Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan. docx

Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya
sebagaiorang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara karena warga
Negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta darisuatu
persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara
mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak,
privasi, dan tanggung jawab . Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan
bumi di mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara
seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain. Sebagai
dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan disebut
sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische Sronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh
peraturan peraturan perundang-undangan serta pernjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas kerohanian Negara, sehingga

merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum dalam Negara
Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang
pokok sebagai dasar Negara Republik Indonesia , yang manifestasinya dijabar dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pancasila merupakan sumber hukum dasar
Negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar Negara maupun hukum dasar tidak
tertulis convensi.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan asas hukum, oleh karena
itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu system
peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan
pada suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara. Pembagian kekuasaan, lembagalembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan sosial dan lainnya diatur
dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pembahasan ini tidak dapat
dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan
negar Indonesia, yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk
Negara Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu
staasfundamentalnorm, dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi Negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-Undang

Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam ilmu hukum
mempunyai kedudukan diatas pasal-pasal UUD 1945. Konsekuensi keduanya memiliki

kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan
yang kausal dan organis. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea, dan setiap alinea memiliki
spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya. Alinea pertama, kedua dan ketiga memuat
segolongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan klausal organis dengan pasal-pasalnya.
Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului
terbentuknya Negara Indonesia, adapun bagian keempat (alinea IV) memuat dasar-dasar
fundamental Negara yaitu : tujuan Negara, ketentuan UUD Negara, bentuk Negara dan dasar
filsafat Negara Pancasila. Oleh karena itu alinea IV ini memiliki hubungan “kausal organis”
dengan pasal-pasal UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945
tersebut.
1. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki
dua aspek yang sangat fundamental yaitu : Pertama. Memberi factor-faktor mutlak bagi
terwujudnya tertib hukum Indonesia, dan Kedua. Memasukkan diri dalam tertib hukum
Indonesia sebagai tertib hukum tertingi. Maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah Sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Berdasarkan

penjelasan tentang isi Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia
tahun II No.7, dijelaskan bahwa “… Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terkandung pokokpokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia. Serta mewujudkan
suatu Cita-cita Hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) maupun hokum dasar yang
tidak tertulis (convensi). Adapun Pokok-pokok pikiran tersebut dijelmakan (dikongkritisasikan)
dalam pasal-pasal UUD 1945”. Dalam Pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia. Sebagaimana isi yang
terkandung dalam penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945 maka konsekuensinya nilai-nilai
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya harus dikongkritisasikan kedalam
pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya dalam realisasinya kemudian di jabarkan dalam
peraturan-peraturan hukum positif di bawahnya, seperti Ketetapan MPR Undang- Undang,
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang didalammnya terkandung asas
kerohanian Negara atau Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia
Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di
Indonesia (rechts orde) atau (legal Order), yaitu suatu keterbulatan dan keseluruhan
peraturanperaturan hukum peraturan-peraturan hukum.
Adapun sayarat-syarat tertib hukum:
a) Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang mengadakanperaturan-peraturan hukum. Hal ini

terpenuhi dengan adanyasuatu Pemerintah Republik Indonesia
b) Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar keseluruhan peraturan hukum. Hal ini
terpenuhi oleh adanyadasar Filsafat Negara Pancasila
c) Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukumini berlaku, terpenuhi oleh
penyebutan “Seluruh tumpah dasarIndonesia”
d) Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukumitu berlaku. Hal ini terpenuhi
oleh penyebutan “disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia tiu dalam suatu UUDNegara
Indonesia”yang berlangsung saat sejak tumbulnyaNegara Indonesia sampai seterusnya selama
Negara Indonesiaada

Di dalam suatu tertib hukum terdapat urutan-urutan susunan yang bersifat hierarkhis, dimana
UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih
terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD maupun convensi, yang
pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi yang dalam ilmu hukum tata
Negara disebut sebagai staatsfundamentalnorm. Maka kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam
tertib hukum Indonesia adalah sbb:
Pertama : menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor mutlak
bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam Pembukaan UUD 1945 telah terpenuhi
dengan adanya empat syarat adanya suatu tertib hukum.
Kedua : Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya sebagai ketentuan hokum yang

tertinggi, sesuai dengan kedudukannya yaitu sebagai asas bagi hukum dasar baik yang tertulis
(UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (convensi), serta peraturan-peraturan hukum yang
lainnya yang lebih rendah (Notonagoro,1974 : 45)
Konsekuensi Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah. Hal ini sesuai dengan
Ketetapan No.XX/MPRS/1966, juga ditegaskan dalam ketetapan No. V/MPR/1973, Ketetapan
No. III/MPR/1983.
3. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental,
Pembukaan UUD 1945 mempunyai sifat dan hakikat yang kuat tetap terletak bagi kelangsungan
Negara Indonesia Proklamasi dan tidak dapat dirubah, sebab merubah isi Pembukaan UUD 1945
berarti pembubaran Negara (Negara Proklamasi). Berbeda dengan sifat dan hakikat dari UUD
1945 yang memang bisa dilakukan perubahansepanjang bangsa dan Negara menghendaki
melalui kewenangan MPR. Dalam kedudukan MPR Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
Kaidah Negara yang Fundamental ada hubungan yang sangat tegas antara Pembukaan UUD
1945 dengan batang tubuh UUD 1945 yaitu bahwa dengan adanya UUD 1945 ditentukan oleh
Pembukaan UUD 1945, yaitu yang tercantum dalam alinea IV, yang bunyinya : “…di sunsunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
…” Adanya pernyataan seperti itu karena menjadi salah satu syarat bagi kedudukan Pembukaan
UUD1945 sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental. Sehingga hubungan antara
Pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945sebagai hubungan“sebab dan akibat”

atau hubungan kausal. Dengan demikian Pembukaan UUD 1945 menentukan dan menjadi sebab
adanya UUD 1945. Dari sifat hubungan tersebut kita akan mendapat tambahan pengetahuan,
yaitu bahwa hubungan antara Pembukaan UUD1945 dengan UUD 1945 tidak bersifat mutlak
dalam arti hanya mengikat selama UUD1945 masih berlaku, sebab yang ditentukan dalam
Pembukaan UUD 1945 tidak menunjuk secarakhusus UUD 1945, tetapi hanya disebutkan
“Dalam Suatu Undang-Undang Dasar Negara”.Demikian juga bahwa UUD 1945 bukan bersifat
mutlak yang tidak bisa dirubah, melainkan bisa diadakan perubahan dan penyempurnaan sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Unsur-unsur mutlak yang harus ada di dalamnya:
a) Dari segi terjadinya dikehendaki para pendiri Negara (founding father)
b) Dari segi isinya : Pembukaan UUD 45 memuat dasar-dasar pokok negara, yakni :
Dasar tujuan negara (umum: “…ikut melaksanakan perdamaian abadi……, khusus:
“melidungi segenap bangsa …………….)
Diadakannya UUD Negara, Pernyataan ini terdapat dalam kalimat “..maka disusun lah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia …….”

c) Bentuk Negara Pernyataan ini terdapak dalam kalimat “ …. Yang terbentuk dalam suatu
susunan negara RI ………”
d) Dasar filsafat Negara (asas kerokhanian negara) Pernyataan ini terdapat dalam kalimat “
… dengan berdasar padan Ketuhanan YME…………………..” Selain itu juga dipekuat oleh

ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 diperkuat Tap MPR No. V /MPR/1973, Jo Tap. No.
IX/MPR/1978 intinya bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di dalam
Negara Indonesia. Sebagai sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran, cita-cita hukum, serta citacita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan sera
watak bangsa Indonesia..
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terletak pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesia 17 Agustus 1945
Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis
tidak dapat diubah, terletak pada kelangsungan hidup Negara. Tujuan pembukaan UUD 1945:
Berdasarkan susunan pembukaan UUD 1945, maka dapat dibedakan empat macam tujuan :
a) Alinea I,
Untuk mempertanggung jawabkan bahwa kemerdekaan sudah selayaknya,karena berdasarkan
atas hak dan kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia.
b) Alinea II,
Untuk menciptakan cita-cita bangsa yang ingin di capai dengan kemerdekaan.
c) Alinea III,
Untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi permulaan dan dasar hidup
kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia.
d) Alinea IV
Untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu yang tercantum

dalam alinea IV UUD 1945 sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis.
Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 (batang tubuh UUD 1945), maka
Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
a) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang Fundamental, pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945
b) Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945
c) Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang
menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis (UUD)
maupun tidak tertulis (convensi), jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
d) Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai Pokok Kaidah negara yang Fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan ke dalam Pasal UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai naskah Proklamasi yang
terinci, sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta dalam Ilmu Hukum
memenuhi syarat bagi adanya tata tertib hukum di Indonesia, dan sebagai Pokok Kaidah Negara
yang Fundamantal (staatsfundamentalnorm), maka Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat
kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah terlekat pada

kelangsungan hidup negara. Hal ini berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :

a) Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh
penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari pada penguasa yang
menetapkannya. Dalam masalah pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm dari
segi terjadinya ditentukan oleh pembentuk negara, yaitu suatu lembaga yang menentukan dasardasar mutlak negara, bentuk negaa, tujuan negara. Kekuasaan negara bahkan yang menentukan
dasar ftilsafat negara Pancasila. Setalah negara terbentuk semua pengasa negara adalah
merupakan alat perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pada pembentuk
negara. Oleh karena itu semua ketentuan hukum yang merupakan produk dari alat perlengkapan
negara pada hakikatnya di bawah pembentuk negara dan tidak berhak meniadakan pembukaan
UUD 1945 seabgai Staatsfundamentlnorm.
b) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi di
negara republik Indonesia. Dalam ilmu hukum tatanegara, suatu hukum di bawah Pembukaan
UUD 1945, secara yuridis tidak dapat meniadakan Pembukaan UUD 1945. selain itu karena
dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung faktor-faktor mutlak (syarat-syarat mutlak) bagi
adanya suatu tertib hukum di Indonesia. Konsekuensinya Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang tetap dan terletak pada negara dan secara hukum tidak dapat diubah.
c) Selain dari segi yuridis formal bahwa Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat di
ubah, juga secara material yaitu hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945,
senantiasa terletak pada kelangsungan hidup Negara RI. Dari segi isinya Pembukaan UUD 1945

adalah merupakan pengejawantahan Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia yang hanya satu
kali terjadi. Proklamasi kemerdekaan tersebut adalah merupakan suatu rachmat Allah Yang Maha
Kuasa. Oleh karena itu Proklamasi 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD 9145 dan Negara
Republik Indonesia pada hakikatya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pembukaan UUD 1945 senantiasa terlekat dan menyertai kelahiran Negara RI yang hanya satu
kali terjadi, sehingga pada hakikatnya Pembukaan UUD 1945 senantiasa terlekat pada
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
5. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945
Alinea Pertama
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bansa dan oleh sebab itu, maka
penjajajah di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
Aline Kedua
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indoensia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Alinea Ketiga
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhu,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaanya.

Alinea Keempat
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rkayat

dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang beradil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan seuatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
a) Tentang Tujuan Negara.
- Tujuan Khusus
Terkandung dalam anak kalimat “…Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah negara dan untuk
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa…” Tujuan khusus dalam
kalimat tersebut sebagai realisasinya adalah dalam hubungannya dengan politik dalam negeri
Indonesia yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini dalam hubungannya
dengan tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian negara hukum formal
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dalam
hubungannya dengan pengertian tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian Negara
hukum material.
- Tujuan Umum
Tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan sesema bangsa di dunia. Hal
ini terkandung dalam kalimat “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …” Tujuan negara dalam anak kalimat ini
realisasinya dalam hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu di antara bangsabangsa dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan pada prinsip
kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal ini yang merupakan dasar politik luar
negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
b) Tentang Ketentuan Diadakannya UUD Negara
Ketentuan ini terkandung dalam anak kalimat, “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia …”. Dalam kalimat ini
menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Negara yang
bersifat konstitusional, mana mengharuskan bagi negara Indonesia untuk diadakannya UUD
Negara dan ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum bagi adanya Undang-undang Dasar
1945. ketentuan yang terdapat dalam alinea keempat inilah yang merupakan dasar yuridis bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber bagi adanya UUD 1945, sehingga dengan demikian
pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada pasal-pasal UUD 1945
c) Tentang Bentuk Negara
Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat sebagai berikut :
“… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
…” Dalam anak kalimat ini dinyatakan bahwa bentuk negara Indonsia adalah Republik yang
berkedaulatan rakyat. Negara dari, olah dan untuk rakyat. Dengan demikian hal ini suatu norma
dasar negara baik kekuasaan adalah di tangan rakyat.
d) Tentang Dasar Filsafat Negara
Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat sbb:
“… dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusian yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia…”
Tujuan Pembukaan UUD 1945

Berdasarkan susunan Pembukaan UUD 1945, maka dapat dibedakan empat macam tujuan
sebagaimana terkandung dalam empat alinea dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :
a) Alinea 1 untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah selayaknya,
karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari bangsa Indonesia untuk merdeka.
b) Alinea II untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu : Terpeliharanya secara sungguh-sungguh kemerdekaan dan kedaulatan
negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri dan
pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadilan.
c) Alinea III untuk mengaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi di permulaan dan dasar
hudup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia, yang luhur dan suci dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
d) Aline IV untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu yang
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, sebagai ketentuan pedoman dan pegangan
yang tetap dan praktis yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila (Notonagoro, 1974: 40).
Hubungan Logis Antar Alinea dalam Pembukaan UUD 1945
Makna yang terkandung dalam tiap-tiap Alinea Pembukaan UUD 1945, secara keseluruhan
sebenarnya merupakan suatu kesatuan yang logis. Tiap-tiap alinea dalam pembukaan UUD 1945,
sejak alinea I sampai dengan alinea IV merupakan suatu kesatuan yang logis sejak dari alinea I
sampai dengan alinea IV, sejak dari pernyataan yang bersifat umum sampai dengan pembentukan
negara Indonesia. Keseluruhannya itu dapat dirinci pada uraian berikut ini :
Alinea I
Dalam alinea ini terdapat suatu pernyataan yang bersifat umum yaitu suatu hak kemerdekaan
setiap bangsa di dunia. Kemerdekaan dalam pengertian ini bukanlah kemerdekaan individualis
(liberalis) namum merupakan sautu kemerdekaan bangsa. Jadi kemerdekaan individu diletakkan
dalam kaitannya dengan kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan tersebut merupakan suatu hak
kodrat, yaitu hak yang melekat pada kodrat manusia dan bukanlah merupakan hak hukum,
sehingga disebut juga sebagai hak kodrat dan hak moral. Pelanggaran terhadap hak kodrat dan
hak moral ini pada hakikatnya tidak sesuai dengan peri kemanusiaan (hakikat manusia) dan peri
keadilan (hakikat adil). Konsekuensinya merupakan wajib kodrat dan wajib moral bagi setiap
penjajah untuk memberikan kemerdekaan pada bangsa jajahannya. Berdasarkan ilmu logika
maka pernyataan pada alinea I ini merupakan suatu premis mayor (pernyataan yang bersifat
umum).
Alinea II
Berdasarkan alasan akan hak kodrat dan hak moral bagi setiap bangsa, dan kenyataannya pihak
penjajah tidak memenuhi wajib kodrat dan wajib moral untuk memberikan kemerdekaan pada
bangsa Indonesia maka sudah semestinya bangsa Indonesia untuk mementukan nasibnya sendiri
atas kekuasaan dan kekuatannya sendiri, yaitu berjuang untuk mencapai tujuan kemerdekaan.
Dalam kenyataannya bangsa Indonesia hampir mencapai tujuan kemerdekaan tersebut.
Pernyataan dalam alinea II ini menurut ilmu logika merupakan suatu premis minor (yang bersifat
khusus). Kemudaina kemerdekaan tersebut dijelmakan dalam suatu negara yaitu negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea III
Sebagai suatu konsekuensinya maka bangsa Indonesia menyatakan kemerdekannya atas
kekuatannya sendiri yang didukung oleh seluruh rakyat. Demikian pula merupakan suatu
tindakan luhur dan suci, karena melaksanakan dan merealisasikan hak kodrat dan hak moral akan

terwujudnya kemerdekaan. Keseluruhannya itu hanya mungkin terwujud karena atas karunia dan
rahmat Tuhan yang Maha Esa. Menurut ilmu logika pernyataan dalam alinea ketiga ini
merupakan suatu konklusio atau merupakan sautu kesimpulan.
Alinea IV
Semua asas yang terdapat dalam alinea I, II, dan II tersebut pada hakikatnya merupakan suatu
asas pokok bagi alinea IV, atau merupakan konsekuensi logis yaitu isi alinea IV merupakan
tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang terkandung dalam alinea IV yang merupakan
konsekuensi logis atas kemerdekaan yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang
meliputi empat
prinsip negara yaitu :
a) tentang tujuan negara,
Yang tercantum dalam kalimat “… melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa…”(yang merupakan suatu tujuan khusus) dan “… ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosia…”(merupakan tujuan
umum atau internasional).
b) tentang hal ketentuan diadakannya UUD Negara,
Yang berbunyi “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang- Undang Dasar Negara Indonesia…”.
c) tentang hal membentuk negara,
Yang termuat dalam pernyataan “… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang
berkedaulatan rakyat…”
d) tentang dasar filsafat (dasar kerohaniaan) negara, dalam kalimat
“…dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Pesatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
Seluruh isi yang terdapat dalam alinea IV tersebut pada hakikatnya merupakan suatu
pernyataan tentang pembentukan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis Yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945
Telah dijelaskan di muka bahwa di antara alinea I, II, II dan IV terdapat hubungan kesatuan.
Alinea IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alinea I, II, dan III. Oleh karena itu dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea I, II, III terkandung nilai-nilai hukum kodrat (alinea I) yang
konsekuensinya direalisasikan dalam alinea II, dan hukum Tuhan dan hukum etis (alinea III),
yang kemudian dijelmakan dalam alinea IV yang merupakan dasar bagi peksanaan hukum positif
Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sebenarnya dalam Pembukaan UUD 1945
terkandung pengakuan hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis, serta hukum filosofis
berdasarkan kedudukannya maka urutan hukum tersebut adalah hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Kemudian sebagaimana kita ketahui dlanjutkan pada alinea IV terdapat asas
kerohanian negara (Pancasila) dan dalam hal ini sebagai hukum filosofis, kemudian di atas dasar
filsafat Pancasila didirikan negara Indonesia dan selanjutnya realisasi pelaksanaan dalam Negara
Indonesia dikongkritkan ke dalam hukum positif Indonesia. Hubungan keempat hukum tersebut
adalah sebagai berikut “ bahwa hukum Tuhan, hukum kodrat dan hukum etis berturut-turut

merupakan sumber bahan dan sumber nilai bagi negara dan hokum positif Indonesia, sedangkan
hukum filosofis (yaitu dasar filsafat Pancasila) adalah pedoman dasar dalam bentuk dan sifat
tertentu yang disimpulkan dari hukum Tuhan, hukum kodrat dan hokum etis. Adapun Pancasila
sebagai hukum filosofis adalah merupakan sumber bentuk dan sifat. Kerangka hukum tersebut
diatas dalam kaitannya dengan negara Indonesia adalah memiliki hubungan bahwa negara
Indonesia terhadap nilai-nilai hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis dan hukum filosofis yaitu
mengambilnya sebagai materi, nilai, bentuk dan sifat dari unsur-unsur nilai-nilai hukum tersebut.
Kemudian dalam pelaksanannya yaitu memberikan dan mewujudkan nlai-nilai hukum tersebut
untuk menjabarkannya dalam hukum positif Indonesia dengan menyesuaikan berdasarkan
keadaan, kebutuhan, kepentingan, tempat, waktu dan kebijaksanaan.
B. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945
Dalam sistem tertib hukum Indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa Pokok Pikiran
itu meliputi suasana kebatinann UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai
hkum dasar tertulis dan tidak tertulis. Selanjutnya pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasalpasal UUD 1945. maka dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain
dijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara Pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara RI. Semangat dari UUD 1945 serta
disemangati yakni pasal-pasal UUD 1945 serta penjelasannya pada hakikatnya merupakan satu
rangkaiaan kesatuan yang bersifat kausal organis. Rangkaiaan isi, arti makna yang terkandung
dalam masing-masing alinea dalam pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian
peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan
Kemerdekaan Kebangsaaan Indonesia. Adapun rangkaiaan makna yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a) Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara, yang merupakan
rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi Kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam wujud terbetuknya negara Indonesia (alinea I, II dan III
Pembukaan).
b) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia terwujud
(alinea IV Pembukaan). Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa
tersebut ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat, “kemudian daripada itu”
pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat hubungan
antara masing=masing bagian Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, adalah sebagai
berikut:
a) Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan pernyataan
yang tidak mempunyai hubungan ‘kausal organis’ dengan Batang Tubuh UUD 1945.
b) Bagian keempat, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat ‘kausal organis’
dengan Batang Tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada.
2) Yang diatur dalam UUD adalahtentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi
berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggaraan negara.
3) Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat.
4) Ditetapkannya dasar kerokhanian negara (dasar filsafat negaraPancasila).
C. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pacasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Jadi berdasarkan tempat
terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merupakan pokok Kaidah
Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan yaitu:
a) Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor-faktor
mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
b) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
3. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi , selain sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan
sebagai suatu yang bereksistensi, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan
pasalpasalnya.
4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan
dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai
dasar kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus
1945.
5. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 dengan demikian mempunyai kedudukan
yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan
mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga baik rumusan maupun
yurisdiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Hubungan Secara Material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut. Bilamana kita
ditinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertam-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib hukum Indonesia
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum
Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber
tetib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia
meliputi sumber nilai, sumber materi sumber bentuk dan sifat.
D. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945
Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa Pembukaan UUD 1945
merupakan satu kesatuan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, oleh karena itu antara Pembukaan
dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan sifat kesatuan antara
Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, maka sifat hubungan antara Pembukaan dengan Proklamasi adalah sebagai berikut:
Pertama, memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus
1945, yaitu menegakkan hak kodrat dan hak moral dari setiap bangsa akan kemerdekaan, dan
demi inilah maka Bangsa Indonesia berjuang terus menerus sampai bangsa Indonesia mencapai
pintu gerbang kemerdekaan.

Kedua, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu
bahwa perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam menegakkan hak kodrat dan hak moral itu
adalah sebagai gugatan dihadapan bangsa-bangsa di dunia terhadap adanya penjajahan atas
Bangsa Indonesia, yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Ketiga, Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakan Proklamasi 17 Agustus 1945,
yaitu bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur, disusun
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebujaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Proklamasi pada hakikatnya
bukanlah merupakan tujuan, melainkan prasyarat untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara,
maka proklamasi memiliki dua macam makna sebagai berikut :
a) Pernyataan Bangsa Indonesia baik kepada diri sendiri , maupun kepada dunia luar, bahwa
bangsa Indonesia telah merdeka.
b) Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan pernyataan
kemerdekaan tersebut. Seluruh makna Proklamasi tersebut dirinci dan mendapat
pertanggungjawaban dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:
a) Bagian pertama Proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan pada bagian pertama
sampai dengan ketiga Pembukaan UUD 1945.
b) Bagian kedua Proklamasi, yaitu suatu pembentukan negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Adapun
prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam Pembukaan tersebut meliputi empat hal,
Pertama : tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan negara,
Kedua : ketentuan diadakannya UUD negara, sebagai landasan konstitusional pembentukan
pemerintahan negara,
Ketiga : bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat, dan
Keempat : asas kerokhanian atau dasar filsafat negara Pancasila.
BAB III
KESIMPULAN
Pembukaan UUD 1945 memberikan acuan yang jelas mulai dari asas pendirian negara sampai ke
dasar dan tatanan penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaannya memang akan sangat dipengaruhi
oleh jiwa dan semangat penyelenggaranya. Untuk menghindari bias-bias yang dapat
menimbulkan ketersesatan dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang mendalam, jujur
dan sungguhsungguh. Disamping itu, agar pemahaman kita benar-benar utuh, maka harus
difahami pula makna Pancasila sebagaimana diuraikan oleh Penggalinya, Bung Karno. Dari alur
pikiran yang kita runut dalam Pembukaan UUD 1945, dapat kita tangkap bahwa perjuangan
bangsa Indonesia adalah sebuah revolusi besar kemanusiaan yang berangkat dari Tuntutan Budi
Nurani Manusia (the Social Conscience of Man), dan akan dilaksanakan melalui tiga tahapan
revolusi, yaitu:
1. Kemerdekaan Penuh / Nasional – Demokratis artinya bangsa Indonesia, seperti halnya bangsabangsa lain di dunia, akan berdiri tegak sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat
2. Sosialisme Indonesia
3. Dunia baru yang adil dan beradab
Untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki tersebut, maka Indonesia harus menyelenggarakan
pembangunan :

1. State Building (mempertanyakan Negara Kesatuan Republik Indonesia )
2. Nation and character Building (pembangunan karakter bangsa)
3. Social and economic developing building (pembangunan social ekonomi)
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Kaelan, 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigm Offset, Yogyakarta
SKRIPSI S1, ILMU POLITIK, FISIP USU MEDAN
Al Hayah, 2010 pendopo alhayah, Jakarta
Arrey, 2010, Pembukaan Undang-Undang DAsar 1945, Jakarta
Wikipedia