Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RSUD LANGSA TAHUN 2009-2012

SKRIPSI

Oleh: DESY ANRIYANI

NIM.101000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RSUD LANGSA TAHUN 2009-2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DESY ANRIYANI NIM.101000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Asma Bronkial sebagai penyakit saluran pernapasan kronik, Penyakit ini dapat timbul pada semua usia. Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%.

Tujuannya mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial awat inap di RSUD langsa tahun 2009-2012. Dengan penelitian deskriptif dengan desain case series. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney. Populasi penelitian berjumlah 458 data. Sampel penelitian semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan kriteria inklusi, penderita Asma Bronkial berumur ≥ 14 tahun mempunyai data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.

Proporsi tertinggi penderita Asma Bronkial pada proporsi jenis kelamin perempuan (66,7%), Suku Aceh 68,6%, Agama Islam 100%, pekerjaan ibu rumah tangga (44,8%), status perkawinan sudah kawin (81,6%), berasal dari Kota Langsa (58,2%), lama rawatan rata-rata 4,5 hari (5 hari), pulang dengan berobat jalan (88,1%) dan bukan biaya sendiri (87,1%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis kelamin. Uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Hasil uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126),artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,0815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.

Di harapkan pihak RSUD Langsa, agar antara petugas kesehatan dan petugas rekam medik bekerja sama dalam melengkapi sistem pencatatan pada kartu status pasien terutama pada riwayat penyakit pasien dan kelengkapan data pendidikan penderita Asma Bronkial.


(5)

ABSTRACT

Asthma Bronchial as a chronic respiratory disease. this disease which can happen in all of age. Based on data from RISKESDA 2007 asthma prevalence in Indonesia by 3,5% and the prevalence of diagnosis by health workers was 1,9%.

To know caracteristic of patients asthma bronchial hospitalizations in Langsa general hospitals 2009-2012 years. A descriptive study by using case series design and data analysis by using Chi-Square and Mann-Whitney. Populations and samples in this study are all data of patient asthma bronchial hospitalizations in langsa general hospitals. Sampling with inclusion criteria, patient with asthma bronchial aged ≥14 years had complete data recorded on the card status of patients treated in the first year.

The highest proportion of patiens asthma bronchial sufferers in the proportion of female (66,7%, Acehnese (68,6%), Muslem (100%), Occupation housewife (44,8%), Marital status is married (81,6%), Derived from Langsa (58,2%), Old of maintainability average 4,5 days (5 days), home with outpatient care (88,1%), Instead of using their own expense (87,1%).

The results obtained with Chi-Square test p>0,05 (p=0,059), there was no differences significant between age with sex. Mann-Whitney test p<0,05 ( p=0,000), meaning that there is a significant difference between the average maintainability length with the state when go home. Mann-Whitney test p>0,05 ( p=0,126), meaning that there is no significant difference between the average treatment time with the source charge. Chi-Square test p>0,05 (p=0,0815), there is no differences significant between the staet when go home with areas of origin.

The Langsa general hospitals expected, among health care workers and medical records personnel to work together in a complementary system for recording patient status card, especially in a patient's disease history and adding patient education asthma bronchial.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desy Anriyani

Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 09 Desember 1982 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Komplek BTN Seuriget Desa Serambi Indah Kota Langsa Riwayat Penddidikan :

1. Tahun 1988-1994 : SD BTN Seuriget 2. Tahun 1994-1997 : SLTP Negeri 3 Langsa 3. Tahun 1997-2000 : SMU Negeri 1 Langsa

4. Tahun 2001-2004 : Akademi Keperawatan Depkes RI Langsa 5. Tahun 2005-2006 : Pendidikan Teknologi Transfusi Darah Jakarta 6. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen penguji I yang

telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

6. Bapak Direktur RSUD Langsa beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf/pegawai yang telah banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zainal Abidin dan ibunda Hernisyah yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan dukungan moril maupun materil.

9. Kakanda Melly zia dan Nauli, dan adinda Syahril dan Syaiful atas semua

do’a dan dukungannya.

10. Rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Khususnya Mahasiswa/i Ekstensi B stambuk 2010 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi FKM USU, atas semua do’a dan

bantuan, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Maret 2013


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Asma Bronkial ... 6

2.2 Anatomi Paru-paru ... 7

2.2.1 Trakea ... 7

2.2.2 Bronkus ... 7

2.2.3 Alveoli ... 8

2.3 Klasifikasi Asma Bronkial ... 8

2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya ... 8

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial ... 9

2.4 Gejala Asma Bronkial ... 10

2.5 Epidemiologi Asma Bronkial ... 10

2.5.1 Distribusi Frekuensi Asma Bronkial (Orang, Tempat dan Waktu ... 10

2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial ... 12

2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial ... 17

2.6.1 Pencegahan Primordial ... 17

2.6.2 Pencegahan Primer ... 18

2.6.3 Pencegahan Sekunder ... 19

2.6.4 Pencegahan Tersier ... 23


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.3.1 Populasi Penelitian ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

3.6 Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 30

4.2 Umur dan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial ... 32

4.3 Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial ... 33

4.4 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial ... 34

4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial ... 35

4.6 Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial ... 35

4.7 Analisa Statistik ... 36

4.7.1 Umur Berdasarkan jenis Kelamin... 36

4.7.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 37

4.7.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 38

4.7.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 39

4.7.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 41

5.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 41

5.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi ... 43

5.2.1 Suku ... 43

5.2.2 Agama ... 44

5.2.3 Pekerjaan ... 45

5.2.4 Status Perkawinan ... 47

5.2.5 Daerah Asal ... 48

5.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012 ... 49

5.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 50

5.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya ... 52


(12)

5.6.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

5.6.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 55

5.6.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya….. .... 57

5.6.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 58

5.6.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 32

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi Rawat Inap di Rumah sakit Umum Daerah

Langsa Tahun 2009-2012……….. 33

Tabel 4.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun

2009-2012………... 34 Tabel4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di Rumah sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 35

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di Rumah sakit Umum Daerah

Langsa Tahun 2009-2012……….. 35

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 36

Tabel 4.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 37

Tabel 4.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 38

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di

Rumah sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 39 Table 4.10 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Normal dan Asma Bronkial……….. 6

Gambar 2.2 Spirometri………. 20

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012... 41 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial

Berdasarkan Suku Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 43

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Agama Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012.………... 44 Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial

Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 45

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Status Perkawinan Rawat Inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012…………... 47 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial

Berdasarkan Daerah Asal Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Daerah langsa Tahun 2009-2012……… 48 Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun

2009-2012……….. 50 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial

Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 52

Gambar 5.9 Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit


(15)

Gambar 5.10 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Langsa Tahun 2009-2012………. 55

Gambar 5.11 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun

2009-2012………. 57

Gambar 5.12 Diagram Bar Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun

2009-2012……….. 58 Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Output Data Penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Langsa


(17)

ABSTRAK

Asma Bronkial sebagai penyakit saluran pernapasan kronik, Penyakit ini dapat timbul pada semua usia. Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%.

Tujuannya mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial awat inap di RSUD langsa tahun 2009-2012. Dengan penelitian deskriptif dengan desain case series. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney. Populasi penelitian berjumlah 458 data. Sampel penelitian semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan kriteria inklusi, penderita Asma Bronkial berumur ≥ 14 tahun mempunyai data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.

Proporsi tertinggi penderita Asma Bronkial pada proporsi jenis kelamin perempuan (66,7%), Suku Aceh 68,6%, Agama Islam 100%, pekerjaan ibu rumah tangga (44,8%), status perkawinan sudah kawin (81,6%), berasal dari Kota Langsa (58,2%), lama rawatan rata-rata 4,5 hari (5 hari), pulang dengan berobat jalan (88,1%) dan bukan biaya sendiri (87,1%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis kelamin. Uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Hasil uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126),artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,0815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.

Di harapkan pihak RSUD Langsa, agar antara petugas kesehatan dan petugas rekam medik bekerja sama dalam melengkapi sistem pencatatan pada kartu status pasien terutama pada riwayat penyakit pasien dan kelengkapan data pendidikan penderita Asma Bronkial.


(18)

ABSTRACT

Asthma Bronchial as a chronic respiratory disease. this disease which can happen in all of age. Based on data from RISKESDA 2007 asthma prevalence in Indonesia by 3,5% and the prevalence of diagnosis by health workers was 1,9%.

To know caracteristic of patients asthma bronchial hospitalizations in Langsa general hospitals 2009-2012 years. A descriptive study by using case series design and data analysis by using Chi-Square and Mann-Whitney. Populations and samples in this study are all data of patient asthma bronchial hospitalizations in langsa general hospitals. Sampling with inclusion criteria, patient with asthma bronchial aged ≥14 years had complete data recorded on the card status of patients treated in the first year.

The highest proportion of patiens asthma bronchial sufferers in the proportion of female (66,7%, Acehnese (68,6%), Muslem (100%), Occupation housewife (44,8%), Marital status is married (81,6%), Derived from Langsa (58,2%), Old of maintainability average 4,5 days (5 days), home with outpatient care (88,1%), Instead of using their own expense (87,1%).

The results obtained with Chi-Square test p>0,05 (p=0,059), there was no differences significant between age with sex. Mann-Whitney test p<0,05 ( p=0,000), meaning that there is a significant difference between the average maintainability length with the state when go home. Mann-Whitney test p>0,05 ( p=0,126), meaning that there is no significant difference between the average treatment time with the source charge. Chi-Square test p>0,05 (p=0,0815), there is no differences significant between the staet when go home with areas of origin.

The Langsa general hospitals expected, among health care workers and medical records personnel to work together in a complementary system for recording patient status card, especially in a patient's disease history and adding patient education asthma bronchial.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih dari 60 tahun arah pembangunan dibidang kesehatan selama ini menekankan terhadap pengendalian penyakit menular. Kondisi yang sepenuhnya belum tertanggulangi ini kemudian disertai dengan peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular.1

Penyakit tidak menular di Negara berkembang telah mengalami peningkatan kejadian yang cepat, dan berdampak pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.

Asma Bronkial atau lebih popular disebut asma atau sesak napas, telah dikenal luas masyarakat adalah penyakit saluran pernapasan kronik yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai Negara diseluruh dunia. Penyakit ini bisa timbul pada semua usia paling banyak pada usia anak.2

Data WHO pada tahun 2005 prevalensi asma di berbagai Negara sangat bervariasi diperkirakan bahwa jumlah asma akan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025.3

Menurut America Academy of Allergy Organization Di Amerika Serikat jumlah penderita asma terus bertambah. 1 dari 12 orang (sekitar 25 juta, atau 8% dari penduduk AS) menderita asma pada tahun 2009, dibandingkan dengan 1 dari 14 orang (sekitar 20 juta atau 7%) pada tahun 2001.4


(20)

Menurut WHO tahun 2005, beban penyakit asma di Asia Tenggara sangat berat yaitu 1 dari 4 orang penderita asma dewasa tidak bekerja dan kehilangan hari kerja selama lebih dari 6 hari karena asma mencapai 19,2%, sementara 1 dari 3 anak yang menderita asma absen sekolah karena kekambuhan asma.5

Di Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura, asma merupakan termasuk penyebab kematian kedelapan. Penelitian pada guru-guru di India menghasilkan prevalensi asma sebesar 4,1%, sementara laporan dari Taiwan sebesar 6,2%. Di Indonesia, asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita tahun 2002 sebanyak 12,5 juta.6

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau National Health Interview Survey dengan menggunakan kuesioner ISAAC(International Study on Asthma and Allergy in Children), mengemukakan bahwa, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 % menjadi 5,4 %.7

Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%. Menurut Provinsi, prevalensi asma berkisar antara 1,5% di Provinsi Lampung hingga 7,2% di Gorontalo. Terdapat 17 Provinsi dengan prevalensi asma lebih tinggi dari angka nasional diantaranya Provinsi Aceh sebesar 4,9%, Provinsi Jawa Barat sebesar 4,1%, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 6,5%.8 Di Aceh prevalensi asma tertinggi adalah Aceh Barat 13,6% dan terendah di Sabang dan Gayo Lues masing-masing 1,3%.9


(21)

Di Rumah Sakit Persahabatan sebagai salah satu pusat rumah sakit khusus paru di Indonesia, didapatkan data jumlah pasien asma yang masuk ruang gawat darurat mengalami peningkatan dari 1.653 pasien pada tahun 1998 menjadi 2,210 pada tahun 2000 dan meningkat 3 kali lipat di tahun 2011.7

Hasil survei pendahuluan di RSUD Langsa di peroleh data penderita Asma Bronkial rawat inap tahun 2009-2012 sebanyak 458 orang. Pada tahun 2009, penderita Asma Bronkial rawat inap berjumlah 95 orang dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap yang berjumlah 14.470 orang (proporsi 0,66%). Tahun 2010 berjumlah 89 orang dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap yang berjumlah 11.983 orang (proporsi 0,75%). Tahun 2011 berjumlah 133 orang dari jumlah keseluruhan rawat inap yang berjumlah 20.002 (proporsi 0,66%) dan tahun 2012 berjumlah 141 orang dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap yang berjumlah 18.831 orang (proporsi 0,75%)

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perlu dilakukan peneliti tentang karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.


(22)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan data sosiodemografi yaitu : Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Daerah Asal.

b. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan

keadaan sewaktu pulang.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis kelamin

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan masukan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita Asma Bronkial. 1.4.2 Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan penulis terhadap masalah

kesehatan terutama tentang penyakit Asma Bronkial dan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian ini.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial

Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah” atau

sukar bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis Association” 1967,

Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.10

Gambar 2.1. Normal dan Asma Bronkial11

Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,


(25)

sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.12

Asma Bronkial dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi. Gejala-gejala tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Penyempitan tersebut disebabkan oleh mengkerutnya otot-otot yang melingkari saluran napas, membengkaknya dan meradangnya jaringan sekitar selaput lendir saluran dan meningkatnya produksi lendir atau dahak yang ditumpahkan ke saluran napas. Akibatnya aliran udara yang masuk maupun keluar dari paru terganggu.10

Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala, tidak menganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.12

2.2 Anatomi Paru-Paru 2.2.1 Trakea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru, panjangnya sekitar 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm. Tersusun dari 16 sampai 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakangnya. Terdapat silia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin. Pada ujung trakea bercabang 2 kanan dan kiri disebut bronkus.

2.2.2 Bronkus

Trakea bercabang menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri yang menyalurkan udara kesetiap paru-parunya. Bronkus kemudian bercabang-cabang sampai lebih kurang 25 kali sebelum mencampai perbercabang-cabangan terkecil yang


(26)

mempunyai diameter 0,5 mm. berfungsi menghangatkan, melembabkan dan membersihkan udara.

2.2.3 Alveoli

Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu sisinya. Disini terjadi pertukaran gas antara gas bersih (O2) dengan gas kotor (CO2).13 2.3 Klasifikasi Asma Bronkial

2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya

1. Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergik/Atopik

a. Asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari, makanan dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal). b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga.

c. Biasanya dimulai sejak kanak-kanak.

2. Asma Bronkial Non Atopik /Intrinsik/Non Alergenik

a. Faktor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernapasan atas, aktivitas, emosi/stress, dan polusi lingkungan. Beberapa agen farmakologi seperti bahan sulfat (penyedap makanan)

b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkitis dan empisema

c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran d. Biasanya dimulai ketika dewasa.


(27)

3. Asma Bronkial Campuran / Mixed Asma Bronkial a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan

b. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi dan non alergi.14

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial (GINA, 2007)

1. Asma Bronkial Intermiten

Gejala-gejala kurang dari satu kali perminggu, kekambuhan (eksaserbasi) sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per bulan, APE (Arus Puncak Ekspirasi) ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20%. 2. Asma Bronkial Persisten Ringan

Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali per hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20-30 %.

3. Asma Bronkial Persisten Sedang

Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi dan variabilitas APE > 30%.

4. Asma Bronkial Persisten Berat

Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala-gejala Asma Bronkialdi malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik,


(28)

2.4 Gejala Asma Bronkial

Gejala Asma Bronkial bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :

1. Batuk terutama pada malam atau dini hari 2. Sesak napas

3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat menghembuskan napas 4. Rasa berat di dada

5. Dahak sulit keluar

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang termasuk gejala yang berat adalah :

1. Serangan batuk yang hebat

2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal 3. Sianosis

4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk 5. Kesadaran menurun.16

2.5 Epidemiologi Asma Bronkial

2.5.1 Distribusi Frekuensi Asma Bronkial (Orang, Tempat dan Waktu)

Penyakit Asma Bronkial biasa terjadi pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan dan dapat muncul kapan saja. Menurut angka kejadian Asma Bronkial diseluruh dunia (GINA/Global Initiative For Asthma) tahun 2003, lebih dari 5,2 juta orang Inggris mendapat terapi Asma Bronkial. Jumlah ini terdiri dari 1,1 juta anak-anak dan 4,1 juta orang dewasa.17


(29)

Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan Asma Bronkial pada anak laki-laki dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai pada umur lebih dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di Inggris perbandingan tersebut 25% perempuan dan 10% pria.10

Penelitian Feni,dkk (2008) prevalensi Asma Bronkial pada siswa SLTP yang berusia 13-14 tahun di daerah hijau di Jakarta Selatan adalah 129 orang (6,4%) terdiri atas 63 orang (48,8%) laki-laki dan 66 orang (51,2%) perempuan.18 Penelitian wahani (2007) di Rs Prof.R.D.Kandouw Malalayang Manado menyebutkan bahwa berdasarkan usia kejadian Asma Bronkial terbanyak pada usia 5-9 tahun adalah (58,1%), jenis kelamin laki-laki (52,5%).19

Penelitian Sundaru H tahun 1990, prevalensi Asma Bronkial pada usia > 14 tahun di kelurahan Utan Kayu Jakarta sebesar 6,91 %.20 Berdasarkan hasil

RISKESDA tahun 2007 prevalensi Asma Bronkial pada anak ≤ 14 tahun sebesar 2%

jauh dibawah hasil temuan Depkes pada tahun 1995 Asma Bronkial pada anak usia 13-14 tahun sebesar 5,2%.21


(30)

2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial 2.5.2.1 Faktor Host (Penjamu)

Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit.22

1. Genetik

Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan. Asma Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan, namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki Asma Bronkial.8 Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi, kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah 50-75% bila kedua orangtuanya menderita alergi.23

2. Hipereaktivitas saluran napas

Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Sebagian hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.24 3. Umur

Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun, masalah pengobatan timbul


(31)

justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia 14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.23

4. Jenis kelamin

pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.23 Berdasarkan penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki (38,6%).25

2.5.2.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit.22


(32)

1. Alergen

Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma Bronkial :

a. Debu rumah dan tungau

Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat.

Tungau (Dermatophagoides pteronyssynus) selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati yang berasal dari tungau.

b. Hewan peliharaan

Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti : anjing, kucing, kelinci serta kuda.23

c. Makanan

Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada beberapa orang. Alergi makanan ditemukan pada susu, telur, kacang, gandum,


(33)

ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.17,23

2. Infeksi Saluran Napas

Diperkirakan 2/3 penderita Asma Bronkial anak dan 1/3 penderita Asma Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.

3. Tekanan Jiwa

Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati, penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah, pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya. 4. Olah Raga/Kegiatan Jasmani

Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma Bronkial jika melakukan olah raga yang cukup berat. Macam, lama, dan beratnya


(34)

olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara 10-60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah raga.

5. Obat-Obatan

Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama

“beta-blocker” golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat mencetuskan serangan Asma 2-10% penderita Asma Bronkial.23

6. Polusi Udara

Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya. Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial. Bagi penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial tertentu, seperti kortikosteroid inhalasi (suatu obat pencegah/preventer), sehingga tidak dapat bekerja dengan semestinya. Pada orang yang tidak merokok, terhirup


(35)

asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma Bronkial.17,23

Asma Bronkial pekerjaan (occupational asthma) adalah Asma Bronkial yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam terpapar.23

2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial

Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.7

2.6.1 Pencegahan Primordial

Primordial prevention (pencegahan tingkat awal) memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat.26 Upaya yang dapat dilakukan antara lain : berprilaku


(36)

hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.

2.6.2 Pencegahan Primer

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan, Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak.

Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain : 1. Bersihkan debu (gunakan alat penyedot debu) diseluruh rumah secara teratur. 2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal


(37)

3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala Asma Bronkial.

Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari.

Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman seperti masker dan lain-lain.23

2.6.3 Pencegahan Sekunder

Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma Bronkial jangan kembali.23


(38)

2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang

1. Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Gambar 2.2 Spirometri27

Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau nebulizer). Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat spirometer.28 Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter.29

2. Pemeriksaan Darah

Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit dapat meningkat (15.000/mm3), sedangkan eosinofil meningkat diatas nilai


(39)

normal (normal = 250/mm3). Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat meningkat sampai 800-1000/mm3. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi 1000/mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut

steroid resistant bronchial asthma.10

Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah menjadi asam.

3. Uji Kulit

Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya.

4. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau komplikasi Asma Bronkial, seperti infeksi paru atau pecahnya alveoli.


(40)

5. Uji Provokasi Bronkus

Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.23 Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia. Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi) paling sedikit 10%. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.28

2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :

1. Obat pereda/pelega (reliever)/Golongan bronkodilator a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.

b. Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot saluran napas yang sedang mengkerut.


(41)

2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial (preventer)/Golongan kortikosteroid sistemik

a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.

b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.

c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.17

3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.

2.6.4 Pencegahan Tersier

1. Psikologik

Pada sebagian penderita, bila Asma Bronkialnya sukar dikendalikan meskipun telah mencoba berbagai macam obat antiasma. Dalam keadaan seperti ini penderita memerlukan motivasi untuk membesarkan hati.

2. Latihan pernapas dan kesegaran jasmani

Latihan pernapasan ini untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. Latihan dilakukan secara teratur dan dilakukan diluar serangan agar mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya.23


(42)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Penderita Asma Bronkial 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin Suku

Agama Pekerjaan

Status Perkawinan Daerah Asal

2. Lama Rawatan Rata-rata 3. Keadaan Sewaktu Pulang 4. Sumber Biaya


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain case series. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini adalah karena tersedianya data penderita Asma Bronkial, kesediaan dari Rumah Sakit untuk memberikan izin dilakukannya penelitian serta belum pernah dilakukan penelitian Asma Bronkial di Rumah Sakit tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Langsa juga sebagai Rumah Sakit rujukan dari 3 kabupaten kota yaitu Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Aceh Timur.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2012 sampai Maret 2013

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 yang tercatat dalam kartu status berjumlah 458 data

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan


(44)

data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, diperoleh dari kartu status yang berasal dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012. Semua data pada kartu status penderita Asma Bronkial tahun 2009-2012 yang dipilih sebagai sampel dikumpulkan, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi data sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.5.1 Penderita Asma Bronkial

Penderita Asma Bronkial adalah seseorang yang dinyatakan menderita penyakit Asma Bronkial berdasarkan diagnosa dokter dan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.5.2 Sosiodemografi penderita Asma Bronkial dibedakan menjadi :

3.5.2.1 Umur adalah usia penderita Asma Bronkial yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir yang terdapat pada kartu status, dikategorikan berdasarkan rumus sturgess :

1. 15-22 tahun 2. 23-30 tahun 3. 31-38 tahun 4. 39-46 tahun 5. 47-54 tahun 6. 55-62 tahun 7. 63-70 tahun 8. 71-78 tahun 9. 79-86 tahun


(45)

Untuk analisis statistik umur dikategorikan berdasarkan dibawah usia lanjut dan usia lanjut keatas menurut Dep Kes RI dibedakan atas : 1. <55 tahun

2. ≥55 tahun

3.5.2.2 Jenis kelamin adalah suatu ciri khas penderita Asma Bronkial, dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.5.2.3 Suku adalah suatu kebudayaan yang dianut penderita Asma Bronkial, dikategorikan atas :

1. Aceh 2. Jawa 3. Batak ` 4. Padang 5. Lainnya

3.5.2.4 Agama adalah suatu keyakinan yang di anut penderita Asma Bronkial, dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik

4. Budha 5. Hindu


(46)

3.5.2.5 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan penderita Asma Bronkial, dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri (Sipil, TNI, Polri, Pensiunan, Honorer) 2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga 5. Pelajar/Mahasiswa

6. Tidak Bekerja

3.5.2.6 Status perkawinan adalah status pernikahan penderita Asma Bronkial yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kawin 2. Tidak Kawin

3.5.2.7 Daerah asal adalah tempat tinggal, menetap atau asal penderita Asma Bronkial, dikategorikan atas :

1. Kota Langsa 2. Luar Kota Langsa 3.5.3 Lama rawatan rata-rata

Lama rawatan rata-rata adalah waktu rata – rata penderita Asma Bronkial di rawat di Rumah Sakit, dari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan sesuai yang terdapat pada kartu status.

3.5.4 Keadaan sewaktu pulang

Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita Asma Bronkial pada waktu pulang sesuai yang terdapat pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal Dunia


(47)

3.5.5 Sumber biaya

Sumber biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan oleh penderita Asma Bronkial selama dirawat di Rumah Sakit yang terdapat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Bukan Biaya Sendiri (Jamkesmas, JKA, Askes, Jamsostek, Pt) 2. Biaya Sendiri (Umum)

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan sistem komputerisasi. Data univariat di jelaskan secara deskriptif dan data bivariat di analisa menggunakan uji statistik uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney kemudian di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar.


(48)

HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Langsa merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada 04o 24’ 35,68” – 04o33’27,03” Lintang Utara dan 97o 53’14,59” – 98o

04’42,16” Bujur timur. Luas wilayah keseluruhan 262,41 Km2, panjang garis pantai 16 Km dengan batasan wilayah Kota Langsa.

Adapun lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa yang terletak di Kecamatan Langsa Kota, dengan status pemilikan Pemerintahan Kota Langsa, yang berdasarkan wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur 4. Sebelah Timur berbataan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh

Tamiang.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh Pemerintah Kolonial Belanda diatas areal tanah seluas ± 35.800 M2 sebagai balai pengobatan serdadu Belanda, Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan pengembangan dari segi fisik bangunan, peralatan kesehatan dan tenaga medis, akibat agresi militer di Aceh banyak serdadu Belanda yang tewas dan luka. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia membuat Pemerintah Kolonial Belanda harus pergi dari Bumi Rencong Aceh sehingga meninggalkan bangunan fisik dan membuat masyarakat pribumi mulai menggunakannya sebagai balai pengobatan kesehatan.


(49)

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa merupakan Rumah Sakit Rujukan atas mata rantai sistem kesehatan di wilayah Pemerintah Kota Langsa dan sekitar.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, Kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden No. 40 tahun 2001 berubah status menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa dan telah juga ditetapkan dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005, dan qanun Pemerintah Kota Langsa No.10 Tahun 2009 tentang rincian pokok dan fungsi pemangku jabatan struktural dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Struktur organisiasi RSUD Kota Langsa berdasarkan peraturan qanun Pemerintah Kota Langsa No. 4 tahun 2008 tanggal 27 Oktober 2008 / 27 Syawal 1429 H, yaitu terdiri dari :

1. Direktur

2. Wakil Direktur Pelayanan

3. Wakil Direktur Administrasi Umum 4. Bidang Pelayanan Medis

5. Bidang Keperawatan 6. Bidang Penunjang Medis 7. Bagian Keuangan


(50)

8. Bagian Penyusunan Program 9. Bagian Tata Usaha

10. Staf Fungsional

Ketersediaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa seperti Alat untuk memeriksa fungsi paru (Spirometer) tersedia di Rumah Sakit ini di bagian rawat jalan.

4.2 Umur dan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial

Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012

No Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan f %

f % f %

1 15-22 8 3,9 20 10,0 28 13,9

2 23-30 9 4,5 28 13,9 37 18,4

3 31-38 8 3,9 36 17,9 44 21,8

4 39-46 10 5,0 15 7,4 25 12,4

5 47-54 12 6,0 12 6,0 24 12,0

6 55-62 5 2,5 12 6,0 17 8,5

7 63-70 6 3,0 7 3,5 13 6,5

8 71-78 5 2,5 4 2,0 9 4,5

9 79-86 4 2,0 0 0 4 2,0

Jumlah 67 33,3 134 66,7 201 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi jenis kelamin perempuan (66,7%) dan jenis kelamin laki-laki (33,3%). Kasus terbanyak pada kelompok umur 31-38 tahun (21,8 %) dan terendah pada kelompok umur 79-86 tahun (2%).


(51)

4.3 Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial

Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012

No Sosiodemografi f %

1 Suku

Aceh Jawa Batak Padang Lainnya 138 55 4 3 1 68,6 27,4 2,0 1,5 0,5

Jumlah 201 100

2 Agama

Islam 201 100

Jumlah 201 100

3 Pekerjaan

Pegawai (Sipil,Polri,TNI,Pensiunan,Honorer) Pegawai Swasta

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa Tidak Bekerja 26 7 41 90 23 14 12,9 3,5 20,4 44.8 11,4 7,0

Jumlah 201 100

4 Status Perkawinan

Kawin Tidak Kawin 164 37 81,6 18,4

Jumlah 201 100

5 Daerah Asal

Kota Langsa Luar Kota Langsa

117 84

58,2 41,8


(52)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui proporsi penderita asma bronkial tertinggi berdasarkan sosiodemografi yaitu suku tertinggi adalah Suku Aceh ada 68,6% sedangkan proporsi terendah suku lainnya ada 0,5%.

Berdasarkan agama, proporsi Agama Islam ada 100%. Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ada 44,8% sedangkan proporsi terendah pekerjaan lain-lain ada 3%.

Berdasarkan status perkawinan, proporsi tertinggi berstatus kawin ada 81,6% sedangkan terendah yang status perkawinannya tidak kawin ada 18,4%. Berdasarkan daerah asal, proporsi tertinggi yang berasal dari Kota Langsa ada 58,2% dan yang terendah dari luar Kota Langsa ada 41,8%.

4.4 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial

Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Lama Rawatan

Mean

Standar Deviasi (SD) 95% Confidence Interval Minimum

Maksimum

4,5 hari 2,239 hari 4,19-4,81 1 hari 10 hari

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 yaitu 4,5 hari (5 hari), standar deviasi (SD) 2,239 hari, sedangkan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum.


(53)

4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial

Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

No Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah

f %

1 Pulang Berobat Jalan 177 88,1

2 Pulang Atas Permintaan Sendiri 24 11,9

Jumlah 201 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang, paling banyak adalah pulang berobat jalan ada 177 orang (88,1%) sedangkan pulang atas permintaan sendiri ada 24 orang (11,9%).

4.6 Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial

Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan sumber biaya di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

No Sumber Biaya Jumlah

f %

1 Bukan Biaya Sendiri 175 87,1

2 Biaya sendiri 26 12,9

Jumlah 201 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sumber biaya yang paling banyak di gunakan penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah


(54)

Langsa tahun 2009-2012 adalah Bukan menggunakan biaya sendiri ada 175 orang (87,1%) dan yang menggunakan biaya sendiri 26 orang (12,9%)

4.7 Analisa statistik

4.7.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Proporsi umur berdasarkan jenis kelamin penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

N

o Jenis Kelamin

Umur (tahun) Jumlah <55 ≥55

f %

f % f %

1 Laki-laki 47 70,1 20 29,9 67 100

2 Perempuan 111 82,8 23 17,2 134 100

X2=3,554 df=1 p=0,059

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada 67 orang penderita Asma Bronkial dengan jenis kelamin laki-laki, terdapat 47 orang (70,1%) pada rentang

umur <55 tahun dan ada 20 orang (29,9%) Pada rentang umur ≥55 tahun. Terdapat

134 orang penderita asma bronkial dengan jenis kelamin perempuan, yaitu 111 orang (82,8%) pada rentang umur <55 tahun dan 23 orang (17,2%) pada rentang umur ≥55 tahun.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis kelamin.


(55)

4.7.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.

No Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

n Mean SD

1. Pulang Berobat Jalan 177 4,71 2,122

2. Pulang atas permintaan Sendiri 24 2,92 2,483

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat 177 penderita yang Pulang Berobat Jalan, lama rawatan rata-ratanya 4,71 hari (5 hari) dengan standar deviasi 2,122 hari, terdapat 24 penderita yang Pulang Atas Permintaan sendiri, lama rawatan rata-ratanya 2,92 hari (3 hari) dengan standar deviasi 2,483 hari.

Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata yang pulang berobat jalan dan lama rawatan rata-rata yang pulang atas permintaan sendiri.


(56)

4.7.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

No Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

n Mean SD

1. Bukan Biaya sendiri 175 4,57 2,229

2. Biaya Sendiri 26 4 2,280

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat 175 penderita yang menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri, lama rawatan rata-rata 4,57 hari (5 hari) dengan standar deviasi 2,229 hari. Terdapat 26 penderita yang menggunakan biaya, lama rawatan rata-rata 4 hari dengan standar deviasi 2,280 hari.

Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata bukan biaya sendiri dan lama rawatan rata-rata biaya sendiri.


(57)

4.7.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

N o

Keadaan Sewaktu Pulang

Daerah Asal Jumlah

Kota Langsa Luar Kota Langsa

f %

f % f %

1.

Pulang Berobat

Jalan 102 57,6 75 42,4 177 100

2.

Pulang Atas

Permintaan Sendiri 15 62,5 9 37,5 24 100

X2=0,055 df=1 p=0,815

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 177 orang yang pulang berobat jalan terdapat 102 orang (5,6%) berasal dari Kota Langsa dan 75 orang (42,4%) berasal dari luar Kota Langsa. Terdapat 24 orang yang pulang atas permintaan sendiri diantaranya terdapat 15 orang (62,5%) berasal dari Kota Langsa dan 9 orang (37,5%) berasal dari luar Kota Langsa.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.


(58)

4.7.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

N o

Keadaan Sewaktu Pulang

Bukan Biaya

Sendiri Biaya sendiri Jumlah

f % f % f %

1 Pulang Berobat Jalan 157 88,7 20 11,3 177 100

2 Pulang Atas

Permintaan Sendiri 18 75 6 25 24 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 177 yang pulang berobat jalan, terdapat 157 orang (88,7%) bukan biaya sendiri dan 20 orang (11,3%) biaya sendiri. Dari 24 orang yang pulang atas permintaan sendiri, terdapat 18 orang (75%) bukan biaya sendiri dan 6 orang (25%) biaya sendiri.

Terdapat 1 sell (25%) expected count yang jumlahnya kurang dari 5 sehingga


(59)

3,9 4,5 3,9 5 6 2,5 3 2,5 2 10 13,9 17,9 7,4 6 6 3,5 2 0

10 5 0 5 10 15 20

15-22 23-30 31-38 39-46 47-54 55-62 63-70 71-78 79-86 Perempuan Laki-laki BAB V PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan umur dan jenis kelamin rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat jenis kelamin laki-laki, mulai dari rentang umur 15-22 tahun mengalami peningkatan yang tidak terlalu tinggi sampai rentang umur 47-54 tahun, dan setelahnya mengalami penurunan. Pada rentang umur yang mengalami peningkatan penderita Asma Bronkial dapat dikaitkan dengan aktivitas yang lebih banyak dilakukan diluar rumah, dimana faktor lingkungan


(60)

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Asma Bronkial seperti tekanan jiwa, polusi udara dan lingkungan kerja.

Pada jenis kelamin perempuan mulai dari rentang umur 15-22 tahun terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi sampai rentang umur 31-38 tahun, ini kemungkinan karena pada rentang usia tersebut aktivitas meningkat. Serangan Asma Bronkial pada orang dewasa dimulai pada umur lebih dari 35 tahun. Pada rentang umur tersebut dapat dikait dengan kategori pekerjaan pada penelitian ini, paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada rentang umur tersebut aktivitas perempuan yang tinggi mengurus rumah tangga, ditambah lagi munculnya masalah didalam rumah tangga atau lingkungan tempat tinggal juga dapat membawa masalah kejiwaan bagi penderita yang menjadi faktor pencetus munculnya asma.

Pada gambar juga dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin penderita Asma Bronkial lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan yang berkurva miring kekiri dan pada jenis kelamin laki-laki bentuk kurva dapat dikatakan normal. Asma bronkial dapat terjadi pada semua golongan umur. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan asma bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak atau asma yang kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya asma pada orang dewasa, bila sudah mempunyai bakat kepekaan terhadap saluran nafas, maka faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam mencetuskan serangan asma, misalnya lingkungan kerja, emosi, dan polusi udara.23


(61)

68,6

27,4

2 1,5 0,5

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Aceh Jawa Batak Padang Lainnya

Suku

5.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi 5.2.1 Suku

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan suku rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Suku Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Asma Bronkial paling banyak adalah Suku Aceh 68,6%, kemudian Suku Jawa 27,4%, Suku Batak 2%, Suku Padang 1,5% dan lainnya 0,5% Suku Melayu

Hal ini bukan berarti Suku Aceh memiliki risiko menderita Asma Bronkial, tetapi hanya menunjukkan bahwa proporsi penderita Asma Bronkial yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, lebih tinggi Suku Aceh (68,6%).


(62)

100%

Islam 5.2.2 Agama

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan Agama rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Agama Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan agama seluruhnya adalah beragama Islam (100%). Hal ini tidak berarti bahwa agama mempengaruhi kejadian Asma Bronkial, tetapi dikarenakan penderita Asma Bronkial yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah beragama Islam.

Berdasarkan data BAPENAS Aceh tahun 2011, dari persentase penduduk menurut pemeluk Agama di Kota Langsa tahun 2010 berjumlah 99,53% memeluk Agama Islam, Agama Kristen protestan 0,25%, Agama Hindu 0,03% dan Agama Budha 0,021%.34


(63)

44,8

20,4

12,9 11,4

7

3,5

pekerjaan

5.2.3 Pekerjaan

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan pekerjaan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan penderita Asma Bronkial paling banyak adalah ibu rumah tangga sebesar 44,8% dan proporsi terendah adalah pegawai swasta 3,5%.

Hal ini bukan berarti ibu rumah tangga lebih berisiko untuk menderita Asma Bronkial. Pada proporsi pekerjaan ibu rumah tangga lebih tinggi karena pada penelitian ini penderita Asma Bronkial ditemukan paling banyak pada perempuan dan pada usia dewasa Asma Bronkial lebih banyak terjadi pada perempuan.

Hal ini kemungkinan bisa dikaitkan dengan debu rumah dan tungau yang merupakan salah satu faktor pencetus Asma Bronkial yang bersifat allergen, dimana


(64)

81,6% 18,4%

Kawin Tidak Kawin

aktifitas membersihkan rumah lebih sering dilakukan ibu rumah tangga, sehingga dapat mencetuskan serta memperberat Asma Bronkial yang dideritanya. Menderita Asma bronkial yang berat, masalah didalam keluarga atau dilingkungan tempat tinggal memungkinkan menjadi faktor pencetus dan memperberat Asma Bronkialnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Melfa, B di RS Marta Friska tahun 2007-2008 dengan desain case series menemukan bahwa proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 29,7%.31

5.2.4 Status Perkawinan

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan status perkawinan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Status Perkawinan Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa status perkawinan penderita Asma Bronkial paling banyak berstatus sudah kawin adalah 81,6% sedangkan yang


(65)

58%

42% Kota Langsa

Luar Kota Langsa

tidak kawin adalah 18,4%. Tingginya penderita Asma Bronkial yang berstatus sudah kawin disebabkan data yang diteliti berusia ≥ 14 tahun

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sihombing, S di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2004-2007 menemukan status perkawinan terbanyak penderita Asma Bronkial adalah berstatus kawin (74%).25 Hal ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita Asma Bronkial yang terbanyak adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga.

5.2.5 Daerah Asal

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan daerah asal rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Daerah Asal Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012. Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa daerah asal penderita Asma Bronkial paling banyak adalah berasal dari Kota Langsa sebesar 58,2%, sedangkan


(66)

yang berasal dari Luar Kota Langsa sebesar 41,8%. Hal ini dapat dikaitkan dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa bertempat di Kota Langsa, sehingga yang datang berobat ke Rumah Sakit tersebut lebih banyak berasal dari Kota Langsa

5.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012.

Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsatahun 2009-2012 adalah 5 hari, dengan standar deviasi (SD) 2,239 hari, hal ini menunjukan lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial bervariasi dimana lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 10 hari, dengan 95%

confidence interval artinya pada tingkat kepercayaan 95% lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial berada dalam rentang 4,19-4,81 hari.


(67)

88,1% 11,9%

Pulang Berobat Jalan Pulang Atas

Permintaan Sendiri

5.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Langsa tahun 2009-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang, yang paling banyak adalah pulang berobat jalan sebesar 88,1%, pulang atas permintaan sendiri sebesar 11,9% dan tidak ditemukan yang meninggal dunia.

Penyakit Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul), jadi tetap dikontrol setelah penderita pulang dari Rumah Sakit sehingga kondisi penderita Asma Bronkial menjadi lebih baik dan tidak menimbulkan kekambuhan yang lebih parah.12


(68)

Tingginya proporsi yang pulang berobat jalan, kemungkinan keadaan penderita sudah dinyatakan membaik oleh dokter yang merawat dan tetap dilanjutkan dengan pengobatan rawat jalan agar keadaan penderita terus terkontrol dengan baik. Pada penderita yang pulang atas permintaan sendiri, kemungkinan penderita merasa sudah sembuh, tidak adanya keluarga yang menjaga penderita saat dirawat diRumah Sakit, penderita mempunyai bayi yang masih menyusui sehingga tidak memungkinkan penderita lama dirawat di Rumah Sakit, dari berbagai kondisi tersebut sehingga penderita menghentikan sendiri pengobatannya di Rumah Sakit dan meminta izin untuk pulang kepada dokter yang merawat dan kondisi pasien memungkinkan untuk dirawat jalan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Melfa, B di RS Marta Friska tahun 2007-2008 didapat proporsi penderita Asma Bronkial tertinggi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang dengan berobat jalan sebesar 89,2%.31


(1)

Sumber Biaya

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Lama Rawatan Rata-rata

Bukan Biaya Sendiri ,184 175 ,000 ,942 175 ,000

Biaya Sendiri ,246 26 ,000 ,862 26 ,002

a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Sumber Biaya N Mean Rank Sum of Ranks

Lama Rawatan Rata-rat Bukan Biaya Sendiri 175 103,39 18094,00

Biaya Sendiri 26 84,88 2207,00

Total 201

Test Statisticsa

Lama Rawatan Rata-rat

Mann-Whitney U 1856,000

Wilcoxon W 2207,000

Z -1,532

Asymp. Sig. (2-tailed) ,126


(2)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Keadaan Sewaktu Pulang *

Daerah Asal

201 100,0% 0 ,0% 201 100,0%

Keadaan Sewaktu Pulang * Daerah Asal Crosstabulation

Daerah Asal Total Kota Langsa Luar Kota Langsa Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Count 102 75 177

% within Keadaan Sewaktu Pulang

57,6% 42,4% 100,0%

% within Daerah Asal 87,2% 89,3% 88,1% % of Total 50,7% 37,3% 88,1% Pulang Atas

Permintaan Sendiri (PAPS)

Count 15 9 24

% within Keadaan Sewaktu Pulang

62,5% 37,5% 100,0%

% within Daerah Asal 12,8% 10,7% 11,9% % of Total 7,5% 4,5% 11,9%

Total Count 117 84 201

% within Keadaan Sewaktu Pulang

58,2% 41,8% 100,0%

% within Daerah Asal 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 58,2% 41,8% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,206a 1 ,650

Continuity Correctionb ,055 1 ,815

Likelihood Ratio ,208 1 ,648

Fisher's Exact Test ,826 ,411

Linear-by-Linear Association ,205 1 ,651 N of Valid Cases 201


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,206a 1 ,650

Continuity Correctionb ,055 1 ,815

Likelihood Ratio ,208 1 ,648

Fisher's Exact Test ,826 ,411

Linear-by-Linear Association ,205 1 ,651 N of Valid Cases 201

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,03. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Keadaan Sewaktu Pulang * Sumber Biaya 201 100,0% 0 ,0% 201 100,0%

Keadaan Sewaktu Pulang * Sumber Biaya Crosstabulation

Sumber Biaya Total Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Count 157 20 177

% within Keadaan Sewaktu Pulang

88,7% 11,3% 100,0%

% within Sumber Biaya 89,7% 76,9% 88,1% % of Total 78,1% 10,0% 88,1% Pulang Atas

Permintaan Sendiri (PAPS)

Count 18 6 24

% within Keadaan Sewaktu Pulang

75,0% 25,0% 100,0%

% within Sumber Biaya 10,3% 23,1% 11,9% % of Total 9,0% 3,0% 11,9%

Total Count 175 26 201

% within Keadaan Sewaktu Pulang

87,1% 12,9% 100,0%

% within Sumber Biaya 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 87,1% 12,9% 100,0%


(4)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3,522a 1 ,061

Continuity Correctionb 2,411 1 ,120

Likelihood Ratio 2,974 1 ,085

Fisher's Exact Test ,096 ,067

Linear-by-Linear Association 3,505 1 ,061 N of Valid Cases 201

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,10. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

(6)