Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi
Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Sumatera Utara dan merupakan kawasan wisata terkenal. Kecamatan Perbaungan
terletak di kabupaten Sergai berada pada dataran rendah dengan luas wilayah
206,02 km2Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi
2’57” LU, 3’16” LS, 99’27” BT, 99’27” BT dengan ketinggian berkisar 0-500
meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Perbaungan dengan
batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara: Kecamatan Pantai Cermin
2. Sebelah Timur: Kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah
3. Sebelah Selatan: Kecamatan Sei Rampah
4. Sebelah Barat: Kabupaten Deli Serdang
Adapun Desa Sei Nagalawan adalah salah satu desa dari 41 desa yang ada
di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Sei Nagalawan
mempunyai luas wilayah 871 Ha, yang terbagi atas 3 (dusun) yang wilayahnya
memiliki batas-batas yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin

Universitas Sumatera Utara

Letak Geografis Desa Sei Nagalawan adalah 7o 50’ LU 9o 21’ LU 97 o 18’ BT- 98o
42’ BT. Dan secara geografis jarak Desa Sei Nagalawan ± 14 km dari
KecamatanPerbaungan.(Sumber :www.serdangbedagaikab.go.id)

Parameter Fisika-Kimia Perairan
Suhu
Suhu merupakan satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran biota. Suriawiria (1996) menyatakan kenaikan suhu
pada perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut. Suhu merupakan
faktor pembatas bagi pertumbuhan hewan makrozoobentos. Suhu air rata-rata di
seluruh permukaan laut perairan Indonesia berkisar antara 24-32oC. Umumnya
suhu di atas 30oC dapat menekan pertumbuhan populasi biota akuatik (Nybakken,
1992).

Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang teruspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun bahan
organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme (APHA, 1976;
Davis dan Cornwell, 1991 diacu oleh Effendi, 2003). Wardoyo (1981) diacu oleh
Diansyah (2004) menyatakan nilai kekeruhan yang tinggi akan menurunkan
kecerahan perairan serta mengurangi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke

Universitas Sumatera Utara

dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer
perairan. Namun perairan yang terlalu jernih dengan kandungan nutrien yang
rendah juga memiliki produktivitas primer yang rendah yang akan mempengaruhi
kehidupan makrozoobentos di perairan tersebut.

pH
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan

pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Kehidupan organisme
akuatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Biota perairan mempunyai
kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH perairan. Kondisi perairan yang
sangat asam maupun sangat basa akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi (Odum, 1994).
pH air laut relatif konstan karena adanya penyangga dari hasil
keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat, karbonat dan bikarbonat yang
disebut buffer (Black, 1986 dalam Shephered and Bromage, 1998). Nilai pH,
biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah
tangga (Sastrawijaya, 2000).

Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas
menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi
oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan semua bahan

Universitas Sumatera Utara

organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Salinitas air laut bebas mempunyai
kisaran 30-36 ppt, Sedangkan daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang

lebih besar. Semua organisme dalam perairan dapat hidup pada perairan yang
mempunyai perubahan salinitas kecil (Hutabarat dan Evans, 1995). Salinitas
perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
(Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00)
(Effendi, 2003).

Disolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
prosesdifusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2000).

Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya

oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik

Universitas Sumatera Utara

ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi (PESCOD,1973 diacu oleh Salmin, 2005). Parameter BOD,
secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan.
Penentuan BOD sangat pentinguntuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat
hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BODmerupakan suatu prosedur
bioassay yangmenyangkut pengukuran banyaknya oksigenyang digunakan oleh
organisme selamaorganisme tersebut menguraikan bahan organikyang ada dalam
suatu perairan, pada kondisiyang harnpir sama dengan kondisi yang ada dialam.
Selama pemeriksaan BOD, contoh yangdiperiksa harus bebas dari udara luar
untukrnencegah kontaminasi dari oksigen yang adadi udara bebas. Konsentrasi air
buangan/sampeltersebut juga harus berada pada suatu tingkatpencemaran tertentu,
hal ini untuk menjagasupaya oksigen terlarut selalu ada selamapemeriksaan. Hal
ini penting diperhatikanmengingat kelarutan oksigen dalam air terbatasdan hanya
berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C (Sawyer dan Mc Carty, 1978 diacu oleh Salmin,
2005).


Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau yang lebih dikenal sebagai Chemical
Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi seluruh bahan organik (mudah terurai dan sukar terurai)secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat. Bahan organik mudah urai yang
masuk ke lingkungan laut umumnya berasal dari limbah domestik atau
pemukiman, sedangkan yang sukar urai umumnya berasal dari limbah industri,
pertambangan dan pertanian. Hal ini menunjukkan COD merupakan parameter

Universitas Sumatera Utara

penting sebagai indikator untuk pencemaran limbah industri, pertambangan dan
pertanian. Dalam perairan laut yang masih alami, kadar COD diperairan
umumnya berkisar 1,5 – 2 kali lebih tinggi dibandingkan kadar BOD
(Hutagalung, 1997 diacu oleh Diansyah, 2004).

Nitrat
Nitrat merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan
yang dihasilkan melalui proses pembusukan bahan-bahan organik (etrofikasi)

secara anaerobik oleh mikroba (Linsley. 1991). Kandungan nitrat yang tinggi pada
suatu perairan akan menyebabkan warna air menjadi keruh dan menghasilkan bau
yang tidak yang tidak sedap ( Erari, 2012).

Fosfat
Fosfat unsur ini terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang sangat
sedikit dan berperan sebagai senyawa mineral dan senyawa organik, bila
jumlahnya meningkat itu akan berbahaya bagi biota aquatik yang hidup dalam
perairan tersebut (Jenie, 1993 diacu oleh Erari, 2012).Memang secara alami
lingkunganperairan memiliki kadar phospat 10 % dan90 % sisanya bersumber dari
aktifitasmanusia seperti, buangan limbah industri, domestik, dan kegiatan lainnya.
Bila

kadar

phospatdi

dalam

perairan


tinggi

akanmenyebabkan

masalah

eutrofikasi“ketersediaan nutrient yang berlebihan”(Dewi, 2003).

Universitas Sumatera Utara