 orang
(66.7%), pembawaan anak ceria 27 orang (90.0%), teman anak bicara bila
merasa khawatir ibu 27 orang(90.0%), tidak ada masalah tidur yang dialami
anak 24 orang (80.0%), tidak ada masalah buang air kecil kalau malam hari 23
orang(76.6%), tidak ada masalah makan yang dialami anak 17 orang (56.6%),

anak mengalami kesulitan minum obat dan tindakan

yang dilakukan

mengatasinya dengan dibujuk 21 orang (70.0%) dapat dilihat pada tabel 6.2
berikut :

Tabel 6.2
Distribusi responden berdasarkan keadaan anak
sebelum masuk rumah sakit di Ruang III.RSUD. dr.Pirngadi Medan 2011
(n=30)
Variabel
Frekuensi
%
(F)
19
63.3
 Dilakukan anak saat lelah atau marah :
2
3.3
- tidur
6
6.7
- berdiam diri
3
20.0
- main game
- menangis
17
56.7
- membuang barang – barang
13
43.3









Jika marah apa yang diinginkan anak :
- tidak ada
- ya,benda tertentu
Apakah marah anak anda meledak – ledak?
Jika
ya,apa
yang
dilakukan
untuk
mengatasinya :
- tidak
- ya,dibujuk
Cara anak mengatasi
masalah :
- menangis
- merajuk

kekecewaan

atau

Pembawaan anak secara umum :
- ceria
- murung
Teman anak bicara bila merasa khawatir :
- ibu
- nenek / orang yang ada di rumah
Masalah tidur yang dialami anak dan bila ada
apa yang dilakukan untuk mengatasinya :
- tidak ada

10
20

33.3
66.7

17
13
27
3
27
3

56.7
43.3
90.0
10.0
90.0
10.0

24
6

80.0
20.0

23
4
3

76.6
13.3
10.1

17
11
2

56.6
36.0
6.6

9
21

30.0
70.0



Masalah buang air kecil kalau malam hari
dan bila ada apa yang dilakukan
mengatasinya :
- tidak ada
- ya, mengantar ke kamar mandi biar tidak
ngompol
-





mengajak bicara kenapa tidak bisa tidur

ya,dibiarkan saja

Masalah makan yang dialami anak dan apa
yang dilakukan untuk mengatasinya :
- tidak ada
- ya,memberi makanan kesukaannya
- ya,membujuknya

Kesulitan minum obat
dilakukan mengatasinya :
- tidak ada
- ya,dibujuk

dan

apa

yang

Tabel 6.3
Karakteristik responden (orang tua) berdasarkan data demografi di Ruang IIII
RSUD.dr.Pirngadi Tahun 2011(n=30)
Variabel
Frekuensi
%
(F)
11
36.7
 Jenis kelamin :





- perempuan

19

63.3

- laki – laki

12

40.0

Umur :

14

46.7

- 20-30

2

6.7

- 31 -40

2

6.7

- 41-50

6

20.0

- >50

7

23.3

16

53.3

1

3.3

- SMP

2

6.7

- SMU

1

3.3

Pendidikan :
- SD

- Perguruan Tinggi


16

53.3

11

36.7

Pekerjaan :

22

70.0

- PNS

8

30.0

- Wiraswasta
- Karyawan


- Ibu rumah tangga
Agama :
- Islam
- Kristen

Berdasarkan respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 15.03
(95%CI:13.75-16.32) Standar deviasi 3.439. Respon kecemasan terendah 8 dan
tertinggi 20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
rata – rata respon kecemasan anak adalah antara 13.75-16.32. Adapun
penyajiannya dapat dilihat pada tabel 6.4 dibawah ini :
Tabel 6.4
Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap sebelum dilakukan
orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011
(n=30)


Variabel
Respon
kecemasan anak

Mean
15.03

SD
3.439

95% CI
13.75-16.32

Min-mak
8 - 20

Berdasarkan respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap
setelah dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 10.67 dengan
Standar deviasi 2.670. Respon kecemasan terendah 4 dan tertinggi 15. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata respon
kecemasan anak adalah antara 9.67-11.66. Adapun penyajiannya dapat dilihat
pada tabel 6.5 dibawah ini :
Tabel 6.5